PEMBIMBING:
2022
SATUAN ACARA PENYULUHAN
Pokok Bahasan : Penyuluhan tentang promosi kesehatan gizi seimbang pada remaja
1. LATAR BELAKANG
Remaja merupakan masa berkembangnya individu dari saat pertama kali ia menunjukkan
tanda-tanda seksual sekundernya sampai ia mencapai kematangan seksual (Sarwono, 2011). Masa
remaja merupakan masa transisi yang paling pesat dalam proses pertumbuhan dan menentukan untuk
periode perkembangan berikutnya. Remaja perlu mempersiapkan diri untuk memasuki masa pubertas
yang akan dilalui menuju fase dewasa. Persiapan dapat berupa memenuhi kebutuhan zat gizi yang
diperlukan tubuh. Kebutuhan zat gizi diperlukan untuk pertumbuhan dan aktivitas jasmani. Selama
masa remaja, perubahan tubuh dapat mempengaruhi kebutuhan nutrisi remaja. Jika asupan tidak
seimbang dengan kebutuhan remaja akan menimbulkan masalah status gizi, yaitu masalah gizi lebih
dan gizi kurang. Kelebihan gizi pada remaja dapat mengakibatkan faktor risiko terjadinya berbagai
penyakit metabolik dan degeneratif seperti penyakit kardiovaskuler, diabetes mellitus, kanker,
osteoartritis, dll. Pada anak, kegemukan dan obesitas juga dapat mengakibatkan berbagai masalah
kesehatan yang sangat merugikan kualitas hidup anak seperti gangguan pertumbuhan tungkai kaki,
gangguan tidur, sleep apnea (henti napas sesaat) dan gangguan pernafasan lain. Sedangkan kekurangan
gizi pada remaja dapat mengakibatkan menurunnya daya tahan tubuh terhadap penyakit,
meningkatkan morbiditas, mengalami pertumbuhan tidak normal, tingkat kecerdasan rendah,
produktivitas rendah dan terhambatnya pertumbuhan organ reproduksi. Kejadian berat badan lebih di
dunia menurut WHO (World Health Oraganization) tahun 2013 terus meningkat dari tahun ke
tahunnya.
Prevalensi remaja dengan kategori gemuk di Indonesia berdasarkan data Riskesdas tahun 2007
adalah sebesar 8,8%, pada tahun 2010 sebesar 1,4%, sedangkan tahun 2013 sebesar 5,7%. Terjadi
peningkatan sebesar 4,3 % dari tahun 2010 ke tahun 2013.Sedangkan untuk prevalensi remaja dengan
kategori kurus pada tahun 2007 adalah sebesar 14,8%, pada tahun 2010 sebesar 7,1%, sedangkan
tahun 2013 sebesar 7,5%. Terjadi peningkat dari tahun 2010 ke tahun 2013 sebesar 0,45. Provinsi
dengan prevalensi gemuk tertinggi adalah DKI Jakarta (4,2%) dan terendah adalah Sulawesi Barat
(0,6%) . Sedangkan Sumatera Barat masuk dalam 6 terendah dalam kategori berat badan lebih.
Sebanyak 10,08% penduduk Sumatera Barat mengalami berat badan lebih. Untuk kategori kurus
Sumatera Barat masuk dalam 10 besar, sebanyak 11,84%. Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan
Provinsi Sumatera Barat Tahun 2016 didapatkan bahwa prevalensi status gizi remaja dengan kategori
kurus tertinggi adalah Kota Pariaman (13,2%). Sedangkan untuk kategori gemuk tertinggi adalah
Kabupaten Limapuluh Kota (9,3 %.).Kota Padang masuk dalam 10 besar dengan prevalensi status gizi
remaja bermasalah (kurus dan gemuk). Prevalensi siswa SMAN di Kota Padang dengan kategori status
gizi sangat kurang adalah sebesar 1,9% untuk kategori status gizi kurang sebanyak 5,2% gemuk
sedangkan untuk status gizi obesitas adalah sebanyak 5,7%(Suryani, 2015). Berdasarkan data dari
Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat tahun 2016, di Kota Padang terdapat 999 siswa SMAN
dengan status gizi kurang dengan prevalensi yaitu 7,1% dan terdapat 1055 siswa dengan status gizi
lebih atau 7,5% (Suryani, 2015).
Banyak faktor yang menyebabkan tidak seimbangnya status gizi seseorang, yaitu faktor
langsung dan tidak langsung. Faktor yang mempengaruhi secara langsung adalah asupan makanan dan
infeksi. Faktor tidak langsung dari status gizi ada tiga faktor yaitu ketahanan pangan di keluarga, pola
pengasuhan anak, dan lingkungan kesehatan yang tepat, termasuk akses terhadap pelayanan
kesehatan . Pola makan memberikan informasi tentang gambaran mengenai jumlah dan jenis bahan
makanan yang dimakan setiap hari. Pola makan seseorang dipengaruhi oleh beberapa faktor,
diantaranya faktor konsumsi makanan, aktivitas fisik, sosial ekonomi dan faktor lainnya.
