Modul
Modul
MODUL PRAKTIKUM
FISIKA DASAR II
Fakultas Teknik
LABORATORIUM FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS MATARAM
2023
KATA PENGANTAR
Fisika sebagai salah satu cabang ilmu pengetahuan alam mempunyai
hubungan yang sangat erat dengan ilmu-ilmu terapan seperti ilmu Teknik,
Pertanian, Kedokteran maupun Ilmu Komputer dan ilmu-ilmu lainnya. Ini
merupakan alasan mengapa fisika sangat perlu dipelajari oleh setiap mahasiswa
yang mengikuti perkuliahan dan mengambil bidang sains dan teknologi.
Mataram,.............................2023
Penyusun,
ii
DAFTAR ISI
ii
PENDAHULUAN
fisika lanjutan dan ketersediaan alat-alat yang ada di laboratorium Fisika MIPA
Universitas Mataram hingga saat ini. Berdasarkan hal tersebut di atas dan waktu
serta kondisi lainnya maka buku petunjuk praktikum ini hanya berisikan materi-
di kelas. Adapun materi fisika dasar II ini adalah alat ukur listrik, rangkaian
listrik DC, transformator dan medan magnet. Tujuan dari kegiatan praktikum
fisis, proses pengolahan data hasil pengamatan dan interpretasi dari data
i
LAPORAN PRAKTIKUM
1. JUDUL
Judul sebaiknya singkat, jelas dan mencakup seluruh isi.
2. TUJUAN
Hendaknya diterangkan dengan jelas tujuan apa yang perlu dicapai dalam
percobaan, karena tujuan akan menentukan kesimpulan yang diperoleh.
4. TEORI
Berikan uraian singkat namun jelas tentang teori yang mendasari percoban.
Akan menjadi lebih jelas bila uain disertai gambar, skema, rangkaian dan
lainnya termasuk rumus.
5. PROSEDUR PERCOBAAN
Langkah-langkah pelaksanaan percobaan ditulis dalam bentuk kalimat yang
singkat dan jelas agar mudah dipahami. Bila perlu setiap langkah diberi
nomor urut sesuai dengan urutan kerjanya.
6. DATA PENGAMATAN
Data pengamatan disajikan dalam bentuk table-tabel agar mudah dibaca dan
jangan lupa menulis judul dan satuan dari setiap variable yang diukur.
v
8. KESIMPULAN
Kesimpulan berisi apakah sesuai dengan maksud dan tujua percobaan
tersebut. Hasil yang diperoleh hendaknya dibandingkan dengan teori atau
hasil yang diperoleh dengan metode berbeda.
9. DAFTAR PUSTAKA
Berisi referensi yang digunakan untuk percobaan bersangkutan. Disajikan
sesuai dengan kaidah bahasa indonesia yang benar dan tata cara penulisan
referensi.
v
TINGKAT KEBERHASILAN KETIDAKPASTIAN PENGUKURAN
I. Pendahuluan
Dalam melakukan suatu pengukuran, hasil yang diperoleh tidaklah tepat
sekali. Hasil pengukuran tersebut tetap mengandung ketidakpastian (kesalahan atau
ralat). Teori ketidakpastian sangat diperlukan dalam melaksanakan praktikum
khususnya praktikum Fisika.
1. Kesalahan Bersistem
1. Kesalahan Kalibrasi, yaitu kesalahan yang timbul akibat pemberian nilai skala
pada alat ukur yang tidak tepat
2. Kesalahan Nol yaitu kesalahan yang disebabkan oleh alat ukur yang tidak
menunjuk tepat pada titik nol atau jarum penunjuk tidak berimpit dengan angka
nol sebelum digunakan.
3. Kesalahan Alat (Fatique) misalnya pegas yang sudah lama dipakai dapat
mengalami kelenturan atau melembek.
4. Gesekan, yang selalu timbul antara bagian yang satu bergerak terhadap yang
lainnya.
5. Kesalahan Pengamat yaitui kesalahan yang timbul pada waktu pembacaan skala,
mata pengamat tidak tegak lurus dan lain-lainnya.
2. Kesalahan Acak
v
II. Ketidakpastian Pengukuran
Pengukuran Berulang
Pengukuran berulang dapat menghasilkan data yang lebih baik dan akurat.
