Anda di halaman 1dari 20

PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

JUDUL MATERI
WAWASAN NUSANTARA

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 9

ANGGOTA:
SITI HIJRAHTUL MUNA ANDANI (220101131)
DAFA HABIB KELANA (220101080)
MAULANA ARRIFAT ASSHAFARIZQY (220101130)
MULIA FARHAN(220101145)

PROGRAM STUDI ILMU HUKUM


FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS SAMUDRA
TAHUN 2022
Jl, Prof. Dr. Syarief Thayeb, Meurandeh, Langsa Lama, Langsa City, Aceh 24416
Telp. (0641) 426534Fax. (0641) 426534
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Secara konsepsional, Wawasan Nusantara merupakan wawasan nasional bangsa
Indonesia. Perumusan wawasan Nasional bangsa Indonesia selanjutnya disebut
wawasan Nusantara merupakan salah satu konsepsi politik dalam ketatanegaraan yang
dibangun atas pandangan geopolitik bangsa. Pandangan bangsa Indonesia sendiri
didasarkan pada konstelasi lingkungan tempat tinggalnya. Menurut Basrie, hal inilah
yang menyebabkan wawasan Nusantara merupakan penerapan dari teori geopolitik
bangsa Indonesia.1 Suwarsono menambahkan bahwa wawasan Nusantara tidak
mengembangkan ajaran tentang kekuasaan dan adu kekuatan karena hal tersebut
mengandung benih-benih persengketaan dan ekspansionisme. Ajaran wawasan
Nusantara menyatakan bahwa ideologi digunakan sebagai landasan idiil dalam
menentukan politik nasional.2
Konsep geopolitik Indonesia berlandaskan pada pandangan kewilayahan dan
kehidupan bangsa. Sebagai salah satu negara yang memiliki wilayah luas dengan
berbagai keragaman di dalamnya, Indonesia memiliki wawasan Nusantara yang
mengutamakan kepentingan masyarakat dalam aspek sosial, budaya, politik, keamanan,
dan ekonomi.3 Melalui kesadaran persepsi dan kesepakatan pengembangan kekuatan
nasional dalam wawasan Nusantara, diharapkan tercipta keterpaduan sikap dan upaya
bangsa Indonesia. Hal inilah yang membuat wawasan Nusantara terus dibina dan
dikembangkan untuk mencapai tujuan nasional, yaitu mengatasi semua tantangan,
ancaman, hambatan, dan gangguan yang timbul dalam aspek kehidupan.4
Pemahaman dan pelaksanaan wawasan Nusantara yang lebih baik dalam ranah
kehidupan pribadi maupun wilayah publik sangat menentukan kelangsungan hidup
bangsa Indonesia. Dibutuhkan kesadaran warga negara dan penyelenggara negara yang
memadahi dalam melaksanakan kewajiban dan tanggung jawab tersebut di tengah
berbagai masalah yang menghimpit bangsa.5 Kesadaran tersebut merupakan bagian

1. Chaidir Basrie, Pemantapan Wawasan Nusantara Menuju Ketahanan Nasional (Jakarta: Dirjen Dikti Depdiknas, 2002), hlm. 12-14.
2. Suwarsono, Wawasan Nusantara dan Ketahanan Nasional (Jakarta: Penerbit Hak Cipta, 1981), hlm. 18-20
3. Ibid., hlm. 22
4. Ermaya Suradinata, dkk., Geopolitik dan Konsepsi Ketahanan Nasional (Jakarta: Paradigma Cipta Tatrigama, 2001), hlm. 28.
5. Chaidir Basrie, Op. cit., hlm. 20.
integral yang menjamin eksistensi bangsa Indonesia dalam mewujudkan cita-cita
nasional, sekaligus manifestasi cita-cita para leluhur terdahulu dengan tetap
menghargai kebhinekaan sebagai anugerah Tuhan dan aset bangsa.
Berdasarkan uraian tersebut, pemikiran apapun untuk mewujudkan cita-cita
bangsa Indonesia yang ideal memerlukan kesamaan persepsi, pandangan, dan
implementasinya. Konsep wawasan Nusantara memberikan solusi untuk menyamakan
pandangan itu. Selain itu, wawasan Nusantara juga dapat digunakan sebagai sarana
pembentukan karakter bangsa untuk dapat mewujudkan integrasi nasional seperti yang
diharapkan bangsa Indonesia.
Bertitik tolak dari uraian di atas, peneliti memberikan pembahasan mengenai
pengertian dan unsur dasar wawasan Nusantara, yang mencakup wadah, isi, dan tata
laku; wawasan Nusantara dan karakter bangsa; serta wawasan Nusantara sebagai
integrasi nasional. Adapun penelitian ini menggunakan teknik analisis kualitatif, yaitu
analisis yang didasarkan pada hubungan sebab-akibat dari fenomena historis pada
cakupan waktu dan tempat.
Sebagai warganegara tentunya siapapun akan menginginkan bangsa ini adalah
tempat paling aman dan terlindungi. Di dalam bangsa indonesia ini kita hidup
berkedaulatan Indonesia yang diakui di mata dunia. Namun banyak dari kita lupa bahwa
rakyat yang hidup di indonesia bukan hanya kita. Namun terdiri dari jutaan warga yang
berbeda namun memiliki keinginan yang sama.
Tidak mudah bagi setiap orang harus merasa cukup dengan saat ini atau apa adanya.
Apalagi terlebih kita telah melihat ketimpangan terjadi misalnya adanya perlakuan
khusus terhadap pelanggar hukum yang sama beratnya.
Dalam kehidupan seperti ini kecerdasan dalam berwawasan nusantara sangat
dibutuhkan. Untuk tetap berpikir positif menanggapi suatu hal tidak saja membutuhkan
kesabaran tetapi pemahaman akan berwawasan yang tinggi. Dalam makalah ini akan
dibahas apa yang dimaksud dengan wawasan nusantara serta apa manfaatnya dalam
kehidupan kita. Secara pribadi memang tidak begitu banyak namun bagi orang lain
tentunya sangat bermanfaat. Sebaliknya jika satu orang saja yang tidak memiliki
wawasan nusantara maka yang akan kena dampaknya semua orang misalnya
membuang sampah sembarangan.Membuang sampah sembarangan yang dilakukan
oleh salah satu orang yang tidak memiliki wawasan nusantara namun akibat sampah
yang dibuang sembarangan adalah semua orang jadi sasaran sakit, banjir dan
sebagainya.
Tentunya dengan menyadari dan memahami wawasan nusantara segala hal
yang terjadi dalam bangsa indonesia ini dapat diselesaikan. Segala sesuatu telah diatur
dalam tatanan hukum sosial dan politik lalu apakah implementasi wawasan nusantara
dapat dirasakan manfaatnya. Masalah ini lah yang seharus diperhatikan semua pihak
termasuk diri kita sendiri. Contoh sederhana ini dapat dijadikan pemikiran bahwa
wawasan nusantara bukan saja sekedar memikirkan pemerintah namun dalam rangka
memberikan kebaikan pada diri kita sendiri.
Tentunya dengan menyadari dan memahami wawasan nusantara segala hal
yang terjadi dalam bangsa indonesia ini dapat diselesaikan. Segala sesuatu telah diatur
dalam tatanan hukum sosial dan politik lalu apakah implementasi wawasan nusantara
dapat dirasakan manfaatnya. Masalah ini lah yang seharus diperhatikan semua pihak
termasuk diri kita sendiri. Contoh sederhana ini dapat dijadikan pemikiran bahwa
wawasan nusantara bukan saja sekedar memikirkan pemerintah namun dalam rangka
memberikan kebaikan pada diri kita sendiri.

