Anda di halaman 1dari 14

Ibrahim – Perpaduan Model Pembelajaran Aktif Konvensional ….

PERPADUAN MODEL PEMBELAJARAN AKTIF KONVENSIONAL


(CERAMAH) DENGAN COOPERATIF (MAKE – A MATCH)
UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR
PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN

IBRAHIM

Kepala SDN 11 Jangkang Kecamatan Bantan Kabupaten Bengkalis


ibrahim_sdn11jangkang@gmail.com

ABSTRAK

Penerapan model pembelajaran modern baik kontektual maupun kooperatif


di sekolah yang berada diwilayah pedesaan tidak semudah jika
dibandingkan dengan sekolah yang berada diwilayak kota. Pemahaman dan
pengetahuan serta pengalaman belajar sangat jauh berbeda, termasuk faktor
lingkungan masyarakat, sekolah serta ketersediaan sarana dan prasarana
penunjang pendidikan. Metode konvensional tidak mudah begitu saja
ditinggalkan, maka dari itu penelitian ini dilakukan dengan kolaborasi antara
model konvensional dengan model kooperatif. Hail penelitian menujukkan
bahwa nilai rata-rata mengalami kenaikan sebesar dari 66,04 menjadi 72,32
atau naik sebesar 9,52% pada siklus pertama. Sedangkan pada siklus kedua
yaitu sebesar 66,54 menjadi 75,75 atau naik sebesar 13,85%. Jadi kolaborasi
model pembelajaran konvensional-ceramah dengan model kooperatif- Make
– A Match mampu meningkatkan hasil belajar siswa.

Kata kunci : Konvensional, Make – A Match, Kewarganegaraan.

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang kecerdasan, akhlak mulia, serta


keterampilan yang diperlukan dirinya,
Guru merupakan garda terdepan
masyarakat, bangsa dan negara.
dalam dunia pendidikan lebih-lebih
Selanjutnya dalam pasal 3 dinyatakan
pada pendidikan tingkat dasar. Sesuai
bahwa pendidikan nasional berfungsi
dengan Undang-Undang Nomor 20
mengembangkan kemampuan dan
Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan
membentuk watak serta peradaban
Nasional pasal 1 dijelaskan bahwa
bangsa yang bermartabat dalam rangka
Pendidikan adalah usaha sadar dan
mencerdaskan kehidupan bangsa,
terencana untuk mewujudkan suasana
bertujuan untuk berkembangnya potensi
belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik agar menjadi manusia
peserta didik secara aktif
yang beriman dan bertakwa kepada
mengembangkan potensi dirinya untuk
Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
memiliki kekuatan spiritual keagamaan,
mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif,
pengendalian diri, kepribadian,

Suara Guru : Jurnal Ilmu Pendidikan Sosial, sains, dan Humaniora Vol. 3 No. 2, Juni 2017 |199
Ibrahim – Perpaduan Model Pembelajaran Aktif Konvensional ….

mandiri, dan menjadi warga negara sekolah dasar yang masih kental dengan
yang demokratis serta bertanggung dunia permainan.
jawab. Pembelajaran PKn di SDN 11
Guru yang profesioanal memiliki Jangkang Kecamatan Bantan Kabupaten
peran yang besar dalam mewujudkan Bengkalis juga memiliki permasalahan
pendidikan yang mampu menghasilkan yang sama. Kondisi nyata dilapangan
generasi bangsa yang agamis, kreatif, bahwa semua siswa dan orang tua
inovatif, berdaya saing dan berkarakter. berharap bahwa buku tek, referensi serta
Guru yang profesional adalah guru yang buku penunjang lainya adalah
mengerti dan memahami kemampuan sepenuhnya tanggung jawab pihak
siswanya dan berupaya untuk sekolah sehingga mereka hanya datang
memberikan dan menerapkan metode ke sekolah dengan modal buku tulis
pembelajaran yang sesuai dengan saja. Sehingga sangat sulit untuk
kemampuan siswanya dan kondisi menerapkan sepenuhnya model
lingkunganya. pembelajaran yang modern. Dilihat dari
Keterbatasan sumber bacaan, sisi hasil belajar siswa pada semester
buku referensi, dan kondisi lingkungan ganjil 2015/2016 siswa kelas IV dengan
baik sekolah maupun masyarakat jumlah 27 orang memiliki rata-rata nilai
menjadi kendala bagi guru untuk sebesar 69,23 dengan batas kriteria
menerapkan sepenuhnya model ketuntasan minimum sebesar 68 hanya
pembelajaran modern yang cenderung terpaut 1,23 dari KKM. Ada 7 orang
terpusat pada siswa. Materi PKn siswa yang harus remedial karena
membutuhkan pemahaman yang cukup nilainya tidak sampai pada KKM, masih
tinggi, siswa diharapkan tidak hanya ada siswa yang tidak serius dan
cukup menyebutkan makna dan arti dari mengantuk dalam belajar, masih ada
sebuah istilah atau kata, namun lebih siswa yang bermain-main dalam belajar,
dari itu harus mampu mengetahui dan dan masih banyak siswa yang
memahami arti dari kata tersebut dalam menganggap bahwa tes atau evaluasi
kehidupan sehari-hari. Hal ini perlu adalah sesuatu yang menakutkan karena
penjelasan rinci dan detail dari guru kurang menguasai atau memahami
sehingga siswa tidak salah paham dalam materi yang telah disampaikan.
memahami dan menerapkanya. Untuk Berpijak pada kondisi nyata diatas
itu penjelasan melalui metode ceramah penulis mencoba melakukan penelitian
memungkinkan guru akan lebih baik tindakan kelas dengan cara
dan mudah untuk memberikan materi- mengkolaborasikan antara model
materi tertentu kepada siswanya. pembelajaran konvensional dengan
Kemudian dalam hal pendalaman materi model pembelajaran modern
supaya isi dari materi ajar tersebut (kooperatif) dengan harapan membawa
mudah diingat maka perlu dilakukan dampak pada hasil belajar siswa.
terobosan dan teknik supaya siswa Metode pembelajaran yang diterapkan
sekolah dasar lebih mudah, senang, adalah metode ceramah kemudian
aktif, inovatif dan efektif dalam dipadukan dengan metode Make – A
menyerap materi ajar. Metode yang Match. Semua materi disampaikan
demikian tentunya adalah salah satu dengan metode ceramah kemudian
metode pembelajaran yang termasuk untuk mendalami materi tersebut
dalam meodel pembelajaran kooperatif, dilakukan dengan metode Make – A
dimana metode tersebut adalah metode Match.
yang sesuai dengan situasi siswa

