Anda di halaman 1dari 10

Efektivitas Lilin2(1)

J.Pascapanen Dari2005:
Ekstrak
1-10Limbah Penyulingan Minyak Nilam 1

EFEKTIVITAS LILIN PENOLAK LALAT (REPELEN) DENGAN BAHAN


AKTIF LIMBAH PENYULINGAN MINYAK NILAM

Sri Yuliani, Sri Usmiati, dan Nanan Nurdjannah


Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian

Telah dilakukan uji efektivitas lilin dari ekstrak limbah penyulingan minyak nilam di Laboratorium Balai Besar Penelitian
dan Pengembangan Pascapanen Pertanian, Bogor dan di Laboratorium Entomologi FKH-IPB, Bogor. Penelitian menggunakan
limbah penyulingan minyak nilam yang kemudian diekstrak menggunakan pelarut metanol 1:4. Ekstrak limbah tersebut
diformulasikan menjadi 9 formula lilin dengan kombinasi bahan aktif sebagai berikut; a) ekstrak limbah penyulingan
minyak nilam dan minyak sereh wangi (1:1) dengan konsentrasi 12,5%, 25%, dan 50%. b) ekstrak limbah penyulingan
minyak nilam dan minyak cengkeh (1:1) dengan konsentrasi 12,5, 25%, dan 50%. c) minyak sereh wangi (25%). d)
minyak cengkeh (25%). e) Lilin tanpa bahan aktif (kontrol). Selanjutnya dilakukan uji efektivitas terhadap daya tolak
(repelen) lalat menggunakan udang busuk 12 jam, pengujian menggunakan 25 ekor lalat umur 2-5 hari kenyang air gula.
Pengamatan dilakukan setiap menit dengan menghitung jumlah hinggapan lalat ke udang tiap menitnya sampai menit ke-
60, pengamatan dilakukan dengan menggunakan glass chamber. Hasil pengujian efektivitas lilin terhadap lalat rumah
menunjukkan bahwa formula II3 dengan kombinasi bahan aktif ekstrak limbah penyulingan minyak nilam dengan minyak
cengkeh (konsentrasi 50%), merupakan formula paling optimal dibandingkan dengan formula lainnya dengan daya tolak
sebesar 87,6% pada menit ke 10 dan 100% pada menit ke 60.

Kata kunci: efektivitas, lilin, ekstrak limbah nilam, penolak serangga, lalat

ABSTRACT. Sri Yuliani, Sri Usmiati and Nanan Nurdjannah. 2005. The Effectiveness of repellent candle with
the extract solution of patchouly distillation waste as the active component. The effectiveness of repellent candle
was examined at laboratory of Indonesian Center for Agricultural Postharvest Research and Development and Entomology
Laboratory of Veterinary Faculty of Bogor Agricultural University. Patchouly distillation waste was extracted using
methanol with ratio of 1:4 and then formulated into 9 formulas of candle. The combination of active compound in the
formula were: (a) mixing of patchouly distillation waste and citronella oil (1:1) with of 12.5%; 25% and 50% concentration;
(b) mixing of patchouly distillation waste and clove oil (1:1) with 12.5%; 25% and 50% concentration ; (c) citronella oil
(25%); (d) clove oil (25%) and (e) without active compound as control. The effectiveness determination of repellent
activity on flies was conducted using 12 hours decayed shrimp. The trial was using 25 flies 2-5 days age which already fully
fed with sugar solution. The observation was conducted every minute in glass chamber by counting flies which lied on the
decayed shrimps, for the period of 60 minutes. The results showed that the optimum formula was combination of active
compound of distillation waste from patchouly and clove oil (concentration 50%) with 87.6% repellent activity at the
tenth minutes and 100% at the sixtieth minutes.