B. RUMUSAN MASALAH
Kehidupan manusia di dunia mempunyai kedudukan sebagai hamba Tuhan
Yang Maha Esa dan sebagai wakil Tuhan (Khalifatullah) di bumi yang menerima
amanat-NYA untuk mengelola kekayaan alam. Adapun sebagai wakil Tuhan di bumi,
manusia dalam hidupnya berkewajiban memelihara dan memanfaatkan segenap
karunia kekayaan alam dengan sebaik – baiknya untuk kebutuhan hidupnya. Manusia
dalam menjalankan tugas dan kegiatan hidupnya bergerak dalam dua bidang yaitu
universal filosofis dan sosial politis. Bidang universal filosofis bersifat transeden dan
idealistik misalnya dalam bentuk aspirasi bangsa, pedoman hidup dan pandangan hidup
bangsa. Aspirasi bangsa ini menjadi dasar wawasan nasional bangsa Indonesia dalam
kaitannya dengan wilayah Nusantara.
Sebagai negara kepulauan dengan masyarakatnya yang berbhineka, negara
Indonesia memiliki unsur – unsur kekuatan sekaligus kelemahan. Kekuatannya terletak
pada posisi dan keadaan geografi yang strategis dan kaya akan sumber daya alam
(SDA). Sementara kelemahannya terletak pada wujud kepulauan dan keanekaragaman
masyarakat yang harus disatukan dalam satu bangsa, satu negara dan satu tanah air.
Dalam kehidupannya, bangsa Indonesia tidak terlepas dari pengaruh interaksidan
interelasi dengan lingkungan sekitarnya (regional atau internasional). Dalam hal ini
bangsa Indonesia memerlukan prinsip – prinsip dasar sebagai pedoman agar tidak
terombang – ambing dalam memperjuangkan kepentingan nasional untuk mencapai
cita – cita serta tujuan nasionalnya. Salah satu pedoman bangsa Indonesia wawasan
nasional yang berpijak pada wujud wilayah nusantara sehingga disebut WAWASAN
NUSANTARA. Karena hanya dengan upanya inilah bangsa dan negara Indonesia tetap
eksis dan dapat melanjutkan perjuangan menuju mayarakat yang adil, makmur dan
sentosa.
Di dalam makalah ini yang berjudul “Wawasan Nusantara” mempunyai
beberapa rumusan masalah yaitu:
1. Pengertian dari wawasan nusantara.
2. Unsur – unsur dari wawasan nusantara.
3. Hakikat dari wawasan nusantara.
4. Kedudukan, fungsi dan tujuan wawasan nusantara.
5. Implementasi serta tantangan yang dihadapi dari wawasan nusantara.
6. Arah pandang wawasan nusantara.

C. TUJUAN
Dan sebagaimana pada umumnya tentunya makalah wawasan nusantara ini
memiliki tujuan dan manfaat umum dan khusus. Manfaat umum dalam arti ingin
mencari tau suatu materi tertentu yaitu wawasan nusantara. Sedangkan khususnya
adalah memahami secara mendalam tentang dari makalah wawasan nusantara ini.
Adapun yang dapat diketahui dari manfaat ini adalah:
1. Untuk memenuhi salah satu tugas dalam mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan
2. Untuk menambah pengetahuan tentang berwawasan nusantara itu sangat penting dalam
kehidupan.
3. Serta dapat memahami dampak jika kita tidak memiliki wawasan nusantara.
4. Dan untuk mengetahui manfaat dan tujuan memiliki wawasan nusantara dalam
kehidupan
BAB II
PEMBAHASAN

A. PENGERTIAN WAWASAN NUSANTARA


Negara kesatuan Republik Indonesia terdiri atas pulau-pulau. Letak pulau-pulau
tersebut terpisah satu sama lain oleh perairan. Keadaan itu membutuhkan kerja keras
dari bangsa Indonesia agar kesatuan tetap terjaga. Sejak Indonesia merdeka, Bangsa
Indonesia mempunyai tujua yang sama untuk membentuk negara kesatuan Republik
Indonesia. Hal itu diawali dengan adanya Sumpah Pemuda tanggal 28 Oktober 1928.
Para pemuda mengajak bangsa Indonesia untuk bertanah air satu, tanah air Indonesia;
berbangsa satu, bangsa Indonesia; dan berbahasa satu, bahasa Indonesia. Kita bangsa
Indonesia harus mempunyai pandangan dan kebanggaan.terhadap bangsa sandiri yaitu
dengan Wawasan Nusantara.
Wawasan Nusantara adalah cara pandang bagsa Indonesia terhadap lingkungan
sekitarnya. Dalam mewujudkan kepulauan Nusantara sebagai satu kesatuan politik,
sosial budaya, ekonomi, pertahanan dan keamanan. Istilah Wawasan Nusantara berasal
dari kata “wawas” yang berarti pandangan, tinjauan atau penglihatan indrawi. Akar kata
ini membentuk kata “wawasan” berarti cara pandang, cara tinjau, atau cara melihat.
Selain menunjukkan kegiatan untuk mengetahui arti pengaruh-pengaruhnya dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara, wawasan juga memiliki pengertian
menggambarkan cara pandang, cara tinjau, cara melihat, atau cara tanggap indrawi.
Sedangkan kata “nasional” menunjukkan kata sifat atau ruang lingkup. Bentuk kata
yang berasal dari istilah nation itu berarti bangsa yang telah mengidentifikasikan diri
ke dalam kehidupan bernegara atau secara singkat dapat dikatakan sebagai bangsa yang
telah menegara. Adapun “Nusantara” adalah istilah yang digunakan untuk
menggambarkan suatu wilayah perairan dan gugusan pulau-pulau yang terletak di
antara Samudera Pasifik dan Samudera Indonesia, serta di antara benua Asia dan
Australia.6
Secara keseluruhan, wawasan Nusantara merupakan “cara pandang” bangsa
Indonesia tentang diri dan lingkungannya. Wawasan tersebut merupakan penjabaran
dari falsafah bangsa Indonesia sesuai dengan keadaan geografis suatu bangsa serta
sejarah yang pernah dialaminya. Esensinya adalah pelaksanaan dari Bangsa Indonesia

