Anda di halaman 1dari 20

LAPORAN PRAKTIKUM

PRAKTIKUM HIDROPONIK DAN GREENHOUSE

ACARA I
PENYEMAIAN DAN PERSIAPAN TANAM

Mega Safitri
NIM A1D020091
Kelas D

PJ Asisten:
Regina Septiani Zahro
Imarotunnairoh

KEMENTERIAN PENDIDIKAN, KEBUDAYAAN, RISET DAN


TEKNOLOGI
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2023
ACARA I
PENYEMAIAN DAN PERSIAPAN TANAM

A. TUJUAN PRAKTIKUM

Tujuan praktikum acara I yaitu:


1. Mahasiswa mampu melakukan penyemaian untuk budidaya hidroponik.
2. Mahasiswa terampil memilih benih berkualitas dan menyiapkan benih
bebas patogen.
3. Mahasiswa mampu menyeleksi benih dan bibit yang baik.
4. Mahasiswa mengetahui berbagai jenis media semai dan mampu
mempersiapkan media persemaian.
5. Mahasiswa mampu memelihara bibit di persemaian.
6. Mahasiswa bisa menghitung kebutuhan bibit untuk budidaya hidroponik.
7. Mahasiswa mampu mengamati dan mengendalikan serangan Hama dan
Penyakit pada budidaya hidroponik.

B. LANDASAN TEORI

Hidroponik dianggap sebagai pertanian masa depan. Pertanian menjadi


sektor yang penting bagi masyarakat Indonesia. Sektor pertanian menjadi
sumber penghasilan bagi beberapa masyarakat karena sebagian besar kawasan
indonesia merupakan lahan pertanian. Biasanya, sebagaian besar petai banyak
yang menggunakan tanah sebagi media tanam untuk bercocok tanam dalam
mengembangkan hasil pertanian. Hal tersebut menjadi hal yang sudah biasa
dilakukan dalam dunia pertanian. Melihat banyaknya lahan di daerah pedesaan
dan juga minimnya lahan di perkotaan yang dapat digunakan untuk budidaya,
hidroponik hadir sebagai solusi dan juga alternatif untuk mengembangkan
usaha hasil pertanian (Roidah, 2014).
Hidroponik adalah sistem budidaya pertanian tanpa menggunakan media
tanah tetapi menggunakan media seperti batu apung, kerikil, pasir, sabut
kelapa, potongan kayu atau busa. Fungsi tanah sebagai pendukung akar
tanaman dan menjadi perantara unsur hara dapat digantikan dengan
memanfaatkan aliran air yang ditambahkan dengan nutrisi melalui media
tersebut (Roidah, 2014). Sistem pertanian hidroponik memang tidak
membutuhkan lahan yang begitu luas sehingga dapat dilakukan di pekarangan
rumah maupun lahan lainnya. Hidroponik secara harfiah berarti Hydro = air
dan phonic = pengerjaan. Secara umum, hidroponik adalah sistem budidaya
pertanian tanpa menggunakan tanah sebagai media tanam tetapi menggunakan
air yang berisi larutan nutrient. Budidaya hydroponik biasanya dilaksanakan di
dalam greenhouse untuk menjaga pertumbuhan tanaman agar optimal dan
terlindungi dari hujan, hama penyakit, iklim dan lain–lain (Waluyo et al.,
2021).
Tahapan awal yang dilakukan saat melakukan budidaya secara
hidroponik adalah dengan melakukan penyemaian terlebih dahulu.
Penyemaian adalah proses menumbuhkan benih atau biji menjadi bibit yang
siap untuk ditanam ke laan. Proses dari penyemain sangat menentukan kualitas
dan juga hasil dari suatu tanaman. Benih yang baik, bila diproses dengan teknik
penyemaian yang baik maka akan menghasilkan bibit yang baik pula. Akan
tetapi, benih diproses dengan teknik penyemaian yang tidak sesuai maka
hasilnya akan kurang baik (Fadhlurrahman, 2021).
Teknik penyemaian hidroponik yang dilakukan selalu menajga
kebersihan benih tanaman, benih dapat tumbuh dengan cepat, memiliki
pertumbuhan yang seragam, mengurangi resiko dari kegagalan tumbuh, dan
dapat dilakukan penyemaian pada berbagai media tanam. Penyemaian benih
tanaman dapat dilakukan dengan memasukkan benih satu persatu ke dalam
lubang media tanam menggunakan tangan. Cara seperti ini mudah untuk
dilakukan namun dapat memakan waktu yang banyak (Fadhlurrahman, 2021).
Media tanam yang biasa digunakan sebagai media semai adalah
rockwool. Rockwool merupakan salah satu mineral fiber atau mineral wool
yang biasanya digunakan sebagai media tanam hidroponik. Keunggulan dari
penggunaan rockwool adalah dapat digunakan sebagai media semai dan media
tanam. Selain itu, rockwool memiliki kemampuan menahan air dan oksigen
dalam jumlah yang besar. Struktur rockwool juga sangat baik untuk menopang
batang dan akar tanaman sehingga tanaman dapat tumbuh dengan stabil
(Susilawati, 2019).
Langkah setelah dilakukannya penyemaian adalah pindah tanam.
Pemindahan bibit dari persemaian ke tempat penanaman dapat mempengaruhi
kemampuan beradaptasi dan kecepatan tumbuh. Pemindahan benih ke tempat
tanam juga harus dipelihara akurasi transplantasinya. Hal ini karena bibit yang
terlalu muda atau kecil akan menghasilkan tanaman yang kurang mampu
beradaptasi dengan lingkungan budidaya. Pada bibit yang tua memiliki ukuran
yang lebih besar tetapi tanaman mendapatkan waktu yang singkat pada tahap
produksi untuk mendapatkan kondisi lingkungan yang mencukupi sehingga
hasil yang diperoleh kurang maksimal (Setyoaji et al, 2021).
Menurut Muyassir (2012) dalam Setyoaji et al. (2021) perpanjangan
massa pindah tanam bibit ke tempat penanaman yang terlalu lama dapat
membuat bibit tanaman stres dan mati, karena bibit tanaman tergantung pada
sistem perakarannya. Faktor pembibitan juga berpengaruh pada sistem tanam
hidroponik. Faktor sekunder yang mendukung pertumbuhan tanaman secara
hidroponik adalah suhu, cahaya, dan kelembaban (Susilawati, 2019).

