MENIERE’S SYNDROME
Pembimbing:
dr. Djokorijanto, Sp.S
dr. Al Edi Windarto, Sp.S
dr. Esdras Ardi Pramuditha, M.Sc, Sp.S
Penyusun:
Cindy Sanders 2015-061-160
Nicholas Pratama 2015-061-161
Melania Ilona Inviolata Tnano 2015-061-162
Nama : Tn. D
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Wiraswasta
Status : Menikah
Agama : Islam
Suku : Jawa
II. Anamnesis
Keluhan Tambahan: pusing berputar, mual dan muntah sejak 1 hari SMRS, telinga
kanan tidak dapat mendengar sejak 1 hari SMRS
Pasien dibawa ke IGD RSPR setelah tidak sadarkan diri. Pasien mengeluh keluhan
pusing berputar sejak 1 hari SMRS yang disertai dengan rasa mual dan muntah yang
dirasakan sejak 1 hari SMRS. Sejak sore 1 hari SMRS pasien merasa telinga kanan
seperti tertutup tidak dapat mendengar, kemudian pasien berobat ke RS X. Telinga
kemudian dibersihkan dan diberikan obat, 2 jam setelah minum obat pasien merasa
pusing hebat, mual, muntah 5 kali, mata berkunang-kunang, dan gelap. Kemudian
pasien memeriksakan diri ke RS Y, diberikan obat suntik kemudian pasien tenang.
Pada hari MRS pasien kembali mengalami pusing dan muntah-muntah 5 kali lalu
tidak sadarkan diri, pasien kemudian dibawa ke RSPR dan diopname.
Riwayat penyakit dahulu: Riwayat trauma kepala 25 tahun lalu, Hipertensi (-),
Diabetes Melitus (-)
Kesadaran : GCS 15
Tanda-tanda vital
Suhu: 36.0
SaO2: 98%
Berat Badan : 60 kg
Status Generalisata
Hidung: deviasi -
Paru:
Jantung
Abdomen
Perkusi : timpani
Pemeriksaan Neurologis
Nervus Kranial
NI : tidak dinilai
N II : visus >1/60
N V : motoric: dbn
Sensorik: dbn
N VII : dbn
N IX-X : dbn
N XII : dbn
Motoric: ekstremitas atas dan bawah dbn
Patologis : -
Klonus : -
Tonus : normotonus
Sensibilitas
Tanda regresi :-
IV Pemeriksaan penunjang
V Resume
Tn. D, 47 tahun, dibawa ke IGD RSPR setelah tidak sadarkan diri 1 jam SMRS.
Sebelum nya pasien sempat mengeluhkan pusing berputar, disertai mual dan muntah,
serta telinga kanan tidak dapat mendengar sejak 1 hari SMRS. Pada pemeriksaan
fisik, tanda-tanda vital dan status generalisata dalam batas normal. Pada pemeriksaan
neurologis didapatkan gangguan pada N VIII yang ditandai dengan adanya tinnitus,
tandem gait (+), dan gesekan jari yang hanya terdengar di telinga kanan.
VI Diagnosis
Sindroma Meniere
VII Tatalaksana
IVFD RL 1000cc
Betahistin 2x1
Dramamine 2x1
Metilprednisolon 3x8mg
Omeprazole 1x1
Proneuron 2x1
Neurobion 1x5000mg
DEFINISI
ETIOLOGI
Menurut definisi, penyakit Ménière bersifat idiopatik. Dengan kata lain, jika
penyebabnya diketahui, proses penyakitnya tidak bisa lagi disebut penyakit Ménière.
Namun, karena akar masalahnya adalah tekanan endolymphatic yang tinggi, perlu
mempertimbangkan penyebab lain dari hidrops endolymphatic. 2,
EPIDEMIOLOGI
Penyakit Ménière dapat dilihat pada hampir semua umur. Onset khas dimulai
pada awal hingga pertengahan masa dewasa. Kejadian puncak penyakit Ménière
adalah pada kelompok usia 40 sampai 60 tahun. Usia rata-rata di antara kelompok
perlakuan dalam beberapa penelitian berkisar antara 49-67 tahun.4
Penyakit Ménière tampak lebih sering terjadi pada wanita daripada pada pria,
dengan rasio yang dilaporkan berkisar antara 1,3: 1 sampai 1,8: 1. Angka-angka ini
mungkin mencerminkan bias pelaporan - yaitu, sebagian mungkin disebabkan oleh
lebih banyak wanita yang mencari pengobatan. Penyakit ini terutama menyerang
orang kulit putih walaupun temuan ini juga mungkin mencerminkan bias pelaporan. 4
PATOFISIOLOGI5
a. Emisi otoakustik spontan: Aktivilas eletromotile outer hair cell pada koklea
menghasilkan sinyal-sinyal kecil yang dipropagasikan ke kanal auditori eksternal
kemudian menyebabkan tinnitus. Namun teori ini kurang dapat diterima karena
aspirin dapat menghilangkan emisi otoakustik spontan tanpa memperbaiki tinitus.
b. Edge theory: tinitus diinduksi peningkatan aktivitas spontan di edge area (transisi
area dg outer hair cell bermasalah dengan yang sehat).
c. Discordant theory: Tinitus diinduksi disfungsi dari outer hair cell (OHC) yang
rusak dan inner hair cell (IHC) intak pada organ korti. Paparan suara bising dan agen
ototoksik merusak OHC, sebagai amplifier mekanis yang mampu meningkatkan
suara lemah hingga 50dB, lebih banyak dari pada IHC, sebagai reseptor transduksi
suara yang dipersarafi 95% saraf aferen, menyebabkan disinhibisi neuron di dorsal
cochlear nuclei (DCN), kemudian meningkatkan aktivitas spontan meningkat
menghasilkan tinitus.