6. Adi Sumardiman, dkk., Wawasan Nusantara (Jakarta: Yayasan Harapan Nusantara, 1982), hlm. 16.
itu sendiri dalam memanfaatkan kondisi geografis, sejarah, serta kondisi sosial-
budayanya dalam mencapai cita-cita dan tujuan nasionalnya.7
Dengan demikian, wawasan Nusantara juga dapat diartikan sebagai cara
pandang bangsa Indonesia tentang diri dan lingkungannya berdasarkan ide nasionalnya
yang dilandasi oleh Pancasila dan UUD 1945, yang merupakan aspirasi bangsa yang
merdeka, berdaulat, bermartabat, serta menjiwai tata hidup dan tindak
kebijaksanaannya dalam mencapai tujuan nasional.8 Basrie turut menambahkan bahwa
wawasan Nusantara adalah cara pandang, cara memahami, cara menghayati, cara
bersikap, cara berpikir, cara bertindak, cara bertingkah laku Bangsa Indonesia sebagai
interaksi proses psikologis, sosio-kultural, dengan aspek astagatra (kondisi geografis,
kekayaan alam, dan kemampuan penduduk).9
Pengertian wawasan nusantara menurut para ahli:
a) Menurut Prof. Dr. Wan Usman Wawasan nusantara adalah cara pandang bangsa
Indonesia mengenai diri dan tanah airnya sebagai Negara kepulauan dengan
semua aspek kehidupan yang beragam.
b) Menurut Kel. Kerja LEMHANAS 1999 Wawasan nusantara adalah cara
pandang dan sikap bangsa Indonesia mengenai diri dan lingkungannya yang
beragam dan bernilai strategis dengan mengutamakan persatuan dan kesatuan
bangsa dan kesatuan wilayah dalam menyelenggarakan kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara untuk mencapai suatu tujuan.
c) Menurut Ketetapan MPR Tahun 1993 dan 1998 Tentang GBHN Wawasan
nusantara adalah cara pandang dan sikap bangsa Indonesia mengenai diri dan
lingkungannya dengan mengutamakan persatuan dan kesatuan bangsa serta
kesatuan wilayah dalam menyelenggarakan kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara untuk mencapai tujuan nasional

B. UNSUR DASAR WAWASAN NUSANTARA


Wawasan Nusantara sebagai cara pandang bangsa Indonesia tentang diri dan
lingkungannya merupakan fenomena (gejala) sosial yang dinamis dan memiliki tiga
unsur dasar, yaitu wadah, isi, dan tata laku.10

7. Sunarso, dkk., Pendidikan Kewarganegaraan Untuk Perguruan Tinggi (Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta Press, 2006), hlm.
165.
8. Ibid., hlm. 165-166.
9. Chaidir Basrie, Op. cit., hlm. 34.
10. Ibid., hlm. 47.
a. Wadah ( Contour)
Untuk meninjau konsep wadah, perlu ditinjau pula mengenai asas archipelago,
yaitu kumpulan pulau-pulau dan lautan sebagai kesatuan wilayah. Artinya, antara
kepulauan dan wilayah perairan merupakan kesatuan yang tidak dapat dipisahkan,
yang batas-batasnya ditentukan oleh wilayah laut. Dalam lingkungan tersebut
terdapat pulau-pulau dan gugusan pulau yang menjadi satu kesatuan wilayah.11
1) Bentuk Wujud
Bentuk wujudnya berupa kepulauan Nusantara yang memiliki
kedudukan geografis yang khas, yaitu yang berada di posisi silang dunia
serta memiliki pengaruh besar dalam tata kehidupan dan sifat peri
kehidupan nasional. Adapun pengaruh-pengaruh tersebut meliputi menjadi
lalu-lintas aspek-aspek kehidupan sosial dunia, hubungan antarbangsa akan
lancar apabila kepentingan nasionalnya terpenuhi atau minimal tidak
dirugikan, wilayah Nusantara memiliki kekayaan alam yang melimpah,
sumber daya manusia yang melimpah dan murah yang merupakan daya tarik
tersendiri bagi negara-negara yang tidak memilikinya.12
2) Isi Tatanan Susunan Pokok/Tata Inti Organisasi
Salah satu sarana untuk mengetahui organisasi suatu negara adalah
dengan mempelajari UUD-nya. Demikian halnya untuk Indonesia harus
dilihat pada UUD 1945. Tata inti organisasi yang dimaksud menyangkut
hal-hal berikut ini:
- Pertama, bentuk kedaulatan (Bab I Pasal 1) yang meliputi negara
kesatuaan yang berbentuk republik dan kedaulatan ada di tangan rakyat dan
sepenuhnya dilaksanakan oleh MPR.
- Kedua, kekuasaan pemerintah negara (Bab III Pasal 4-15) yang
berkenaan dengan ketentuan bahwa presiden memegang kekuasaan
pemerintah menurut UUD 1945.
- Ketiga, sistem pemerintah negara (penjelasan UUD 1945) yang
berkenaan dengan ketentuan bahwa Indonesia adalah negara yang
berdasarkan atas hukum dan tidak berdasarkan atas kekuasaan belaka,
pemerintah berdasarkan atas sistem konstitusi dan tidak berdasarkan
absolutisme (kekuasaan tidak terbatas), kekuasaan tertinggi ada di tangan

