Anda di halaman 1dari 6

ASAL MULA GUNUNG BOHONG

Alkisah dahulu kala di daerah Cimahi Jawa Barat, hiduplah seorang gadis muda yang bernama
Sekar Muning dan seorang wanita paruh baya bernama Nyai Saka.

Nyai Saka adalah ibu dari Sekar Muning, tinggal di gubuk tua jauh dari rumah penduduk desa.
Nyai saka tidak pernah menyusahkan penduduk desa, ia biasa melakukan segala sesutu sendiri.

Walaupun Nyai Saka tinggal Bersama anaknya Sekar muning, tapi gadis itu memiliki sifat malas
dan suka melawan orang tua. Pernah suatu hari ketika Nyai Saka sedang membawa banyak
kayu bakar, dan meminta bantuan Sekar Muning

Nyai Saka :“ Sekaarrr….. tolong bantu ibu sebentar” (berdiri di depan pintu)

(Sekar pura-pura tidak mendengar dan berbaring di tempat tidur papan kayu)

Nyai Saka : “Sekar Muniiinggg….” (Berteriak)

(Sekar menghentakan kaki menuju pintu)

Sekar Muning : “Apa sih ibu! Berisik sekali?!” (berteriak sambil melipat tangan)

Sekar Muning : “Lagian ibu ngapain sih pergi ke dalam hutan mengambil kayu-kayu itu?! Sekar
sudah bosan dengan hidup seperti ini! Sekar ingin kaya raya bu!”

(Sekar pergi masuk ke dalam rumah.)

Nyai Saka : (mengelus dada sambil memandang sekar Muning pergi)

===

Keeseokan harinya Sekar Muning pergi ke desa karena merasa bosan terus berada di rumah.
Dalam perjalanan ada sekelompok orang berbincang, Sekar muning yang penasaran
mendekatinya dan mendengar pembicaraan mereka.

Warga Desa 1 : “Kalian tau? Kalau didalam hutan ada batu permata yang dapat mengabulkan
permintaan?”

Warga Desa 2 : “Benarkah itu?”

Warga Desa 1 : “Tetapi kita harus menemukan Aki Bara!”

Warga Desa 2 : “Aki Bara? Siapa itu?”


Sekar Muning : (Menguping) Lihat saja Aku akan Kaya raya (suara pelan)

(sekar segera pulang ke rumah)

Sekar Muning berencana untuk segera pulang dan berencana menemukan Aki Bara agar bisa
dapatkan batu pertama dan membuat dirinya Kaya Raya.

===

Tanpa memberitahukan ibunya, Sekar Muning pergi kearah hutan untuk menemui Aki Bara dan
segera mengubah nasibnya.

Sekar Muning : “Tidak ada hewan? Aneh sekali”

Aki Bara : “Ha… ha… ha…” (sambil berjalan dari kejauhan)

(Sekar merasa takut, memejamkan mata)

Aki Bara : (Berhenti Tertawa)

Sekar Muning : (Membuka Mata)

Aki Bara : (Berdiri di depan Sekar Muning)

Sekar Muning : (Terkejut) “Aa—apakah kau Aki Bara?”

Aki bara : “Iya benar dan aku sudah menunggumu, Kau mencari ini kan Sekar Muning?”
(sambil memperlihatkan permata yang berkilau)

Sekar Muning : “Aki—aku ingin kaya raya agar orang-orang mengakuinya dan tidak
memandang rendah kepadaku dan ibuku!”

Aki Bara : “Baiklah. Namun ada syaratnya agar permata ini mengabulkan permintaanmu.
Apakah kau sanggup?”

Sekar Muning : “Apa itu?”

Aki Bara : “Permata ini akan semakin banyak dan membuatmu kaya raya setiap kali kau
berbohong.”

Sekar Muning : (Terdiam sejenak) “Saya Setuju, Ki!”

===
Nyai Saka merasa Sekar Muning, Anaknya berbeda karena terlihat bersemangat dan suasana
hatinya selalu senang.

(sekar muning menyiapkan buah-buahan)

Sekar Muning : (bersenandung) Naa… Naa… Na… Na…

Nyai Saka : “Sepertinya kau sedang senang sekali nak” (Sambil membantu Sekar Muning
menyiapkan buah-buahan)

Sekar Muning : “Ibu lihatlah anakmu ini akan menjadi saudagar kaya! Kita akan kaya raya bu!”

===

Sekar Muning berjualan seperti biasa di Pasar, semua buah-buahannya terjual laris. Setelah
selesai berjualan Sekar Muning segera mengecek Permata yang berada di bawah bantalnya
untuk membuktikan ucapan Aki Bara.

Ternyata benar saja, permata miliknya mernjadi lebih banyak karena Sekar Muning berbohong
saat berjualan. Ia mengurangi takaran timbangan dagangannya.

Sebulan berlalu, Sekar Muning berubah menjadi saudagar kaya, Nyai Saka juga mendapatkan
Pakaian bagus, Perhiasan mewah dan makanan yang enak. Tetapi Nyai Saka lebih memilih
hidup sederhana.

Kebohongan Sekar Muning sekarang bukan hanya mengurangi timbangan, tapi bertambah
mulai dari jual buah-buahan tidak segar sampai dengan menjual emas palsu.

Sekar Muning : “Ibu… akhirnya kita menjadi orang kaya. Rumah kita bukan gubuk tua lagi. Kita
makan enak juga!” ( Sambil Memamerkan rumahnya)

Nyai Saka : (Tersenyum) “Ia nak… ibu juga bersyukur kita bisa diberi kesempatan untuk
menikmati keberkahan ini.”

