Anda di halaman 1dari 69

MO DUL 2

Hakikat, Martabat, dan


Tanggung Jawab Manusia

Drs. Syaiful Mikdar, M.Pd.

P E N D A H U L U A N

P ada modul dua ini Anda akan diajak untuk mempelajari tentang
“Hakikat, Martabat dan Tanggung Jawab Manusia”. Ada tiga pertanyaan
yang harus Anda jawab. Jika ketiga pertanyaan tersebut dapat Anda jawab
berarti Anda sudah memahami materi pada modul ini. Ketiga pertanyaan ini
sebagai berikut.
1. Apa sebetulnya hakikat manusia menurut ajaran islam?
2. Bagaimana martabat manusia menurut ajaran islam?
3. Bagaimana tanggung jawab manusia menurut ajaran islam?

Agar ketiga pertanyaan ini dapat Anda jawab dengan baik, modul ini
akan memberikan penjelasan tentang hakikat manusia, martabat manusia,
dan tanggung jawab manusia. Pembahasan materi pada modul ini akan
dibagi menjadi tiga Kegiatan Belajar (KB).
Kegiatan Belajar 1: Hakikat Manusia.
Kegiatan Belajar 2: Martabat Manusia.
Kegiatan Belajar 3: Tanggung jawab
Manusia.

Setelah mempelajari modul ini, Anda diharapkan dapat menjelaskan


hakikat, martabat dan tanggung jawab manusia. Secara lebih khusus setelah
menyelesaikan modul ini dengan baik, Anda diharapkan mampu
menjelaskan:
1. hakikat manusia;
2. martabat manusia;
3. makna tanggung jawab manusia.
2.2 PENDIDIKAN AgAMA ISLAM •

Agar materi yang dipelajari benar-benar efektif, pada setiap akhir


pembahasan materi disertakan bahan latihan yang harus Anda kerjakan,
dengan disediakan rambu-rambu jawabannya. Setelah Anda mengerjakan
latihan Anda diharapkan pula untuk mempelajari “rangkuman” materi yang

Anda pelajari. Selanjutnya “Tes Formatif” dalam bentuk multiple choice


sebanyak sepuluh soal perlu Anda menjawabnya. Untuk mengetahui benar
tidaknya jawaban Anda, silakan periksa dengan menggunakan kunci jawaban
yang tersedia. Jika jawaban Anda telah mencapai > 80% Anda dapat
melanjutkan ke kegiatan belajar berikutnya.
Untuk memudahkan Anda dalam memahami materi yang dipelajari,
perhatikan hal-hal sebagai berikut.
1. Pahami setiap konsep atau prinsip atau prosedur yang disajikan dalam
bagian uraian beserta contoh yang tersedia. Bila ada pertanyaan atau
tugas singkat jawablah atau kerjakan dengan baik.
2. Mantapkan pemahaman Anda melalui refleksi atau pengendapan sendiri
bila perlu diskusikan dengan teman Anda.
3. Manfaatkan pertemuan tutorial tatap muka untuk memantapkan
pengertian Anda terutama tentang konsep, prinsip, prosedur yang bagi
Anda masih meragukan.

Selamat belajar!
• MKDU4221/MODUL 2 2.3

KEg I A TA N
B EL A JA R 1

Hakikat Manusia

P
ada hakikatnya manusia adalah salah satu dari makhluk yang diciptakan
Allah. Namun manusia memiliki kedudukan yang paling mulia
dibandingkan dengan makhluk lainnya. Untuk mengetahui bagaimana
pandangan ajaran islam terhadap hakikat manusia, tentu kita harus kembali
kepada Al-qur‟an. Berikut ini ayat-ayat Al-qur‟an yang berkaitan dengan
hakikat manusia.
Manusia adalah makhluk Allah SWT yang bersifat lahir (syahadah) dan
ghaib (non fisik). Q.S. Al-Mu'minuun (23): 12-14 menyatakan:

Artinya: ''Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari saripati


(berasal) dari tanah (12). Kemudian Kami jadikan saripati itu air
mani (yang disimpan) dalam tempat yang kokoh (rahim) (13).
Kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah, lalu segumpal
darah itu Kami jadikan segumpal daging, dan segumpal daging itu
Kami jadikan tulang belulang, lalu tulang-belulang itu Kami
bungkus dengan daging. Kemudian Kami jadikan dia makhluk yang
(berbentuk) lain. Maka Maha Sucilah Allah Pencipta yang paling
baik''(14).
2.4 PENDIDIKAN AgAMA ISLAM •

Q.S. Ali-Imran (3) : 190-191, menjelaskan:

Artinya: ''Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi serta silih


bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang
yang berakal (190). (Yaitu) orang-orang yang mengingat Allah
sambil berdiri dan duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka
memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata):
''Ya Tuhan Kami, tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia,
Maha Suci Engkau, maka peliharalah kami dari siksa neraka'' (191).

Q.S. As-Sajdah (32) : 7, Allah berfirman:

Artinya: ''Yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptakan sebaik-baiknya


dan Yang memulai penciptaan manusia dari tanah'' (7).
• MKDU4221/MODUL 2 2.5

Q.S. Qaaf (50) : 16, dikatakan:

Artinya: ''Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan


mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat
kepadanya daripada urat lehernya” (16).

Q.S. At-Tiin (95) : 4, dijelaskan:

Artinya: ''Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk


yang sebaik-baiknya'' (4).

Zat yang bersifat lahir dan gaib itu menentukan postur manusia sebagai
makhluk yang paling sempurna. Manusia mempunyai anggota badan,
khususnya otak dan jantung yang berfungsi sebagai mekanisme biologi, yaitu
seperangkat subsistem di dalam sistem tubuh manusia untuk menunjukkan
keberadaannya (eksistensinya).
Susunan anggota badan manusia (fisik) sebenarnya sangat kompleks,
tidak hanya terdiri dari otak dan jantung saja, yang masing-masing anggota
badan satu sama lain dihubungkan melalui susunan syaraf yang sangat
kompleks pula. Keadaan itu pun masih menggambarkan manusia yang
kurang lengkap, karena kelengkapan manusia tidak hanya dari wujud
fisiknya saja, akan tetapi juga dari kenyataan non fisik yang justru tidak
dimiliki oleh makhluk lain. Seperti ruh dan jiwa yang memerankan adanya
proses berpikir, merasa, bersikap dan berserah diri serta mengabdi yang
merupakan mekanisme, kejiwaan manusia sebagai makhluk Allah.
Dalam kaitan ini kita dapat memahami firman Allah surat Al-Mu'min
(40) : 35 di bawah ini.
2.6 PENDIDIKAN AgAMA ISLAM •

Artinya: ''(Yaitu) orang-orang yang memperdebatkan ayat-ayat Allah tanpa


alasan yang sampai kepada mereka. Amat besar kemurkaan (bagi
mereka) di sisi Allah dan di sisi orang-orang yang beriman.
Demikianlah Allah mengunci mata hati orang-orang sombong dan
sewenang-wenang.''

Kedua mekanisme yang terdapat pada manusia, yaitu mekanisme biologi


yang berpusat pada jantung (sebagai pusat hidup) dan mekanisme kejiwaan
yang berpusat pada otak (otak sebagai lembaga pikir, rasa, dan sikap sebagai
pusat kehidupan).
Gambaran bahwa manusia merupakan makhluk yang sempurna,
mungkin dapat dilihat dari kemampuannya untuk menentukan tujuan hidup.
Tujuan hidup itu berdasarkan satu tata nilai yang memberikan corak pada
seluruh kehidupan manusia yang terdiri dari proses mengetahui, mengalami,
memikirkan, merasakan, dan membentuk sikap tertentu yang akhirnya
tersusun pada suatu pola perilaku yang dapat menghasilkan karya manusia,
baik yang bersifat fisik maupun bersifat non fisik. Tinggi rendahnya derajat
kemampuan, sempit luasnya cakupan tergantung pada kapasitas otak (Q.S.
Al-Mu'min. (40) : 35), melalui pusat susunan syaraf (terletak pada sumsum
tulang belakang) sehingga memungkinkan seluruh anggota badan berfungsi
dalam rangka pencapaian cita-cita. Cita-cita tersebut sering kali diistilahkan
dengan akhlakul karimah atau perilaku yang baik.
Perhatikan firman Tuhan dalam Q:S. Ath-Thaariq (86) : 7 berikut ini.

Artinya: ''Yang ke luar dari antara tulang sulbi laki-laki dan tulang (dada)
perempuan''.
• MKDU4221/MODUL 2 2.7

Q.S. Al-Mujaadilah (58) : 11; Allah berfirman:

Artinya: ''Hai orang-orang yang beriman, apabila dikatakan kepadamu:


''Berlapang-lapanglah dalam majelis, maka lapangkanlah, niscaya
Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan:
''Berdirilah kamu, maka berdirilah, niscaya Allah akan meninggikan
orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi
ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui
apa yang kamu kerjakan''.

Sabda Rasul:

Innama buits-tu liutammima makaarimal akhlaaq

Artinya: ''Sesungguhnya aku (Muhammad) diutus untuk menyempurnakan

akhlak (budi pekerti)”. (Diriwayatkan oleh Ahmad, Baihaqi, dan


Hakim).

Perkembangan kematangan wawasan kognitif itu adalah kemampuan


untuk mengenal, mengetahui, menganalisis, menyusun, menyimpulkan, dan
merumuskan. Wawasan afektif atau kemampuan untuk mempertajam
kepekaan rasa keindahan, kekaguman, keterharuan, penghalusan budi,
kecenderungan pada yang baik, keengganan pada yang negatif tergantung
pada masukan berupa informasi sebagai perbendaharaan yang dapat diolah
di dalam kedua wawasan tersebut di atas.
Proses penyampaian informasi merupakan proses pendidikan dari
tingkat yang paling rendah sampai ke tingkat yang paling tinggi, yang pada
hakikatnya merupakan esensi dari risalah yang membuahkan hidayah kepada
2.8 PENDIDIKAN AgAMA ISLAM •

seseorang. Ini sebenarnya adalah pembentukan kondisi seseorang yang


dimulai dengan peningkatan kekuatan daya otak sebagai sarana untuk
peningkatan 'amal' (kemampuan dan peningkatan mutu berpikir, merasa,
bersikap, dan berbuat) atau dengan istilah yang lebih luas kemampuan

berakhlak baik.
Informasi merupakan perbendaharaan yang dapat diproses oleh otak
manusia yang terdiri dari ilmu yang diciptakan oleh Allah SWT., baik yang
berupa ayat Allah (nash Al-quran) maupun hukum alam (sunnatullah) (al-
Kauni). Dengan perkataan lain, ayat Allah SWT, baik tertulis maupun yang
tidak tertulis, merupakan penemuan, pembaruan, dan perumusan manusia
yang disebut "ilmu" meskipun sering terjadi rumusan ilmu tersebut berubah
atau baru merupakan ''zhan'' atau “hipotesis”, yaitu praduga yang masih
membutuhkan pembuktian kebenarannya.
Ilmu adalah seperangkat rumusan, pengembangan pengetahuan yang
dilakukan secara objektif, sistematis, baik dengan pendekatan deduktif
maupun induktif yang dimanfaatkan untuk keselamatan, kebahagiaan,
manusia, yang berasal dari Allah dan disampaikan kepada manusia melalui
penemuan hasil pemikiran para ahli (ilmuwan atau scientis).
Dengan rumusan seperti tersebut di atas, tergambar bahwa alam semesta
betul-betul merupakan sumber dan alat bantu demi berlangsungnya hidup
dan kehidupan manusia yang tidak menyesatkan. Dengan perkataan lain,
ilmu merupakan pedoman untuk meningkatkan kualitas hidup atau secara
umum untuk meningkatkan kualitas budaya manusia.
Agama adalah seperangkat itikad, keyakinan, undang-undang, peraturan,
bimbingan dan pelayanan yang digunakan untuk keselamatan dan
kebahagiaan manusia di dunia dan akhirat, yang diwahyukan Allah melalui
para rasul-Nya.
Agama secara intrinsik merupakan pedoman yang bersumber pada nilai-
nilai universal yang bebas dari kekeliruan, bersifat mutlak. Sedangkan ilmu
yang dirumuskan manusia tidak sepi dari kemungkinan adanya kekeliruan
dan sebab itu terbuka untuk diteliti ulang.
Sekarang kita melihat adanya dua macam ilmu. Pertama, ilmu yang
dirumuskan oleh para ahli yang mempunyai kemungkinan perubahan (tidak
mutlak). Kedua, ilmu Tuhan yang bersifat mutlak seperti halnya ad-Diin.
Hakikatnya “ilmu” dan ''agama'' merupakan pedoman hidup bagi manusia,
seperti dua muka dari satu mata uang. Bahwa kedua-keduanya merupakan
pranata nilai dan norma yang harus dilaksanakan oleh manusia.
• MKDU4221/MODUL 2 2.9

Kesimpulan lain yang dapat ditarik dari uraian di atas, bahwa pola pikir,
pola perilaku serta hasilnya bersumber pada sistem nilai dan hukum Allah
(baik tertulis maupun tidak), seperti Agama dan Al-Kauni yang membentuk
budaya manusia semestinya yang disebut akhlakul karimah.

Proses pembentukan pola perilaku dan pelaksanaannya mencakup unsur


pert anggungjawaban manusia kepada Allah, yang mengatur hubungan atau
tanggung jawab terhadap diri sendiri sebagai makhluk dan hamba Allah
terhadap manusia lain atau masyarakat dan tanggung jawab terhadap alam
semesta, semua ini termasuk ibadah dalam arti luas.
Meskipun demikian karena pemahaman dan sikap terhadap agama
sekarang ini tidak menyeluruh (dichotomis) sering kali dipisahkan dari ayat-
ayat Tuhan yang khusus berbicara tentang ritual dan kemasyarakatan
(perdagangan, pendidikan, tumbuh-tumbuhan dan lain-lain). Akibat
pandangan yang bersifat dikhotomis ini akan melahirkan sikap ekstrem,
yaitu adanya agama di satu pihak dan bukan agama di lain pihak. Atau sering
diperlambangkan sebagai akhirat di satu pihak, dunia di lain pihak.
Pandangan semacam ini barangkali pengaruh paham materialisme yang
bersifat protektis (sekulerisme). Sebaliknya, bahwa sikap utuh dalam
memandang terhadap keseluruhan ayat Allah yang tertulis ataupun tidak
tertulis merupakan suatu sikap dasar sebagai landasan untuk melaksanakan
ibadah dalam arti luas, yaitu mencakup ritual dan muamalah.
Ibadah dalam arti luas (muammalah) merupakan proses interaksi alam
semesta dengan seluruh isinya. Sedangkan pemenuhan kewajiban dan
interaksi dengan Tuhan Penciptanya disebut ibadah dalam arti khusus (ritual)
yang berpedoman pada syari'ah. Itu sebabnya jika tadi dikatakan, bahwa
manusia dengan segala aspek kehidupannya berkaitan dengan agama, maka
agama itu adalah Islam.
Dalam konteks inilah penjelasan Allah dalam surat Ali-Imran (3), ayat
19 di muka dapat kita pahami sebagai sebuah penegasan yang pasti tentang
penciptaan Allah terhadap makhluk-Nya. Jadi; jangan mencari pedoman
hidup yang lain selain Islam.
2.10 PENDIDIKAN AgAMA ISLAM •

Firman Allah dalam surat Ali-Imran (3) : 83, di bawah ini.

Artinya: ''Maka apakah mereka mencari agama yang lain selain agama Allah,
padahal kepada-Nyalah berserah diri segala apa yang di langit dan
di bumi, baik dengan suka maupun terpaksa dan hanya kepada
Allah mereka dikembalikan”.

Sikap hidup seperti ini merupakan pola perilaku yang mencerminkan


sistem nilai dan norma agama Islam yang dapat dirumuskan kembali ke
dalam postulat dasar sebagai berikut.

1. Bahwa kita sebagai Kaum Muslim meyakini sepenuhnya, bahwa tidak


ada Tuhan kecuali Allah Yang Maha Esa yang tidak beranak dan tidak
diperanakkan dan tidak pula ada sekutu bagi-Nya.

Q.S. Al-Ikhlash, (112) : 1-4 menjelaskan;

Artinya: ''Katakanlah: ''Dialah Allah Yang Maha Esa''. (1) Allah adalah
Tuhan yang bergantung kepada-Nya segala sesuatu (2) Dia
tiada beranak dan tiada diperanakkan (3) dan tidak ada seorang
pun yang setara dengan Dia (4)''.

2. Bahwa manusia sebagai hamba Allah untuk menjadi “Khalifah fil-Ardl”


diberi kemampuan untuk membedakan yang baik dan yang buruk
dengan merujuk kepada ajaran agamanya sehingga dapat melakukan
penyerahan diri sepenuhnya mencapai keridlaan Allah''.
• MKDU4221/MODUL 2 2.11

Q.S. Asy-Syams (91) : 8, dikatakan:

Artinya: ''Maka Allah mengilhamkan kepada jiwa itu (jalan) kefasikan


dan ketaqwaan''.

3. Untuk dapat melaksanakan tugasnya sebagai makhluk Allah (khalifah)


seperti tersebut di atas, Allah memberikan manusia suatu pedoman
hidup yang terdiri dari sistem nilai dan norma, baik yang tertulis maupun
yang tidak tertulis, yang disebut Syari'ah.

4. Meskipun manusia sebagai makhluk Allah yang paling sempurna


(makhluk yang diperlengkapi dengan bagian-bagian fisiologis yang
memungkinkan untuk bisa berpikir, merasa, bersikap, dan berbuat),

ternyata mempunyai keterbatasan-keterbatasan yang disebabkan tidak


adanya keseimbangan antara wawasan. Dalam proses membedakan yang
baik dan yang buruk manusia dibimbing oleh petunjuk Allah melalui
para rasul dengan menjelaskan pedoman tersebut dan mengajarkan
umatnya untuk melaksanakannya.

5. Dengan demikian dipandang dari proses kerasulan dan misinya sebagai


pembawa risalah Allah di muka bumi, maka misi ajaran yang dibawa
para rasul merupakan pedoman hidup, disebut Diinul Islam.

A k h ir n ya d iu tu s N a b i
6. c o n to h , da n m e la k sa n
M u ha m m ad S A W . u n tu k m e m bim b ing ,
a ka n I sla m b ag i um a tn y a da l am sa tu m
m e m b e ri
a sy a ra k a t
yang terorganisasikan di bawah suatu imamah yang berpusat pada diri
Nabi Muhammad SAW.

Hakikat atau esensi manusia dilihat dari aspek psikologis (kejiwaan)


mungkin belum dapat tergambar dengan jelas jika tidak dihubungkan dengan
fungsi atau peran manusia itu sendiri. Apakah fungsi atau peranan manusia
itu sebenarnya?
Manusia adalah ciptaan Tuhan Yang Maha Esa dari bahan yang sangat
rendah (air mani) kemudian diciptakan suatu desain khusus dan diberi
ruh (hidup) (Q.S. al-Mu'minun (23) : 12 – 14).
2.12 PENDIDIKAN AgAMA ISLAM •

Hidup manusia sangat unik apabila dibandingkan dengan makhluk lain,


sebab manusia mempunyai otak dengan susunan syaraf yang memproses
rangsangan dari luar menjadi satu konsep ide atau pikiran dan memiliki rasa
(sedih, gembira, dan sebagainya) yang kemudian dituangkan dalam bentuk

p e r k a t a a n m a u p un perbuatan apabila seseorang menghadapi suatu


te r t e n t u , se pe r ti :
peristiwa
1. ungkapan sederhana, misalnya mengucapkan “Astaghfirullah” sebagai
ungkapan rasa menyesal;
2. bacaan singkat yang bersifat predikat atau atributif, misalnya membaca
“basmallah” ketika memulai suatu pekerjaan;
3. analisis dan perbuatan mengabdi kepada zat Yang Maha Kuasa,
misalnya “sujud syukur” apabila kita memperoleh nikmat dari Allah.
Oleh karena itu, orang yang beragama atau orang yang beriman, patut
mensyukuri atas kelebihan yang diberikan Tuhan kepadanya.

Pernyataan rasa syukur dan terima kasih serta keinginan untuk mengabdi
kepada Allah adalah inheren dengan fitrah kejadian manusia yang memiliki
wawasan kognitif dan psikomotorik.

Allah mengatakan dalam surat Adz-Dzaariyaat (51) : 56 di bawah ini.

Artinya: ''Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya
mereka menyembah-Ku''.

Dalam ayat ini Allah menerangkan, bahwa diciptakan jin dan manusia
untuk mengabdi kepada-Nya semata. Ini artinya jika ada penyimpangan oleh
manusia dari ketentuan aturan (agama) Allah ini berarti bertentangan
terhadap kejadian manusia.
• MKDU4221/MODUL 2 2.13

Q.S. As-Sajdah (32) : 7 - 9, menjelaskan:

'

Artinya: Yang membuat segala sesuatu yang Dia ciptaan sebaik-baiknya dan
yang memulai penciptaan manusia dari tanah (7). Kemudian Dia
menjadikan keturunannya dari saripati air yang hina (air mani) (8).
Kemudian Dia menyempurnakan dan meniupkan ke dalam
(tubuh)nya ruh (ciptaan)-Nya dan Dia menjadikan bagi kamu
pendengaran, penglihatan, dan hati; (tetapi) kamu sedikit sekali
bersyukur'' (9).

Ayat ini menjelaskan, bahwa salah satu sifat manusia, yaitu tidak pandai
bersyukur kecuali sedikit di antara hamba-hamba-Nya. Perhatikan informasi
al-Quran di bawah ini tentang asal kejadian manusia serta ketetapan Allah
masalah umat manusia. Allah berfirman dalam Q.S. Faathir (35) : 11:

Artinya: ''Dan Allah menciptakan kamu dari tanah, kemudian dari air mani,
kemudian Dia menjadikan kamu berpasangan (laki-laki dan
perempuan). Dan tidak ada seorang perempuan pun mengandung
2.14 PENDIDIKAN AgAMA ISLAM •

dan tidak (pula) melahirkan melainkan dengan sepengetahuan-Nya.


Dan sekali-sekali tidak dipanjangkan umur seorang yang berumur
panjang dan tidak pula dikurangi umurnya, melainkan (sudah
ditetapkan) dalam Kitab (lauhul makhfudz). Sesungguhnya yang

demikian itu bagi Allah adalah mudah''.


Q.S. Ath-Thaariq (86) : 6 – 7, menerangkan:

Artinya: ''Dan diciptakan dari air yang terpancar, (6) yang ke luar dari antara
tulang sulbi laki-laki dan tulang dada perempuan” (7).

Aspek kognitif dan afektif yang terdapat pada manusia, baik melalui
pendengaran (informasi), pengajaran atau (pendidikan), penglihatan
(pengenalan akan fakta, proses asosiasi atau berpikir dan penyusunan
konsepsi) serta rasa dapat sampai pada terbentuknya suatu tanggung jawab
kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dengan perkataan lain, kapasitas manusia
mempunyai kemungkinan untuk belajar secara induktif, dapat melaksanakan
tanggung jawab kepada Tuhan Yang Maha Esa. Perhatikan dengan seksama
firman Allah berikut ini Q.S. Al-Baqarah (2) : 29, 30 dan 31:

Artinya: ''Dialah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk
kamu dan Dia berkehendak (menciptakan) langit, lalu dijadikannya
tujuh langit! Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu (29):
Ingatlah ketika Tuhanmu berfirman kepada para Malaikat,
• MKDU4221/MODUL 2 2.15

''Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka


bumi. ''Mereka berkata”: ''Mengapa Engkau hendak menjadikan
(khalifah) di bumi itu orang yang akan membuat kerusakan padanya
dan menumpahkan darah, padahal kami senantiasa bertasbih
dengan

m e m u j i d a n m e ns u c i k a n
''S e su n g guh n y a Ak u m e n g e t a hui
E n g k a u ". Tu h an b e r fi r m an ” :
a p a y a n g tidak k am u ke ta h u i ' ' (3 0 ). Dan Dia
mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya,
kemudian mengemukakannya kepada para Malaikat lalu berfirman:
“Sebutkanlah kepada Ku nama benda-benda itu jika kamu memang
orang-orang yang benar”. (31).

Dengan ketiga wawasan yang dimilikinya, manusia mengabdi kepada


Tuhan. Artinya, mengembangkan kemampuannya untuk mengetahui dan
menghayati ayat-ayat Allah yang bersifat nash, melaksanakan atau
mengembangkan suatu keterampilan maupun mempertajam kepekaan rasa.
Dalam konteks inilah ayat di bawah ini bisa dipahami seperti kata Tuhan
dalam Q.S. Al-„Alaq (96) : 1-5:

Artinya: ''Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhan yang menciptakan (1).


Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah (2); Bacalah,
dan Tuhanmulah yang paling pemurah (3); Yang mengajar
(manusia) dengan perantara kalam (4); Dia mengajarkan kepada
manusia apa yang tidak diketahuinya.” (5).

Secara umum arti ibadah mencakup semua aspek kehidupan yang sesuai
dengan ketentuan Allah SWT yang dilakukan dengan ikhlas oleh manusia
untuk mendapatkan ridla-Nya (Q.S. Adz-Dzariyat (51) : 56).
Dalam pengertian khusus ibadah adalah perilaku manusia yang
dilakukan atas perintah Allah SWT. dan dicontohkan oleh Rasulullah SAW.
yang disebut ritual, seperti shalat, zakat, puasa, haji. Semua perbuatan itu
2.16 PENDIDIKAN AgAMA ISLAM •

secara psikologis mengondisikan lahirnya perilaku positif, seperti


menghindarkan diri dari perbuatan jahat dan mungkar terhadap diri sendiri,
masyarakat maupun lingkungannya.
Rasa syukur yang dimanifestasikan dalam amal ibadah bersumber pada

t a t a n i la i d an no r m a a g a m a d a p a t m e g h u b u
A l l a h d a n m am p u b e r in t er ak s i d e n ga n s e sa m
n g ka n y a g b e r s a n gk u t a n k e pada Tata cara ibadah
a m a up u n m a k h l u k la i n n y a .
yang langsung menghubungkan manusia dan dilakukan dengan ikhlas untuk
mendapatkan ridla Allah SWT, adalah bentuk tata cara ritual. Sedangkan
tata cara berinteraksi dengan masyarakat, di samping
ditentukan oleh hukum (ketentuan) Allah (al-Quran dan as-Sunnah), juga
ditentukan oleh Allah yang terdapat dalam alam semesta (Nature of law).
Kemampuan manusia untuk menjabarkan tata nilai dan norma tersebut ke
dalam perilaku keseharian dilaksanakan melalui suatu pembentukan konsep
yang terinci, bertahap, dan teratur, sehingga menghasilkan benda maupun
konsep budaya tertentu yang dijiwai oleh nilai-nilai agama. Dengan
perkataan lain, nilai agama yang dilaksanakan dalam bentuk muamalah dapat
membentuk budaya tertentu. Yang dimaksud kebudayaan, antara lain berarti:
1. nilai dan proses pembentukan tata nilai sebagai dasar pola perilaku;
2. ide dan proses pembentukan konsepsi merupakan bagian implisit dari
pola perilaku;
3. pola perilaku yang terlihat dari seperangkat kegiatan dan interaksi
maupun pelembagaannya;
4. hasil dari perilaku manusia baik yang berbentuk materi maupun yang
berbentuk non materi disebut juga sistem ekoteknik.

L A T I H A N

Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas,


kerjakanlah latihan berikut!

1) Coba Anda jelaskan bahwa manusia sebagai makhluk fisik dan non fisik!
2) Coba Anda jelaskan mengapa manusia disebut unik, dan berikan contoh?
3) Coba Anda jelaskan, apa yang dimaksud manusia sebagai khalifah?
• MKDU4221/MODUL 2 2.17

Petunjuk Jawaban Latihan

1) Susunan anggota badan manusia (fisik) sebenarnya sangat kompleks,


tidak hanya terdiri dari otak dan jantung saja, yang masing-masing
anggota badan satu sama lain dihubungkan melalui susunan syaraf yang
sangat kompleks pula. Keadaan itu pun masih menggambarkan manusia
yang kurang lengkap, karena kelengkapan manusia tidak hanya dari
wujud fisiknya saja, akan tetapi juga dari kenyataan nonfisik yang justru
tidak dimiliki oleh makhluk lain. Seperti ruh dan jiwa yang memerankan
adanya proses berpikir, merasa, bersikap dan berserah diri serta
mengabdi yang merupakan mekanisme, kejiwaan manusia sebagai
makhluk Allah.
2) Hidup manusia sangat unik apabila dibandingkan dengan makhluk lain,
sebab manusia mempunyai otak dengan susunan syaraf yang memproses
rangsangan dari luar menjadi satu konsep ide atau pikiran dan memiliki
rasa (sedih, gembira, dan sebagainya) yang kemudian dituangkan dalam
bentuk perkataan maupun perbuatan apabila seseorang menghadapi
suatu peristiwa tertentu seperti:
a) ungkapan sederhana, misalnya mengucapkan “Astaghfirullah”
sebagai ungkapan rasa menyesal.
b) bacaan singkat yang bersifat predikat atau atributif, misalnya
membaca “basmallah” ketika memulai suatu pekerjaan.
c) analisis dan perbuatan mengabdi kepada zat Yang Maha Kuasa,
misalnya “sujud syukur” apabila kita memperoleh nikmat dari
Allah. Oleh karena itu orang yang beragama atau orang yang
beriman, patut mensyukuri atas kelebihan yang diberikan Tuhan
kepadanya.
3) Pelajari surat Al-Baqarah (2) : 29, 30 dan 31

R A N G K U M A N

Zat yang bersifat lahir dan gaib itu menentukan postur manusia
sebagai makhluk yang paling sempurna. Manusia mempunyai anggota
badan, khususnya otak dan jantung yang berfungsi sebagai mekanisme
biologi, yaitu seperangkat subsistem di dalam sistem tubuh manusia
untuk menunjukkan keberadaannya (eksistensinya).
Susunan anggota badan manusia (fisik) sebenarnya sangat
kompleks, tidak hanya terdiri dari otak dan jantung saja, yang masing-
masing anggota badan satu sama lain dihubungkan melalui susunan
2.18 PENDIDIKAN AgAMA ISLAM •

syaraf yang sangat kompleks pula. Keadaan itu pun masih


menggambarkan manusia yang kurang lengkap, karena kelengkapan
manusia tidak hanya dari wujud fisiknya saja, akan tetapi juga dari
kenyataan nonfisik yang justru tidak dimiliki oleh makhluk lain. Seperti
ruh dan jiwa yang memerankan adanya proses berpikir, merasa, bersikap
dan berserah diri serta mengabdi yang merupakan mekanisme, kejiwaan
manusia sebagai makhluk Allah.
Kedua mekanisme yang terdapat pada manusia, yaitu mekanisme
biologi yang berpusat pada jantung (sebagai pusat hidup) dan
mekanisme kejiwaan yang berpusat pada otak (otak sebagai lembaga
pikir, rasa, dan sikap sebagai pusat kehidupan).
Gambaran bahwa manusia merupakan makhluk yang sempurna,
mungkin dapat dilihat dari kemampuannya untuk menentukan tujuan
hidup. Tujuan hidup itu berdasarkan satu tata nilai yang memberikan
corak pada seluruh kehidupan manusia yang terdiri dari proses
mengetahui, mengalami, memikirkan, merasakan, dan membentuk sikap
tertentu yang akhirnya tersusun pada suatu pola perilaku yang dapat
menghasilkan karya manusia, baik yang bersifat fisik maupun bersifat
nonfisik. Tinggi rendahnya derajat kemampuan, sempit luasnya cakupan
tergantung pada kapasitas otak (Q.S. Al-Mu'min (40) : 35), melalui pusat
susunan syaraf (terletak pada sumsum tulang belakang) sehingga
memungkinkan seluruh anggota badan berfungsi dalam rangka
pencapaian cita-cita. Cita-cita tersebut sering kali diistilahkan dengan
akhlakul karimah atau perilaku yang baik.

T E S F O R M A T I F 1

Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!

1) Yang dimaksud bahwa manusia sebagai makhluk fisik adalah ....


A. karena manusia memiliki otak dan jantung yang masing-masing
anggota badan satu sama lain dihubungkan melalui susunan syaraf
yang sangat kompleks
B. karena manusia memiliki otak dan jantung yang satu sama lain
berhubungan
C. karena manusia susunan syaraf yang sangat kompleks
D. karena masing-masing anggota badan satu sama lain dihubungkan
melalui susunan syaraf
• MKDU4221/MODUL 2 2.19

2) Yang dimaksud manusia sebagai makhluk non fisik adalah ....


A. karena manusia memiliki ruh dan jiwa yang memerankan adanya
proses berpikir, merasa, bersikap
B. karena manusia mampu berserah diri serta mengabdi
C. karena manusia memiliki kejiwaan manusia sebagai makhluk Allah
D. karena manusia mampu memerankan berserah diri serta mengabdi
3) Agama Islam mempunyai pandangan tertentu tentang manusia. Hakikat
manusia menurut pandangan Islam adalah ....
A. manusia adalah makhluk hidup dan manusia sosial
B. manusia adalah makhluk yang mempunyai potensi untuk
mengembangkan dirinya
C. manusia adalah makhluk hidup yang mempunyai akal, merasa, dan
cenderung ke arah kebijakan
D. manusia adalah makhluk yang berbudaya dan bisa dididik berakhlak
mulia

4) Dalam al-Qur‟an disebutkan wa laqod karomna bani adam, ayat ini


menunjukkan bahwa ....
A. manusia sebagai makhluk sosial
B. manusia sebagai makhluk psikologis
C. manusia sebagai makhluk unggulan
D. manusia sebagai makhluk yang mampu berpikir

5) Agama Islam memberikan gambaran tentang hakikat manusia sebagai


makhluk yang sempurna, maksud pernyataan tersebut adalah ....
A. manusia dapat berjalan di atas dua kakinya dan mempunyai
pancaindra
B. manusia yang dalam segala tingkah lakunya selalu ingat kepada
Allah
C. manusia dengan akal mampu membudidayakan masyarakat
D. manusia tingkat kehidupannya di samping ditentukan oleh akal juga
oleh bisikan hati nuraninya

6) Tujuan menjelaskan asal kejadian manusia dalam al-Quran adalah


menggambarkan ....
A. manusia dibuat dari tanah dan nanti akan kembali menjadi tanah
B. manusia, unsur-unsur jasmaniahnya terbuat dari unsur zat yang ada
dalam tanah
C. manusia memerlukan dan menyenangi tanah sebagai lahan hidupnya
D. agar manusia menyadari kebesaran dan ke Maha Kuasaan Allah
2.20 PENDIDIKAN AgAMA ISLAM •

7) Agama Islam itu menjadi pedoman hidup bagi manusia. Hakikat Islam
sebagai pedoman hidup adalah ....
A. manusia tidak perlu mencari-cari kebenaran melalui akalnya semata
yang relatif nilai kebenarannya
B. manusia tidak pantas menjadikan ajaran selain Islam sebagai
panutan dalam hidupnya sehari-hari
C. ajaran Islam itu sebagai pedoman hidup masyarakat
D. nilai ajaran Islam itu lebih tinggi dan universal dibandingkan dengan
nilai budaya manusia

8) Allah menegaskan bahwa tujuan hidup manusia adalah mengabdikan


dirinya kepada Allah. Pengertian mengabdikan diri kepada Allah
adalah ....
A. hidup dan mati manusia itu untuk Allah
B. manusia menuntut ilmu untuk diabdikannya kepada Allah
C. manusia bekerja di bidang profesinya dalam rangka mengabdi
kepada Allah
D. manusia tidak menjadikan materi sebagai tujuan hidupnya

9) Agama Islam sebagai pedoman hidup manusia memberi manfaat bagi


manusia dan masyarakat. Manfaat Islam itu disebabkan agama Islam
merupakan suprasistem dalam bidang ....
A. aqidah dan keimanan
B. syari'ah dan akhlak
C. aqidah dan syari'ah
D. aqidah, keimanan, syari'ah, dan akhlak

10) Manfaat agama Islam bagi manusia meliputi ....


A. informasi tentang makhluk dan Khalik serta hubungan antara
keduanya
B. petunjuk tentang yang baik dan buruk, benar dan salah, serta
perintah dan larangan
C. informasi tentang alam gaib dan nyata serta fungsinya masing-
masing
D. informasi tentang makhluk, Khalik, alam gaib dan nyata, serta
petunjuk tentang baik dan buruk
• MKDU4221/MODUL 2 2.21

Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 1 yang


terdapat di bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar.
Kemudian, gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan
Anda terhadap materi Kegiatan Belajar 1.

Jumlah Jawaban yang Benar


Tingkat penguasaan = 100%
Jumlah Soal

Arti tingkat penguasaan: 90 - 100% = baik sekali


80 - 89% = baik
70 - 79% = cukup
< 70% = kurang

Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat

meneruskan dengan Kegiatan


Anda harus mengulangi Belajar
materi 2. Bagus!
Kegiatan BelajarJika
1, masih di bawah
terutama bagian80%,
yang
belum dikuasai.
2.22 PENDIDIKAN AgAMA ISLAM •

KEg I A TA N B EL A JA
R 2

Martabat Manusia

M
anusia dalam pandangan paham materialisme adalah kumpulan daging;
urat, tulang, urat-urat darah dan alat pencernaan. Akal dan pikiran
dianggapnya benda, yang dihasilkan oleh otak. Mereka hanya mempercayai
adanya benda-benda yang dapat diraba. Oleh karena itu, dalam anggapan
mereka, tidak ada keistimewaan manusia dibanding dengan makhluk lain
yang hidup di muka bumi ini. Bahkan paham ini memasukkan manusia ke
dalam bangsa kera, yang setelah melalui masa panjang, berevolusi menjadi
manusia sebagaimana kita lihat sekarang ini. Inilah teori evolusi atau teori
kondensasi, bahwa hayat berasal dari jenis hewan dan sepertiga juta jenis
tanaman. Binatang satu sel sebagai awal evolusi dan manusia adalah akhir
(sementara) evolusi itu.
Pandangan ini menimbulkan anggapan, bahwa manusia adalah makhluk
yang rendah dan hina, sama dengan hewan, yang hidupnya hanya untuk
memenuhi keperluan dan kepuasan kebendaan semata. Pandangan hidup
semacam ini sangat sesat dan menyesatkan.
Dalam Q.S. Al-Jaatsiyah (45) : 24; Allah SWT mengecam/mengkritik
dengan keras paham materialisme ini.

Artinya: Dan mereka berkata: “Tiadalah kehidupan itu melainkan kehidupan


kita di dunia ini (saja), kita mati dan hidup, dan tiadalah
membinasakan kita kecuali masa. “Dan mereka tidak mempunyai
ilmu tentang itu, mereka tidak lain hanyalah menduga-duga.

Dalam pandangan orang yang beriman, manusia itu makhluk yang mulia
dan terhormat di sisi Tuhan yang diciptakan dalam bentuk yang amat baik.
Sesudah ditiupkan Ruh ke dalam tubuhnya, para malaikat disuruh sujud

(memberi hormat) kepadanya. Allah memberi manusia ilmu pengetahuan dan


kemauan, dijadikan khalifah (penguasa) di bumi, serta menjadi pusat pelaku
• MKDU4221/MODUL 2 2.23

kegiatan di alam ini. Segala apa yang di langit dan di bumi bekerja untuk
kepentingan manusia dan kepadanya diberikan hikmat lahir dan batin.
Kesimpulannya, apa yang ada di alam ini adalah berhikmat kepada
manusia dan diciptakan manusia untuk berhikmat kepada Tuhan. Allah SWT
menjelaskan dalam Q.S. Al-Baqarah (2): 29:

Artinya: Dialah Allah yang telah menciptakan segala yang ada di bumi
untuk kamu dan Dia berkehendak (menciptakan) langit lalu
disempurnakan-Nya tujuh langit. Dan Dia Maha Mengetahui segala
sesuatu.

Q.S. Adz-Dzaariyaat (51) : 56:

Artinya: Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya
mereka menyembah-Ku".

Untuk menambah pemahaman yang lebih luas dan mendalam


pembahasan selanjutnya kita mencoba melihat manusia dari berbagai aspek.

1. Manusia Makhluk Berakal


Dalam diri manusia terdapat sesuatu yang tidak ternilai harganya sebagai
anugerah Tuhan yang tidak diberikan kepada makhluk lainnya, yaitu akal.
Sekiranya manusia tidak diberikan akal, niscaya keadaan dan perbuatannya
akan sama saja dengan hewan.
Dengan adanya akal, manusia berarti dan berharga. Akal itu dapat
digunakan untuk berpikir dan memperhatikan segala benda dan barang yang
ada di alam ini, sehingga benda-benda dan barang-barang yang halus serta
tersembunyi dapat dipikirkan manfaatnya. Tidak ada benda atau barang-
barang di dunia ini yang sia-sia bagi manusia.
2.24 PENDIDIKAN AgAMA ISLAM •

Mengenai pemberian akal terhadap manusia, Allah telah berfirman


dalam:
Surat An-Nahl (16), ayat 78:

Artinya: "Dan Allah mengeluarkan kamu dari perut ibumu sedang kamu
tidak mengetahui sesuatu dan Dia menjadikan bagi kamu
pendengaran, penglihatan dan hati supaya kamu bersyukur.

Oleh karena itulah Allah menyuruh manusia untuk berpikir atau


menggunakan akal. Seandainya akal tidak dipergunakan untuk berpikir, tidak
akan ada manfaatnya bagi manusia.

2. Timbulnya Ilmu Pengetahuan


Lahirnya ilmu pengetahuan disebabkan kebutuhan-kebutuhan manusia
yang berkemauan hidup berbahagia. Dalam mencapai dan memenuhi
kebutuhan hidupnya itu, manusia menggunakan akal pikirannya. Mereka
menengadah ke langit, memandang alam sekitarnya dan melihat dirinya
sendiri. Dalam hal ini memang telah menjadi Qudrat dan Iradah Tuhan,
bahwa manusia dapat memikirkan sesuatu kebutuhan hidup untuk
mempertahankan dan mengembangkan generasinya.
Adapun ayat-ayat al-Quran yang menyuruh berpikir, antara lain Q.S.
Yunus (10): 101:

Artinya: "Katakanlah: "Perhatikanlah apa yang ada di langit dan di bumi.


Tidaklah bermanfaat tanda kekuasaan Allah dan rasul-rasul yang
memberi peringatan bagi orang-orang yang beriman".
• MKDU4221/MODUL 2 2.25

Q.S. Ar-Ruum (30) : 8:

Artinya: Dan tidakkah mereka memikirkan tentang diri mereka? Allah tiada
menjadikan langit dan bumi dan apa-apa di antara keduanya
melainkan dengan sebenarnya dan waktu tertentu. Dan
sesungguhnya kebanyakan manusia ingkar terhadap pertemuan
dengan Tuhannya.

Dari hasil pemikiran manusia itu, maka lahirlah beberapa ilmu


pengetahuan antara lain: Ilmu Pertanian, Perikanan, Humaniora, Kesehatan,
Hukum, Sosial, Bahasa, Matematika, Alam, Teknologi.
Ilmu pengetahuan itu bukan musuh atau lawan dari iman, melainkan
jalan yang membimbing ke arah keimanan. Sebagaimana diketahui, bahwa
banyak ahli ilmu pengetahuan yang berpikir mendalam. Mereka yakin bahwa
di balik alam yang nyata ini ada kekuatan yang lebih tinggi, yang mengatur
dan menyusunnya, serta memelihara segala sesuatu dengan ukuran dan
perhitungan.
Herbert Spencer (1820 – 1903 M) dalam tulisannya tentang pendidikan,
menerangkan sebagai berikut.

"Pengetahuan itu berlawanan dengan khurafat, tetapi tidak berlawanan


dengan agama. Dalam kebanyakan ilmu alam sering terjadi paham tidak
bertuhan (atheiSMe), tetapi pengetahuan yang sehat dan mendalami
kenyataan, bebas dari paham yang demikian itu. Ilmu alam tidak
bertentangan dengan agama. Mempelajari ilmu itu merupakan ibadat
secara diam, dan pengakuan yang membisu tentang keindahan sesuatu
yang kita selidiki dan pelajari, serta pengakuan tentang kekuasaan
Penciptanya. Mempelajari ilmu alam itu tasbih (memuji Tuhan) tapi
bukan ucapan, melainkan tasbih berupa alam dan menolong bekerja.
Pengetahuan ini bukan mengatakan mustahil akan memperoleh sebab
yang pertama, yaitu Allah".
2.26 PENDIDIKAN AgAMA ISLAM •

"Seorang ahli pengetahuan yang melihat setitik air, lalu dia


mengetahuinya bahwa air itu tersusun dari oksigen dan hidrogen
dengan perbandingan tertentu, dan kalau sekiranya perbandingan itu
berubah, niscaya air itu akan berubah pula menjadi sesuatu yang bukan
air. Maka dengan itu dia akan meyakini kebesaran Pencipta, kekuasaan
dan kebijaksanaannya. Sebaliknya orang yang bukan ahli dalam ilmu
alam,
akan melihatnya tidak lebih dari setitik air".

Ilmu pengetahuan yang dilimpahkan Allah kepada manusia adalah


sangat sedikit, tetapi kebanyakan manusia menganggap ilmu yang
dimilikinya sangat banyak sehingga mereka menjadi sombong. Q.S. Al-Israa'
(17) : 85; mengingatkan:

Arinya: "Dan kamu tidak diberi ilmu melainkan sedikit".

3. Hak dan Kewajiban Manusia


Hak adalah imbalan dari kewajiban-kewajiban yang telah ditunaikan.
Yang dimaksud dengan kewajiban di sini ialah kewajiban seseorang untuk
melakukan perbuatan yang di dalamnya terdapat hak orang lain.
Hukum Islam memberi 4 empat macam hak terhadap manusia yaitu:
a. hak Tuhan;
b. hak diri sendiri;
c. hak orang lain;
d. hak atas harta.

a. Hak Tuhan
Petama, yang penting ialah mengimani dan tidak menyekutukan-Nya.
Kedua, kita harus menerima petunjuk-Nya.
Ketiga, kita harus menaati-Nya yang dinyatakan dengan ketundukkan
pada hukum-Nya.
Keempat, kita harus menyembah-Nya sebagaimana dijelaskan dalam al-
Quran surat Adz-Dzaariyaat (51) : 56:
• MKDU4221/MODUL 2 2.27

Artinya: Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya
mereka menyembah-Ku.

b. Hak terhadap diri sendiri


Hak terhadap diri sendiri ialah hak pribadi seseorang yang meliputi hak
jasmani dan rohani. Hak jasmani ialah suatu kebutuhan dari jasmani, seperti
makan dan minum. Islam mengajarkan, bahwa dalam makan dan minum
hendaknya yang halal dan baik (halaalan thaiba). Oleh karena itu Islam
melarang kita makan dan minum yang haram, kotor serta yang merusak
kesehatan seperti minuman yang memabukkan, memakan daging babi,
barang beracun, binatang yang kotor dan bangkai, karena semua benda-benda
tersebut mempengaruhi manusia dari hal-hal yang merusak kesehatan, moral,
pikiran dan rohani.
Hak rohani ialah suatu kebutuhan rohani seperti perasaan aman, dan
ketenangan batin. Islam mengajarkan untuk memperoleh ketenangan (batin)
dengan cara beriman dan bertakwa serta berserah diri kepada Allah. Pada
kondisi tertentu barangkali dapat terjadi tidak seimbang antara pemenuhan
kebutuhan rohani dan jasmani. Dalam hal ini Islam melarang untuk
melakukan jalan pintas seperti mencuri, dan bunuh diri.

c. Hak orang lain


Hak orang lain adalah hak untuk memenuhi kebutuhan pribadi tanpa
mengganggu hak orang lain. Hak terhadap orang lain dapat terlihat dalam
bentuk adanya larangan mencuri, merampas, menyogok, menipu, khianat,
mengijon dan riba, karena rezeki yang diperoleh dengan jalan tersebut akan
merugikan orang lain. Bergunjing, memfitnah, menyebarkan berita bohong,
juga dilarang. Selain itu berjudi, spekulasi dan semua permainan yang
berdasarkan untung-untungan, tidak diperbolehkan dengan alasan dapat
merugikan hak orang lain.

d. Hak atas harta


Hak atas harta adalah hak untuk memelihara dan memanfaatkan harta
yang diberikan Allah sesuai dengan ketentuan-Nya.
2.28 PENDIDIKAN AgAMA ISLAM •

4. Manusia sebagai Khalifah di Dunia


Tidak ada keraguan bahwa Allah menjadikan manusia sebagai khalifah
di bumi dengan maksud agar mereka menjadi penguasa untuk mengatur dan
mengendalikan bumi beserta segala isinya dengan mengindahkan semua
ketentuan yang sudah ditetapkan-Nya.
Maka di tangan manusialah terletak kemakmuran bumi dan
ketenteramannya. Sebagai pedoman hidup mereka dalam mengelola dan
melaksanakan tugas kekhalifahan itu, Allah menurunkan agama. Dengan
petunjuk agama manusia dapat menjalankan tugasnya, sebab agama
menjelaskan dua jalan, yaitu jalan yang bahagia dan jalan yang akan
membahayakan. Jalan yang membahagiakan diperintahkan untuk
dilaksanakan, sedang jalan yang membahayakan diperintahkan untuk
menjauhinya. Mengenai manusia dijadikan sebagai khalifah di bumi,
dinyatakan dalam al-Quran, surat Al-Baqarah (2) : 30:

Artinya: Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada para malaikat:


"Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka
bumi". Mereka berkata: "Mengapa Engkau hendak menjadikan
(khalifah) di muka bumi itu orang yang akan membuat kerusakan
dan menumpahkan darah padanya, padahal kami senantiasa
bertasbih dengan memuji dan mensucikan Engkau"? Tuhan
berfirman, "Sesungguhnya Aku lebih mengetahui apa yang tidak
kamu ketahui".

Kemudian dijelaskan pula dalam: Q.S. Al-An'aam (6) : 165; berbunyi:


• MKDU4221/MODUL 2 2.29

Artinya: Dan Dialah yang menjadikan kamu pemimpin-pemimpin di bumi


dan Dia meninggikan sebagian kamu atas sebahagian kamu atas
sebahagian beberapa derajat untuk mengujimu tentang apa yang
diberikan-Nya kepadamu. Sesungguhnya Tuhanmu engkau amat
cepat memberikan siksaan, dan sesungguhnya Dia Maha
Pengampun lagi Maha Penyayang.

L A T I H A N

Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas,


kerjakanlah latihan berikut!

1) Apa yang Anda ketahui tentang manusia? Jelaskan!


2) Manusia mempunyai hak dan kewajiban. Terangkan apa arti dari kedua

k a ta t e r s e b u t, serta hak-hak apa saja yang diberikan kepada


m e nu r u t I s l am ?
manusia
3) Mengapa Islam (Syariat Islam) melarang manusia berbuat bohong?
Jelaskan!

Petunjuk Jawaban Latihan

Sebagai petunjuk untuk mengerjakan latihan di atas, coba Anda


perhatikan hal-hal berikut ini.
1) Untuk menjawab soal nomor 1 ini, pertama-tama Anda harus memahami
manusia dalam pandangan materialisme (kebendaan), sebagaimana
disinyalir al-Quran surat Al-Jatsiyah (45) : 24, kemudian perlu dipahami
bagaimana proses penciptaan manusia sebagai khalifah Allah yang
dibekali dengan akal, budi, dan ilmu.
2) Untuk soal 2 ini dapat dijawab dengan meninjau manusia dari sudut hak
dan kewajibannya, serta kedudukan manusia sebagai makhluk dan
khalifah Allah di dunia. Dalam hal ini, maka perlu dikaji bagaimana
hubungan manusia dengan Tuhan, dengan diri sendiri, dan sesama
manusia serta makhluk-makhluk selain manusia.
3) Latihan nomor 3 dapat dijawab dengan memahami hak manusia
terhadap diri sendiri dan hak terhadap orang lain.
2.30 PENDIDIKAN AgAMA ISLAM •

R A N G K U M A N

Manusia ialah makhluk yang utama dan terutama di antara semua


makhluk yang ada. Keutamaan manusia dapat dilihat dengan adanya
potensi-potensi yang dimiliki oleh manusia, yang tidak terdapat pada
makhluk lain. Dengan kelebihan itu manusia dijadikan sebagai khalifah
Allah di bumi.
Kedudukan manusia sebagai khalifah Allah inilah, yang menjadikan
mereka mempunyai sejumlah hak dan kewajiban. Hak di sini adalah
suatu imbalan dari kewajiban-kewajiban yang telah ditunaikannya.
Kewajiban dalam konteks dengan hukum Islam, berarti pekerjaan yang
akan mendapat sanksi hukum apabila ditinggalkan.

T E S F O R M A T I F 2

Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!

1) Manusia dalam pandangan kebendaan atau paham materialisme berbeda


dengan Islam. Menurut Islam, manusia adalah ....
A. makhluk Allah yang diturunkan ke dunia
B. khalifah Allah, sebagai pelaksana hukum Islam
C. makhluk Allah, yang ditugasi untuk beribadah kepada-Nya
D. jujur dan disiplin

2) Hak seseorang terhadap orang lain menurut Islam adalah ....


A. beribadah kepada Allah

B m e n e r im a t k d i r A ll a h
C . h a r u s b er us a h a d a n b e rikhtiar
D. jujur dan disiplin

3) Hak seseorang terhadap diri sendiri menurut Islam adalah ....


A. memenuhi kebutuhan diri sendiri tanpa memperhatikan kepentingan
orang lain
B. berbuat sesuai dengan peraturan yang ditetapkan oleh negara
C. memenuhi keinginan diri sendiri, dengan tidak merugikan orang lain
D. tidak melanggar peraturan atau kebiasaan yang berlaku dalam
masyarakat
• MKDU4221/MODUL 2 2.31

4) Tujuan hukum (syariat) Islam bagi manusia adalah ....


A. mengatur tata hidup dan pergaulan manusia
B. agar menjadi muslim sejati
C. agar manusia dapat masuk surga
D. kebahagiaan manusia itu sendiri

5) Bunuh diri dilarang oleh ajaran Islam dengan alasan ....


A. bersikap tanpa harapan atau frustrasi
B. melanggar atas hak terhadap diri sendiri
C. merugikan orang lain
D. melawan takdir

6) Hak manusia atas harta adalah ....


A. hak yang ada pada harta tersebut
B. kewajiban yang ditunaikan terhadap harta yang dimiliki
C. mempergunakan harta sepatutnya
D. memelihara dan memanfaatkan harta di jalan Allah

7) Khalifah Allah adalah ....


A. penguasa dan pengatur bumi untuk dan atas nama Allah
B. rasul Allah di dunia
C. hamba yang taat kepada Allah
D. mukmin dan muslim yang konsekuen

8) Tugas manusia sebagai khalifah Allah adalah ....


A. memakmurkan dan menciptakan ketenteraman di dunia atas
petunjuk agama Allah
B. menjauhi larangan dan melaksanakan perintah-Nya
C. melaksanakan rukun Islam
D. beribadah

9) Fungsi Ilmu Pengetahuan dalam hubungannya dengan Iman adalah ....


A. penjabaran cara melaksanakan keimanan dalam kehidupan sehari-
hari
B. menjelaskan pentingnya keimanan bagi kehidupan manusia
C. menanamkan keimanan
D. petunjuk jalan yang membimbing ke arah keimanan

10) Dalam rangka memenuhi hak Allah manusia berkewajiban ....


A. berbakti kepada Allah
B. mengamalkan agama Allah
2.32 PENDIDIKAN AgAMA ISLAM •

C. mengimani dan tidak menyekutukan Allah


D. bertakwa dan tidak menyekutukannya

Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 2 yang


terdapat di bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar.
Kemudian, gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan
Anda terhadap materi Kegiatan Belajar 2.

Jumlah Jawaban yang Benar


Tingkat penguasaan = 100%
Jumlah Soal

Arti tingkat penguasaan: 90 - 100% = baik sekali


80 - 89% = baik
70 - 79% = cukup
< 70% = kurang

Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat


meneruskan dengan Kegiatan Belajar 3. Bagus! Jika masih di bawah 80%,
Anda harus mengulangi materi Kegiatan Belajar 2, terutama bagian yang
belum dikuasai.
• MKDU4221/MODUL 2 2.33

KEg I A TA N
B EL A JA R 3

Tanggung Jawab Manusia

A. SEBUTAN MANUSIA DALAM AL-QURAN

Ada tiga kata dalam al-Quran yang biasa diartikan sebagai manusia,
yaitu al-basyar, an-nas, al-insan, Istilah yang dipergunakan berbeda-beda itu
mengandung arti yang berbeda-beda pula.

1. B asyar
Basyar adalah gambaran manusia secara materi, yang dapat dilihat,
memakan sesuatu, berjalan dan berusaha untuk memenuhi kebutuhan
hidupnya. Manusia dalam pengertian ini terdapat dalam al-Quran sebanyak

35 kali di berbagai surat. Dari pengertian-pengertian tersebut, 25 kali di


antaranya berbicara tentang "kemanusiaan" para rasul dan nabi, 13 ayat di
antaranya menggambarkan polemik para rasul dan nabi dengan orang-orang
kafir yang isinya keengganan orang-orang kafir terhadap apa yang dibawa
para rasul dan nabi, karena menurut mereka para rasul itu adalah manusia
seperti mereka juga. Sejumlah ayat yang mengandung pengakuan bahwa
memang rasul-rasul itu adalah manusia yang sama seperti manusia-manusia
lainnya.
QS Al-Anbiyaa‟ (21) : 2-3:

Artinya: Tidak datang kepada mereka suatu peringatan (al-Quran) yang baru
(diturunkan) dari Tuhan mereka, melainkan mereka mendengarnya
sedang mereka bermain-main. (2) Hati mereka lalai (untuk
memahaminya). Orang-orang yang zalim itu merahasiakan ucapan
mereka, “Orang ini (Muhammad) tiada lain hanyalah manusia
2.34 PENDIDIKAN AgAMA ISLAM •

seperti kamu. Apakah kamu mendatangi sihir, sedang kamu


melihat?” (3).

Dalam hadits Rasulullah SAW disebutkan: Sesungguhnya saya ini


adalah seorang manusia seperti kamu juga. Kamu datang kepada saya untuk
berperkara; barangkali sebagian kamu lebih pandai mengemukakan alat
bukti dan sebagian yang lain, lalu aku putuskan perkara tersebut sesuai
dengan keterangan yang saya terima. (HR. Bukhari dan Muslim dari Ummu
Salamah).
Pernyataan Nabi itu sesuai dengan firman Allah: QS. Al-Kahfi (18):110.

Artinya: Katakanlah: "Sesungguhnya, aku ini hanya seorang manusia seperti


kamu, yang diwahyukan kepadaku bahwa Tuhan kamu hanyalah
Tuhan Yang Esa. Maka barang siapa yang mengharapkan
perjumpaan dengan Tuhannya, maka hendaklah dia mengerjakan
amal saleh dan janganlah dia mempersekutukan Tuhan-Nya dalam
beribadah dengan seseorang pun”.

2. An-Naas
Sebutan an-Nas di dalam al-Quran terdapat sebanyak 240 kali dengan
keterangan yang jelas menunjukkan pada korps atau kumpulan, yaitu
seluruh umat manusia sebagai keturunan Nabi Adam AS. Misalnya, yang
terdapat dalam Surat Al-Hujuraat (49): 13.
• MKDU4221/MODUL 2 2.35

Artinya: Hai sekalian manusia, sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari


seorang laki-laki dan seorang perempuan, dan Kami jadikan kamu
berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling mengenal.
Sesungguhnya semulia-mulia kamu di sisi Allah ialah yang lebih
taqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi
Maha Teliti.

3. Insan dan Al-I ns


Manusia juga sering disebut al-ins atau al-insan. Kedua kata tersebut
dalam pengertian bahasa merupakan lawan dari binatang liar. Dalam al-
Quran, sekalipun mempunyai akar kata yang sama, kedua kata tersebut
mempunyai pengertian dan keistimewaan masing-masing.
Kata al-ins senantiasa dipertentangkan dengan kata al-jinn, yakni sejenis
makhluk yang hidup di luar alam manusia. Sedangkan kata al-insan
mengandung pengertian makhluk mukallaf (ciptaan Tuhan yang dibebani
tanggung jawab), pengemban amanah dan khalifah Allah di atas bumi.
Sebutan al-insan dalam pengertian ini didapati pada 65 tempat dalam al-
Quran. Penjelasan tersebut menunjukkan keistimewaan dan ciri-ciri manusia
dalam pengertian al-insan. Dalam ayat pertama yang diturunkan Allah SWT
kepada Rasulullah SAW, yaitu surat Al-Alaq, terdapat tiga kali menyebutkan
al-insan, yaitu: (1) yang menceritakan bahwa manusia itu diciptakan dari
(segumpal darah); (2) manusia dikatakan memiliki keistimewaan, yaitu ilmu;
dan (3) Allah SWT menggambarkan bahwa manusia dengan segala
keistimewaannya telah melampaui batas karena telah merasa puas dengan
yang ia punyai. Perhatikan firman Allah di QS Al-„Alaq (96):1-5:

Artinya: “Bacalah dengan nama Tuhanmu yang telah menciptakan (1) Dia
menciptakan manusia dari segumpal darah (2) Bacalah, dan
Tuhanmulah Yang Maha Pemurah (3) Yang mengajar (manusia)
dengan perantaraan kalam (4) Dia mengajari manusia apa yang
belum diketahuinya.” (5)
2.36 PENDIDIKAN AgAMA ISLAM •

B. HAK DAN KEWAJIBAN MANUSIA

Setiap makhluk selain manusia hidup dan menjalani hidupnya


berdasarkan hukum alam, tanpa diberi dan diminta tanggung jawab akan apa
yang ia lakukan. Sedang manusia harus mempertanggungjawabkan segala
perbuatannya yang akan dinilai dengan pahala dan dosa. Tanggung jawab ini
bersifat pribadi yang tidak dapat dilimpahkan atau diwariskan kepada orang
lain.
Dalam pandangan Islam, manusia terdiri dari dua unsur, yaitu materi dan
immateri. Tubuh manusia bersifat materi berasal dari tanah, sedang ruhnya
berasal dari substansi immateri di alam gaib. Proses kejadian manusia ini
disebutkan secara jelas di dalam al-Quran dan telah terbukti secara ilmiah
oleh ilmu pengetahuan modern yang banyak ditulis oleh para ahli dalam
berbagai disiplin ilmu.
Al-Quran menjelaskan asal-usul manusia pertama dari tanah, kadang-
kadang dengan istilah turab (tanah gemuk atau soil) thin (lempung) atau
saripati lempung (minsulalatin min thin).

QS Al-Mu‟minuun (23):12-16.

Artinya: Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dari sari tanah.
Kemudian Kami menjadikannya air mani pada tempat yang kukuh
dan terpelihara (rahim). Kemudian Kami menjadikan air mani itu
segumpal darah. Segumpal darah itu Kami jadikan segumpal daging,
lalu segumpal daging itu Kami jadikan tulang-tulang, maka Kami
liputi tulang-tulang itu dengan daging, kemudian Kami
• MKDU4221/MODUL 2 2.37

menjadikannya satu bentuk yang lain. Mahasuci Allah, sebaik-baik


pencipta. Kemudian sesungguhnya kamu sesudah itu pasti mati.
Kemudian sesungguhnya kamu dibangkitkan pada hari kiamat.

Dari ayat-ayat tersebut dapat disimpulkan bahwa:


1. manusia pertama diciptakan langsung dari segumpal tanah;
2. keturunannya diciptakan melalui proses dari saripati tanah (air mani);
3. setelah sempurna kemudian hidup di dunia, mati, dan dibangkitkan
kembali (dari alam kubur) hidup di akhirat.

Kehidupan manusia dilukiskan sebagai kehidupan yang abadi. Dia hidup


pindah dari suatu alam ke alam lain. Mulanya hidup di alam arwah (QS Al-
Araaf (7): 172), lalu hidup di alam kandungan rahim (alam arham),
kemudian berpindah ke alam dunia dengan cara dilahirkan.

QS Al-A‟raaf (7):172

Artinya: Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu menjadikan keturunan Bani Adam


dari tulang punggung mereka dan Allah mengambil kesaksian atas
diri mereka, “Bukankah Aku ini Tuhan-mu?” Mereka menjawab,
“Betul, kami menjadi saksi.” Yang demikian supaya kamu tidak
mengatakan di hari kiamat,“ Sesungguhnya kami orang-orang yang
lalai tentang ini.

Ketika meninggal dunia berpindahlah ia ke alam barzakh, suatu alam


yang merupakan dinding pembatas antara dua kurun, sejak mati hingga hari
kebangkitan, sebagai batas antara alam dunia dan alam akhirat, dan
kemudian akan hidup di alam baqa yaitu alam akhirat. Alam akhirat yang
sesungguhnya dimulai dengan kiamat. Allah berfirman QS. Al-Mu‟minuun
(23) : 99-104:
2.38 PENDIDIKAN AgAMA ISLAM •

Artinya: Hingga apabila kematian datang kepada salah seorang di antara


mereka (orang kafir), dia berkata, “Ya Tuhanku, kembalikanlah aku
(ke dunia) (99). Supaya aku dapat beramal saleh terhadap sesuatu
yang kutinggalkan (dahulunya). (Allah berfirman), “Sekali-kali
tidak, sesungguhnya itu adalah perkataan yang diucapkan saja.
Sedang di hadapan mereka ada dinding yang membatasi hingga
pada suatu hari mereka dibangkitkan” (100). Apabila sangkakala
ditiup, maka tidak ada pertalian nasab di antara mereka pada hari
itu dan mereka tidak saling bertanya (101). Maka barang siapa yang
berat timbangan kebaikannya, maka merekalah yang beruntung
(102). Barang siapa yang ringan timbangannya (berat
keburukannya), maka merekalah yang telah merugikan diri mereka
sendiri, mereka kekal di dalam jahanam (103). Api membakar muka
mereka, sedang mereka di dalamnya cacat (104).

Perintah membaca merupakan perintah yang paling berharga yang dapat


diberikan kepada umat manusia. Karena membaca merupakan jalan yang
mengantar manusia mencapai derajat kemanusiaannya yang sempurna,
sehingga tidak berlebihan bila dikatakan bahwa "membaca" adalah syarat
utama guna membangun peradaban. Diakui bahwa semakin luas pembacaan
semakin tinggi peradaban, demikian pula sebaliknya. Maka, tidak mustahil
jika pada suatu ketika "manusia" akan didefinisikan sebagai "makhluk
membaca". Karena ilmu yang diajarkan oleh Allah kepada manusia (Adam),
• MKDU4221/MODUL 2 2.39

ia memiliki kelebihan dari malaikat, yang tadinya meragukan kemampuan


manusia untuk menjadi pembangun peradaban (menjadi khalifah di bumi
ini). Dan dengan ibadah yang didasari oleh ilmu yang benar, manusia
menduduki tempat terhormat, sejajar bahkan dapat melebihi kedudukan
malaikat. Ilmu, baik yang kasbiy (aqcuired knowledge) maupun yang ladunniy
(abadi, perenial), tidak dapat dicapai tanpa terlebih dahulu melakukan
qirayat (bacaan dalam arti yang luas).
Kekhalifahan menuntut hubungan antara manusia dengan manusia,
dengan alam serta hubungan dengan Allah. Kekhalifahan menuntut juga
kearifan. Karena, dalam kaitannya dengan alam, kekhalifahan mengharuskan
adanya bimbingan terhadap makhluk agar mampu mencapai tujuan
penciptaannya. Untuk maksud tersebut, dibutuhkan pengenalan terhadap
alam raya. Pengenalan ini tidak mungkin tercapai tanpa usaha qiraat
(membaca, menelaah, mengkaji, dan sebagainya).

C. BEBERAPA TINJAUAN TENTANG STATUS DAN PERAN


MANUSIA

1. Tinjauan Sosiologis dan Psikologis


Sosiologis menurut Kamanto Sunarto merupakan studi tentang bentuk
dan proses kehidupan manusia. Margaret M. Poloma dan kawan-kawan
mengartikan sosiologi sebagai suatu studi tentang interaksi kemanusiaan dan
interaksi sosial. Sehubungan dengan itu, ia berpendapat bahwa pribadi, atau
sikap individu yang terbukalah yang dapat mempengaruhi tingkah laku orang
lain. Ia juga memperhatikan faktor-faktor yang mendorong dan mendidik
individu untuk menentukan dan mengambil sikap. Dengan demikian individu
dalam sikap dan tindak tanduknya mampu mempengaruhi orang lain,
masyarakat, atau kelompok di sekitarnya. Namun yang perlu diperhatikan
bahwa individu itu, di samping dibentuk oleh dirinya juga dibentuk oleh
masyarakat dan lingkungan hidupnya.
Faktor-faktor yang ada pada individu sangat mempengaruhi
eksistensinya. Faktor-faktor yang dimaksud yaitu sebagai berikut.
a. Struktur individu yaitu segala ciri dan sifat kepribadian yang tetap. Sifat
tersebut bergantung pada struktur anatomis individu yang dipengaruhi
oleh keturunan seperti pemarah, cerdas, dan lain-lain.
2.40 PENDIDIKAN AgAMA ISLAM •

b. Temporer (keadaan sementara) yakni suatu kondisi yang dialami oleh


setiap individu pada waktu tertentu. Stimulus makanan pada orang
lapar, akan lain jika dibandingkan dengan orang yang masih kenyang.
c. Aktivitas yang sedang berlangsung yaitu aktivitas individu yang sedang
dalam keadaan mencapai tujuan. Stimulus yang mengganggu aktivitas
yang sedang berlangsung membuat individu melawan atau paling tidak
akan acuh. Akan tetapi jika stimulusnya sejalan dengan aktivitas yang
sedang berjalan, maka akan terjadi reaksi kompromi.
d. Respons atau reaksi. Terjadinya respons atau reaksi akan bergantung
pada stimulus. Jika stimulusnya kuat, akan cepat memberi reaksi,
sebaliknya jika stimulusnya lemah reaksinya akan lemah pula.

Pada kenyataannya, tindakan seseorang sangat ditentukan oleh motivasi


dan tujuan. Motivasi merupakan dorongan dari dalam, sedangkan tujuan
merupakan faktor pendorong dari luar. Faktor pendorong dari luar ini sering
lebih dominan pada seseorang, sehingga mempengaruhi motivasi. Selain itu,
pada manusia juga dikenal adanya insting yaitu sesuatu yang telah ada sejak
lahir (pembawaan). Apabila pembinaan sifat bawaan ini diabaikan, maka
tidak akan berkembang bahkan dapat melemah. Pembinaan terhadap sifat
bawaan dilakukan melalui proses yang dikenal dengan pendidikan. Insting-
insting yang telah ada dalam diri, pada dasarnya dapat dikelompokkan pada
tiga macam insting yaitu instinct sex (dalam pengertian yang luas), instinct
property, dan instinct religion. Instinct sex merupakan insting untuk mencari
kenikmatan hidup, instinct property untuk mendapatkan materi kekayaan
atau kedudukan, sedangkan instinct religion untuk mendapatkan kesucian
dan ketenangan hidup. Pengaruh pembentukan diri pribadi, yang lebih
dikenal dengan istilah referensi pribadi, dapat timbul akibat adanya
pembatasan-pembatasan diri, atau karena adanya kebutuhan atau mungkin
juga karena suatu harapan. Ketiganya dipengaruhi lingkungan. Pengalaman
masa lampau yang dikenal dengan kondisi yang ada pada masyarakat
lingkungannya juga menyebabkan adanya norma yang faktual dan aktual
dalam lingkungan masyarakat sehingga menimbulkan pembatasan. Realitas
sementara adanya antisipasi dan inovasi pemenuhan kebutuhan dalam diri,
sehingga masyarakat memenuhi harapannya. Kesemuanya itu pada dasarnya
berujung menuju lahirnya kepribadian seseorang.
Kepribadian yang terbentuk dari nilai-nilai budaya masyarakat di suatu
tempat, dapat pula terpengaruh oleh nilai-nilai asing yang berasal dari luar.
• MKDU4221/MODUL 2 2.41

Keterkaitan satu sama lain dalam setiap unsur merupakan satu lingkaran
yang sulit diketahui ujung pangkalnya. Setiap individu mempunyai status dan
peran yang tidak hanya satu macam melainkan multistatus. Seseorang yang
bernama Ahmad kebetulan adalah seorang mahasiswa. Status lainnya
mungkin ia sebagai anak seorang pengusaha, karyawan suatu perusahaan,
dan lain-lain. Sebagai seorang mahasiswa peran yang terpikul padanya ialah
belajar. Sebagai seorang anak laki-laki ia patut berbuat baik kepada orang
tua. Sebagai seorang calon ayah, seorang laki-laki hendaknya mulai melatih
diri agar mampu memainkan peranannya jika telah menjadi ayah. Jika peran
tersebut tidak dilakukan, maka ia akan terkena sanksi sosial. Jika seorang
pencari ilmu dan patuh pada aturan-aturan lembaganya itu namun ternyata
kemudian ia mencuri, maka berarti ia gagal dalam memainkan peran dan
statusnya sebagai mahasiswa karena ia memainkan peran sebagai pencuri.

2. Tinjauan dari Sudut Pandang Al-Qur’an


Berpedoman pada surat Al-Baqarah (2) : 30, status dasar manusia yang
dipelopori Adam adalah sebagai khalifah. Allah berfirman:

Artinya: Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat,


sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di muka
bumi. “Mereka berkata, “Mengapa Engkau hendak menjadikan
(khalifah) di muka bumi itu, orang yang akan membuat kerusakan
dan menumpahkan darah padanya, padahal kami senantiasa
bertasbih dengan memuji dan mensucikan Engkau?” Tuhan
berfirman, “Sesungguhnya Aku lebih mengetahui apa yang tidak
kamu ketahui” (QS Al-Baqarah (2): 130).

Jika khalifah dinyatakan sebagai makhluk pemilih atau penerus ajaran


Allah, maka peran yang dilakukan adalah sebagai pelaku ajaran Allah dan
sekaligus menjadi pelopor dalam membudayakan ajaran Allah. Akan tetapi,
2.42 PENDIDIKAN AgAMA ISLAM •

manusia yang diharapkan berperan sebagai khalifah itu diberikan oleh Allah
berbagai kecenderungan negatif yang ada pada dirinya seperti
kecenderungan untuk sombong, mudah putus asa, lupa diri, dan sebagainya.
Kecenderungan negatif tersebut merupakan suatu ujian. Kecenderungan
negatif tersebut tidak dapat dihilangkan sama sekali, karena inilah yang
menjadi salah satu ciri yang membedakan antara manusia dengan makhluk
lainnya. Tugas yang dapat dilakukan oleh manusia hanyalah mengurangi dan
menetralisasinya, serta mengarahkan agar menjadi positif. Untuk dapat
menetralisasi dan mengarahkan kecenderungan negatif menjadi positif
memerlukan suatu perjuangan yang optimal. Perjuangan itu tidak akan
berhasil jika tidak dibimbing. Alat pembimbingnya adalah wahyu Allah.
Untuk menjadi pelaku ajaran Allah, apalagi menjadi pelopor
pembudayaan ajaran Allah, seseorang dituntut untuk memulai dari diri dan
keluarganya. Setelah diri dan keluarganya tahu dan mau dengan ajaran Allah,
barulah menyampaikannya kepada orang lain.
Dalam merealisasikan peran yang hendak dilakukan oleh seorang
khalifah, ada beberapa hal yang perlu ditempuh yaitu:

a. Memahami nilai
Persoalannya adalah apakah yang dimaksud dengan nilai? Nilai
merupakan suatu sifat atau tujuan dari kehidupan seseorang atau segolongan
sedemikian rupa sehingga orang yang bersangkutan mempunyai hasrat agar
sifat atau tujuan ini harus atau seharusnya berlaku (Deliar Noer, 1983: 22 –
27). Dan nilai ini ada dua, pertama, nilai-nilai yang bersifat asasi atau
absolut. Nilai ini tidak mengalami perubahan oleh zaman dan waktu, dan
kedua, nilai-nilai yang bersifat instrumental, karena hanya berupa alat saja
sehingga lebih cenderung untuk berubah. Jika ia diganti dengan alat yang
lebih tepat dan baik, maka ia berubah dan berganti sama sekali. Misalnya
nilai-nilai agama yang mutlak.
Mengenal nilai yang diajarkan oleh Allah menjadi prasyarat menjadi
khalifah. Tuntutan mempelajari ilmu (wahyu) Allah merupakan kewajiban
yang paling pertama, sebelum kewajiban-kewajiban lainnya. Seperti
diketahui bahwa wahyu yang pertama diturunkan kepada Nabi Muhammad
SAW adalah perintah untuk mempelajari isi yang diwahyukan kepadanya.
(Perhatikan kandungan surat Al-„Alaq (96): 1-5). Ilmu Allah di sini
dimaksudkan adalah ilmu al-Quran. Allah berfirman dalam Al-Kahfi
(18): 27:
• MKDU4221/MODUL 2 2.43

Artinya: Dan bacakanlah apa yang diwahyukan kepadamu dari kitab


Tuhanmu, tidak ada yang mengubah kalimat-kalimat-Nya, dan
engkau tiada memperoleh tempat mengadu selain-Nya.

Dalam upaya memahami ilmu Allah, kerap kali dihadapkan dengan


berbagai kendala, terutama kendala psikologis, seperti kurang adanya minat.
Kendala lain terutama bangsa Indonesia yaitu kekurangmampuan memahami
bahasa al-Quran. Dengan minat yang kuat dan upaya yang sungguh-sungguh,
berbagai kendala yang dihadapi pasti akan teratasi. Nilai yang diungkap
dalam al-Quran adalah nilai yang absolut.

b. Pengembangan nilai
Islam mengajak dengan sangat agar setiap orang yang mengaku dirinya
muslim, menyampaikan ilmu yang dimilikinya kepada orang lain, sesuai
dengan kadar kemampuan dan profesinya. Dikemukakan dalam sebuah hadis
yaitu orang yang paling baik adalah yang belajar dan mengajarkan al-Quran.
Perintah untuk mengembangkan nilai-nilai ilahiah ditegaskan oleh Nabi
dalam sabdanya. Sampaikan (informasi) dari saya ini, walaupun hanya satu
ayat. Mengenai ilmu yang hendaknya diajarkan atau didakwahkan oleh
khalifatullah adalah ilmu Allah, yang diwahyukan yaitu al-Quran atau ilmu
kauniah (kealaman).
Adapun strategi dalam mengembangkan nilai ilahiah sebagaimana
tersebut di atas dimulai dari diri sendiri selanjutnya lingkungan kerabat dan
masyarakat luas. Penekanan dalam dakwah bukan jumlah, melainkan
kualitas.

c. Membudayakan nilai-nilai Ilahiah


Ilmu Allah yang telah diketahui itu bukan hanya untuk disampaikan
kepada orang lain, akan tetapi yang utama dan pertama adalah untuk diri
sendiri, keluarganya, kemudian teman dekat, dan baru orang lain
(masyarakat). Orang yang tidak mengamalkan ilmu yang dimilikinya,

dikecam oleh Allah, sebagaimana firman-Nya dalam surat Ash-Shaff (61): 3.


2.44 PENDIDIKAN AgAMA ISLAM •

Artinya: Amat besar kemurkaan di sisi Allah bahwa kamu mengatakan apa
yang tidak kamu perbuat.

Proses pembudayaan berjalan sebagaimana yang dialami oleh proses


pembentukan kepribadian dan juga proses iman. Tahu, kemudian ingin
melakukan sebagaimana yang diketahui. Tahu bermula dari perkenalan, mau
bermula dari studi, dan melakukan bermula dari latihan.
Wujud pembudayaan ilmu Allah ialah tercapainya pola hidup dan situasi
kehidupan sebagaimana yang dicontohkan Nabi. Dengan demikian, sunnah
rasul merupakan contoh perwujudan pembudayaan ilmu. Haikal dalam
bukunya “Hayatu Muhammad” mengutip suatu hadis yang disampaikan
oleh Ali bin Abi Thalib bahwa nabi pernah menyatakan: "Pengetahuan
adalah modalku, akal sehat adalah basis beragamaku, iman sebagai
fondasiku, keinginan luhur adalah puncak perjalananku, keyakinan adalah
hartaku, cita-cita adalah teman sejawatku, ilmu adalah senjataku, sabar
adalah perlindungan diriku, ketenangan hati adalah tubuhku, kesederhanaan
adalah respek pribadiku, meninggalkan sifat santai adalah profesiku, sikap
ramah adalah makananku, kebenaran adalah pamungkasku, berjuang adalah
tabiatku, kejujuran adalah bekalku, ketenangan batin adalah pengabdianku,
dan shalat adalah hiburanku"
Memperhatikan beberapa prinsip seperti yang dikemukakan di atas,
maka tergambarlah tugas sebagai khalifah di muka bumi. Apa yang
dilakukan tidak hanya untuk kepentingan pribadi dan tidak pula bertanggung
jawab pada diri sendiri saja. Tetapi semua yang dilakukannya adalah untuk
kebersamaan sesama umat manusia sebagai hamba Allah. Tentang hal
tersebut yaitu pertanggungjawaban kepada Allah berkaitan dengan diri
sendiri, keluarga dan masyarakat. Atas dasar pertanggungjawaban pada tiga
lembaga tersebut, maka status dan peran yang akan dimainkan manusia
dalam hidupnya, akan tetap memelihara kepercayaan yang diamanatkan
kepadanya. Prinsip lain yang perlu ditanamkan dalam menjalankan status
dan perannya sebagai khalifah ialah mencapai tujuan hidup seperti yang
diungkapkan al-Quran dalam surat Adz-Dzaariyaat (51): 58:
• MKDU4221/MODUL 2 2.45

Artinya: Sesungguhnya Allah, Dialah Maha Pemberi rezeki yang mempunyai


kekuatan lagi sangat kokoh.

Keberadaan manusia bukanlah secara kebetulan dan ia juga tampil di


dunia bukan sebagai benda yang hidup lalu mati kembali ke benda lagi tanpa
tanggung jawab seperti halnya pandangan penganut materialisme. Islam
dalam rangka ini telah memberikan garis yang jelas tentang maksud
penciptaan manusia; apa fungsinya dan apa pula tujuan hidupnya.
Keterbatasan manusia memaksanya untuk berpikir tentang dirinya
sendiri dalam berhadapan dengan suatu kekuatan yang supernatural yang tak
terbatas, yang mengatur alam ini dengan segala isinya, termasuk manusia
sendiri. Bahkan ia bukan saja menghadapkan diri kepada super power
tersebut, tetapi juga menyerahkan diri dan mengaguminya. Dengan demikian
hidup manusia selalu diliputi oleh nuansa religius yaitu patuh kepada
kekuatan supernatural tersebut yang kita namai Tuhan. Kebutuhan dan
kewajiban berhubungan dengan Tuhan itu diaplikasikan dalam kegiatan
ibadah (ritual).
Manusia meskipun ia sama-sama makhluk, tetapi ia memiliki
keunggulan dan keistimewaan dari makhluk lain. Keunggulan tersebut
karena manusia diciptakan sebagai makhluk yang terbaik dan sempurna
(ahsani taqwiem QS. At-Tiin (95): 4, dengan bentuk tubuh yang elastis dan
dinamis, juga diberinya akal, kewajiban dan tanggung jawab.
Kecuali itu, manusia juga terdiri dari dua unsur pokok yaitu gumpalan
tanah dan hembusan Ruh. Ia adalah kesatuan dari kedua unsur tersebut yang
tidak dapat dipisahkan. Bila dipisah, maka ia bukan lagi manusia,
sebagaimana halnya air, yang merupakan perpaduan antara oksigen dan
hidrogen. Dalam kadar-kadar tertentu bila salah satu di antaranya terpisah,
maka ia bukan air lagi.
Manusia dalam rangka memenuhi kebutuhan hidupnya yang bersumber
dari gumpalan tanah tersebut, haruslah menurut cara-cara manusia, bukan
seperti hewan. Demikian pula dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan
ruhaniah, bukan seperti malaikat. Sebab kalau tidak, ia akan menjadi
binatang atau malaikat, yang keduanya akan membawa ia jatuh dari hakikat
kemanusiaannya.
Manusia kecuali diberi potensi positif ada juga potensi negatif berupa

kelemahan-kelemahan sebagai manusia. Kelemahan pertama, potensi untuk


terjerumus dalam godaan hawa nafsu dan setan, kedua, dinyatakan secara
2.46 PENDIDIKAN AgAMA ISLAM •

tegas oleh al-Quran bahwa banyak masalah yang tidak dapat dijangkau oleh
pikiran manusia, khususnya menyangkut diri, masa depan, serta banyak hal
menyangkut hakikat manusia, seperti berikut ini.
1) Manusia hanyalah mengetahui fenomena kehidupan duniawi (QS Ar-
Ruum (30): 6-7):

Artinya: Sebagai janji Allah, Allah tidak menyalahi janji-Nya, tetapi


kebanyakan manusia tidak mengetahui. Mereka mengetahui
sesuatu yang tampak dari kehidupan dunia, sehingga mereka
lalai tentang kehidupan akhirat.

2) Masalah hakikat ruh (QS Al-Israa‟ (17): 85):

Artinya: Dan mereka bertanya kepadamu tentang ruh, katakanlah, “Ruh


itu adalah urusan Tuhanku dan kamu tidak diberi ilmu
melainkan sedikit”.

3) Suatu jiwa tidak mengetahui di daerah mana ia mati, kapan kematian


tiba dan di mana tempatnya (QS. Luqman (31): 34):
• MKDU4221/MODUL 2 2.47

Artinya: Sesungguhnya Allah disisi-Nya ilmu (tentang) kiamat, dan Dia


menurunkan hujan dan mengetahui apa-apa dalam rahim. Dan
tiada seorang mengetahui apa yang akan dikerjakan besok dan
tiada seorang mengetahui di bumi mana dia akan mati.
Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Teliti.

4) Ayah ibumu atau anak-anakmu tidak engkau ketahui mana yang lebih
banyak memberi manfaat untukmu, QS. An-Nisaa‟ (4):19:

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, tidak halal bagi kamu


mempusakai perempuan-perempuan dengan paksa, dan
janganlah kamu menyusahkan mereka karena hendak
mengambil kembali sebagian dari apa yang telah kamu berikan
kepadanya kecuali kepada mereka melakukan perbuatan keji
yang nyata. Dan pergaulilah mereka (istri-istrimu) secara baik.
Maka jika kamu membenci mereka (maka bersabarlah)
barangkali kamu karena membenci sesuatu, padahal Allah
menjadikan padanya kebaikan yang banyak.

5) Kemungkinan engkau menyenangi sesuatu padahal ia buruk bagimu.


QS Al-Baqarah (2): 216:
2.48 PENDIDIKAN AgAMA ISLAM •

Artinya: Diwajibkan kepada kamu berperang walaupun itu sesuatu yang


kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu padahal ia baik
bagimu dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu padahal ia buruk
bagimu. Dan Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.

Sebagai penyempurnaan nikmat Tuhan kepada makhluknya,


dianugerahkanlah kepada manusia petunjuk-petunjuk yang disesuaikan
dengan hakikat itu, serta disesuaikan pula dengan fungsinya selaku khalifah
di dunia ini. Petunjuk tersebut pada pokoknya terbagi dua bagian:
(1) petunjuk yang bersifat permanen dan terperinci yang tidak membutuhkan
campur tangan pemikiran manusia untuk pengaturannya dan tidak
mengalami perubahan dalam kondisi dan situasi apa pun; dan (2) petunjuk
yang bersifat global atau umum dan dalam hal ini manusia diberi wewenang
untuk memikirkannya sesuai dengan kondisi masyarakat dan sesuai pula
dengan jiwa dari petunjuk yang bersifat umum tersebut.

D. MANUSIA SEBAGAI KHALIFAH

Khalifah berarti pengganti, penguasa, pengelola atau pemakmur. Selaku


khalifah, manusia tidak boleh mengabaikan keserasian hidupnya
berdampingan dengan alam semesta sebagai ekosistem. Manusia memang
tidak dapat hidup sendirian, ia memerlukan bekal hidup yang disumbangkan
oleh makhluk lain karena memang eksistensi segala makhluk pada
hakikatnya diciptakan untuk kepentingan hidup manusia, demikian al-Quran
menyatakan dalam QS. Al-Jaatsiyah (45):13.

Artinya: Dan Dia memudahkan (pula) untuk kamu apa yang di langit dan apa
yang di bumi semuanya (sebagai rahmat) daripada-Nya.
Sesungguhnya pada yang demikian itu menjadi tanda-tanda
(kekuasaan Allah) bagi kaum yang berpikir.