C. BAHAN DAN ALAT PRAKTIKUM

Bahan yang digunakan dalam praktikum penyemaian dan persiapan


tanam adalah benih pakcoy, benih kangkung, larutan garam 20%, air besih,
rockwool, nampan, air, Bio-P60, Bio-T10, dan kertas saring. Alat yang
digunakan dalam praktikum penyemain dan persiapan tanam meliputi beaker
glass, pinset, dan alat tulis.

D. TATA LAKSANA PRAKTIKUM

Praktikum acara I dilakukan dengan menggunakan prosedur, sebagai


berikut:
1. Benih sayuran dipilih dengan kriteria: utuh/tidak cacat, bernas,
berwarna cerah/tidak kusam, tidak keriput.
2. Larutan garam 20% disiapkan dan benih direndam pada larutan
garam. Kemudian benih yang mengapung dibuang. Benih yang
tenggelam dicuci dengan air bersih dan ditiriskan.
3. Benih yang tanpa perlakuan (kontrol) cukup direndam dengan garam
20%. Kemudian benih yang mengapung dibuang. Benih yang
tenggelam dicucui dengan air bersih dan ditiriskan.
4. Selanjutnya benih yang sudah terpilih direndam dalam larutan Bio
P60/Bio T10 dengan takaran 2 ml dalam 1 L air bersih selama 15
menit.
5. Media penanaman untuk sistem hidroponik disiapkan.
6. Rockwool dipotong menjadi kubus dengan ukuran yang lebih kecil (2
cm × 2 cm × 2 cm), lalu benih diletakkan pada masing-masing
rockwool yang ada di nampan dan basahi dengan air yang sudah
dicampur dengan Bio-P 60/Bio-T10 secukupnya.
7. Rockwool dilubangi sesuai ukuran benih dan benih sayur diletakkan
pada rockwool yang sudah dibasahi.
8. Benih diletakkan pada tempat teduh, setelah berkecambah, bertahap
dikenalkan pada sinar matahari.
9. Pertumbuhan tanaman diamati dan dicatat. Pengamatan dilakukan
terhadap jumlah biji yang berkecamah, tinggi dan jumlah daun
tanaman serta serangan OPT.