11. John Piaris, Strategi Kelautan dalam Perspektif Pembangunan Nasional (Jakarta: Penerbit Pustaka Sinar Harapan, 1988), hlm. 76-77.
12. Sunarso, dkk., Op. cit., hlm. 178.
MPR, presiden adalah penyelenggara pemerintah tertinggi di bawah MPR,
presiden tidak bertanggung jawab kepada MPR, menteri negara adalah
pembantu presiden, menteri negara tidak bertanggung jawab kepada DPR,
dan kekuasaan kepala negara tidak terbatas.
- Keempat, sistem perwakilan (Bab VII Pasal 19) yang berkenaan
dengan ketentuan bahwa kedudukan DPR kuat, tidak dapat dibubarkan oleh
presiden dan anggota DPR semuanya merangkap menjadi anggota MPR,
sehingga dapat senantiasa mengawasi tindakan presiden.13
3) Tata Susunan Pelengkap/Kelengkapan Organisasi
Agar tujuan nasional dapat tercapai dengan tertib dan mantap,
diperlukan suatu tata kelengkapan organisasi, yaitu aparatur negara harus
mampu mendorong, menggerakkan dan mengerahkan usaha-usaha
pembangunan ke sasaran yang telah ditetapkan untuk kepentingan rakyat
berdasarkan Pancasila dan UUD 1945. Selain itu, diperlukan pula kesadaran
politik dan kesadaran bernegara dari masyarakat, organisasi negara harus
mampu untuk meningkatkan kesadaran politik dan kesadaran bernegara dari
masyarakat, serta menampung aspirasi politik masyarakat, baik sebagai
perorangan atau organisasi masyarakat dalam rangka meningkatkan
stabilitas politik.

b. Isi (content)
Aspirasi bangsa Indonesia sebagai “isi” dari wawasan Nusantara dapat dirinci
menjadi cita-cita proklamasi, asas/sifat dan ciri-ciri, serta cara kerja. Cita-cita yang
terkandung di dalam wawasan Nusantara sebagaimana dirumuskan di dalam
Pembukaan UUD 1945, yaitu “mewujudkan negara Indonesia yang merdeka,
bersatu, berdaulat, adil dan makmur”. Cita-cita wawasan Nusantara itu bertujuan
untuk melindungi segenap bangsa dan seluruh tanah air, mewujudkan kesejahteraan
umum, dan mencerdaskan kehidupan bangsa.
Aspirasi bangsa Indonesia untuk mewujudkan Indonesia sebagai kesatuan yang
utuh dan menyeluruh memiliki ciri-ciri atau sifat sebagai berikut:

13. Ibid., hlm. 178-179.


 Manunggal, yaitu keserasian dan keseimbangan yang dinamis dalam
segenap aspek kehidupan sesuai makna sesanti “Bhinneka Tunggal
Ika”.
 Utuh-menyeluruh, yaitu bahwa aspirasi bangsa dalam mewujudkan
wawasan Nusantara yang utuh dan menyeluruh (komprehensif dan
integral) dalam seluruh aspek kehidupan sesuai dengan makna Sumpah
Pemuda “Satu Nusa, Satu Bangsa, dan Satu Bahasa”.
 Cara kerja Bangsa Indonesia untuk mewujudkan wawasan Nusantara
berpedoman kepada Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa dan
UUD 1945 yang memberikan arah mengenai pengendalian hidup
bermasyarakat serta penetapan hak asasi dan kewajiban bangsa
Indonesia.
c. Tata Laku (conduct)
Tata laku sebagai unsur dari wawasan Nusantara adalah tindakan perilaku
bangsa Indonesia dalam melaksanakan aspirasinya guna mewujudkan Indonesia
sebagai kesatuan yang utuh dan menyeluruh dalam mencapai tujuan nasional. Tata
laku batiniah berwujud pengamalan falsafah Pancasila yang melahirkan sikap
mental sesuai kondisi lingkungan hidupnya dalam mewujudkan wawasan
Nusantara. Tata laku batiniah terbentuk karena kondisi dalam proses pertumbuhan
hidupnya yang merupakan produk dari kebiasaan yang membudaya. Tata laku
lahiriah sendiri dituangkan dalam suatu pola tata laku yang dapat diperinci dalam
tata-perencanaan, tata-pelaksanaan, dan tata-pengendalian atau pengawasan.14

C. HAKIKAT DAN ASAS WAWASAN NUSANTARA


Hakikat wawasan nusantara adalah keutuhan nusantara, dalam pengertian cara
pandang yang selalu utuh menyeluruh dalam lingkup nusantara demi kepentingan
nasional. Hal tersebut berarti bahwa setiap warga bangsa dan aparatur negar harus
berpikir, bersikap, dan bertindak secara utuh menyeluruh demi kepentingan bangsa dan
negara indonesia. Demikian juga produk yang dihasilkan oleh lembaga negara harus
dalam lingkup dan demi kepentingan bangsa dan negara Indonesia, tanpa
menghilangkan kepentingan lainnya, seperti kepentingan daerah, golongan dan orang
per orang.

