Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH

HUKUM TATA NEGARA


"Implementasi Perda Kabupaten Karawang Nomor 4 Tahun 2016
Tetang Penyelenggaraan Perlindungan Anak"
DOSEN PENGAMPU : Anisa Hermawati S,H.M,H

Di Susun Oleh :
Kelompok 2
HK22C
Aldi Eka Nugraha 2241627420113
Aura Dina Octavia 2241627420114
Gledis Glesela A 2241627420113
Ichsan Ramadan B 2241627420117
Johanes Fabio 2241627420117
Naya Ansali Nugina 2241627420105
Novia Rosita 2241627420107
Nursaadah 2241627420117
Sela Nur Amalia S 2241627420118
Sellamita Azahra 2241627420115
Shafa Maulina S 2241627420122
Sukma Karwulung 2241627420111
Syeren Purbaning T 2241627420123
Ucu Suyaman 2241627420117
Virda Aleyda Rahma 2241627420108

FAKULTAS HUKUM
UNIVERSITAS BUANA PERJUANGAN KARAWANG
KATA PENGANTAR

Alhamdulillahirabbilalamin, segala puji bagi Allah SWT yang


telah memberikan nikmat serta hidayah-Nya terutama nikmat
kesempatan dan kesehatan sehingga kami dapat
menyelesaikan Makalah Mata Kuliah Hukum Tata Negara yang
berjudul "Penyelenggaraan Perlindungan Anak" ini. Kemudian
shalawat beserta salam kita sampaikan kepada Nabi besar kita
Muhammad SAW yang telah memberikan pedoman hidup yakni
Al-Qur'an dan sunnah untuk keselamatan umat di dunia.

Makalah ini merupakan salah satu Tugas Mata Kuliah Hukum


Tata Negara di program studi Ilmu Hukum, Fakultas Hukum
Universitas Buana Perjuangan Karawang. Selanjutnya kami
mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada
Bpk.Dr.Anwar Hidayat S.H.M.H. dan Ibu Anisa Hermawati
SH.,MH selaku dosen pengampu Mata Kuliah Hukum Tata
Negara dan kepada segenap pihak yang telah memberikan
bimbingan serta arahan selama pembuatan makalah ini.

Akhirnya kami menyadari bahwa banyak terdapat kekurangan


-kekurangan dalam penulisan makalah ini, maka dari itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang konstruktif dari para
pembaca demi kesempurnaan makalah ini. Terimakasih, dan
semoga makalah ini bisa memberikan manfaat positif bagi kita
semua.

Karawang, 30 Mei 2023

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR 1
DAFTAR ISI 2
BAB I 3
PENDAHULUAN 3
I.I LATAR BELAKANG 3
I.II RUMUSAN MASALAH 3
I.III TUJUAN 4
BAB II 5
PEMBAHASAN 5
II.I IMPLEMENTASI PERDA KABUPATEN KARAWANG NOMOR 4 TAHUN 2016
TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN ANAK
5
A.PENYELENGGARAAN KABUPATEN LAYAK ANAK 5
II.II FAKTOR PENGHAMBAT PERDA KABUPATEN KARAWANG NOMOR 4 TAHUN
2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN ANAK
7
BAB III 9
PENUTUP 9
III.I KESIMPULAN 9
A. IMPLEMENTASI PERDA KABUPATEN KARAWANG NOMOR 4 TAHUN 2016
TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN ANAK
9
B. FAKTOR PENGHAMBAT PERDA KABUPATEN KARAWANG NOMOR 4 TAHUN
2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN ANAK
9
DAFTAR PUSTAKA 10