Keywords: effectiveness, candle, patchouly distillation waste, insect repellent, flies

PENDAHULUAN jahe dan bunga cengkeh merupakan produk alternatif dari


tanaman tersebut. Selain itu, minyak atsiri lain yang
Minyak atsiri merupakan komoditas ekspor Indonesia merupakan hasil samping adalah minyak daun dan gagang
sejak sebelum perang dunia ke-2, tetapi dengan cengkeh, daun kayu manis, kruing dan sebagainya.
berkembangnya berbagai industri di dalam negeri seperti Kandungan minyak atsiri pada tanaman nilam + 3%
industri kosmetika dan parfum, maka Indonesia mulai dan serai wangi 0,5-1,5%. Dengan demikian sisanya ±97%
mengimpor beberapa jenis minyak asiri dalam jumlah cukup merupakan limbah padat yang belum termanfaatkan.
besar diantaranya minyak permen, lemon, eucalyptus, Selama ini limbah padat penyulingan hanya dimanfaatkan
lavender dan lain-lain. Impor minyak atsiri pada tahun sebagai bahan bakar penyulingan atau sebagai pupuk
1998 mencapai 54.320 ton dengan nilai US$ 200,13 juta. organik. Dalam limbah tersebut diperkirakan masih
Nilam, akar wangi, serai wangi dan kayu putih mengandung senyawa non volatil seperti terpen-terpen
merupakan hasil utama dari tanaman minyak atsiri, yang dapat dipergunakan sebagai pestisida, pupuk,
sedangkan minyak atsiri lainnya seperti minyak pala, lada, pewangi ruangan dan lain-lain.
2 Sri Yuliani1 et al.,

Terdapatnya bahan aktif dalam tanaman nilam bunganya mengandung minyak atsiri golongan fenol yaitu
menyebabkan tanaman nilam tahan terhadap P. eugenol dan eugenol asetat yang mempunyai aktivitas
brachyurus dengan mekanisme ketahanan terjadi sebelum antifungal dan bakteriostatik juga sebagai insect atractant
tanaman terinfeksi. Ketahanan kultivar Sidikalang terjadi untuk hama penghisap daun (Ueda et al., 1992 dalam
karena kandungan fenol yang relatif tinggi (Mustika et Kemala dan Asman, 1994).
al., 2002.). Ketaren (1985) menyatakan bahwa komponen Hasil penelitian Wiratno (1994) penggunaan eugenol
penyusun nilam adalah sesquiterpen dan patchouli 1% ternyata efektif membunuh serangga uji Stegobium
alcohol (oxygenated terpen) yang terdiri atas benzaldehid, paniceum dan berbeda nyata dengan tanpa eugenol
eugenol benzoat, sinamaldehid, alkohol dan (kontrol). Eugenol 10% selain membunuh semua serangga
semikarbazom. Sesquiterpen tersebut diduga Araecerus falciculatus juga menyebabkan serangga tidak
mempengaruhi perkembangan serangga. Diantara sifat- menghasilkan keturunan (Wiratno et al., 1994). Minyak
sifat therapeutic minyak nilam adalah digunakan sebagai selasih dengan kandungan metil eugenol dengan
insektisida dan fungisida (Anonymous, 2005). konsentrasi mulai dari 8-64% mampu memerangkap lalat
Penggunaan minyak nilam sebagai bahan baku insektisida buah dengan kisaran tangkap antara 22-30 ekor setiap
disebabkan senyawa metabolit sekunder yang bersifat minggu (Kardinan, 2000). Produk yang mengandung
merangsang khemoreseptor sehingga tidak disukai oleh cengkeh ASP 10EG dan TBC dapat menekan serangan
serangga. Fusarium oxysporum pada tanaman panili (Tombe et al.,
Mardiningsih dan Wiratno (1996) telah melakukan 2000). Selanjutnya hasil penelitian Hartati et al., (1993)
penelitian di laboratorium menggunakan minyak nilam menunjukkan minyak cengkeh dan minyak sereh wangi
terhadap perkembangan serangga Stegobium paniceum dapat menghambat pertumbuhan Pseudomonas
yang menunjukkan hasil bahwa pada 9 hari setelah solanacearum, minyak cengkeh lebih efektif terhadap P.
diberikan perlakuan menggunakan 60 ml minyak nilam solanacearum dibandingkan minyak serai wangi.
memberikan nilai mortalitas serangga sebesar 100%. Pengujian terhadap potensi akar wangi sebagai
Penggunaan limbah nilam sebagai mulsa pada pertanaman insektisida telah dilakukan oleh Kardinan dan iskandar
lada dapat menekan populasi kumbang Lophobaris piperis (1994) ternyata minyak akar wangi mempunyai daya
(Wiratno et al., 1991). Tepung daun nilam dan campuran sebagai antifeedant (penolak makanan) sampai dengan
minyak nilam, serbuk gergaji dan dekstrin dalam bentuk 80%.
pellet ternyata dapat mengusir kumbang jagung, Tujuan penelitian ini untuk memperoleh teknologi
Sithopilus zeamais, sedangkan minyak nilam dengan pembuatan produk lilin dari ekstrak limbah penyulingan
naftalen bersifat repellent terhadap hama gudang kemiri minyak nilam sebagai pewangi ruangan serta untuk
Carpophilus sp (Mardiningsih et al., 1994). Selain itu mengetahui efektivitas lilin tersebut sebagai pengusir lalat
dari hasil penelitian Grainge and Ahmed (1987) M. domestica.
menunjukkan bahwa minyak nilam merupakan anti
serangga terhadap semut, kecoa, Crocidolomia binotalis
dan Spodoptera litura. BAHAN DAN METODE
Dari hasil penelitian Laksmanahardja (2002)
dikemukakan bahwa penyulingan daun nilam mengandung Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Balai Besar
senyawa kimia lain seperti alkaloid, saponin dan glikosida Penelitian dan Pengembangan Pascapanen Pertanian
yang dapat dimanfaatkan untuk pembuatan produksi Bogor dan di Laboratorium Entomologi FKH-IPB Bogor
pestisida dan pewangi ruangan. Hasil uji efektivitas pada bulan Juni 2003-Juni 2004.
minyak nilam terhadap serangga pertanian menunjukkan Bahan aktif yang digunakan dalam penelitian ini
bahwa 20% ekstrak limbah penyulingan nilam memberikan adalah ekstrak limbah dari penyulingan minyak nilam,
mortalitas terhadap Heliopeltis dan Ostremia purnacalis minyak serai wangi dan minyak cengkeh. Sebagai basis
sebesar 40% dan 30%. lilin digunakan parafin, stearin, cera alba (lilin lebah), dan
Menurut Ketaren (1985), minyak serai wangi pelarut ekstrak digunakan metanol. Bahan lainnya yaitu
diketahui mengandung citronelal, geraniol dan malam, benang dan bahan penjepit benang (aluminium).
citronelol, sedangkan minyak nilam tersusun atas Untuk uji efektivitas dipergunakan lalat Musca
komponen sesquiterpen dan patchouly alcohol. Senyawa domestica dewasa berumur 2-5 hari, yang diperoleh dari
citronelal berperan sebagai bahan insektisida yang Laboratorium Entomologi Fakultas Kedokteran Hewan
bekerja sebagai antifeedant dan repellent (pengusir dan IPB Bogor, udang busuk 12 jam dan air gula.
penolak serangga), demikian halnya dengan sesquiterpen Alat yang digunakan adalah rotavapor, oven,
diduga dapat mempengaruhi perkembangan serangga. peggiling/penepung, pisau, sendok, alat cetak, timbangan,
Sedangkan tanaman cengkeh baik daun, gagang dan alat-alat gelas untuk analisis kimia dan glass chamber.
Efektivitas Lilin Dari Ekstrak Limbah Penyulingan Minyak Nilam 3