14. Rukiyati, dkk., Pendidikan Pancasila (Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta Press,2008), hlm. 32-33.
Asas Wawasan Nusantara merupakan ketentuan-ketentuan dasar yang harus
dipatuhi, ditaati, dipelihara dan diciptakan agar terwujud demi tetap taat dan setianya
komponen / unsur pembentuk bangsa Indonesia (suku/golongan) terhadap kesepakatan
(commitment) bersama. Asas wawasan nusantara terdiri dari:
1. Kepentingan/Tujuan yang sama
2. Keadilan
3. Kejujuran
4. Solidaritas
5. Kerjasama
6. Kesetiaan terhadap kesepakatan
Dengan latar belakang budaya, sejarah serta kondisi dan konstelasi geografi serta
memperhatikan perkembangan lingkungan strategis, maka arah pandang wawasan
nusantara meliputi :
1. Ke dalam
Bangsa Indonesia harus peka dan berusaha mencegah dan mengatasi sedini mungkin
faktor-faktor penyebab timbulnya disintegrasi bangsa dan mengupayakan tetap terbina
dan terpeliharanya persatuan dan kesatuan. Tujuannya adalah menjamin terwujudnya
persatuan kesatuan segenap aspek kehidupan nasional baik aspek alamiah maupun
aspek sosial.
2. Ke luar.
Bangsa Indonesia dalam semua aspek kehidupan internasional harus berusaha untuk
mengamankan kepentingan nasional dalam semua aspek kehidupan baik politik,
ekonomi, sosial budaya, pertahanan keamanan demi tercapainya tujuan nasional.
Tujuannya adalah menjamin kepentingan nasional dalam dunia yang serba berubah dan
ikut serta melaksanakan ketertiban dunia.
D. KEDUDUKAN, FUNGSI DAN TUJUAN WAWASAN NUSNATARA
1. Kedudukan
a. Wawasan nusantara sebagai wawasan nasional bangsa Indonesia merupakan
ajaran yang diyakini kebenarannya oleh seluruh rakyat agar tidak terjadi
penyesatan dan penyimpangan dalam upaya mencapai serta mewujudkan cita-
cita dan tujuan nasional.
b. Wawasan nusantara dalam paradigma nasional dapat dilihat dari stratifikasinya
sebagai berikut:
 Pancasila (dasar negara) =>Landasan Idiil
 UUD 1945 (Konstitusi negara) =>Landasan Konstitusional
 Wasantara (Visi bangsa) =>Landasan Visional
 Ketahanan Nasional (KonsepsiBangsa) =>Landasan Konsepsional
 GBHN (Kebijaksanaan Dasar Bangsa) =>Landasan Operasional
2. Fungsi
Wawasan nusantara berfungsi sebagai pedoman, motivasi, dorongan, serta
rambu-rambu dalam menentukan segala jenis kebijaksanaan, keputusan, tindakan
dan perbuatan bagi penyelenggara negara di tingkat pusat dan daerah maupun bagi
seluruh rakyat Indonesia dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara.
3. Tujuan
Wawasan nusantara bertujuan mewujudkan nasionalisme yang tinggi di segala
aspek kehidupan rakyat Indonesia yang lebih mementingkan kepentingan nasional
dari pada kepentingan individu, kelompok, golongan, suku bangsa, atau daerah. Hal
tersebut bukan berarti menghilangkan kepentingan-kepentingan individu,
kelompok, suku bangsa,atau daerah.
E. IMPLEMENTASI DAN TANTANGAN YANG DIHADAPI DARI WAWASAN
NUSANTARA
Penerapan Wawasan Nusantara harus tercermin pada pola pikir, pola sikap dan
pola tindak yang senantiasa mendahulukan kepentingan negara.
a. Implementasi dalam kehidupan politik, adalah menciptakan iklim penyelenggaraan
negara yang sehat dan dinamis, mewujudkan pemerintahan yang kuat, aspiratif,
dipercaya.
b. Implementasi dalam kehidupan Ekonomi, adalah menciptakan tatanan ekonomi
yang benar-benar menjamin pemenuhan dan peningkatan kesejahteraan dan
kemakmuran rakyat secara merata dan adil.
c. Implementasi dalam kehidupan Sosial Budaya, adalah menciptakan sikap batiniah
dan lahiriah yang mengakui, menerima dan menghormati segala bentuk perbedaan
sebagai kenyataan yang hidup disekitarnya dan merupakan karunia sang pencipta.
d. Implementasi dalam kehidupan Pertahanan Keamanan, adalah menumbuhkan
kesadaran cinta tanah air dan membentuk sikap bela negara pada setiap WNI.
Indonesia, sebagai negara bangsa (nation state) kini sedang berada di persimpangan
jalan. Di tengah himpitan upaya untuk keluar dari krisis ekonomi, Indonesia harus
menghadapi ragam tuntutan dari daerah yang entah kebetulan atau tidak muncul pada
waktu yang hampir bersamaan. Tuntutan tersebut jenisnya bermacam-macam; dari
sekadar menuntut pembagian keuangan yang lebih adil, tuntutan otonomi yang lebih
luas, tuntutan federalisasi, sampai ke tuntutan kemerdekaan. Akibatnya, eksistensi
negara bangsa Indonesia sebagai negara kesatuan dalam ideologi, politik, sosial,
budaya, pertahanan dan keamanan (sebagaimana dinyatakan dalam konsep yang selama
ini disebut “wawasan nusantara”), kemudian dipertanyakan kesahihannya dalam
menjamin terwujudnya keadilan dan kemakmuran yang merata. Menyadari hal yang
disebutkan diatas, perlu dipertanyakan secara kritis pada dua perspektif, yaitu:
1. Perspektif Pertama: Dari Sudut Konsep “Wawasan Nusantara”
Apakah konsep “wawasan nusantara” sebagaimana diyakini, diajarkan, bahkan
diindoktrinasikan selama ini, sejak di sekolah menengah, perguruan tinggi, sampai
ke pejabat tinggi pemerintahan, memang masih merupakan konsep yang relevan
dengan kondisi nyata negara bangsa Indonesia saat ini, dan tantangannya di masa
depan? Apakah sesungguhnya hakekat dari “Persatuan Indonesia” yang tercantum
dalam Pancasila, memang berpadanan dan sehakekat dengan konsep “wawasan
nusantara”?
2. Perspektif Kedua: Dari Sudut “Semangat Kedaerahan”
Apakah semangat kedaerahan yang timbul sekarang ini, adalah kondisi nyata
bangsa Indonesia dan masih merupakan tuntutan yang rasional, ataukah hanya
merupakah ungkapan emosional sebagai akibat akumulasi kekecewaan perilaku
politik penguasa Orde Baru selama ini yang dianggap tidak menghargai aspirasi
daerah?
Apakah semangat kedaerahan memang berlawanan atau berbanding terbalik
dengan semangat kebangsaan dalam negara bangsa dan negara kesatuan Republik
Indonesia?
Apakah memang konsep federalisasi yang kini banyak digaungkan adalah
merupakan jawaban bagi permasalahan keadilan yang selama ini terjadi? Atau,
apakah konsep negara kesatuan, memang tidak relevan lagi?
Pertanyaan-pertanyaan diatas memang selayaknya diajukan untuk
merenungkan kembali dan menggali makna hakiki dari kehudupan berbangsa dan
bernegara Republik Indonesia. Dengan memandang berbagai persoalan negara
bangsa Indonesia secara obyektif dan jernih, maka upaya menjawab pertanyaan-
pertanyaan diatas, niscaya akan memberikan pemahaman masalah yang
komprehensif dan general (tidak parsial), sehingga hasilnya diharapkan dapat
memberikan solusi yang tepat, proporsional dan rasional. Untuk itulah, maka
makalah ini disusun.