200| Suara Guru : Jurnal Ilmu Pendidikan Sosial, sains, dan Humaniora Vol. 3 No. 2, Juni 2017
Ibrahim – Perpaduan Model Pembelajaran Aktif Konvensional ….

B. Rumusan Masalah Bengkalis sebelum dan sesudah


dilakukan tindakan dengan kolaborasi
Yang menjadi rumusan masalah
antara metode ceramah dengan metode
dalam penelitian ini adalah bagaimana
Make – A Match.
hasil belajar siswa kelas IV SDN 11
Jangkang Kecamatan Bantan Kabupaten
LANDASAN TEORI
A. Model Pembelajaran Pendapat diatas senanda dengan
Udin dalam Endang Mulyatiningsih
Menurut Agus Suprijono (2011:
(2010:1) yang menyatakan bahwa
45), model diartikan sebagai bentuk
model pembelajaran adalah kerangka
representasi akurat sebagai proses
konseptual yang melukiskan prosedur
aktual yang memungkinkan seseorang
yang sistematis dalam
atau sekelompok orang mencoba
mengorganisasikan pengalaman belajar
bertindak berdasarkan model itu. Lebih
untuk mencapai tujuan tertentu. Model
lanjut Agus Suprijono (2011: 46)
berfungsi sebagai pedoman bagi guru
menyatakan bahwa model
dalam merencanakan dan
pembelajaran ialah pola yang
melaksanakan kegiatan belajar
digunakan sebagai pedoman dalam
mengajar. Dengan demikian, satu model
merencanakan pembelajaran di kelas
pembelajaran dapat menggunakan
maupun tutorial.
beberapa metode, teknik dan taktik
Amri (2013: 4) menyatakan
pembelajaran sekaligus.
bahwa model pembelajaran adalah
Endang Mulyatiningsih (2010:1)
sebagai suatu desain yang
mengatakan bahwa model pembelajaran
menggambarkan proses rincian dan
merupakan istilah yang digunakan
penciptaan situasi lingkungan yang
untuk menggambarkan penyelenggaraan
memungkinkan siswa berinteraksi
proses belajar mengajar dari awal
sehingga terjadi perubahan atau
sampai akhir. Dalam model
perkembangan pada diri siswa. Proses
pembelajaran sudah mencerminkan
model pembelajaran lahir dan
penerapan suatu pendekatan, metode,
berkembang dari pakar psikologi
teknik atau taktik pembelajaran
dengan pendekatan dalam setting
sekaligus.
eksperimen yang dilakukan. Konsep
Kesimpulanya bahwa model
model pembelajaran pertama kalinya
pembelajaran merupakan desain
dikembangkan oleh Bruce dan
kerangka konseptual yang tersusun
koleganya.
secara sistematis dalam
Kemudian Syaiful Sagala (2005:
mengorganisasikan pengalaman belajar,
175) mengemukakan bahwa model
mencerminkan penerapan suatu
pembelajaran adalah kerangka
pendekatan, metode dan teknik
konseptual yang melukiskan prosedur
pembelajaran sekaligus dan berfungsi
yang sistematis dalam
sebagai pedoman bagi guru dalam
mengorganisasikan pengalaman
merencanakan dan melaksanakan
belajar peserta didik untuk mencapai
kegiatan belajar mengajar.
tujuan belajar tertentu dan berfungsi
sebagai pedoman bagi perancang B. Pembelajaran Konvensional
pembelajaran dan guru dalam Model pembelajaran konvensional
merencanakan dan melaksanakan merupakan model pembelajaran yang
aktivitas belajar mengajar. hingga saat ini masih digunakan dalam

