Anda di halaman 1dari 11

ANALISIS PENDAPATAN DAN USAHATANI BAWANG

MERAH
(Studi pada pertanian bawang merah Desa Puhkerep, Kecamatan Rejoso,
Kabupaten Nganjuk)

JURNAL ILMIAH

Disusun oleh :

Bagas Dwi Purnama Aji


NIM : 14502010011045

JURUSAN ILMU EKONOMI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2019
LEMBAR PENGESAHAN PENULISAN ARTIKEL JURNAL

Artikel Jurnal dengan judul :

ANALISIS PENDAPATAN DAN EFISIENSI USAHATANI BAWANG MERAH


(Studi pada pertanian bawang merah Desa Puhkerep, Kecamatan Rejoso, Kabupaten
Nganjuk)

Yang disusun oleh :


Nama : Bagas Dwi Purnama Aji
NIM : 145020100111045
Fakultas : Ekonomi dan Bisnis
Jurusan : S1 Ilmu Ekonomi

Bahwa artikel Jurnal tersebut dibuat sebagai persyaratan ujian skripsi yang dipertahankan di
depan Dewan Penguji pada tanggal 13 Juni 2019.

Malang, 3 Juli 2019


Dosen Pembimbing,

Dr. Sasongko, SE., MS


NIP. 195304061980031004
Analisis Pendapatan dan Efisiensi Usahatani Bawang Merah
(Studi pada Pertanian Bawang Merah Desa Puhkerep, Kecamatan Rejoso, Kabupaten Nganjuk)

Bagas Dwi Purnama Aji

Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya


Email: bagaspurnama15@gmail.com

ABSTRAK

Komoditas bawang merah menjadi salah satu yang tidak tergantikan dalam konsumsi masyarakat. Hal
tersebut dikarenakan bawang merah merupakan produk sayuran yang masuk dalam kelompok rempah tak
bersubstusi. Komoditas bawang merah ini juga menjadi salah satu penyumbang sumber pendapatan dan
kesempatan kerja dimana kontribusinya cukup tinggi dalam pengembangan ekonomi wilayah. Desa Puhkerep
merupakan salah satu Desa di Kabupaten Nganjuk yang merupakan sentra penghasil bawang merah
berkualitas. Namun jika dilihat dari fenomena di lapangan, meskipun disebut sebagai sentra bawang merah
rata – rata pendapatan petani bawang merah di Puhkerep cukup rendah. Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh faktor – faktor produksi terhadap jumlah produksi bawang merah, selanjutnya untuk
mengetahui gambaran efisiensi serta gamnbaran pendapatan pada usahatani bawang merah. Pendekatan
penelitian yang digunakan adalah kuantitatif dengan teknik pengumpulan data survey dan menggunakan
instrumen berupa kuesioner pada 52 orang responden. Alat analisis menggunakan regresi linear berganda
dengan program SPSS 24.0 dan analisis efisiensi menggunakan program Win4DEAP2.
Hasil penelitian menunjukkan faktor produksi yang memengaruhi jumlah produksi bawang merah
adalah luas lahan, modal kerja dan jumlah tenaga kerja. Selain itu temuan yang didapatkan adalah rata – rata
petani bawang merah masih berada tingkat efisiensi rendah, ditunjukkan dengan nilai efisiensi di bawah 0,859.
Sementara itu, berdasarkan gambaran pendapatan yang didapatkan, usahatani bawang merah di lokasi
penelitian masih layak diusahakan, hal ini ditunjukkan dengan nilai penerimaan yang lebih tinggi dari nilai
biaya yang dikeluarkan.

Kata kunci :usahatani bawang merah, produksi, efisiensi, pendapatan

A. PENDAHULUAN

Indonesia merupakan Negara agraris yang mengandalkan sektor pertanian dengan berbagai
komoditasnya sebagai penopang pembangunan (Hernanto 1994). Dari sekian banyak komoditas pertanian yang
ada di Indonesia, komoditas bawang merah menjadi salah satu penyumbang sumber pendapatan serta
kesempatan kerja dimana kontribusinya cukup tinggi dalam pengembangan ekonomi wilayah (Balitbang
Pertanian, 2006).

