Kelompok 7 - Manajemen Bengkel - Evaluasi Dan Pengembangan Laboratorium Dan Bengkel
Kelompok 7 - Manajemen Bengkel - Evaluasi Dan Pengembangan Laboratorium Dan Bengkel
Kelompok 7 - Manajemen Bengkel - Evaluasi Dan Pengembangan Laboratorium Dan Bengkel
Disusun Oleh :
Adhi Izar Mutaqin 200210 TRO B
Rio Pandu Priambudi 200210 TRO B
Wildan Surya Lazuardi 20021060 TRO B
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
I.1. Latar Belakang..........................................................................................1
I.2. Rumusan Masalah.....................................................................................1
I.3. Tujuan........................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................2
BAB III PENUTUP.................................................................................................3
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................4
LAMPIRAN.............................................................................................................5
ii
1
BAB I PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Bagi setiap perguruan tinggi, monitoring dan evaluasi mutu
laboratorium/bengkel/studio secara berkala dan terencana merupakan tuntutan
untuk melaksanakan koreksi terhadap peran perguruan tinggi yang bersangkutan
pada tridharma perguruan tinggi. Tuntutan evaluasi dan/atau pengembangan mutu
laboratorium/bengkel/studio merupakan kebutuhan atas mutu luaran pendidikan,
penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Atas dasar tersebut, tradisi
melakukan evaluasi dan/atau pengembangan mutu laboratorium/ bengkel/studio
adalah suatu bentuk tanggung jawab melakukan perbaikan secara berkelanjutan
atas tugas dan kewajibannya melaksanakan program pendidikan, penelitian dan
pengabdian kepada masyarakat. Dengan demikian stake holders dari program
pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat yang dijalankan oleh
Unand selalu mendapatkan hasil dan luaran yang bermanfaat bagi masyarakat dan
industri.
Atas dasar prinsip kesetaraan mutu serta kesepahaman tentang standarisasi
pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat di era global, maka
diperlukan sebuah parameter standar layanan laboratorium/bengkel/studio secara
nasional dan internasional. Selanjutnya, dengan diberlakukannya KKNI oleh
DIKTI tahun 2013 dan SNPT tahun 2014, maka sudah selayaknya Unand
melakukan mulai menetapkan kebijakan dan standar serta evaluasi mutu
laboratorium/bengkel/studio. Dengan ditetapkannya kebijakan mutu
laboratorium/bengkel/studio maka pengelola pendidikan mulai dari tingkat
universitas, fakultas dan program studi berkomitmen mengembangkan mutunya.
Untuk mencapai kebijakan tersebut dibutuhkan standar mutu
laboratorium/bengkel/studio sebagai acuan capaian mutu yang akan dicapai dalam
periode empat tahun kedepan. Selanjutnya, untuk menjamin ketercapaian setiap
butir-butir yang dinyatakan dalam standar mutu maka perlu dievaluasi secara
terukur dan periodik. Alat ukur pencapaian standar mutu
laboratorium/bengkel/studio akan dievaluasi dengan menggunakan instrument
Audit Mutu Internal (AMI) Mutu Laboratorium/ Bengkel/Studio. Berdasarkan
hasil evaluasi mutu laboratorium/bengkel/ studio yang menggunakan interumen
2
AMI akan diketahui ketercapaian untuk setiap standar. Butir-butir mutu yang
belum tercapai atau dengan keadaan perbaikan mayor dan minor akan dinyatakan
dalam bentuk Permintaan Tindakan Koreksi (PTK) yang ditujukan terhadap
pengelola laboratorium/bengkel/studio, sebagai dasar perbaikan mutu
berkelanjutan.
