Anda di halaman 1dari 33

RANGKUMAN

MATERI DESAIN SINTESIS OBAT


“PERTEMUAN 1-7”

Dosen pengampu : Prof. Dr. Ruslin Hadanu, S.Pd., M.Si.

Disusun oleh:

Nama : Silvana mail

Nim :202531141

Kelas :C

PRORGRAM STUDI FARMASI

FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI

UNIVERSITAS SEMBILANBELAS NOVEMBER KOLAKA

KOLAKA

2023
RANGKUMAN :
PERTEMUAN 1

DEFINISI DAN RUANG LINGKUP DESAIN SINTESIS OBAT

 Definisi dan ruang lingkup desain sintesis obat


 Peranan desain sintesis obat dalam industri farmasi
A. DEFINISI DAN RUANG LINGKUP DESAIN SINTESIS OBAT
1. Definisi dan ruang lingkup desain sintesis obat
 Definisi desain sintesis obat
Desain sintesis obat adalah proses merancang dan mengembangkan molekul
obat baru dengan cara merancang struktur molekul yang spesifik agar dapat
mempengaruhi target biologis tertentu dalam tubuh manusia. Hal ini
melibatkan penyelesaian berbagai masalah ilmiah dan teknis dalam membuat
molekul obat yang efektif, aman, dan dapat diproduksi dalam skala industri.

Desain sintesis obat melibatkan pengembangan kandidat obat melalui


identifikasi dan validasi target biologis, pengembangan model molekuler,
sintesis dan pengujian kandidat obat baru, dan evaluasi efikasi dan toksisitas
kandidat obat. Tujuannya adalah untuk menciptakan obat yang aman dan
efektif untuk mengobati atau mencegah penyakit dengan cara yang lebih baik
daripada obat yang sudah tersedia.

 Ruang lingkup desain sintesis obat

Ruang lingkup desain sintesis obat mencakup beberapa tahapan dalam


pengembangan obat baru, yaitu:

a) Identifikasi target biologis


Tahap awal dalam desain sintesis obat adalah identifikasi target
biologis, yaitu protein atau molekul biologis yang dianggap sebagai
penyebab penyakit atau kondisi medis tertentu.
b) Pengembangan model molekuler
Setelah target biologis teridentifikasi, para peneliti dapat
mengembangkan model molekuler untuk memprediksi interaksi antara
molekul obat yang direncanakan dan target biologis.
c) Sintesis dan pengujian kandidat obat baru
Setelah model molekuler dikembangkan, peneliti dapat merancang dan
mensintesis molekul obat baru yang diharapkan dapat mempengaruhi
target biologis dengan cara yang diinginkan. Kemudian, kandidat obat
baru akan diuji secara in vitro dan in vivo untuk mengevaluasi efikasi,
selektivitas, dan toksisitasnya.
d) Evaluasi efikasi dan toksisitas kandidat obat
Setelah uji klinis, kandidat obat baru akan dievaluasi secara
menyeluruh untuk menilai efikasi dan toksisitasnya. Jika kandidat obat
terbukti efektif dan aman, maka dapat diajukan ke badan regulasi
untuk persetujuan sebelum dapat digunakan secara luas untuk
pengobatan pasien.

Dalam keseluruhan proses pengembangan obat baru, desain sintesis obat


merupakan bagian penting untuk menciptakan molekul obat yang efektif,
aman, dan dapat diproduksi secara komersial untuk mengobati atau mencegah
penyakit.

2. Peranan desain sintesis obat dalam industri farmasi


Desain sintesis obat memainkan peran penting dalam industri farmasi,
karena obat-obatan baru yang efektif, aman, dan dapat diproduksi dalam skala
industri harus dirancang dan dikembangkan dengan menggunakan teknologi dan
pengetahuan yang canggih.
Berikut adalah beberapa peran desain sintesis obat dalam industri farmasi:

a) Meningkatkan efektivitas obat: Desain sintesis obat dapat membantu


meningkatkan efektivitas obat dengan merancang molekul obat yang lebih
spesifik dan selektif terhadap target biologis tertentu, sehingga dapat
menghasilkan hasil pengobatan yang lebih baik.
b) Mengurangi efek samping obat: Desain sintesis obat juga dapat membantu
mengurangi efek samping obat dengan merancang molekul obat yang
lebih spesifik dan tidak mempengaruhi sel dan jaringan yang sehat di
dalam tubuh.
c) Meningkatkan kecepatan pengembangan obat: Dengan menggunakan
teknologi desain sintesis obat, peneliti dapat mengidentifikasi kandidat
obat baru dengan lebih cepat dan secara efisien, dan mempercepat
pengembangan obat menuju uji klinis.
d) Mengurangi biaya pengembangan obat: Desain sintesis obat dapat
membantu mengurangi biaya pengembangan obat dengan mempercepat
pengembangan obat baru dan menghasilkan molekul obat yang lebih
efektif, sehingga mengurangi biaya uji klinis dan pengembangan.
e) Membantu mengembangkan obat untuk penyakit yang sulit diobati:
Dengan menggunakan teknologi desain sintesis obat, peneliti dapat
merancang obat untuk penyakit yang sulit diobati, seperti kanker,
HIV/AIDS, dan penyakit autoimun.
Dengan demikian, desain sintesis obat memainkan peran penting dalam
mempercepat pengembangan obat baru yang efektif, aman, dan terjangkau, yang
dapat meningkatkan kualitas hidup pasien dan mengurangi beban penyakit pada
masyarakat.

CONTOH SOAL
1. Apa definisi dan ruang lingkup desain sintesis obat, dan apa peranannya
dalam industri farmasi?

Jawaban:
Definisi desain sintesis obat adalah proses merancang dan mengembangkan
metode sintesis kimia untuk menciptakan senyawa obat yang memiliki
aktivitas terapeutik yang diinginkan. Desain sintesis obat melibatkan
identifikasi dan manipulasi struktur molekul untuk mencapai sifat
farmakologis yang diinginkan, serta mempertimbangkan faktor-faktor seperti
ketersediaan bahan baku, keamanan, efektivitas, dan efisiensi sintesis.

Ruang lingkup desain sintesis obat meliputi pemilihan struktur molekul target,
analisis struktur-aktivitas, perancangan dan optimasi jalur sintesis, serta
sintesis dan karakterisasi senyawa obat yang dihasilkan. Hal ini melibatkan
penelitian tentang berbagai reaksi kimia, interaksi molekul, mekanisme reaksi,
dan pemahaman tentang hubungan struktur-aktivitas.

Peran desain sintesis obat dalam industri farmasi sangat penting. Berikut
adalah beberapa peranannya:

Pengembangan obat baru: Desain sintesis obat memungkinkan peneliti untuk


merancang senyawa obat baru dengan aktivitas terapeutik yang diinginkan.
Dengan memahami struktur-aktivitas dan mekanisme aksi obat, peneliti dapat
mengoptimalkan molekul yang ada atau menciptakan senyawa obat baru yang
lebih efektif dan aman.

Peningkatan efisiensi sintesis: Desain sintesis obat juga berperan dalam


meningkatkan efisiensi proses sintesis. Dengan memilih jalur sintesis yang
tepat dan merancang langkah reaksi yang efisien, biaya produksi dapat
dikurangi dan jumlah limbah yang dihasilkan dapat diminimalkan.