Tahun 2016 Pulau Jawa mendominasi luas panen bawang merah hingga 70,17% dari keseluruhan luas
panen di Indonesia (BPS, 2017). Jawa Timur menempati urutan kedua terbesar dengan luas 36.173 hektar atau
setara 24,1% dari proporsi luas panen nasional. Di Provinsi Jawa Timur sendiri daerah sentra penghasil bawang
merah berada di beberapa Kabupaten salah satunya adalah Kabupaten Nganjuk yang mendominasi produksi
sebesar 51,54% atau setara dengan 140.222 ton (BPS, 2017).

Jumlah produksi bawang merah yang tinggi di Nganjuk tidak sebanding dengan proporsi pendapatan
yang diterima petaninya. Menurut Departemen Pengembangan UMKM BI dalam laporan kajian Arah
Pengembangan Klaster Nasional Dalam Rangka Mendukung Pengendalian Inflasi, petani bawang merah di
Kecamatan Rejoso Nganjuk memiliki rata – rata pendapatan sebesar Rp. 1.541.666.-/bulan (BI, 2017). Angka
tersebut masih dibawah UMK Nganjuk sebesar Rp. 1.660.444.- (Disnakertrans Jatim, 2017).

Kondisi lain yang terjadi adalah pasar komoditas di lokasi penelitian bersifat monopolistik sehingga
petani bawang merah di lokasi penelitian memiliki daya tawar yang lemah di hadapan tengkulak, dan petani
bawang merah cenderung bertindak hanya sebagai price taker (Tripitono, 2015). Menurut Bakhsh et al, (2006)
salah satu cara yang dapat dilakukan untuk memaksimalkan pendapatan petani adalah dengan meningkatkan
kapasitas produksi dan didukung penggunaan faktor produksi secara efisien.

Dalam penelitian ini ditetapkan lokasi di Desa Puhkerep, Kecamatan Rejoso, Kabupaten Nganjuk yang
memiliki karakteristik mayoritas penduduknya bekerja di sektor pertanian khususnya bawang merah dan
merupakan sentra produksi bawang merah yang memiliki potensi untuk dapat dikembangkan (BPS, 2017).
Kondisi perekonomian masyarakat pada lokasi penelitian menunjukkan karakteristik bahwa masih berada pada
kondisi dibawah garis kemiskinan meskipun terkenal sebagai salah satu sentra produksi bawang merah dengan
kualitas yang dapat bersaing.

Berdasarkan penjelasan fenomena tersebut, dalam penelitian ini ditetapkan untuk melihat
bagaimanakah pengaruh faktor – faktor produksi terhadap jumlah produksi bawang merah, selanjutnya juga
untuk melihat gambaran efisiensi usahatani bawang merah hingga melihat gambaran pendapatan yang diterima
petani bawang merah di Desa Puhkerep, Kecamatan Rejoso, Kabupaten Nganjuk pada musim ke – 3 tahun
2018.

B. TINJAUAN PUSTAKA

Konsep, Teori dan Fungsi Produksi

Mubyarto (2002:64) menjelaskan bahwa produksi pertanian adalah hasil yang diperoleh sebagai akibat
bekerjanya beberapa faktor produksi sekaligus yaitu tanah, tenaga kerja, dan modal. Pengertian lain dari
produksi adalah hasil akhir dari proses atau aktifitas ekonomi dengan memanfaatkan berbagai masukan atau
input. Dengan pengertian tersebut maka produksi dapat di artikan sebagai kegiatan mengkombinasikan berbagai
macam input untuk membentuk sebuah hasil atau output. Hubungan teknis antara input dan output dalam bentuk
persamaan, grafik atau tabel merupakan fungsi produksi (Salvatore, 2007).

Fungsi Produksi Cobb Douglas

Soekartawi (2002) menjelaskan bahwa fungsi produksi Cobb – Douglas adalah fungsi atau persamaan
yang melibatkan dua atau lebih variabel, dimana ada variabel dependent yang dijelaskan dengan (Y) dan
variabel independent yang dijelaskan dengan (Xn).

Skala Hasil (Return to Scale)

Berdasarkan fungsi produksi Cobb Douglas, penjumlahan dari nilai koefisien regresi setiap variabel
independen akan menunjukkan kondisi Return to Scale. Dasar menentukan kondisi Return to Scale adalah
apabila nilai penjumlahan koefisien regresi > 1 maka menujukkan kondisi Increasing Return to Scale. Apabila
nilai penjumlahan = 1 maka menunjukkan kondisi Constant Return to Scale, dan jika nilai penjumlahan < 1
maka menunjukkan kondisi Decreasing Return to Scale.