E. HASIL DAN PEMBAHASAN

1. Hasil

Tabel 1. Pengamatan perkecambahan dan gejala OPT


Jenis Kondisi Bahan Masa %benih Gejala
No
Benih awal perendam berkecambah berkecambah OPT
Kangkung Tidak
Baik Kontrol 3 62,28
ada
Kangkung Tidak
Baik Bio P60 3 62,06
ada
Kangkung Tidak
Baik Bio P60 3 48,88
ada
Kangkung Tidak
Baik Bio T10 3 53,33
ada
Kangkung Tidak
Baik Bio T10 3 63,96
ada
1
Pakcoy Tidak
Baik Kontrol 3 92,3
ada
Pakcoy Tidak
Baik Bio P60 3 83,33
ada
Pakcoy Tidak
Baik Bio P60 3 83,33
ada
Pakcoy Tidak
Baik Bio T10 3 77,78
ada
Pakcoy Tidak
Baik Bio T10 3 70
ada
Kangkung Tidak
Baik Kontrol 3-6 98,24
ada
Kangkung Tidak
Baik Bio P60 3-6 67, 81
ada
Kangkung Tidak
Baik Bio P60 3-6 53,33
ada
Kangkung Tidak
Baik Bio T10 3-6 74,44
ada
Kangkung Tidak
Baik Bio T10 3-6 69,36
ada
2
Pakcoy Tidak
Baik Kontrol 3-6 94,87
ada
Pakcoy Tidak
Baik Bio P60 3-6 93.33
ada
Pakcoy Tidak
Baik Bio P60 3-6 96,66
ada
Pakcoy Tidak
Baik Bio T10 3-6 91,67
ada
Pakcoy Tidak
Baik Bio T10 3-6 96,5
ada
Pakcoy Daun Tidak
Kontrol 3-6 94,87
yellowing ada
3
Pakcoy Tidak
Baik Bio P60 3-6 93,33
ada
Pakcoy Tidak
Baik Bio P60 3-6 96,66
ada
Pakcoy Tidak
Baik Bio T10 3-6 91,67
ada
Pakcoy Tidak
Baik Bio T10 3-6 97,5
ada
Pakcoy Daun Tidak
Kontrol 3-6 94,87
yellowing ada
Pakcoy Daun Tidak
Bio P60 3-6 93,33
yellowing ada
Pakcoy Daun Tidak
4 Bio P60 3-6 96,66
yellowing ada
Pakcoy Tidak
Baik Bio T10 3-6 91,67
ada
Pakcoy Tidak
Baik Bio T10 3-6 97,5
ada

Tabel 2. Pengamatan pertumbuhan tanaman pada persemaian


Kangkung Pakcoy
N Bahan Daya Tingg Jumla Bahan Daya Tingg Jumla
o perendam kecamba i h perendam kecamba i h
an h (%) (cm) Daun an h (%) (cm) Daun
Kontrol 62,28 1,1 2 Kontrol 92,3 0,5 3
Bio P-60 62,06 1,85 2 Bio P-60 83,33 0,5 2
1 Bio T-10 48,88 0,56 2 Bio T-10 83,33 0,59 2
Bio P-60 53,33 2 2 Bio P-60 77,78 0,5 2
Bio T-10 63,96 2 0 Bio T-10 70 0,5 2
Kontrol 98,24 8 2 Kontrol 94,87 3.9 3
Bio P-60 67,81 3,89 2 Bio P-60 93,33 1,14 3
2 Bio T-10 53,33 2,9 2 Bio T-10 96,6 1,5 3
Bio P-60 74,44 5 2 Bio P-60 91,67 1,5 3
Bio T-10 69,36 4,8 2 Bio T-10 97,5 1,5 3
Kontrol 94,87 5.3 4-5
Bio P-60 93,33 2,01 3-4
3 Bio T-10 96,66 3,35 3-4
Bio P-60 91,67 3,5 3-4
Bio T-10 97,5 1,7 2-4
Kontrol 94,87 8 5
4 Bio P-60 93,33 2,12 5
Bio T-10 96,66 3,44 4
Bio P-60 91,67 6 5
Bio T-10 97,5 2,5 5

