Anda di halaman 1dari 16

DRAMA NOVEL

Untuk Memenuhi Tugas Mata Pelajaran Bahasa Indonesia

Disusun oleh kelompok kelas IX.B

 Rosmalia Putri = Saskia


 Ani Pitriani = Syafira
 Dita Mayzahra = Syariva
 Yoela Febyola = Umi
 Sisca = Abi
 Muhammad Indra Prasetyo Djati = Kakek

SEKOLAH MENENGAH PERTAMA Negeri 1 Cikarang Barat


Jl.Imam Bonjol II Desa Telaga Asih Cikarang Barat , Bekasi
(021)88362521
2015-2016
Prolog :
Syarifa adalah seorang gadis lugu yang tak jauh berbeda dengan anak-
anak lainnya. Ia anak yang salehah dan berbakti kepada orangtua dan
kakeknya. Syariva anak piatu yang telah lama di tinggal Uminya.

Adegan I
Selesai shalat magrib, Kakek mengajak cucu-cucunya untuk berdoa serta
tadarus. Kakek selalu memberikan point atau angka bagi cucu-cucunya yang
mengaji dengan fasih dan benar
Syariva : “Kek.... Umi rajin tidak, membaca al-quran?(Tanya syariva)
Kakek : “Dulu waktu masih kecil Umi selalu mendapatkan angka yang
terbanyak jika membaca al-quran(Ujar Kakek).”
Syariva : “Kalau begitu, Umi hebat baca al-quran ya kek?”
Kakek : “Kapan kita tadarusnya kalau mengobrol terus?(Tanya kakek
kembali).”
Saskia : “Sekarang Kek!”
Mereka pun mulai mengaji dan Kakek dengan serius mendengarkan.
Beberapa menit kemudian tadarus pun selesai, Kakek langsung memberikan
nilai. Yang mendapat nilai tertinggi adalah Syabila. Kakek lalu memberikan
hadiah sebuah jilbab baru untuknya.
Saskia : “Kek, pasti karena Kak Syabila lebih tua dari kita berdua, sehingga
Kakek memperbanyak angka?”
Kakek : “Bukan begitu Saskia, pengucapan kalian bagus semua, tetapi Kak
Syabila sedikit mengalahkan kalian ( Ujar Kakek).”
Syariva : “Aku bangga sekali kepada Kak Syabila dan Umi.”
Saskia : “Umi itu jahat ( Celoteh Saskia).”
Syabila : “Umi itu tidak jahat , karena sebenernya Umi tidak berniat
meninggalkan kita.Itu semua karena kehendak Allah (Tutur Syabila).”
Kakek : “Sudah sudah, ayo rapikan dulu mukenanya, setelah itu kita makan
malem.”
Kemudian terdengar suara mobil yang sedang memasuki garasi rumah.
Mereka bertiga langsung berlari ke pintu. Dengan wajah gembira Abi masuk
sambil membawa tiga buah tas yang kelihatannya baru.
Abi : “Assalammualaikum.”
Syabila : “Walaikumsalam, Abi bawa apa? (Tanya syabila bingung)
Abi : “Ini tas baru buat kalian, kebetulan tadi Abi abis memenangkan
proyek( Kata abi bangga)
Syabila : “Kalau begitu Syabila bawakan tasnya, Abi!”
Abi : “Ya sudah, Nanti kamu bagikan kepada Saskia dan Syafira dan jangan
rebutan.”
ADEGAN II
Syafira menuju kamar Kakek, Syariva bingung ketika melihat kakek
sedang menangis sambil memegang sebuah album foto yang kelihatan kusam.

Syafira : “Kakek, mengapa menangis? Kakek marah sama Syafira atau Kak
Saskia atau mungkin Kak Syabila?(Tanya Syafira sambil bingung)
Kakek : “I...ini album foto Umi Syafira, Kakek rindu sekali sama Umi kamu.”
