Anda di halaman 1dari 12

Program Studi : Manajemen Semester :I

Mata Kuliah : Pendidikan Pancasila Beban SKS :2

Ranah Topik : Membuat Makalah Dosen Pengampu : Dr. Kastolani, M.Pd


(Koordinator & Tutor)
Kode Mata Kuliah :

Quiz Minggu : (Sebutkan nama Jenis Quiz : (Pilih Salah Satu)


Minggu ke-3)
1. Short Question
2.

Nama Menu di LMS : Tugas dan Quiz Nama Mahasiswa/NIM : Tubagus Arifyanto/
220201010309

QUIZ

No. Soal Quiz JAWABAN

1 Buat Makalah Pilih salah satu Sesi Judul Minimal 5 Lembar


Bebas

2 Setelah saudara mempelajari dari sesi 1, 2, Ya : beri alasannya


3,4,dan 5 apakahpemahaman tentang
Tidak : Beri alasannya
Pancasila semakin meningkat ?
TUGAS PANCASILA

MAKALAH
“Tantangan Pancasila sebagai Pandangan Hidup Bangsa
pada Era Media Sosial”

Tubagus Arifyanto
NIM 220201010309
DAFTAR ISI

Bab 1 Pendahuluan …………………………………………………..


……………………………1

II. Tantangan Pancasila sebagai Pandangan Hidup Bangsa

pada Era Media Sosial …………………...


……………………………………………………….2

II.1 Pancasila sebagai ideologi ………………………….……………………………….2

II.2 Peranan Media Sosial dan Teknologi Digital ………………………………………3

II.3 Pancasila dan Sikap Sosial Berbangsa dan Bernegara ……………………………..5

Bab 3 Kesimpulan………………………………..………………..
……………………………………

Daftar Pustaka ………………………………………….


………………………………………….9
I. PENDAHULUAN

Pancasila, sebagai dasar negara Republik Indonesia, tidak hanya menjadi panduan dalam
penyelenggaraan pemerintahan, tetapi juga merupakan pandangan hidup bangsa. Seiring dengan
perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, terutama dengan munculnya media sosial,
peran Pancasila dalam membentuk dan mempertahankan karakter bangsa menghadapi tantangan
baru.

Dalam era media sosial yang semakin berkembang pesat, penyebaran informasi dan interaksi
antarindividu menjadi lebih mudah dan cepat. Namun, di balik manfaatnya, media sosial juga
memberikan tantangan signifikan bagi Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa.

Salah satu tantangan utama adalah penyebaran konten yang tidak sejalan dengan nilai-nilai
Pancasila. Dalam media sosial, setiap individu memiliki kebebasan untuk menyampaikan
pendapatnya, namun terkadang pendapat-pendapat tersebut dapat bertentangan dengan nilai-nilai
Pancasila, seperti toleransi, gotong royong, dan keadilan sosial. Penyebaran konten negatif dan
provokatif dapat membahayakan keutuhan bangsa serta mengancam persatuan dan kesatuan.

Selain itu, media sosial juga dapat menjadi sarana penyebaran hoaks, berita palsu, dan informasi
yang tidak diverifikasi dengan baik. Hal ini dapat mempengaruhi persepsi dan pemahaman
masyarakat terhadap Pancasila. Banyaknya informasi yang belum teruji kebenarannya
memperumit pemahaman tentang nilai-nilai Pancasila yang seharusnya menjadi pijakan dalam
kehidupan berbangsa dan bernegara.

Selanjutnya, media sosial juga memberikan tantangan terhadap kemampuan berdialog dan saling
mendengarkan dalam mencapai konsensus yang merupakan prinsip penting dalam Pancasila.
Dalam media sosial, seringkali terjadi pembentukan kelompok-kelompok yang terpolarisasi
dengan pendapat yang berseberangan. Hal ini dapat menghambat terbentuknya pemahaman yang
komprehensif dan mengurangi ruang untuk berdialog secara konstruktif.

Dalam konteks tersebut, penting bagi kita untuk mengidentifikasi dan memahami tantangan yang
dihadapi Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa dalam era media sosial. Dengan
pemahaman yang mendalam, kita dapat mengembangkan strategi dan upaya yang tepat untuk
memperkuat peran Pancasila dalam membentuk karakter dan identitas bangsa di tengah
kompleksitas dunia digital.