Konsep Efisiensi

Menurut Farrel (1957), efisiensi dapat digongkan dalam dua jenis, yaitu efisensi teknis, efisiensi
alokatif. Efisiensi teknis merupakan kemampuan sebuah usahatani untuk mendapatkan hasil maksimal dari
penggunaan sejumlah faktor produksi tertentu. Sedangkan efisiensi alokatif merupakan kemampuan dari petani
dalam menggunakan input dengan proporsi yang optimal pada tingkat harga input tertentu sehingga produksi
dan pendapatannya maksimal.

Konsep Pendapatan

Pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan dan semua biaya usahatani (Soekartawi, 2006).
Dalam penelitian ini pendapatan usahatani bawang merah dihitung berdasarkan skala usahataninya.

C. METODE PENELITIAN

Jenis Penelitian

Penelitian ini menggunakan pendekatan kuantitatif jenis penelitian deskriptif. Penelitian kuantitatif
merupakan metode untuk menguji teori tertentu dengan melakukan pengujian hubungan antar variabel.
Penelitian ini meliputi studi – studi cross sectional dan longitudinal yang menggunakan kuesioner atau
wawancara terstruktur untuk pengumpulan data, dengan tujuan untuk menggeneralisasikan dari sampel menjadi
populasi (fowler, 2008) dalam (Creswell, 2014: 17).
Lokasi dan Waktu Penelitian

Pada penelitian ini, lokasi yang ditetapkan adalah Desa Puhkerep, Kecamatan Rejoso, Kabupaten
Nganjuk yang merupakan salah satu sentra penghasil komoditas bawang merah. Dasar peneliti dalam
menetapkan lokasi penelitian adalah berdasarkan studi pendahuluan dengan melihat data kondisi umum lokasi
penelitian yang meliputi jumlah, profil masyarakat dan kajian umum tentang pendapatan masyarakat serta data
produksi komoditas bawang merah di lokasi penelitian. Periode waktu atau musim tanam yang ditetapkan dalam
penelitian ini adalah musim ke-3 tahun 2018 yaitu antara bulan Agustus sampai dengan Oktober 2018.

Devinisi Operasional Variabel

Berdasarkan kerangka konsep penelitian ini, maka terdapat 7 variabel yaitu luas lahan, modal kerja,
tenaga kerja, pola pergantian tanam, biaya pengairan, harga dan jumlah produksi bawang merah. Devinisi dan
klasifikasi dari variabel – variabel tersebut dapat dilihat pada penjelasan di bawah ini:

1. Variabel terikat atau dependen (Y) merupakan variabel yang bergantung pada variabel bebas. Variabel
terikat ini merupakan variabel outcome atau hasil dari pengaruh variabel bebas, istilah lain dari variabel
terikat adalah variabel criterion, outcome, effect, dan rensponse (Creswell, 2014: 70). Dalam penelitian ini,
yang merupakan variabel terikat adalah jumlah produksi bawang merah, yaitu banyaknya produksi bawang
merah yang dihasilkan petani dalam satu musim tanam. Variabel ini ditetapkan dengan satuan kiloogram
(Kg).
2. Variabel bebas atau independen (X) merupakan variabel yang (mungkin) menyebabkan, memengaruhi, atau
berefek pada outcome. Variabel ini juga dikenal dengan istilah variabel treatment, manipulated, antecedent,
atau predictor (Creswell, 2014: 70). Dalam penelitian ini terdapat 6 variabel bebas yaitu:
a. Luas lahan (X1)
Luas lahan adalah suatu tempat atau tanah yang mempunyai luas tertentu dengan kegunaan untuk
usaha pertanian, dalam penelitian ini adalah luas lahan adalah yang digunakan untuk menanam
komoditas bawang merah dan dinyatakan dengan satuan hektar (Ha).
b. Modal kerja (X2)
Modal kerja dalam pertanian adalah banyaknya pengorbanan uang (Rp) yang dikeluarkan petani
dalam menjalani proses produksi pertanian mulai pra tanam hingga panen. Secara umum dalam
masyarakat pertanian modal yang dimaksud meliputi, penyediaan bibit, pupuk, upah buruh tani dan
sewa lahan.
c. Jumlah tenaga kerja (X3)
Dalam penelitian yang dimaksudkan adalah jumlah tenaga kerja atau buruh tani yang ikut dalam
proses produksi bawang merah selama satu musim. Jumlah tenaga kerja dalam penelitian ini diukur
menggunakan satuan Hari Orang Kerja (HOK).
d. Pola pergantian tanam (X4)
Pola pergantian tanam yaitu praktik pergantian tanaman dari satu komoditas ke komoditas lainnya
pada satu lahan. Pola pergantian tanam dalam penelitian ini dilihat dari banyaknya jenis tanaman
yang ditanam pada satu tahun.
e. Biaya pengairan (X5)
Biaya pengairan yaitu biaya atau pengorbananan yang dikeluarkan petani dalam usahatani bawang
merah untuk mengakses air dari saluran irigasi menggunakan diesel maupun biaya yang harus
dibayarkan mengalirkan air dari saluran irigasi sekunder secara langsung ke lahan sawah pertanian
bawang merah. Biaya pengairan dihitung menggunakan satuan rupiah (Rp).
f. Harga sebelum tanam (X6)
Harga dalam penelitian ini didevinisikan sebagai harga bawang merah kering sebelum memasuki
masa tanam bawang merah. Satuan harga yang dipakai dalam penelitian ini adalah rupiah (Rp).