2
BAB I
PENDAHULUAN

I.I LATAR BELAKANG


Hukum adalah suatu sistem yang di dalamnya terdapat norma-
norma dan aturan-aturan yang mengatur tingkah laku manusia.
Ada pula yang menyebutkan hukum merupakan aturan yang
tertulis maupun tidak tertulis yang dapat mengatur masyarakat
dan dikenai sanksi jika melanggarnya.
Dengan adanya hukum, tingkat kejahatan akan berkurang.
Pemegang kekuasaan tidak dapat berlaku sewenang-wenang
karena telah dibatasi oleh hukum. Selain itu hukum membantu
untuk melindungi hak dan kewajiban setiap warga negara. Maka
dari itu negara harus memiliki sistem hukum yang tepat. Ketika
hukum ditegakkan, maka perkara akan diselesaikan. Dalam
penyelesaiannya perlu melaluiproses pengadilan yang sesuai
dengan aturan yang berlaku. Hakikatnya, tujuan hukum yaitu
universal dengan terwujudnya ketentraman, ketertiban dan
kesejahteraan masyarakat.
Hukum juga memiliki beberapa tujuan. Dengan adanya hukum,
kemakmuran masyarakatakan terjamin. Pergaulan masyarakat
akan lebih tertata danmen jadi petunjuk atau pedoman dalam
menghadapike putusan negara. Hukum juga digunakan sebagai
sarana mewujudkan keadilan sosial dan sebagai penegak
pembangunan. Semua hukum yang berlaku dinegara mana pun
pasti memiliki unsur tersendiri. Dengan begitu, hukum yang
berlaku dapat diakui oleh warga negara tersebut.
Adanya Perda tentang penyelenggaraan perlindungan anak
penting untuk beberapa alasan berikut:
Perlindungan Hak-hak Anak: Perda ini dibutuhkan untuk
melindungi hak-hak anak secara konkret dan terukur. Anak-anak
merupakan kelompok yang rentan dan perlu perlindungan khusus.
Dengan adanya Perda, hak-hak anak dapat dijamin dan dilindungi

3
secara hukum, termasuk hak atas kehidupan, kesehatan,
pendidikan, kebebasan, dan perlindungan dari kekerasan.
Koordinasi dan Pengendalian: Perda ini memberikan kerangka
kerja yang jelas bagi pemerintah daerah dalam mengoordinasikan
dan mengendalikan program-program perlindungan anak. Dengan
adanya Perda, akan tercipta sinergi antara berbagai instansi
terkait, termasuk pemerintah, lembaga masyarakat, dan
organisasi non-pemerintah, untuk melaksanakan kegiatan
perlindungan anak secara terpadu dan terkoordinasi.
Pemenuhan Kewajiban Hukum: Dalam kerangka hukum
nasional dan internasional, Indonesia memiliki kewajiban untuk
melindungi anak-anak dari segala bentuk kekerasan dan
penelantaran. Adanya Perda penyelenggaraan perlindungan anak
memastikan bahwa pemerintah daerah memenuhi kewajiban
hukum tersebut dan memberikan perlindungan yang memadai
kepada anak-anak di wilayahnya.
Pencegahan dan Penanggulangan Kekerasan terhadap Anak:
Perda ini dapat memberikan dasar hukum yang kuat untuk
melakukan pencegahan dan penanggulangan kekerasan terhadap
anak. Melalui kegiatan penyuluhan, pendidikan masyarakat,
pemantauan, dan penanganan kasus, Perda tersebut memberikan
landasan yang efektif dalam upaya melindungi anak-anak dari
tindakan kekerasan dan perlakuan yang merugikan.
Penegakan Hukum dan Keadilan: Adanya Perda ini
memudahkan proses penegakan hukum terhadap pelaku
kekerasan terhadap anak. Dengan mengatur sanksi dan hukuman
yang tegas bagi pelaku, Perda tersebut memberikan jaminan
bahwa pelanggaran terhadap hak-hak anak akan ditindak sesuai
dengan ketentuan hukum yang berlaku. Hal ini penting untuk
memastikan keadilan bagi korban dan memberikan efek jera
terhadap pelaku.
Secara keseluruhan, Perda tentang penyelenggaraan
perlindungan anak diperlukan untuk memberikan landasan hukum
yang kuat, koordinasi yang terstruktur, dan perlindungan yang
4
optimal terhadap anak-anak.
Faktor faktor yang berkontribusi terhadap peningkatan tingkat
kekerasan terhadap anak :
Perubahan sosial dan budaya: Perubahan dalam struktur
keluarga, nilai-nilai sosial, dan budaya dapat mempengaruhi
tingkat kekerasan terhadap anak. Misalnya, perubahan dalam
peran gender, urbanisasi, atau perubahan dalam norma dan nilai
keluarga dapat mempengaruhi pola kekerasan terhadap anak.

I.II RUMUSANMASALAH
1. Bagaimana Implementasi Perda Kabupaten Karawang Nomor 4
Tahun 2016 Tentang Penyelengaraan Perlindungan Anak?
2. Apa Yang Menjadi Faktor Penghambat Perda Kabupaten
Karawang Nomor 4 Tahun 2016 Tentang Penyelengaraan
Perlindungan Anak?

TUJUAN
Untuk Mengetahui Bagaimana Implementasi Perda Kabupaten Karawang
Nomor 4 Tahun 2016 Tentang Penyelengaraan Perlindungan Anak. Untuk
Mengetahui Apa Yang Menjadi Faktor Penghambat Perda Kabupaten
Karawang Nomor 4 Tahun 2016 Tentang Penyelengaraan Perlindungan
Anak.

5
BAB II
PEMBAHASAN

II.I IMPLEMENTASI PERDA KABUPATEN KARAWANG NOMOR 4


TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN
ANAK

Perda Kabupaten Karawang Nomor 4 Tahun 2016 merupakan upaya


pemerintah daerah dalam melindungi anak-anak dari berbagai
bentukkekerasan, eksploitasi, dan perlakuan yang tidak sesuai dengan
hak-hak mereka. Perda ini juga bertujuan untuk meningkatkan kualitas
hidup anak-anak dan memberikan mereka akses yang setara terhadap
pendidikan, kesehatan, dan perlindungan hukum.

A. PENYELENGGARAAN KABUPATEN LAYAK ANAK


 Bagian Kesatu Layak Anak (Pasal4)
(1) Kelayakan merupakan kondisi fisik suatu wilayah, yang di dalam
nya terdapat sarana dan prasarana yang dikelola sedemikian rupa
sehingga memenuhi persyaratan minimal untuk kepentingan tumbuh
kembang anak secara sehat dan wajar, tidak mengandung unsur
yang membahayakan anak.
(2) Kelayakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berupa
infrastruktur seperti jalan raya, jembatan, trotoar, sarana transportasi,
taman kota, kantin sehat, lingkungan hidup yang hijau dan
ketersediaan perangkat hukum yang mendukungnya.
(3) Kelayakan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaksanakan di
tingkat rukun tetangga, rukun warga, desa / kelurahan, kecamatan dan
kabupaten serta dalam penyelenggaraan pelayanan publik,
diantaranya di sektor pendidikan, kesehatan dan sektorlainnya.

 Bagian Kedua Ramah Anak (Pasal5)


(1) Keramahan merupakan kondisi non fisik suatu wilayah yang
didalamnya terdapat nilai budaya, etika, sikap, dan perilaku
masyarakat yang secara sadar diaplikasikan atau digunakan dan
dikembangkan sedemikian rupa untuk memberikan rasa senang dan
gembira serta nyaman dan aman pada anak.
6
(2) Keramahan sebagaimana yang dimaksud pada ayat (1) diantaranya
berupa:
a. Tata cara orang dewasa dalam menghadapi dan memperlakukan anak
seperti bertegur sapadan memberi salam;
b. Memilih dan menggunakan kata-kata bijak untuk anak;
c. Kebiasaan memuji anak;
d. Mengucapkan terimakasih;
e. Sabar dan tidak memaksakan kehendak;
f. Mendengarkan pendapat anak dengan seksama; dan
g. Memberi contoh hal-hal yang baik dan positif.

(3) Keramahan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)dilaksanakan pada


lingkungan rukun warga, rukun tetangga, keluarga dan penyelenggaraan
pelayanan publik diantaranya pada sektor pendidikan, kesehatan dan
sektor lainnya. (4) Kondisi ramah anak diwujudkan dengan melakukan
gerakan sosial kemasyarakatan peduli anak meliputi :

a. Keluarga Ramah Anak;


b. RT Ramah Anak;
c. RW Ramah Anak;
d. Kelurahan/Desa Ramah Anak;
e. Kecamatan Ramah Anak;
f. Sekolah Ramah Anak;
g. Puskesmas Ramah Anak;
h. Klinik Ramah Anak ;dan
i. Rumah Sakit Ramah Anak.
 Contoh bentuk implementasi Peraturan Daerah (Perda) Kabupaten
Karawang tentang penyelenggaraan perlindungan anak:
1. Pembentukan Lembaga Perlindungan Anak (LPA): Perda tersebut dapat
mengatur pembentukan LPA di Kabupaten Karawang. LPA bertugas
sebagai lembaga yang fokus pada perlindungan dan pengawasan
terhadap anak-anak yang berada dalam situasi yang rentan atau berisiko
terhadap kekerasan, penelantaran, eksploitasi, atau pelanggaran hak-hak
anak. LPA dapat berperan dalam melakukan pendampingan, penanganan
kasus, rehabilitasi, dan pencegahan terhadap kekerasan terhadap anak.
2. Penyusunan Rencana Aksi Perlindungan Anak: Perda tersebut dapat
mewajibkan penyusunan Rencana Aksi Perlindungan Anak di tingkat
kabupaten. Rencana aksi ini akan menjadi panduan bagi pemerintah
7
kabupaten dalam melaksanakan program-program perlindungan anak
secara sistematis dan terkoordinasi. Rencana aksi ini harus melibatkan
berbagai pemangku kepentingan terkait, seperti pemerintah, lembaga
masyarakat, organisasi non-pemerintah, dan masyarakat umum.
3. Penguatan Sistem Pemantauan dan Pelaporan: Perda tersebut dapat
mengatur penguatan sistem pemantauan dan pelaporan terkait kasus
kekerasan terhadap anak. Hal ini meliputi pembentukan tim pemantau,
pelatihan bagi petugas terkait, serta mekanisme pelaporan yang mudah
diakses dan aman bagi korban atau pihak yang melihat adanya kekerasan
terhadap anak. Pelaporan ini harus dilakukan dengan kerahasiaan dan
perlindungan identitas pelapor.
4. Penyuluhan dan Pendidikan Masyarakat: Perda tersebut dapat
mewajibkan penyelenggaraan kegiatan penyuluhan dan pendidikan
masyarakat tentang pentingnya perlindungan anak, hak-hak anak, serta
tindakan pencegahan kekerasan terhadap anak. Kegiatan ini dapat
dilakukan melalui seminar, lokakarya, kampanye sosial, dan materi
pendidikan yang disebarkan ke sekolah-sekolah dan masyarakat luas.
5. Kolaborasi dengan Instansi Terkait: Perda tersebut dapat mendorong
kolaborasi antara pemerintah kabupaten Karawang dengan instansi-
instansi terkait, seperti kepolisian, lembaga sosial, rumah sakit, sekolah,
dan pusat rehabilitasi. Kolaborasi ini bertujuan untuk memastikan
penanganan kasus kekerasan terhadap anak dilakukan secara terintegrasi
dan koordinatif, serta memberikan perlindungan yang optimal bagi korban.
6. Sanksi dan Hukuman bagi Pelaku Kekerasan terhadap Anak: Perda
tersebut dapat mengatur sanksi dan hukuman yang tegas bagi pelaku
kekerasan terhadap anak. Hal ini termasuk upaya untuk mendorong
penuntutan hukum terhadap pelaku dan memberikan keadilan bagi korban.
Sanksi dan hukuman ini harus sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku di Indonesia.

8
II.II FAKTOR PENGHAMBAT PERDA KABUPATEN KARAWANG
NOMOR 4 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN
PERLINDUNGAN ANAK

Faktor penghambat dalam implementasi Perda Kabupaten Karawang


Nomor 4 Tahun 2016 tentang Penyelenggaraan Perlindungan Anak
dapat bervariasi tergantung pada situasi dan konteks yang ada.
Berikut adalah beberapa faktor penghambat umum yang mungkin
terjadi:
1. Kurangnya Kesadaran dan Pemahaman: Salah satu faktor
penghambat utama adalah kurangnya kesadaran dan pemahaman
yang memadai tentang perlindungan anak di kalangan masyarakat,
aparat pemerintah, dan pelaku kebijakan. Jika masyarakat dan
pihak terkait tidak memahami pentingnya perlindungan anak dan
ketentuan yang diatur dalam Perdatersebut, implementasinya akan
terhambat.
2. Kurangnya Sumber Daya Manusia dan Keuangan: Implementasi
Perda membutuhkan dukungan sumber daya manusia dan
keuangan yang memadai. Kurangnya tenaga ahli yang terlatih dan
terampil dalam bidang perlindungan anak serta alokasi anggaran
yang tidak memadai dapat menjadi penghambat yang signifikan
dalam menjalankan program dan kegiatan perlindungan anak.
3. Ketidakter sediaan Saranadan Prasarana : Keberhasilan
implementasi Perda juga bergantung pada ketersediaan sarana
dan prasarana yang memadai. Kurangnya fasilitas seperti pusat
perlindungan anak, pusat rehabilitasi, atau lembaga penegak
hukum yang spesifik untuk kasus anak dapat menghambat upaya
perlindungan anak yang efektif.
4. Konflik kepentingan dan Resistensi: Terkadang, implementasi
Perdadapat menghadapi hambatan dari pihak-pihak yang memiliki
kepentingan yang bertentangan atau merasa terancam dengan
upaya perlindungan anak. Mereka mungkin menghalangi atau
menghambat implementasi Perda dengan melakukan resistensi
atau melakukan manipulasi terhadap proses implementasi.

9
5. Kurangnya Koordinasi dan Kolaborasi Antarinstansi: Implementasi
Perda yang melibatkan banyak pihak memerlukan koordinasi dan
kolaborasi yang baik antar instansi terkait. Jika koordinasi dan
kolaborasi tidak efektif, terjadi tumpang tindih tugas dan tanggung
jawab, serta kurangnya sinergi dalam upaya perlindungan anak.

6. Ketidak cukupan Monitoring dan Evaluasi: Penting untuk


melakukan monitoring dan evaluasi secara teratur terhadap
implementasi Perda. Jika monitoring dan evaluasi tidak dilakukan
secara konsisten dan komprehensif, sulit untuk mengetahui sejauh
mana ke berhasilan implementasi serta mengidentifikasi hambatan
dan masalah yang perlu diatasi.
Untuk mengatasi faktor-faktor penghambat tersebut, perlu
dilakukan upaya yang melibatkan pendekatan edukasi dan
sosialisasi kepada masyarakat, peningkatan sumber daya manusia
dan keuangan, penyediaan sarana dan prasarana yang memadai,
membangun koordinasi dan kolaborasi yang kuatantar instansi
terkait, serta meningkatkan sistem pemantauan dan evaluasi
implementasi Perda secara berkelanjutan. baik antar instansi
terkait. Jika koordinasi dan kolaborasi tidak efektif, terjadi tumpang
tindih tugas dan tanggung jawab, serta kurangnya sinergi dalam
upaya perlindungan anak.

10
7. Ketidak cukupan Monitoring dan Evaluasi: Penting untuk
melakukan monitoring dan evaluasi secara teratur terhadap
implementasi Perda. Jika monitoring dan evaluasi tidak dilakukan
secara konsisten dan komprehensif, sulit untuk mengetahui sejauh
mana ke berhasilan implementasi serta mengidentifikasi hambatan
dan masalah yang perlu diatasi.
Untuk mengatasi faktor-faktor penghambat tersebut, perlu
dilakukan upaya yang melibatkan pendekatan edukasi dan
sosialisasi kepada masyarakat, peningkatan sumber daya manusia
dan keuangan, penyediaan sarana dan prasarana yang memadai,
membangun koordinasi dan kolaborasi yang kuatantar instansi
terkait, serta meningkatkan sistem pemantauan dan evaluasi
implementasi Perda secara berkelanjutan.

11
BAB III
PENUTUP
III.I KESIMPULAN

A. IMPLEMENTASI PERDA KABUPATEN KARAWANG NOMOR 4


TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN
ANAK

Dibuatnya Perda Kabupaten Karawang Nomor 4 Tahun 2016,


pemerintah daerah berupaya untuk melindungi anak-anak dari berbagai
bentuk kekerasan, eksploitasi, dan perlakuan yang tidak sesuai dengan
hak-hak mereka. Dan bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup anak
-anak dan memberikan mereka akses yang setara terhadap pendidikan,
kesehatan, dan perlindungan hukum.

B. FAKTOR PENGHAMBAT PERDA KABUPATEN KARAWANG NOMOR


4 TAHUN 2016 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN
ANAK

Dengan adanya faktor-faktor penghambat, perlu dilkukan upaya yang


melibatkan pendekatan edukasi dan sosialisasi kepada masyarakat,
peningkatan sumber daya manusia dan keuangan, penyediaan sarana
dan prasana yang memadai, membangun koordinasi dan kolaborasi
yang kuat antar instansi terkait, serta meningkatkan sistem
pemantauan dan evaluasi implementasi Perda secara berkelanjutan.

12
DAFTAR PUSTAKA

faktor penghambat dalam implementasi PerdaKabupaten Karawang Nomor


Tahun 2016 tentang Penyelenggaraan Perlindungan Anak sangat
tepat.(2016).

perdana 4 tahun 2016. (2016). karawang : pemerintah daerah karawang.

13

Anda mungkin juga menyukai