Makalah ini akan membahas lebih lanjut tentang tantangan Pancasila sebagai pandangan hidup
bangsa pada era media sosial. Kami akan menjelajahi dampak media sosial terhadap nilai-nilai
Pancasila, implikasi dari penyebaran konten negatif, dan strategi yang dapat diambil untuk
mengatasi tantangan ini.
II. Tantangan Pancasila sebagai Pandangan Hidup Bangsa
pada Era Media Sosial

II.1 Pancasila sebagai ideologi


Pancasila sebagai ideologi bangsa Indonesia memegang peranan penting pada
menanamkan nilai-nilai Pancasila pada generasi milenial, pada kiprah nya menjadi Ideologi
negara, yang berarti isinya tak boleh dirubah ataupun dibubuhi. akan tetapi, bukan berarti
Pancasila sebagai sebuah dasar yangtak bisa mengikuti perubahan zaman, Pancasila sendiri
mempunyai sifat yang lebih terbuka serta tidak tertutup terhadap perubahan pola kehidupan yang
terjadi pada warga. Pancasila bersifat aktual serta mampu beradaptasi dengan perkembangan
zaman. Yang dimaksud “beradaptasi” di sini tidak berarti bahwa Pancasila wajib mengubah
nilai yang dikandungnya, tetapi beliau mampu mengeksplisitkan wawasan secara nyata, sebagai
akibatnya mempertajam kemampuannya buat memecahkan persoalan teraktual pada era digital
ini.
Dan kita harus bisa mencegah paham-paham yang bertentangan menggunakan Pancasila
agar tidak masuk kedalam generasi millenial kini. tapi disayangkan pada era digital kini ini
banyak nilai-nilai Pancasila yang sudah mulai luntur, apalagi kita sudah menerima agresi
fashion, makanan, kultur berasal budaya luar negeri yang masuk ke Indonesia.
Kita dapat mendorong kolaborasi antara budaya lokal dan budaya luar negeri. Dengan
menggabungkan elemen-elemen budaya luar dengan budaya lokal, kita dapat memperkaya
warisan budaya Indonesia tanpa menghilangkan nilai-nilai Pancasila. Menggabungkan elemen-
elemen budaya luar dengan budaya lokal merupakan salah satu cara untuk memperkaya warisan
budaya Indonesia tanpa menghilangkan nilai-nilai Pancasila. Kolaborasi budaya ini dapat
menciptakan kesempatan untuk saling belajar dan memahami, serta memperluas perspektif kita.
Demikian juga kita harus berani mengambil sikap sebagai bangsa yang memiliki nilai-nilai
Pancasila, untuk menolak budaya-budaya yang tidak sejalan dengan prinsip Pancasila. Sikap itu
harus diterima oleh semua pihak jika jelas-jelas bertentangan dengan nilai luhur bangsa
Indonesia.
II.2 Peranan Media Sosial dan Teknologi Digital
Penggunaan media sosial serta teknologi digital telah sebagai bagian tak terpisahkan
berasal kehidupan generasi milenial. Tetapi efek teknologi serta media umum juga dapat
menjadi tantangan bagi Pancasila. berita yang mudah tersebar secara cepat dan luas dapat
menyebabkan penyebaran hoaks, polarisasi, serta radikalisasi pemikiran.
Media sosial memungkinkan isu dibuat dengan cepat serta mudah menyebar. Sayangnya,
hal ini jua memungkinkan penyebaran hoaks serta info palsu. Hoaks yang berkaitan dengan
politik, kepercayaan , dan isu sosial dapat memicu pertarungan dan mempengaruhi persepsi
masyarakat terhadap nilai-nilai Pancasila. Adanya penyebaran hoaks yang luas pada media
umum dapat mengakibatkan ketidakpercayaan warga terhadap isu yang mereka terima. Ini dapat
merusak pemahaman yang akurat ihwal nilai-nilai Pancasila serta kebenaran info yang
berhubungan dengan Pancasila

