Anda di halaman 1dari 2

Tanaman anggur (Vitis vinifera L.

) merupakan tanaman yang banyak dimanfaatkan sebagai


produk olahan dan dikonsumsi dalam bentuk buah segar. Produksi anggur harus ditingkatkan dengan
menggunakan bibit yang memiliki vigor tinggi. Penyediaan benih dari biji relatif lambat, oleh karena
itu penyediaan bibit dilakukan secara vegetatif. Bibit dengan vigor tinggi dapat di dapatkan dari
perbanyakan tanaman secara vegetatif. Salah satu Perbanyakan vegetatif tanaman anggur yaitu
dengan setek. Perbanyakan dengan setek adalah perbanyakan tanaman menggunakan cabang, batang,
akar atau daun. Keuntungan menggunakan setek yaitu dapat mempersingkat masa panen dan tanaman
akan memiliki vigor yang sama dengan induknya. Setek anggur relatif lebih mudah membentuk akar
tetapi pembentukan akar-akar bisa lebih cepat jika diberi auksin. Auksin merupakan salah satu
hormon yang dapat berpengaruh terhadap pembentukan akar, perkembangan tunas, kegiatan sel-sel
meristem, pembentukan bunga, pembentukan buah dan terhadap gugurnya daun dan buah
(Dwidjoseputro, 1994).

Hormon tumbuhan merupakan sekumpulan senyawa organik bukan hara (nutrien), baik yang
terbentuk secara alami maupun buatan, yang dalam kadar sangat kecil mampu menimbulkan
tanggapan secara biokimia, fisiologis dan morfologis untuk mendorong, menghambat, atau mengubah
pertumbuhan, perkembangan, dan pergerakan (taksis) tumbuhan. Penggunaan istilah “hormon”
sendiri menggunakan analogi fungsi hormon pada hewan. Namun demikian, hormon tumbuhan tidak
dihasilkan dari suatu jaringan khusus berupa kelenjar buntu (endokrin) sebagaimana hewan, tetapi
dihasilkan dari jaringan non-spesifik (biasanya meristematik) yang menghasilkan zat ini apabila
mendapat rangsang. Penyebaran hormon tumbuhan tidak harus melalui sistem pembuluh karena
hormon tumbuhan dapat ditranslokasi melalui sitoplasma atau ruang antarsel. Hormon tumbuhan
dihasilkan sendiri oleh individu yang bersangkutan (endogen).

Pembiakan secara setek sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor endogenus,
faktor hormon, faktor lingkungan, faktor stok nutrisi dan lainya. Yang paling berpengaruh yaitu
hormon. Secara umum hormone atau ZPT dibagi menjadi tiga yaitu hormon auksin, giberelin, dan
sitokinin. Auksin dapat disusun di jaringan meristem di dalam ujung-ujung tanaman seperti pucuk,
kuncup bunga tunas daun, batang muda, dan lainya (Dwijoseputro, 2004). Secara umum zat pengatur
tumbuh yang digunakan adalah dari golongan auksin yaitu Indole Acetic Acid (IAA) dan Naphthalene
Acetic Acid (NAA). Kedua ZPT ini sintetik yang mempunyai aktifitas yang sama dengan hormon
auksin alami. Zat pengatur tumbuh yang sering diperdagangkan yaitu root up yang merupakan
formulasi campuran dari IBA dan NAA. Penggunaan root up lebih banyak digunakan karena efisiensi
kecepatan tumbuh dan murah dibandingkan dengan Rootone F yang sulit ditemukan di pasaran,
padahal kegunaan dan fungsinya sama dengan root up (Napitupulu, 2006)
DAFTAR PUSTAKA

Fahn, A. (l992). Anatomi Tumbuhan. Terjemahan oleh: Ahmad S, R.M. Trenggono K., Machmud n,
dan Hilda, A. Gadjah Mada University Press.

Kasijadi, F., dkk. (1999). Penerapan Teknologi Pembibitan Salah Secara Cangkok. Jurnal Holtikultura
9(1):1-7

Kurnia, M. (2014). Hormon Tumbuhan. Diakses dari Dinas Pertanian Pemerintah Kabupaten
Buleleng, https://distan.bulelengkab.go.id/informasi/detail/artikel/hormon-tumbuhan-77

Rukmana, H. R. (2004). Anggur, Budidaya dan Penanganan Pascapanen. Kanisius, Jogyakarta

Watu, R. (2017). Pengaruh Konsentrasi Zat Pengatur Tumbuh (Root Up) Terhadap Pertumbuhan Stek
Batang Antigonon leptopus Hook et Arn. Jurnal Agromast. 2.2. Diakses dari
http://journal.instiperjogja.ac.id/index.php/JAI/article/view/411

Anda mungkin juga menyukai