Penyesuaian obat: Desain sintesis obat memungkinkan penyesuaian obat yang


ada untuk memenuhi kebutuhan khusus. Misalnya, dengan mengubah
kelompok fungsional pada molekul obat, dapat meningkatkan kelarutan dalam
air, stabilitas, atau biodisponibilitas obat.

Pengembangan obat generik: Desain sintesis obat juga berperan dalam


pengembangan obat generik. Dengan memahami struktur molekul obat paten
yang ada, perusahaan farmasi dapat merancang jalur sintesis yang efisien
untuk menghasilkan versi generik obat tersebut.

Dalam keseluruhan, desain sintesis obat memainkan peran kunci dalam


mengembangkan obat-obatan baru, meningkatkan efisiensi produksi, dan
memodifikasi obat yang ada. Dengan demikian, desain sintesis obat
berkontribusi secara signifikan dalam kemajuan industri farmasi untuk
menyediakan pengobatan yang lebih baik dan inovatif bagi pasien.

PERTEMUAN II

TAHAPAN UTAMA PADA SINTESIS SENYAWA ORGANIK


 Jenis reaksi sintesis senyawa organik dan mekanismenya
 Konstruksi senyawa karbon
 interkonversi gugus fungsional

B. TAHAPAN UTAMA PADA SINTESIS SENYAWA ORGANIK


1. Jenis reaksi sintesis senyawa organik dan mekanismenya
Reaksi sintesis senyawa organik adalah reaksi kimia yang menghasilkan senyawa
organik yang lebih kompleks dari senyawa organik yang lebih sederhana melalui
penggabungan atau penggantian gugus fungsional. Berikut adalah beberapa jenis reaksi
sintesis senyawa organik beserta mekanismenya:
a) Reaksi kondensasi;
Reaksi ini melibatkan penggabungan dua molekul senyawa organik dengan
pengeluaran molekul air atau senyawa lainnya. Contoh reaksi ini adalah reaksi
aldol dan esterifikasi.

b) Reaksi substitusi nukleofilik

Reaksi ini melibatkan penggantian satu gugus fungsional oleh gugus fungsional
lainnya melalui serangan nukleofil ke atom karbon dalam molekul senyawa
organik. Contoh reaksi ini adalah reaksi alkilasi dan acilasi.

c) Reaksi adisi

Reaksi ini melibatkan penambahan satu atau lebih molekul ke suatu senyawa
organik untuk membentuk senyawa yang lebih kompleks. Contoh reaksi ini
adalah reaksi hidrogenasi dan reaksi hidrohalogenasi.
d) Reaksi oksidasi

Reaksi ini melibatkan penambahan oksigen atau pengurangan hidrogen dalam


senyawa organik. Contoh reaksi ini adalah reaksi oksidasi alkohol menjadi
aldehida atau asam karboksilat.

Mekanisme reaksi sintesis senyawa organik dapat berbeda-beda tergantung


pada jenis reaksi dan kondisi reaksi. Namun, secara umum, mekanisme reaksi
melibatkan serangkaian tahapan yang melibatkan interaksi antara molekul
senyawa organik dan reagen serta perubahan ikatan kimia dan struktur molekul.
Sebagai contoh, mekanisme reaksi aldol melibatkan pembentukan senyawa antara
(enolat) dari senyawa keton atau aldehida yang kemudian mengalami kondensasi
dengan senyawa aldehida atau keton lainnya untuk membentuk senyawa β-
hidroksi.

2. Konstruksi senyawa karbon


Senyawa karbon adalah senyawa yang komponen utamanya tersusun dari atom
karbon (C), hidrogen (H), oksigen (O), nitrogen (N), sulfur (S), dan unsur organik
lainnya. Karbon sendiri merupakan komponen terbesar dalam senyawa kimia yang ada di
muka bumi. Hal ini berkaitan dengan salah satu keunikan yang dimilikinya, yaitu
elektron valensi atom karbon yang berjumlah 4.Karbon juga bisa membentuk ikatan
tunggal, rangkap dua, dan rangkap tiga. Hal inilah yang membuat atom karbon mampu
membentuk rantai karbon dan mengikat gugus fungsi yang beragam. Akibatnya, cakupan
yang dimiliki senyawa karbon pun sangat luas.
Konstruksi senyawa karbon adalah senyawa kimia yang terdiri dari atom karbon
dan atom lainnya seperti hidrogen, oksigen, nitrogen, belerang, dan lain sebagainya.
Senyawa karbon dapat dibentuk melalui beberapa jenis ikatan kimia, seperti ikatan
kovalen, ikatan ion, ikatan logam-karbon, dan ikatan hidrogen.

Beberapa contoh konstruksi senyawa karbon yang umum ditemukan adalah:


1. Alkana:
Senyawa karbon yang hanya terdiri dari ikatan tunggal antara atom karbon dan
hidrogen. Contohnya adalah metana (CH4), etana (C2H6), dan propana (C3H8).

2. Alkena:
Senyawa karbon yang memiliki setidaknya satu ikatan rangkap antara atom karbon.
Contohnya adalah etena (C2H4) dan propena (C3H6).

3. Alkuna:
Senyawa karbon yang memiliki setidaknya satu ikatan rangkap tiga antara atom
karbon. Contohnya adalah etuna (C2H2) dan propuna (C3H4).
4. Alkohol:
Senyawa karbon yang memiliki gugus hidroksil (-OH) yang melekat pada atom
karbon. Contohnya adalah metanol (CH3OH) dan etanol (C2H5OH).

5. Asam karboksilat:
Senyawa karbon yang memiliki gugus karboksilat (-COOH) yang melekat pada atom
karbon. Contohnya adalah asam asetat (CH3COOH) dan format asam (HCOOH).

6. Ester:
Senyawa karbon yang memiliki gugus ester (-COO-) yang melekat pada atom karbon.
Contohnya adalah etil asetat (C4H8O2) dan metil format (CH3O2CCH2CH3)
7. Amina:
Senyawa karbon yang memiliki gugus amino (-NH2) yang melekat pada atom
karbon. Contohnya adalah etilamina (C2H5NH2) dan trimetilamina (N(CH3)3).

8. Amida:
Senyawa karbon yang memiliki gugus amida (-CONH2) yang melekat pada atom
karbon. Contohnya adalah asam asetat amida (CH3CONH2) dan asetamida
(CH3CONHCH3).
9. Polimer:
Senyawa karbon yang terdiri dari banyak unit monomer yang terikat bersama melalui
ikatan kovalen. Contohnya adalah polietilen (C2H4)n dan polivinil klorida
(C2H3Cl)n.

Konstruksi senyawa karbon dapat ditunjukkan melalui rumus kimia atau struktur
molekul, yang menunjukkan atom-atom yang terlibat dalam senyawa dan cara atom-atom
tersebut saling mengikat.