Populasi dan Sampel

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh petani yang menanam bawang merah pada musim ke-3
tahun 2018 di Desa Puhkerep, Kecamatan Rejoso, Kabupaten Nganjuk. Sedangkan sampel yang menjadi
responden berjumlah 52 petani bawang merah. Dimana dalam memilih individu sampel secara spesifik
menggunakan metode Stratified Purposive Sampling. Yaitu pengambilan sampel secara strataan dengan cara
membagi populasi menjadi beberapa subpopulasi atau strata. Kemudian pengambilan sampel dilakukan secara
sengaja pada masing – masing strata (Jogiyanto, 2010).
Metode Pengumpulan Data

Dalam penelitian ini, menggunakan data primer yang diperoleh langsung dari responden di lapangan.
Teknik pengumpulan data yang dipakai adalah dengan survei untuk mendapatkan data primer dan. Survei adalah
metode pengumpulan data primer dengan memberikan pertanyaan – pertanyaan kepada responden individu
(Jogiyanto, 2010:115). Instrumen yang digunakan peneliti dalam melakukan survei yaitu berupa kuesioner yang
disusun sesuai kebutuhan untuk mendapatkan data yang relevan. Selain itu juga menggunakan wawancara untuk
memperkuat jawaban responden atas data yang dituliskan melalui kuesinoner.

Metode Analisis Data

Analisis regresi linear berganda digunakan untuk mengetahui pengaruh luas lahan, modal kerja,
jumlah tenaga kerja, pola pergantian tanam, biaya pengairan dan harga sebelum masa tanam terhadap jumlah
produksi bawang merah ditunjukkan dengan fungsi produksi sebagai berikut:

Y = f(X1 X2 X3 X4 X5 X6)

Dalam fungsi produksi Cobb – Douglas dinyatakan sebagai berikut:

Y = b0 X1b1 X2b2 X3b3 X4b4 X5b5X6b6 e µ

Untuk estimasi koefisien regresi, dilakukan transformasi ke bentuk linear dengan menggunakan
logaritma natural (ln) guna menghitung nilai elastisitas dari masing-masing variabel bebas terhadap variabel
terikat ke dalam model sehingga diperoleh persamaan sebagai berikut:

Ln Y = Ln α + b1 Ln X1 + b2 Ln X2 + b3 Ln X3 + b4 Ln X4 + b5 Ln X5 + b6 Ln X6 + µ

Metode analisis efisiensi yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan Data Envelopment
Analysis (DEA). Jika dalam perhitungan nantinya hasil yang didapatkan adalah angka satu maka dapat
disimpulkan bahwa usahatani bawang merah yang dijalankan sudah efisien, apabila nilai yang didapatkan
kurang dari satu maka usahatani dapat dikatakan belum efisien. DEA menghitung efisiensi dari Decision
Making Units (DMU) dalam satu kelompok pengamatan. Dalam prinsip kerja DEA, cara yang digunakan yaitu
dengan membandingkan data input dan output dari suatu DMU dengan data input dan output dari DMU lainnya.
Dari perbandingan ini kemudian didapatkan skor efisiensinya.