Syafira : “Kalau begitu, kita ketemu Umi saja Kek!”
Kakek : “Tetapi sekarang kita belum dapat bertemu dengan Umi, bagaimana
kalau kita kirimkan doa untuk Umi, sebagai ucapan rindu kita?”
Syariva : “Iya Kek, ayo kita kirimkan doa Kek.”
Syariva selalu kasihan melihat Kakek yang selalu menangisi Umi, tetapi ia
tak tahu harus berbuat bagaimana agar Kakek tidak lagi bersedih.
Syariva : “Aku sedih sekali, jika melihat Kakek menangis terus(Kata syariva
mendekati kakek).”
Kakek : “Kakek bukan menangis, tetapi mata kakek perih terkena debu, jadi
air matanya keluar (Jelas kakek berbohong).”
Syariva : “Debu jahat sekali ya kek, nanti aku dan Abi bilang kepada debu,
Kek.”
Abi : “Nanti Abi, Kak Saskia, Kak Syabila membantu kamu untuk beri tahu
kepada debu itu ya!”
Syariva : “Terimakasih Abi (Ucap Syafira senang).”
Pukul setengah enam mereka semua terbangun dan langsung
mengambil air wudhu, sementara Kakek sudah bersiap-siap untuk salat. Sambil
menunggu cucunya, ia pun membaca al-quran.
Kakek : “Sudah?(Tanya kakek sambil menutup al-quran).”
Syabila : “Sudah kek. Oh iya, Abi sudah pergi ke kantor kek?”
Kakek : “Iya, Abi sudah pergi ke kantor dari tadi.”
Saskia : “Yah... Padahal kami ingin sekali salat subuh berjamaah dengan
Abi(Ucap Saskia kecewa).”
Syarifa : “Iya betul kata ka Saskia, padahal kami ingin sekali salat subuh
jamaah dengan Abi.”
Kakek : “Sudah, ayo kita salat nanti keburu abis waktu subuhnya.”
Syarifa , Kak Saskia ,Kak Syabila : “Iyaaa ayo.”
Setelah selesai salah jamaah, Syarifa, Syabila, Saskia bergegas menuju
kamar untuk bersiap-siap sekolah.
Kakek : “Syariva, Syabila, Saskia ayo turun kita sarapan dahulu sebelum kalian
berangkat ke sekolah.”
Syabila : “Iya kek.”
( Mereka pun turun menghampiri kakek untuk sarapan bersama)
Kakek : “Ayo mari kita makan dulu, kalian harus udah sarapan dulu supaya
kalian semangat untuk bersekolah dan supaya bisa berpikir lebih
maju lagi.”
Syabila : “Iya kek, Kakek juga harus sarapan.”
Kakek : “Iya, nanti saja kakek mah gampang. Yang penting itu kalian dulu
sarapan.”
Saskia : “Kakek...Kakek tidak boleh berbicara seperti itu, kesehatan kakek juga
penting.”
Kakek : “Iya sudah, mari kita makan, dan baca doa terlebih dahulu.”
( Setelah selesai sarapan, mereka pun berpamitan untuk ke sekolah)
Syariva : “Kakek, kami berangkat dulu ya kek, Kakek hati-hati ya kek dirumah.”
Kakek : “Iyaa kalian hati-hati ya.”
(Mereka pun berpamitan sambil mencium tangan Kakeknya)
ADEGAN III
Kakek menunggu azan Asar berkumandang sambil membaca Al-
quran.Tak ada yang membantu kakek ke kamar mandi untuk mengambil wudu,
sehingga kakek terjatuh karena tak sanggup menahan kaki yang basah terkena
air.Tak ada yang mendengar teriakan Kakek karena semua sudah tidur.
Syabila : “Ada apa,Abi?”
Abi : “Kakek tidak ada dimanapun, biasanya pukul sekarang Kakek sudah
ada di musala. Kamu bantu Abi untuk menyari kakek ya.”
