Anda di halaman 1dari 4

Tugas 3

Aloysius Baskoro Rinoadi PDGK4405


857081974 / Kelas A

1.

 Prinsip Kesaling-Bergantungan (interdependence)

Prinsip ini membuat hubungan yang bermakna (making meaningfull connections) antara proses
pembelajaran dan konteks kehidupan nyata sehingga peserta didik berkeyakinan bahwa belajar
merupakan aspek yang esensial bagi kehidupan di masa datang.

Prinsip ini mengajak para pendidik mengenali keterkaitan mereka dengan pendidik lainnya,
peserta didik, stakeholder, dan lingkungannya.

Bekerjasama (collaborating) untuk membantu peserta didik belajar secara efektif dalam
kelompok, membantu peserta didik untuk berinteraksi dengan orang lain, saling
mengemukakan gagasan, saling mendengarkan untuk menemukan persoalan, mengumpulkan
data, mengolah data, dan menentukan alternatif pemecahan masalah.

Prinsipnya menyatukan berbagai pengalaman dari masing-masing peserta didik untuk


mencapai standar akademik yang tinggi (reaching high standards) melalui pengidentifikasian
tujuan dan memotivasi peserta didik untuk mencapainya.

 Prinsip Perbedaan (defferentiation)

Prinsip diferensiasi adalah mendorong peserta didik menghasilkan keberagaman, pebedaan,


dan keunikan. Terciptanya kemandirian dalam belajar (self-regulated learning) yang dapat
mengkontruksi minat peserta didik untuk belajar mandiri dalam konteks tim dengan
mengkorelasikan bahan ajar dengan kehidupan nyata, dalam rangka mencapai tujuan secara
penuh makna (meaningfullness).

Terciptanya berpikir kritis dan kreatif (critical and creative thinking) di kalangan peserta didik
dalam rangka pengumpulan, analisis, dan sintesa data, guna pemecahan masalah.
Terciptanya kemampuan peserta didik untuk mengidentifikasi potensi pribadi, dalam rangka
menciptakan dan mengembangkan gaya belajar (style of learning) yang paling sesuai sehingga
dapat mengembangkan potensinya seoptimal mungkin secara aktif, kreatif, efektif, inovatif,
dan menyenangkan sehingga menghasilkan sesuatu yang bermanfaat.

 Prinsip Pengaturan Diri (self-regulation)

Prinsip pengaturan diri menyatakan bahwa proses pembelajaran diatur, dipertahankan, dan
disadari oleh peserta didik sendiri, dalam rangka merealisasikan seluruh potensinya. Peserta
didik secara sadar harus menerima tanggung jawab atas keputusan dan perilaku sendiri, menilai
alternatif, membuat pilihan, mengembangkan rencana, menganalisis informasi, menciptakan
solusi dan dengan kritis menilai bukti.

Melalui interaksi antar siswa akan diperoleh pengertian baru, pandangan baru sekaligus
menemukan minat pribadi, kekuatan imajinasi, kemampuan mereka dalam bertahan dan
menemukan sisi keterbatasan diri.

2. Dari konsep tersebut, ada tiga hal yang dapat kita pahami.
 Pertama, CTL menekankan kepada proses keterlibatan mahasiswa untuk menemukan
materi, artinya proses belajar diorientasikan pada proses pengalaman secara langsung. Jadi,
proses belajar dalam konteks CTL tidak mengharapkan agar mahasiswa hanya menerima
pelajaran, akan tetapi proses mencari dan menemukan sendiri materi pelajaran.
 Kedua, CTL mendorong agar mahasiswa dapat menemukan hubungan antara materi
yang dipelajari dengan situasi kehidupan nyata, artinya mahasiswa dituntut untuk dapat
menangkap hubungan antara pengalaman belajar di universitas dengan kehidupan nyata. Hal
ini sangat penting, sebab dengan dapat mengorelasikan materi yang ditemukan dengan
kehidupan nyata, bukan saja bagi mahasiswa materi itu akan bermakna secara fungsional, akan
tetapi materi yang dipelajarinya akan tertanam erat dalam memori mahasiswa, sehingga tidak
akan mudah dilupakan.
 Ketiga, CTL mendorong mahasiswa untuk dapat menerapkannya dalam kehidupan
nyata, artinya CTL bukan hanya mengharapkan mahasiswa dapat memahami materi yang
dipelajarinya, akan tetapi bagaimana metari pelajaran itu dapat mewarnai perilakunya dalam
kehidupan sehari-hari. Materi pelajaran dalam konteks CTL bukan untuk ditumpuk di otak dan
kemudian dilupakan, akan tetapi sebagai bekal mereka dalam mengarungi kehidupan nyata.

3. Salah satu contoh teknologi ramah lingkungan dan penjelasan dampak penggunaan
teknologi tersebut adalah,

Kincir Angin
Angin dapat dimanfaatkan sebagai alternatif sumber energi pengganti bahan bakar fosil. Energi
angin dapat dimanfaatkan untuk menggerakkan baling-baling atau kincir yang kemudian
menghasilkan jenis energi lain, seperti energi listrik untuk berbagai keperluan.
Sistem kincir angin adalah merupakan sumber energi ramah lingkungan yang tidak
menyebabkan polusi udara. Tentu hal ini berbeda dengan energi listrik yang dihasilkan oleh
bahan bakar non terbarukan yang memberikan dampak butuh bagi atmosfer.
Contoh negara yang menerapkan teknologi ramah lingkungan kincir anfin adalah Belanda.
Selain itu, penerapan di Indonesia telah dilakukan di PLTB Sidrap.
4. Probelmatika pembelajaran IPS yakni persoalan kendala yang dihadapi oleh guru
dalam pembelajaran IPS. Problematika pembelajaran IPS meliputi kesukaran atau
hambatan yang menghalangi terjadinya belajar IPS. Kendala/persoalan yang dihadapi
dalam proses pembelajaran IPS tidak bisa diabaikan begitu saja. Persoalan tersebut
harus diupayakan cara-cara pemecahannya. Masalah pembelajaran IPS melibatkan
unsur yang kompleks karena berkaitan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi
pembelajaran. Diantara unsur tersebut yakni guru sebagai subjek pembelajaran apabila
problematika pembelajaran IPS dapat diidentifikasi langsung dari subjek
pembelajaran, maka akan diketahui kendala di empiris pembelajaran IPS. Pendidikan
IPS harus mampu mengatasi masalah-masalah sosial kontemporer pada masyarakat,
seperti rendahnya etos kerja dan menurunnya jiwa kewirausahaan dan masih banyak
lagi.