Dalam penelitian ini pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan dan semua biaya usahatani
(Soekartawi, 2006). Dalam penelitian ini pendapatan usahatani bawang merah dihitung berdasarkan skala
usahataninya. Penghitungan dilakukan dengan rumus:

Pd= TR – TC

Di mana :

Pd : Pendapatan usahatani

TR : Total penerimaan usahatani

TC : Total biaya usahatani

D. HASIL DAN PEMBAHASAN

Analisis Regresi Linear Berganda


1. Uji Asumsi Klasik
Tabel 4.1: Uji asumsi klasik
Uji Hasil Keterangan
Titik - titik pada grafik Normal P-Plot
Normalitas Data terdistribusi normal
mendekati garis diagonal
Titik – titik menyebar pada Scatterplot dan
Heteroskedatisitas Tidak terjadi
tidak membentuk pola tertentu
Uji Hasil Keterangan
Nilai Tolerance menunjukkan nilai diatas
Multikolinearitas Tidak terjadi
0,1 dan nilai VIF tidak lebih dari 10
Sumber: Olah data SPSS, 2019
 Pada pengujian asumsi klasik, menunjukkan bahwa tidak ada asumsi yang dilanggar, sehingga
proses pengujian selanjutnya dapat dilaksanakan.
2. Pengujian Hipotesis
a. Uji F
Dalam penelitian ini yang menggunakan taraf keyakinan α = 0,05 didapatkan nilai F-tabel
sebesar 2,31 dan F-hitung menunjukkan nilai 71,896. Sehingga hasil yang didapatkan adalah nilai F-
tabel 2,31 < F-hitung 71,896. Artinya variabel – variabel independen secara simultan berpengaruh
signifikan terhadap variabel dependen. Hasil penghitungan uji F dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.2: Uji F


ANOVAa
Sum of
Model Squares df Mean Square F Sig.
1 Regression 19,944 6 3,324 71,896 ,000b
Residual 2,081 45 ,046
Total 22,025 51
a. Dependent Variable: Ln_Y
b. Predictors: (Constant), Ln_X6, Ln_X1, Ln_X4, Ln_X5, Ln_X2, Ln_X3
Sumber: Olah data SPSS, 2019

b. Uji t
Uji t dilakukan untuk melihat pengaruh variabel independen terhadap variabel dependent
secara parsial. Apabila nilai t-tabel < t-hitung maka menunjukkan adanya pengaruh, namun apabila
nilai t-tabel > t-hitung maka menunjukkan tidak ada pengaruh. Untuk melihat signifikansi, apabila nilai
Sig. lebih kecil dari 0,05 maka menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan. Hasil Uji t dapat dilihat
pada tabel di bawah ini:

Tabel 4.3: Uji t


Variabel Koefisien T Hitung Sig. Keterangan
(konstanta) -1,565 -0,503 0,617
Ln_X1 0,279 4,342 0,000 Berpengaruh positif signifikan
Ln_X2 0,701 4,249 0,000 Berpengaruh positif signifikan
Ln_X3 0,086 2,572 0,013 Berpengaruh positif signifikan
Ln_X4 0,220 1,178 0,245 Tidak berpengaruh
Ln_X5 0,145 1,663 0,103 Tidak berpengaruh
Ln_X6 -0,606 -2,984 0,005 Berpengaruh negatif signifikan
α = 0,05
t-tabel = 2,014
Sumber: Olah data SPSS, 2019
c. Uji Koefisien Determinasi R2
Dari Penghitungan diperoleh nilai R Square sebesar 0,906 menunjukkan bahwa proporsi
pengaruh variabel luas lahan (X1), modal kerja (X2), jumlah tenaga kerja (X3), pola pergantian tanam
(X4), biaya pengairan (X5) dan harga sebelum masuk masa tanam (X6) terhadap variabel jumlah
produksi (Y) adalah sebesar 90,6%.
Tabel 4.4: Uji R2
Model Summaryb
Adjusted R Std. Error of
Model R R Square Square the Estimate Durbin-Watson
1 ,952a ,906 ,893 ,21502 1,672
a. Predictors: (Constant), Ln_X6, Ln_X1, Ln_X4, Ln_X5, Ln_X2, Ln_X3
b. Dependent Variable: Ln_Y
Sumber: Olah data SPSS, 2019