Syabila : “Iya, Abi.”
( Abi dan Syabila pun berpencar. Syabila memberhentikan langkahnya
saat melihat Kakek pingsan di kamar mandi. Dengan wajah cemas ia
memanggil Abi untuk menolong Kakek)
Abi : “Astagfirullah.”
Syabila : “Abi cepat tolong Kakek.”
Abi : “Abi akan membawa kakek ke rumah sakit, jadi kamu harus menjaga
adik-adikmu!”
(Saskia pun menuruti perintah kakaknya untuk tidur bersama di kamar
Syariva, namun ia bingung melihat rumah yang begitu sepi)
Saskia : “Abi dan Kakek kemana , Kak?”
Syabila : “Kamu jangan bilang kepada Syariva ya!”
Saskia : “Memang kenapa, dan ada apa?”(Saskia merasa bingung)
Syabila : “Kakek masuk rumah saki , karena Kakek tadi terjatuh saat
mengambil wudu.”
Saskia : “Masya Allah, lalu bagaimana kakek sekarang?”
Syabila : “Kakak belum tahu, abi belum memberi kabar (Kata syabila sedih).”
( Sedang berbicara asyik, tiba-tiba Syariva datang)
Syariva : “Ada apa ini Kak? Kok kalian kelihatan resah sekali?” (Ujar Syariva
bingung)
Saskia : “Mmm.... tidak ada apa-apa.”
Syarifa : “Lalu, kemana Abi dan Kakek, Kak?”
Syabila : “Abi dan Kakek pergi kerumah guru kamu (ujar Syabila bohong)
( Sedang tadarus quran, tiba-tiba handphone Syabila pun berdering)
Assalammualaikum(Kata seseorang di telfon)
Syabila : “Walaikumsalam.”
Abi : “Ini abi, Syabila.”
Syabila : “Bagaimana keadaan Kakek, Abi? Apa kakek udah siuman?”
Abi : “Alhamdulillah, kakek sudah siuman.”
Syabila : “Syabila ingin sekali melihat Kakek, Abi.”
Abi : “Kalau begitu Abi akan menelfon supir untuk mengantar kalian
kerumah sakit, kalian jangan lupa membawa Alquran untuk kita
tadarus.”
(Setibanya mereka dirumah sakit, Saskia dan Syariva pun langsung
memijat Kakek, sedangkan Syabila pergi keluar untuk membeli makanan)
Syariva : “Kenapa dengan Kakek?”
Kakek : “Sya...ri...va...Ka...kek ingin ka...mu tum...buh sebagai...gai gadi...s
yang sa..leh,melin...dungi Kakak-kakakmu dan A...bi se..per..ti U..mi(Kata kakek
gugup).”
Syariva : “Syarifa akan mengikuti semua perintah Kakek (Syarifa sedih).”
Kakek : “Kalau ka... mu ing... in bertem... mu Um... mi, ambil... lah fot... tonya
di kamar ka... kek, insya... Allah kamu ak... an bertem... mu dengan um... mi.”
Syariva : “Tetapi Kek, kata Kak Saskia, Umi sudah meninggal dan tidak akan
pernah kembali lagi.”
Kakek : “Ke... mungkin... nan Um... mi masih hid... up, tetapi di raha... siakan
da... hulu.”
Syariva : “Kenapa harus di rahasiakan, Kek ?”
Kakek : “Kare... na ini mas... ih kemung... kinan.” (Kakek lalu mengucapkan dua
kalimat syahadat dan langsung memejamkan mata nya.)
