Kelompok 7 - Manajemen Bengkel - Evaluasi Dan Pengembangan Laboratorium Dan Bengkel

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

EVALUASI DAN PENGEMBANGAN


LABORATORIUM DAN BENGKEL

Ditunjukan untuk memenuhi tugas mata kuliah Manajemen Armada


yang diampu oleh Bapak Faris Humami, S.T., M.T.

Disusun Oleh :
Adhi Izar Mutaqin 200210 TRO B
Rio Pandu Priambudi 200210 TRO B
Wildan Surya Lazuardi 20021060 TRO B

PROGRAM STUDI D4 TEKNOLOGI REKAYASA OTOMOTIF


POLITEKNIK KESELAMATAN TRANSPORTASI JALAN
TEGAL
2023
KATA PENGANTAR
Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan kami kemudahan
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa
pertolongan-Nya tentunya kami tidak akan sanggup untuk menyelesaikan
makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam semoga terlimpah curahkan
kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nanti-
natikan syafa’atnya di akhirat nanti.
Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan
nikmat sehat-Nya, baik itu berupa sehar fisik maupun akal pikiran, sehingga
penulis mampu untuk menyelesaikan pembuatan modul dengan judul
“Makalah Evaluasi Manajemen Bengkel”.
Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata
sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di
dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca
untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah
yang lebih baik lagi. Demikian, dan apabila terdapat banyak kesalahan pada
makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya.
Demikian, semoga makalah ini dapat bermanfaat. Terima kasih.

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................i
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN........................................................................................1
I.1. Latar Belakang..........................................................................................1
I.2. Rumusan Masalah.....................................................................................1
I.3. Tujuan........................................................................................................1
BAB II PEMBAHASAN.........................................................................................2
BAB III PENUTUP.................................................................................................3
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................4
LAMPIRAN.............................................................................................................5

ii
1

BAB I PENDAHULUAN
I.1. Latar Belakang
Bagi setiap perguruan tinggi, monitoring dan evaluasi mutu
laboratorium/bengkel/studio secara berkala dan terencana merupakan tuntutan
untuk melaksanakan koreksi terhadap peran perguruan tinggi yang bersangkutan
pada tridharma perguruan tinggi. Tuntutan evaluasi dan/atau pengembangan mutu
laboratorium/bengkel/studio merupakan kebutuhan atas mutu luaran pendidikan,
penelitian dan pengabdian kepada masyarakat. Atas dasar tersebut, tradisi
melakukan evaluasi dan/atau pengembangan mutu laboratorium/ bengkel/studio
adalah suatu bentuk tanggung jawab melakukan perbaikan secara berkelanjutan
atas tugas dan kewajibannya melaksanakan program pendidikan, penelitian dan
pengabdian kepada masyarakat. Dengan demikian stake holders dari program
pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat yang dijalankan oleh
Unand selalu mendapatkan hasil dan luaran yang bermanfaat bagi masyarakat dan
industri.
Atas dasar prinsip kesetaraan mutu serta kesepahaman tentang standarisasi
pendidikan, penelitian dan pengabdian kepada masyarakat di era global, maka
diperlukan sebuah parameter standar layanan laboratorium/bengkel/studio secara
nasional dan internasional. Selanjutnya, dengan diberlakukannya KKNI oleh
DIKTI tahun 2013 dan SNPT tahun 2014, maka sudah selayaknya Unand
melakukan mulai menetapkan kebijakan dan standar serta evaluasi mutu
laboratorium/bengkel/studio. Dengan ditetapkannya kebijakan mutu
laboratorium/bengkel/studio maka pengelola pendidikan mulai dari tingkat
universitas, fakultas dan program studi berkomitmen mengembangkan mutunya.
Untuk mencapai kebijakan tersebut dibutuhkan standar mutu
laboratorium/bengkel/studio sebagai acuan capaian mutu yang akan dicapai dalam
periode empat tahun kedepan. Selanjutnya, untuk menjamin ketercapaian setiap
butir-butir yang dinyatakan dalam standar mutu maka perlu dievaluasi secara
terukur dan periodik. Alat ukur pencapaian standar mutu
laboratorium/bengkel/studio akan dievaluasi dengan menggunakan instrument
Audit Mutu Internal (AMI) Mutu Laboratorium/ Bengkel/Studio. Berdasarkan
hasil evaluasi mutu laboratorium/bengkel/ studio yang menggunakan interumen
2

AMI akan diketahui ketercapaian untuk setiap standar. Butir-butir mutu yang
belum tercapai atau dengan keadaan perbaikan mayor dan minor akan dinyatakan
dalam bentuk Permintaan Tindakan Koreksi (PTK) yang ditujukan terhadap
pengelola laboratorium/bengkel/studio, sebagai dasar perbaikan mutu
berkelanjutan.
I.2. Rumusan Masalah

I.3. Tujuan
3

BAB II PEMBAHASAN
II.1. Pengertian Evaluasi
Pada umumnya evaluasi adalah suatu pemeriksaan terhadap
pelaksanaan suatu program yang telah dilakukan dan yang akan digunakan
untuk meramalkan, memperhitungkan, dan mengendalikan pelaksanaan
program kedepannya agar jauh lebih baik. Evaluasi lebih bersifat melihat
kedepan dari pada melihat kesalahan-kesalahan dimasa lalu,dan ditujukan
pada upaya peningkatan kesempatan demi keberhasilan program. Dengan
demikian misi dari evaluasi itu adalah perbaikan atau penyempurnaan
dimasa mendatang atas suatu program.
Istilah evaluasi (evaluation) menujuk pada suatu proses untuk
menentukan nilai dari suatu kegiatan tertentu.111 Evaluasi berarti penentuan
sampai seberapa jauh sesuatu berharga, bermutu, atau bernilai. Evaluasi
terhadap hasil belajar yang dicapai oleh siswa dan terhadap proses belajar-
mengajar mengandung penilaian terhadap hasil belajar atau proses belajar
itu, sampai beberapa jauh keduanya dapat dinilai baik. Sebenarnya yang
dinilai hanyalah proses belajar mengajar, tetapi penilaian atau evaluasi itu
diadakan melalui peninjauan terhadap hasil yang diperoleh siswa setelah
mengikuti proses belajar mengajar dan melalui peninjauan terhadap
perangkat komponenyang sama-sama membentuk proses belajar
mengajar.112
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003
tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 57 ayat (1), evaluasi dilakukan
dalam rangka pengendalian mutu pendidikan secara nasional sebagai
bentuk akuntabilitas penyelenggara pendidikan kepada pihak-pihak yang
berkepentingan, diantaranya terhadap peserta didik, lembaga, dan program
pendidikan.
Evaluasi adalah suatu usaha untuk mengukur dan sumber nilai secara
objektif dari pencapaian hasil-hasil yang direncanakan sebelumnya, dimana
hasi levaluasi tersebut dimaksudkan menjadi umpan balik untuk
perencanaan yang akan dilakukan didepan.113
Dalam hal ini menitik beratkan kajian evaluasi dari segi manajemen,
4

dimana evaluasi itu merupakan salah satu fungsi atau unsure manajemen,
yang misinya adalah untuk perbaikan fungsi atau social manajemen lainnya,
yaitu perencanaan. Dalam mengadakan sebuah proses evaluasi, terdapat
beberapa hal yang akan dibahas yaitu apa yang menjadi bahan evaluasi,
bagaimana proses evaluasi, kapan evaluasi diadakan, mengapa perlu
diadakan evaluasi, di mana proses evaluasi diadakan, dan pihak yang
mengadakan evaluasi.
II.2. Evaluasi Laboratorium
1. Evaluasi SOP
Evaluasi SOP adalah penilaian terhadap SOP yang telah dibuat, baik
dari segi penyusunan maupun penerapannya, guna memperoleh masukan
untuk penyempurnaan sehingga SOP selalu mutakhir, sesuai dengan
kebutuhan, dan proses penerapannya dapat berjalan dengan baik (PER-
1236/K/SU/2011). Tahapan evaluasi dalam siklus penyusunan SOP
merupakan tahap analisis sistematis terhadap serangkaian aktivitas yang
dibakukan dalam bentuk SOP untuk menentukan efektivitas pelaksanaan
tugas dan fungsi secara keseluruhan. Evaluasi sebagai langkah tindak lanjut
dari tahap monitoring, bertujuan mengetahui kelemahan pelaksanaan SOP
sehingga dilakukan penyempurnaan SOP dan dimungkinkan terjadi
perubahan SOP seiring dengan perubahan lingkungan organisasi
(PER/21/M.PAN/11/2008).
Metode yang pernah digunakan dalam proses evaluasi SOP, di
antaranya benchmarking dan teknik audit kepatuhan. Metode benchmarking
digunakan Asmara (2011) untuk evaluasi pelaksanaan Standard Operating
Procedures (SOP) pada usaha franchising (Alfamart Cilacap). Pada
penelitian tersebut pengumpulan data dilakukan dengan mensurvei 50
konsumen Alfamart. Diperoleh kesimpulan Alfamart sudah menerapkan
SOP dengan baik. Dengan menggunakan metode benchmarking diperoleh
hasil pelayanan Alfamart lebih baik dari pembandingnya (Indomaret).
Teknik audit kepatuhan digunakan untuk menilai evaluasi SOP oleh
Kurniawan (2011) di unit pelayanan Puskesmas Mangunsari Salatiga dan
Prasetya (2012) di Rumah Sakit Umum Daerah Salatiga. Dalam penelitian
5

Kurniawan dan Prasetya data diperoleh melalui wawancara, observasi, dan


studi dokumen. Hasil penelitian Kurniawan (2011) menunjukkan bahwa
evaluasi level atribut beberapa prosedur yang tidak efektif banyak terjadi
pada atribut yang bersifat pelayanan servis kepada pasien, karena tidak
adanya briefing karyawan mengenai pentingnya SOP. Sementara dalam
penelitian Prasetya (2012) diperoleh hasil bahwa penerapan SOP dinyatakan
efektif hanya pada prosedur pendaftaran pasien rawat jalan lama, sedangkan
efektivitas untuk prosedur lainnya hanya pada tingkat cukup efektif.
2. Melakukan evaluasi hasil kalibrasi peralatan
3. Mengevaluasi kinerja peralatan
Tujuan evaluasi kinerja peralatan dikemukakan oleh Agus Sunyoto (1999)
dalam bukunya Equipment Performance Quality (Edisi Kelima) sebagai
berikut:
1. Melakukan analisis kinerja masa lalu secara berkesinambungan dan
berkala, baik kinerja peralatan maupun kinerja organisasi.
2. Mengkaji kebutuhan pelatihan aparatur melalui uji keterampilan dan
pengetahuannya agar dapat mengembangkan kapasitasnya sendiri.
Berdasarkan penilaian kebutuhan pelatihan, program pelatihan yang
tepat dapat dilaksanakan.
3. Tetapkan tujuan kinerja masa depan dan tetapkan tanggungjawab
individu dan tim sehingga pada tahap selanjutnya jelas apa yang
perlu dilakukan karyawan, kualitas dan standar yang harus dicapai,
sarana dan prasarana yang diperlukan untuk meningkatkan kinerja
karyawan.
4. Mencari karyawan potensial yang memenuhi syarat untuk promosi
dan berdasarkan hasil diskusi antara karyawan dan pimpinannya,
membuat rekomendasi tentang sistem penghargaan dan sistem
promosi lainnya, seperti: sistem rekomendasi penghargaan (Sunyoto,
1999).
4. Mengevaluasi metode kerja
Ada beberapa media yang digunakan sebagai dasar untuk melakukan
evaluasi kerja. Beberapa dasar yang digunakan adalah
6

1. KPI
KPI adalah alat ukur yang digunakan untuk menilai kinerja karyawan.
KPI ini umum digunakan sebagai dasar dalam penilaian kinerja karyawan.
KPI adalah sistem, yang digunakan untuk merekam kinerja karyawan.
Mulai dari pencapaian target sampai dengan pencapaian yang berhasil
di dapatkan. Dari KPI inilah leader atau atasan yang terkait bisa menilai
bagaimana kinerja karyawan terebut. KPI ini bukan hanya digunakan untuk
menilai individu saja, namun bisa sekalian untuk tim.
Metode penilaian menggunakan KPI ini masih menjadi satu metode
yang banyak digunakan perusahaan untuk menilai kinerja karyawannya.

2. Peer Feedback
Metode penilaian kineja selanjutnya juga bisa didasarkan dari peer
feedback, dimana perusahaan menilai karyawan berdasarkan penilaian pihak
ketiga.
Mengambil anonimus dari sumber yang berada dalam lingkup yang
sama dengan karyawan tersebut, misalnya teman kerja setim atau lingkup
terdekat lainya. Pastinya dalam memilih objek untuk di wawancara, penilai
memilih narasumber yang objektif dan netral.

3. Self Evaluation
Self evaluation atau penilaian mandiri langsung dari karyawan yang
bersangkutan untuk kemudian hasil penilaian ini akan diperiksa oleh atasan
terkait, baik itu team leader, manager atau HRD.
Kelebihan menggunakan self evaluation seperti ini akan membuat
karyawan tahu tentang perkembangannya selama ini. Selain itu karyawan
juga lebih percaya diri dalam menampilkan skill dan perkembangan yang ia
lakukan.

4. Feedback 360
Berbeda dengan metode penilaian karyawan self evaluation, penilaian
menggunakan feedback 360 ini menggunakan dasar penilaian dari banyak
7

sumber yang berkaitan kerja dengan karyawan.


Misalnya dari rekan kerja, client, atasan, sampai dengan karyawan
yang ada di bawahnya.
Banyaknya sumber membuat metode ini memerlukan pemeriksaan
hasil penilaian dari sumber tadi. Sebab banyak sumber ini memberikan opini
yang terkadang bersifat subjektif sehingga di hasil akhir, yang bertugas
menilai perlu untuk meninjau ulang dan menyaring hasilnya. Agar hasil
lebih netral dan adil.

5. Pshychological Appraisals
Selanjutnya penilaian dari sisi psikologis karyawan, hal ini dilakukan
dengan mengadakan wawancara maupun konsultasi tanya jawab secara
langsung. Teknik ini umumnya digunakan untuk mengetahui lebih dalam
informasi tentang karyawan.
5. Mengevaluasi penggunaan peralatan
6. Mengevaluasi program tahunan laboratorium
7. Mengevaluasi pemeliharaan/perawatan peralatan dan bahan
8. Mengevaluasi metode penanganan bahan
II.3. Pengembangan kegiatan laboratorium
1. Mengembangkan sistem pengelolaan laboratorium
2. Mengembangkan kinerja peralatan
3. Mengembangkan metode kerja peralatan
4. Mengembangkan metode pengujian, kalibrasi dan/atau produksi
5. Meningkatkan mutu produk dalam skala laboaratorium
II.4. Pengertian Laboratorium
Laboratorium, yang sering disingkat “lab”, adalah tempat
dilakukannya riset (penelitian) ilmiah, eksperimen (percobaan), ataupun
pelatihan ilmiah. Pada umumnya, laboratorium dirancang untuk
memungkinkan dilakukannya kegiatan-kegiatan tersebut secara terkendali.
Laboratorium ilmiah biasanya dibedakan menurut disiplin ilmunya seperti
laboratorium fisika, laboratorium biokimia, laboratorium komputer, dan
laboratorium bahasa. Dengan kata lain, laboratorium adalah tempat
8

sekelompok orang yang melakukan berbagai macam kegiatan penelitian


(riset) pengamatan, pelatihan, dan pengujian ilmiah sebagai pendekatan
antara teori dan praktik dari berbagai disiplin ilmu. Pembelajaran atau riset-
riset pengembangan ilmu tersebut dilakukan terhadap berbagai macam ilmu
yang telah dikenal sebelumnya, atau terhadap ilmu yang baru dikenal. Pada
dasarnya, secara fisik laboratorium juga dapat merujuk pada suatu ruangan
tertutup, kamar atau ruangan terbuka.
II.5. Fungsi Laboratorium
Laboratorium sebagai tempat dilakukan riset, penelitian, percobaan,
pengamatan, serta pengujian ilmiah memiliki banyak fungsi. Berikut ini
beberapa fungsi laboratorium yang paling utama.
1. Menyeimbangkan antara teori dan praktik ilmu dan menyatukan
antara teori dan praktik. Laboratorium adalah tempat untuk menguji
sebuah teori sehingga akan dapat menunjang pelajaran teori yang telah
diterima secara langsung. Dalam konteks itu, keduanya akan saling
melengkapi, yaitu teori akan dapat menjadikan pijakan (dasar) praktik
dan penelitian, sedangkan penilitian akan menguatkan argumentasi
teori.
2. Memberikan keterampilan kerja ilmiah bagi para peneliti, baik dari
kalangan siswa, mahasiswa, dosen, ataupun peneliti lainnya. Hal ini
disebabkan laboratorium tidak hanya menuntut pemahaman terhadap
objek yang dikaji, tetapi juga menuntut seseorang untuk melakukan
sebuah ekserimentasi.
3. Memberikan dan memupuk keberanian para peneliti (yang terdiri dari
pembelajar, peserta didik, mahasiswa, dosen dan seluruh praktisi
keilmuan dalam lingkungan alam dan lingkungan sosial.
4. Menambah keterampilan dan keahlian para peneliti dalam
mempergunakan alat media yang tersedia di dalam laboratorium untuk
mencari dan menentukan kebenaran ilmiah sesuai dengan berbagai
macam riset atau pun eksperimentasi yang akan dilakukan.
5. Memupuk rasa ingin tahu kepada para peneliti mengenai berbagai
macam keilmuan sehingga akan mendorong mereka untuk selalu
9

mengkaji dan mencari kebenaran ilmiah dengan cara penelitian,


ujicoba, maupun ekperimentasi. Hal ini akan dapat memupuk sikap
ilmiah mereka sebagai calon-calon ilmuwan di masa depan
6. Laboratorium dapat memupuk dan membina rasa percaya diri para
peneliti dalam keterampilan yang diperoleh atau terhadap penemuan
yang didapat dalam proses kegiatan kerja di laboratorium. Artinya,
orang yang menemukan kebenaran ilmiah dalam penelitian di
laboratorium akan lebih percaya diri dengan kebenaran tersebut
karena telah melewati proses ilmiah yang sangat ketat, teliti, dan
objektif sesuai dengan kaidah-kaidah ilmiah. Oleh karena itu, tidak
mengherankan apabila banyak orang yang menjadikan laboratorium
sebagai proses akhir pengujian sebuah kebenaran.
7. Laboratorium dapat menjadi sumber belajar untuk memecahkan
berbagai masalah melalui kegiatan praktik, baik itu masalah dalam
pembelajaran, masalah akademik, maupun masalah yang terjadi di
tengah masyarakat yang membutuhkan penanganan dengan uji
laboratorium.
8. Laboratorium dapat menjadi sarana belajar bagi para siswa,
mahasiswa, dosen, aktivis, peneliti, dan lain-lain untuk memahami
segala ilmu pengetahuan yang masih bersifat abstrak sehingga
menjadi sesuatu yang bersifat konkret dan nyata. Hal ini akan sangat
berguna bagi individu-individu yang taraf berpikirnya normatif
sehingga dapat mengarahkan mereka kepada hal-hal yang lebih
konkret (nyata). Oleh karena itu, laboratorium sebenarnya
menekankan perhatian terhadap ranah kognitif, ranah psikomotorik,
dan tanah afektif yang tentunya sangat diperlukan oleh setiap orang.
II.6. Pengembangan Kegiatan Di Labor
Sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 26
Tahun 2008 mengenai kemampuan merencanakan dan mengembangkan
laboratorium, mengelola kegiatan laboratorium dan tenaga laboratorium,
memantau kegiatan laboratorium beserta sarana dan prasarana, dan
mengevaluasi kegiatan laboratorium serta aktivitas tenaga laboratorium
10

lainnya.124
Berdasarkan peraturan tersebut, maka laboratorium dapt
dikembangkan secara profesional guna untuk mencapai target yang
ditentutan dan dapat melakukan inovasi baik dari segi personalia, kegiatan,
peraturan, sarana dan prasarana dan lain sebagainya. Dalam melakukan
pengembangan kegiatan laboratorium pendidikan dapat dilaksanakan
dimulai dari personalia laboratorium yang dimulai dari kepala laboratorium
pendidikan, Teknisi laboratorium, laboran laboratorium.
1. Kepala Laboratorium
a) Merencanakan Kegiatan dan Pengembangan Laboratorium
Sekolah/Madrasah
b) Mengelola Kegiatan Laboratorium Sekolah/Madrasah
c) Membagi Tugas Teknisi dan Laboran Laboratorium
Sekolah/Madrasah
d) Memantau Sarana dan Prasarana Laboratorium Sekolah/
Madrasah
e) Mengevaluasi kinerja teknisi dan laboran serta kegiatan
laboratorium sekolah/madrasah
f) Menerapkan Gagasan, Teori, dan Prinsip Kegiatan
Laboratorium Sekolah/Madrasah
g) Memanfaatkan Laboratorium untuk Kepentingan Pendidikan
dan Penelitiandi Sekolah/Madrasah
2. Teknisi Laboratorium
a) Merencanakan Pemanfaatan Laboratorium Sekolah/Madrasah
1) Merencanakan kebutuhan bahan, peralatan, dan suku
cadang laboratorium
2) Memanfaatkan katalog sebagai acuan dalam
merencanakan bahan, peralatan, dan suku cadang
laboratorium
3) Membuat daftar bahan, peralatan, dan suku cadang yang
diperlukan laboratorium
4) Merencanakan kebutuhan bahan dan perkakas untuk
11

perawatan dan perbaikan peralatan laboratorium


5) Merencanakan jadwal perawatan dan perbaikan peralatan
laboratorium
b) Mengatur Penyimpanan Bahan, Peralatan, Perkakas, dan Suku
Cadang Laboratorium Sekolah/Madrasah
1) Mencatat bahan, peralatan, dan fasilitas laboratorium
dengan memanfaatkan peralatan teknologi informasi dan
komunikasi (TIK)
2) Mengatur tata letak bahan, peralatan, dan fasilitas
laboratorium
3) Mengatur tata letak bahan, suku cadang, dan perkakas
untuk perawatan dan perbaikan peralatan laboratorium
c) Menyiapkan Kegiatan Laboratorium Sekolah/Madrasah
Menyiapkan kegiatan laboratorium sekolah/madrasah
meliputi kegiatan sebagai berikut.
1) Menyiapkan petunjuk penggunaan peralatan laboratorium
2) Menyiapkan paket bahan dan rangkaian peralatan yang
siap pakai untuk kegiatan praktikum
3) Menyiapkan penuntun kegiatan praktikum
d) Merawat Peralatan dan Bahan di Laboratorium
Sekolah/Madrasah\
Merawat peralatan dan bahan di laboratorium meliputi
kegiatan sebagai berikut.
1) Mengidentifikasi kerusakan peralatan dan bahan
laboratorium
2) Memperbaiki kerusakan peralatan laboratorium
e) Menjaga Kesehatan dan Keselamatan Kerjadi Laboratorium
sekolah/Madrasah
Menjaga kesehatan dan keselamatan kerja di laboratorium
sekolah/madrasah meliputi kegiatan sebagai berikut.
1) Menjaga kesehatan diri dan lingkungan kerja
2) Menggunakan peralatan kesehatan dan keselamatan kerja
12

di laboratorium
3) Menangani bahan-bahan berbahaya dan beracun (B3)
sesuai dengan prosedur yang berlaku
4) Menangani limbah laboratorium sesuai dengan
proseduryang berlaku
5) Memberikan pertolongan pertama pada kecelakaan
3. Laboran Laboratorium
a) Menginventarisasi Bahan Praktikum
b) Mencatat Kegiatan Praktikum
c) Merawat Ruang Laboratorium Sekolah/Madrasah
d) Mengelola Bahan dan Peralatan Laboratorium
Sekolah/Madrasah
e) Melayani Kegiatan Praktikum
f) Menjaga Kesehatan dan Keselamatan Kerjadi Laboratorium
Sekolah/Madrasah
II.7. Laboratorium Virtual
Pada saat ini para pendidik sudah mulai mendapatkan akses untuk
menggunakan berbagai macam teknologi guna meningkatkan efektifitas
proses belajar dan mengajar. Komputer sebagai salah satu produk teknologi
dinilai tepat digunakan sebagai alat bantu pengajaran. Berbagai macam
pendekatan instruksional yang dikemas dalam bentuk program pengajaran
berbantuan komputer atau CAI (Computer-Assisted Instruction) seperti:
drill and practice, simulasi, tutorial dan permainan bisa diperoleh lewat
komputer. Simulasi mengenai lingkungan nyata (virtual reality) yang dibuat
oleh komputer, dan pengguna dapat berinteraksi dengan hasil yang
menampakkan isi dari kenyataan lingkungan disebut kenyataan virtual
(Virtual Reality). VR merupakan suatu format interaksi manusiakomputer di
mana suatu lingkungan nyata atau khayal disimulasikan dan para pemakai
dapat berhubungan dan menggerakkan dunia itu. Dalam lingkungan virtual
yang paling berhasil, para pemakai merasakan bahwa mereka sungguh hadir
di dunia yang disimulasikan dan bahwa pengalaman mereka didalam dunia
virtual sebanding dengan apa yang akan mereka alami pada lingkungan
13

sebenarnya. Virtual Reality dapat diterapkan pada berbagai bidang..


Sejalan dengan perkembangan teknologi informasi dan pembelajaran
berbasis teknologi informasi yang sangat pesat, hendaknya sekolah
menyikapinya dengan seksama agar apa yang dicita-citakan dalam
perubahan paradigma pendidikan dapat segera terwujud. Kecenderungan
yang telah dikembangkan dalam pemanfaatan teknologi informasi dan
komunikasi (TIK) dalam pembelajaran adalah program e-learning. Secara
sederhana e- learning dapat difahami sebagai suatu proses pembelajaran
yang memanfaatkan teknologi informasi berupa komputer yang dilengkapi
dengan sarana telekomunikasi (internet) dan multimedia (grafis, audio,
video), sebagai media utama dalam penyampaian materi dan interaksi antara
pengajar (guru/dosen) dan pembelajar (siswa/mahasiswa) dengan
menggunakan media dalam pengajaran dapat mempertinggi hasil belajar
siswa yang dicapai.126
E-Learning semakin dikenal sebagai salah satu cara untuk mengatasi
masalah pendidikan, baik di negara-negara maju maupun di negara
yangsedang berkembang. E-learning merupakan suatu teknologi
pembelajaran yang yang relatif barudi Indonesia.Kata E- Learning ini terdiri
dari dua bagian, yaitu ‘e’ yang merupakan singkatandari ‘electronica’ dan
‘learning’ yang berarti ‘pembelajaran’. Jadi e-learningberarti pembelajaran
dengan menggunakan jasa bantuan perangkatelektronika. Jadi dalam
pelaksanaannya e-learning menggunakan jasa audio,video atau perangkat
komputer atau kombinasi dari ketiganya.
Banyak hal yang mendorong mengapa e-learning menjadi salah satu
pilihanuntuk peningkatan mutu pendidikan, antara lain pesatnya fasilitas
teknologiinformasi, dan perkembangan pengguna internet di dunia saat ini
berkembang dengan cepat. Penggunaan internet menjadi suatu kebutuhan
dalammendukung pekerjaan atau tugas sehari-hari. Apalagi dengan
tersedianya fasilitas jaringan (Internet infrastructure) dan koneksi internet
(Internet Connections). Serta tersedianya piranti lunak pembelajaran
(management course tools). Juga orang yang terampil mengoperasikan atau
menggunakaninternet semakin meningkat jumlahnya.127
14

Penemuan internet dianggap sebagai penemuan yang cukup besar,


yang mengubah dunia dari bersifat lokal atau regional menjadi global.
Sumber informasi dunia dapat diakses oleh siapa pun dan di mana pun
melaluijaringan internet. Melalui internet faktor jarak dan waktu sudah tidak
menjadi masalah. Dunia seolah- olah menjadi kecil, dan komunikasi
menjadi mudah, internet juga telah mengubah metode komunikasi massa
dan penyebaran data atau informasi secara fleksibel dan mengintegrasikan
seluruh bentuk media massa konvensional seperti media cetak dan audio
visual.
Untuk dapat menghasilkan e-learning yang menarik dan diminati.
Onno W. Purbo128 mensyaratkan tiga hal yang wajib dipenuhi dalam
merancang elearning, yaitu : sederhana, personal, dan cepat. Sistem yang
sederhana akan memudahkan peserta didik dalam memanfaatkan teknologi
dan menu yang ada, dengan kemudahan pada panel yang disediakan, akan
mengurangi pengenalan sistem e-learning itu sendiri, sehingga waktu belajar
peserta dapat diefisienkan untuk proses belajar itu sendiri dan bukan pada
belajar menggunakan sistem elearning-nya. Laboratorium virtual
Laboratorium biasanya didefinisikan sebagai: (1) tempat yang dilengkapi
untuk eksperimental studi dalam ilmu pengetahuan atau untuk pengujian
dan analisa; tempat memberikan kesempatan untuk bereksperimen,
pengamatan, atau praktek dalam bidang studi, atau (2) periode akademis
disisihkan untuk laboratorium bekerja. Sebuah laboratorium virtual
didefinisikan sebagai lingkungan yang interaktif untuk menciptakan dan
melakukan eksperimen simulasi: taman bermain untuk bereksperimen. Ini
terdiri dari domain dependent program simulasi, unit eksperimental disebut
objek yang mencakup file data, alat yang beroperasi pada benda-benda, dan
buku referensi.
(Mihaela M., 2003) Laboratorium virtual merupakan sistem yang
dapat digunakan untuk mendukung sistem praktikum yang berjalan secara
konvensional. laboratorium virtualini biasa disebut dengan Virtual
Laboratory atau V-Lab. Diharapkan dengan adanya laboratorium virtual ini
dapat memberikan kesempatan kepada siswa khususnya untuk melakukan
15

