Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

PANDANGAN MASYARAKAT TENTANG DUKUN BAYI

DAN PETUGAS KESEHATAN

Mata kuliah : Pelayanan Kebidanan Komunitas

Dosen : Hutari Puji Astuti SST.,M.Kes

Disusun oleh :

1. Afwa Nur Azizah (SB19001)

2. Alya Olifa Z (SB19002)

3. Amanda Amalia (SB19003)

4. Angela Clara (SB19004)

5. Aqaz Rohqiati (SB19005)

6. Bella Putri L (SB19007)

7. Bencelina Parety (SB19008)

UNIVERSITAS KUSUMA HUSADA


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
PROGRAM STUDI KEBIDANAN PROGRAM SARJANA DAN
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN
PROGRAM PROFESI

2022/2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat serta
karunia-Nya kepada kami sehingga dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada
waktunyaMakalah ini telah kami selesaikan dengan maksimal berkat kerjasama dan bantuan
dari berbagai pihak. Oleh karena itu kami sampaikan banyak terima kasih kepada segenap
pihak yang telah berkontribusi secara maksimal dalam penyelesaian makalah ini.

Diluar itu, penulis sebagai manusia biasa menyadari sepenuhnya bahwa masih banyak
kekurangan dalam penulisan makalah ini, baik dari segi tata bahasa, susunan kalimat maupun
isi. Oleh sebab itu dengan segala kerendahan hati, kami selaku penyusun menerima segala
kritik dan saran yang membangun dari pembaca. Semoga makalah ini dapat memberikan
wawasan yang lebih luas kepada pembaca.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta
dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT senantiasa
meridhoi segala usaha kita. Aamiin.

Surakarta, 11 oktober 2022


BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Masalah kesehatan di Indonesia masih saja ada sampai saat ini khususnya

mengenai pertolongan persalinan. Hal ini dapat dilihat dari tingginya angka kematian

ibu dan bayi pada saat persalinan, hal ini dikarenakan adanya perilaku budaya yang

dinilai tidak sesuai dengan prinsip-prinsip ilmu kesehatan seperti pertolongan

persalinan yang dilakukan oleh dukun beranak. Pertolongan persalinan oleh dukun

beranak menimbulkan berbagai masalah dan penyebab utama tingginya angka

kematian ibu dan bayi. Biasanya dukun beranak menolong persalinan tanpa

memperhatikan keamanan, kebersihan dan mekanisme sebagaimana mestinya

sehingga dapat terjadi berbagai komplikasi yang berakibat kematian. Hampir seluruh

wilayah di Indonesia masih banyak persalinan yang ditolong oleh dukun beranak. Di

Indonesia persalinan yang dilakukan oleh dukun beranak sebesar 75% sampai 80%

terutama di daerah pedesaan. Hal ini mengindikasikan bahwa tingkat kesadaran

masyarakat terhadap kesehatan khususnya dalam persalinan masih rendah (Setyawati,

2014:04 ).

Faktor keselamatan menjadi pendorong bagi masyarakat khususnya

ibuibu hamil dalam memilih persalinan ke tenaga kesehatan atau yang biasa disebut

dengan bidan. Sebenarnya individu yang menjadi faktor penentu dalam menentukan

status kesehatan. Dengan kata lain, merubah pola hidup ataupun kebudayaan tentang

kesehatan yang biasa dilakukan dan mengikuti perubahan zaman yang semakin

menuju kearah yang lebih baik (Prasetyawati, 2012: 79). Kebiasaan dan perilaku

masyarakat sering kali menjadi penghambat terciptanya pola hidup sehat di

masyarakat, yang membuat rendahnya kesadaran masyarakat akan pentingnya


kesehatan, terutama masyarakat di pedesaan. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya

masyarakat desa yang lebih suka memanfaatkan pelayanan kesehatan tradisional yang

diberikan dukun beranak dibandingkan fasilitas kesehatan modern. Dari segi sosial

budaya masyarakat pedesaan lebih mempercayai kedudukan dukun beranak, mulai

dari pemeriksaan, pertolongan persalinan, sampai perawatan pasca persalinan banyak

masyarakat yang meminta pertolongan pada dukun beranak.

