Anda di halaman 1dari 5

Tugas Rutin Metabolit Sekunder

Nama : Anastasya Sitanggang


NIM : 4213341013
Kelas : PSPB 21-C
1. Lengkapilah table dibawah ini

No Nama metabolit Manfaatnya Terdapat pada Golong Sumber/referensi


sekunder an
1 Aeroplysinin-1 menghambat Spons - (TEE YAP ANT
pertumbuhan et al. 1993).
bakteri Vibrio
micrococcus atau
Alteromonas sp
2 Strongylophorines Senyawa Spons - (BALBIN et al.
meroditerpenoid Strongylophor 1998)
ini aktif a durissina
menghambat
bakteri Salmonella
typhii dan
Micrococcus
luteus dengan
zone diameter
hambat bakteri 7-9
mm pada
konsentrasi
100μg/disk
3 Aaptamine dan Mempunyai Spons Alkaloi (RACHMANIA
Demethylaaptamine keaktifan d R et al. 2001).
menghambat
pertumbuhan
bakteri
Staphylococcus
aureus, Bacillus
subtilis dan Vibrio
eltor
4 Spongouridin dan Mempunyai Spons - (BERGMAN
spongothymidine keaktifan Cryptotetis & FEENY.
sitotoksik crypta 1951)
terhadap sel
karsinoma pada
manusia.
5 Avarol dan avaron Senyawa ini dapat Spons - (SARIN et al.
menghambat 1987)
replikasi virus-
HIV dan
melindungi
Tlymphoocytes
dari infeksi virus
Adociaquinon B Mmenghambat spons - (SWERSEY,
6 pertumbuhan sel Xestospongia 1988).
tumor manusia sp
(Human Colon
Tumor)
7 Bistratamide D Menghambat sel senyawa - (CONCEPCION
tumor HCT Lissoclinum et al. 1995)
(Human Colon bistratum.
Tumor)
8 Makaluvamine N Menghambat Zyzzyafiiligin - (FOSTER et al
aktifitas katalitik osa 1992).
topoisomerase II.
9 Glisin Mempunyai Spons - (CORMIER et al.
keaktifan sebagai Zoanthids 1973)
antasida
10 Asam Glutamat senyawa ini - - (CORMIER et
mempunyai al. 1973)
keaktifan sebagai
antiepileptic
11 N,N- Senyawa ini Spons Geodia - (CORMIERS et
Dimethylhistamine mempunyai gigas dan al. 1973).
keaktifan sebagai Ianthella sp
hipotensif

2. Tuliskkan dan jelaskan 3 metode pemurnian kandungan senyawa metabolit sekunder!


Jawab :
a) Ekstraksi: Metode ekstraksi digunakan untuk memisahkan senyawa metabolit sekunder
dari matriks atau campuran lainnya. Ekstraksi dapat dilakukan dengan menggunakan
pelarut organik seperti metanol, etanol, atau kloroform. Prinsip dasar ekstraksi adalah
bahwa senyawa metabolit sekunder yang larut dalam pelarut organik akan berpindah dari
matriks ke pelarut saat dilakukan kontak. Setelah ekstraksi, pelarut organik yang
mengandung senyawa metabolit sekunder dapat diuapkan atau dipekatkan untuk
mendapatkan senyawa murni.
b) Kromatografi: Kromatografi adalah teknik pemisahan senyawa berdasarkan perbedaan
afinitas mereka terhadap fase diam (stasioner) dan fase gerak. Dalam pemurnian senyawa
metabolit sekunder, kromatografi umumnya digunakan dalam bentuk kromatografi cair
atau kromatografi kolom. Dalam kromatografi cair, campuran senyawa diperkenalkan ke
dalam kolom yang berisi fase diam (misalnya resin atau partikel berpori) yang ditumpuk
dalam suatu kolom. Senyawa-senyawa yang memiliki afinitas yang berbeda terhadap fase
diam akan berinteraksi dengan kolom dengan tingkat yang berbeda, sehingga mereka akan
dipisahkan berdasarkan kecepatan retensi. Metode pemurnian yang umum adalah
kromatografi lapis tipis (thin-layer chromatography, TLC) dan kromatografi cair kinerja
tinggi (high-performance liquid chromatography, HPLC).
c) Rekristalisasi: Rekristalisasi adalah metode pemurnian berdasarkan perbedaan kelarutan
senyawa dalam pelarut pada suhu yang berbeda. Pada rekristalisasi, senyawa metabolit
sekunder yang diinginkan dilarutkan dalam pelarut yang sesuai pada suhu tinggi. Setelah
itu, campuran dibiarkan mendingin secara perlahan. Senyawa yang mengkristal terlebih
dahulu akan dibiarkan dalam pelarut, sementara senyawa lain yang kurang larut akan
terpisah. Kristal yang dihasilkan kemudian dapat dipisahkan dari larutan, dicuci dengan
pelarut yang sesuai, dan dikeringkan untuk mendapatkan senyawa metabolit sekunder yang
murni.
3. Jelaskan mengapa metode Ekstraksi Soxhlet tidak dapat digunakan untuk senyawa
termolabile!
Jawab:
Metode ekstraksi soxhlet adalah suatu metode ekstraksi bahan yang berupa padatan dengan
solven berupa cairan secara kontinyu. Peralatan yang digunakan dinamakan ekstraktor
soxhlet. Banyak eksotoksin bakteri bersifat termolabil dan dapat dengan mudah
dinonaktifkan dengan aplikasi panas sedang. Enzim juga termolabil dan kehilangan
aktivitasnya saat suhu naik. Hilangnya aktivitas racun dan enzim tersebut kemungkinan
karena perubahan struktur tiga dimensi dari protein toksin selama paparan panas. Dalam
senyawa farmasi , panas yang dihasilkan selama penggilingan dapat menyebabkan
degradasi senyawa termolabil.
4. Jelaskan skrining fitokimia senyawa alkaloid pada sampel daun tumbuhan!
Jawab:
Tanaman Kalayu (Erioglossum rubiginosum (Roxb.) Blum). merupakan salah satu
tanaman yang berpotensi mengandung senyawa kimia yang bersifat antimikroba.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kandungan senyawa antimikroba yang
terkandung di dalam daun kalayu. Sampel daun kalayu diperoleh dari Kecamatan Birem
Bayeun, Aceh Timur, Indonesia. Proses ekstraksi dilakukan dengan metode maserasi
menggunakan pelarut etil asetat, dan dilanjutkan dengan skrining fitokimia.
Hasil Skrining fitokimia ekstrak etil asetat daun tanaman kalayu menunjukan bahwa daun
kalayu mengandung senyawa tannin dan saponin namun tidak mengandung senyawa
flavonoid dan alkaloid. Hal ini diduga dipengaruhi oleh faktor pemanasan yang tinggi pada
saat proses pengentalan ekstrak dengan penangas air.
Faktor lain yang mempengaruhi senyawa kimia daun kalayu yang terkandung dalam
ekstrak adalah jenis pelarut yang digunakan. Pelarut etil asetat merupakan jenis pelarut
semi polar yang memiliki gugus metoksi yang dapat membentuk ikatan hidrogen
(Romadanu dkk. 2014). Namun ikatan hidrogen pada pelarut etil asetat lebih lemah
daripada ikatan hidrogen pada metanol (senyawa polar) sehingga pelarut etil asetat tidak
mampu menarik senyawa flavonoid dan alkaloid yang terkandung di dalam daun kalayu.

Sumber Literatur
Romadanu, Rachmawati, H. S., dan Lestari, D. S. (2014). Pengujian Aktivitas Antioksidan
Ekstrak Bunga lotus. Fishtech, III(1), 1–7. http://www.thi.fp.unsri.ac.id
Lubis S Sari., Debi M Putri. (2020). SKRINING FITOKIMIA EKSTRAK ETIL ASETAT
DAUN KALAYU (Erioglossum rubiginosum (Roxb.) Blum), AMINA, 2 (3), 120-
125
AMIR, I. dan A. BUDIYANTO 1996. Mengenal Spons Laut (Demospongiae) Secara
Umum. Oseana, XXI (2): 15-31
ALBERICI, M., M. COLLART-LEMPEREUR, J. C. BRAEKMAN, D. DALOZE, B.
TURSCH, J.P. DECLERCQ, G. GERMAN and M. VAN MEERSSCHE 1979 in
Marine Norterpene Cyclic: a Stereochemical Paper Chase. Tet. Letts. 2687-2690.
BALBIN, M. 1998. A New Meroditerpenoid. Dimer from an Undiscribed Philippine
Marine Sponge of the Genus Strongylophora. Jurnal Natural Product 61: 948-962.
BERGMANN, W. and R.J.FEENY 1951. Con- tribution to the Study of Marine Sponges.
The Nucleosides of Sponges. J. Org. Chem. 16:981-987.
CONCEPTION, G.P. 1995 in Bioinformatics and Biotechnology. GeneSeas Asia inc.,
Manila Philippines.
FOSTER, M.P., G. P. CONCEPCION, G.B. CARAAN, CM. IRELAND, 1992 Study of
Sponges and Ascidians J.Org. Chem. 57: 6672-6675.
CORMIER. J., T. IKE, A. NAKANO, N. OKUKADO and M. YAMAGUCHI 1973 Total
Synthesis of Natural Acetylenic Ana- logues of Isorenieratene. Bull. Chem. Soc.
Japan, 46, 2920.
RACHMANIAR, R., T. MURNIASIH, A. RASYID, F. UNTARI, 2001 Substansi Bioaktif
dari Spons Sebagai "Lead Com- pound" Antimikroba. Laporan Penelitian Pusat
Penelitian Oseanografi LIPI, Jakarta.
SARIN, P.S., D. SUN, A. THORNTON, and W.E.G. MULLER 1987 Inhibition of Repli-
cation of The Etiologic Agent of Acquired Immune Deficiency Syndrome (human
T- lymphotropic retrovirus/lymphadenopathy- associated virus) by Avarol and
Avarone." J. Nat. Cancer Inst. 78: 663-666.
SWERSEY, J.C., 1988 in Biomedical Importance of Marine Organisms D.G. Fautin, Ed.,
California Academy of Sciences, San Francisco.
TEEYAPANT, R. and P. PROKSCH 1993. Biotransformation of Brominated Com-
pounds in The Marine Sponge Verongia aerophoba Evidence for an Induced
Chemical Defence. Naturwissen-schafien 80, 369-370.

Anda mungkin juga menyukai