2. Pembahasan

Hidroponik adalah sistem budidaya pertanian tanpa menggunakan


media tanah tetapi menggunakan media seperti batu apung, kerikil, pasir,
sabut kelapa, potongan kayu atau busa. Fungsi tanah sebagai pendukung
akar tanaman dan menjadi perantara unsur hara dapat digantikan dengan
memanfaatkan aliran air yang ditambahkan dengan nutrisi melalui media
tersebut (Roidah, 2014). Sistem pertanian hidroponik memang tidak
membutuhkan lahan yang begitu luas sehingga dapat dilakukan di
pekarangan rumah maupun lahan lainnya. Hidroponik secara harfiah
berarti Hydro = air dan phonic = pengerjaan. Secara umum, hidroponik
adalah sistem budidaya pertanian tanpa menggunakan tanah sebagai media
tanam tetapi menggunakan air yang berisi larutan nutrient. Budidaya
hidroponik biasanya dilaksanakan di dalam greenhouse untuk menjaga
pertumbuhan tanaman agar optimal dan terlindungi dari hujan, hama
penyakit, iklim dan lain–lain (Waluyo et al., 2021).
Hidroponik adalah alternatif yang dapat digunakan untuk
meningkatkan produktivitas tanaman terutama pada daerah lahan yang
sempit (Siswandi dan Sarwono, 2013). Hidroponik hadir sebagai inovasi
bagi dunia pertanian yang nantinya mampu menghasilkan produk
pertanian dengan nilai jual yang tinggi. Selain itu, budidaya tanaman
dnegan menggunakan sistem hidroponik dapat memberikan kesan design
interior yang bagus dan menarik untuk digunakan sebagai hiasan di rumah
(Hidayati et al, 2017).
Prinsip dasar dari hidroponik adalah memperkaya air dengan garam
nutrisi seperti yang terkandung dalam tanah. Apabila di dalam sistem
budidaya pada umumnya menggunakan tanah sebagai tempat tanaman
memperoleh unsur hara, maka pada sistem hidroponik, tanaman
mengambil unsur hara dalam larutan nutrisi yang mengandung zat
anorganik. Media hidroponik subtrat pada umumnya bersifat inert yang
artinya media tanam tidak menyediakan unsur hara esensisal bagi
pertumbuhan tanaman, sehingga kebutugan nutrisi dari tanaman diberikan
dalam bentuk larutan. Larutan irigasi diberikan dengan cara irigasi tetes.
Beberapa tanaman yang cocok untuk dibudidayakan denagn sistem
hidroponik adalah tanaman hortikultura, seperti kangkung dan pakcoy
(Aini & Azizah, 2018).
Pada praktikum hidroponik dan greenhouse acara I dilakukan praktik
penyemaian dan persiapan tanaman pakcoy dan kangkung. Pertumbuhan
tanaman pakcoy dapat optimal apabila dibudidayakan pada lingkungan
tumbuh yang sesuai pula. Tanaman sawi pakcoy tergolong dalam tanaman
yang dapat ditanam pada berbagai musim, baik musim hujan maupun
musim kemarau. Tanaman pakcoy memiliki beberapa syarat agar tumbuh
dengan optimal. Tanaman pakcoy optimal jika ditanam pada ketinggian 5
- 1.200 mdpl, suhu 15,6°C pada malam dan 21,1°C pada siang hari, dengan
intensitas cahaya 10-13 jam perhari. Jika suhu diatas 24°C dapat
menyebabkan daun tanaman pakcoy terbakar pada bagian tepinya.
Sedangkan suhu di bawah 13°C dapat menyebabkan tanaman memasuki
fase pertumbuhan reproduktif yang lebih dini (Angela, 2019). Tanaman
sawi pakcoy dapat tumbuh dengan optimal pada pH kisaran 5,5-6 (Susilo,
2017).
Tanaman kangkung adalah tanaman yang menjalar dengan batang
kecil, bulat, panjang, dan berlubang pada bagian dalamnya. Tanaman
kangkung berupa akar tunggang dengan bunga yang berbentuk terompet,
berwarna putih, atau putih keungunan. Tanaman kangkung dapat tumbuh
dengan optimal pada suhu 20-32ºC, ketinggian 5 - 1.200 mdpl, pH tanah
antara 5,6 - 6,5, tersedia cukup air yang mengalir sepanjang masa
pemeliharaan (Widi dan Asianto, 2007 dalam Fitriani et al., 2017).
Pada praktikum acara I ini dilakukan penyemaian dengan alat dan
bahan yang digunakan adalah benih pakcoy, benih kangkung, larutan
garam 20%, air besih, rockwool, nampan, air, Bio-P60, Bio-T10, kertas
saring, beaker glass, pinset, dan alat tulis. Tahapan dalam praktikum ini
adalah benih kangkung dan benih pakcoy direndam terlebih dahulu dengan
larutan garam 20% untuk memisahkan antara benih yang tenggelam