5. JENIS-JENIS PERTANYAAN
Terdapat beberapa cara untuk menggolongkan jenis-jenis pertanyaan. Dalam hal ini,
penggolongan terdiri atas jenis-jenis pertanyaan menurut maksudnya, jenis-jenis pertanyaan
menurut Taksonomi Bloom, dan jenis-jenis pertanyaan menurut luas sempitnya pertanyaan.

 Jenis-Jenis Pertanyaan menurut Maksudnya


 Pertanyaan Permintaan (Compliance Question). Pertanyaan yang mengharapkan
agar siswa mematuhi perintah yang diucapkan dalam bentuk pertanyaan. Contoh: Amir,
maukah kamu menutupkan jendela yang di sebelah sana?
 Pertanyaan Retoris (Rhetorical Question). Pertanyaan yang tidak menghendaki
jawaban, melainkan akan dijawab sendiri oleh guru. Hal itu diucapkan karena
merupakan teknik penyampaian informasi kepada siswa. Contoh: Mengapa beriman
kepada malaikat akan berdampak positif bagi kehidupan kita sehari-hari? Karena,
dengan mengingat adanya malaikat kita akan menyadari bahwa kehidupan di dunia ini
ternyata ada yang mengawasi setiap perbuatan kita.
 Pertanyaan Mengarahkan/Menuntun (Prompting Question). Pertanyaan yang
diajukan untuk memberi arah kepada murid dalam proses berpikirnya. Apabila siswa
tidak menjawab pertanyaan atau salah, hendaknya guru mengajukan pertanyaan
lanjutan yang akan mengarahkan/menuntun proses berpikir siswa dan akhirnya dapat
menemukan jawaban dari pertanyaan yang pertama diberikan.
 Pertanyaan Menggali (Probing Question). Pertanyaan yang akan mendorong siswa
untuk lebih mendalami jawabannya terhadap pertanyaan sebelumnya. Dengan
pertanyaan menggali, siswa didorong untuk meningkatkan kualitas ataupun kuantitas
jawaban yang telah diberikan pada pertanyaan sebelumnya.

 Jenis-Jenis Pertanyaan menurut Taksonomi Bloom


 Pertanyaan Pengetahuan (Precall Question atau Legde Question). Pertanyaan yang
mengharapkan jawaban sifatnya hafalan atau ingatan terhadap apa yang telah dipelajari
siswa. Kata-kata yang sering digunakan dalam menyusun pertanyaan pengetahuan
adalah apa, dimana, kapan, siapa, atau sebutkan. Contoh: Apa nama ibukota negara
Indonesia?
 Pertanyaan Pemahaman (Comprehension Question). Pertanyaan ini menuntut siswa
untuk menjawab pertanyaan dengan jalan mengorganisasi informasi-informasi yang
pernah diterimanya dengan kata-kata sendiri. Kata-kata yang sering digunakan untuk
menyusun pemahaman adalah jelaskan/uraikan dengan kata-katamu sendiri,
bandingkan. Contoh: Jelaskan dengan kata-katamu sendiri tentang pertumbuhan dan
perkembangan!
 Pertanyaan Penerapan (Aplication Question). Pertanyaan yang menuntut siswa
untuk memberikan jawaban tunggal dengan cara menerapkan pengetahuan, informasi,
aturan-aturan, kriteria, dan lain-lain yang pernah diterimanya pada suatu kasus atau
kejadian sesungguhnya. Contoh: Tunjukkan bukti bahwa islam sangat memperhatikan
kebersihan!
 Pertanyaan Analisis (Analysis Question). Pertanyaan yang menuntut siswa untuk
menemukan jawaban dengan cara mengidentifikasikan motif masalah, mencari bukti-
bukti atau kejadian-kejadian yang menunjang suatu kesimpulan, dan menarik
kesimpulan berdasarkan informasi-informasi yang ada. Contoh: Setelah kita
membicarakan rantai makanan pada hewan, kesimpulan apa yang dapat kita tarik dari
rantai makanan tersebut?
 Pertanyaan Sintesis (Synthesis Question). Ciri dari pertanyaan ini jawabannya yang
benar dan tidak tunggal, melainkan lebih dari satu dan menghendaki siswa untuk
mengembangkan potensi serta daya kreasinya. Pertanyaan sintesis menuntut siswa
untuk membuat ramalan/prediksi, memecahkan masalah berdasarkan imajinasi, dan
mencari komunikasi. Contoh: Apa yang terjadi jika seorang manusia tidak memiliki
agama?
 Pertanyaan Evaluasi (Evaluation Question). Pertanyaan semacam ini menghendaki
siswa untuk menjawabnya dengan cara memberikan penilaian atau pendapatnya
terhadap suatu isu. Contoh: Bagaimana penilaianmu tentang politik di Indonesia?

Anda mungkin juga menyukai