Suara Guru : Jurnal Ilmu Pendidikan Sosial, sains, dan Humaniora Vol. 3 No. 2, Juni 2017 |201
Ibrahim – Perpaduan Model Pembelajaran Aktif Konvensional ….

proses pembelajaran, hanya saja model macam metode pengajaran dimana para
pembelajaran konvensional saat ini siswa bekerja dalam kelompok-
sudah mengalami berbagai perubahan- kelompok kecil untuk saling membantu
perubahan karena tuntutan zaman. satu sama lainya dalam mempelajari
Meskipun demikian tidak meninggalkan materi pembelajaran. Sugiyanto (2010:
keaslianya. 37) Pembelajaran kooperatif adalah
Menurut Wina Sanjaya model pembelajaran yang berfokus
(2006:259) menyatakan bahwa pada pada penggunaan kelompok kecil siswa
pembelajaran konvensional siswa untuk bekerja sama dalam
ditempatkan sebagai obyek belajar yang memaksimalkan kondisi belajar untuk
berperan sebagai penerima informasi mencapai tujuan belajar.
secara pasif. Jadi pada umumnya Kemudian Etin Solihatin dan
penyampaian pelajaran menggunakan Raharjo (2009: 5) menyatakan bahwa
metode ceramah, tanya jawab dan model pembelajaran Cooperative
penugasan. Learning merupakan suatu model
Kemudian Djafar (2001:86) pembelajaran membantu siswa dalam
pembelajaran konvensional dilakukan mengembangkan pemahaman dan
dengan satu arah. Dalam sikapnya sesuai dengan kehidupan
pembelajaran ini peserta didik nyata di masyarakat, sehingga dengan
sekaligus mengerjakan dua kegiatan bekerja secara bersama-sama diantara
yaitu mendengarkan dan mencatat. sesama anggota kelompok akan
Ruseffendi (2005: 17) pembelajaran meningkatkan motivasi produktivitas
konvensional pada umumnya memiliki dan perolehan belajar.
kekhasan tertentu, misalnya lebih Menurut Johnson dalam Anita
mengutamakan hafalan daripada Lie (2007: 30) ad 5 unsur dalam
pengertian, menekankan pada cooperatif learning yaitu saling
keterampilan berhitung, ketergantungan positif, tanggung jawab
mengutamakan hasil daripada proses, perseorangan, tatap muka, komunikasi
dan pengajaran berpusat pada guru. antar anggota, dan evaluasi proses
Metode pembelajaran konvensional kelompok. Arif Rohman (2009:186)
memiliki ciri-ciri tertentu. yang menyatakan bahwa pembelajaran
Dismpulkan bahwa model kooperatif (Cooperative learning)
pembelajaran konvensional merupakan adalah model pembelajaran yang
pembelajaran yang terpusat pada guru, menekankan pada saling
mengutamakan hasil bukan proses, ketergantungan positif antar individu
siswa ditempatkan sebagai objek dan siswa, adanya tanggung jawab
bukan subjek pembelajaran sehingga perseorangan, tatap muka,
siswa sulit untuk menyampaikan komunikasi intensif antar siswa, dan
pendapatnya. Selain itu metode yang evaluasi proses kelompok.
digunakan tidak terlepas dari ceramah, Dari beberapa pendapat diatas
pembagian tugas dan latihan sebagai jelas bahwa model pembelajaran
bentuk pengulangan dan pendalaman kooperatif merupakan model
materi ajar. pembelajaran yang terpusat pada siswa,
dimana siswa lebih banyak melakukan
C. Pembelajaran Kooperatif
aktivitas pembelajaran dan sebagai
Robert E. Slavin (2011: 4) subjek pembelajaran. Siswa bekerja dan
menyatakan bahwa Pembelajaran belajar secara berkelompok untuk
kooperatif merujuk pada berbagai menyelesaikan berbagai pokok

202| Suara Guru : Jurnal Ilmu Pendidikan Sosial, sains, dan Humaniora Vol. 3 No. 2, Juni 2017
Ibrahim – Perpaduan Model Pembelajaran Aktif Konvensional ….