d. Estimasi Model
Estimasi model regresi yang diperoleh adalah sebagai berikut:
Ln Y = -1,565 + 0,279LnX1 + 0,701LnX2 + 0,086LnX3 + 0,220LnX4 + 0,145LnX5 – 0,606LnX6 + e

e. Return to Scale
Berdasarkan fungsi produksi Cobb Douglas, penjumlahan dari nilai koefisien regresi setiap
variabel independen akan menunjukkan kondisi Return to Scale.
Return to Scale = 0,279 + 0,701 + 0,086 + 0,220 + 0,145 - 0,606
Return to Scale = 0,825
0,825 < 1 = Decreasing Return to Scale
Berdasarkan penghitungan tersebut, didapatkan nilai Return to Scale sebesar 0,825 yang
artinya nilai tersebut menunjukkan kondisi Decreasing Return to Scale pada usahatani bawang merah
di Desa Puhkerep. Artinya dengan ditambahkannya faktor produksi sebesar 1% hanya akan menambah
jumlah produksi sebesar 0,825%. Dengan kata lain menunjukkan bahwa proporsi penambahan output
tidak sebanding (lebih kecil) dari proporsi penambahan inputnya.
Analisis Efisiensi
Dalam penelitian ini, dilakukan pengujian terhadap 52 orang petani bawang merah di Desa Puhkerep.
Seluruh petani yang diamati ini merupakan Decision Making Unit (DMU) dalam analisis Data Envelopment
Analysis (DEA). Dalam DEA, nilai efisiensi ditunjukkan dengan nilai Technical Efficiency (TE) yang bernilai
antara 0 sampai dengan 1. Dari penghitungan, diperoleh rata – rata efisiensi usahatani sebesar 0,859.
Pendapatan Usahatani Bawang Merah
Pendapatan usahatani adalah selisih antara penerimaan dan semua biaya usahatani (Soekartawi, 2006).
Dalam penelitian ini pendapatan usahatani bawang merah dihitung berdasarkan skala usahataninya.
Penghitungan dilakukan dengan rumus:
Pd= TR – TC
Di mana :
Pd : Pendapatan usahatani
TR : Total penerimaan usahatani
TC : Total biaya usahatani

Tabel 4.5: Pendapatan usahatani bawang merah


SKALA USAHATANI
SKALA USAHATANI SKALA USAHATANI
KETERANGAN MENENGAH (15
KECIL (17 petani) BESAR (20 Petani)
petani)
Pendapatan
Total penerimaan (Rp) 18.488.300 41.545.037 73.764.750
Total biaya (Rp) 12.532.386 30.470.656 47.348.667
Pendapatan (Rp) 5.955.914 11.074.381 26.416.083
R/C ratio 1,48 1,36 1,55
Sumber: Data turun lapang (diolah), 2019
E. KESIMPULAN DAN SARAN

KESIMPULAN

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan yang telah dilakukan dalam penelitian ini diperoleh
kesimpulan bahwa jumlah produksi bawang merah dipengaruhi oleh tiga faktor produksi utama yakni luas lahan
yang ditanam, modal kerja dan jumlah tenaga kerja. Sehingga proporsi penggunaan ketiga faktor produksi
tersebut pada setiap musim tanam, dapat menentukan jumlah produksi bawang merah. Sedangkan Harga pada
tingkat produsen sebelum memasuki musim tanam bawang merah berdampak negatif terhadap jumlah
produksinya, hal ini dilandasi bahwa petani hanya bertindak sebagai penerima harga (price taker).

Kondisi efisiensi pada usahatani bawang merah menunjukkan bahwa masih didominasi oleh petani
dengan tingkat efisiensi di bawah rata – rata. Artinya banyak petani bawang merah yang mengalami kelebihan
dalam penggunaan faktor produksi (excess input). Kesimpulan tersebut sejalan dengan kondisi decreasing
return to scale yang menunjukkan bahwa penambahan input pada jumlah tertentu akan menghasilkan output
dengan proporsi lebih kecil.

Pendapatan petani bawang merah berbeda – beda sesuai dengan skala usahataninya. Kesimpulan yang
diperoleh menunjukkan bahwa semakin besar skala usahatani bawang merah maka akan diikuti semakin besar
pendapatan petaninya. Namun, secara garis besar usahatani bawang merah masih layak untuk diusahakan dan
masih memberikan keuntungan. Hal tersebut ditunjukkan berdasarkan nilai penerimaan total yang lebih besar
dari biaya total usahatani bawang merah.