1. Pemberdayaan Masyarakat
John Naisbit dalam bukunya Global Paradox menyatakan negara harus
dapat memberikan peranan sebesar-besarnya kepada rakyatnya.
Pemberdayaan masyarakat dalam arti memberikan peranan dalam bentuk
aktivitas dan partisipasi masyarakat untuk mencapai tujuan nasional hanya
dapat dilaksanakan oleh negara-negara maju dengan Buttom Up Planning,
sedang untuk negara berkembang dengan Top Down Planning karena
adanya keterbatasan kualitas sumber daya manusia, sehingga diperlukan
landasan operasional berupa GBHN. Kondisi nasional (Pembangunan) yang
tidak merata mengakibatkan keterbelakangan dan ini merupakan ancaman
bagi integritas. Pemberdayaan masyarakat diperlukan terutama untuk
daerah-daerah tertinggal.
2. Dunia Tanpa Batas
a. Perkembangan IPTEK mempengaruhi pola, pola sikap dan pola tindak
masyarakat dalam aspek kehidupan. Kualitas sumber daya Manusia
merupakan tantangan serius dalam menghadapi tantangan global.
b. Kenichi Omahe dalam bukunya Borderless Word dan The End of Nation
State menyatakan: dalam perkembangan masyarakat global, batas-batas
wilayah negara dalam arti geografi dan politik relatif masih tetap, namun
kehidupan dalam satu negara tidak mungkin dapat membatasi kekuatan
global yang berupa informasi, investasi, industri dan konsumen yang
makin individual. Untuk dapat menghadapi kekuatan global suatu
negara harus mengurangi peranan pemerintah pusat dan lebih
memberikan peranan kepada pemerintah daerah dan masyarakat.
Perkembangan Iptek dan perkembangan masyarakat global dikaitkan
dengan dunia tanpa batas dapat merupakan tantangan Wawasan
Nusantara, mengingat perkembangan tsb akan dapat mempengaruhi
masyarakat Indonesia dalam pola pikir, pola sikap dan pola tindak di
dalam bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
3. Era Baru Kapitalisme
a. Sloan dan Zureker. Dalam bukunya Dictionary of Economics
menyatakan Kapitalisme adalah suatu sistim ekonomi yang didasarkan
atas hak milik swasta atas macam-macam barang dan kebebasan
individu untuk mengadakan perjanjian dengan pihak lain dan untuk
berkecimpung dalam aktivitas-aktivitas ekonomi yang dipilihnya
sendiri berdasarkan kepentingan sendiri serta untuk mencapai laba guna
diri sendiri. Di era baru kapitalisme, sistem ekonomi untuk mendapatkan
keuntungan dengan melakukan aktivitasaktivitas secara luas dan
mencakup semua aspek kehidupan masyarakat sehingga diperlukan
strategi baru yaitu adanya keseimbangan.
b. Lester Thurow. Dalam bukunya The Future of Capitalism menyatakan :
untuk dapat bertahan dalam era baru kapitalisme harus membuat strategi
baru yaitu keseimbangan (balance) antara paham individu dan paham
sosialis. Di era baru kapitalisme, negara-negara kapitalis dalam rangka
mempertahankan eksistensinya dibidang ekonomi menekan negara-
negara berkembang dengan menggunakan isu-isu global yaitu
Demokrasi, Hak Asasi Manusia, Lingkungan hidup.
4. Kesadaran Warga Negara
a. Pandangan Indonesia tentang Hak dan Kewajiban. Manusia Indonesia
mempunyai kedudukan, hak dan kewajiban yang sama. Hak dan
kewajiban dapat dibedakan namun tidak dapat dipisahkan.
b. Kesadaran bela negara. Dalam mengisi kemerdekaan perjuangan yang
dilakukan adalah perjuangan non fisik untuk memerangi
keterbelakangan, kemiskinan, kesenjangan sosial, memberantas KKN,
menguasai Iptek, meningkatkan kualitas SDM, transparan dan
memelihara persatuan. Dalam perjuangan non fisik, kesadaran bela
Negara mengalami penurunan yang tajam dibandingkan pada
perjuangan fisik.
F. WAWASAN NUSANTARA DAN KARAKTER BANGSA
Secara konstitusional, wawasan Nusantara dikukuhkan dengan Kepres MPR
No. IV/MPR/1973 tentang Garis Besar Haluan Negara Bab II Sub E. Pokok-pokok
wawasan Nusantara dinyatakan sebagai wawasan dalam mencapai tujuan
pembangunan nasional mencakup hal-hal berikut ini:
Pertama, perwujudan kepulauan Nusantara sebagai satu kesatuan politik
memiliki arti bahwa kebutuhan wilayah nasional dengan segala isi dan kekayaannya
merupakan satu kesatuan wilayah, wadah, ruang hidup, dan kesatuan matra seluruh
bangsa serta menjadi modal dan milik bersama bangsa. Secara psikologis, bangsa
Indonesia harus merasa satu, senasib sepenanggungan, sebangsa dan setanah air serta
memiliki satu tekad di dalam mencapai cita-cita bangsa.
Kedua, perwujudan kepulauan Nusantara sebagai kesatuan sosial dan budaya
memiliki arti bahwa masyarakat Indonesia adalah satu, peri kehidupan bangsa harus
merupakan kehidupan yang serasi dengan terdapatnya tingkat kemajuan masyarakat
yang sama, merata, dan seimbang, serta adanya keselarasan kehidupan yang sesuai
dengan kemajuan bangsa. Budaya Indonesia pada hakikatnya adalah satu, sedangkan
corak ragam budaya yang ada menggambarkan kekayaan budaya yang menjadi modal
dan landasan pengembangan budaya bangsa seluruhnya yang hasilnya dapat dinikmati
oleh seluruh masyarakat Indonesia.
Ketiga, perwujudan kepulauan Nusantara sebagai satu kesatuan ekomomi
memiliki arti bahwa kekayaan wilayah Nusantara, baik potensial maupun efektif adalah
modal dan milik bersama bangsa. Keperluan hidup sehari-hari harus tersedia merata di
seluruh wilayah tanah air. Selain itu, tingkat perkembangan ekonomi harus serasi dan
seimbang di seluruh daerah tanpa meninggalkan ciri khas yang dimiliki oleh daerah-
daerah dalam mengembangkan ekonominya.15
Dengan ditetapkannya rumusan wawasan Nusantara sebagai ketetapan MPR,
wawasan Nusantara memiliki kekuatan hukum yang mengikat semua penyelenggara
negara, semua lembaga kenegaraan dan kemasyarakatan, serta semua warga negara
Indonesia. Hal ini berarti bahwa setiap rumusan kebijaksanaan dan perencanaan
pembangunan nasional harus mencerminkan hakikat rumusan wawasan Nusantara.
G. WAWASAN NUSANTARA DAN INTEGRASI NASIONAL
Dalam usaha mencapai tujuan nasional masih banyak yang memiliki
pandangan atau persepsi yang berbeda-beda. Untuk itulah pemerintah Indonesia
mempunyai rumusan dalam konsep pandangan nasional yang komprehensif dan
integral dalam bentuk wawasan Nusantara. Wawasan ini akan memberikan konsepsi
yang sama pada peserta didik tentang visi ke depan bangsa Indonesia untuk
menciptakan kesatuan dan persatuan, sehingga akan menghasilkan integrasi nasional
Secara teoritis, integrasi dapat dilukiskan sebagai pemilikan perasaan
keterikatan pada suatu pranata dalam suatu lingkup teritorial guna memenuhi harapan-
harapan yang bergantung secara damai di antara penduduk. Secara etimologis, integrasi