B. Rumusan masalah

1. Bagaimanakah pandangan masyarakat tentang dukun bayi dan petugas kesehatan?

2. Factor-factor apakah yang melatar belakangi pandangan masyarakat tentang

dukun bayi dan petugas kesehatan?

C. Tujuan

1. Untuk mendeskripsikan pandangan masyarakat tentang dukun bayi dan petugas

kesehatan.

2. Untuk mengetahui factor-faktor yang melatar belakangi pandangan masyarakat

tentang dukun bayi dan petugas kesehatan.


BAB II

PEMBAHASAN

A. Dukun Bayi
1. Definisi
Dukun adalah seorang anggota masyarakat pada umumnya seorang wanita yang

mendapat kepercayaan serta memiliki keterampilan dalam menolong persalinan

secara tradisional dan memperoleh keterampilan tersebut dengan secara turun

temurun, belajar secara praktis atau dengan cara lain yang menjurus kearah

peningkatan keterampilan bidan serta melalui petugas kesehatan.

2. Peran dukun bayi

a. Peran dukun bayi sebagai penolong persalinan.

b. Peran dukun bayi dalam memberikan perawatan kepada bayi dan ibu.

c. Peran Paraji sebagai Pemimpin Jalannya Upacara Slametan.

3. Hubungan Dukun Bayi dengan Masyarakat


Di dalam memberikan perawatan baik kepada bayi ataupun ibu bayi mereka tidak

harus diwajibkan mendatangi dukun bayi tetapi secara sukarela dukun bayi akan

mendatangi rumah pasiennya selama jarak tempat tinggal mereka terjangkau.

Pemberian upah atas perawatan yang diberikan oleh dukun bayi tidak dipatok

harga tertentu semua diberikan atas dasar kemampuan finansial pasien.

4. Perspektif Masyarakat Mengenai Dukun Bayi

Masyarakat memandang dukun bayi sebagai seorang yang memiliki kemampuan

lebih atau supranatural dalam menekuni profesinya. Secara-sosio kultural,

kelahiran bagi orang Jawa dianggap sebagai krisis kehidupan yang harus

diseimbangkan antara Tuhan dan alam sehingga adanya ritual dan upacara adalah

mutlak dilakukan adanya Menjadi dukun bayi adalah pilihan yang tidak semua
orang dapat melakukannya sehingga memberikan pertolongan persalinan dan

serangkaian kegiatan yang menyertainya adalah suatu pekerjaan mulia yang telah

menyelamatkan manusia dari bahaya magis dan nonmagis.

5. Tanggapan Masyarakat Mengenai Peranan Dukun Bayi dalam proses persalinan:

a. Masyarakat berasumsi, keberadaan dukun bayi dan praktiknya berarti telah

melestarikan budaya yang secara turun-temurun dijalankan pada peristiwa

diseputar kelahiran seorang bayi.

b. Dengan tetap melakukan upacara-upacara selametan diseputar peristiwa

kehamilan dan kelahiran masyarakat terikat oleh aturan-aturan para leluhur

mereka. Banyak masyarakat yang memahami bahwa peristiwa di seputar

kehamilan dan kelahiran adalah sesuatu yang sifatnya magis, percaya setiap

tahapannya diperlukan perlakuan khusus yang hanya dapat dilakukan oleh

orang tertentu, dalam hal ini adalah dukun bayi.

B. Tenaga Kesehatan
Petugas kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang

kesehatan serta memiliki pengetahuan dan keterampilan melalui lembaga pendidikan

di bidang kesehatan Persalinan oleh tenaga kesehatan dianggap memenuhi

persyaratan sterilitas, aman dan bila mendadak terjadi kegawatdaruratan maka

pertolongan pertama serta rujukan dapat dilakukan.

a. Pandangan terhadap Bidan


Sebagai petugas yang secara langsung memberikan pelayanan kepada

masyarakat, khususnya berkenaan dengan kesehatan maternal, maka masyarakat

bisa memberikan penilaian atau pandangan terhadap pelayanan yang diberikan

oleh bidan tersebut. Meskipun secara umum masyarakat memandang bahwa

pelayanan yang diberikan oleh bidan kepada masyarakat sudah cukup baik,

namun dengan kondisi bidan yang beragam baik dari segi kemampuan menangani
pasien, kepribadian, rasa pengambian dan keinginan untuk melayani, dan

berbagai faktor yang lain, maka pandangan dan penilaian terhadap bidan menjadi

cukup beragam.