Semakin banyak pengulangan diharapkan semakin kecil nilai ketidakpastian.
Misalkan pada suatu pengukuran dihasilkan data sebagai berikut :
x1 , x2 , x3 , x4 , x5 ,..., xn
No Data x x x x x 2
1. x1
2 x2
3. x3
4. x4
5. x5
…
xn
xn x x x x
2
xn
x n
(x x)2 x
Ralat Mutlak: x Ralat Nisbi: I 100%
n(n 1) x
Keseksamaan: K 100% Data hasil pengukuran: x x
I
III. Cara Menggambar Grafik
Grafik dapat diartikan sebagai bagan atau gambar yang menunjukkan
hubungan dua besaran. Bentuk kurva pada grafik tersebut tergantung pada
hubungan antara kedua besaran tersebut. Besaran–besaran yang hanya dapat
diubah-ubah disebut variabel bebas, dan besaran-besaran yang hanya tergantung
pada variabel bebas disebut variabel terikat.
Pada sistem koordinat xy, variabel bebas diletakkan pada sumbu horizontal
(x) dan variabel terikat pada sumbu vertikal (y). Grafik menunjukkan hubungan y
terhadap x atau y = f(x).
Adapun keuntungan-keuntungan pembuatan grafik adalah:
1. Gambaran yang dibentuk umumnya lebih jelas dibandingkan dengan tabel.
2. Dengan grafik yang terbentuk melalui titik-titik ukur sesuai data, akan
memberikan gambaran yang lebih jelas.
3. Melalui sebuah garis dapat dibuat interpolasi antara beberapa titik hasil
pengamatan.
v
4. Dari penyimpangan titik-titik pengamatan sering dapat ditentukan letak
sesatannya.
Untuk kurva linier, garis-garis lurus yang baik didapat melalui metoda
kuadrat terkecil (Least Square). Metoda ini digunakan untuk mendapatkan
persamaan linier dari data x dan y, sehingga dapat ditulis :
y a bx
Nilai a dan b dapat dicari dengan menggunakan persamaan :
( yi ) b(
ax ) dan n( xi yi ) ( xi )( yi )
i b
n n( x i2 ) ( xi )2
Persamaan diatas merupakan slope dan intercept garis lurus terbaik yang ingin dicari.
i
PENENTUAN SATUAN
Penulisan hasil harus diikuti dengan satuan. Contoh berikut ini akan
menunjukan bagaimana satuan diturunkan
Contoh 1
Viskositas (η) dari medium dengan benda bulat yang dijatuhkan pada medium
diberikan dengan persamaan:
Dimana ρ dan σ merupakan densitas dari bola dan medium fluida, dimana a
merupakan jari-jari bola, v merupakan kecepatan bola, dan g merupakan nilai
gravitasi.
Satuan viskositas dapat diturunkan dengan metode berikut:
Contoh 2:
Momen inersia dari benda bulat dengan massa M dan jari-jari R ketika ia berotasi
sebesar diameter nya diberikan oleh:
x
Panduan Penggunaan Satuan SI
x
II. Satuan Pokok dan Turunan dengan Nama Khusus
Satuan Pokok
Panjang meter m
Massa kilogram kg
Waktu detik s
Arus listrik ampere A
Suhu termodinamik derajat Kelvin K
Intensitas cahaya candela cd
Satuan Turunan
Gaya newton N
Usaha, energi, jumlah panas joule J
Daya watt W
Muatan listrik coulomb C
Potensial listrik volt V
Kapasitansi listrik farad F
Hambatan listrik ohm Ω
Frekuensi hertz Hz
Fluks magnet weber Wb
Kerapatan fluks magnet tesla T
Induktansi henry H
Fluks cahaya lumen lm
Pendaran cahaya lux lx
Daftar dibawah ini memberikan satuan utama yang mana akan dibutuhkan.
Kelipatan dari satuan ini kemungkinan akan digunakan.
Gaya N
Tekanan pascal (pa) N m-2 (105 N m-2 = 1 bar = 105 pa)
Tekanan N m-2
x
Kerja, energi, kuantitas panas J (kw h jika dalam industri listrik)
Daya W
Torsi Nm
Tegangan permukaan N m-1
Viskositas dinamik P atau N sm-2
Viskositas kinetik St atau 10-4 m2s-1
V. Panas, suhu
Kuantitas panas J
Suhu K
Beda suhu atau interval degK
Konduktivitas panas W m-1 degK-1
Panas spesifik J kg-1 degK-1
Panas laten J kg-1
Entropi J kg-1
Muatan C
Potensial V
Arus A
Hambatan Ω
Resistivitas Ωm
Kapasitansi F
Induktansi H
Kuat medan listrik V m-1
Kuat medan magnet A m-1
Fluks magnet Wb
Kerapatan medan magnet T
Mobilitas m2 v-1 s-1
VII. Atomik
Radioaktivitas Bq
Energi eV
x
VIII. Cahaya
Intensitas cahaya cd
Fluks cahaya lm
Pendaran lx
Pancaran cd m-2
1012 tera T
109 giga G
106 mega M
103 kilo k
10-3 mili m
10-6 micro μ
10-9 nano n
10-12 pico p
10-15 femto f
10-18 atto a
X. Definisi
N = kg m s-2
H=Nm
Wb = V s
T = Wb m-2
H = V s A-1
Lm = cd sr
lx = lm m-2
x
Muatan elektron e = 160 x 10-21 C
Tegangan elektron 1 eV = 160 x 10-21 J = 0,160 aJ
Massa elektron m = 911 x 10-33 kg
e/m = 176 x 109 C kg-1
massa proton M = 1,67 x 10-27 kg
energi diam elektron = 0,511 MeV
energi diam proton = 938 MeV
konstanta Boltzman k = 13,8 x 10-24 J K-1
konstanta stefan σ = 56,7 x 10-9 W m-2 K-
4
kecepatan cahaya dlm vakum c = 300 x 106 m s-1
permitivitas pada vakum ε0 = 8,85 x 10-12 F m-1
konstanta planck h = 663 x 10-36 J s
konstanta gas R = 8,31 x 103 J degK-1 mol-
1
permeabilitas pada hampa μ0 = 4π x 10-7 H m-1
x
PETUNJUK TEKNIS PELAKSANAAN PRAKTIKUM
x
MODUL 01
OSILOSKOP
Osiloskop merupakan alat yang dapat mengukur tegangan listrik yang tetap atau juga yang
berubah terhadap waktu. Kita dapat mengamati sinyal listrik.dengan menggunakan osiloskop.
I. Tujuan Percobaan
Pada praktikum ini mahasiswa diharapkan dapat:
1. Memperoleh pengetahuan praktis tentang bagaimana menggunakan osiloskop.
2. Mengukur tegangan DC (yang tidak berubah terhadap waktu) dan tegangan AC (yang
berubah terhadap waktu, gelombang sinus, gergaji dan kotak).
III. Teori
Osiloskop merupakan salah satu alat ukur listrik yang penting disamping alat ukur lainnya.
Tidak seperti multimeter yang hanya memberikan pembacaan suatu tegangan. Osciloskop
juga memberikan grafik perubahan tegangan dalam suatu periode waktu atau bentuk
sinyal tegangan. Ada dua jenis osiloskop yaitu osiloskop analog dan osiloskop digital.
Osiloskop analog menggunakan tabung sinar katoda (Cathode Ray Tube (CRT)) yang
sepenuhnya bekerja berdasarkan prinsip-prinsip listrik analog. Sedangkan osiloskop digital
bekerja berdasarkan prinsip digital. Gambar 1.1a menunjukkan salah satu bentuk osiloskop
analog dan gambar 1.1b sketsa prinsip kerja CRT.
Modul 01. 1
(a)
(b)
Gambar 1.1 (a)Sebuah Osiloskop Analog, (b) Sketsa prinsip kerja CRT.
Modul 01. 2
Gambar 1.2. Panel kontrol depan pada sebuah osiloskop.