Banyak Situs pada media sosial mirip yang digunakan seperti facebook, gmail,
Instagram tiktok, twitter serta banyak lagi. Situs-situs tadi memiliki fungsi yang berbeda-beda.
Contohnya Tiktok dan Twitter. Tiktok merupakan sebuah jaringan sosial dan platform dimana
pengguna bisa menggunggah video pendek, mereka melakukan banyak sekali hal. Sedangkan
Twitter ialah layanan jaringan sosial dimana penggunanya bisa memposting dan berinteraksi
pada bentuk pesan.
Saat ini media sosial digunakan diberbagai umur, baik mulai berasal anak-anak hingga
lansia. dengan latar belakang penggunaan menjadi hiburan, wahana pembelajaran, pembelanjaan
serta lain-lain.
Masyarakat yang aktif dalam kehidupannya terutama pada media umum buat
meningkatkan serta membuatkan pengetahuan dan kemampuan akan berpengaruh proses yang
dijalani, hal ini dapat diketahui menggunakan jumlah media yang dikonsumsi. Apa yang ditinjau
berasal media umum sadar ataupun tidak dapat menyugesti perilaku serta wawasannya. Hal ini
berdampak juga pada lingkungan masyarakat, teman serta keluarga.
Bangsa ini sudah mendapatkan Pancasila menjadi pondasi hidup berbangsa yang
mempunyai fungsi dan kedudukan yang penting dalam Indonesia yaitu menjadi jati diri bangsa
Indonesia, ideologi, filsafat dasar dan asas persatuan.
Selain itu karena ketidak terbatasnya media umum dalam berinteraksi menimbulkan
pertarungan-pertarungan eksklusif sebab rentan akan efek buruk orang lain. Mungkin
perseteruan yang terjadi hanya di kehidupan virtual tetapi nyatanya berdampak pada sisi
emosional pada mentalitas seseorang di kehidupan realitanya. seorang yangmendapatkan isu
yangtak sesuai menggunakan keadaanya akan menimbulkan perbandingan antara diri sendiri
serta mampu muncul perilaku atau tindakan yang merugikan serta membahayakan bagi
lingkungannya.
Banyak insiden yang sudah terjadi pada Indonesia, salah satu contohnya pada penyebaran gosip
hoaks atau palsu yang bersumber dari opini orang semata dan diterima dengan tanggapan yang
berbeda-beda. Tanggapan warga tersebut sangat berdampak di nilai kerukunan antar bangsa
Indonesia. Tanggapan dan kritikan yang berupa hinaan, kata-istilah kasar yang bisa
mengakibatkan perselisihan hingga pertengkaran satu sama lain.

Beredarnya isu hoaks yang beredar pada media sosial baik asal segi sosial rakyat, politik,
kesehatan, ekonomi dan gaya hidup semua mampu berdampak pada penerima gosip
Pemaparan gosip palsu yang telah beredar luas akan menimbulkan kesalahpahaman dalam
menerima info informasi. hingga muncul tanggapan-tanggapan jelek serta kritikan yang bisa
mengakibatkan perselisihan. Terkecuali Jika beberapa warga dengan bijak mendapatkan isu
dengan mencari tahu taraf kebenaran sesuai dengan liputan yang terjadi atau tidak itu dapat
meminimalisir dampak buruk yang terjadi.
Sudah sering kita lihat dampak buruk dari penyebaran isu hoaks yang kaitan nya dengan bidang
sosial dan politik, bahkan tidak sering juga sudah sampai kepada isu SARA yang menjadi isu
yang sangat sensitif didalam kehidupan berbangsa kita.
Masyarakat banyak yang menyikapi buruk dikarenakan pemberitaan hoaks,baik di media sosial
ataupun di media televisi. Disini lah nilai-nilai Pancasila harus di kedepankan untuk meredam
segala pemberitaan di media sosial , guna terciptanya kehidupan bermasyarakat yang lebih baik.
Media sosial mengajak siapa saja yang tertarik buat berpartisipasi dengan menyampaikan umpan
balik secara terbuka, memberi komentar dan memberi berita dalam waktu yangcepat serta tidak
terbatas. Hal ini sangat pada khawatirkan bagi bangsa Indonesia khususnya dikalangan remaja
serta orang dewasa. karena letak keunggulan negara dapat dicermati berasal kondisi para
pemuda bangsa waktu ini. Jika penggunaan media social dimanfaatkan menggunakan jelek maka
terancamlah nilai-nilai luhur budaya bangsa ini.
.
II.3 Pancasila dan Sikap Sosial Berbangsa dan Bernegara
Pancasila menjadi pedoman bangsa Indonesia yang menjadi rujukan bersikap sebagai
bangsa Indonesia. Nilai-nilai Pancasila yang implisit dalam dampak buruk dari penggunaan
sosial yang akan mengasut di perpecahan, hal ini sesuai pada nilai ketiga yaitu persatuan
Indonesia.
Implementasi sila ketiga ini tercermin dalam kehidupan sehari-hari melalui perilaku dan
perilaku warga Indonesia yang berpegang teguh pada nilai keutuhan dan kebersamaan bangsa
Indonesia.

Maka dari itu bila kita berpedoman dan mengamalkan serta memaknai nilai dari masing-
masing sila Pancasila, kita tidak akan terpengaruh sepenuhnya apalagi Jika kita bisa belajar
memaknai nya, maka kita menjadi generasi millenial yang bisa mengakulturasi budaya kita
dengan budaya luar, dan akan bisa membawa kearah yang lebih baik .
Tantangan yang dihadapi pada era digital mengenai penerapan buah-buah nilai Pancasila yaitu
generasi milenial kurang mendalami serta kurangnya kesadaran pada melaksanakan buah-butir
nilai Pancasila yang labil, berorientasi pada diri sendiri, tidak logis pada menghasilkan
keputusan, pemberontak, emosional

Sebagai generasi muda, kita harus menyadari bahwa , Pancasila mampu digunakan untuk
memilah mana saja nilai yang bisa diserap untuk kemudian disesuaikan dengan nilai-nilai
Pancasila sendiri. Pancasila menjadi fleksibel serta membawa kesempatan bagi nilai – nilai baru
untuk tumbuh dalam negara tetap berada di bawah kepribadian bangsa. Dan kita harus
menggunakan media sosial dengan bertanggung jawab. Kita perlu memahami konsekuensi dari
setiap tindakan yang kita lakukan di media sosial. Hindari menyebarkan informasi yang tidak
diverifikasi, menghormati privasi orang lain, dan bersikap sopan dalam interaksi online.
Kita juga harus bisa menjaga keseimbangan antara kehidupan online dan offline. Terlalu
banyak menghabiskan waktu di media sosial dapat mengganggu produktivitas dan kesejahteraan
kita. Penting untuk mengatur waktu penggunaan media sosial agar tetap memiliki waktu untuk
berinteraksi langsung dengan orang lain, menjalani hobi, atau mengembangkan diri. Dengan
menyadari dan mengemban peranan-peranan tersebut, kita dapat menjadi generasi muda yang
bertanggung jawab dalam menyikapi media sosial. Melalui penggunaan yang bijak, kita dapat
memaksimalkan potensi media sosial sebagai alat yang bermanfaat bagi individu dan
masyarakat.
Seberapa bijak bangsa Indonesia dalam menerima serta menanggapi semua gosip yang di
terima pada media sosial, akan menyelamatkan nilai-nilai pancasila yang telah sebagai pondasi
kehidupan bangsa Indonesia.
III. Kesimpulan
Dalam era media sosial yang semakin maju, Pancasila sebagai pandangan hidup bangsa
menghadapi tantangan yang signifikan. Tantangan ini muncul dalam berbagai bentuk, termasuk
penyebaran konten yang tidak sejalan dengan nilai-nilai Pancasila, penyebaran hoaks dan
informasi palsu, serta polarisasi opini yang menghambat dialog konstruktif. Namun, meskipun
menghadapi tantangan tersebut, Pancasila tetap memiliki potensi yang kuat untuk memperkuat
karakter dan identitas bangsa.

Dalam menghadapi tantangan media sosial, penting untuk memperkuat pemahaman dan
pengamalan nilai-nilai Pancasila di masyarakat. Pendidikan Pancasila yang komprehensif dan
berkelanjutan harus menjadi prioritas untuk memastikan generasi muda memahami dan
menginternalisasi nilai-nilai tersebut. Melalui pendidikan, masyarakat dapat lebih kritis dalam
menyaring informasi yang diperoleh dari media sosial dan mampu membedakan antara fakta dan
hoaks.

Selain itu, kerjasama antara pemerintah, lembaga pendidikan, dan platform media sosial juga
penting untuk menghadapi tantangan ini. Pemerintah perlu memperkuat regulasi dan hukum
terkait penyebaran konten negatif dan hoaks di media sosial. Lembaga pendidikan perlu
mengintegrasikan pemahaman nilai-nilai Pancasila dengan penggunaan media sosial secara
bijaksana. Sedangkan platform media sosial dapat berperan aktif dalam mempromosikan konten
yang sejalan dengan nilai-nilai Pancasila dan meningkatkan mekanisme deteksi hoaks.

Selanjutnya, penting untuk memperkuat dialog dan keterlibatan masyarakat dalam merespons
tantangan media sosial terhadap Pancasila. Diskusi terbuka dan saling mendengarkan menjadi
kunci dalam mencapai pemahaman yang lebih baik dan membangun kesepahaman di antara
masyarakat yang beragam. Melalui dialog yang inklusif, masyarakat dapat mencari solusi
bersama dan mengatasi kesenjangan opini yang terjadi di media sosial.
Dalam kesimpulan, meskipun Pancasila menghadapi tantangan yang nyata dalam era media
sosial, ada peluang untuk memperkuat peran dan relevansi Pancasila sebagai pandangan hidup
bangsa. Dengan pendidikan yang kuat, kerjasama yang erat antara berbagai pihak, dan dialog
yang terbuka, Pancasila dapat menjadi landasan kokoh dalam menjaga karakter dan identitas
bangsa di tengah kompleksitas dunia digital.
Daftar Pustaka

 Mardiyanto, S.H. Ketua Umum Human Illumination DKI Jakarta, mahasiswa Magister
Hukum Universitas Pancasila, penggiat diskusi Pancasila.

 Detiknews. (Tahun terbit tidak diketahui). Pancasila dan Tantangan Milenial. Diakses pada
[tanggal akses], dari https://news.detik.com/kolom/d-4573104/pancasila-dan-tantangan-milenial.

Anda mungkin juga menyukai