dengan benih yang mengapung. Benih yang tenggelam termasuk dalam
benih bernas. Benih yang tenggelam kemudian diambil dan dicuci dengan
air bersih. Untuk perlakuan kontrol hanya dilakukan perendaman dengen
garam, sedangkan benih dengan perlakuan maka direndam lagi dengan
menggunakan Bio-P60 dan Bio-T10 dengan takaran 2 ml dalam 1 liter air
selama 15 menit. Kemudian rockwool dibasahi dengan air bersih.
Kemudian bagian tengah rockwool dilubangi sedikit sesuai dengan ukuran
benih. Benih dimasukkan ke dalam media semai berupa rockwool yang
sudah dipotong kubus dengan ukuran 2 cm x 2 cm x 2 cm dan benih
dibiarkan berkecambah dan tumbuh menjadi bibit hingga mencapai 2
minggu. Benih diamati gejala serangan penyakitnya dan pertumbuhannya.
Budidaya hidroponik memiliki beberapa media tanam sebagai
tempat tumbuh dan berkembangnya tanaman. Media tanam yang
digunakan untuk hidroponik diantaranya, rockwool, arang sekam,
hidrotan, vermiculite dan perlite, sabut kelapa, pasir, kerikil, moss, spons.
Dalam praktikum penyemaian dan persiapan tanam menggunakan
rockwool. Rockwool adalah media anorganik yang sangat ringan, seperti
busa dengan serabut halus. Rockwool terbuat dari hasil pemanasan batuan
basal dengan suhu tinggi hingga meleleh dan ketika meleleh membentuk
serat halus. Keuntungan dari rockwool sebagai media tanam adalah
memiliki ruang pori sebanyak 95% dan kapasitas menahan air 80%.
karakteristik ini membuat rockwool dapat digunakan sebagai media tanam
untuk hampir semua jenis tanaman. Karena keuntungan dari rockwool
adalah salah satu media tanam yang paling banyak digunakan oleh para
profesional hidroponik. Rockwool yang dijual di pasaran tersedia dalam
berbagai ukuran dan bentuk. Kebanyakan dadalam bentuk lembaran atau
balok/kotak. Rockwool ini memiliki banyak ukuran, misalnya 120 x 60 x
5 cm. Sebelum digunakan sebagai media penanaman, rockwool harus
dipotong dan dibentuk sesuai dengan kebutuhan (Hayati, 2020).
Pada praktikum acara I, benih pakcoy dan benih kangkung sebelum
disemai diberikan perlakuan 3 jenis larutan, yaitu larutan garam 20%,
larutan pestisida hayati Bio-P60 dan larutan Bio-T10. Jumlah garam yang
digunakan didasarkan pada parameter kondisi telur ayam yang terlebih
dahulu dimasukkan ke dalam larutan garam. Apabila telur telah terapung
maka penambahan garam dalam larutan dihentikan. Selanjutnya benih
direndam dalam larutan garam, benih yang baik adalah benih yang
tenggelam dalam larutan garam (Tampubolon et al, 2020).
Perlakuan benih secara fisik dapat dilakukan dengan merendam
benih sebelum tanam. Perendaman benih pada praktikum acara ini
dilakukan dengan Bio-P60. Bio-P60 adalah metabolit sekunder dari
Pseudomonas fluorescens. Pseudomonas fluorescens P60 merupakan
salah satu bakteri antagonis karena memiliki kemampuan meningkatkan
ketahanan sistemik. P. fluorescens P60 dikatakan dapat meningkatkan
kandungan senyawa fenol tanaman (Wardhana et al. 2009; Soesanto et al.,
2010 dalam Soesanto et al. 2014). P. flourescens P60 merupakan agensia
hayati yang diisolasi dari perakaran tanaman gandum (Soesanto et al.,
2011 dalam Navitasari et al., 2013). P. fluorescens P60 mampu
mempertahankan mutu fisiologis dengan daya kecambah di atas 80%
(Navitasari et al., 2013)
Perlakuan benih yang lainnya adalah perendaman benih pakcoy dan
benih kangkung dengan menggunakan Bio-T10. Bio-T10 dalam perlakuan
perendaman benih termasuk dalam metabolit sekunder dari Trichoderma
sp. Trichoderma sp. dianggap sebagai agen kontrol biologis yang tersedia
sebagai alternatif untuk pengendalian patogen tanaman. (Munir et al.
2013; Ghazanfar et al. 2018 dalam Ningtias et al., 2020). Penggunaan
jangka pendek Trichoderma sp. berpengaruh pada pengendalian penyakit
dan peningkatan pertumbuhan tanaman. Dalam jangka panjang,
Trichoderma sp. mampu mengurangi inokulum jamur patogen di lapangan
(Tran 2010 dalam Ningtias et al., 2020). Aplikasi T. harzianum T10
mampu menekan penyakit rebah semai hingga 71,43% (Ningtias et al.,
2020).

F. KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

Kesimpulan yang dapat diperoleh dari praktikum hidroponik dan


greenhouse acara I adalah:
1. Benih kangkung dan benih pakcoy direndam terlebih dahulu dengan
larutan garam 20% untuk memisahkan antara benih yang tenggelam
dengan benih yang mengapung. Benih yang tenggelam termasuk
dalam benih bernas. Benih yang tenggelam kemudian diambil dan
dicuci dengan air bersih. Kemudian rockwool dibasahi dengan air
bersih. Kemudian bagian tengah rockwool dilubangi sedikit sesuai
dengan ukuran benih. Benih dimasukkan ke dalam media semai
berupa rockwool yang sudah dipotong kubus dengan ukuran 2 cm x 2
cm x 2 cm dan benih dibiarkan berkecambah dan tumbuh menjadi
bibit hingga mencapai 2 minggu. Benih diamati gejala serangan
penyakitnya dan pertumbuhannya.
2. Memilih benih berkualitas dilakukan dengan merendam benih pada
larutan garam 20%, dengan tanda benih bernas tenggelam di larutan.
Menyiapkan benih bebas patogen dilakukan dengan merendam benih
berkualitas pada larutan Bio P-60 atau Bio T-10. Masing-masing
larutan memiliki spesifikasi masing-masing terhadap patogen sasaran.
3. Benih yang baik memiliki ciri tenggelam pada larutan garam, bersih
dari kotoran, sehat, tidak kusam, ukurannya normal dan seragam.
4. Media tanam yang digunakan untuk hidroponik diantaranya,
rockwool, arang sekam, hidrotan, vermiculite dan perlite, sabut
kelapa, pasir, kerikil, moss, spons.
2. Saran

Saran yang dapat diberikan pada praktikum acara I ini adalah


sebaiknya praktikan mencoba berbagai macam media tanam yang dapat
digunakan dalam budidaya hidroponik sehingga praktikan dapat mengenal
dan mempelajari kelebihan dan kekurangan dari berbagai macam media
tersebut secara langsung.
DAFTAR PUSTAKA

Aini, N & Azizah, N. 2018. Teknologi Budidaya Tanaman Sayuran Secara


Hidroponik. Malang: UB Press.
Angela, A. A. 2019. Pengaruh Pemberian Pupuk Kandang Ayam dan Pupuk Hayati
terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Sawi Pakcoy (Brassica rapa
L.) Nauli F1. Skripsi. Jurusan Agroteknologi, Fakultas Pertanian,
Universitas Siliwangi, Tasikmalaya.
Fitriani, S. R., Daningsih, E., & Yokhebed. 2017. Pengaruh perbedaan konsentrasi
fosfor terdadap pertumbuhan kangkung darat (Ipomoea reptans) pada
hidroponik super mini. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran
Khatulistiwa, 6(5): 1-10.
Hayati, N., Fitriyah, L. A., Berlianti, N. A., Af’idah, N., Wijayadi, A. W. 2020.
Peluang Bisnis dengan Hidroponik. Jombang: LPPM UNHASY
Tebuireng Jombang.
Hidayati, N., Rosawanti, P., Yusuf, F., Hanafi, N. 2017. Kajian penggunaan nutrisi
anorganik terhadap pertumbuhan kangkung (Ipomoea reptans Poir)
hidroponik sistem wick. Jurnal daun, 4(2): 75-81.
Navitasari, L., Soesanto, L., & Rahayu, A. Y. 2013. Pengaruh aplikasi
Pseudomonas fluorescens P60 terhadap mutu patologis, mutu fisiologis,
dan pertumbuhan bibit padi IR 64. Jurnal HPT Tropika, 13(2): 179-190.
Roidah, I. S. 2014. Pemanfaatan lahan dengan menggunakan sistem hidroponik.
Jurnal Universitas Tulungagung Bonororo, 1(2): 43-50.
Setyoaji, T. G., & Setiawan, A. W. 2021. Pengaruh umur bibit terhadap
pertumbuhan dan hasil sawi caisim (Brassica juncea L.) pada hidroponik
sistem rakit apung. Agritech, 23(1): 17-23.
Siswandi dan Sarwono. 2013. Uji sistem pemberian nutrisi dan macam media
terhadap pertumbuhandan hasil selada (Latuca sativa L.) hidroponik. J.
Agronomika. 8(1): 144-148.
Soesanto, L., Mugiastuti, E., & Rahayuniati, R. F. 2014. Aplikasi formula cair
Pseudomonas fluorescens P60 untuk menekan penyakit virus cabai merah.
Jurnal Fitopatologi Indonesia, 9(6): 179-185.
Susilawati. 2019. Dasar-Dasar Bertanam Secara Hidroponik. Palembang: UPT.
Penerbit dan Percetakan Universitas Sriwijaya.
Susilo, E. 2017. Petunjuk Praktis Budidaya Sawi Pakcoy Cepat Panen. Jogjakarta:
Zahara Pustaka.
Tampubolon, Y. R., Simanungkalit, F. J., & Tampubolon, J. 2020. Iptek bagi
masyarakat untuk meningkatkan ketahanan pangan: penerapan metode
SRI (system of rice intensification) di Kecamatan Namorambe, Kabupaten
Deli Serdang, Sumatera Utara. Jurnal Ilmiah Pengabdian kepada
Masyarakat, 4(2): 285-297.
Waluyo, M. R., Nurfajriah, Mariati, F. R. I., Rohman, Q. A. H. H. 2021.
Pemanfaatan hidroponik sebagai sarana pemanfaatan lahan terbatas bagi
karang taruna Desa Limo. Ikraith Abdimas, 4(1): 61-64.
LAMPIRAN

Lampiran 1. ACC
Lampiran 2. Dokumentasi

Anda mungkin juga menyukai