Modul 01. 3
KETERANGAN:
CRT
POWER...............................................................(6)
LED......................................................................(5)
INTEN.................................................................(2)
FOCUS................................................................(3)
TRACE ROTATION.........................................(4)
FILTER................................................................(33)
Vertical Axis :
CH1 (X) input.....................................................(8)
CH2 (Y) input.....................................................(20)
AC-GND-DC.....................................................(10)(18)
VOLTS/DIV.......................................................(7)(22)
VARIABLE (CAL).............................................(9)(21)
CH1 dan CH2 DC BAL.....................................(13)(17)
POSITION..................................................(11)(19)
VERT MODE.....................................................(14)
Triggering:
EXT TRIG (EXT HOR) terminal input..........(24)
SOURCE.............................................................(23)
SLOPE.................................................................(26)
LEVEL.................................................................(28)
TRIGGER MODE.............................................(25)
TIME BASE
TIME /DIV.........................................................(29)
SWP.VAR...........................................................(30)
POSITION..................................................(32)
X 10 MAG...........................................................(31)
Others
CAL......................................................................(1)
GND....................................................................(15)
Modul 01. 4
Teknik Mengukur Tegangan AC dan DC
Untuk mengukur tegangan DC, kita terlebih dahulu memposisikan “jejak” atau “trace”
pada posisi nol ketika tidak ada sinyal input. Kita memposisikan jejak tepat ditengah skala
menggunakan kontrol posisi Y (acuan nol Volt). Kemudian, setelah tegangan DC
terhubung, jejak akan berpindah sesuai dengan nilai tegangan inputnya. Tegangan DC
diukur dengan melihat dfleksi vertikal. /arah y dari garis tengah. Tegangan DC yang diukur
adalah nilai divisi yang dikalikan dengan pengaturan skala Volts / div.
Modul 01. 5
1. Hubungkan power cord osiloskop ke stop kontak jala-jala listrik 220V.
2. Hidupkan osiloskop dengan menekan tombol power.
3. Pasang passive probe pada CH1 (X) input.
4. Hubungkan 2 Vp-p (peak to peak) sinyal gelombang kotak (pin 1) ke CH1 (X) input
(8) menggunakan passive probe.
5. Putar variabel volts/div CAL (9) secara penuh searah jarum jam.
6. Putar sweep variabel (30) secara penuh searah jarum jam.
7. Atur variabel volts/div (7) ke posisi 2 V/div. Defleksi sinar menjadi 1 cm (1 div).
8. Atur variabel volts/div (7) ke posisi 1 V/div. Defleksi sinar menjadi 2 cm (2 div).
9. Gambarkan/Foto berkas sinar yang anda lihat di layar.
10. Ulangi langkah (1 s.d. 6) dengan menghubungkan sinyal gelombang kotak (pin 1) ke
CH2 (Y) input (20).
Modul 01. 6
4. Pasang probe generator fungsi pada port output 50.
5. Pasang passive probe pada CH1 (X) input.
6. Atur tombol AC-GND-DC ke posisi AC.
7. Atur tombol Volts/div pada posisi 0,5 V/div.
8. Atur tombol Time/div pada posisi 1 ms/div.
9. Atur vertikal position agar berkas sinar pada layar tepat di tengah-tengah skala
horizontal.
10. Hubungkan passive probe dengan probe generator fungsi.
11. Catat nilai skala vertikal dan gambarkan/foto bentuk gelombang yang teramati pada
layar osiloskop.
12. Lakukan juga pengukuran dengan multimeter.
13. Ulangi langkah di atas untuk nilai amplitude yang berbeda.
Catatan: Jika Berkas sinar pada layar melebihi skala vertikal, ubahlah posisi
Volts/div ke skala yang lebih besar, Misalnya 1 V/div.
D. Mengukur Frekuensi
Dalam percobaan ini, akan dilakukan pengukuran frekuensi yang bersumber dari
generator fungsi.
Langkah percobaan:
1. Hubungkan power cord generator fungsi ke stop kontal jala-jala listrik 220V.
2. Hidupkan generator fungsi dengan menekan tombol power.
3. Pilih bentuk gelombang sinus Atur tombol AMPL pada posisi minimum. Dan Atur
frekuensi sebesar 1 KHz.