15. Sunarso, dkk., Op. cit., hlm. 166-167.


berasal dari kata integrate, yang berarti memberikan tempat bagi suatu unsur demi suatu
keseluruhan. Oleh karena itu, pengertian integrasi adalah membuat unsur-unsurnya
menjadi satu kesatuan dan utuh. Integrasi berarti menggabungkan seluruh bagian
menjadi sebuah keseluruhan dan tiap-tiap bagian diberi tempat, sehingga membentuk
kesatuan yang harmonis dalam kesatuan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang
bersemboyankan Bhinneka Tunggal Ika. Integrasi nasional merupakan hal yang
didambakan yang dapat mengatasi perbedaan suku, ras, dan agama. Kebhinekaan ini
merupakan aset Bangsa Indonesia apabila diterima secara ikhlas untuk saling menerima
dan menghormati dalam wadah NKRI.16
Menurut Sartono Kartodirdjo, integrasi nasional berasal dari integrasi teritorial
dan merupakan integrasi geopolitik yang dibentuk oleh transportasi, navigasi, dan
perdagangan, sehingga terciptalah komunikasi ekonomi, sosial, politik, dan kultural
yang semakin luas dan intensif. Pada saat ini, NKRI diperkokoh dengan adanya sistem
administrasi yang sentralistik melalui sistem edukasi, militer, dan komunikasi.17
Kebijakan kebudayaan dalam konteks integrasi nasional bukan berarti tidak
pernah dikenal dalam peta politik di Nusantara. Hal ini dikarenakan pemerintah
kolonial Hindia-Belanda tatkala menguatkan kekuasaannya di Nusantara tempo dulu
menempatkan semua jabatan di wilayah yang paling rentan dalam kaca mata mereka
kepada para ahli-ahli yang tahu tentang masyarakat dan kebudayaan setempat untuk
menangani masalah politik dan sosial tanpa menimbulkan pemberontakan bersenjata
yang akan mahal harganya untuk ditumpas.18
Masyarakat Indonesia sangat heterogen dan pluralistis. Oleh karena itu, bagi
integrasi social budaya unsur-unsurnya memerlukan nilai-nilai sebagai orientasi tujuan
kolektif bagi interaksi antar unsur.19 Dalam hubungan ini, ideologi bangsa, nilai
nasionalisme, dan kebudayaan nasional memiliki fungsi strategis. Nilai-nilai yang
terkandung di dalamnya dapat menggantikan nilai-nilai tradisional dan primordial yang
tidak relevan dengan masyarakat baru. Dengan demikian, nilai nasionalisme memiliki
nilai ganda, yaitu selain meningkatkan integrasi nasional, juga berfungsi
menanggulangi dampak kapitalisme dan globalisasi serta dapat mengatasi segala

16. Ibid., hlm. 182-183.


17. Sartono Kartodirdjo, Integrasi Nasional (Yogyakarta: Universitas Gadjah Mada Press, 1993), hlm. 85
18. Parnusa, Perjuangan Amanat Rakyat Nusantara (Jakarta: PT. Pernusatama Cemerlang, 1998), hlm. 24.
19. Tholhah Imam, dkk., Mewaspadai dan Mencegah Konflik Antar Umat Beragama (Jakarta: Departemen Agama Republik Indonesia
Proyek Peningkatan Kerukunan Antar Umat Beragama, 2001), hlm. 61.
hambatan ikatan primordial. Primordialisme dan etnosentrisme memang tidak bisa
dihapus begitu saja, namun perlu dikembangkan menjadi identitas nasional.20
Ada tiga cara yang selalu ditawarkan untuk memperkuat rasa nasionalisme
kebangsaan Indonesia sebagai upaya menghindari disintegrasi bangsa, sehingga nilai-
nilai Pancasila dapat diwujudkan, yaitu: melakukan sosialisasi nasionalisme Indonesia
secara terus-menerus, meningkatkan pembangunan ekonomi, dan menghilangkan
diskriminasi terhadap kelompok minoritas.21 Apabila dipikirkan antara integrasi dan
nasionalisme saling terkait. Integrasi memberi sumbangan terhadap nasionalisme dan
nasionalisme mendukung integrasi nasional. Oleh karena itu, integrasi nasional harus
terus-menerus dibina dan diperkuat dari waktu ke waktu. Kelalaian terhadap pembinaan
integrasi dapat menimbulkan konflik dan disintegrasi bangsa.22
Integrasi nasional biasanya dikaitkan dengan pembangunan nasional karena
masyarakat Indonesia yang majemuk sangat diperlukan untuk memupuk rasa persatuan
dan kesatuan agar pembangunan nasional tidak terkendala. Dalam hal ini, kata-kata
kunci yang harus diperhatikan adalah mempertahankan masyarakat dalam keadaan
harmonis dan saling membantu atau dalam koridor lintas SARA. Integrasi
mengingatkan adanya kekuatan yang menggerakkan setiap individu untuk hidup
bersama sebagai bangsa. Dengan integrasi yang tangguh, yang tercermin dari rasa cinta,
bangga, hormat, dan loyal kepada negara, maka cita-cita nasionalisme dapat terwujud.
Dalam integrasi nasional, masyarakat termotivasi untuk loyal kepada negara
dan bangsa. Di dalamnya terkandung cita-cita untuk menyatukan rakyat mengatasi
SARA melalui pembangunan integral.23 Integrasi nasional yang solid akan
memperlancar pembangunan nasional dan pembangunan yang berhasil akan
memberikan dampak yang positif terhadap negara dan bangsa sebagai perwujudan
nasionalisme. Dengan berhasilnya pembangunan sebagai wujud nasionalisme, konflik-
konflik yang mengarah kepada perpecahan atau disintegrasi dapat diatasi karena
integrasi nasional memerlukan kesadaran untuk hidup bersama dalam mewujudkan
masyarakat yang harmonis.