permasalahan yang dihadapi dalam konsep atau topik dalam suasana yang
pembelajaran. menyenangkan. Teknik ini dapat
digunakan dalam semua mata
D. Pembelajaran Kooperatif Type
pelajaran dan untuk semua tingkatan
Make – A Match
usia anak didik.
Menurut Sugiyanto (2010: 44-48) Simpulanya adalah bahwa model
Metode pembelajaran kooperatif pembelajaran kooperatif dengan type
dibedakan menjadi empat, antara lain Make – A Match merupakan salah satu
metode STAD (Student Teams cara atau teknik pembelajaran yang
Achivement Divisions), metode Jigsaw, mudah dan menyenangkan dengan
metode G (Group Investigasion) dan konsep permaianan untuk mencapai
metode struktural. Berdasarkan tujuan pembelajaran yang telah
beberapa metode di atas Make a Match ditentukan sebelumnya.
merupakan bagian dari metode Pola permainanya dengan
struktural yang menekankan pada membuat dua jenis kartu (pertanyaan
struktur-struktur khusus yang dirancang dan jawaban) terkait materi atau pokok
untuk mempengaruhi pola-pola bahasan yang akan disampaikan
interaksi siswa. Struktur-struktur kemudian pemegang kartu jawaban dan
tersebut memiliki tujuan umum pertanyaan akan menjadi pasangan
diantaranya untuk meningkatkan dalam mendiskusikan materi yang
penguasaan isi akademik dan ditentukan oleh guru.
mengajarkan keterampilan sosial.
Endang Mulyatiningsih (2010:25) E. Pengertian Hasil Belajar
mengatakan bahwa metode Menurut pemikiran Gagne
pembelajaran make a match merupakan dalam Suprijono (2009: 6) belajar
metode pembelajaran kelompok yang adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai,
memiliki dua orang anggota. Masing- pengertian, sikap-sikap, apresiasi dan
masing anggota kelompok tidak ketrampilan. Hasil belajar berupa:
diketahui sebelumnya tetapi dicari 1. Informasi verbal, yaitu kapitalitas
berdasarkan kesamaan pasangan mengungkapkan pengetahuan
misalnya pasangan soal dan jawaban. dalam bentuk bahasa, baik lisan
Guru membuat dua kotak undian, kotak maupun tulisan.
pertama berisi soal dan kotak kedua 2. Ketrampilan intelektual, yaitu
berisi jawaban. Peserta didik yang kemampuan mempersentasikan
mendapat soal mencari peserta didik konsep dan lambang.
yang mendapat jawaban yang cocok, 3. Strategi kognitif, yaitu kecakapan
demikian pula sebaliknya. Metode ini mengarahkan aktivitas kognitifnya
dapat digunakan untuk membangkitkan sendiri
aktivitas peserta didik belajar dan cocok 4. Ketrampilan motorik, merupakan
digunakan dalam bentuk permainan. kemampuan melakukan aktivitas
Kemudian Lorna Curran dalam jasmani dalam urusan koordinasi,
Miftahul Huda (2011: 113) menyatakan sehingga terwujud otomatisme
bahwat eknik Make a Match adalah gerak jasmani.
teknik mencari pasangan, siswa di 5. Sikap merupakan kemampuan
gabung suruh mencari pasangan dari menerima dan menolak objek
kartu yang mereka pegang. Keunggulan berdasarkan penilaian terhadap
tekhnik ini adalah siswa mencari objek tersebut.
pasangan sambil belajar mengenai suatu

Suara Guru : Jurnal Ilmu Pendidikan Sosial, sains, dan Humaniora Vol. 3 No. 2, Juni 2017 |203
Ibrahim – Perpaduan Model Pembelajaran Aktif Konvensional ….

Kemudian Djamarah (2006: 119) oleh siswa. Ketiga ranah belajar tersebut
menyatakan hasil belajar adalah sangat berkaitan dengan hasil belajar.
kemampuan yang diperoleh siswa Kemendikbud (2013: 33)
setelah melalui kegiatan belajar. tentang Kompetensi Inti (KI) di SD
Sedangkan Kunandar (2013: 62) bahwa mengemukan bahwa:
hasil belajar adalah kompetensi atau a. Ranah kognitif yaitu memahami
kemampuan tertentu, baik kognitif, faktual dengan cara mengamati
afektif maupun psikomotor yang dan bertanya berdasarkan rasa ingin
dicapai atau dikuasai peserta didik tahu tentang dirinya, makhluk
setelah mengikuti proses belajar ciptaan Tuhan dan kegiatannya, dan
mengajar. benda- benda yang dijumpai di
Soedijarto dalam Purwanto rumah, di sekolah dan tempat
(2011: 46) menyatakan hasil belajar bermain.
adalah tingkat penguasaan yang b. Ranah afektif yaitu memiliki
dicapai oleh peserta didik dalam perilaku jujur, disiplin, tanggung
mengikuti proses belajar mengajar jawab, santun, peduli, dan percaya
sesuai dengan tujuan pendidikan yang diri dalam berinteraksi dengan
telah ditetapkan. Agus Suprijono keluarga, teman, guru dan
(2012: 5) menyatakan hasil belajar tetangganya.
adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, c. Ranah psikomotor siswa
pengertian-pengertian, sikap-sikap, menyajikan pengetahuan faktual
apresiasi dan ketrampilan. Nana dalam bahasa yang jelas, sistematis
Sudjana (2009: 3) mendefinisikan hasil dan logis, dalam karya yang estetis,
belajar siswa pada hakikatnya adalah dalam gerakan yang mencerminkan
perubahan tingkah laku sebagai hasil anak sehat, dan dalam tindakan
belajar dalam pengertian yang lebih mencerminkan perilaku anak
luas mencakup bidang kognitif, afektif, beriman dan berakhlak mulia.
dan psikomotorik. Dimyati dan Benjamin S. Bloom dalam
Mudjiono (2006: 3-4) juga Dimyati dan Mudjiono ( 2006:26-27)
menyebutkan hasil belajar merupakan menyebutkan enam jenis perilaku ranah
hasil dari suatu interaksi tindak belajar
kognitif, sebagai berikut:
dan tindak mengajar. Dari sisi guru, 1. Pengetahuan, mencapai kemampuan
tindak mengajar diakhiri dengan proses ingatan tentang hal yang telah
evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, dipelajari dan tersimpan dalam
hasil belajar merupakan berakhirnya ingatan. Pengetahuan itu berkenaan
pengajaran dari puncak proses belajar. dengan fakta, peristiwa, pengertian
Pendapat lain Bloom dalam Anni, kaidah, teori, prinsip, atau metode.
dkk (2007: 7) menyatakan bahwa hasil 2. Pemahaman, yaitu kemampuan
belajar sebagai perubahan tingkah laku menangkap arti dan makna tentang
yang mengusulkan tiga taksonomi yang hal yang dipelajari.
disebut dengan ranah belajar, yaitu 3. Penerapan, mencakup kemampuan
ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. menerapkan metode dan kaidah
Ranah kognitif mencakup ranah untuk menghadapi masalah yang
pengetahuan dan pemahaman siswa, nyata dan baru. Misalnya,
ranah afektif mencakup ranah sikap menggunakan prinsip.
siswa, dan ranah psikomotor mencakup 4. Analisis, mencakup kemampuan
ranah keterampilan/skill yang dimiliki merinci suatu kesatuan ke dalam
bagian-bagian sehingga struktur