4. Pasang probe generator fungsi pada port output 50.
5. Pasang passive probe pada CH1 (X) input.
6. Atur tombol AC-GND-DC ke posisi AC.
7. Atur tombol Volts/div pada posisi 0,5 V/div.
8. Atur tombol Time/div pada posisi 1 ms/div.
9. Atur vertikal position agar berkas sinar pada layar tepat di tengah-tengah skala
horizontal.
10. Hubungkan passive probe dengan probe generator fungsi.
11. Catat nilai skala horizontal dan gambarkan/foto bentuk gelombang yang teramati
pada layar osiloskop.
12. Ulangi langkah di atas untuk nilai frekuensi yang lebih tinggi.
Catatan: Jika Berkas sinar pada layar terlalu rapat, ubahlah posisi Time/div ke posisi
yang lebih kecil.
V. Pertanyaan
Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut ini sebelum anda praktikum:
Modul 01. 7
1. Dalam kertas millimeter, gambarkanlah sketsa sebuah gelombang sinus pada suatu
posisi tertentu, yang mempunyai amplitudo 2 cm dan perioda 0,02 sekon (ambillah
sumbu X sebagai sumbu waktu, dan buatlah skalanya 3 cm = 0,01 sekon)
2. Apakah perbedaan antara antara tegangan puncak ke puncak dengan tegangan rms
pada tegangan AC (arus bolak balik)?
Modul 01. 8
LEMBAR KERJA MAHASISWA
a. Sumber Tegangan DC
b. Sumber Tegangan AC
c. Frekuensi
Modul 01. 9
MODUL 02
RANGKAIAN LISTRIK SEARAH
(DC)
Voltmeter dan amperemeter merupakan alat-alat ukur listrik untuk mengukur tegangan listrik
dan arus listrik.
I. Tujuan
Melalui praktikum ini mahasiswa diharapkan dapat:
1. Memahami penggunaan voltmeter dan amperemeter.
2. Mengukur tegangan dan arus pada rangkaian resistor seri.
3. Mengukur tegangan dan arus pada rangkaian resistor paralel.
III. Teori
A. Amperemeter
Alat untuk mengukur kuat arus listrik disebut ammeter (amperemeter). Arus listrik
pada suatu rangkaian listrik harus melalui ammeter secara langsung sehingga
ammeternya harus dihubungkan secara seri dengan elemen-elemen lainnya pada
rangkaian, seperti yang ditunjukkan pada Gambar 2.1. Saat menggunakan ammeter
untuk mengukur arus searah, Anda harus menghubungkannya sehingga arus mengalir
memasuki alat ukur ini di kutub positif dan keluar dari kutub negatif.
_
A
+
Gambar 2.1.Pemasangan ammeter untuk mengukur arus searah di dalam rangkaian
Idealnya, ammeter harus memiliki hambatan nol sehingga arus yang sedang diukur
tidak berubah ketika ammeter terhubung. Dalam rangkaian yang ditunjukkan pada
Gambar 2.1, idealnya hambatan dari ammeter harus jauh lebih kecil dari R 1 dan R2
sehingga arus tidak terpengaruh oleh ammeter. Tetapi setiap ammeter selalu memiliki
suatu hambatan dalam, sehingga kehadiran ammeter dalam rangkaian sedikit
mengurangi nilai arusnya daripada nilai sebenarnya yang diperoleh seandainya
pengukurannya dilakukan oleh ammeter yang ideal.
Pembacaan skala alat ukur arus, amperemeter, dapat dihitung dengan persamaan:
Angka yang ditunjuk
I= x Batas Ukur Amperemeter
skala
maksimum
B. Voltmeter
Alat untuk mengukur beda potensial disebut voltmeter. Beda potensial di antara dua
titik sembarang dalam sebuah rangkaian dapat diukur dengan memasangkan kutub-
kutub voltmeter di antara titik-titik tersebut tanpa memutuskan rangkaian, seperti yang
ditunjukkan pada Gambar 2.2. Beda potensial pada resistor R2 diukur dengan
menghubungkan voltmeter secara paralel dengan R2. Sangat penting untuk
diperhatikan polaritas voltmeternya. Kutub positif voltmeter harus dihubungkan
dengan ujung resistor yang memiliki potensial lebih tinggi dan kutub negatifnya ke
ujung resistor yang potensialnya lebih rendah.