20. Dawam Raharjo, Pembangunan Ekonomi Nasional: Suatu Pendekatan, Pemerataan, Keadilan, dan Ekonomi Kerakyatan (Jakarta:
Intermasa, 1997), hlm. 208
21. Safran Sofyan, Implementasi Nilai-Nilai Konstitusi dalam Meningkatkan Persatuan dan Kesatuan Bangsa (Jakarta: Lemhanas, tt), hlm.
3.
22. Sunarso, dkk., Op.cit., hlm. 184
23. Tholhah Imam, dkk., Loc.cit
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Indonesia yang terkenal sebagai bangsa yang ramah dan menerima
pembaharuan kebudayaan serta tradisi baru memang sangat mudah untuk dipecah
belahkan. Untuk itulah diperlukan sebuah alat pemersatu bangsa ini agar tidak mudah
dipecah belah satu sama lainnya. Proses pembelajaran sejak dini pada anak dalam
keluarga merupakan suatu cara yang efektif untuk menanamkan rasa kebangsaaan
terhadap tanah air Indonesia. Perlunya pemberian rasa kebangsaan sejak dini akan
menumbuhkan jiwa dan semangat nasionalisme, pendidikan mengenai Pancasila
sebagai ideologi pemersatu bangsa harus benar-benar dipahami oleh setiap
penduduknya. Jangan biarkan Pancasila sebagai hal yang tabu untuk diperbincangkan
dan diajarkan kepada generasi bangsa Indonesia agar terciptanya suatu persatuan
bangsa Indonesia. Dari persatuaan tersebut kita dapat melihat jika wilayah Indonesia
bukan merupakan wilayah yang dipisahkan oleh lautan. Namun wilayah Indonesia
dipersatukan oleh lautan yang mengelilinginya. Penanaman persatuan kita sebagai
negara maritim akan membuat kita dapat memanfaatkan potensi bahari yang ada untuk
lebih maksimal demi kemakmuran masyarakat Indonesia.
Wawasan Nusantara memiliki peranan penting untuk mewujudkan persepsi
yang sama bagi seluruh warga Indonesia. Perbedaan persepsi, perbedaan pendapat, dan
friksi-friksi antar kelompok dalam konteks sosiologis, politis, serta demokrasi dianggap
sebagai hal yang wajar dan sah-sah saja. Hal tersebut justru diharapkan dapat
menghasilkan masyarakat yang dinamis, kreatif, dan sinergis untuk saling
menyesuaikan menuju integrasi. Suatu pantangan yang harus dihindari adalah
perbuatan dan tindakan yang melanggar norma-norma etika, moral, nilai agama, atau
tindakan anarkis menuju ke arah disintegrasi bangsa.
Dengan persepsi yang sama diharapkan dapat membawa bangsa menuju
kesepahaman dan kesehatian dalam mewujudkan cita-cita nasional. Suatu persepsi atau
pandangan yang berbeda-beda dalam mencapai tujuan bersama akan merugikan
kesatuan, kebersamaan, dan keserasian, sehingga menimbulkan gejolak sosial yang
dapat merugikan bangsa secara keseluruhan. Pembinaan dan sosialisasi wawasan
Nusantara sangat penting bagi warga negara Indonesia karena dapat menghasilkan
ketahanan nasional. Daya tahan yang kuat bagi suatu bangsa dan kerja sama yang
sinergis di berbagai bidang yang diusahakan secara terus-menerus dapat menghasilkan
integrasi nasional yang utuh dan menyeluruh.
Dari hal tersebut dapat kita menentukan arah kebijakan dari negara Indonesia
sendiri dalam menjaga wilayah teritorialnya, agar Indonesia tidak lagi kehilangan
wilayah. Maka dari itu peran serta antara masyarakat dan pemerintah saling menjaga
pertahanan dan keamanan Indonesia agar terbangunnya rasa persatuan bangsa
Indonesia untuk membangun masa keemasaan Nusantara terulang kembali.

B. SARAN
Dengan adanya wawasan nusantara, kita harus dapat memiliki sikap dan perilaku
yang sesuai kejuangan, cinta tanah air serta rela berkorban bagi nusa dan bangsa. Dalam
kaitannya dengan pemuda penerus bangsa hendaknya ditanamkan sikap wawasan
nusantara sejak dini sehingga kecintaan mereka terhadap bangsa dan negara lebih
meyakini dan lebih dalam. Untuk itulah perlu kiranya pendidikan yang
membahas/mempelajari tentang wawasan nusantara dimasukan ke dalam suiatu
kurikulum yang sekarang diterapkan dalam dunia pendidikan di Indonesia (misalnya :
pelajaran Kewarganegaraan, Pancasila, PPKn dan lain-lain). Untuk masyarakat
Indonsia (baik bagi si pembuat makalah, pembaca makalah serta yang lain) agar dapat
menjaga makna dan hakikat dari wawasan nusantara yang tercermin dari perilaku-
perilaku sehari hari misalnya ikut menjaga keamanan dan ketertiban lingkungan.

soprotection.com

Anda mungkin juga menyukai