Anda di halaman 1dari 3

Nama : Sri Widiayanti

Nim : 210110028
Prodi : Ekonomi Syariah Sore
Semester : III ( Tiga)
Tugas : Konsinyasi ( Fiqh Muammalah 2)

Soal
Pak iwan mempunyai home industri pembuatan tas imitasi produk Hermes, mengajak
dian untuk kerjasama konsinyasi dalam memasarkan tas diatas berdasarkan akad
mudharabah, iwan menjanjikan kepada dian mendapatkan upah 1.5 jt setiap bulan dan
dijanjikan mendapat bonus 10% dari setiap penjualan tas diatas

1. bagaiamana tinjauan fiqh menurut anda atas kerja sama konsinyasi antara iwan dan dian
dengan produk imitasi diatas.?
2. Akad-akad apa saja dim kerjasama konsinyasi.?
3. Apa hukumnya menjual produk imitasi.?

Jawaban :

1. Menurut tinjauan fiqih atas kerjasama konsiyasi antara pak iwan dan dian dengan produk
imitasi diatas yaitu: Produk imitasi tidak boleh diperjual belikan karna sudah jelas itu
dilarang dalam islam karna mengandung unsur penipuan, larangan ini juga sudah
diperjelas dalam alquran,hadits, dan juga undang-undang negara. Namun akad konsiyasi
nya dibolehkan karna kerjasama tersebut menggunakan akad ju’alah, dimana perjanjian
untuk memberikan imbalan/ reward/jaizah kepada pihak lain apabila berhasil mencapai
natijah tertentu dari suatu pekerjaan.
Namun menurut Penjelasan ulama terkait dengan produk imitasi yang masih tersisa, itu
boleh dijual. Dengan syarat, calon pembeli diberitahu bahwa produk tersebut tidaklah
asli,Jika setelah mengetahui kondisi barang yang sebenarnya, dia tetap mau membelinya,
maka tidak masalah. Akan tetapi, jika produk imitasi sudah habis terjual, penjual
hendaknya menolak untuk membantu produsen imitasi untuk menjualkan produknya.
Namun alangkah lebih baiknya lagi jika kerjasama itu tidak menggunakan produk imitasi
karena bisa merugikan berbagai belah pihak dan dihawatirkan tidak berkah kedepanya.
2. Akad akad dalam kerja sama Konsinyasi yaitu :
 Wakalah bil ujroh, Dimana pemilik barang sebagai yang mewakilkan (al-Mukil),
sementara penjual sebagai wakilnya. Selanjutnya mereka menetapkan adanya ujrah
(upah) sesuai kesepakatan. Dalam wakalah bil ujrah, disyaratkan upah yang
disepakati harus jelas.
 Akad mudharabah, Dimana pemilik barang sebagai pemodal, dan orang yang
menjualkan sebagai mudharib.
 Akad jualah, Dimana suatu perjanjian untuk memberikan imbalan atau award/ja’izah
kepada pihak lain apabila berhasil mencapai natijah tertentu dari suatu pekerjaan.

3. Hukumnya Dilarang.Karena siapa yg menjual barang KW(imitasi) dengan membuat


kesan bahwa seakan akan barang itu asli seperti dengan merk terdaftar tidak lah
boleh,penjual yang seperti itu berdosa karenamelakukan penipuan. Hukum ini jg dilarang
karna beberapa alasan:
1. Tidak boleh mengambil hak orang lain, tanpa izin
َ‫اض ِمن ُك ْم َواَل تَ ْقتُلُوا َأنفُ َس ُك ْم ِإ َّن هَّللا َ َكان‬ ِ َ‫تََأيُّهَا الَّ ِذينَ َءا َمنُوا اَل تَْأ ُكلُوا َأ ْم َوالَ ُكم بَ ْينَ ُكم بِ ْالب‬
ٍ ‫نط ِل ِإاَّل َأن تَ ُكونَ تِ َج َرةً عَن ت ََر‬
‫بِ ُك ْم َر ِحي ًما‬
"Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu saling memakan harta sesamamu
dengan jalan yang batil (tidak benar), kecuali dalam perdagangan yang berlaku atas
dasar suka sama suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu.
Sungguh, Allah Maha Penyayang kepadamu." (Q.S An Nisa : 29)
2. Larangan membohongi konsumen
‫يَا َأيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا َأ ِطيعُوا هَّللا َ َوَأ ِطيعُوا ال َّرسُو َل وأولي األ ْم ِر ِم ْن ُك ْم‬
"Hai orang-orang yang beriman, ta'atilah Allah dan ta'atilah Rasul (Nya), dan ulil
amri di antara kamu." (Qs. An Nisa : 59)
3. Tidak boleh menyelisihi aturan pemerintah
‫ أنه قال َعلَى ْال َمرْ ِء ال ُمسلِم السمع والطاعة فيما أحب وكرة إال أن يُْؤ َم َر‬-‫ابن ُع َم َر عَن النَّبي صلى هللا عليه وسلم‬
‫صيَ ٍة فَال سمع وال طاعة َس ْم َع ُأ ِم َر‬
ِ ‫ْصيَ ِة فإن أمر ب َم ْع‬
ِ ‫بِ َمع‬

Dari Ibnu Umar, dari Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam, beliau bersabda, "Bagi setiap
muslim, wajib taat dan mendengar kepada pemimpin (penguasa) kaum muslimin dalam
hal yang disukai maupun hal yang tidak disukai (dibenci) kecuali jika diperintahkan
dalam maksiat. Jika diperintahkan dalam hal maksiat, maka boleh menerima perintah
tersebut dan tidak boleh taat." Muttafaqun 'alaih. (HR. Bukhari no. 7144 dan Muslim no.
1839).

Anda mungkin juga menyukai