Pada system auditori sentral terdapat pula berbagai teori seperti crosstalk
theory dan system somatosensory. Komponen penting pada system auditori sentral
adalam dorsal cochlear nuclei (DCN). DCN merupakan tempat menggenerasikan
sinyal terkait tinitus karena memiliki kecenderungan untuk menjadi hiperaktif oleh
karena trigger seperti suara yang keras dan cisplatin. Penurunan input pada saraf
auditorik menyebabkan disinhibisi DCN dan meningkatkan aktivitas spontan di
central auditory system, yang bermanifestasi sebagai tinitus.
a. Crosstalk theory: Kondisi di mana serabut saraf auditory intak namun nervus
kranialis lain yang mengalami kerusakan, sehingga membentuk sinaps artifisial
(crosstalk) yang melewati serabut saraf auditorik. Aktivitas pada sinaps tersebut
bermanifestasi sevagai tinnitus terhadap serabut saraf auditorik yang dilewatinya.
Definite MD
o Dua atau lebih episode vertigo dengan durasi 20 menit hingga 12 jam
o Kehilangan pendengaran sensorineural secara audiometri pada satu sisi
telinga yang di dokumentasikan sebelum episode vertigo dan saat atau
setelah episode vertigo
o Gejala aura berupa tinnitus atau rasa penuh yang berfluktuasi pada sisi
telinga yang sakit.
o Tidak tepat dengan diagnosis lainnya.
o Catatan
Vertigo merupakan sensasi adanya gerakan berputar tanpa adanya
gerakan atau distorsi sensasi berputar saat gerakan kepala normal.
Pusing episodic dan ketidakseimbangan tidak merupakan kriteria
diagnosis MD walaupun pasien MD dapat mengeluhkan pusing dan
ketidakseimbangan dalam jangka panjang
Vertigo umumnya spontan walaupun terdapat beberapa kasus dimana
vertigo dicetuskan konsumsi garam atau kafein. Dapat ditemukan
kondisi vertigo yang dicetuskan suara intensitas tinggi dengan
frekuensi rendah (Fenomena Tulio) dan akibat perubahan tekanan
udara. Hal ini terjadi pada fase lanjut penyakit saat hydrops
berkemban g lebih jauh dan mendekatkan labyrinth dengan stapes.
Durasi vertigo didefinisikan sebagai waktu pasien harus tidur dan
tidak dapat beraktivitas sama sekali.
Telinga yang terlibat didefinisikan sebagai peningkatan ambang
rangang suara dibandingkan telinga kontralateral >30 dB pada dua
pemeriksaan dengan frekuensi dibawah 2000 Hz.
Awitan vertigo dan kehilangan pendengaran yang tidak bersamaan.
Kehilangan pendengaran dapat mendahului vertigo beberapa bulan
atau tahun sebelumnya. Variasi tersebut dikenal dengan “delayed
hydrops” atau delayed MD. Vertigo yang mendahului gejala lainnya
dapat ditemukan namun tidak umum terjadi.
Kehilangan pendengaran dapat menghilang sendiri secara spontan
namun serang berulang dapat memperburuk kondisi pendengaran.
Tinnitus dapat menjadi permanen jika kehilangan pendengaran sudah
permanen.
Diagnosa banding meliputi TIA, migraine vestibular, vestibulopathy.
MRI dapat dilakukan untuk mengeksklusi vestibular schwannoma atu
tumor sakus endolimfatikus.
Probable MD
o Dua atau lebih episode vertigo dengan durasi 20 menit hingga 24 jam
o Gejala aura berupa tinnitus atau rasa penuh yang berfluktuasi pada sisi
telinga yang sakit.
o Tidak tepat dengan diagnosis lainnya.
Jika perubahan pola makan tidak adekuat untuk mencegah serangan vertigo,
dapat dipertimbangkan penggunaan obat-obatan berupa diuretic yaitu
hydrochlorthiazide 50 mg per oral atau betahistine 8-24mg per oral 3 kali per hari.
Obat-obatan vertigo lainnya juga dapat digunakan.
Gambar 1. Tahapan Tatalaksana MD
Terapi tekanan mikro yang digunakan adalah alat Meniett yang digunakan
dari luar telinga. Alat ini membutuhkan pemasangan tube tympanostomy sebelum
penggunaan dan bekerja dengan menghasilkan getaran ke telinga dalam. Getaran
selanjutnya akan menggetarkan endolymph. Hasil penelitian menunjukkan respom
yang baik dalam menurunkan gejala walaupun masih kontroversial. Penggunaan
dilakukan 3 kali sehari.
Tabel 1. Tatalaksana Medikamentosa
Terapi terakhir yang dapat dilakukan adalah pembedahan dan destruksi sakus.
Pembedahan yang dilakukan dapat berupa pembedahan sakus endolimfatikus dan
dapat dilanjutkan dengan injeksi gentamisin intratimpani dengan tujuan destruksi
telinga dalam untuk mencegah serangan vertigo lanjutan dengan dosis injeksi 20mg
single dose.
DAFTAR PUSTAKA