I.2. Rumusan Masalah
I.3. Tujuan
3
BAB II PEMBAHASAN
II.1. Pengertian Evaluasi
Pada umumnya evaluasi adalah suatu pemeriksaan terhadap
pelaksanaan suatu program yang telah dilakukan dan yang akan digunakan
untuk meramalkan, memperhitungkan, dan mengendalikan pelaksanaan
program kedepannya agar jauh lebih baik. Evaluasi lebih bersifat melihat
kedepan dari pada melihat kesalahan-kesalahan dimasa lalu,dan ditujukan
pada upaya peningkatan kesempatan demi keberhasilan program. Dengan
demikian misi dari evaluasi itu adalah perbaikan atau penyempurnaan
dimasa mendatang atas suatu program.
Istilah evaluasi (evaluation) menujuk pada suatu proses untuk
menentukan nilai dari suatu kegiatan tertentu.111 Evaluasi berarti penentuan
sampai seberapa jauh sesuatu berharga, bermutu, atau bernilai. Evaluasi
terhadap hasil belajar yang dicapai oleh siswa dan terhadap proses belajar-
mengajar mengandung penilaian terhadap hasil belajar atau proses belajar
itu, sampai beberapa jauh keduanya dapat dinilai baik. Sebenarnya yang
dinilai hanyalah proses belajar mengajar, tetapi penilaian atau evaluasi itu
diadakan melalui peninjauan terhadap hasil yang diperoleh siswa setelah
mengikuti proses belajar mengajar dan melalui peninjauan terhadap
perangkat komponenyang sama-sama membentuk proses belajar
mengajar.112
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 57 ayat (1), evaluasi dilakukan
dalam rangka pengendalian mutu pendidikan secara nasional sebagai
bentuk akuntabilitas penyelenggara pendidikan kepada pihak-pihak yang
berkepentingan, diantaranya terhadap peserta didik, lembaga, dan program
pendidikan.
Evaluasi adalah suatu usaha untuk mengukur dan sumber nilai secara
objektif dari pencapaian hasil-hasil yang direncanakan sebelumnya, dimana
hasi levaluasi tersebut dimaksudkan menjadi umpan balik untuk
perencanaan yang akan dilakukan didepan.113
Dalam hal ini menitik beratkan kajian evaluasi dari segi manajemen,
4
dimana evaluasi itu merupakan salah satu fungsi atau unsure manajemen,
yang misinya adalah untuk perbaikan fungsi atau social manajemen lainnya,
yaitu perencanaan. Dalam mengadakan sebuah proses evaluasi, terdapat
beberapa hal yang akan dibahas yaitu apa yang menjadi bahan evaluasi,
bagaimana proses evaluasi, kapan evaluasi diadakan, mengapa perlu
diadakan evaluasi, di mana proses evaluasi diadakan, dan pihak yang
mengadakan evaluasi.
II.2. Evaluasi Laboratorium
1. Evaluasi SOP
Evaluasi SOP adalah penilaian terhadap SOP yang telah dibuat, baik
dari segi penyusunan maupun penerapannya, guna memperoleh masukan
untuk penyempurnaan sehingga SOP selalu mutakhir, sesuai dengan
kebutuhan, dan proses penerapannya dapat berjalan dengan baik (PER-
1236/K/SU/2011). Tahapan evaluasi dalam siklus penyusunan SOP
merupakan tahap analisis sistematis terhadap serangkaian aktivitas yang
dibakukan dalam bentuk SOP untuk menentukan efektivitas pelaksanaan
tugas dan fungsi secara keseluruhan. Evaluasi sebagai langkah tindak lanjut
dari tahap monitoring, bertujuan mengetahui kelemahan pelaksanaan SOP
sehingga dilakukan penyempurnaan SOP dan dimungkinkan terjadi
perubahan SOP seiring dengan perubahan lingkungan organisasi
(PER/21/M.PAN/11/2008).
Metode yang pernah digunakan dalam proses evaluasi SOP, di
antaranya benchmarking dan teknik audit kepatuhan. Metode benchmarking
digunakan Asmara (2011) untuk evaluasi pelaksanaan Standard Operating
Procedures (SOP) pada usaha franchising (Alfamart Cilacap). Pada
penelitian tersebut pengumpulan data dilakukan dengan mensurvei 50
konsumen Alfamart. Diperoleh kesimpulan Alfamart sudah menerapkan
SOP dengan baik. Dengan menggunakan metode benchmarking diperoleh
hasil pelayanan Alfamart lebih baik dari pembandingnya (Indomaret).
Teknik audit kepatuhan digunakan untuk menilai evaluasi SOP oleh
Kurniawan (2011) di unit pelayanan Puskesmas Mangunsari Salatiga dan
Prasetya (2012) di Rumah Sakit Umum Daerah Salatiga. Dalam penelitian
5
1. KPI
KPI adalah alat ukur yang digunakan untuk menilai kinerja karyawan.
KPI ini umum digunakan sebagai dasar dalam penilaian kinerja karyawan.
KPI adalah sistem, yang digunakan untuk merekam kinerja karyawan.
Mulai dari pencapaian target sampai dengan pencapaian yang berhasil
di dapatkan. Dari KPI inilah leader atau atasan yang terkait bisa menilai
bagaimana kinerja karyawan terebut. KPI ini bukan hanya digunakan untuk
menilai individu saja, namun bisa sekalian untuk tim.
Metode penilaian menggunakan KPI ini masih menjadi satu metode
yang banyak digunakan perusahaan untuk menilai kinerja karyawannya.
2. Peer Feedback
Metode penilaian kineja selanjutnya juga bisa didasarkan dari peer
feedback, dimana perusahaan menilai karyawan berdasarkan penilaian pihak
ketiga.
Mengambil anonimus dari sumber yang berada dalam lingkup yang
sama dengan karyawan tersebut, misalnya teman kerja setim atau lingkup
terdekat lainya. Pastinya dalam memilih objek untuk di wawancara, penilai
memilih narasumber yang objektif dan netral.
3. Self Evaluation
Self evaluation atau penilaian mandiri langsung dari karyawan yang
bersangkutan untuk kemudian hasil penilaian ini akan diperiksa oleh atasan
terkait, baik itu team leader, manager atau HRD.
Kelebihan menggunakan self evaluation seperti ini akan membuat
karyawan tahu tentang perkembangannya selama ini. Selain itu karyawan
juga lebih percaya diri dalam menampilkan skill dan perkembangan yang ia
lakukan.
4. Feedback 360
Berbeda dengan metode penilaian karyawan self evaluation, penilaian
menggunakan feedback 360 ini menggunakan dasar penilaian dari banyak
7
5. Pshychological Appraisals
Selanjutnya penilaian dari sisi psikologis karyawan, hal ini dilakukan
dengan mengadakan wawancara maupun konsultasi tanya jawab secara
langsung. Teknik ini umumnya digunakan untuk mengetahui lebih dalam
informasi tentang karyawan.
5. Mengevaluasi penggunaan peralatan
6. Mengevaluasi program tahunan laboratorium
7. Mengevaluasi pemeliharaan/perawatan peralatan dan bahan
8. Mengevaluasi metode penanganan bahan
II.3. Pengembangan kegiatan laboratorium
1. Mengembangkan sistem pengelolaan laboratorium
2. Mengembangkan kinerja peralatan
3. Mengembangkan metode kerja peralatan
4. Mengembangkan metode pengujian, kalibrasi dan/atau produksi
5. Meningkatkan mutu produk dalam skala laboaratorium
II.4. Pengertian Laboratorium
Laboratorium, yang sering disingkat “lab”, adalah tempat
dilakukannya riset (penelitian) ilmiah, eksperimen (percobaan), ataupun
pelatihan ilmiah. Pada umumnya, laboratorium dirancang untuk
memungkinkan dilakukannya kegiatan-kegiatan tersebut secara terkendali.
Laboratorium ilmiah biasanya dibedakan menurut disiplin ilmunya seperti
laboratorium fisika, laboratorium biokimia, laboratorium komputer, dan
laboratorium bahasa. Dengan kata lain, laboratorium adalah tempat
8
lainnya.124
Berdasarkan peraturan tersebut, maka laboratorium dapt
dikembangkan secara profesional guna untuk mencapai target yang
ditentutan dan dapat melakukan inovasi baik dari segi personalia, kegiatan,
peraturan, sarana dan prasarana dan lain sebagainya. Dalam melakukan
pengembangan kegiatan laboratorium pendidikan dapat dilaksanakan
dimulai dari personalia laboratorium yang dimulai dari kepala laboratorium
pendidikan, Teknisi laboratorium, laboran laboratorium.
1. Kepala Laboratorium
a) Merencanakan Kegiatan dan Pengembangan Laboratorium
Sekolah/Madrasah
b) Mengelola Kegiatan Laboratorium Sekolah/Madrasah
c) Membagi Tugas Teknisi dan Laboran Laboratorium
Sekolah/Madrasah
d) Memantau Sarana dan Prasarana Laboratorium Sekolah/
Madrasah
e) Mengevaluasi kinerja teknisi dan laboran serta kegiatan
laboratorium sekolah/madrasah
f) Menerapkan Gagasan, Teori, dan Prinsip Kegiatan
Laboratorium Sekolah/Madrasah
g) Memanfaatkan Laboratorium untuk Kepentingan Pendidikan
dan Penelitiandi Sekolah/Madrasah
2. Teknisi Laboratorium
a) Merencanakan Pemanfaatan Laboratorium Sekolah/Madrasah
1) Merencanakan kebutuhan bahan, peralatan, dan suku
cadang laboratorium
2) Memanfaatkan katalog sebagai acuan dalam
merencanakan bahan, peralatan, dan suku cadang
laboratorium
3) Membuat daftar bahan, peralatan, dan suku cadang yang
diperlukan laboratorium
4) Merencanakan kebutuhan bahan dan perkakas untuk
11
di laboratorium
3) Menangani bahan-bahan berbahaya dan beracun (B3)
sesuai dengan prosedur yang berlaku
4) Menangani limbah laboratorium sesuai dengan
proseduryang berlaku
5) Memberikan pertolongan pertama pada kecelakaan
3. Laboran Laboratorium
a) Menginventarisasi Bahan Praktikum
b) Mencatat Kegiatan Praktikum
c) Merawat Ruang Laboratorium Sekolah/Madrasah
d) Mengelola Bahan dan Peralatan Laboratorium
Sekolah/Madrasah
e) Melayani Kegiatan Praktikum
f) Menjaga Kesehatan dan Keselamatan Kerjadi Laboratorium
Sekolah/Madrasah
II.7. Laboratorium Virtual
Pada saat ini para pendidik sudah mulai mendapatkan akses untuk
menggunakan berbagai macam teknologi guna meningkatkan efektifitas
proses belajar dan mengajar. Komputer sebagai salah satu produk teknologi
dinilai tepat digunakan sebagai alat bantu pengajaran. Berbagai macam
pendekatan instruksional yang dikemas dalam bentuk program pengajaran
berbantuan komputer atau CAI (Computer-Assisted Instruction) seperti:
drill and practice, simulasi, tutorial dan permainan bisa diperoleh lewat
komputer. Simulasi mengenai lingkungan nyata (virtual reality) yang dibuat
oleh komputer, dan pengguna dapat berinteraksi dengan hasil yang
menampakkan isi dari kenyataan lingkungan disebut kenyataan virtual
(Virtual Reality). VR merupakan suatu format interaksi manusiakomputer di
mana suatu lingkungan nyata atau khayal disimulasikan dan para pemakai
dapat berhubungan dan menggerakkan dunia itu. Dalam lingkungan virtual
yang paling berhasil, para pemakai merasakan bahwa mereka sungguh hadir
di dunia yang disimulasikan dan bahwa pengalaman mereka didalam dunia
virtual sebanding dengan apa yang akan mereka alami pada lingkungan
13
praktikum baik melalui atau tanpa akses internet sehingga siswa tersebut
tidak perlu hadir untuk mengikuti praktikum di ruang laboratorium. Hal ini
menjadi pembelajaran efektif karena siswa dapat belajar sendiri secara aktif
tanpa bantuan instruktur ataupun asisten seperti sistem yang berjalan.
Dengan format tampilan berbasis web cukup membantu siswa untuk dapat
mengikuti praktikum secara mandiri.129
Laboratorium virtual ini juga dapat memungkinkan akses jarak jauh
terhadap instrumen pengukuran, kamera video, mikrofon, rangkaian listrik
dan mekanik, reaksi kimia, percobaan biologi, dan sebagainya. Keragaman
model dan struktur untuk laboratorium virtual adalah sangat luas dan
bervariasi sesuai dengan sifat proyek diteliti, tujuan, dan teknologi yang
terlibat. Motivasi untuk implementasi laboratorium virtual termasuk, tetapi
tidak terbatas pada:
1. Keterbatasan pada sumber daya dan ruang dalam laboratorium dunia
nyata
2. Kemungkinan berbagi peralatan biasanya mahal.
merupakan hasil laporan dari audit internal dan kaji ulang manajemen.
Persyaratan umum ISO/IEC 17025: 2005 prosedur pengendalian rekaman
dibagi menjadi tujuh tahap yaitu: 1) pengumpulan; 2) identifikasi dan
pemberian indeks; 3) pengarsipan dan penyimpanan; 4) pembuatan
cadangan dan pengaksesan; 5) koreksi; 6) perlindungan dan pemeliharaan;
dan 7) pemusnahan. Kesadaran personel penanggung jawab, pehitungan
kembali, verifikasi data perlu ditingkatkan untuk meminimalisasi kesalahan
pada pengendalian rekaman.
2. Audit Internal
Berdasarkan ISO 9000, audit adalah suatu proses sitematis, mandiri,
dan terdokumentasi untuk memperoleh bukti audit dan mengevalusi secara
objektif untuk menentukan sejauh mana kriteria audit telah dipenuhi. Audit
internal laboratorium dapat diartikan sebagai suatu proses yang dimiliki
laboratorium untuk memantau penerapan sistem manajemen mutunya
dengan penilaian sistematis dan mandiri untuk menetapkan apakah kegiatan
mutu dan hasil yang berkaitan sesuai dengan pengaturan yang direncanakan
serta apakah pengaturan- pengaturan tersebut secara efektif dan sesuai untuk
mencapai tujuan.
Audit internal dimaksudkan untuk mengantisipasi kestidaksesuaian
yang terjadi dalam penerapan sistem manajemen mutu. Manfaat yang
diperoleh dengan adanya audit internal diantaranya sebagai pemeriksa
apakah penerapan sistem manajemen mutu di laboratorium telah memenuhi
standar ISO/IEC 17025: 2005 yang digunakan sebagai acuan akreditasi
laboratorium dan untuk menilai kesiapan menghadapi audit eksternal dari
badan akreditasi.
Pelaksanaan audit internal terdiri dari tiga proses yaitu pertama
perencanaan audit internal, pada proses ini manajer mutu harus menetapkan
lingkup audit, menetapkan tanggal, waktu dan lamanya audit internal,
menyiapkan dokumen kerja yang berkaitan dengan audit internal, kemudian
yang terakhir manajer mutu harus memastikan pemahaman kepada tim
audit. Proses kedua setelah perencanaan audit adalah persiapan audit dalam
proses ini auditor harus menghubungi auditi, mempelajari dokumen terkait,
18
Analisis Data Hasil AMI 5. Tim LP3M menganalisis data Data AMI
Laboraorium/Bengkel/ Laboratorium/Bengkel/Studio.
Studio
III.2. Saran
21
DAFTAR PUSTAKA
22
LAMPIRAN