SARAN

Beberapa saran yang dapat diberikan dalam penelitian ini adalah:

1. Saran untuk penelitian selanjutnya, dapat memperdalam analisis pendapatan dengan melihat biaya yang
tidak diperhitungkan seperti biaya upah tenaga kerja dari dalam keluarga, biaya jaminan tenaga kerja
(rokok, jajanan, sarapan). Sehingga analisis yang dilakukan dapat lebih mencerminan kondisi di
lapangan sebenarnya.
2. Pemerintah daerah perlu berperan aktif dalam memberikan fasilitas berupa penyuluhan terhadap petani
bawang merah perihal alokasi penggunaan faktor produksi yang benar. Pengetahuan yang diperoleh
petani melalui penyuluhan akan berguna untuk mengurangi kelebihan input (excess input) khususnya
pupuk dan obat sehingga petani dapat menggunakannya sesuai dengan dosis yang benar.
3. Guna meningkatkan nilai tambah pertanian bawang merah, perlu adanya kolaborasi antara instansi
terkait baik pemerintahan maupun perguruan tinggi untuk menyediakan wahana pengolahan bawang
merah. Sehingga dengan adanya wahana pengolahan, petani memiliki potensi untuk meningkatkan nilai
tambah dari produksi pertaniannya sebelum dijual ke pasar.
DAFTAR PUSTAKA

Ahmadi. 2001. Ilmu Usahatani. Jakarta: Penebar Swadaya.

Amandasari, M. 2014. Efisiensi Teknis Usahatani Jagung Manis di Kecamatan Tenjolaya Kabupaten Bogor:
Pendekatan Data Envelopment Analysis.

Andriani, W. 2014. Analisis Produksi dan Pendapatan Usahatani Bawang Merah Lokal Tinombo di Desa
Lombok Kecamatan Tinombo Kabupaten Parigi Moutong. Jurnal Agrotekbis, 2(5), 533–538.

Bakhsh. 2006. Food Security Throught Increasing Technical Efficiency. Asian Journal of Plant Sciences, 970–
976.

Boediono. 1982. Pengantar Ilmu Ekonomi No.2, Ekonomi Makro. Yogyakarta: BPPE

Badan Pusat Statistik. 2017. Nganjuk Dalam Angka 2017. https://nganjukkab.bps.go.id/. Diakses pada 14 Maret
2018.

Badan Pusat Statistik. 2018. Nganjuk Dalam Angka 2018. https://nganjukkab.bps.go.id/. Diakses pada 28
Agustus 2018.

Badan Pusat Statistik. 2017. Kecamatan Rejoso Dalam Angka 2017. https://nganjukkab.bps.go.id/. Diakses pada
14 Maret 2018.

Badan Pusat Statistik. 2017. Statistik Kesejahteraan Rakyat Kabupaten Nganjuk. https://nganjukkab.bps.go.id/.
Diakses pada 4 April 2018.

Badan Pusat Statistik. 2016. Statistik Tanaman Sayur - Sayuran dan Buah – Buahan Semusim. https://bps.go.id/.
Diakses pada 4 April 2018.

Bank Indonesia. 2017. Laporan Kajian Arah Pengembangan Klaster Nasional Dalam Rangka Mendukung
Pengendalian Inflasi. Jakarta.

Coelli T. J, Rao D. S. P, O'Donnell C. J, Battese G. E. 2005. An Introduction to Efficiency and Productivity


Analysis. New York (US)

Coelli, T J. 1995. Recent Development in Frontier Modelling and Efficiency Measurement. Australian Journal
and Agricultural Economics, Vol 38, 219-245.

Cooper, W.W., H. Deng, Z. M. Huang and S. X. Li, 2002, A one-model approach to congestion in data
envelopment analysis, Socio-Economic Planning Sciences. 231-238.

Creswell, John W. 2016. Research Design Pendekatan Metode Kualitatif, Kuantitatif, dan
Campuran.Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Disnakertrans Jatim. 2017. Peraturan Gubernur Jawa Timur No 75 Tahun 2017 tentang UMK. 2017.
https://disnakertrans.jatimprov.go.id/. Diakses pada 10 April 2018.