Dari penelitian sebelumnya tentang konsumsi serat (sayur dan buah) di dapatkan bahwa tingkat
konsumsi serat remaja putri adalah sebanyak 7,72 gram dengan konsumsi terendah 5,50 gram dan
konsumsi tertinggi yaitu 13,30 gram, serta standar deviasi 1,272. Dalam penelitian lainnya proporsi
penduduk terbanyak yang kurang mengonsumsi sayur dan buah adalah pada kelompok remaja (13-18
tahun) yaitu sebesar 98,4%. Faktor penyebab rendahnya konsumsi buah dan sayur pada remaja adalah
karena perubahan pola hidup masyarakat pada saat ini. Perubahan perilaku tersebut menjadikan
perilaku makan yang tidak seimbang, diantaranya melewatkan sarapan pagi serta sering
mengkonsumsi fast food. Mereka lebih memilih untuk mengonsumsi makanan fast food agar lebih
praktis. Fast food yang biasanya tinggi lemak dan gula, namun rendah vitamin, serat, mineral serta
mikronutrien, semakin disukai. Mengonsumsi fast food dapat meningkatkan kalori masuk yang
ditumpuk dalam jaringan lemak tubuh sehingga dapat meningkatkan status gizi, disebabkan karena
konsumsi makanan fast food mengandung gula dan lemak.
2. TUJUAN
1. Tujuan Intruksional Umum (TIU)
Setelah diberikan penyuluhan selama 1x7 menit diharapkan sasaran mampu
memahami tentang gizi seimbang pada remaja.
2. Tujuan Intruksional Khusus (TIK)
Setelah mendapatkan penyuluhan selama 1x10 menit, sasaran diharapkan mampu:
a. Menjelaskan pengertian gizi seimbang
b. Menjelaskan masalah gizi pada remaja.
c. Menjelaskan cara meningkatkan gizi yang baik untuk remaja.
d. Menjelaskan makanan apa saja yang baik untuk pemenuhan gizi remaja.
3. PELAKSANAAN KEGIATAN
1. Topik
Penyuluhan gizi seimbang pada remaja.
2. Sasaran/ Target
Mahasiswa tingkat 2 Stikes Piala Sakti Pariaman
Bersedia menjadi peserta penyuluhan
Kooperatif
3. Metode
Ceramah
4. KEGIATAN
Keterangan:
: Presentator
: Moderator
: Audiens
: Fasilitator
: Observer
A. PENGORGANISASIAN
a. Pembagian Tugas
1. Pembimbing : Erpita Yanti, SKM, M.MKes
2. Presentator : Anggita Yudiana
3. Moderator : Rindy Yulita
4. Fasilitator : Ice Zulniati
5. Observer : Reci Permata Sari Putri
b. Rincian Tugas/Peran
1. Peran Moderator
Membuka dan menutup acara.
Memperkenalkan diri.
Menetapkan tata tertib acara penyuluhan.
Kontrak waktu yang akan digunakan selama penyuluhan.
Menjaga kelancaran acara.
Memimpin praktek.
Bersama fasilitator menjalin kerja sama dalam acara penyuluhan.
2. Peran Presentator
Menyampaikan materi pelaksanaan kegiatan penyuluhan yang akan dilakukan.
3. Peran Fasilitator
Bersama leader menjalin kerja sama dalam pelaksanaan kegiatan
pentyuluhan.
Memotivasi peserta kegiatan dalam penyuluhan.
Menjadi contoh dalam kagiatan.
4. Peran Observer
Mengamati jalan kegiatan.
Mengevaluasi kegiatan.
Mencatat perilaku verbal dan non verbal peserta kegiatan.
6. RENCANA EVALUASI
I. Evaluasi Struktur
a. Persiapan media
Media yang digunakan dalam penyuluhan semuanya lengkap dan siap
digunakan. Kurun waktu dalam persiapan media adalah 2 hari.
b. Persiapan materi
Materi yang akan diberikan dalam penyuluhan sudah disiapkan. Kurun waktu
dalam persiapan sekurang-kurangnya 2 hari sebelum penyuluhan.