Syariva yang melihat Kakenya terdiam langsung berlari mencari Syabila dan
Saskia. Saat di depan pintu Syariva langsung melihat Dokter dan Saskia. Dokter
lalu bergegas masuk ke kamar dan langsung memeriksa Kakek yg telah terbujur
kaku di tempat tidur. Sedangkan Saskia dan Syariva masih berada di luar kamar
untuk menelfon Abi. Syabila langsung memeluk kakeknya dengan perasaan
yang sedih. Namun, ia tetap harus merelakan kepergian kakeknya. Syabila
langsung keluar kamar karna tak sanggup menahan tangisnya. Dari kejauhan
terlihat Abi yang sedang berlari menuju anak-anaknya.
Abi : “Ada apa dengan Kakek?”
Saskia : “Kakek sudah meninggal, Abi.”
Syabila : “Apa? Kakek sudah meninggal?”
Abi : “Innalillahi wainnaillahi rajiun.” ( sambil masuk ke kamar)
Kemudian mereka hanya dapat melihat Kakek dari kejauhan.
Saskia : “Mau dibawa kemana Kakek, Abi?”
Abi : “Kakek akan dibersihkan dahulu, lalu akan dibawa kerumah.”
(Air mata yang keluar membasahi wajah mereka tak kunjung mereda.
Syabila,Saskia, dan Syariva langsung memeluk Abi)
Abi : “Kalian harus ikhlas, karena ini kehendak Allah.”
Saskia : “Sekarang Kakek menyusul Umi, Saskia sedih sekali.”
Abi : “Kalau begitu, kita harus pulang untuk menyolatkan Kakek.”
(Setelah mengurusi semua administrasi dirumah sakit, Abi langsung
pulang bersama ketiga anaknya untuk menyalatkan Kakeknya. Setelah sampai
dirumah sambutan diwarnai dengan tangisan).
ADEGAN IV
Setelah beberapa bulan kepergian Kakek, Syariva pun terkadang
berkunjung ke makam Kakek untuk medoakan Kakek. Setibanya Syariva di
pemakaman, ia melihat sosok wanita yang berdiri di kejauhan melihat
pemakaman Kakek. Syariva tidak tahu bahwa sosok wanita itu adalah Uminya.
Syariva : “Assalamualaikum, bu?”
Umi : “Waalaikumsalam , Syariva?”
Syariva : “Iya, nama saya Syariva. Dan ibu siapa?”
Umi : “Sa...saya petugas kebersihan di kuburan ini (Ujar Umi gugup).”
Syariva : “Oh...Tetapi dari mana Ibu mengetahui nama saya?”
Umi : “Saya sempat mengenali keluarga kamu. Apakah saya boleh memeluk
kamu?”
Sebelum syariva menjawab, wanita itu langsung memeluknya sambil
nangis. Syariva merasakan ketenangan juga merasakan kehangatan yang
begitu dalam.
Abi : “Apa yang sedang kamu lakukan, Syariva?”
SyariVa : “Tidak ada, Abi.”
Abi : “Kalau begitu kita kembali ke pemakaman Kakek, untuk berdoa.”
SyariVa : “Abi, semoga Kakek tenang disana ya bi.”’
Abi : “Iya syariva amin...ayo segera kita kembali kerumah.
beberapa menit kemudian setelah sampai dirumah.
Syabila : “Abi? Mengapa Abi selalu saja mengalihkan pembicaraan saat sedang
membicarakan umi?”
Abi : “( Abi terdiam sejenak, sambil memeluk ketiga putrinya) Baiklah.
Sudah saatnya kalian tahu semua ini, karena semua yang Abi lakukan
hanya untuk kalian.”
Syabila : “Tolong jelaskan kepada kita bertiga, Abi.”
Abi : “Umi bukanlah seorang ibu yang baik buat kalian (Kata Abi sedih)
Ketiga putrinya pun kaget mendengar perkataan Abi.
Saskia : “Apa maksudnya, Abi?”
Abi : “Dahulu kita adalah keluarga yang bahagia, Abi dan Kakek selalu
bekerja keras untuk membiayai Nenek, Umi, dan kalian bertiga. Tetapi
semuanya berubah ketika Nenek sakit-sakitan, membiayai Nenek
tidaklah sedikit. Bahkan kita sempat tinggal dirumah paman, karena
menjual rumah untuk kesembuhan Nenek.”
Syabila : “Lalu Abi, bagaimana dengan perusahaan-perusahaan Kakek apa itu
tidak bisa membantu?”
Abi : “Tidak, dulu Kakek belum punya perusahaan. Sehingga kita hidup
tidak berkecukupan.”
Syariva : “Lalu Abi, apa yang salah dengan Umi?”
Abi : “Karena merasa tak ada jalan lain, Umi berniat untuk menjual kamu
kepada orang kaya, Syariva?”
Syariva terdiam mendengar jawaban Abi dari pertanyaannya. Ia pun
melepaskan pelukan Abi.
Syabila : “Mengapa Umi melakukannya abi?”
Abi : “Awalnya Abi juga tidak percaya dengan perbuatan Umi. Waktu itu
syariva berusia satu tahun dan Syariva belum mengerti dengan
yang Umi lakukan. Abi merasa kecewa dan marah sekali kepada Umi,
sehingga Abi mengusir Umi dari rumah.”
Mendengar jawaban Abi, Syabila dan saskia langsung memandangi
adiknya dengan wajah yang sedih. Saat ingin memeluknya, Syariva langsung
lari menuju kamar.
Syariva : “Mengapa Umi sejahat itu sama aku (Berbicara dalam hati sambil
menangis dan menuju kamar).
Syabila : “Bagaimana sekarang abi?”
Abi : “Kita biarkan Syariva tenang dulu ya.”
ADEGAN V
Diatas tempat tidur ia menumpahkan kesedihannya kepada Umi.
Baginya Umi tak lagi sebagai peri yang menghiasi hari-harinya. Diambilnya
selembar kertas dan ditulisnya semua perasaan yang ada di dalam hatinya.
(Setelah beberapa hari kemudian , terdengar suara ketukan di pintu
rumahnya)
Umi : “Assalamualaikum.”
Syabila : “Walaikum salam. Ada yang dapat saya bantu, Bu?”
Umi : “Bolehkah saya bertemu Abi kamu?”
Syabila : “Kebetulan Abi tidak ada dirumah, ibu siapa ya?”
Umi : “Saya...saya ingin melamar pekerjaan.”
Syabila : “Maaf bu, karena sayatidak ada hak untuk mengizinkan ibu berkerja
disini.”
Syariva pun keluar dari kamarnya, lalu ibu Alisha langsung memeluk
mereka bertiga.
Umi : “Ibu sayang sekali kepada kalian.”
Syabila : “Siapa sebenarnya ibu?”
Umi : “Umi mohon kalian jangan beritahu kepada yang lain.”
Saskia : “Apa maksudnya, Bu?”
Umi : “Kalau kalian ingin tahu apa maksudnya, kalian harus merahasiakan.”
Syabila : “Baiklah kita akan merahasiakannya, tetapi tolong ibu jelaskan kepada
kita.”
Umi : “Ibu adalah Umi kalian.” (sambil membuka cadarnya)
Syabila : “Masya Allah. Apa benar ini Umi?”
Umi : “Benar Syabila, Umi minta maaf kepada kalian karena...
Saskia : “Umi memang jahat! Apa yang Umi inginkan dari kita? Apa Umi ingin
menjual Syariva (sambil nada marah).”
Umi : “Umi lakukan itu untuk kebahagiaan kalian, juga untuk Syariva. Karena
dulu Umi tidak tega melihat anak-anak Umi menderita, apalagi Syariva
masih kecil.”
Syabila : “Umi tidak perlu minta maaf kepada Syabila ataupun Saskia. Tetapi
Umi harus minta maaf kepada Syariva.”
Saskia : “Tetapi Abi berkata bahwa Umi sudah meninggal dunia karena
kecelakaan kereta api.”
Umi : “Astagfirullah aladzim. Umi sama sekali belum meninggal, Saskia.”
Saskia : “Kita kuatir kalau Abi masih marah kepada Umi.”
Umi : “Kalian mau membantu ibu kan? (sambil menutup cadarnya).”
Mereka berdua langsung menganggukkan kepalanya dan langsung
menarik Umi sambil membawa piring dan menuju Syariva.
Syariva : “Tadinya Syariva ingin memberikan buku ini untuk Umi.”
Umi : “ Lalu kenapa kamu tidak memberikannya?”
Syariva : “Umi jahat kepada Syariva, karena dulu Umi sempat menjual Syariva
kepada orang lain.”
Umi : “Umi tidak seperti itu, Syariva. Umi hanya....”
Tiba-tiba terdengar suara ketukan pintu kamar Syariva.
Abi : “Kamu siapa?”
Umi : “Saya?”
Saskia : “Ini Ibu Alisha, yang membantu kita beres-beres rumah.”
Abi langsung menuju Syariva sambil memberikan hadiah.
Abi : “Selamat ulang tahun, yariva.”
Syariva : “Terima kasih, Abi.”
Saskia langsung menarik Syabila masuk dan langsung menutup kamar
Syariva.
Abi : “Ada apa, Saskia?”
Syabila : “Apa Umi masih hidup, Abi?”
Umi : “Abi tidak perlu menjawab pertanyaan seperti itu, karena jawabannya
sangat menyakitkan.”
Abi : “Annisa? Apakah kamu Annisa?”
Umi : “Benar, saya adalah Annisa, Uminya anak-anak.”
Syariva : “Mengapa Umi masih disini? Syariva benci sama Umi!”
Umi : “Maafkan umi Syariva. Umi terpaksa, dan yang umi lakukan juga untuk
kebahagiaan kamu (sambil menjelaskan).”
Abi : “Mengapa kamu menghilang begitu saja Annisa?”
Umi : “Karena saya benar-enar kecewa dengan sikap yang saya lakukan,
sehingga saya harus meninggalkan kalian semua.”
Syariva : “Kalau umi sayang kepada Syariva, jangan pernah lagi tinggalkan
Syariva.”
Mendengar perkataan Syariva, Umi langsung memeluknya dengan erat.
Abi hanya terdiam melihatnya.
Abi : “Sebaiknya kamu prtgi dari sini (sambil menunjuk kearah luar).”
Syariva : “Jangan Abi, Umi adalah orang tua Syariva yang pernah melahirkan
Syariva ke dunia ini. Kakek dan Abi kan pernah bilang, untuk tidak
mendendam atau membenci orang lain. Syariva Ikhlas pernah
diperlakukan seperti itu, karena sekejam-kejamnya Umi, beliau tetap
orang tua Syariva.”
Syabila : “Iya, Abi. Umi pasti melalukan itu semua karena ada alasan yang kuat.
Buktinya Umi masih mau mengakui kesalahannya, bahkan umi
bersedia untuk pergi dari kehidupan kita semua.”
Saskia : “Saskia juga setuju, Abi. Karena kalau tidak ada Umi, kita bertiga tidak
akan pernah ada. Banyak sekali pengorbanan Umi untuk kita, Syariva
saja sudah memaafkan Umi.”
Abi : “Baiklah. Kalau itu membuat kalian bahagia, Abi ikut bahagia.”
Akhirnya Syabila, Saskia, dan Syariva langsung memeluk Uminya dengan
bahagia. Abi pun mengikutinya. Syariva langsung menangis bahagia karena
doanya untuk bertemu Umi dikabulkan oleh Allah SWT.
Mereka pun langsung berdoa kepada Allah SWT atas segala nikmat yang
telah diberikan, sehingga mereka pun berkumpul kembali menjadi keluarga
yang sakinah dan bahagia.

Anda mungkin juga menyukai