Farrel, M J. 1957. The Measurement Of Productive Efficiency. Journal Of The Royal Statistical Society. Vol
120, 253 – 290.

Fitriawati. 2017. Kajian Perilaku Petani dalam Budidaya Bawang Merah pada Musim Kemarau dan Musim
Hujan di Kecamatan Sukomoro Kabupaten Nganjuk.

Gustiyana, H. 2004. Analisis Pendapatan Usahatani untuk Produk Pertanian. Jakarta: Salemba Empat.

Hanafie. 2010. Pengantar Ekonomi Pertanian. Yogyakarta: CV Andi Offset.

Hidayat. 2011. Pengaruh Varietas dan Ukuran Umbi terhadap Produktivitas Bawagn Merah. Jurnal Hort, 21(3),
206–213.

Jurusan Ilmu Ekonomi Universitas Brawijaya. 2017. Buku Pedoman Skripsi, KKN-P, Artikel dan Makalah .
Malang: Jurusan Ilmu Ekonomi Universitas Brawijaya.
Jogiyanto. 2010. Metode Penelitian Bisnis. Yogyakarta: BPFE-Yogyakarta

Kementrian Pertanian. 2015. Outlook Bawang Merah. Jakarta: Pusat Data dan Sistem Informasi Pertanian.

Khakim, L. 2013. Pengaruh Luas Lahan, Tenaga Kerja, Penggunaan Benih, dan Penggunaan Pupuk Terhadap
Produksi Padi di Jawa tengah, 9(1), 71–79.

Mahdalena, Z. 2016. Pengaruh Faktor - Faktor Produksi terhadap Pendapatan Usahatani Jagung di Desa Sungai
Riam Kecamatan Pelaihari Kabupaten Tanah Laut Provinsi Kalimantan Selatan, 41(1), 113–117.

Mubyarto. 2002. Pengantar Ekonomi Pertanian. Jakarta: LP3ES.

Muljianto. 2007. Ilmu Lingkungan. Yogyakarta: Graha Ilmu.

Ningsih, N. M. C. 2016. Pengaruh Modal danTingkat Upah Terhadap Nilai Produksi Serta Penyerapan Tenaga
Kerja pada Industri Kerajinan Perak. JEKT, 8(1), 83–91.

Novitasari. 2017. Analisis Pendapatan dan Faktor Faktor yang memengaruhi Produksi Bawang Merah di
Dataran Tinggi Kecamatan Pengalengan Kabupaten Bandung.

Pranata, A. 2015. Pengaruh Harga Bawang Merah terhadap Produksi Bawang Merah di Provinsi Jawa Tengah,
Jejak 8(1), 36-44.

Salmiah, K. &. (n.d.). Analisis Pengaruh Input Produksi terhadap Produksi Usahatani Ubi Kayu di Desa
Sukasari Kecamatam Pegajahan Kabupaten Serdang Bedagai, 1–13.

Salvatore, Dominick. Mikroekonomi.Jakarta: Erlangga.

Sekaran. 2003. Research Methods For Business. USA: John Wiley & Sons Inc.

Setyanti, Axellina Muara. 2016. Analisis Produksi dan Efisiensi Usahatani Bunga Potong (Studi pada Desa
Gunungsari, Kecamatan Bumiaji, Kota Batu). Malang : Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas
Brawijaya.

Soekartawi. 2002. Analisis Usahatani. Jakarta: UI Pres

Sukirno, Sadono. 2005. Mikro Ekonomi: Teori Pengantar. Jakarta: Penerbit Raja Grafindo Persada.

Supardi. 2013. Aplikasi Statistika dalam Penelitian. Jakarta: Change Publication

Suryati. 2017. Pengaruh Modal Kerja, Luas Lahan, dan Tenaga Kerja terhadap Pendapatan Petani Bawang
Merah di Desa Sakuru Kecamatan Monta Kabupaten Bima.

Suwandi. 2014. Budidaya Bawang Merah Diluar Musim. Balitbang Pertanian.

Todaro, M. P. dan S. C. Smith. 2003. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga. Jilid 1. Edisi Kedelapan. Jakarta:
Erlangga.

Wunikah. 2017. Pengaruh Produksi dan Harga terhadap Tingkat Pendapatan Petani Bawang Merah di Desa
Tawangsari Kecamatam Losari Kabupaten Cirebon.

Anda mungkin juga menyukai