0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
32 tayangan2 halaman
Rites De Passage ( upacara peralihan ) tersebut terdiri
atas 3 tingkatan, yaitu:
a. Rites De Separation yaitu upacara perpisahan dari status semula.
b. Rites De Marga yaitu upacara perjalanan kestatus yang baru.
c. Rites D’agreegation yaitu upacara penerimaan dalam status yang baru.
Rites De Passage ( upacara peralihan ) tersebut terdiri
atas 3 tingkatan, yaitu:
a. Rites De Separation yaitu upacara perpisahan dari status semula.
b. Rites De Marga yaitu upacara perjalanan kestatus yang baru.
c. Rites D’agreegation yaitu upacara penerimaan dalam status yang baru.
Rites De Passage ( upacara peralihan ) tersebut terdiri
atas 3 tingkatan, yaitu:
a. Rites De Separation yaitu upacara perpisahan dari status semula.
b. Rites De Marga yaitu upacara perjalanan kestatus yang baru.
c. Rites D’agreegation yaitu upacara penerimaan dalam status yang baru.
FAKULTAS HUKUM SOAL UJIAH AKHIR SEMESTER GANJIL T.A. 2021/2022 SEMESTER : III KELAS : A,B,C,D,E & F Nama : La Ode Rafli
Nim : 2011121026
Kelas :3A
Soal !
1. Jelaskan 3 tingkatan Rites De Passage (upacara peralihan ) dalam
proses perkawinan menurut hukum adat !
2. Jelaskan dan perbandingkan “ Teori Receptie In Complexu” dan “
Teori Receptie” !
3. Jelaskan sifat perkawinan Sistem Eleutherogami menurut hukum adat !
4. Hukum adat tidak berbentuk sebagai hukum tertulis. Jelaskan !
Jawaban !
1. Rites De Passage ( upacara peralihan ) tersebut terdiri
atas 3 tingkatan, yaitu:
a. Rites De Separation yaitu upacara perpisahan dari status semula.
b. Rites De Marga yaitu upacara perjalanan kestatus yang baru.
c. Rites D’agreegation yaitu upacara penerimaan dalam status yang baru.
2. Perbedaan Teori Receptie In Complexu dan Receptie adalah sebagai
berikut :
Dalam Teori receptie In Complexu, menerima dan menganut suatu
agama berarti sekaligus juga menerima aturan hukum yang dianutnya. Sedangkan teori receptive, Hukum islam akan berlaku efektif dikalangan umat islam jika hukum islam tersebut sejalan dengan hukum adat di indonesia. Dengan demikian, hukum yang berlaku di indonesia tidak didasarkan pada ajaran agama islam tapi lebih pada adat setempat.
3. Sistem Eleutherogami ini hanya menggunakan berupa larangan-
larangan yang berdasarkan pada pertalian darah atau kekeluargaan ( nasab ) turunan yang dekat seperti ibu, nenek, anak kandung, cucu dan saudara kandung, saudara bapak atau ibu, seperti di dalam masyarakat hukum adat di Aceh.
4. Hukum adat tidak berbentuk secara tertulis dikarenakan bangsa
Indonesia adalah bangsa yang begitu majemuk terdapat kurang lebih 300 suku yang dimana mempunyai kebaragaman hukum adat sehingga tidak bisa dirumuskan karena keberagamannya.