204| Suara Guru : Jurnal Ilmu Pendidikan Sosial, sains, dan Humaniora Vol. 3 No. 2, Juni 2017
Ibrahim – Perpaduan Model Pembelajaran Aktif Konvensional ….

keseluruhan dapat dipahami berkarakter yang diamanatkan oleh


dengan baik. Misalnya mengurangi Pancasila dan UUD 1945.
masalah menjadi bagian yang telah Dari pendapat diatas jelas bahwa
kecil. pelajaran kewarganegaraan fokus pada
5. Sintesis, mencakup kemampuan bagaimana membentuk pribadi seorang
membentuk suatu pola baru. individu agar menjadi warga negara
Misalnya kemampuan menyusun yang mengerti dengan hak dan
suatu program. kewajibanya sesuai dengan
6. Evaluasi,mencakup kemampuan Pancasiladan UUD 945.
membentuk pendapat tentang Pendapat lain disampaikan M.
beberapa hal berdasarkan kriteria Numan Somantri (2001: 154)
tertentu. misalnya, kemampuan menyatakan bahwa PKn merupakan
menilai hasil ulangan. usaha untuk membekali peserta didik
dengan pengetahuan dan kemampuan
Dari beberapa pengertian diatas
dasar yang berkenaan dengan hubungan
dapat disimpulkan bahwa hasil belajar
antar warga negara dengan negara serta
adalah penguasaan yang dicapai dari
pendidikan pendahuluan bela negara
suatu proses pembelajaran dalam wujud
menjadi warga negara agar dapat
perubahan-perubahan dalam diri
diandalkan oleh bangsa dan
seorang individu yang dilihat dari
negara.Menurut Sudjatmiko, (2008:12)
taksonomi kognitif, afektif dan
pendidikan kewarganegaraan adalah
psikomotorik. Hasil belajar secara
mata pelajaran yang secara umum
umum di Indonesia dalam bentuk nilai-
bertujuan untuk mengembangkan
nilai yang tertera dalam laporan hasil
potensi individu warga negara
belajar (Rapor). Jadi hasil belajar dalam
Indonesia, sehingga memiliki wawasan,
penelitian ini adalah nilai dari semua
sikap, & keterampilan kewarganegaraan
siswa dari hasil evaluasi sebelum
yang memadai dan memungkinkan
dilakukan tindakan dan sesudahnya
untuk berpartisipasi secara cerdas dan
serta nilai-nilai diskusi kelompok
bertanggung jawab dalam berbagai
sesama siswa.
kehidupan bermasyarakat, berbangsa
F. Pembelajaran PKn dan bernegara.
Kemudian Depdiknas (2006:49), Dengan demikian pendidikan
mendefinisikan pendidikan kewarganegaraan merupakan upaya
kewarganegaraan adalah mata pelajaran membentuk individu sebagai warga
yang mefokuskan pada pembentukan negara agar menjadi seorang pribadi
warga negara yang memahami dan yang cerdas, berkarakter,agamis serta
mampu melaksanakan hak-hak dan memiliki rasa tanggung jawab terhadap
kewajiban untuk menjadi warga negara diri dan negaranya.
Indonesia yang cerdas, terampil,
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian kemampuan siswa dan digunakan untuk
melaksanakan proses pembelajaran
Penelitian ini merupakan
dengan harapan dapat meningkatkan
penelitian tindakan kelas dengan tujuan
hasil belajar yang maksimal. Dalam
mencari model, metode dan teknik
penelitian ini peneliti adalah guru mata
pembelajaran yang sesuai dengan
pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan
kondisi lingkungan sekolah dan
kelas IV yang dalam keseharianya

Suara Guru : Jurnal Ilmu Pendidikan Sosial, sains, dan Humaniora Vol. 3 No. 2, Juni 2017 |205
Ibrahim – Perpaduan Model Pembelajaran Aktif Konvensional ….

sebagai guru tetap dan kepala sekolah C. Desain penelitian


pada SD yang bersangkutan. Penelitian menggunakan model
B. Subjek dan Objek Penelitian penelitian tindakan kelas yang
dikembangkan oleh Kemmis dan Mc
Yang menjadi subjek dalam
Tagart yang dikutip Suharsimi Arikunto
penelitian ini adalah siswa kelas IV
(2006: 98) terdiri atas empat tahap,
SDN 11 Jangkang Kecamatan Bantan
yaitu :
Kabupaten Bengkalis Tahun Pelajaran
1. Rancangan Tindakan (Planning)
2015/2016 pada semester genap, dengan
2. Pelaksanaan Tindakan (Acting)
jumlah 28 orang siswa. Dan objek
3. Pengamatan (Observing)
penelitian ini adalah hasil belajar mata
4. Refleksi (Reflecting)
pelajaran pendidikan kewarganegaraan
dengan pokok bahasan lembaga-
lembaga negara.

Gambar 1. Desain Penelitian

D. Sumber Data E. Teknik Pengambilan Data


Sumber data dalam penelitian ini Teknik pengambilan data
adalah hasil evaluasi penilaian siswa dilakukan dengan memberikan tes
untukmata pelajaran Pendidikan tertulis kepada siswa kemudian diukur
Kewarganegaraan (PKn) pokok bahasan dengan standar penilaian yang baku
lembaga-lembaga negara di kelas IV yang digunakan oleh sekolah yang
SDN 11 Jangkang Kecamatan Bantan bersangkutan. Hasil penilaian
Kabupaten Bengkalis. Nilai evaluasi dibandingkan dengan kriteria
merupakan nilai sebelum dan sesudah ketuntasan minimal (KKM).
tindakan siklus I dan nilai sebelum dan
F. Teknik Analisis Data
sesudah siklus II untuk pokok bahasan
tersebut. Teknik analisis data
menggunakan nilai pencapaian skor.
Rumus pencapaian skor yang digunakan
adalah:

206| Suara Guru : Jurnal Ilmu Pendidikan Sosial, sains, dan Humaniora Vol. 3 No. 2, Juni 2017
Ibrahim – Perpaduan Model Pembelajaran Aktif Konvensional ….

Pencapaian 
Skor
 100%
Hasil penilaian diambil nilai rata-
Skor Maksimum ratanya. Perhitungan nilai rata-rata
Penentuan tingkat pencapaian tes secara mengacu pada rumus Sugiyono (2010:
kualitatif digunakan kriteria Suharsimi 49) yakni:
Arikunto (2005:245) sebagai berikut :
90 % – 100% Sangat Baik Me =
80 % – 89 % Baik Keterangan :
65 % – 79 % Cukup Me = mean (rata-rata)
55 % – 64% Kurang Baik ∑ fx = jumlah tiap data x
0 % – 54% Tidak Baik n = jumlah siswa
HASIL DAN PEMBAHASAN
Konsep pendidikan adalah pembelajaran yang akan diterapkan
berkelanjutan secara terus menerus semata-mata bertujuan untuk
bahkan Rosullullah SAW meningkatkan hasil belajar siswa.
mengamanahkan kepada kita umat Model pembelajaran konvensional
muslim untuk menuntut ilmu dari ceramah yang dipadukan dengan model
buaian hingga liang lahat. Jika pembelajaran kooperatif tipe Make – A
dicermati maka guru sebagai unsur Match yang telah dilakukan ternyata
terpenting dalam pendidikan tidak berdampak positif pada hasil dan
hanya berhenti sebatas memperoleh semangat belajar siswa.
gelar seorang guru saja, tetapi Dilihat dari aspek ketercapaian
bagaimana selalu berupaya untuk nilai terhadap kriteria ketuntasan
berpikir, berencana dan berbuat untuk minimum yang telah ditetapkan SDN 11
kemajuan pendidikan umat. Jangkang Kecamatan Bantan Kabupaten
Berbagai upaya penyesuaian Bengkalis menunjukkan hasil yang
antara lingkungan sekolah, kemampuan cukup baik. Hasil tersebut dapat dilihat
siswa,letak geografis dengan model pada gambar berikut ini.

Sumber : Data Olahan 2016


Gambar 2. Pencapaian Nilai KKM Siswa Sebelum dan Sesudah Tindakan

Suara Guru : Jurnal Ilmu Pendidikan Sosial, sains, dan Humaniora Vol. 3 No. 2, Juni 2017 |207
Ibrahim – Perpaduan Model Pembelajaran Aktif Konvensional ….

Dari grafik diatas jelas bahwa lembaga-lembaga negara membawa


dengan adanya tindakan kelas pada 2 dampak yang cukup baik terhadap
siklus yang telah dilakukan terlihat pencapaian hasil belajar siswa kelas IV
bahwa jumlah siswa yang nilainya SDN 11 Jangkang Kecamatan Bantan
mencapai KKM sebelum tindakan Kabupaten Bengkalis. Dengan jumlah
pertama sebesar 32,14% dan setelah siswa kelas IV sebanyak 28 orang
dilakukan tindakan menjadi 92,86% setelah ditelusuri yang memiliki nilai
artinya ada kenaikan sebesar 60,72%. rendah adalah siswa yang sama dengan
Dan pada siklus kedua sebelum kemampuan akademikyang relatif
tindakan yang nilainya mencapai KKM rendah pada semua mata pelajaran.
sebanyak 39,29% dan stelah dilakukan Ditinjau dari aspek pencapaian
tindakan berubah menjadi 92,86% atau nilai rata-rata secara menyeluruh dari 2
naik sebesar 53,57%. (dua) siklus yang dilakukan juga
Kenyataan ini menggambarkan mengalami kenaikan. Nilai rata-rata dari
bahwa pola pembelajaran yang masing-masing siklus dapat dilihat pada
digunakan untuk menyampaikan materi gambar berikut.

Sumber : Data Olahan 2016


Gambar 3. Nilai Rata-rata Siswa Sebelum dan Sesudah Tindakan
Dari gambar diatas pada siklus siklus pertama sebesar 72,32% berada
pertama terjadi kenaikan nilai rata-rata pada kategori cukup dan setelah siklus
sebesar 6,29 dari sebelum tindakan ke kedua sebesar 75,75% atau dalam
setelah tindakan. Sementara pada siklus kategori baik.
kedua mengalami kenaikan sebesar Dilihat dari hasil observasi
9,21. Ini juga menggambarkan bahwa dengan model penskoran 1 hingga 4
model pembelajaran yang diterapkan diperoleh dengan nilai maksimum 80
mampu mempengaruhi perolehan nilai karena butir pernytaanya sebanyak 20
saat dilakukan evaluasi.Selain itu diperoleh angka sebagai berikut.
tingkat pencapaian nilai rata-rata setelah

208| Suara Guru : Jurnal Ilmu Pendidikan Sosial, sains, dan Humaniora Vol. 3 No. 2, Juni 2017
Ibrahim – Perpaduan Model Pembelajaran Aktif Konvensional ….

Tabel 1. Hasil Observasi Penelitian Tindakan Kelas IV SDN 11


Jangkang Kecamatan Bantan Kabupaten Bengkalis

Sumber : Data Olahan 2016

Dari tabel diatas diketahui bahwa mengindikasikan bahwa model


nilai pencapaian skor dari hasil pembelajaran yang diterapkan mampu
observasi menunjukkan angka yang memberikan motiasi dan semangat
cukup baik pada siklus dan angka belajar pada siswa.
sangat baik pada siklus kedua. Ini
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan untuk siklus kedua sebesar 66,54
dari 28 siswa kelas IV SDN 11
1. Hasil belajar sebelum dilakukan
jangkang Kecamatan Bantan
tindakan kolaborasi antara model
Kabupaten Bengkalis.
pembelajaran konvensional metode
2. Hasil belajar setelah dilakukan
ceramah dengan model
tindakan kolaborasi antara model
pembelajaran metode Make – A
pembelajaran konvensional metode
Match diperoleh nilai rata-rata pada
ceramah dengan model
siklus pertama sebesar 66,04 dan

Suara Guru : Jurnal Ilmu Pendidikan Sosial, sains, dan Humaniora Vol. 3 No. 2, Juni 2017 |209
Ibrahim – Perpaduan Model Pembelajaran Aktif Konvensional ….

pembelajaran metode Make – A diperoleh antara lain kekompakan


Match diperoleh nilai rata-rata pada bisa terbangun saat diskusi,
siklus pertama sebesar 72,32 dan semangat belajar tinggi karena
untuk siklus kedua sebesar 75,75 sambil bermain, pencapaian materi
dari 28 siswa kelas IV SDN 11 secara umum lebih mudah dan
Jangkang Kecamatan Bantan suasana kelas lebih hidup.
Kabupaten Bengkalis.
B. Saran-saran
3. Tindakan kolaborasi antara metode
ceramah dengan metode Make – A 1. Hampir semua siswa terkendala
Match mampu mempengaruhi hasil masalah referensi dan sumber
belajar siswa kelas IV SDN 11 bacaan, untuk itu perlu adanya
Jangkang Kecamatan Bantan solusi yang menyangkut masalah
Kabupaten Bengkalis sebesar 6,29 penambahan jumlah referensi
poin atau 9,53% pada siklus terkini dari semua mata pelajaran
pertama dan 9,21 poin atau 13,85% yang ada di sekolah.
pada siklus kedua. 2. Siswa belum sangat familiar
4. Beberapa kelemahan yang ditemui dengan metode pembelajaran
antara lain; siswa yang memiliki kooperatif, kontekstual dan lainya
kemampuan akademik yang rendah pada umumnya mereka lebih
cenderung lambat untuk mengerti dengan metode
menemukan kelompoknya, pada konvensional, maka dari itu perlu
saat ceramah siswa cenderung pasif, perlahan-lahan dilakukan
saat diskusi kelompok lebih penerapan metode ini sehingga
didominasi oleh siswa yang siswa terbiasa aktif, inovatif, dan
memiliki kemampuan akademik belajar dengan rasa senang serta
yang lebih baik. Keunggulan yang tidak mudah bosan.
DAFTAR PUSTAKA
Agus Suprijono (2011), Model-Model Desi Anwar, 2002. Kamus Besar
Pembelajaran, Jakarta: Gramedia Bahasa Indonesia, Surabaya:
Pustaka Jaya. Amelia.
Anita Lie (2007), Kooperatif Learning Dimyati & Mudjiono (2006), Belajar
(Mempraktikkan Cooperative dan Pembelajaran, Jakarta:
Learning di. Ruang-ruang Kelas), Rhineka Cipta.
Jakarta: Grasindo. Djamarah & Zain (2006), Strategi
Arif Rohman. (2009). Memahami Belajar Mengajar, Jakarta:
Pendidikan dan Ilmu Pendidikan. Rineka Cipta.
Yogyakarta: LaksBang Endang Mulyatiningsih (2010),
Mediatama. Pembelajaran Aktif, Kreatif,
B. Maftuh dan Sapriya (2005), Inovatif, Efektif Dan
Pembelajaran Pendidikan Menyenangkan (Paikem),
Kewarganegaraan. Melalui Direktorat Jendral Peningkatan
Pemetaan Konsep, Jurnal Civicus Mutu Pendidik Dan Tenaga
1, (5), 319-321. Kependidikan.
Depdiknas (2006), Kurikulum Tingkat Etin Solihatin dan Raharjo (2009),
Satuan Pendidikan, Jakarta Cooperative Learning Analisis
: Depdiknas.

210| Suara Guru : Jurnal Ilmu Pendidikan Sosial, sains, dan Humaniora Vol. 3 No. 2, Juni 2017
Ibrahim – Perpaduan Model Pembelajaran Aktif Konvensional ….

Model Pembelajaran IPS, Jakarta: Sofan Amri (2013) Pengembangan &


Bumi Aksara. Model Pembelajaran dalam
Kurikulum 2013, Jakarta: PT
Hamzah B. Uno (2007), Model
Prestasi Pustakarya.
Pembelajaran Menciptakan
Proses Belajar. Mengajar yang Sudjatmiko (2008), Hakekat pendidikan
Kreatif dan Efektif, Jakarta: Bumi kewarganegaraan,
Aksara. http://www.sekolahdasa.net/2011/
hakekat-pendidikan-
Iif Khoiri Ahmadi Sofyan Amri (2010),
kewarganegaraan-pkn-html,
Proses Pembelajaran Kreatif dan
diunduh 1 Januari 2015 11.20
Inovatif Dalam Kelas: Metode,
wibb.
Landasan Teoritis-Praktis dan
Penerapannya, Jakarta: PT. Sugiyanto (2010), Model-model
Prestasi Pustakaraya. Pembelajaran Inovatif. Surakarta
: Yuma. Pustaka.
Johnson. David & Roger Johnson
(1994), Leading The Cooperative Suharsimi Arikunto (2006), Prosedur
School, Eldina, MN: Intraction Penelitian Suatu Pendekatan
Book Company. Praktik. Jakarta: PT. Rineka
Cipta.
Kemendikbud (2013), Permendikbud
Nomor 64 Tentang Standar Isi Suharsimi Arikunto dkk (2010),
Pendidikan Dasar dan Menengah, Penelitian Tindakan Kelas,
Jakarta; Kementerian Pendidikan Jakarta: Bumi. Aksara.
dan Kebudayaan. Syaiful Sagala (2005), Konsep dan
Kunandar (2013), Penilaian Authentik Makna Pembelajaran, Bandung:
(Penilaian Hasil Belajar Peserta CV. Alvabeta.
Didik Berdasarkan Kurikulum Tengku Djafar (2001), Kontribusi
2013), Jakarta: Rajawali Pers. Strategi
Miftahul Huda (2011), Cooperative Pembelajaran,Yogyakarta: Andi.
Learning, Yogyakarta: Pustaka Tri Anni Catharina (2007), Psikologi
Belajar. Belajar, Semarang: UPT Unnes
Numan Soemantri (2001), Menggagas press.
Pembelajaran Pendidikan, Trianto (2010), Mendesain Model
Bandung: Remaja Rosda Karya. Pembelajaran Inovatif-Progresif,
Purwanto ( 2010), Evaluasi Hasil Jakarta : PT. Kencana.
belajar, Yogyakarta: Pustaka Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003
Pelajar. Tentang Sistem Pendidikan
Robert E. Slavin (2011), Psikologi Nasional.
Pendidikan teori dan Praktik, Wina Sanjaya, (2006), Strategi
Jakarta: Indeks. Pembelajaran, Jakarta: Kencana
Ruseffendi (2005), Dasar-dasar Prenada Media Group.
Penelitian Pendidikan & Bidang
Non-Eksata Lainnya, Bandung:
Tarsito.

Suara Guru : Jurnal Ilmu Pendidikan Sosial, sains, dan Humaniora Vol. 3 No. 2, Juni 2017 |211
Ibrahim – Perpaduan Model Pembelajaran Aktif Konvensional ….

212| Suara Guru : Jurnal Ilmu Pendidikan Sosial, sains, dan Humaniora Vol. 3 No. 2, Juni 2017

Anda mungkin juga menyukai