Permulaan growth spurt pada anak tidak selalu pada umur yang sama melainkan tergantung
individualnya. Pertumbuhan yang cepat biasanya diiringi oleh pertumbuhan aktivitas fisik sehingga
kebutuhan zat gizi akan naik pula. Penyelidikan membuktikan bahwa apabila manusia sudah mencapai
usia lebih dari 20 tahun, maka pertumbuhan tubuhnya sama sekali sudah terhenti. Ini berarti,
makanan tidak lagi berfungsi untuk pertumbuhan tubuh, tetapi untuk mempertahankan keadaan gizi
yang sudah didapat atau membuat gizinya menjadi lebih baik. Dengan demikian, kebutuhan akan
unsur -unsur gizi dalam masa dewasa sudah agak konsta, kecuali jika terjadi kelainan pada tubuhnya,
seperti sakit dan sebagainya. Sehingga mengharuskan mendapatkan kebutuhan zat gizi yang lebih dari
biasanya.
Berikut ini faktor – faktor yang mempengaruhi kebutuhannya zat gizi usia remaja seperti :
2. Protein
Peranan protein yang utama adalah memelihara dan mengganti sel-sel yang rusak, pengatur
fungsi fisiologis organ tubuh. Kebutuhan protein bagi remaja yaitu 14-16% dari kalori total
(0,8-1gr/kg.BB/hari).Sumber protein utama adalah ikan,daging,ayam,tempe,tahu, dan kacang-
kacangan.
3. Lemak
Lemak merupakan sumber energi yang dapat di simpan di dalam tubuh sebagai cadangan
energi.Konsumsi lemak yang berlebihan pada usia remaja tidak di anjurkan karena dapat
meningkatkan kadar lemak dalam tubuh khususnya kadar kolesterol darah,yaitu 20-25% dari kalori
total.sumber ;minyak,mentega.
4. Serat
Pada manusia usia remaja serat di perlukan untuk memungkinkan proses buang air besar
menjadi teratur dan menghindari penyakit.Serat dapat memberi rasa kenyang pdalam waktu lama.
Sumber : sayuran-sayuran dan buah-buahan yang tinggi serat.
5. Mineral
Mineral di butuhkan remaja di perlukan dalam jumlah sedikit,sungguhpun demikian
peranannya sangat penting dalam berbagai proses metabolisme di dalam tubuh. Kebutuhan mineral
usia Remaja
a. Calsium Calsium : 800-1000 800-1000 mg/hr (pria) 1000-1500mg/hr (wanita)
b. Zat Besi :10mg
c. Na : 2,8-7,8gr/org/hr 2,8-7,8gr/org/hr
d. Air : 6-8 gls/org/hr gls/org/hr
6. Kebutuhan Vitamin
Vitamin dibutuhkan untuk mengatur berbagai proses metabolisme dalam
tubuh,mempertahankan fungsi berbagai jaringan serta mempengaruhi dalam pembentukan sel-sel
baru. Kebutuhan vitamin usia Remaja
a. Vitamin A : 3500-4000 3500-4000 mg/org/hr mg/org/hr
b. Vitamin B1 : 10-1,2 mg/hr : 10-1,2 mg/hr
c. Vitamim B : 6 2,0-2,2 2,0-2,2 mg/org/hr mg/org/hr
d. Vitamin B1 : 2 3,0mg/org/hr 3,0mg/org/hr
e. Vitamin C : 60mg f
f. Vitamin D : 200-400IU 200-400IU
g. Vitamin E : 8-10 mg/org/hr mg/org/hr
Selingan (camilan)
2 buah jeruk ukuran sedang (200-250 gram)
Makan siang
1 Piring Nasi putih (125-250 gram)
1 mangkuk sedang tumis brokoli dan wortel (30-100 gram)
1 mangkuk sedang daging sapi lada hitam (50-75 gram)
1-2 potong sedang tempe (30-50 gram)
Selingan (camilan)
2 buah kiwi ukuran sedang (200-250 gram)
Makan malam
1 piring nasi putih (125-250 gram)
1 potong besar dada ayam bakar tanpa kulit (75 gram)
1 mangkuk sedang tumis buncis (40-100 gram)
1 mangkuk kecil tumis oncom (40-50 gram)
1 gelas susu putih (100 ml)
DAFTAR PUSTAKA
Arisman, MB. Gizi Dalam Daur Kehidupan. Jakarta: Kedokteran EGC; 2008.
Depkes RI. Pedoman Gizi Seimbang. Jakarta: Kementrian Kesehatan Indonesia; 2014
Depkes. (2016). Rekapitulasi Hasil Penjaringan Kesehatan Peserta Didik Di Provinsi Sumatera
Barat. Padang: Departemen Kesehatan Provinsi Sumatera Barat.
Suryani, D., Riska, H., Rinsesti, J. (2015). Prevalensi gizi siswa SMA di kota Padang. Jurnal
Kesehatan Masyarakat Andalas Vol. 10 (1).