R1 R2
Gambar 2.2.Pemasangan voltmeter untuk mengukur beda potensial dalam ssbuah rangkaian
R1 R2 R3
a I b
Dari Gambar 2.3, nampak bahwa tegangan yang diukur berbeda pada setiap
hambatannya. Artinya jika besar hambatannya berbeda pada setiap hambatan maka
tegangannya pun ikut berbeda. Namun Arus pada rangkaian ini sama pada masing-
masing setiap hambatan dikarenakan tidak memiliki percabangan aliran listrik. Maka
secara sistematis diperoleh :
I1=I2=I3=I (2.1)
dan
Vab = V1 + V2 + V3 (2.2)
Rseri = R1 + R2 + R3 + … + Rn (2.3)
a I I2 R2 I b
I3 R3
Pada Gambar 2.4 terlihat bahwa arus pada rangkaian paralel berbeda pada tiap
hambatan. Prinsip Khirchof yang menyatakan bahwa jumlah arus listrik yang masuk
pada suatu titik percabangan akan sama dengan jumlah arus yang keluar dari titik
percabangan. Namun tegangan atau beda potensial (a-b) pada rangkaian ini sama.
Untuk rangkaian parallel diperoleh:
V1=V2=V3=V
dan
I = I1 + I2 + I3
Menggunakan I = V/R, sehingga didapatkan
1 1
1 1 ... (2.4)
Rparalel R R 1
1 2
R3 Rn
Catatan Penting: Perhatikanlah selalu posisi alat ukur di dalam rangkaian. Kesalahan
dalam menempatkan alat ukur akan mengakibatkan kerusakan pada alat ukur
tersebut atau alat ukur tidak bisa berfungsi. Perhatikan batas ukur alat yang dipilih
jangan sampai kurang dari nilai besaran yang akan diukur. Pilihlah batas ukur yang
paling besar terdahulu.
a R2
b A2
R3
A3
A
V
a b c
R2
A2
V2
V1
V. Pertanyaan
Jawablah pertanyaan-pertanyaan berikut ini sebelum anda praktikum.
I. Tujuan
a. Mempelajari prinsip kerja trafo.
b. Menemukan hubungan antara tegangan masukan/primer dan tegangan
keluaran/ sekunder.
c. Mempelajari efisiensi trafo.
d. Mempelajari hubungan antara arus masukan/primer dan arus keluaran/ sekunder.
III. Teori
Sebuah kawat jika dialiri arus listrik, maka di sekitar kawat berarus tersebut akan timbul
medan magnetik. Jika kawat melingkar atau segi empat, maka kuat medan magnetik yang
paling besar berada pada tengah lingkaran atau segi empat kawat tersebut. Kuat medan
magnetik akan lebih besar jika lilitan dibuat berlapis- lapis membentuk kumparan. Kuat
medan magnetik akan lebih besar lagi jika di dalam lingkaran diberi inti besi. Fungsi inti
besi ialah untuk mengarahkan medan magnetik untuk arus yang diketahui agar seluruh
fluks magnetik yang melalui kumparan masuk melalui kumparan lain (Paul A. Tipler, 2001:
372).
Selanjutnya jika pada inti besi tersebut diberi kumparan yang lain dan kumparan pertama
dialiri arus bolak- balik, maka pada ujung kumparan kedua akan timbul beda tegangan
bolak- balik pula. Besar tegangan yang terjadi tergantung pada jumlah lilitan pada
kumparan. Rangkaian kumparan tersebut membentuk suatu alat yang dinamakan
transformator. Transformator merupakan piranti untuk mengubah tegangan dan arus
bolak- balik tanpa kehilangan daya yang cukup besar. Operasinya didasarkan pada
kenyataan bahwa arus bolak- balik dalam satu rangkaian akan menginduksi ggl bolak-balik
pada rangkaian di dekatnya akibat adanya induktansi pada kedua rangkaian. Kumparan
yang menyalurkan daya masukan disebut kumparan primer, dan kumparan lain disebut
kumparan sekunder (Paul A. Tipler, 2001: 372). Perbandingan jumlah lilitan dengan
tegangan listrik bolak- balik dapat dirumuskan sebagai berikut :
V1 N
1 (3.1)
V2 N2
N1 : N2 = V1 : V2 = I 2 : I1 (3.2)
Keterangan:
N1 = Jumlah lilitan primer
N2 = Jumlah lilitan sekunder
V1 = Tegangan primer
V2 = Tegangan sekunder
I1 = Kuat Arus primer
I2 = Kuat Arus sekunder
Transformator daya (trafo) dapat digunakan untuk mengubah nilai tegangan, yaitu dengan
menaikkan atau menurunkan tegangan listrik bolak- balik. Transformator terdiri atas inti
besi lunak, kumparan primer, dan kumparan sekunder. Inti transformator terdiri atas teras
besi lunak berbentuk U dan penutup besi berbentuk I, sehingga berbentuk segi empat. Inti
besi lunak dibuat berlapis-lapis dan penempatan teras besi U dan I dibuat berselang- seling.
Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi terjadinya panas akibat arus pusar atau arus Eddy
(Serway, Jewett., 2004:665).
Biasanya transformator mempunyai efisiensi, artinya tidak ada trafo yang mempunyai
efisiensi 100%. Meskipun inti besi transformator telah dibuat berlapis- lapis tetapi tetap
kehilangan energy berupa panas akibat terjadinya arus putaran (eddy current).
Dimana P=VI
Keterangan: Ps = Daya Skunder
Pp = Daya Primer
2. Pasang tegangan masukan sebesar 6 Volt DC pada kumparan 1 (primer) dengan 240
lilitan. Pasang multimeter pada masukan kumparan 1 (primer) dan pada kumparan II
(sekunder).
3. Ukur nilai Tegangan masukan dan keluaran pada multimeter, sesuai dengan lilitan
primer dan lilitan sekunder yang terdapat pada tabel pengamatan. Catat hasil
pengukuran pada tabel pengamatan!
4. Ganti tegangan masukan menjadi 6 volt AC, kemudian ulangi langkah 3.
V. PERTANYAAN
1. Apakah yang dimaksud trafo step-up dan trafo step-down?
2. Bagaimanakah hubungan antara N2/ N1 dan V2/ V1 dirumuskan?
3. Sebuah trafo dihubungkan dengan tegangan AC 110 volt dan kuat arusnya 2 A. Bila
bagian sekunder menghasilkan daya 165 watt, maka efisiensinya adalah….
Tegangan Masukan....................V
N1 N2 V1 V2 V V
NO N2/ N1 V2/ V1 N 2 N1
(lilitan) (lilitan) (Volt) (Volt) 2 1
1 240 240
2 240 160
3 240 120
4 240 80
5 240 40
6 120 240
7 120 160
8 120 120
9 120 80
10 120 40
11 80 240
12 80 160
13 80 120
14 80 80
15 80 40
I. Tujuan
1. Menyelidiki adanya medan magnet di sekitar kumparan
2. Mempelajari besarnya medan magnet di dalam dan di luar solenoida
3. Menentukan hubungan antara Medan magnetik dan arus listrik
4. Menentukan tetapan permeabilitas µ0.
Bila kedalam solenoide dialirkan arus listrik, di dalam selenoide terjadi medan magnet.
Arah medan ini dapat ditentukan dengan aturan tangan kanan.
Banyaknya lilitan pada dx adalah : .dx atau n dx, n banyaknya lilitan tiap satuan
𝑙
panjang di titik P. Bila 𝑙 sangat besar dibandingkan dengan a, dan p berada di tengah-
tengah maka 1= 0 0 dan 2 = 180 0
Induksi magnetik di tengah-tengah solenoid :
B 0
n I. 2
2
B n I
Bila p tepat di ujung-ujung solenoid = 0
1
0
0
dan 2 = 90 0
(4.3)
B 0
n I .1
2
B 0
n I (4.4)
2
V. PERTANYAAN
1. Jelaskan perbedaan solenoida dan toroida?
2. Sebuah solenoida dengan panjang 15 cm memiliki lilitan sebanyak 770 lilitan dan
dialiri arus = 2 A. Tentukan Besar induksi magnet di:
a. Ujung Solenoida
b. Tengah Solenoida
3. Jika sebuah solenoida dialiri arus listrik DC, maka hal Apa yang terjadi pada
solenoida?