1. Pertama, secara umum masyarakat memandang pelayanan yang diberikan

oleh bidan kepada masyarakat sudah cukup baik. Biasanya mereka bersedia

dipanggil bila ada yang membutuhkan pertolongannya. Namun demikian

ada yang menilai bahwa bidan pelayanannya kurang bagus, misalnya ada

bidan yang tidak segera mau datang bila dimintai pertolongan. Keluhan

yang banyak dikemukakan berkenaan dengan kesiapan bidan memberikan

pertolongan adalah ketika bidan diminta memberikan pertolongan pada

malam hari. Diantara bidan ada yang enggan datang pada saat itu juga, pada

hal proses kelahiran tidak bisa ditunda. Selain itu ada yang melihat bahwa

bidan dalam memberikan pelayanan kebanyakan juga cenderung tidak

proaktif, dalam arti cenderung menunggu untuk dipanggil baik pada saat

melakukan pemeriksaan kehamilan, pertolongan persalinan maupun pasca

persalinan.

2. Kedua, di mata sebagian masyarakat bidan dipandang kurang sabar dalam

menunggui ibu yang akan melahirkan. Biasanya bidan memang akan

pulang lagi ke rumahnya setelah melihat kelahirannya diperkirakan masih

lama (beberapa jam lagi). Sehingga kadang-kadang ketika bidan datang

untuk yang kedua kalinya bayi sudah lahir, di bawah pertolongan dukun.

Apabila dibandingkan, secara umum dukun memang cenderung lebih sabar

dan telaten. Biasanya dukun akan menunggui terus sejak ia dipanggil

sampai proses kelahirannya.


3. Ketiga, dilihat dari kemampuan bidan dalam melakukan pemeriksaan

kehamilan dan menolong persalinan, umumnya bidan dipandang cukup

mampu melakukan tugasnya. Dibandingkan dengan dukun, secara umum

masyarakat memandang bahwa bidan lebih pintar dan lebih mampu

menangani kehamilan dan persalinan. Alasan yang dikemukakan antara lain

bahwa untuk menjadi bidan harus sekolah cukup lama, dan peralatan yang

dimiliki juga lebih lengkap.

4. Keempat, kebanyakan bidan merupakan pendatang, dalam arti bukan

merupakan penduduk asli setempat. Dengan kondisi semacam ini akan

memberikan pengaruh kepada pola hubungan sosial bidan dengan

penduduk desa dimana ia ditugaskan. Misalnya ada bidan yang kurang

mampu berkomunikasi secara baik dengan penduduk setempat, khususnya

untuk bidan baru yang bukan berasal dari etnis Madura. Selain itu ada bidan

yang tidak bertempat tinggal di desa tempatnya bertugas. Akibatnya

masyarakat mengalami kesulitan bila sewaktu-waktu membutuhkan

pertolongannya.

5. Kelima, mengenai biaya pemeriksaan dan pertolongan persalinan, secara

umum dipandang cukup mahal. Meskipun tidak secara eksplisit mereka

mengaku keberatan dengan tarif yang dikenakan bila minta pertolongan

bidan, namun umumnya mereka membandingkan dengan rendahnya ongkos

persalinan lewat dukun. Dengan perbedaan besarnya tarif tersebut menjadi

salah satu pertimbangan penting untuk memilih apakah ingin ditolong bidan

atau dukun.
C. Faktor yang mempengaruhi pandangan masyarakat terhadap dukun dan tenaga

kesehatan:

1. Kemiskinan

Tersedianya berbagai jenis pelayanan publik serta persepsi tentang nilai dan

mutu pelayanan merupakan faktor penentu apakah rakyat akan memilih tenaga

kesehatan atau tidak. Biasanya, perempuan memilih berdasakan penyedia

layanan tersebut, sementara laki-laki menentukan pilihan mereka berdasarkan

besar kecilnya biaya sejauh dijangkau oleh masyarakat miskin. Sekitar 65%

dari seluruh masyarakat miskin yang diteliti menggunakan penyedia layanan

kesehatan rakyat seperti bidan di desa, puskesmas atau puskesmas pembantu

(pustu), sementara 35% sisanya menggunakan dukun beranak yang dikenal

dengan berbagai sebutan. Walaupun biaya merupakan alasan yang

menentukan pilihan masyarakat miskin, ada sejumlah faktor yang membuat

mereka lebih memilih layanan yang diberikan oleh dukun. Biaya pelayanan

yang diberikan oleh bidan di desa untuk membantu persalinan lebih besar

daripada penghasilan RT miskin dalam satu bulan. Disamping itu, biaya

tersebut pun harus dibayar tunai. Sebaliknya, pembayaran terhadap dukun

lebih lunak secara uang tunai dan ditambah barang. Besarnya tarif dukun

hanya sepersepuluh atau seperlima dari tarif bidan desa. Dukun juga bersedia

pembayaran mereka ditunda atau dicicil (Suara Merdeka, 2003).

2. Masih langkanya tenaga medis di daerah-daerah pedalaman

Sekarang dukun di kota semakin berkurang meskipun sebetulnya belum punah

sama sekali bahkan disebagian besar kabupaten, dukun beranak masih eksis

dan dominan. Menurut data yang diperoleh Dinas Kesehatan Jawa Barat

jumlah bidan jaga di Jawa Barat sampai tahun 2005 ada 7.625 orang.
Disebutkan pada data tersebut, jumlah dukun di perkotaan hanya setengah

jumlah bidan termasuk di kota Bandung. Namun, di 9 kabupaten jumlah

dukun lebih banyak (dua kali lipat) jumlah bidan. Malah di Jawa Barat masih

ada 10 kabupaten yang tidak ada bidan (Ketua Mitra Peduli/Milik Jabar).

3. Kultur budaya masyarakat

Masyarakat kita terutama di pedesaan, masih lebih percaya kepada dukun

beranak daripada bidan apalagi dokter. Rasa takut masuk rumah sakit masih

melekat pada kebanyakan kaum perempuan. Kalaupun terjadi kematian ibu

atau kematian bayi mereka terima sebagai musibah yang bukan ditentukan

manusia. Selain itu masih banyak perempuan terutama muslimah yang tidak

membenarkan pemeriksaan kandungan, apalagi persalinan oleh dokter atau

para medis laki-laki. Dengan sikap budaya dan agama seperti itu, kebanyakan

kaum perempuan di padesaan tetap memilih dukun beranak sebagai penolong

persalinan meskipun dengan resiko sangat tinggi.

4. Pelayanan yang dapat diberikan oleh dukun

Dalam mutu pelayanan tidak dipenuhinya standar minimal medis oleh para

dukun, seperti dengan praktek yang tidak steril (memotong tali pusat dengan

sebilah bambu dan meniup lubang hidung bayi baru lahir dengan mulut).
BAB III

PENUTUP

a. Kesimpulan

Keberadaan dukun bayi adalah keniscayaan. Keberadaan mereka ada secara alami

dalam kehidupan masyarakat. Pada kondisi geografis dan sosial masyarakat yang

beragam, sebetulnya keberadaan mereka menjadi khazanah kekayaan budaya, dengan

catatan ada monitoring dan pembinaan yang terarah sehingga tidak membahayakan

kesehatan ibu maupun anaknya.Sehingga interaksi mereka dengan bidan dan tenaga

medik lainnya adalah kurang bahkan cenderung menjadi rivalitas.

b. Saran

Tantangan bidan tidak mudah, terutama yang tinggal di dearah yang memiliki tradisi

budaya yang khas, untuk itu diperlukan kemampuan lebih demi mengambil hati
masyarakat. Bidan harus memahami dan masuk ke dalam tradisi masyarakat secara

halus.

Anda mungkin juga menyukai