praktikum baik melalui atau tanpa akses internet sehingga siswa tersebut
tidak perlu hadir untuk mengikuti praktikum di ruang laboratorium. Hal ini
menjadi pembelajaran efektif karena siswa dapat belajar sendiri secara aktif
tanpa bantuan instruktur ataupun asisten seperti sistem yang berjalan.
Dengan format tampilan berbasis web cukup membantu siswa untuk dapat
mengikuti praktikum secara mandiri.129
Laboratorium virtual ini juga dapat memungkinkan akses jarak jauh
terhadap instrumen pengukuran, kamera video, mikrofon, rangkaian listrik
dan mekanik, reaksi kimia, percobaan biologi, dan sebagainya. Keragaman
model dan struktur untuk laboratorium virtual adalah sangat luas dan
bervariasi sesuai dengan sifat proyek diteliti, tujuan, dan teknologi yang
terlibat. Motivasi untuk implementasi laboratorium virtual termasuk, tetapi
tidak terbatas pada:
1. Keterbatasan pada sumber daya dan ruang dalam laboratorium dunia
nyata
2. Kemungkinan berbagi peralatan biasanya mahal.

3. Stimulus untuk kolaborasi penelitian atau bekerja dalam kelompok


independen jarak fisik mereka.
4. Keberadaan lingkungan belajar di luar sekolah, yang memungkinkan
siswa untuk berpartisipasi atau mengembangkan proyek mereka
sendiri bersama-sama dengan siswa lain di waktu luang mereka.
5. Kemungkinan mengembangkan berbagai percobaan di lokasi yang
berbeda.
6. Pengawasan terpencil dan intervensi dalam eksperimen berbahaya,
sehingga membantu untuk mencegah kecelakaan.
II.8. Peningkatan Berkelanjutan
Laboratorium harus meningkatkan efektivitas sistem manajemen
secara berkelanjutan melalui penggunaan kebijakan mutu, sasaran mutu,
hasil audit,analisis data, tindakan perbaikan dan pencegahan serta kaji ulang
manajemen (Komite Akreditasi Nasional, 2005). Siklus peningkatan
berkelanjutan meliputi empat tahapan yaitu: merencanakan, mengerjakan,
memeriksa, dan melakukan tindakan (plan, do, check, act).
16

II.9. Tindakan Perbaikan


Sistem manajemen mutu laboratorium ISO/IEC 17025: 2005
menerangkan tindakan perbaikan dilakukan karena adanya ketidaksesuaian
yang terdapat dalam laboratorium. Ketidaksesuaian ini disebabkan oleh
salah satu atau gabuangan antara aspek ketidakmengertian seluruh personel
laboratorium, aspek dokumen mutu, aspek sumberdaya laboratorium dan
aspek sikap dan perilaku personel laboratorium. Sesuai dengan persyaratan
yang tertuang di dalam ISO/IEC 17025: 2005 terdapat empat tahapan
tindakan perbaikan yaitu: analisis penyebab; pemilihan dan pelaksanaan
tindakan perbaikan; pemantauan tindakan perbaikan; dan audit tambahan.
Ketidaksesuaian saat terjadi dalam laboratorium baik dalam sistem
manajemen maupun teknis laboratorium maka tindakan perbaikan harus
segera dilakukan. Berikut dibawah ini merupakan tabel ketidaksesuaian dan
tindakan perbaikan.
II.10.Tindakan Pencegahan
Menurut Anwar Hadi (2007), tindakan pencegahan merupakan suatu
proses proaktif untuk mengidentifikasi kesempatan melakukan peningkatan
daripadasuatu reaksi untuk mengidentifikasi masalah atau pengaduan.
Tindakan pencegahan meliputi beberapa tahap yaitu: kaji ulang prosedur
operasional, analisis data, analisis kecenderungan dan analisis resiko serta
hasil uji banding (profesiensi), (Komite Akreditasi Nasional, 2005).
1. Pengendalian Rekaman
Pengendalian rekaman pada laboratorium sangat penting, karena
dengan adanya tahap sistem ini nanti akan berguna jika suatu saat terjadi
suatu masalahdengan hasil uji laboratorium. Rekaman juga merupakan bukti
bahwa laboratorium telah melakukan kegitan pengujian. Berdasarkan ISO
9000: 2000 rekaman didefinisikan sebagai dokumen yang menyatakan hasil
yang dicapai atau memberi bukti pelaksanaan kegiatan. Rekaman dapat
berupa hard copy, atau media elektronik.
Rekaman dapat dibedakan menjadi dua yaitu rekaman teknis dan
rekaman mutu. Rekaman teksis merupakan data dan informasi yang
dihasilkan dari kegiatan pengujian di dalam laboratrorium, sedangkan lebih
17

merupakan hasil laporan dari audit internal dan kaji ulang manajemen.
Persyaratan umum ISO/IEC 17025: 2005 prosedur pengendalian rekaman
dibagi menjadi tujuh tahap yaitu: 1) pengumpulan; 2) identifikasi dan
pemberian indeks; 3) pengarsipan dan penyimpanan; 4) pembuatan
cadangan dan pengaksesan; 5) koreksi; 6) perlindungan dan pemeliharaan;
dan 7) pemusnahan. Kesadaran personel penanggung jawab, pehitungan
kembali, verifikasi data perlu ditingkatkan untuk meminimalisasi kesalahan
pada pengendalian rekaman.
2. Audit Internal
Berdasarkan ISO 9000, audit adalah suatu proses sitematis, mandiri,
dan terdokumentasi untuk memperoleh bukti audit dan mengevalusi secara
objektif untuk menentukan sejauh mana kriteria audit telah dipenuhi. Audit
internal laboratorium dapat diartikan sebagai suatu proses yang dimiliki
laboratorium untuk memantau penerapan sistem manajemen mutunya
dengan penilaian sistematis dan mandiri untuk menetapkan apakah kegiatan
mutu dan hasil yang berkaitan sesuai dengan pengaturan yang direncanakan
serta apakah pengaturan- pengaturan tersebut secara efektif dan sesuai untuk
mencapai tujuan.
Audit internal dimaksudkan untuk mengantisipasi kestidaksesuaian
yang terjadi dalam penerapan sistem manajemen mutu. Manfaat yang
diperoleh dengan adanya audit internal diantaranya sebagai pemeriksa
apakah penerapan sistem manajemen mutu di laboratorium telah memenuhi
standar ISO/IEC 17025: 2005 yang digunakan sebagai acuan akreditasi
laboratorium dan untuk menilai kesiapan menghadapi audit eksternal dari
badan akreditasi.
Pelaksanaan audit internal terdiri dari tiga proses yaitu pertama
perencanaan audit internal, pada proses ini manajer mutu harus menetapkan
lingkup audit, menetapkan tanggal, waktu dan lamanya audit internal,
menyiapkan dokumen kerja yang berkaitan dengan audit internal, kemudian
yang terakhir manajer mutu harus memastikan pemahaman kepada tim
audit. Proses kedua setelah perencanaan audit adalah persiapan audit dalam
proses ini auditor harus menghubungi auditi, mempelajari dokumen terkait,
18

mempersiapkan daftar periksa audit internal, dan menghubungi kembali


auditi untuk memastikan kembali mengenai tanggal, waktu dan lama
pelaksanaan audit.
Proses ketiga adalah pelaksanaan audit internal itu sendiri adapun
pelaksanaan audit internal meliputi: pertemuan pembukaan; pemeriksaan
dokumentasi sistem manajemen mutu dan penerapan kegiatannya;
pertemuan tim auditor; dan pertemuan penutupan. Persyaratan umum
ISO/IEC 17025: 2005 Versi Bahasa Indonesia menyatakan bahwa, setelah
pelaksanaan audit internal, bila temuan audit menimbulkan keraguan pada
efektivitas kegiatan atau pada kebenaran atau keabsahan hasil pengujian
atau kalibrasi, laboratorium harus melakukan tindakan perbaikan pada
waktunya, dan harus memberitahu customer secara tertulis bila penyelidikan
memperlihatkan hasil laboratorium mungkin telah terpengaruh.
II.11.Prosedur Evaluasi Mutu Dan Perbaikan Berkelanjutan
Berikut ini dapat dilihat prosedur mutu dan perbaikan dari suatu
laboratorium/bengkel/studio.

1. Rektor menetapkan Tim Auditor


Penunjukan Tim Audit Mutu Kegiatan
Internal (AMI) Audit Mutu Internal (AMI) laboratorium/
bengkel/studio atas usul Ketua LP3M.

Penyiapan Tim AMI 2. Auditor menyiapkan pelaksanaan AMI


Laboratorium/Bengkel/Studio laboratorium/bengkel/studio.

3. Auditor melaksanakan AMI


Pelaksanaan AMI
laboratorium/
Laboratorium/Bengkel/Studi
bengkel/studio atas penugasan rektor
o
sesuai siklus audit.

Penyusunan Laporan 4. Auditor menyusun laporan audit dan


Audit dan Permintaan PTK
19

berdasarkan data hasil audit, kemudian


Tindakan Koreksi (PTK)
menyerahnkannya kepada ketua LP3M.

Analisis Data Hasil AMI 5. Tim LP3M menganalisis data Data AMI
Laboraorium/Bengkel/ Laboratorium/Bengkel/Studio.
Studio

6 Ketua LP3M melaporkan rangkuman


Pelaporan Pelaksanaan PTK PTK kepada rektor.

7 Rektor merekomendasikan tidak lanjut


perbaikan mayor dan minor sebagaimana
dalam laporan PTK untuk diprioritaskan
Perbaikan Rencana Program dalam Perencanaan dan Kegiatan Unit
dan Kegiatan Kerja dan Program Studi.
Laboraorium/Bengkel/Studio 8 Pimpinan Unit Kerja dan Ketua Jurusan/
Ketua Program Studi menindaklanjuti
rekomendasi rektor atas temuan tentang
perbaikan mayor dan minor dalam PTK.
20

BAB III PENUTUP


III.1. Kesimpulan

III.2. Saran
21

DAFTAR PUSTAKA
22

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai