Anda di halaman 1dari 6

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Pembangunan Daerah
Pembangunan daerah adalah suatu proses bahwa pemerintah daerah dan masyarakat
mengelolah sumber daya yang ada dan membentuk suatu pola kemitraan antara pemerintah
daerah dengan sektor swasta untuk menciptakan suatu lapangan kerja baru dan merangsang
perkembangan ekonomi dan wilayah tersebut (Arsyad, 1999). Selanjutnya menurut Joshep
(2006) bahwa dilihat dari aspek ekonomi, daerah mempunyai pengertian yaitu :
1. Daerah homogen adalah suatu daerah yang dianggap sebagai ruang tempat kegiatan ekonomi
terjadi dan di dalam berbagai pelosok ruang tersebut terdapat sifat-sifat yang sama.
Kesamaan sifat-sifat tersebut antara lain dari segi pendapatan perkapita, sosial budaya dan
geografis.
2. Daerah nodal yaitu suatu daerah dianggap sebagai suatu ekonomi ruang yang dikuasai oleh
satu atau beberapa pusat kegiatan ekonomi.
3. Daerah perencanaan yaitu suatu daerah ekonomi ruang yang berada di bawah satu
administrasi tertentu seperti suatu Propinsi, Kabupaten, Kecamatan dan sebagainya.
Pembangunan daerah yaitu berkenaan dengan tingkat dan perubahan selama kurun
waktu tertentu suatu set variabel-variabel produksi, penduduk, angkatan kerja, rasio modal,
tenaga, dan imbalan bagi faktor dalam daerah yang dibatasi secara jelas Aziz (1994). Menurut
Gant (1979), suatu dukungan pemerintah bagi pembangunan sosial dan ekonomi memerlukan
reorientasi terhadap badan-badan pemerintah dan system-sistem, di dalam Negara, wilayah,
Propinsi dan daerah-daerah di seluruh Negara. Sedangkan Ibrahim Hasan (1997), mengatakan
bahwa pada hakekatnya masing-masing daerah tingkat Satu dan daerah tingkat Dua merupakan
wilayah-wilayah pembangunan yang lengkap.
Pembangunan daerah juga mempunyai permasalahan yang dihadapi. Djojodipuro (1992)
mengemukakan secara garis-garis besar masalah daerah dapat diklasifikasikan menjadi tiga
yaitu :
1. Daerah terkebelakang merupakan daerah dengan kapasitas maupun sumber produksi yang
belum atau kurang dikembangkan.
2. Daerah dengan kegiatan yaitu daerah yang penuh mengalami kemajuan, tetapi karena suatu
hal mengalami kemunduran yang mencolok.
3. Daerah padat yaitu daerah yang kegiatan ekonominya telah mencapai skala yang mulai
membawakan berbagai pemborosan sosial maupun ekonomi.
Pembangunan merupakan upaya secara sadar untuk mengubah nasib bangsa.
Pembangunan ialah upaya untuk mengubah masa lampau yang buruk menjadi zaman lebih
baik, dan juga merupakan upaya yang terus-menerus untuk membuat yang lebih baik menjadi
lebih baik lagi. Di dalam pembangunan terkandung niat untuk mewariskan masa depan yang
lebih membahagiakan bagi generasi yang akan datang (Adisasmita 2005). Selanjutnya
dikatakannya pembangunan wilayah yang aplikatif harus senantiasa mempertimbangkan
kemampuan dan potensi masing-masing wilayah serta masalah-masalah mendesak yang
dihadapi, sehingga upaya-upaya pembangunan yang berlangsung dalam tiap-tiap wilayah
benar-benar sesuai dengan keadaan masing-masing wilayah. Selanjutnya dalam
implementasinya pembangunan harus memperhatikan metode atau cara yang tepat agar dapat
menciptakan sasaran-sasaran pembangunan sesuai dengan yang dikehendaki. Prinsip utama
yang dikemukakan dalam implementasi pembangunan :
1. Perencanaan harus disusun berdasarkan pada kemampuan efektif untuk melaksanakan
pembangunan.
2. Kesadaran dan dukungan politik untuk suatu kebijaksanaan harus senantiasa dipupuk.
1
3. Penggunaan instrumen–instrumen atau sarana-sarana untuk pembangunan wilayah harus
direncanakan secara terkoordinasi.
4. Suatu keseimbangan nasional dalam pembangunan antar wilayah harus tetap dipertahankan.
Untuk mencapai pertumbuhan ekonomi daerah yang optimal maka kebijakan utama
yang perlu dilakukan oleh pemerintah daerah adalah mengusahakan agar prioritas
pembangunan dilaksanakan sesuai dengan potensi yang dimiliki daerah bersangkutan Jhingan
(1975). Berdasarkan penjelasan sebelumnya dapat ditarik kesimpulan bahwa pembangunan
ekonomi adalah upaya yang dilakukan pemerintah daerah dan masyarakatnya dalam mengelola
sumber daya yang tersedia untuk menciptakan berbagai lapangan kerja baru dan merangsang
perkembangan kegiatan-kegiatan ekonomi baru dalam suatu wilayah.

B. Penataan Ruang dan Manajemen Infrastruktur Dalam Penanganan Banjir


Bencana banjir yang terjadi belakangan ini lebih disebabkan adanya eksploitasi tata
ruang lahan secara berlebihan. Tata ruang sendiri sebenarnya telah diatur mulai dari
perencanaan, pemanfaatan, dan pengendaliannya di dalam Undang-Undang (UU) Penataan
Ruang No. 26 tahun 2007, sebagai penyempurnaan dari UU sebelumnya No. 24 tahun 1992.
Namun kondisi saat ini bahwa prinsip-prinsip penataan ruang masih belum dilaksanakan secara
optimal. Hal ini dapat dilihat dari masih banyaknya proses pembangunan yang melanggar
ketentuan di dalam Rencana Tata Ruang Wilayah, namun tidak ada sanksi yang tegas bagi
setiap pelanggaran tersebut.
Kaidah-kaidah utama dalam UU Penataan Ruang yang mengedepankan keseimbangan
antara kawasan budidaya dan kawasan lindung di langgar, padahal alam memiliki kapasitas
daya dukung tertentu. Kawasan perkotaan yang secara alami terbentuk sebagai tempat parkir
air di kala musim hujan tiba diklaim sebagai daratan yang bisa dibudidayakan dengan
memanfaatkan teknologi. Sungai-sungai di alihkan alirannya dan bahkan banyak yang ditutup
untuk dibangun kawasan budidaya. Beberapa atau bahkan sebagian besar fungsi Ruang
Terbuka Hijau (RTH) sebagai daerah resapan air dirasakan tidak memberikan keuntungan
secara ekonomi. Hal itu di perburuk dengan semangat Pemerintah daerah dalam mengejar
pendapatan daerah. Maka terjadi perubahan fungsi besar-besaran terhadap fungsi-fungsi
resapan yang sangat dibutuhkan untuk menjaga keseimbangan alam menjadi fungsi-fungsi
budidaya yang sangat tidak ramah lingkungan.
Sesuai dengan tugas dan fungsinya, Departemen Pekerjaan Umum melakukan berbagai
macam pembangunan fisik jalan dan jembatan dan penyediaan air bersih. Tidak hanya itu,
penataan ruang dan permukiman juga menjadi tugas dari departemen. Demikian dikatakan
Amwazi Idrus, Kepala Pusat Komunikasi Publik, Departemen Pekerjaan Umum. Lebih lanjut
Amwazi mengatakan, disetiap daerah memerlukan infrastruktur yang berbeda sesuai dengan
kebutuhan. Sehingga, apa yang dibangun oleh departemen sesuai dengan kebutuhan daerah
tersebut jika masih menjadi tugas pemerintah pusat. Namun, kami mencoba menyamaratakan
dengan pembangunan dan pengembangan infrastruktur secara berkesinambungan. Selain itu,
pembangunan dan pengembangan infrastruktur di pedesaan juga dapat mendorong
meningkatnya perekonomian Desa dan penciptaan lapangan pekerjaan. ”Pembangunan
infrastruktur di Desa pasti memerlukan sumber daya manusia lokal sehingga membuka
lapangan pekerjaan bagi  masyarakat Desa”.
C. Sumber Daya Alam
2
Dalam literatur ekonomi sumber daya, pengertian atau konsep sumberdaya di
definisikan cukup beragam. Ensiklopedia (Webster), misalnya, mendefinisikan sumberdaya
antara lain sebagai :
1. Kemampuan untuk memenuhi atau menangani sesuatu.
2. Sumber persediaan, penunjang atau bantuan.
3. Sarana yang dihasilkan oleh kemampuan atau pemikiran seseorang.
Dalam pengertian umum, sumberdaya di definisikan sebagai sesuatu yang dipandang
memiliki nilai ekonomi. Dapat dikatakan bahwa sumberdaya merupakan komponen dari
ekosistem yang menyediakan barang dan jasa yang bermanfaat bagi kebutuhan manusia. Grima
dan Berkes (1989) mendefinisikan sumberdaya sebagai asset untuk pemenuhan kepuasan dan
utilitas manusia. Rees Dalam Fauzi (2004) lebih jauh mengatakan bahwa sesuatu untuk dapat
dikatakan sebagai sumberdaya harus memiliki dua kriteria, yakni :
1. Harus ada pengetahuan, teknologi atau ketrampilan (skill) untuk memanfaatkannya.
2. Harus ada permintaan (demand) terhadap sumber daya tersebut.
Kalau kedua kriteria tersebut tidak dimiliki, maka sesuatu potensi itu kita sebut barang
netral, Jadi, tambang emas yang terkandung di dalam bumi misalnya, jika kita tidak memiliki
pengetahuan dan ketrampilan memanfaatkannya dan tidak ada (demand) untuk komoditas
tersebut, tambang emas tersebut masih dalam kriteria barang netral. Namun pada saat
pemerintahan ada dan teknologi tersedia menjadi sumberdaya atau (resource). Dengan
demikian dalam pengertian ini defenisi sumberdaya terkait dengan kegunaan (Usefulness), baik
masa kini maupun masa mendatang bagi umat manusia. Selain dua kriteria di atas, definisi
sumberdaya juga terkait pada dua aspek, yakni teknis yang memungkinkan bagaimana sumber
daya dimanfaatkan, dan aspek kelembagaan yang menentukan siapa yang mengendalikan
sumberdaya dan bagaimana teknologi digunakan. Aktivitas ekstrasi sumberdaya ikan, misalnya,
melibatkan aspek teknis menyangkut alat tangkap, tenaga kerja, dan kapal, serta aspek
kelembagaan yang menentukan pengaturan siapa saja yang boleh menangkap ikan. Jika
misalnya, aspek kelembagaan ini tidak berfungsi baik, sumber daya ikan akan terkuras habis
tanpa memberi manfaat yang berarti bagi manusia.
Pengertian sumberdaya sendiri dalam ilmu ekonomi sudah dikenal sejak beberapa abad
lalu. Ketika Adam Smith, Bapak ilmu ekonomi menerbitkan buku (Wealth Of Nation) pada
tahun 1776, konsep sumberdaya sudah digunakan dalam kaitannya dengan proses produksi.
Dalam pandangan Adam Smith, sumber daya di artikan sebagai seluruh faktor produksi yang di
perlukan untuk menghasilkan (output). Dalam pengertian ini sumberdaya merupakan
komponen yang diperlukan untuk aktivitas ekonomi yang secara matematis dapat ditulis
sebagai :У= (x1,x2,..xn), Diamana У adalah maksimum kuantitas dari (output) yang dihasilkan

jika x1,x2,…xn unit dari (input) digunakan secara optimal. Secara eksplisit, (x) misalnya, sering

ditulis sebagai (L,K), dimana L adalah tenaga kerja dan K adalah capital (aset). Dalam
konsep ekonomi klasik ini, sumber daya diidentikkan dengan (input) produksi.
Lingkungan diartikan sebagai kombinasi antar kondisi fisik dan kelembagaan. Kondisi
fisik mencakup keadaan sumber daya alam seperti tanah, air, energi surya, udara, mineral, serta
flora dan fauna yang tumbuh diatas tanah maupun di dalam lautan. Sedangkan bagian
kelembagaan dari lingkungan adalah ciptaan manusia sebagai keputusan bagaimana
menggunakan lingkungan fisik. Hal ini meliputi apa yang dianggap orang sebagai sesuatu yang
bernilai tinggi dalam penggunaan sumber daya alam, organisasinya, prosedurnya, serta
3
peraturan penggunaan sumberdaya alam untuk menghasilkan barang dan jasa yang dibutuhkan
manusia Suparmoko (1997).

D. Dampak Lingkungan
Analisis mengenai dampak lingkungan (AMDAL) berasal dari Undang-Undang NEPA
1969 di Amerika Serikat dalam undang-undang ini AMDAL dimaksudkan sebagai alat untuk
merencanakan tindakan preventif terhadap kerusakan lingkungan yang mungkin akan
ditimbulkan oleh suatu aktivitas pembangunan yang sedang direncanakan. DiIndonesia analisis
mengenai dampak lingkungan tertera dalam pasal 16 Undang-Undang No. 4 tahun 1982 tentang
ketentuan-ketentuan pokok pengelolaan lingkungan hidup. Pelaksanaannya diatur dengan
peraturan pemerintah (PP) No. 29 tahun 1986 yang mulai berlaku pada 5 juni 1987. PP No. 29
tahun 1986 kemudian dicabut dan diganti dengan PP No. 51 tahun 1993. Dari uraian di atas
dapat diartikan dampak sebagai pengaruh aktivitas manusia dalam pembangunan terhadap
lingkungan. Hal ini dapat dimengerti karena tujuan Undang-Undang tersebut untuk melindungi
lingkungan terhadap pembangunan yang tidak bijaksana. Soemarwoto (1996).
Rasidin (1999), mengatakan bahwa untuk meningkatkan kegiatan perekonomian
nasional agar tingkat perkembangan ekonomi sedapat mungkin lebih besar dari pada tingkat
pertumbuhan penduduk, pemerintah, secara kualitatif dan kuantitatif meningkatkan proyek-
proyek pembangunan di segala bidang. Dalam proses pembangunan tersebut umumnya aspek
lingkungan kurang diperhatikan, baru disadari kemudian ketika ada perusakan dan pencemaran
lingkungan yang merugikan, baik untuk kehidupan masa kini maupun untuk kehidupan masa
yang akan datang.
Perencanaan dan pelaksanaan proyek pembangunan dan penggalian sumber alam harus
disertai dengan :
1. Strategi pembangunan yang sadar akan persoalan lingkungan hidup, dengan dampak
ekologi yang sekecil-kecilnya.
2. Suatu politik lingkungan se-Indonesia yang bertujuan mewujudkan persyaratan kehidupan
masyarakat Indonesia yang lebih baik untuk puluhan tahun yang akan datang.
3. Eksploitasi sumber hayati di dasarkan tujuan kelestarian lingkungan, dengan prinsip
memanen hasil tidak akan menghancurkan daya regenerasinya.
4. Perencanaan pembangunan dalam rangka memenuhi kebutuhan penghidupan, hendaknya
dengan tujuan mendapatkan suatu keseimbangan dinamis dengan lingkungan hingga
memberikan keuntungan secara fisik, ekonomi, dan sosial spiritual.
5. Usahakan agar sebagian hasil pembangunan dapat dipergunakan untuk memperbaiki
kerusakan lingkungan akibat proyek pembangunan, dalam rangka menjaga kelestarian
lingkungan
6. Pemakaian sumber alam yang tidak dapat diganti, harus sehemat dan seefisian mungkin.
Faktor pengintegrasian perlindungan lingkungan ke dalam perencanaan pembangunan
agar menguntungkan langsung secara ekonomi, juga tidak akan menyebabkan perubahan pada
lingkungan, biotik, abiotik, dan sosial budaya dari masyarakat. Dalam perspektif biofisik,
pencemaran diartikan sebagai masuknya aliran residual (residual flow) yang diakibatkan oleh
perilaku manusia, ke dalam sistem lingkungan. Apakah kemudian residual lingkungan
mengakibatkan kerusakan atau tidak, tergantung pada kemampuan penyerapan media
lingkungan, seperti air, tanah, maupun udara. Selain itu, penting juga untuk membedakan antara
pencemaran aliran (flow pollution). Pencemaran aliran merupakan pencemaran yang
4
ditimbulkan oleh residual yang mengalir masuk ke dalam lingkungan. Pencemaran ini
tergantung pada laju aliran yang masuk ke dalam lingkungan, artinya jika aliran ini berhenti
pencemaran juga akan berhenti. Pencemaran stok (stock pollution) terjadi jika kerusakan yang
ditimbulkan merupakan fungsi dari stok residual dan bersifat kumulatif. Akumulasi ini terjadi
jika jumlah bahan pencemar yang di produksi melebihi kapasitas penyerapan lingkungan.
Dari perspektif ekonomi, pencemaran bukan saja dilihat dari hilangnya nilai ekonomi
sumber daya akibat berkurangnya kemampuan sumber daya. Secara kualitas dan kuantitas
untuk mensuplai barang dan jasa namun dari dampak pencemaran tersebut terhadap
kesejahteraan masyarakat.
E. Penanggulangan Bencana Banjir
Sebagai alternatif upaya penanggulangan bencana. Diantara kondisi alam yang
mendukung terjadinya bencana yang disebabkan oleh : curah hujan yang tinggi, posisi
Indonesia yang terletak pada jalur subduksi lempeng tektonik, terdapatnya banyak gunung api
aktif, pola struktur geologi aktif, serta kemungkinan interaksi akibat bencana alam dan ulah
manusia, seperti: adanya degradasi lingkungan, pemanfaatan dan pengolahan sumberdaya alam
yang tidak tersistematik dan terencana Suryono Fajar (2008). 
Definisi dan pengertian akan hal-hal yang berkaitan dengan kebencanaan dan upaya-
upaya penanggulangannya perlu dipahami oleh para pengambil kebijakan serta institusi
penanggulangan bencana alam sebagai dasar untuk menyamakan persepsi dan menyatukan
bahasa, sehingga dengan pemahaman yang sama akan dapat diperoleh kesamaan pandang
dalam menangani dan menanggulangi bencana. Bencana (disaster), merupakan rangkaian
peristiwa yang disebabkan oleh alam, manusia dan atau keduanya yang mengakibatkan korban
dan penderitaan manusia, kerugian harta benda, kerusakan lingkungan, kerusakan sarana,
prasarana, dan utilitas umum serta menimbulkkan gangguan terhadap tata kehidupan dan
masyarakat. 
Pengelolaan bencana (disaster management), yaitu bentuk kebijakan dan keputusan
administratif serta aktifitas operasional yang berkaitan dengan berbagai tahapan dari
penanggulangan suatu bencana. Penanggulangan bencana merupakan segala upaya kegiatan
yang dilakukan meliputi kegiatan pencegahan, penjinakan (mitigasi), penyelamatan, rehabilitasi
dan rekonstruksi, baik sebelum, pada saat maupun setelah bencana dan menghindarkan dari
bencana yang terjadi.  Mitigasi bencana merupakan segala upaya dan kegiatan yang dilakukan
untuk mengurangi dan memperkecil akibat-akibat yang ditimbulkan oleh bencana. Pencegahan
bencana merupakan segala upaya dan kegiatan yang dilakukan untuk meniadakan sebagian atau
seluruh bencana yang terjadi. 
Peringatan dini (early warning system), merupakan proses monitoring situasi dalam
masyarakat atau daerah yang diketahui rawan terhadap bahaya bencana. Penanggulangan
bencana, diperlukan data yang akurat tentang kejadian bencana itu sendiri. Diantara data yang
diperlukan tersebut yaitu:
1. Lokasi bencana (where), hal ini perlu diketahui sebagai dasar untuk perencanaan
pelaksanaan penanggulangan bencana kemudian juga tentu bencana yang terjadi di
perkotaan akan jauh berbeda kerugian atau kehilangan jiwa maupun hartanya dibanding
dengan bencana yang terjadi di pedesaan.
2. Penyebab bencana (why), ini dapat diperkirakan melalui analisis peta atau analisis
lapangan,
3. Waktu kejadian bencana (when), waktu kejadian yang tepat mungkin sulit diramal,
namun dapat diperkirakan; perkiraan waktu kejadian dapat didasarkan pada data historis,

5
data seri dan data hasil pemantauan; perkiraan dapat juga didasarkan pada perubahan gejala
alam dan perilaku makhluk hidup (binatang).
4. Bagaimana kejadian dari bencana (how), kejadian proses berlangsungnya bencana itu
dapat dibedakan berdasarkan kecepatan dan besarannya, durasi kejadiannya.
Menurut Irianto Gatot (2005) ada dua strategi implementasi yang harus dilakukan agar
penyelesaian masalah banjir dan genangan berada pada jalur yang benar (on the correct track),
(1) pembentukan struktur organisasi dan pengembangan sumberdaya manusia (capacity
building) dan (2) implementasi teknologi mitigasi di lapangan. Berkaitan dengan struktur,
penanggulangan banjir dan genangan harus dilakukan oleh satu instansi saja. Adanya satu
instansi pengelola Daerah Aliran Sungai membuat masalah implementasi yang selama ini terus
mengandung kritik dari berbagai pihak dapat dipantau tingkat keberhasilan dan
pertanggungjawaban publiknya.
Program starategi yang mendesak untuk dilakukan agar masalah banjir dan genangan
segera menemukan solusinya yaitu kombinasi monitoring (online monitoring) dan (public
punishment) merupakan solusinya, untuk menekan laju kerusakan lingkungan dan memantau
kinerja program perbaikannya, pendekatan system (online monitoring) sangat diperlukan.
Melalui pendekatan system (online), pengelola Daerah Aliran Sungai dapat menginformasikan
setiap perubahan (magnitude) masukan sistem curah hujan dan parameter system jenis dan
tutupan lahan, infiltrasi kepada pemangku kepentingan (stakeholders ) ada dua manfaat yang
diperoleh dengan menggunakan pendekatan (online) : (1) Perubahan magnitude sistem akibat
pelanggaran dan atas izin siapa pun dapat diakses, dipantau, dan diinformasikan kepada publik
sehingga menjadi sistem pengawasan melekat. (2) Program mitigasi dan adaptasi dapat di
determinasi jenis, kerapatan, komposisi, dan lokasinya dapat dipantau oleh masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai