Anda di halaman 1dari 3

ATIKA FADHILA RAHARJA

210907619
UTS PNJ

GERD di Kalangan Mahasiswa, Kok Bisa?


(Stress berat sebagai pemicu utama gerd di kalangan mahasiswa)

KATOLIKANA - Penyakit Gerd kini telah merajalela. Siapa sangka salah satu kalangan yang
diserang oleh penyakit gerd ini adalah Mahasiswa. Diah Sintia sebagai salah satu mahasiswa
yang mengalami penyakit gerd bercerita terkait penyakitnya dalam sesi sharing Katolikana muda
pada 2 April 2023. Dengan adanya beberapa faktor penyebab terjadinya gerd ini mampu
membuat mahasiswa terganggu kualitas hidupnya.

Penyakit ini kerap dialami para mahasiswa. Secara umum penyakit ini menyerang
bagian lambung. Katolikana muda sebagai wadah untuk sharing terkait penyakit ini
mendatangkan narasumber yakni dr. Nadya Virana Putri, dan seorang pengidap sakit gerd yakni
Diah Sintia yang sebagai mahasiswa Atma Jaya Yogyakarta, serta pemandu acara Gracea dan
Melyana mahasiswa Universitas Atma Jaya Yogyakarta. Dalam kesempatan kali ini, dokter
Nadya yang akan menjelaskan lebih detail bagaimana penyakit gerd yang dialami oleh
kebanyakan mahasiswa saat ini. 

Stress berat kali ini menjadi pemicu utama dari timbulnya gerd. Untuk mengetahui
penyakit ini lebih dalam Gracea dan Melyana menanyakan terkait penyakit gerd itu seperti apa.
Dokter Nadya menjelaskan bahwa penyakit gerd ini mirip dengan penyakit maag, karena
keduanya memang berasal dari lambung. gerd sendiri memiliki arti Gastroesofageal. Hal ini
dibagi dua untuk membedah pengertiannya, yang pertama adalah Gaster. Pengertian dari gaster
itu adalah lambung, sedangkan esofageal adalah esofagus atau kerongkongan. Secara spesifik
gaster esofageal yakni aliran balik dari lambung ke esofagus. Namun pengertian umum dari gerd
sendiri adalah keadaan refluks isi lambung naik ke atas pada esofagus. Dokter Nadya juga
menjelaskan gejala dari gerd itu sendiri yakni rasa terbakar di dada, serta nyeri pada dada.
Namun nyeri ini tidak sama dengan sakit Jantung.

Maag dan gerd adalah dua hal yang berbeda, Maag sendiri merupakan radang pada
lambung, kelecetan pada lambung juga disebut dengan maag, namun berbeda dengan gerd,
penyakit ini fokus pada cincin lambung. Secara spesifik maag dan gerd perbedaannya ada pada
letak dan gejalanya, jika gerd adalah pada cincin lambung, maag yakni pada kondisi lambung
yang lecet. Untuk gejalanya, maag cenderung nyeri di ulu hati, cepat kenyang. Sedangkan dalam
gerd lebih pada nyeri dada yang terbakar, dan mulut yang terasa pahit. 

Diah Sintia sebagai narasumber yang memiliki penyakit ini menjelaskan bahwa hal ini ia
rasakan saat ia menjadi mahasiswa. Pada awalnya ia hanya merasakan sakit maag saja, namun
seiring bertambahnya waktu penyakit maag yang ia alami tak kunjung sembuh, sehingga ia
melakukan check-up sebanyak tiga kali dengan dokter. Setelah melakukan hal tersebut, Diah
Sintia divonis bahwa ia mengidap penyakit gerd. 

Pola makan dan gaya hidup juga mempengaruhi adanya gerd ini, namun siapa sangka
pemicu gerd yang paling utama adalah pola pikir. Diah Sintia sebagai mahasiswa semester 6 ini
merasakan bahwa pola pikir yang berat dan stress adalah pemicu gerd yang ia alami. Pada
dasarnya kebanyakan orang menyepelekan akan hal ini, namun pola pikir kini menjadi faktor
yang kuat dalam penyakit lambung seperti gerd. 

Perubahan sistem kuliah dari online ke offline juga menjadi pemicu datangnya penyakit
gerd Diah sintia, ia menjelaskan juga bahwa selama perkuliahan offline ia merasakan
overthinking  yang sehingga penyakit lambung yang dialaminya kambuh. Selain itu banyaknya
tugas, terlebih Diah sintia kini sudah memasuki semester 6 membuat Diah harus pintar dalam
mengatur pola makan dan pola pikir agar tidak terus menerus kambuh. 

Tekanan akademik, panik juga menjadi pemicu adanya gerd karena adanya faktor yang
kompleks, stress kini berpengaruh pada otot-otot yang lemah pada lambung, sehingga dengan
adanya kelemahan cincin pada lambung serta stress kini mengakibatkan asam lambung yang
tinggi. Terlepas dari gejala-gejala gerd yang dialami, Gracea dan Melyana menanyakan kepada
Diah sintia terkait tips untuk penyakit yang dialaminya tidak semakin parah dan dapat sembuh
lebih cepat. 

Diah sintia mengatakan ada banyak tips yang dapat menyembuhkan penyakit gerd,
sehingga penyakit ini tak kunjung kambung lagi.

“Ya itu tadi sih, kaya jaga pola makan, dan biasanya aku tuh eumm, kan aku tuh tau ya kalo
punya asam lambung tuh selalu lapar kan, nah makanya tiap pergi ke kampus aku selalu bawa
bekal, nasi doang aja udah lumayan sih buat aku, terus main-main sama temen, temen gereja
gituu,” ujar Diah sintia dalam live streamed Katolikana muda. 

Dokter Nadya kembali menjelaskan soal kualitas makanan yang harus dijalani oleh
pengidap penyakit gerd dan maag. Makan teratur sesuai jam bukan berarti tidak bisa
menimbulkan gerd.

“Sebenernya untuk ketepatan waktu, itu masih banyak perdebatan di penelitian apakah benar
makan tepat waktu itu sangat berpengaruh pada maag, ini pada maag ya bukan gerd gitu, karena
yang lebih kita fokuskan bukan makan tepat waktunya namun itu memang menjadi faktor yang
bisa berpengaruh, tapi bukan memegang penyebab utama penyebab asam lambung, kalo orang
makan tepat waktu tapi makanan yg dikonsumsi seblak kan sama aja tuh bisa memicu asam
lambung, sama aja bohong gitu,” ujar dr. Nadya.

Jika bicara soal pola makan, beberapa jenis makanan untuk pengidap gerd harus lebih
memilah-milah, seperti alkohol berlebih, kafein, dan makanan pedas. Hal Ini harus lebih dibatasi
agar tidak memicu datangnya gerd, jika mengkonsumsi makanan  itu secara berlebihan maka
penyakit gerd akan terus kambuh dan sulit untuk sembuh. Selain obat yang dianjurkan dari
dokter, untuk mempercepat penyembuhan lifestyle harus segera diubah, yang sebelumnya pola
makan berantakan dan tidak sehat, kini harus lebih aware, selain itu jangka waktu saat makan,
bahwa sangat disarankan untuk makan sesuai waktu dan setelah makan tidak boleh langsung
berbaring, hal ini bertujuan agar asam pada lambung tidak naik. 

Seperti yang dibahas sebelumnya terkait stress akademik, dr Nadya juga menjelaskan,
sebagai mahasiswa untuk mengatur lifestyle agar tetap sehat meski tugas-tugas dan kegiatan
kuliah banyak maka harus pintar dalam time management, ketika memiliki tugas banyak maka
kerjakan dengan tenang tidak usah cemas dan panik, dan tidak lupa untuk tetap makan di sela-
sela kesibukan yang ada. Hal ini dikatakan oleh dokter Nadya karena melihat mahasiswa kini
banyak yang menyepelekan waktu makan karena terlalu sibuk dengan tugas kuliah. 

Kecemasan berlebih merupakan faktor kambuhnya penyakit gerd, jika hal ini terjadi terus
menerus maka penyakit gerd akan semakin parah dan dapat menimbulkan penyakit keras lainnya
seperti baret esofagus yang akan menyebabkan kanker esofagus. Maka dari itu pentingnya untuk
menjaga pola hidup dan tidak menyepelekan penyakit gerd ini. 

Diah sintia juga memotivasi para sesama pejuang sembuh dari gerd, agar tetap bersyukur
dan tetap menjaga pola makan dan pola pikirnya untuk bisa sembuh dari penyakit ini, tak lupa
juga ia memberikan sedikit reminder untuk semua orang yang tidak memiliki penyakit gerd,
bahwa tidak boleh menyepelekan soal makan, dan harus jaga kesehatan.

Dengan demikian, melalui penjelasan live streamed Katolikana muda dapat disimpulkan
bahwa gerd telah menjadi penyakit yang kerap dialami kalangan mahasiswa, beberapa faktor
pemicu adanya gerd ini salah satunya yang menjadi pusat perhatian tertinggi adalah faktor pola
pikir yang menimbulkan stress akibat kegiatan kuliah yang cukup banyak, serta pola makan
mahasiswa yang sering diabaikan. Untuk itu sebagai mahasiswa harus lebih peduli akan hal-hal
yang memicu penyakit gerd, dan tetap menjaga kesehatan jasmani dan rohani. 

Anda mungkin juga menyukai