Anda di halaman 1dari 6

Vol.

13
No. 2
DECEMBER 2021

Pengembangan E-Modul Kontekstual Berbasis Kearifan Lokal untuk Siswa SMA pada Materi
Pelajaran Sistem Koloid

Development of The Contextual E-Module Based on a Local Wisdom for High School Students at
Colloidal Lesson

Yusnidar1,*, Epinur1,
1
Jurusan PMIPA FKIP Universitas Jambi, Indonesia

ABSTRAK
Penyajian materi pembelajaran dengan pendekatan kontekstual berbasis kearifan lokal akan membantu siswa untuk
memahami materi pembelajaran dimana pengetahuan akan diperoleh melalui pengalaman dan lingkungan
sekitarnya. Berdasarkan hal tersebut, dalam penelitian ini akan dikembangkan e-modul kontekstual berbasis kearifan
local materi pembelajaran koloid untuk siswa SMA. Penelitian ini termasuk kedalam penelitian pengembangan
dengan menggunakan model pengembangan 4D. Instrumen yang digunakan berupa lembar penilaian ahli isi dan ahli
media serta penilaian guru kimia yang bertugas di kabupaten Muara Bungo untuk mengetahui kelayakan e-modul,
lembar observasi kelompok kecil dan besar digunakan untuk mengetahui tingkat kepraktisan serta lembar tes untuk
mengetahui efisiensi e-modul. Populasi penelitian yaitu siswa SMA kelas XI di kabupaten Muara Bungo.
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa e-modul yang dikembangkan layak secara teoritis untuk digunakan
berdasarkan penilaian ahli isi, ahli media dan penilaian guru serta praktis dan efektif meningkatkan hasil belajar
siswa SMA berdasarkan uji coba kelompok kecil dan besar.

ABSTRACT
Lesson delivery with a contextual approach based on local wisdom will help the students to understand the lesson
where knowledge would obtain through experience and the surrounding environment. Therefore, The objective of
this study is to make a contextual e-module based on the local wisdom in colloid lessons for high school students.
This study is included in research and development using a 4D development model. The instruments used to score e-
module by expert and chemistry teacher at Muara Bungo district. The level of practicality and efficiency of the e-
modules is obtained based on the small and large groups of students. The population of this research is the 11th
senior high school at Muara Bungo district. Theoretically, based on these studies, the e-module is feasible to use to
deliver the colloid lesson, seen by the experts scored. In addition, the e-module is practical and effective in
improving the learning outcomes of high school students based on group and large trials.

Kata kunci/keyword: e-Modul, kontekstual, sistem koloid, e-module, contekstual, Colloidal

INFO ARTIKEL
Received: 29 Sept 2021; * corresponding author: yusnidar.fkip@unja.ac.id
Revised: 25 Oct 2021; DOI: https://doi.org/10.22437/jisic.v13i2.16224
Accepted: 3 Dec 2021

92
93 Journal of The Indonesian Society of Integrated Chemistry Vol. 13 No. 2: December 2021

PENDAHULUAN siswa. Pengembangan modul ini diharapkan


dapat menyelesaikan hambatan dalam
Untuk mencapai tujuan pembelajaran
belajar. Selain itu, menurut Utomo (1991),
banyak komponen yang terlibat diantaranya
dengan menggunakan modul, siswa dapat
adalah bahan ajar. Segala bentuk bahan yang
belajar sesuai dengan tingkat
dapat digunakan untuk membantu
kemampuannya dan setelah pelajaran di
guru/dosen/instruktur untuk melaksanakan
kelas selesai siswa dapat mengetahui tingkat
kegiatan belajar mengajar di kelas disebut
keberhasilan yang dicapai. Keberadaan
sebagai bahan ajar. Bahan yang dimaksud
modul memberi kesempatan siswa untuk
bisa berupa tidak bahan tertulis maupun
melakukan remedial atau memperbaiki
bahan tertulis. Menurut Widodo dan Jasmadi
kelemahan, kesalahan atau kekurangan
(dalam Lestari, 2013) bahan ajar adalah
siswa dan siswa dapat menemukan sendiri
seperangkat sarana atau alat yang berisikan
evaluasi yang diberikan secara kontinu.
materi pembelajaran, metode, dan cara
mengevaluasi yang didesain secara menarik
Konsep belajar yang dapat
dan sistematis untuk mencapai tujuan yang
membantu guru mengaitkan antara materi
diharapkan dengan segala kompleksitasnya.
yang diajarkannya dengan pengalaman
sehari-hari siswa itu merupakan pendekatan
Pengembangan bahan ajar harus
kontekstual (Hosnan, 2014). Kontekstual
dapat menyelesaikan masalah ataupun
merupakan pembelajaran yang lebih
kendala dalam pembelajaran. Salah satu
menekankan kepada proses keterlibatan
bahan ajar yang akan dikembangkan adalah
peserta didik secara penuh untuk dapat
berbentuk bahan ajar elektronik yaitu e-
menemukan hubungan antara materi yang
modul. Hosnan (2011) menyatakan bahwa
dipelajarid engan realitas kehidupan nyata,
modul adalah sarana pembelajaran dalam
sehingga mendorong siswa secara penuh
bentuk tertulis atau cetak yang disusun
untuk menerapkannya dalam kehidupannya
secara sistematis, memuat materi
sehari-hari (Johnson, 2011). Melalui
pembelajaran, metode, tujuan pembelajaran
pembelajaran kontekstual juga dapat
berdasarkan kompetensi dasar atau indikator
meningkatkan keterampilan literasi sains
pencapaian kompetensi, petunjuk kegiatan
siswa (Pitnelly et al, 2021). Sesuatu yang
belajar mandiri (self instruction), dan
kontekstual sifat relatif, sesuatu yang
memberikan kesempatan kepada siswa
kontekstual di suatu daerah bisa saja tidak
untuk menguji diri sendiri melalui latihan
kontekstual di daerah lain. Kontekstual
yang disajikan dalam modul tersebut.
harus memperhatikan kearifan lokal daerah
Tujuan utama pembelajaran yang
tersebut. Kearifan lokal dapat didefinisikan
menggunakan modul adalah agar efesiensi
sebagai kebijaksanaan atau nilai-nilai luhur
dapat meningkat dan efektifitas
yang terkandung dalam kekayaan-kekayaan
pembelajaran juga meningkat, termasuk
budaya lokal berupa tradisi, pepatah dan
waktu, dana, fasilitas, maupun tenaga untuk
semboyan hidup (Sudarmin, 2014). Kearifan
mencapai hasil yang optimal (Mulyasa,
lokal biasanya di daerah lebih terpelihara
2009). Modul yang dikembangkan
dibandingkan di kota.
dimaksudkan agar dapat menumbuhkan
keterampilan-keterampilan proses sains
94 Journal of The Indonesian Society of Integrated Chemistry Vol. 13 No. 2: December 2021

Alasan membuat modul kontekstual dapat memecahkan masalah dunia nyata


berbasis kearifan lokal, yaitu karena materi atau masalah yang disimulasikan.
dan contoh disusun berdasarkan
keadaan/kondisi yang ada di lingkungan Menurut Wasis siswa diharapkan
siswa. Jika tujuh komponen yang ada pada mampu memperoleh pembelajaran kimia
kontekstual diterapkan, maka akan yang bermakna, tidak hanya pembelajaran
menghasilkan modul yang berkualitas. kimia yang menghasilkan nilai bagus,
Siswa dapat termotivasi untuk lebih aktif pembelajaran harus menciptakan meaning
dalam kegiatan pembelajaran oleh full connections dengan kehidupan nyata.
komponen-komponen tersebut. Materi yang Modul kimia dikembangkan bukan dengan
kontekstual berbasis kearifan lokal jika memandang kimia sebagai kumpulan
diterapkan akan membatu siswa untuk pengetahuan yang disampaikan guru kepada
memahami materi karena pengetahuan siswa, melainkan sebagai suatu proses yang
diperoleh dengan mengalami sendiri dalam dikonstruksi oleh siswa melalui pengalaman
kehidupannya bukan menghapal. dunia nyatanya. Proses belajar mengajar
berlangsung secara alamiah dalam bentuk
Materi koloid dalam kurikulum SMA kegiatan kerja siswa dan mengalami, bukan
merupakan materi terakhir semester genap hanya mentransfer pengetahuan dari guru ke
keas XI, materi sebelumnya adalah teori siswa (Kemendiknas, 2010).
asam basa, larutan (berbagai macam pH).
Berdasarkan observasi di lapangan (sekitar Berdasarkan wawancara dengan guru
10 SMA) waktu guru untuk mengajarkan kimia SMA Muara Bungo, diperoleh
koloid tidak ada karena terpakai untuk informasi bahwa pembelajaran materi sistem
mengajarkan materi sebelumnya yang sangat koloid selama ini adalah dengan
padat. Sehingga guru menugaskan siswa menugaskan siswa membat resume. Dengan
mempelajari sendiri (dengan membuat e-modul yang kontekstual dan berbasis
resume) materi koloid ini. Materi koloid ini kearifan lokal diharapkan bisa mengatasi
banyak ditemukan siswa dalam kehidupan kendala selama ini, siswa bisa belajar
sehari-hari. Contohnya (1) proses sendiri, materinya kontekstual dan dekat
pembuatan tahu, tahu sebagai salah satu dengan kehidupan siswa sehari-hari.
protein nabati ternyata merupakan sistem
koloid. Koagulasi merupakan salah satu sifat METODOLOGI PENELITIAN
dari koloid; (2) menggumpalkan lateks
(getah); (3) penjernihan air (4) bahan-bahan Model pengembangan yang
makanan berbentuk jel; (5) kosmetik; (6) digunakan adalah 4-D (Four D) Model ini
obat diare/norit dan yang lainya. Belajar dikembangkan oleh Thiagarajan dkk (1974).
dengan konteks yang dialami dalam Terdiri atas 4 tahap utama yaitu: Define
kehidupan sehari-hari memungkinkan para (Pendefinisian), Design (Perancangan),
siswa mampu memperluas, menguatkan, Develop (Pengembangan) dan Disseminate
menerapkan pengetahuan dan ketrampilan (Penyebaran).
akademik mereka dalam berbagai macam
Penelitian dimulai dengan
tatanan dalam sekolah dan luar sekolah, agar
menganalisis materi sistem koloid yang ada
95 Journal of The Indonesian Society of Integrated Chemistry Vol. 13 No. 2: December 2021

di kurikulum. Selanjutnya mengobservasi menggunakan soal obyektif sebanyak 25


kearifan lokal yang ada di daerah Muara soal.
Bungo terutama yang terkait dengan materi Tabel 1. Skala penilaian kualifikasi produk
sistem koloid (Define). Membuat peta Persentase Tingkat Kelayakan
konsep materi sistem koloid, flowchart 81-100 Sangat layak
(Design). Mengumpulkan bahan untuk 61-80 Layak
menjadikan story board menjadi produk,
41-60 Cukup layak
bisa berupakan gambar, animasi, ilustrasi
dan materi sistem koloid (develop). 21-40 Kurang Layak
0-20 Tidak layak
Sebagian materi koloid yang
berisikan materi pengayaan deiberikan link-
Hasil belajar siswa dihitung dengan
nya, siswa dapat mengakses langsung.
membagi jumlah jawaban betul dengan
Produk yang sudah dibuat divalidasi
jumlah soal dan dikali 100. Selanjutnya
kelayakan teoritisnya (content dan konstruk)
dihitung ketuntasan kelas dengan KKM 75.
oleh dosen prodi Pendidikan Kimia. Hasil
validasi digunakan nuntuk memperbaiki
HASIL DAN PEMBAHASAN
modul sesuai dengan saran validator, sampai
Hasil dari penelitian pengembangan
dinyatakan layak oleh validator. Setelah
ini sebuah e-modul materi sistem koloid
dinyatakan layak oleh validator, diminta
kontekstual berbasis kearifan lokal. Sebelum
penilaian dari guru-guru kimia SMA Bungo
mengembangkan produk diperoleh peta
(MGMP Kimia Bungo) melalui zoom.
konsep sistem koloid. E-modul yang
Kegiatan terakhir adalah menggunakan
dikembangkan memperoleh Hak Cipta dari
produk dalam pembelajaran sistem koloid di
Menkumham RI nomor EC00202033527, 16
kelas, diakhir pembelajaran diadakan
September 2020.
evaluasi dengan menggunakan instrument
berupa soal obyektif. Produk (e-modul yang
Berdasarkan peta konsep
dinyatakan layak selanjutnya disebar
dikembangkan e-modul kontekstual berbasis
luaskan ke SMA di kabupaten Bungo
kearifan lokal. Kearifan lokal diperoleh
(diseminate).
dengan melakukan survey langsung ke
Data yang dibutuhkan untuk lokasi dan mewawancarai penduduk
menjawab permasalahan penelitian ini setempat. Modul yang dikembangan
adalah hasil validasi konten dan konstruk divalidasi oleh tim ahli dengan
(kelayakan teoritis). Data untuk kelayakan menggunakan angket materi (12 item) dan
praktis diperoleh dari penilaian guru, dan media (14 item) sampai dinyatakan valid.
hasil belajar siswa. Validasi dilakukan Setelah dinyatakan valid oleh tim ahli,
dengan meminta validator memeriksa selanjutnya diminta penilaian guru-guru
produk dan memberikan penilaian dan kimia kabupaten Bungo (MGMP)
komentar pada angket dengan skala 1-5 menggunakan angket (15 item) melalui
(skala Likert), begitu juga untuk penilaian zoom. Untuk melihat efektifitas modul yang
guru. Hasil belajar siswa diperoleh dari dikembangkan dilakukan uji coba ke siswa
evaluasi di akhir pembelajaran dengan SMA melalui zoom dan di akhir kegiatan
dilakukan evaluasi dengan soal objektif (25
96 Journal of The Indonesian Society of Integrated Chemistry Vol. 13 No. 2: December 2021

soal), berikut data yang diperoleh disajikan KESIMPULAN


dalam tabel 2 berikut. Berdasarkan dari penelitian dan
Tabel 2. Hasil validasi tim ahli, penilaian pengembangan yang telah dilakukan, dapat
guru dan hasil belajar siswa diketahui bahwa e-modul kontekstual
berbasis kearifan lokal materi sistem koloid
Komponen yang dinilai % Interpretasi layak digunakan secara teoritis berdasarkan
penilaian ahli dan penilai guru kimia SMA.
Validasi Materi 83 Sangat layak
E-modul yang dikembangkan juga praktis
Validasi Media (Modul) 85 Sangat layak dan efektif untuk digunakan dalam
Rata-rata Penilai guru 90 Sangat layak pembelajaran kimia materi sistem koloid
(MGMP) berdasarkan uji coba langsung ke siswa.
Ketuntasan kelas 94 Sangat layak

Tampilan halaman e-modul sistem


koloid kontekstual berbasis kearifan lokal
dapat dilihat seperti pada gambar 1.

Gambar 1. Sampul e-modul


sistem koloid kontekstual berbasis kearifan
lokal.

DAFTAR PUSTAKA
Kemendiknas. (2010). Pendidikan karakter Hamdani. (2011). Strategi belajar mengajar.
disekolah menengah pertama. Jakarta: Bandung: Pustaka Setia.
Kemendiknas.
97 Journal of The Indonesian Society of Integrated Chemistry Vol. 13 No. 2: December 2021

Hosnan. (2014). Pendekatan saintifik dan Wasis. (2006). Contextual teaching and
kontekstual dalam pembelajaran abad laerning (CTL) dalam pembelajaran
21. Bogor: Ghalia Indonesia. sains fisika SMP: Cakrawala
Johnson, E.B., Sitompul, I., Setiawan, Pendidikan, 25(1).
I.(2011). Contextual teaching Sudarmin, (2014), Pendidikan karakter
&learning: Menjadikan kegiatan etnosain dan kearifan lokal (konsep
belajar mengajar mengasyikkan dan dan penerapannya dalam penelitian
bermakna. Bandung: Kaifa. dan pembelajaran sains). FMIPA
Lestari, I. (2013). Pengembangan bahan Universitas Negeri Semarang
ajar berbasis kompetensi (sesuai Thiagarajan, S., Semmel, D.S.,& Semmel,
dengan kurikulum tingkat satuan M.I. (1974). Instructional development
pendidikan)”, Jakarta: Akademia for training teachers of exceptional
Permata. children: A Sourcebook. Indiana:
Majid, A. (2011). Perencanaan Indiana University
pembelajaran mengembangkan Utomo, T. (1991). Peningkatan dan
kompetensi dosen. Bandung: Remaja pengembangan pendidikan. Jakarta:
Rosdakarya. Gramedia Pustaka Utama.
Mulyasa. (2009). Kurikulum yang
disempurnakan pengembangan
standar kompetensi dan kompetensi
dasar. Bandung: Remaja Rosdakarya.
Mulyatiningsih, E. (2012). Metode
penelitian terapan bidang pendidikan.
Bandung : Alfabeta
Pitnelly, Wahyuni, S., Elisa, E., Zurweni,
Malik, A. (2021). Peningkatan
kemampuan literasi sains siswa
menggunakan model pembelajaran
contextual teaching and learning
berbantukan google classroom dimasa
pandemi covid-19 pada mata pelajaran
kimia. Journal of The Indonesian
Society of Integrated Chemistry,
13(1).

Anda mungkin juga menyukai