Semakin lama Sekar muning merasakan perbedaannya, walaupun sudah kaya raya ia sama
sekali tidak senang. Sedangkan Nyai Saka juga mulai sakit-sakitan, berbadan kurus dan kulitnya
pucat.

Sudah hampir seminggu Nyai Saka terus berbaring di tempat tidurnya.

Nyai Saka : “Sekar Muning kemarilah.”

Sekar Muning : (menghampiri ibunya sambil meneteskan air mata) “Ia ibu … kumohon cepatlah
sembuh.”
Nyai Saka : (tersenyum dan menggenggam erat tangan Sekar Muning) “jangan bersedih
nak, ibu pasti akan sembuh. Jika engkau bersedih maka ibu pun akan sedih juga.”

Sekar Muning : (menghapus air mata dan tersenyum) “Sekar tidak akan menangis lagi ibu, yang
penting ibu cepat sembuh.”

===

Sekar Muning mulai menyadari, setiap kali dirinya berbohong sakit ibunya semakin parah.
Bahkan terakhir kali ia berbohong tentang tanaman yang bisa menyembuhkan segala penyakit,
Nyai Saka langsung terjatuh dari tempat tidur dan membuat kondisinya semakin lemah.

Gadis itu sudah tidak tahan lagi, Malam-malam ia pergi ke hutan untuk mengembalikan
permata itu pada Aki Bara. Sekar Muning berlari ke tempat pertama kali ia bertemu dengan Aki
Bara demi kesembuhan ibunya.

Sekar Muning : (Berteriak) “ Aki Bara!! Akiiiiiiii……!!! Cepat keluar! “

( suara gemuruh angin dan tawa muncul)

Aki Bara : (Muncul tiba-tiba di hadapan Sekar Muning) “Ha…ha…ha…ha, ada apa kau
mencariku? Bukannya kau sudah bahagia dengan kekayaan mu itu Sekar Muning”

Sekar Muning : (memperlihatkan permata) “aku tidak ingin kaya lagi aki ! Aku sudah lelah
dengan semua kebohongan yang aku lakukan selama ini! Bukannya menjadi senang malah
membuat ibuku sakit keras!”

Aki Bara : “Baiklah jika itu yang kamu mau, tetapi semua hartamu akan menghilang dan
kehidupan mu akan kembali ke semula.”

Sekar Muning : “Aku tidak peduli! Ayo cepat aki apa yang harus aku lakukan?”

Aki Bara : “Pergilah ke gunung yang berada di sebelah selatan hutan ini. Letakkan
permata itu di puncak gunung dan kehidupanmu akan kembali seperti semula.”

Sekar Muning langsung berlari menuju gunung yang disebutkan oleh Aki Bara. Setelah berlari
jauh dihadapannya hanya terdapat gunung tidak terlalu tinggi. Sekar sempat ragu namun ia
bertekad demi kesembuhan ibunya. Naik lah ia ke gunung itu dan sampailah di puncak.

Sekar Muning : (mengangkat permata dan berteriak)“Aku tidak ingin berbohong lagi!”

(Sekar Muning menancapkan permata itu kedalam tanah yang berada dipuncak gunung.)

Tiba-tiba muncullah cahaya yang menyilaukan dan Sekar Muning tidak sadarkan diri.
===

Nyai Saka : (Berteriak dari Pintu depan) “Sekar … tolong bantu ibu sebentar.”

(Sekar Muning mengerjapkan kedua matanya, ia berada diatas tempat tidur dengan beralaskan
papan)

Sekar Muning : “eh papan?”

Sekar Muning tersadar kehidupannya kembali seperti semula! Rumahnya menjadi gubuk lagi !
dan juga ibunya sudah sehat kembali!

(Sekar berlari keluar menuju pintu depan)

Sekar Muning : “ibu ….ibu … aku merindukanmu, aku berjanji tidak akan malas dan tidak akan
melawan lagi pada mu Ibu!”

(Sekar Muning memeluk Nyai Saka.)

Nyai Saka : (terkejut) “ia nak ibu sangat senang jika kamu mau berubah menjadi anak yang
baik”

===

Kisah Sekar Muning dan Nyai Saka menjadi perbincangan warga dari masa ke masa. Gunung
yang di tancapkan permata oleh Sekar Muning masih berdiri kokoh hingga saat ini. Walaupun
bukan sebuah gunung namun bukit yang menyerupai gunung itu selalu digunakan tempat
latihan mendaki anak – anak sekolah dasar dan menjadi tempat latihan menembak TNI yang
terletak di Cimahi Jawa Barat.

Gunung yang tersohor itu dinamakan oleh warga sekitar adalah Gunung Bohong, konon
dipuncak sana terdapat batu permata yang Sekar Muning tancapkan.

===

Demikianlah akhir cerita rakyat “asal mula Gunung Bohong” yang dapat saya ceritakan.

Pesan dari cerita ini adalah janganlah kita menjadi manusia yang suka bebohong untuk
kepentingan diri, jika kita menginginkan sesuatu berusahalah, karena tidak ada usaha yang
mengkhianati. Doakan selalu orang tua kita dan jangan melawannya, semoga kelak kita dapat
membahagiakan kedua orang tua kita.

Wassalam.
-THE END-

Cimahi, 14 Mei 2019

Penulis: Septiyani, S.I.Pust

Anda mungkin juga menyukai