KEHUTANAN
Oleh
KELOMPOK 4
Adrian Satya Ramdhani
Aulia Khairunnisa
M. Ruliansyah
Nurwahdania
Khairil Azwar
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS MATARAM
I. PENDAHULUAN
Hutan merupakan sumber daya alam yang tidak terbatas dan mempunyai
manfaat yang sangat besar terhadap kehidupan mahluk hidup (Melaponty dkk,
2019). Menurut Undang Undang Pokok Kehutanan No.41 tahun 1999 tentang
Kehutanan, hutan merupakan satu kesatuan ekosistem berupa hamparan lahan
berisi sumber daya alam hayati yang didominasi pepohonan dalam alam
lingkungannya, yang satu dan yang lainnya tidak dapat dipisahkan. Salah satu
sumberdaya alam hayati yang umum dikelola oleh masyarakat sekitar hutan ialah
HHBK.
HHBK (Hasil Hutan Bukan Kayu) didefinisikan sebagai segala sesuatu yang
bersifat material (bukan kayu) yang diambil dari hutan untuk dimanfaatkan bagi
kegiatan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat dalam upaya mengubah haluan
pengelolaan hutan dari timber extraction menuju sustainable forest
management (Hastanti dkk, 2018). Untuk meningkatkan nilai jualnya maka hhbk
perlu diolah lebih lanjut, salah satu hhbk yang memiliki nilai jual tinggi setelah
diolah ialah aren. Tanaman aren adalah salah satu tumbuhan yang banyak
dimanfaatkan oleh masyarakat. Pohon aren berasal dari Asia Tenggara, yang
dimana dia hidup di hutan hujan tropis serta hutan kering, pohon aren
merupakan anggota keluarga Palmae serta secara alami merupakan spesies
hutan. Pohon aren termasuk subfamili Arecoideae dan termasuk suku Caryotae
(Herawati dkk, 2022). Umumnya bagian aren yang dimanfaatkan ialah niranya
karena dapat diolah menjadi gula.
Nira adalah cairan yang manis yang diperoleh dari air perasan batang
atau getah tandan bunga tanaman seperti tebu, bit, sorgum, mapel, siwalan,
bunga dahlia dan tanaman dari keluarga Palma seperti aren, kelapa, nipah, sagu,
kurma dan sebagainya. Nira aren merupakan salah satu sumber bahan pangan
dalam pembuatan gula (Baharuddin dkk, 2007). Dalam memudahkan kegiatan
pengelolaan hhbk masyarakat sekitar hutan umumnya membentuk kelompok
tani. Menurut Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Dan Kehutanan Republik
Indonesia Nomor P.89/MENLHK/SETJEN/KUM.1/8/2018 tentang pedoman
kelompok tani hutan, Kelompok Tani Hutan yang selanjutnya disingkat KTH
adalah kumpulan petani warga negara Indonesia yang mengelola usaha di bidang
kehutanan di dalam dan di luar kawasan hutan.
Dalam melakukan pengelolaan hutan khususnya HHBK aren, masyarakat
di desa Lembah Sari masih melakukannya secara sendiri-sendiri karena belum
adanya kelompok tani, hal tersebut menyulitkan petani dalam melakukan
pemasaran serta meningkatkan kualitas produk. Oleh karena itu penyuluhan
mengenai pentingnya pembentukan kelompok tani hutan perlu dilakukan untuk
memudahkan pekerjaan serta memudahkan pemasaran produk HHBK di desa
Lembah Sari.
I.2. Tujuan
Masalah masalah produksi yang dialami petani dapat berupa bahan baku
dan sarana produksi. Air nira merupkan salah satu bahan baku yang digunakan
para petani Aren dalam membuat produk Aren. Air Nira yang diperoleh petani
terkadang masih menjadi masalah karena buruknya cuaca dan hal tersebut tidak
bisa dihindari karena merupakan factor alami. Penurunan jumlah air nira yang
diperoleh petani menjadi salah satu penghambat produktivitas Aren di Desa
Lembah Sari dan saat ini hanya menjadi masalah perorangan yang dikendalikan
secara mandiri karena tidak adanya kelompok tani sehingga membuat hal
tersebut semakin susah untuk dihadapi. Selain itu, sarana produksi lainnya yang
hanya dikendalikan secara perorangan membuat produktivitas kurang maksimal.
Pembentukan Kelompok Tani Hutan (KTH) dapat menjadi salah satu solusi
dalam penyelesaian masalah produksi karena dengan tergabungnya petani
dalam wadah kelompok tani dapat menjadi langkah awal dalam peningkatan
produksi usahanya karena petani yang sebelumnya menghadapi masalah
produksi secara perorangan dapat diatasi melalui kelompok tani. Dalam wadah
berupa KTH, para petani dapat saling bertukar pikiran dan membantu solusi
antara petani satu dengan yang lainnya apabila ada kendala – kendala yang
dihadapi dalam masalah produksi. Hal tersebut sudah tercantum dalam salah
satu fungsi adanya kelompok tani yaitu fungsi kelompok dalam menyebarluaskan
informasi kepada anggota.
Dengan adanya KTH juga dapat membantu petani yang tergabung
menjadi anggota melengkapi dan meningkatkan saran produksi mereka. KTH
memilik fungsi kelompok dalam pengadaan fasilitas dan sarana produksi,
sehingga jika petani memiliki kendala dalam saran produksi dapat diatasi melalui
kelompok tani yang akan memberikan fasilitas sarana produksi sesuai dengan
kebutuhan anggota kelompok. Hal itu tentu saja memberikan kemudahan bagi
petani dalam menjalankan proses produksi.
2.3.2. Nilai Jual Produk
Nilai jual produk yang rendah tentu saja membuat keuntungan yang
didapatkan petani pun menjadi lebih sedikit. Keuntungan yang kurang
mencukupi tidak dapat menyejahterakan petani setempat. Oleh karena itu, perlu
adanya usaha untuk meningkatkan nilai jual produk yang dimana salah satunya
dapat dilakukan dengan adanya variasi produk. Produk yang dibuat dengan lebih
variatif dapat memberikan keuntungan yang lebih besar. Para petani Aren di
Desa Lembah Sari hanya memproduksi gula aren dalam bentuk batok yang
dimana kurang memberikan keuntungan maksimum bagi para petani, mengingat
terkadang penjualan gula batok cukup terbatas dan kurang luas dalam
pemasarannya yang dikarenakan oleh penggunaanya yang juga masih terbatas
dan dalam lingkup kecil. Oleh karena itu diperlukan adanya gebrakan dalam
melakukan variasi produk bagi para petani setempat.
KTH sendiri dapat memfasilitasi hal tersebut dengan salah satu perannya
yaitu sebagai kelas belajar. Para petani akan diberika beberapa pengetahuan dan
keetrampilan dalam mengola produk, salah satu contohnya yaitu dari produk
yang hanya gula batok menjadi gula semut. Hal ini dapat diwujudkan dengan
langkah awal membentuk KTH dan nantinya setiap petani memiliki hak yang
sama dalam menerima ilmu yang disediakan seperti misalnya dilakukan pelatihan
bagi para petani setempat untuk membuat gula semut.
2.3.3. Distribusi Produk