Kekhalifahan mempunyai tiga unsur yang saling berkaitan. Arti


kekhalifahan dalam pandangan al-Quran adalah sebagai berikut.
• MKDU4221/MODUL 2 2.49

1. Manusia yang dalam hal ini dinamai khalifah.


2. Alam raya, yang ditunjuk oleh-Nya sebagai ardl.

QS. Al-Baqarah (2): 30:

Artinya: Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu berfirman kepada malaikat,


Sesungguhnya Aku hendak menjadikan seorang khalifah di
muka bumi. “ Mereka berkata, “Mengapa Engkau hendak
menjadikan (khalifah) di muka bumi itu orang yang akan
membuat kerusakan dan menumpahkan darah padanya,
padahal kami senantiasa bertasbih dengan memuji dan
mensucikan Engkau?” Tuhan berfirman, “Sesungguhnya Aku
lebih mengetahui apa yang tidak kamu ketahui”.

3. Hubungan antara manusia dengan alam dan segala isinya, termasuk


dengan manusia.

Hubungan ini walaupun tidak disebutkan secara tersurat dalam ayat di


atas, tersirat karena penunjukan sebagai khalifah tidak akan ada artinya jika
tidak disertai dengan penugasan. Itulah unsur yang saling berkaitan
sedangkan unsur keempat yang berada di luar adalah yang digambarkan oleh
ayat tersebut dengan kata “inna ja'alnaka”, atau “inna ja'alnaka khaliifah”,
Kami yang memberi penugasan, yakni Allah SWT. Dialah yang memberi
penugasan itu dan dengan demikian yang ditugasi harus memperhatikan
kehendak yang memberi tugas.
Hubungan antara manusia dengan alam atau hubungan manusia dengan
sesamanya, bukan merupakan hubungan antara penakluk dan yang
ditaklukkan, atau antara tuan dengan hamba, tetapi hubungan kebersamaan
dalam ketundukan kepada Allah SWT. Karena, kalau pun manusia mampu

mengelola atau menguasai alam, namun hal tersebut bukan akibat kekuatan
yang dimilikinya, tetapi akibat Tuhan menundukkannya untuk manusia.
2.50 PENDIDIKAN AgAMA ISLAM •

QS. Ibrahim (14): 32 – 34:

Artinya: Allah yang telah menciptakan langit dan bumi dan menurunkan air
dari langit, kemudian Dia mengeluarkan dengan air itu buah-buahan
sebagai rezeki bagi kamu, dan Dia menundukkan bahtera bagi kamu
supaya berlayar di lautan dengan kehendak-Nya, dan Dia telah
menundukkan bagimu sungai-sungai. (32) Dan Dia telah
menundukkan bagi kamu matahari dan bulan yang terus menerus
beredar, dan telah menundukkan bagimu malam dan siang. (33) Dan
Dia telah memberikan kepada kamu segala apa yang kamu mohon
kepada-Nya. Dan jika kamu menghitung nikmat Allah, tidaklah
dapat kamu menghinggakannya. Sesungguhnya manusia itu
sungguh zalim lagi ingkar (34).

Dengan demikian, kekhalifahan menuntut adanya interaksi antara


manusia dengan sesamanya dan manusia dengan alam sesuai dengan
petunjuk-petunjuk Ilahi yang tertera dalam wahyu-wahyu-Nya. Semua itu
harus ditemukan kandungannya oleh manusia sambil memperhatikan
perkembangan dan situasi lingkungannya.
Semakin kokoh hubungan manusia dengan alam raya dan semakin dalam
pengenalan terhadapnya, akan semakin banyak yang dapat diperolehnya
melalui alam ini. Namun, bila hubungan itu tidak harmonis maka hasil yang
dicapai hanyalah penderitaan dan penindasan manusia atas manusia. Inilah
antara lain kandungan pesan Tuhan yang diletakkan dalam rangkaian wahyu
pertama. Sebaliknya, semakin baik interaksi manusia dengan manusia,
Tuhan, dan alam, pasti akan semakin banyak yang dapat dimanfaatkan dari
alam raya ini. Karena, ketika itu mereka semua akan saling membantu serta
• MKDU4221/MODUL 2 2.51

bekerja sama dan Tuhan di atas mereka akan merestui. Hal ini terungkap
antara lain melalui surat Al-Jin (72): 16:

Artinya: Sekiranya mereka berketetapan hati pada jalan itu (Islam), niscaya
Kami memberi minum mereka dengan air yang segar.

Keharmonisan hubungan melahirkan kemajuan dan perkembangan


masyarakat. Demikian kandungan ayat di atas. Perkembangan inilah yang
merupakan arah yang dituju oleh masyarakat religius yang islami
sebagaimana digambarkan oleh al-Quran pada akhir surat Al-Fath (48): 29.
Keharmonisan tidak mungkin tercipta kecuali jika dilandasi oleh rasa aman.
Karena itu pula, setiap aktivitas istikhlaf (pembangunan) baru dapat dinilai
sesuai dengan etika agama apabila rasa aman dan sejahtera menghiasi setiap
anggota masyarakat. Dengan kata lain, pembangunan yang dihiasi oleh etika
agama adalah yang mengantar manusia menjadi lebih bebas dari penderitaan
dan rasa takut. Kalau hal ini dikaitkan dengan kisah kejadian manusia, maka
dapat pula dikatakan bahwa keberhasilan pembangunan dalam pandangan
agama adalah pada saat manusia berhasil mewujudkan bayang-bayang surga
di persada bumi ini. Adam dan Hawa sebelum diperintahkan turun ke bumi,
hidup dalam ketenteraman dan kesejahteraan. Tersedia bagi mereka
sandang, pangan, dan papan; dan ketika itu mereka diperingatkan agar
jangan sampai terusir dari surga karena akibatnya mereka akan menjadi
susah. Perhatikan
informasi kitab suci ini tentang proses keterpurukan Adam dan Hawa dari
Surga.
QS. Thaha (20): 117-119:

Artinya: Lalu kami berkata: “Hai Adam, sesungguhnya ini (Iblis) adalah
musuhmu dan musuh istrimu, maka janganlah dia mengeluarkan
kamu berdua dari surga, maka engkau akan celaka” (117).
2.52 PENDIDIKAN AgAMA ISLAM •

Sesungguhnya engkau tidak lapar padanya dan tidak (pula)


telanjang (118), dan sesungguhnya engkau tidak haus dan tidak
kepanasan padanya” (119).

Mereka juga diharapkan agar mengikuti petunjuk Ilahi, karena dengan


demikian mereka tidak akan merasa takut atau merasa sedih.
Di lain ayat, dijelaskan bahwa sebelum manusia diciptakan, Tuhan telah
menyampaikan rencana penciptaan ini kepada malaikat, yaitu agar makhluk
ini menjadi khalifah (kuasa atau wakil) Tuhan di bumi (QS. Al-Baqarah (2):
30). Dari sini jelas pula bahwa hakikat wujud manusia dalam kehidupan ini
adalah melaksanakan tugas kekhalifahan, membangun dan mengolah dunia
ini sesuai dengan kehendak Ilahi, sebagai bagian dari pengabdian kepada
Allah, dengan tujuan untuk mencapai ridla-Nya.

QS. Adz-Dzaariyaat (51): 56:

Artinya: Dan Aku ciptakan jin dan manusia, mereka mengabdi kepada-Ku.

QS. Al-An‟aam (6):162:

Artinya: Katakanlah: “Sesungguhnya shalatku, ibadahku, hidup dan matiku


(hanyalah) untuk Allah, Tuhan semesta alam.”

Untuk menyukseskan tugas-tugas selaku khalifah Tuhan di dunia ini,


Allah SWT melengkapi manusia dengan potensi-potensi tertentu, antara lain:
1. Kemauan untuk mengetahui sifat-sifat, fungsi dan kegunaan berbagai
macam benda. Hal ini tergambar dalam firman Tuhan dalam surat Ar-
Ruum (30): 6-7:
• MKDU4221/MODUL 2 2.53

Artinya: Sebagai janji Allah, Allah tidak menyalahi janji-Nya, tetapi


kebanyakan manusia tidak mengetahui (6). Mereka hanya
mengetahui sesuatu yang tampak dari kehidupan dunia akhirat
(7).

2. Ditundukkan bumi, langit dan segala isinya, bintang-bintang, planet-


planet dan sebagainya kepada manusia:
QS. Al-Jaatsiyah (45): 12-13:

Artinya: Allah
padanyayang menundukkan
dengan izin-Nya dan laut untukdapat
agar kamu kamu, bahtera
mencari berlayar
karunia-Nya
dan supaya kamu bersyukur (12). Dan Dia memudahkan (pula)
untuk kamu apa yang di langit dan apa yang di bumi semuanya
(sebagai rahmat) daripada-Nya. Sesungguhnya pada yang demikian
itu menjadi tanda-tanda (kekuasaan Allah) bagi kaum yang berpikir
(13).

Hanya yang perlu digarisbawahi di sini bahwa, penaklukan tersebut


dilakukan oleh Tuhan sendiri, bukan oleh manusia. Dengan demikian,
kedudukan manusia dengan benda-benda tersebut dari penundukan dan
kehambaan kepada Tuhan adalah sama dan setingkat.
2.54 PENDIDIKAN AgAMA ISLAM •

Potensi ketiga dan keempat yang dianugerahkan kepada makhluk ini


adalah akal pikiran serta pancaindra (QS 67: 23, dan kekuatan positif untuk
mengubah corak kehidupan dunia ini (QS 13: 11).

QS. Al-Mulk (67): 23:

Artinya: Katakanlah,”Dialah yang menciptakan kamu dan menjadikan


bagimu pendengaran, penglihatan dan hati, sedikitlah kamu yang
bersyukur”.

QS. Ar-Ra‟d (13): 11:

Artinya: Bagi manusia ada (malaikat) yang mengikutinya bergantian di muka


dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah.
Sesungguhnya Allah tidak mengubah keadaan suatu kaum sehingga
mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri. Dan apabila Allah
menghendaki keburukan terhadap suatu kaum maka tidak ada yang
dapat menolaknya, dan tidak ada pelindung bagi mereka selain-Nya.

Potensi-potensi inilah yang mempunyai peran penting dalam


pelaksanaan tugas kekhalifahan manusia di alam ini. Di samping potensi-
potensi yang bersifat positif tersebut, masih ada lagi potensi manusia yang
bersifat negatif, dan yang merupakan kelemahan makhluk ini.
Demikian pula dinyatakan secara tegas oleh al-Quran bahwa banyak
masalah yang tidak dapat dijangkau oleh pikiran manusia, khususnya
• MKDU4221/MODUL 2 2.55

menyangkut diri, masa depan, serta banyak hal yang menyangkut hakikat
manusia, seperti:
1. Kebanyakan manusia tidak mengetahui, yang mereka ketahui hanyalah
fenomena kehidupan duniawi.
QS. Ar-Ruum (30): 6-7:

Artinya: Sebagai janji Allah, Allah tidak menyalahi janji-Nya, tetapi


kebanyakan manusia tidak mengetahui (6). Mereka hanya
mengetahui sesuatu yang tampak dari kehidupan dunia akhirat
(7).

2. Mereka bertanya tentang ruh, katakanlah bahwa ruh adalah urusan


Tuhanku, dan kamu tidak diberi pengetahuan kecuali sedikit.
QS. Al-Israa‟ (17): 85:

Artinya: D an m e r e ka
itu a da l a h
b e r ta n ya k e p a d a mu te nta n g r uh , k a tak
u r u s a n T u h a n k u da n k a m u t id a k d
a n l a h , “ R u h melainkan sedikit”.
i b e r i i lm u

3. Manusia (jiwa) tidak mengetahui di mana ia meninggal.


QS. Luqman (31): 34:
2.56 PENDIDIKAN AgAMA ISLAM •

Artinya: Sesungguhnya Allah di sisi-Nya ilmu tentang kiamat, dan


mengetahui apa-apa dalam rahim. Dan tiada seorang
mengetahui apa yang akan dikerjakan besok dan tiada seorang
mengetahui di bumi mana dia akan mati. Sesungguhnya Allah
Maha Mengetahui lagi Maha Teliti.

4. Ayah ibumu atau anak-anakmu tidak engkau ketahui mana yang lebih
banyak memberi manfaat untukmu.
QS An-Nisaa‟ (4): 19:

Artinya: Hai orang-orang yang beriman, tidak halal bagi kamu


mempusakai perempuan-perempuan dengan paksa, dan
janganlah kamu menyusahkan mereka karena hendak
mengambil kembali sebagian dari apa yang telah kamu berikan
kepadanya kecuali jika mereka melakukan perbuatan keji yang
nyata. Dan pergaulilah mereka (istri-istrimu) secara baik. Maka
jika kamu membenci mereka (maka bersabarlah), barangkali
kamu karena membenci sesuatu padahal Allah menjadikan
padanya kebaikan yang banyak.

5. Kemungkinan engkau menyenangi sesuatu padahal ia buruk bagimu.


QS. Al-Baqarah (2): 216:
• MKDU4221/MODUL 2 2.57

Artinya: Diwajibkan kepada kamu berperang walaupun itu suatu yang


kamu benci. Boleh jadi kamu membenci sesuatu padahal ia baik
bagimu dan boleh jadi kamu menyukai sesuatu padahal ia buruk
bagimu. Dan Allah mengetahui, sedang kamu tidak mengetahui.

L A T I H A N

Untuk memperdalam pemahaman Anda mengenai materi di atas,


kerjakanlah latihan berikut!

1) Manusia disebut dalam al-Quran dengan basyar, nas, atau insan.


Kemukakan apa pengertian manusia jika dipahami dari sebutan itu?
2) Menurut kodratnya, manusia diciptakan sebagai makhluk yang paling
mulia. Keistimewaan manusia dari makhluk yang lain adalah karena ia
memiliki akal. Kemukakan apa peranan akal bagi manusia menurut versi
al-Quran?
3) Kemukakan secara ringkas tentang status dan peran manusia berdasarkan
tinjauan sosiologis dan psikologis!
4) Bagaimana tanggapan Anda jika ada pendapat yang mengatakan bahwa
dalam mengkaji bidang agama manusia tidak boleh menggunakan akal?
5) Kemukakan secara ringkas pokok-pokok strategi dalam rangka
mempertahankan status dan peran manusia sebagai khalifah di bumi!

Petunjuk Jawaban Latihan

1) Dari beberapa sebutan yang dikemukakan dalam al-Quran, paling tidak


dari pengertian kata tersebut dapat diketahui tentang ciri-ciri yang
menjadi sifat manusia. Kata basyar secara harfiah artinya kulit. Seperti
diketahui, kulit adalah alat yang berperan sebagai peraba. Dengan
kulitnya, manusia bisa meraba atau merasakan sesuatu. Sebagai basyar
berarti manusia merupakan makhluk yang berperasaan, sebagaimana
halnya binatang. Kata nas secara harfiah artinya korps atau jenis manusia
tanpa kecuali sebagai turunan dari Adam. Berarti manusia adalah
makhluk yang berkelompok. Kata insu atau insan mempunyai konotasi
arti dengan nasia artinya lupa. Berarti manusia adalah makhluk yang
tidak luput dari kesalahan atau lupa.
2.58 PENDIDIKAN AgAMA ISLAM •

2) Dalam banyak hal manusia memiliki kesamaan dengan makhluk-


makhluk lainnya. Dalam banyak hal pula manusia berbeda dari makhluk
lainnya. Perbedaan manusia jika dibandingkan dengan makhluk lainnya
karena memiliki potensi berpikir. Sebagai makhluk budaya membuat
manusia mempunyai potensi keleluasaan dalam mengembangkan hidup
dan kehidupannya.
3) Secara sosiologis manusia adalah makhluk yang berkelompok. Karena
nalurinya itu, maka manusia mempunyai status dan peran. Di satu sisi
manusia sebagai pemimpin dan di sisi lain ia sebagai anggota
masyarakat. Di satu segi ia menjadi subjek, sisi lain manusia bisa
menjadi objek. Sebagai makhluk yang berpikir, manusia memiliki jati
diri atau kepribadian. Memiliki keinginan dan kecenderungan. Dari
keinginan dan kecenderungannya ia terbebani dengan tanggung jawab
terhadap dirinya, keluarga dan masyarakat.
4) Berdasarkan tinjauan asal penciptaan manusia dilebihkan dari makhluk
lain, karena memiliki potensi berpikir. Sebab itu untuk mempertahankan
status dan perannya, manusia tidak urung dari kegiatan berpikir. Manusia
yang tidak berpikir bukanlah manusia. Jika ada pendapat yang
mengatakan bahwa berpikir dilarang dalam memahami agama, pendapat
tersebut bertentangan dengan kodrat alami manusia. Dengan berpikir,
ada kemungkinan manusia berbalik posisi dari yang terhormat menjadi
terhina. Namun posisi manusia yang tidak menggunakan pikirannya
akan berada pada posisi yang hina. Permasalahannya bagaimana
berpikir yang sesuai dengan ajaran Islam.
5) Sebagai khalifah, manusia makhluk yang diberi kewenangan untuk
menentukan pilihan. Dengan pilihannya itu, manusia akan dimintai
pertanggungjawaban. Atas dasar itu dalam rangka mempertahankan
status dan peran, manusia dituntut agar tidak memilih sesuatu sebelum
diketahuinya terlebih dahulu. Di samping itu keinginan yang tumbuh
adalah keinginan yang berdasarkan pertimbangan ilmiah, bukan alamiah.
Kemampuan untuk melaksanakan keinginannya merupakan tuntutan
yang dibebankan kepada manusia sebagai makhluk pilihan.
• MKDU4221/MODUL 2 2.59

R A N G K U M A N

Menurut kodratnya, manusia adalah makhluk yang paling mulia.


Sesuai dengan namanya manusia adalah makhluk yang mempunyai
naluri berperasaan, berkelompok, dan berpribadi. Selain itu manusia
memiliki sifat pelupa atau cenderung memilih berbuat kesalahan. Dari
sifat-sifatnya itu posisi manusia akan berbalik menjadi makhluk yang
paling hina, bahkan lebih hina dari binatang.
Manusia diciptakan untuk mengelola dan memanfaatkan alam untuk
mencapai kehidupan materi yang sejahtera dan bahagia di dunia,
sekaligus dengan demikian ia dapat melaksanakan tugas beribadah
kepada Pencipta untuk mencapai kebahagiaan immateri di akhirat kelak.
Fungsi ganda manusia itu dikenal dalam istilah agama sebagai fungsi
kekhalifahan dan kehambaan (untuk mengabdi dan beribadah).

T E S F O R M A T I F 3

Pilihlah satu jawaban yang paling tepat!

1) Ditinjau dari hukum kauniah (asal penciptaan), manusia adalah makhluk


Allah yang paling mulia, karena manusia memiliki ....
A. daya berpikir yang melebihi makhluk lain
B. perasaan yang melebihi makhluk lain
C. daya tahan yang melebihi makhluk lain
D. insting yang kuat yang melebihi makhluk lain

2) Berikut ini adalah sebutan tentang manusia di dalam al-Quran,


kecuali ....
A. Al-Insan
B. An-Naas
C. Al-Basyar
D. Al-Nisyan

3) Sebagai an-Nas manusia adalah makhluk yang memiliki potensi


keinginan untuk ....
A. berpikir
B. bersaing
C. marah
D. berzikir
2.60 PENDIDIKAN AgAMA ISLAM •

4) Sebagai al-Basyar, manusia adalah makhluk yang memiliki potensi


bertanggung jawab kepada ....
A. masyarakat
B. Allah
C. manusia
D. keluarga

5) Sebagai khalifah di bumi, manusia harus bertanggung jawab kepada


Allah atas perbuatannya ....
A. selama ia hidup
B. setelah ia mati
C. sejak sebelum lahir sampai ia mati
D. setelah ia dewasa

6) Peran manusia sebagai khalifah akan berfungsi dengan baik jika


didukung oleh ....
A. pengetahuan dan pengalaman
B. kemauan dan ketidaktahuan
C. kemampuan dan kenisbian
D. kemampuan dan keinginan

7) Di antara pengertian khalifah dalam bahasa Indonesia adalah ....


A. makhluk alternatif
B. makhluk terhormat
C. makhluk yang buas
D. pemimpin semua makhluk

8) Manusia disebut makhluk istimewa karena diberi ....

AB. kebebasan untuk ermbuilaithsaegmamuanya


mb
C. hak untuk menolak hukum Allah
D. wewenang untuk mengatur dirinya

9) Menurut al-Quran dalam surat Al-Jaatsiyah (45): 13, Allah


menundukkan buat manusia segala yang ada di langit dan di bumi. Ayat
tersebut menunjukkan bahwa manusia ....
A. sebagai pengatur alam
B. dipercaya untuk mengelola alam
C. sebagai pemilik alam
D. penguasa hasil alam
• MKDU4221/MODUL 2 2.61

10) Manusia dalam beberapa hal ada kesamaannya dengan hewan,


kecuali ....
A. merasakan haus, dahaga
B. berpikir, beragama dan berbudaya
C. berkelompok dan berkembang biak
D. memiliki rasa sayang dan berkelompok

Cocokkanlah jawaban Anda dengan Kunci Jawaban Tes Formatif 3 yang


terdapat di bagian akhir modul ini. Hitunglah jawaban yang benar.
Kemudian, gunakan rumus berikut untuk mengetahui tingkat penguasaan
Anda terhadap materi Kegiatan Belajar 3.

Jumlah Jawaban yang Benar


Tingkat penguasaan = 100%
Jumlah Soal

Arti tingkat penguasaan: 980 - 18090% = baik sekali


70 - 79% = cukup
< 70% = kurang

Apabila mencapai tingkat penguasaan 80% atau lebih, Anda dapat


meneruskan dengan modul selanjutnya. Bagus! Jika masih di bawah 80%,
Anda harus mengulangi materi Kegiatan Belajar 3, terutama bagian yang
belum dikuasai.
2.62 PENDIDIKAN AgAMA ISLAM •

Kunci Jawaban Tes Formati f

Tes Formatif 1
1) A. Karena manusia memiliki otak dan jantung yang masing-masing

anggota badan satu sama lain dihubungkan melalui susunan syaraf


yang sangat kompleks.
2) A. Karena manusia memiliki ruh dan jiwa yang memerankan adanya
proses berpikir, merasa, bersikap.
3) C. Manusia adalah makhluk hidup yang mempunyai akal, merasa, dan
cenderung ke arah kebijakan.
4) C. Manusia sebagai makhluk unggulkan.
5) D. Manusia tingkat kehidupannya di samping ditentukan oleh akal juga
oleh bisikan hati nuraninya.
6) B. Manusia, unsur-unsur jasmaniahnya terbuat dari unsur zat yang ada

7) D. d a l m Islam itu lebih tinggi dan universal dibandingkan


N i la i

ta n a h .
a ja r a n
dengan nilai budaya manusia.
8) A. Hidup dan mati manusia itu untuk Allah.
9) D. Aqidah, keimanan, syari'ah, dan akhlak.
10) D. Informasi tentang makhluk, Khalik, alam gaib dan nyata, serta
petunjuk tentang baik dan buruk.

Tes Formatif 2
1) C. Makhluk Allah, yang ditugasi untuk beribadah kepada-Nya.
2) D. Jujur dan disiplin.
3) C. Memenuhi keinginan diri sendiri, dengan tidak merugikan orang
lain.
4) A. Mengatur tata hidup dan pergaulan manusia.
5) A. Bersikap tanpa harapan atau frustrasi.
6) D. Memelihara dan memanfaatkan harta di jalan Allah.
7) A. Penguasa dan pengatur bumi untuk dan atas nama Allah.
8) A. Memakmurkan dan menciptakan ketenteraman di dunia atas
petunjuk agama Allah.
9) D. Petunjuk jalan yang membimbing ke arah keimanan.
10) D. Bertakwa dan tidak menyekutukannya.
• MKDU4221/MODUL 2 2.63

Tes Formatif 3
1) A. Daya berpikir yang melebihi makhluk lain.
2) D. Al-Nisyan.
3) B. Bersaing.
4) B. Allah.
5) C. Sejak sebelum lahir sampai ia mati.
6) A. Pengetahuan dan pengalaman.
7) D. Pemimpin semua makhluk.
8) C. Kebebasan untuk memilih agama.
9) B. Dipercaya untuk mengelola alam.
10) B. Berpikir, beragama, dan berbudaya.
2.64 PENDIDIKAN AgAMA ISLAM •

Glosarium

Addin : agama.
Al-basyar : manusia sebagai makhluk biologis.

Al-insan : manusia sebagai makhluk psikologis.


An-Naas : manusia sebagai makhluk sosial.
Khalifah : manusia sebagai pemimpin.
• MKDU4221/MODUL 2 2.65

Daft ar Pustaka

A. B Shah. (1986). Metodologi Ilmu Pengetahuan. Jakarta: Yayasan Obor


Indonesia.

A. Yazid dan Qasim Lho. (1977). Himpunan Hadits-Hadits Lemah dan


Palsu. Bandung: Bina Ilmu.

Abudin Nata. (1994). Alquran dan Hadits. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

. (1999). Metodologi Studi Islam. Jakarta: Raja Grafindo


Persada.

Ali Abdul Adzim. (1989). Epistemologis dan Aksiologi Ilmu Perspektif


Alquran. Bandung: Rosda.

Al-Quran dan Terjemahannya (Depag RI, 1986).

Andi Hakim Nasution. (1988). Pengantar ke Filsafat Ilmu. Jakarta: Litera


Antar Nusa.

C. A. Qadir, (Ed.). (1989). Ilmu Pengetahuan dan Metodenya. Jakarta


Yayasan Obor Indonesia.

Daniel W. Brown. (1991). Relevansi Sunnah dalam Islam Modern. Bandung:


Mizan.

Dawud Al-Aththar. (1994). Ilmu Alquran. Bandung: Pustaka Hidayah.

Dedy Mulyana, (Ed.). (1996). Berpaling Kepada Islam. Bandung: Rosda.

Departemen Agama RI. (2001). Kapita Selekta Pengetahuan Agama Islam.


Jakarta: Dirjen Binboga Islam.

E. Hasan Saleh. (2000). Studi Agama Islam di Perguruan Tinggi. Cetakan


Kedua. Jakarta : ISTN.
2.66 PENDIDIKAN AgAMA ISLAM •

Endang Saifuddin Anshari. (1983). Wawasan Islam: Pokok-pokok Pikiran


tentang Islam dan Umatnya. Bandung: Pustaka.

Fazlur Rahman. (1984). Islam. Bandung: Pustaka.

Hasan Langgulung. (1986). Manusia dan Pendidikan: Studi Analisis


Psikologis dan Pendidikan. Jakarta: Pustaka Alhusna.

. 1986). Teori-teori Kesehatan Mental. Jakarta: Pustaka


Alhusna.

Husein Bahreisy. (t.th.). Studi Hadits Nabi. Surabaya: Amin.

Iwan Kusuman Hamdan, dkk. (Eds.). (1995). Mukjizat Alquran dan As-
Sunnah tentang IPTEK. Jakarta: GIP.

Jujun S. Suriasumanteri. (1985). Filsafat Ilmu: Pengantar Populer. Jakarta:


Sinar Harapan.

. (1978). Ilmu dalam Perspektif. Jakarta: Gramedia.

Karen Armstrong. (2001). Muhammad Sebagai Nabi. Jakarta: Risalah Gusti.

M. Ali Usman, dkk. (1993). Hadits Qudsi: Firman Allah Tidak Dicantumkan
dalam Alquran. Bandung: Diponegoro.

Moh. Syafaat. (1965). Mengapa Anda Beragama Islam. Jakarta: Wijaya.

Moh. Thahir Hakim. (1984). Sunah dalam Tantangan Pengingkarnya.


Jakarta: Granada.

Muh. Al-Ghazali. (1991). Keprihatinan Seorang Juru Dakwah. Bandung:


Mizan.

Muh. Husain Haekal. (1980). Sejarah Hidup Muhammad. Jakarta: Pustaka

Jaya.
• MKDU4221/MODUL 2 2.67

Muh. Sa‟id Ramadlan Al-Buthy. (1992). Sirah Nabawiyah. 3 Jilid. Jakarta:


Robbani Pres.

Muh. Zulkarnain. (t. th.). Mengapa Saya Masuk Agama Islam. Semarang:
Ramadahani.

Muhammad Quraish Shihab. (1992). Membumikan Alquran. Bandung:


Mizan.

. (1996). Wawasan Alquran. Bandung: Mizan.

Murtadla Mutahhari. (1984). Manusia dan Agama. Bandung: Mizan.

Nico Syukur. (1992). Pengalaman dan Motivasi Beragama. Jakarta:


Leppenas.

Nurcholis Madjid. (2000). Pesan-pesan Takwa. Jakarta: Paramadina.

Rabithal Alam Islamy. (1979). Mengapa Kami Memilih Islam. Bandung:


Almaarif.

Roger Graudy. (1982). Janji-janji Islam. Jakarta: Bulan Bintang.

. (1986). Mencari Agama pada Abad XX. Jakarta: Bulan


Bintang.

. (1987). Krisis Global Dunia Barat: Di mana Islam.


Surabaya: Amarpres.

Rus‟an. (1981). Lintasan Sejarah Islam Zaman Rasululah. Semarang:


Wicaksana.

Shaifurrahman Al-Mubarakfury. (1997). Sirah Nabawiyah. Jakarta: Al-


Kautsar.

Syamsudin Abdullah. (1977). Agama dan Masyarakat. Jakarta: Logos.


2.68 PENDIDIKAN AgAMA ISLAM •

Syamsul Rijal Hamid. (1997). Buku Pintar Agama Islam. Edisi Senior.
Jakarta: Penebar Salam.

T.M. Hasbi Ash-Shiddiqy. (1977). Sejarah dan Pengantar Ilmu Hadits.


Jakarta: Bulan Bintang.

Thomas W. Arnold. (1981). The Preaching of Islam. Jakarta: Widjaya.

Zakiah Derajat, dkk. (1986). Dasar-dasar Agama Islam: Buku Dasar


Pendidikan Agama Islam di Perguruan Tinggi Umum. Jakarta:
Universitas Terbuka.

Anda mungkin juga menyukai