Anda di halaman 1dari 5

TUGAS KEWIRAUSAHAAN

BIOGRAFI WIRAUSAHA INDONESIA

NAMA : M. ALVIN FATONI


KELAS : XII PERHOTELAN

SMK PELITA MADANI


PRINGSEWU
2021-2022
DJOKO SUSANTO

Biografi

Djoko Susanto (Kwok Kwie Fo, lahir  9 Februari 1950, Jakarta, Indonesia) adalah


seorang pengusaha asal Indonesia. Ia adalah pemilik grup Alfamart, bisnis ritel dengan
mini-mart konsep. Pada 2014, Forbes menempatkan ia pada urutan 27 dari 50 orang
terkaya di Indonesia.

Djoko adalah anak keenam dari 10 bersaudara, ia hanya mencapai kelas 1 dan terpaksa
harus putus sekolah karena pemerintah Indonesia melarang siswa dengan nama-nama
Cina (ia kemudian mengubah nama terakhir).

Perjalanan Hidup

Djoko Susanto memulai bisnis pertama kali di usia 17 tahun dengan mengurus kios
sederhana milik orang tuanya di Pasar Arjuna, Jakarta. Saat itu Joko memang
memutuskan tidak melanjutkan sekolah dan memilih untuk berdagang.  Kios tersebut
menjual bahan makanan pada saat itu, selanjutnya ia juga menjual rokok dan membuka
warung.

Joko pernah mengalami keterpurukan di tahun 1976 saat terjadi kebakaran di Pasar
Arjuna. Kemudian dia bangkit dan memulai usaha berjualan rokok. Karena
menurutnya, rokok menjadi barang yang selalu laku dan banyak peminatnya.

Tak lama, pada tahun 80-an Joko melebarkan sayapnya untuk berkerjasama dengan
Putera Sampoerna, pemilik perusahaan tembakau dan cengkeh terbesar di Indonesia.
Keduanya berhasil membuka 15 kios rokok. Berkat keuletan Djoko dalam berbisnis, PT
Sampoerna berhasil menduduki peringkat dua setelah gudang garam. Hingga
membuatnya dijuluki sebagai 'Dewa Rokok'.
Kesuksesannya ini menarik perhatian Putera Sampoerna, yang mempunyai perusahaan
rokok tembakau dan cengkih terbesar di Indonesia saat itu. Mereka bertemu pada
awal 1980 dan bersepakat pada 1985 untuk membuat 15 kios di beberapa lokasi
di Jakarta. Pada 27 Agustus 1989 Lahirlah Alfa Toko Gudang Rabat yang mempunyai
konsep supermarket. Nama "Alfa" digunakan karena bersifat netral, tidak mengandung
salah satu nama kedua orang pendirinya. Alfa Toko Gudang Rabat inilah cikal bakal
kesuksean Djoko Susanto dengan brand Alfa.

Ia melanjutkan kemitraan dengan Putera Sampoerna hingga 2005, bisnis rokoknya,


70% dari bagiannya untuk kemudian dijual Sampoerna Altria termasuk bagiannya pada
bisnis ritel yang dijalankan oleh Djoko. Altria tidak menginginkan pada bisnis ritel dan
kemudian menjual saham mereka ke Northstar, tapi Djoko kemudian membeli saham
dari Northstar, membuatnya memiliki bagian terbesar dari 65%. Dia kemudian
mengembangkan bisnis ritel Alfa Supermarket yang saat ini, di bawah pengelolaan
PT. Sumber Alfaria Trijaya Tbk, mereka menjalankan lebih dari 5.500 toko di bawah
beberapa merek seperti Alfamart, Alfa Express, Alfamidi dan Lawson.

Pada 2007, ia mendirikan Alfamidi dengan badan hukum bernama PT. Midimart
Utama. Ini merupakan salah satu idenya dalam diferensiasi merek yang berakhir sukses.
Namun tidak semua usahanya sukses. Alfa Supermarket yang awalnya bernama Alfa
Toko Gudang Rabat akhirnya harus dijual kepada Carrefour. Hal ini karena Alfa
Supermarket tidak menghasilkan pendapatan yang signifikan akibat kalah bersaing
dengan supermarket lain. Akhirnya ia fokus pada ritel mini market. Langkah Djoko
tepat dalam menginvestasikan uangnya ke Alfamart dan Alfamidi. Hal ini ditandai
dengan semakin menjamurnya gerai Alfamart di berbagai daerah dan terbentuknya
kerja sama Alfamidi dengan Lawson.
Bisnis ini pula yang mengantar Djoko menjadi orang terkaya ke-25 di Indonesia
pada 2011, dan naik ke peringkat ke-17 pada awal 2012, menurun menjadi 20 pada
bulan November 2012. Pada tahun 2014, ia berada di urutan 27.

Melalui Yayasan Pendidikan Bunda Mulia yang didirikan pada tahun 1986, Djoko


Susanto mendirikan Universitas Bunda Mulia dan Sekolah Bunda Mulia. Di Yayasan
pendidikan Bunda Mulia, ia menjadi Pendiri dan Penasihatnya. Tahun 2003, Yayasan
Pendidikan Bunda Mulia mengembangkan kampus yang berlokasi di Jl. Lodan Raya
No.2, Jakarta utara, dengan luas tanah 45.000 m2 dan pada tahun 2017 mendirikan
gedung kampus di Alam Sutera, Tanggerang Selatan.

Kekayaan Djoko Susanto

Sebagai pengusaha bisnis ritel dengan konsep minimarket, Djoko Susanto memiliki 16
ribu toko yang tersebar di seluruh Indonesia. Minimarket ini hampir bisa dijumpai di
setiap wilayah dengan menyediakan perlengkapan dan kebutuhan sehari-hari yang bisa
dijangkau masyarakat.

Dari bisnis yang digelutinya ini, kekayaan riil Djoko Susanto mencapai US$ 1,8 miliar
atau setara dengan Rp 23,8 triliun. Kekayaan yang dicatat Forbes tersebut merupakan
nilai yang tertinggi sejak 2017. 
Bisnis Retail Alfamart

P
eresmian gelar ke 1000 PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk di Filipina. (Dok : Alfamart).

Supermarket yang menjual berbagai kebutuhan sehari-hari itu kini telah membuka lebih
dari 15.000 gerai yang tersebar di seluruh wilayah di Indonesia. Tak hanya itu, dengan
total 132.000 karyawan, Alfamart juga telah bermitra dengan lebih dari 6000 pelaku
Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) di Tanah Air.

Alfamart, jaringan mini market yang bernanung di bawah perusahaan PT. Sumber
Alfaria Trijaya merupakan salah satu usaha yang tumbuh dengan sangat pesat.

"Berkat kita punya ketekunan akhirnya kita bisa bangkit kembali dan bangkit dalam
waktu yang relatif singkat," ujar Djoko.

Di tengah-tengah perjuangannya membangun kembali kios swalayan, pada 1980, Djoko


bertemu dengan salah satu pengusaha rokok nomor satu di Indonesia, Putera
Sampoerna. Sejak saat itu, Keduanya sepakat untuk bermitra.

"Saya cuma ditanya 'mau tidak bergabung dengan saya (Putera Sampoerna)'? jawaban
saya cuma butuh 5 menit, siap!," kata Djoko.

Pada 2005, Putera Sampoerna memutuskan menjual perusahaannya kepada Philip


Morris International, termasuk 70% persen saham Alfa Minimart. Keputusan tersebut
merupakan akhir kerjasama Djoko dan Sampoerna.

Namun, keberuntungan berpihak pada Djoko. Saat itu, pihak Philip Morris International
tak tertarik dengan saham Alfa Minimart dan menjual saham itu kepada Djoko dan
investor bernama Northstar. 

Bisnis supermarket Djoko berkembang pesat, hingga pada 2013, Djoko membeli
Saham Northstar. Dan menjadi pemilik utama Alfa Minimarket. Djoko kemudian
bermanuver dan membangun PT. Sumber Alfaria Trijaya dengan bisnis utamanya,
Alfamart dan Alfamidi.
Perlahan, supermarket yang didirikan Djoko kian digandrungi masyarakat. Bahkan,
pada 2012, Alfamart memperoleh penghargaan Top Brand dari lembaga riset Frontier
Consulting Group. Tak hanya itu, Alfamart juga pernah menyabet penghargaan sebagai
minimarket terbaik dalam ajang Indonesia Best Brand Award.

Namun seiring perjalanan waktu Djoko Susanto harus merelakan Alfa Supermarket
perpindah kepada pihak Carrfour. Akhirnya beliau fokus ke Alfa Midi. Dimana ia
bekerja sama dengan Lawson, salah satu waralaba convenience store dari Jepang.
Bisnis ini semakin berkembangn dan saat ini PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk, telah
menjalankan lebih dari 5.500 toko. Perusahaan ini membawai beberapa merek, meliputi
Alfamart, Alfa Express, Alfa Midi, Lawson. Indomaret merupakan satu-satunya
minimarket saingan terbesar dari perusahaan ini, Indomaret merupakan perusahaan
milik konglomerat Anthony Salim
Dalam bisnis tentunya tidak selalu lancar, adakalanya harus menghadapi berbagai
masalah. Namun masalah yang dihadapi tersebut malah membuat Djoko Susanto
membuat termotivasi. Ia pernah dinobat sebagai orang terkaya ke 27 tahun 2014 versi
Majalah Forbes.

Alfarmart pun mendapat apresiasi. Pada tahun 2012 mendapatkan Gelar Top Brand
yang diselenggarakan lembaga riset Frontier Consulting Group.

Begitulah sosok Djoko Susanto yang merupakan pemiliki Pemilik Jaringan Alfamart.
Silakan ditiru semangatnya dalam merintis usaha.

Anda mungkin juga menyukai