3. interkonversi gugus fungsional

Interkonversi gugus fungsi (IGF) adalah istilah yang digunakan dalam analisis
retrosintetik untuk menggambarkan proses mengubah (mengonversi) satu gugus fungsi
ke gugus fungsi lain, misalnya dengan oksidasi atau reduksi. Interkonversi gugus fungsi
(IGF) adalah istilah yang digunakan dalam analisis retrosintetik untuk menggambarkan
proses mengubah (mengonversi) satu gugus fungsi ke gugus fungsi lain, misalnya dengan
oksidasi atau reduksi. Hal ini diperlukan dalam rangka menyatukan molekul kecil untuk
menjadi molekul yang lebih besar, atau untuk membentuk molekul kecil dari suatu
molekul besar. Misalnya gugus fungsi alkohol bisa diubah menjadi bentuk aldehida atau
kebentuk alkil halida dan begitu juga sebaliknya, dari alkil halida dapat dibuat alkohol
dan keton.

Interkonversi gugus fungsional mengacu pada perubahan suatu gugus fungsional


menjadi gugus fungsional yang berbeda melalui serangkaian reaksi kimia tertentu. Hal ini
dapat terjadi karena banyak gugus fungsional yang memiliki sifat kimia yang serupa dan
dapat direaksikan untuk membentuk gugus fungsional yang berbeda.

Sebagai contoh, gugus hidroksil (-OH) dapat diubah menjadi gugus aldehida (-
CHO) atau gugus keton (-CO-) melalui reaksi oksidasi atau dehidrasi. Gugus amina (-
NH2) dapat diubah menjadi gugus amida (-CONH2) melalui reaksi dengan asam
karboksilat.

Selain itu, interkonversi gugus fungsional juga dapat terjadi melalui reaksi
substitusi atau eliminasi, di mana suatu gugus fungsional diubah oleh gugus fungsional
lain atau dihilangkan sama sekali.

Gugus interkonversi fungsional sangat penting dalam sintesis organik karena


memungkinkan pembentukan molekul yang lebih kompleks dari bahan kimia yang
sederhana. Oleh karena itu, pemahaman tentang interkonversi gugus fungsional sangat
penting dalam kimia organik dan dapat digunakan untuk merancang reaksi kimia yang
lebih efektif dan efisien.

CONTOH SOAL

1. Jelaskan mekanisme reaksi substitusi pada senyawa alkil halida.


2. Apa yang dimaksud dengan reaksi adisi? Berikan contoh reaksi adisi pada
senyawa alkana.
3. Gambarkan mekanisme reaksi eliminasi pada senyawa alkohol.
4. Jelaskan reaksi kondensasi aldol dan berikan contohnya.
5. Bagaimana interkonversi gugus fungsional dapat dicapai dalam reaksi hidrolisis?

Jawaban:

1. mekanisme reaksi substitusi pada senyawa alkil halida melibatkan langkah-


langkah berikut: a. Serangan nukleofil: Nukleofil menyerang atom karbon yang
terikat pada halogen dalam alkil halida. B. Pemutusan ikatan: Ikatan antara atom
karbon dan halogen terputus dengan keluarnya gugus pergi (misalnya, ion halida).
C. Regenerasi nukleofil: Molekul baru yang terbentuk bereaksi dengan spesies
lain untuk membentuk senyawa produk.
2. Reaksi adisi adalah reaksi kimia di mana dua molekul bergabung untuk
membentuk satu molekul yang lebih besar. Contoh reaksi adisi pada senyawa
alkana adalah adisi hidrogen pada senyawa alkena. Misalnya adisi hidrogen pada
etena menghasilkan etana.
3. Mekanisme reaksi eliminasi pada senya alkohol melibatkan langkah-langkah
berikut: a. Pembentukan ion hidroksida: Molekul udara (H2O) bereaksi dengan
alkohol untuk membentuk ion hidroksida (OH-). B. Pembentukan karbokation:
Karbokation terbentuk melalui pemutusan ikatan antara atom hidrogen dan atom
karbon pada alkohol. C. Pembentukan rangkap ikatan: Pada langkah ini, dua
gugus alkil yang berdekatan di sekitar karbokation melepaskan satu atom
hidrogen untuk membentuk ikatan rangkap. D. Penghapusan gugus fungsional:
Ikatan antara atom hidrogen dan atom karbon pada karbokation diputus,
menghasilkan senyawa baru dengan gugus fungsional yang berbeda.
4. Reaksi kondensasi aldol adalah reaksi kondensasi antara dua molekul aldehida
atau keton, yang menghasilkan senyawa beta-hidroksi aldehida atau beta-hidroksi
keton. Contoh reaksi kondensasi aldol adalah kondensasi aldol antara propanal
dan butanal yang menghasilkan 3-hidroksi-2,4-hexadion (aldol).
5. Dalam reaksi hidrolisis, interkonversi gugus fungsional dapat terjadi melalui
pemecahan ikatan dengan udara. Misalnya, hidrolisis ester mengubah ester
menjadi asam karboksilat dan alkohol melalui pemecahan ikatan ester dengan
udara. Reaksi ini melibatkan transfer gugus hidroksil (OH-) dari udara ke salah
satu fragmen reaktan
PERTEMUAN III

KONSEP DESAIN SINTESIS SENYAWA ORGANIK

 Definisi desain sintesis


 Metode desain sintesis :sinton atau retron serta pereaksi sintesis dan
pendekatan analisis diskoneksi

D. KONSEP DESAIN SINTESIS SENYAWA ORGANIK


1. Definisi desain sintesis
Desain sintesis adalah proses merencanakan suatu jalur reaksi kimia untuk
menciptakan senyawa atau molekul tertentu dengan mempertimbangkan ketersediaan
reaktan, efisiensi reaksi, dan faktor-faktor lain yang mempengaruhi hasil akhir.
Tujuan utama dari desain sintesis adalah menciptakan senyawa atau molekul dengan
cara yang efisien dan ekonomis.
Metode desain sintesis dapat dilakukan dengan beberapa pendekatan, antara lain:

a. Sinton
Pendekatan ini melibatkan penggunaan struktur molekul yang diinginkan
untuk merencanakan jalur reaksi kimia yang tepat untuk menciptakan
molekul tersebut.

b. Retron
Pendekatan ini melibatkan pemecahan struktur molekul yang diinginkan
menjadi fragmen-fragmen yang lebih kecil dan lebih mudah dimanipulasi,
kemudian digabungkan kembali melalui jalur reaksi kimia tertentu.

c. Analisis diskoneksi
Pendekatan ini melibatkan pengenalan fragmen-fragmen molekul yang
dapat digunakan untuk membuat molekul yang diinginkan, kemudian
merencanakan jalur reaksi untuk menghubungkan fragmen-fragmen
tersebut.

Selain itu, dalam desain sintesis, pemilihan pereaksi sintesis juga sangat penting
untuk mencapai efisiensi dan keberhasilan reaksi. Oleh karena itu, pemilihan pereaksi
sintesis yang tepat sangat penting untuk mendapatkan hasil akhir yang diinginkan.

2. Metode desain sintesis :sinton atau retron serta pereaksi sintesis dan pendekatan
analisis diskoneksi

Pereaksi sintesis adalah zat kimia yang digunakan dalam reaksi sintesis untuk
menciptakan senyawa atau molekul tertentu. Ada banyak jenis pereaksi sintesis yang
tersedia dan setiap jenis pereaksi memiliki sifat dan reaktivitas yang berbeda-beda.
Berikut adalah beberapa jenis pereaksi sintesis yang umum digunakan:
a) Asam dan basa
Asam dan basa sering digunakan dalam reaksi sintesis untuk mengatur pH dan
menstabilkan senyawa atau molekul hasil sintesis.

b) Reagen oksidasi
Reagen oksidasi digunakan dalam reaksi sintesis untuk mengoksidasi senyawa
organik dan menghasilkan senyawa baru.

c) Reagen reduksi
Reagen reduksi digunakan dalam reaksi sintesis untuk mengurangi senyawa
organik dan menghasilkan senyawa baru.

d) Reagen Grignard
Reagen Grignard digunakan dalam reaksi sintesis untuk menghasilkan senyawa
organik yang kompleks.

e) Katalis
Katalis digunakan dalam reaksi sintesis untuk meningkatkan laju reaksi dan
meningkatkan efisiensi reaksi.

f) Senyawa kompleks logam


Senyawa kompleks logam digunakan dalam reaksi sintesis untuk menghasilkan
senyawa organik yang kompleks.

g) Senyawa organometalik
Senyawa organometalik digunakan dalam reaksi sintesis untuk menghasilkan
senyawa organik yang kompleks dan berbagai jenis senyawa organik.

Pilihan pereaksi sintesis yang tepat tergantung pada jenis senyawa atau molekul
yang ingin dihasilkan dan jalur reaksi yang digunakan. Dalam desain sintesis, pemilihan
pereaksi sintesis yang tepat sangat penting untuk mencapai efisiensi dan keberhasilan
reaksi.

PENDEKATAN DESAIN SINTESIS

1. Pendekatan sinton
Pendekatan sinton dalam desain sintesis melibatkan penggunaan struktur
molekul yang diinginkan sebagai titik awal untuk merencanakan jalur reaksi
kimia yang tepat untuk menciptakan molekul tersebut. Pendekatan sinton
bergantung pada pemahaman yang baik tentang sifat dan reaktivitas senyawa atau
molekul yang akan disintesis, serta ketersediaan reaktan yang sesuai.
Contoh pendekatan sinton

Proses desain sintesis dengan pendekatan sinton dimulai dengan


menganalisis struktur molekul yang diinginkan dan memecahnya menjadi bagian-
bagian yang lebih sederhana dan mudah dimanipulasi. Setelah itu, senyawa
perantara yang diperlukan untuk sintesis disusun dalam urutan yang tepat untuk
menghasilkan senyawa akhir yang diinginkan.

Pendekatan sinton dapat memanfaatkan pengetahuan tentang reaksi


kimia tertentu atau mekanisme reaksi yang sudah diketahui untuk memandu
merencanakan jalur sintesis yang tepat. Selain itu, pemilihan pereaksi sintesis
yang tepat juga sangat penting dalam pendekatan sinton untuk mencapai efisiensi
dan keberhasilan reaksi.

Pendekatan sinton telah terbukti sangat sukses dalam banyak


proyek sintesis senyawa kompleks, termasuk obat-obatan, agrokimia, dan bahan
kimia lainnya. Namun, pendekatan sinton sering membutuhkan waktu yang lama
dan biaya yang tinggi untuk mengembangkan jalur sintesis yang efisien dan
berkesinambungan untuk senyawa yang kompleks dan tidak biasa.

2. Retron
Retron adalah unit struktural hipotetis dalam molekul organik yang dapat
dianggap sebagai prekursor dari senyawa organik tertentu. Retron ini dibuat
berdasarkan struktur molekul target yang diinginkan, dan dapat membantu
merencanakan jalur sintesis yang efektif untuk mencapai molekul tersebut.

Retron merupakan konsep penting dalam desain sintesis retrospektif, di


mana molekul target dipecah menjadi senyawa perantara yang lebih sederhana
dan lebih mudah dimanipulasi menggunakan reaksi kimia yang sudah dikenal.
Retron digunakan untuk menggambarkan langkah reaksi yang dapat dilakukan
untuk menghasilkan molekul target dengan mengikuti jalur sintesis mundur.

Retron dapat memiliki berbagai jenis, tergantung pada jenis ikatan atau
bagian dari struktur molekul yang dipertimbangkan. Misalnya, retron ikatan tunggal
digunakan untuk menghasilkan alkena atau alkin tertentu, sementara retron aromatik
digunakan untuk menghasilkan senyawa aromatik. Selain itu, retron juga dapat
dihasilkan dari unit struktural lain, seperti gugus fungsional tertentu atau fragmen
molekul.

Retron merupakan alat yang berguna dalam desain sintesis retrospektif,


karena dapat membantu mengidentifikasi jalur sintesis yang paling efektif dan
menghindari jalur yang tidak efisien. Selain itu, penggunaan retron juga dapat
membantu mempercepat dan memudahkan proses sintesis molekul kompleks dan
tidak biasa.

3. Analisis diskoneksi
Analisis diskoneksi adalah pendekatan dalam desain sintesis retrospektif
yang bertujuan untuk memecahkan molekul target menjadi unit struktural yang
lebih sederhana dan lebih mudah dimanipulasi melalui pemutusan ikatan kimia
yang tepat. Pendekatan ini bertolak dari molekul target yang akan disintesis,
kemudian memecahnya menjadi senyawa perantara yang lebih sederhana dan
mudah disintesis melalui reaksi kimia yang sudah dikenal.
Proses analisis diskoneksi dimulai dengan mengidentifikasi ikatan yang
dapat diputus pada molekul target untuk menghasilkan fragmen atau unit
struktural yang lebih kecil. Kemudian, fragmen-fragmen ini dianalisis lebih lanjut
untuk memastikan bahwa mereka dapat disintesis dengan mudah menggunakan
reaksi kimia yang sudah dikenal.

Setelah itu, senyawa perantara yang diperlukan untuk sintesis


direncanakan dengan menghubungkan fragmen-fragmen tersebut dalam urutan
yang tepat untuk membentuk molekul target. Senyawa perantara ini kemudian
disintesis melalui reaksi kimia yang sudah diketahui, dengan memperhatikan
keefektifan dan efisiensi reaksi.

Analisis diskoneksi memungkinkan sintesis molekul yang kompleks dan


tidak biasa dengan cara yang efektif dan efisien. Pendekatan ini juga membantu
menghindari jalur sintesis yang tidak efisien atau sulit untuk dilakukan, karena
molekul target dibongkar menjadi fragmen-fragmen yang lebih sederhana dan
mudah dimanipulasi. Selain itu, analisis diskoneksi juga dapat mempercepat
proses sintesis dan meminimalkan jumlah limbah yang dihasilkan selama proses
sintesis.

Berikut adalah contoh analisis diskoneksi:


Misalkan kita ingin mensintesis molekul target berikut:
a) Molekul
Molekul target ini dapat dianalisis menggunakan pendekatan
analisis diskoneksi dengan memutus ikatan C-C yang tepat, sehingga
molekul target dapat dibongkar menjadi fragmen-fragmen yang lebih
sederhana. Berdasarkan struktur molekul target, terdapat satu ikatan C-C
yang dapat diputus sehingga molekul target dapat dibagi menjadi dua
fragmen, yaitu fragmen aromatik dan fragmen alifatik.
b) molecule disconnection analysis
Setelah fragmen-fragmen ini dianalisis, kita dapat memperhatikan
fragmen-fragmen yang lebih sederhana dan mudah dimanipulasi untuk
membuat senyawa perantara yang diperlukan untuk sintesis. Kita dapat
menggabungkan fragmen aromatik dengan fragmen lain yang
mengandung gugus OH, seperti etilena glikol atau 2,4-dinitrofenol, untuk
membuat senyawa perantara yang diperlukan. Selanjutnya, senyawa
perantara ini dapat disintesis melalui reaksi kimia yang sudah dikenal,
seperti reaksi esterifikasi atau reaksi nitrasi, untuk menghasilkan molekul
target yang diinginkan.

Dengan menggunakan analisis diskoneksi, kita dapat merencanakan jalur


sintesis yang efektif dan efisien untuk mencapai molekul target yang kompleks
dan tidak biasa seperti di atas. Pendekatan ini membantu mempercepat dan
memudahkan proses sintesis, serta menghindari jalur sintesis yang sulit atau tidak
efisien.

Struktur senyawa yang di lakukan analisis diskoneksi


Untuk melakukan analisis diskoneksi, dapat dilakukan pada berbagai jenis
molekul, tergantung pada tujuan sintesis yang diinginkan. Namun, umumnya
molekul yang diinginkan untuk sintesis adalah molekul yang kompleks dan
memiliki struktur yang sulit, sehingga perlu dibongkar menjadi fragmen-fragmen
yang lebih sederhana untuk memudahkan sintesis.

Sebagai contoh, molekul yang umumnya dianalisis menggunakan


pendekatan analisis diskoneksi adalah senyawa-senyawa kompleks seperti obat-
obatan, senyawa organik alami, dan senyawa-senyawa yang memiliki aktivitas
biologis tertentu. Contohnya, senyawa-senyawa yang kompleks seperti vitamin,
asam amino, steroid, dan alkaloid, seringkali dihasilkan melalui sintesis yang
kompleks dan memerlukan pendekatan analisis diskoneksi untuk merencanakan
jalur sintesis yang efektif.

Namun, dapat juga dilakukan analisis diskoneksi pada senyawa-senyawa


yang lebih sederhana, tergantung pada tujuan sintesis yang diinginkan. Misalnya,
untuk menghasilkan senyawa-senyawa dengan struktur yang unik atau untuk
mengoptimalkan reaksi kimia tertentu.

CONTOH SOAL
1. Apa yang dimaksud dengan desain sintesis?
2. Bagaimana pendekatan dalam desain sintesis dibagi menjadi dua kategori?
3. Jelaskan metode desain sintesis sinton.
4. Jelaskan metode desain sintesis retron.
5. Mengapa pemilihan pereaksi bahan kimia penting dalam desain sintesis?
6. Apa yang dimaksud dengan pendekatan analisis diskoneksi dalam desain
sintesis?
Jawaban :
1. Desain sintesis merujuk pada proses perencanaan dan pengembangan jalur
reaksi kimia untuk menciptakan molekul atau senyawa tertentu.
2. Pendekatan dalam sintesis desain dibagi menjadi dua kategori, yaitu
metode sinton dan retron.
3. Metode desain sintesis sinton adalah pendekatan yang fokus pada
pengembangan jalur sintesis dari molekul awal yang ada. Manipulasi
molekul sasaran dilakukan untuk mendapatkan produk akhir yang
diinginkan melalui rangkaian reaksi kimia yang teratur.
4. Metode desain sintesis retron adalah pendekatan yang fokus pada
panggilan molekul awal yang dapat menghasilkan produk akhir yang
diinginkan. Pendekatan ini melibatkan penyelesaian retrospektif atau
"pemunduran" jalur reaksi yang diperlukan untuk memperoleh sasaran
molekul dari produk yang ada.
5. Pemilihan pereaksi kimia penting dalam desain sintesis karena pereaksi
yang tepat harus dipilih berdasarkan sifat-sifat kimia dari substrat dan
produk yang terlibat, stabilitas dan reaktivitas pereaksi, serta kondisi
reaksi yang optimal.
6. Pendekatan analisis diskoneksi dalam desain sintesis mengacu pada
analisis dan perencanaan jalur reaksi yang memungkinkan konversi
molekul awal menjadi produk akhir. Analisis pemutusan melibatkan
penyelesaian jalur reaksi menjadi fragmen yang lebih sederhana dan lebih
mudah dimanipulasi, yang kemudian dapat digabungkan kembali untuk
membangun sintesis jalur yang efisien.

PERTEMUANA IV

PROSES ANALISIS DISKONEKSI SATU GUGUS


 Definisi analisis diskoneksi satu gugus
 Strategi penyelesaian reaksi retro diels-alder analisis diskoneksi satu gugus

E. PROSES ANALISIS DISKONEKSI SATU GUGUS

1. Definisi analisis diskoneksi satu gugus

Analisis diskoneksi satu gugus (single-linkage clustering analysis) adalah


metode pengelompokan atau pengelompokan data dalam statistik dan ilmu
komputer. Metode ini mengelompokkan objek atau data berdasarkan jarak antara
objek atau data tersebut.

Pada analisis diskoneksi satu gugus, suatu klaster dibentuk dengan


menggabungkan dua objek atau data yang memiliki jarak terdekat. Jarak antara
dua klaster dihitung berdasarkan jarak antara dua objek atau data terdekat yang
ada di masing-masing klaster. Metode ini dikenal juga dengan nama
pengelompokan tetangga terdekat.

Contoh penerapan analisis diskoneksi satu gugus adalah pada


pengelompokan pasien berdasarkan gejala penyakit yang mereka alami. Data
gejala pasien diukur dan dianalisis, dan pasien-pasien yang memiliki gejala serupa
atau serupa akan mengalami penurunan dalam satu klaster. Klaster ini kemudian
dapat membantu dokter dalam membuat diagnosa dan memberikan pengobatan
yang tepat untuk pasien-pasien yang memiliki gejala serupa

Analisis diskoneksi satu gugus adalah sebuah teknik dalam kimia organik
yang digunakan untuk menyatukan dan mengidentifikasi gugus fungsional
tertentu dalam molekul organik dengan mengamati perubahan spektrum NMR
(Resonansi Magnetik Inti) pada molekul tersebut ketika gugus fungsional tersebut
dihilangkan. Teknik ini juga dikenal

Analisis diskoneksi satu gugus (single-linkage clustering) adalah sebuah


teknik dalam analisis klaster (clustering) yang digunakan untuk mengelompokkan
data ke dalam kelompok yang serupa berdasarkan jarak antar data. Pada teknik
ini, jarak antara dua kelompok dihitung berdasarkan jarak antara dua titik terdekat
dari masing-masing kelompok.

Dalam analisis diskoneksi satu gugus, setiap data dianggap sebagai sebuah
klaster awal yang terdiri dari satu elemen. Kemudian, klaster-kelaster ini
digabungkan satu per satu berdasarkan jarak terdekat di antara mereka, sehingga
membentuk klaster yang semakin besar dan semakin kompleks.

Keuntungan

Keuntungan dari analisis diskoneksi satu gugus adalah mudahnya implementasi


dan interpretasi hasil yang dihasilkan. Namun, teknik ini dapat menghasilkan
klaster yang sangat tidak seimbang, dimana terdapat kelompok yang sangat besar
dan kelompok lain yang sangat kecil, tergantung pada jarak antara titik-titik data
di dalamnya.
2. Strategi penyelesaian reaksi retro diels-alder analisis diskoneksi satu gugus
 Definisi reaksi retro diels-alder

Reaksi Retro Diels-Alder (RDA) adalah suatu jenis reaksi organik yang
melibatkan pemutusan ikatan dalam siklus Diels-Alder. Reaksi Diels-Alder adalah
reaksi yang menghasilkan suatu siklus enam anggota melalui adisi 1,3-dien dan
alkena. Sebaliknya, reaksi RDA menghasilkan senyawa yang lebih sederhana dengan
memutus siklus ikatan menjadi dua senyawa yang terpisah. Reaksi ini terjadi pada
kondisi tertentu, seperti pada pemanasan dan penambahan katalis tertentu. Reaksi
RDA sangat berguna dalam sintesis organik, terutama dalam pembuatan senyawa
kompleks yang mengandung siklus aromatik.

Contoh reaksi diels-alder

Reaksi Diels-Alder adalah suatu jenis reaksi kimia organik yang melibatkan
senyawa alkuna dan senyawa yang mengandung ikatan rangkap dua (alkena atau
alkin) yang disebut sebagai diena. Reaksi ini menghasilkan suatu senyawa siklik baru
yang disebut sikloheksena.

Secara umum, reaksi Diels-Alder melibatkan pembentukan ikatan CC baru antara


diena dan dienofil (senyawa yang mengandung ikatan rangkap dua), yang terjadi
melalui suatu transisi siklik yang disebut perantara. Reaksi ini biasanya dilakukan di
bawah kondisi termal atau katalitik, dan sering digunakan dalam sintesis senyawa
kompleks dan alamiah.

Reaksi Diels-Alder memiliki banyak aplikasi dalam sintesis senyawa organik


kompleks, termasuk dalam sintesis senyawa obat-obatan, bahan kimia industri, dan
bahan polimer.

 Strategi penyelesain reaksi retro diels-alder dalam analisis diskoneksi satu


gugus

Untuk menyelesaikan reaksi retro Diels-Alder dalam analisis diskoneksi satu


gugus, ada beberapa strategi yang dapat digunakan. Berikut adalah beberapa
contoh strategi yang dapat diterapkan:

1. Penempatan gugus fungsional yang ingin dipisahkan dalam molekul organik dan
menentukan lokasi pada molekul tersebut.
2. Kemudian reaksi retro Diels-Alder perlu dilakukan untuk memutuskan ikatan
siklik dan mengembalikan molekul organik ke prekursor awalnya.
3. Setelah itu, matikan NMR spektrum menjadi molekul organik ketika gugus
fungsional tersebut dihilangkan.
4. Jika terdapat perbedaan pada spektrum NMR setelah gugus fungsional
dihilangkan, maka dapat disimpulkan bahwa gugus fungsional tersebut
berkontribusi pada spektrum NMR.
5. Jika perubahan pada spektrum NMR tidak terlihat setelah gugus fungsional
dihilangkan, maka dapat disimpulkan bahwa gugus fungsional tersebut tidak
berkontribusi pada spektrum NMR.

Dalam beberapa kasus, reaksi retro Diels-Alder tidak dapat terjadi atau tidak
berhasil. Jika hal ini terjadi, alternatif strategi seperti reaksi hidrolisis atau reaksi
penghilangan fungsi gugus yang berbeda dapat digunakan untuk memisahkan gugus
fungsional tertentu pada molekul organik.
Akhirnya, hasil analisis diskoneksi satu gugus dapat digunakan untuk
mengidentifikasi fungsional gugus dalam molekul organik dan mendapatkan
informasi tentang struktur molekul secara seluruh.

CONTOH SOAL

1. Carilah reaksi yang tepat untuk menghasilkan senyawa B dari senyawa A


dengan analisis diskoneksi satu gugus. Senyawa A memiliki rumus molekul
C10H12 dan senyawa B memiliki rumus molekul C8H10.

Jawaban:

Pertama-tama, perlu diketahui bahwa selisih antara rumus molekul senyawa A


dan B adalah 2 atom karbon dan 2 atom hidrogen. Oleh karena itu, strategi
analisis diskoneksi satu gugus yang tepat untuk mereduksi 2 atom karbon dan 2
atom hidrogen adalah dengan memutuskan ikatan pada cincin aromatik pada
senyawa A dan menghasilkan senyawa dengan rantai karbon yang lebih pendek.

Reaksi yang tepat adalah sebagai berikut:

 Senyawa A --> 1,3-butadiena + benzene


 1,3-butadiena + H2 --> C8H10 (senyawa B)

Jadi, senyawa B dapat dihasilkan dari senyawa A dengan memutuskan ikatan


pada cincin aromatik dan mereaksikan senyawa hasilnya dengan hidrogen untuk
menghasilkan senyawa B.
PERTEMUAN V

SRATEGI PENYELESAIAN REAKSI DISKONEKSI ALKOHOL SEDERHANA


PADA ATURAN -1,ATURAN-2,DAN ATURAN -3
Untuk memecahkan reaksi diskoneksi alkohol sederhana, ada beberapa strategi
yang dapat digunakan dengan mengacu pada aturan-aturan tertentu. Berikut adalah tiga
aturan yang sering digunakan dan strategi yang terkait:

a. Aturan -1: Penyerangan nukleofilik pada karbon teroksidasi.


Strategi: Gunakan nukleofil yang cocok untuk menyerang karbon teroksidasi.
Misalnya, jika karbon teroksidasi adalah gugus karbonil, maka nukleofil seperti
hidrida, alkoksida, atau amina dapat digunakan untuk menyerang karbon tersebut.
Selain itu, pastikan juga bahwa kondisi reaksi mendukung penyerangan nukleofilik,
seperti menggunakan kondisi basa atau asam lemah.

Contoh: Dalam reaksi diskoneksi alkohol sederhana, misalnya pada reaksi eliminasi
beta-natriumoksidasi, nukleofil yang digunakan adalah natrium hidrida (NaH) atau
natrium metoksida (NaOMe) untuk menyerang karbon teroksidasi pada posisi beta.

b. Aturan -2: Eliminasi E1cB pada karbon teroksidasi.


Strategi: Gunakan kondisi reaksi yang mendukung eliminasi E1cB, seperti
penggunaan basa kuat dan kondisi reaksi panas. Selain itu, pastikan bahwa gugus
penghalang pada substrat minimal untuk menghasilkan produk eliminasi yang
diinginkan.

Contoh: Dalam reaksi eliminasi alkohol sederhana, misalnya pada reaksi eliminasi
beta-eliminasi, kondisi reaksi yang digunakan adalah basa kuat seperti kalium
hidroksida (KOH) atau natrium hidroksida (NaOH) pada kondisi panas.

c. Aturan -3: Eliminasi E2 pada karbon teroksidasi.


Strategi: Gunakan kondisi reaksi yang mendukung eliminasi E2, seperti
penggunaan basa yang cukup kuat pada suhu yang sesuai. Pastikan bahwa gugus
penghalang pada substrat minimal untuk menghasilkan produk eliminasi yang
diinginkan.

Contoh: Dalam reaksi eliminasi alkohol sederhana, misalnya pada reaksi eliminasi
beta-eliminasi, kondisi reaksi yang digunakan adalah basa kuat seperti kalium
hidroksida (KOH) atau natrium hidroksida (NaOH) pada suhu.
CONTOH SOAL
bagaimana strategi penyelesaian reaksi diskoneksi untuk mengubah etanol menjadi
bromoetana pada Strategi aturan -1: protonasi dengan H2SO4, diikuti dengan
penambahan Br-

Jawaban

Strategi aturan -1: protonasi dengan H2SO4, diikuti dengan penambahan Br-

Penyelesaian reaksi diskoneksi alkohol sederhana menjadi alkil halida menggunakan


strategi aturan -1 melibatkan protonasi gugus hidroksil (-OH) dengan asam kuat,
diikuti dengan penambahan nukleofil. Dalam kasus ini, etanol dapat diubah menjadi
bromoetana dengan mereaksikan etanol dengan H2SO4 dan kemudian menambahkan
Br-. Hal ini akan menghasilkan bromoetana dan air.

Reaksi:

 Etanol + H2SO4 → Etoksikarbenium ion + HSO4-


 Etoksikarbenium ion + Br- → Bromoetana + HSO4-

Sehingga strategi yang cocok untuk mengubah etanol menjadi bromoetana adalah
strategi aturan -1 dengan protonasi menggunakan H2SO4, diikuti dengan
penambahan Br-.

PERTEMUAN VI

1. Strategi penyelesain reaksi diskoneksi turunan senyawa alkohol sederhana


Reaksi diskoneksi turunan senyawa alkohol sederhana dapat diselesaikan
dengan beberapa strategi, tergantung pada jenis turunan yang terbentuk. Beberapa
strategi yang umum digunakan adalah sebagai berikut:

a. Penggantian Nukleofil
Turunan alkohol seperti halida alkil (misalnya, klorida atau bromida alkil)
dapat dibuat dengan mereaksikan alkohol dengan asam halida (misalnya,
HCl atau HBr). Reaksi ini disebut reaksi penggantian nukleofil. Reaksi ini
dapat ditingkatkan dengan penggunaan katalis asam atau panas.

b. Eliminasi

Turunan alkohol seperti alkena dapat dibuat dengan mereaksikan alkohol


dengan basa kuat seperti natrium hidroksida (NaOH) atau kalium
hidroksida (KOH). Reaksi ini disebut reaksi eliminasi. Dalam reaksi ini,
air dihilangkan dari alkohol untuk membentuk alkena.

C. Oksidasi

Turunan alkohol seperti aldehida atau asam karboksilat dapat dibuat


dengan mereaksikan alkohol dengan oksidator seperti asam kromat
(H2CrO4) atau permanganat kalium (KMnO4). Reaksi ini disebut reaksi
oksidasi. Dalam reaksi ini, atom oksigen ditambahkan ke alkohol untuk
membentuk aldehida atau asam karboksilat.

d. Reduksi

Turunan alkohol seperti alkana dapat dibuat dengan mereaksikan turunan


yang lebih tinggi seperti aldehida atau keton dengan reduktor seperti
litium alumunium hidrida (LiAlH4) atau borohidrida natrium (NaBH4).
Reaksi ini disebut reaksi reduksi. Dalam reaksi ini, atom hidrogen
ditambahkan ke aldehida atau keton untuk membentuk alkana.

Demikianlah beberapa strategi umum yang dapat digunakan untuk menyelesaikan


reaksi diskoneksi turunan senyawa alkohol sederhana. Namun, perlu diingat bahwa
setiap reaksi tergantung pada kondisi reaksi dan jenis turunan yang dihasilkan,
sehingga perlu dilakukan studi kasus untuk menentukan strategi yang tepat.

2. Strategi penyelesain reaksi diskoneksi turunan alkena (olefin)


Reaksi diskoneksi turunan alkena atau olefin dapat diselesaikan dengan
beberapa strategi, tergantung pada jenis turunan yang terbentuk. Beberapa strategi
yang umum digunakan adalah sebagai berikut:

a. Hidrogenasi
Turunan alkena seperti alkana dapat dibuat dengan mereaksikan alkena
dengan hidrogen dalam kehadiran katalis logam seperti nikel (Ni) atau
platinum (Pt). Reaksi ini disebut reaksi hidrogenasi. Dalam reaksi ini, atom
hidrogen ditambahkan ke ikatan rangkap alkena untuk membentuk ikatan
tunggal alkana.

b. Halogenasi
Turunan alkena seperti haloalkana (misalnya, klorida atau bromida alkil)
dapat dibuat dengan mereaksikan alkena dengan gas halogen seperti klor (Cl2)
atau brom (Br2). Reaksi ini disebut reaksi halogenasi. Dalam reaksi ini, atom
halogen ditambahkan ke ikatan rangkap alkena untuk membentuk haloalkana.

c. Hidrohalogenasi
Turunan alkena seperti haloalkana juga dapat dibuat dengan mereaksikan
alkena dengan asam hidrohalida seperti asam klorida (HCl) atau asam
bromida (HBr). Reaksi ini disebut reaksi hidrohalogenasi. Dalam reaksi ini,
asam hidrohalida ditambahkan ke ikatan rangkap alkena untuk membentuk
haloalkana.

d. Hidrasi

Turunan alkena seperti alkohol dapat dibuat dengan mereaksikan alkena


dengan air dalam kehadiran katalis asam seperti asam sulfat (H2SO4) atau
asam fosfat (H3PO4). Reaksi ini disebut reaksi hidrasi. Dalam reaksi ini,
molekul air ditambahkan ke ikatan rangkap alkena untuk membentuk alkohol.

Demikianlah beberapa strategi umum yang dapat digunakan untuk menyelesaikan


reaksi diskoneksi turunan alkena atau olefin. Namun, perlu diingat bahwa setiap
reaksi tergantung pada kondisi reaksi dan jenis turunan yang dihasilkan, sehingga
perlu dilakukan studi kasus untuk menentukan strategi yang tepat.

3. Strategi penyelesain reaksi diskoneksi turunan aril-keton (retro-friedel dan


Crafts)
Reaksi diskoneksi turunan aril-keton dapat diselesaikan dengan beberapa
strategi,tergantung pada jenis turunan yang terbentuk. Salah satu strategi umum
yang digunakan adalah reaksi retro-Friedel-Crafts, yang melibatkan pemecahan
ikatan karbon-karbon antara cincin aromatik dan gugus karbonil untuk
membentuk senyawa aromatik dan senyawa karbonil yang terpisah. Berikut
adalah strategi penyelesaian reaksi diskoneksi turunan aril-keton melalui reaksi
retro-Friedel-Crafts:

a. Preparasi senyawa aril-keton

Langkah pertama adalah mempersiapkan senyawa aril-keton yang


akan diubah. Senyawa ini dapat disintesis melalui reaksi Friedel-Crafts
antara suatu benzena dan asetil klorida (atau anhidrida asetat) dengan
kehadiran katalis asam seperti klorida aluminium (AlCl3).

b. Reaksi retro-Friedel-Crafts

Setelah senyawa aril-keton siap, reaksi retro-Friedel-Crafts dapat


dilakukan. Reaksi ini melibatkan perlakuan senyawa aril-keton dengan
basa kuat seperti natrium hidroksida (NaOH) atau kalium hidroksida
(KOH) pada suhu tinggi. Dalam reaksi ini, ikatan karbon-karbon antara
cincin aromatik dan gugus karbonil diputus, membentuk senyawa
aromatik dan senyawa karbonil terpisah.

c. Isolasi produk

Setelah reaksi selesai, produk yang dihasilkan harus diisolasi dan


dimurnikan. Senyawa aromatik dapat diisolasi dengan penyaringan,
sedangkan senyawa karbonil dapat diambil dengan ekstraksi
menggunakan pelarut organik seperti eter atau kloroform.

Demikianlah strategi umum yang dapat digunakan untuk menyelesaikan


reaksi diskoneksi turunan aril-keton melalui reaksi retro-Friedel-Crafts. Namun,
perlu diingat bahwa reaksi ini bersifat kompleks dan perlu dilakukan studi kasus
untuk menentukan kondisi reaksi yang tepat. Selain itu, strategi alternatif seperti
reaksi oksidasi atau reduksi juga dapat digunakan untuk mendapatkan senyawa
turunan yang diinginkan.

CONTOH SOAL

1. Sebutkan strategi penyelesaian reaksi diskoneksi turunan senyawa alkohol


sederhana!
2. Apa saja agen penghilang yang umum digunakan untuk menghilangkan gugus
hidroksil (-OH) pada alkohol?
3. Apa reaksi samping yang mungkin terjadi dalam reaksi penghilangan gugus
hidroksil (-OH)?
4. Berikan langkah-langkah strategi penyelesaian reaksi diskoneksi turunan
alkena (olefin)!
5. Sebutkan beberapa reaktan yang dapat digunakan untuk merubah atau
mengganti gugus pada alkena!

Jawaban :
1. Strategi penyelesaian reaksi diskoneksi turunan senyawa alkohol sederhana
meliputi: a. Identifikasi tipe diskoneksi, apakah pada gugus hidroksil (-OH) atau
pada rantai karbon. B. Pilih agen penghilang yang sesuai, seperti pereaksi asam,
pereaksi halida alkil, atau pereaksi sulfonil metalik. C. Identifikasi reaksi samping
yang mungkin terjadi, seperti dehidrasi alkohol atau reaksi oksidasi. D. Lakukan
isolasi produk yang diinginkan dengan metode pemurnian yang sesuai.
2. Agen penghilang yang umum digunakan untuk menghilangkan gugus hidroksil (-
OH) pada alkohol adalah pereaksi asam, pereaksi halida alkil, dan pereaksi
sulfonil logam.
3. Reaksi samping yang mungkin terjadi dalam reaksi penghilangan gugus hidroksil
(-OH) adalah dehidrasi alkohol dan reaksi oksidasi.
4. Langkah-langkah strategi penyelesaian reaksi diskoneksi turunan alkena (olefin)
meliputi: a. Identifikasi tipe pemutusan, apakah pada ikatan rangkap karbon atau
pada rantai samping. B. Pilih reaktan yang sesuai, seperti pereaksi hidrogenasi,
pereaksi halogenasi, atau pereaksi hidroborasi. C. Identifikasi kondisi reaksi yang
sesuai, seperti suhu, tekanan, dan waktu reaksi. D. Lakukan isolasi produk yang
diinginkan dengan metode pemurnian yang sesuai.
5. Beberapa reaktan yang dapat digunakan untuk merubah atau mengganti gugus
pada alkena adalah pereaksi hidrogenasi, pereaksi halogenasi, dan pereaksi
hidroborasi

PERTEMUAN VII

STRATEGI PENYELESAIAN REAKSI DISKONEKSI KETON DAN ASAM


SEDERHANA SERTA PROTEKSI GUGUS FUNGSINAL

Strategi penyelesaian reaksi diskoneksi keton dan asam sederhana adalah sebagai
berikut:

Diskoneksi keton: Diskoneksi pada keton dapat terjadi melalui reaksi eliminasi
atau substitusi. Untuk reaksi eliminasi, dapat menggunakan basa seperti natrium
hidroksida atau kalium hidroksida untuk merebut proton dari gugus metil pada atom
karbon terdekat dari gugus karbonil, membentuk ion enolat. Kemudian, ion enolat akan
mengalami deprotonasi pada atom hidrogen lain pada molekul yang sama, membentuk
ikatan rangkap pada atom karbon yang terhubung pada gugus karbonil. Untuk reaksi
substitusi, dapat menggunakan reagen seperti hidrazin atau hidrogen sulfida untuk
mereaksikan gugus karbonil pada keton, membentuk senyawa turunan baru.

Diskoneksi asam: Diskoneksi pada asam dapat terjadi melalui reaksi eliminasi
atau substitusi. Untuk reaksi eliminasi, dapat menggunakan basa seperti natrium
hidroksida atau kalium hidroksida untuk merebut proton dari gugus hidroksil pada gugus
asam karboksilat, membentuk ion karboksilat. Kemudian, ion karboksilat akan
kehilangan gugus hidroksil sebagai air, membentuk senyawa turunan baru. Untuk reaksi
substitusi, dapat menggunakan reagen seperti fosforus trichlorida atau fosforus
pentaklorida untuk mereaksikan gugus hidroksil pada asam karboksilat, membentuk
senyawa turunan baru.

Proteksi gugus fungsional adalah strategi untuk melindungi atau menjaga gugus
fungsional pada suatu molekul agar tidak terlibat dalam reaksi yang tidak diinginkan.
Proteksi dapat dilakukan dengan menambahkan gugus proteksi pada gugus fungsional
yang ingin dilindungi. Gugus proteksi tersebut dapat dilepas kembali setelah reaksi yang
diinginkan selesai dilakukan. Contoh gugus proteksi yang umum digunakan adalah metil,
etil, benzil, dan ter-butil. Proteksi gugus fungsional dapat dilakukan pada berbagai jenis
senyawa, termasuk alkohol, amina, dan asam karboksilat.

CONTOH SOAL

1. Bagaimana strategi penyelesaian reaksi diskoneksi pada asam benzoat untuk


menghasilkan benzil alcohol pada Strategi aturan -2: Reduksi menggunakan
agen reduktor seperti LiAlH4

Jawaban :

Strategi aturan -2: Reduksi menggunakan agen reduktor seperti LiAlH4

Asam benzoat memiliki gugus karboksil yang sulit diubah menjadi alkohol
dengan strategi aturan -1 atau aturan -2. Namun, strategi aturan -2 dapat
digunakan untuk mengubah gugus karboksil pada asam benzoat menjadi alkohol
menggunakan agen reduktor seperti LiAlH4. Dalam reaksi ini, LiAlH4 bereaksi
dengan karboksilat pada asam benzoat dan menghasilkan benzil alkohol

Reaksi:

Asam benzoat + LiAlH4 → Benzil alkohol + LiAlO2

Sehingga, strategi yang cocok untuk menghasilkan benzil alkohol dari asam
benzoat adalah strategi aturan -2 dengan pengurangan menggunakan agen
reduktor seperti LiAlH4. Pilihan strategi lain seperti esterifikasi atau reaksi
dengan benzil klorida tidak akan menghasilkan benzil alcohol.

Anda mungkin juga menyukai