Metode Penelitian Tabel 1. Formula lilin dengan berbagai macam komposisi


Penelitian terdiri atas 5 (lima) tahap, yaitu: bahan aktif
Table 1. Candle formula on various composition of active
1. Proses pembuatan ekstrak limbah nilam compound
Bahan Aktif (%) Basis lilin (%)
a. Serbuk limbah nilam ditimbang sesuai kebutuhan Active conpound(%) Candle base (%)

b. Penambahan pelarut metanol sebanyak 4 bagian berat Ekstrak metanol


serbuk nilam (4:1) Formula limbah
Formula penyulingan Minyak sereh Minyak Parafin Asam Cera
c. Ekstraksi serbuk limbah nilam dengan pelarut metanol, minyak nilam wangi Cengkeh padat stearat flava
citronellaoil Clove oil Parafine Stearic acid Ceraflava
ekstraksi dilakukan secara maserasi selama 24 jam Methanol extract of
patchouli distillation
dibantu dengan pengadukan selama 2 jam pertama. waste

d. Penyaringan larutan ekstrak, selanjutnya pelarut I1 6,25 6,25 - 74,375 8,75 4,375
diuapkan dengan rotavapor sampai diperoleh ekstrak I2 12,5 12,5 - 63,75 7,5 3,75
kental seperti kecap.
I3 25 25 - 40 5 5

II1 6,25 - 6,25 74,375 8,75 4,375


2. Karakteristik limbah nilam berdasarkan skrining
II2 12,5 - 12,5 63,75 7,5 3,75
fitokimia (MMI)
II3 25 - 25 40 5 5

Analisis dlakukan terhadap senyawa aktif, meliputi III - 25 - 63,75 7,5 3,75
:alkaloid, saponin, glikosida, tanin, flavonoid dan IV - - 25 63,75 7,5 3,75
triterpenoid. V - - - 85 10 5

3. Pembuatan produk lilin (Murhananto dan


Aryantasari, 2000)
c. Pembuatan lilin
Lilin dibuat dengan teknik cetak menggunakan basis Panaskan asam stearat, cera flava dan parafin dalam beaker
parafin padat, asam stearat dan cera flava. Selanjutnya gelas pada tangas air (t > 80oC) sampai seluruh bahan
dibuat lilin dengan kombinasi bahan aktif (Tabel 1) sebagai mencair dengan tercampur rata. Angkat, sambil diaduk
berikut: masukkan esktrak limbah penyulingan minyak nilam
a. Lilin dengan bahan aktif ekstrak limbah penyulingan dengan minyak sereh wangi. Tuang lilin cair ke dalam
minyak nilam dan minyak sereh wangi (1:1) dengan cetakan yang sudah diberi sumbu. Biarkan mengeras.
konsentrasi 12,5%, 25% dan 50%.
b. Lilin dengan bahan aktif ekstrak limbah penyulingan 4. Pengujian karakteristik lilin. (SII. 0348-80)
minyak nilam dan minyak cengkeh (1:1) dengan
konsentrasi 12,5%; 25% dan 50%. Pengujian karakteristik dilakukan terhadap letak sumbu,
c. Lilin dengan bahan aktif minyak sereh wangi (25%) lama bakar, organoleptik, keadaan fisik dan keadaan waktu
d. Lilin dengan bahan aktif minyak cengkeh (25%). dinyalakan.
e. Lilin tanpa bahan aktif (kontrol)
5. Pengujian efektivitas lilin terhadap lalat M.
domestica. (Prosedur Laboratorium Entomologi
Proses Pembuatan Lilin :
Fakultas Kedokteran Hewan IPB yang dimodifikasi).
a. Basis lilin
Basis yang digunakan adalah campuran Parafin padat, Pengujian yang dilakukan adalah uji daya tolak (repelen)
asam stearat dan cera flava dengan perbandingan 8,5:1:0,5 lalat terhadap udang busuk 12 jam. Pengujian
untuk lilin dengan konsentrasi bahan aktif 12,5%, 25%, menggunakan 25 ekor lalat umur 2-5 hari kenyang air gula
sedangkan untuk lilin dengan konsentrasi bahan aktif 50% sebagai sumber energi dalam glass chamber berukuran
perbandingannya adalah 80:1:1. 90x90 cm. Sebelum dilakukan pengujian terlebih dahulu
dilakukan uji ruangan yang bertujuan bahwa dalam
b. Sumbu lilin ruangan tersedia cukup udara untuk dapat hidup yaitu
Boraks dan garam dapur (1:1) dilarutkan dalam air, dengan cara memasukkan lalat ke dalam glass chamber
kemudian sumbu direndam kurang lebih 5 menit, angkat selama ± 5 menit. Jika tidak ada lalat yang mati, maka
dan keringkan. Parafin padat dicairkan secukupnya, pengujian dapat dilanjutkan. Ke dalam glass chamber
kemudian sumbu dilapisi dengan lilin dengan cara berisi lalat dimasukkan udang busuk 12 jam berjumlah ±7
mencelupkannya ke dalam lilin cair. Angkat dan biarkan ekor yang diletakkan di piring kertas (diameter = 18 cm).
sumbu mengering dengan cara direnggangkan.
4 Sri Yuliani1 et al.,

Pengumpulan bahan Nilam segar


(limbah penyulingan Fresh Patchouly
minyak nilam)
Collecting material
(patchouly Pengolahan (dikeringkan
Distillation waste) diserbuk)
Pengeringan Processing (drying, grinding),
drying

Serbuk limbah penyulingan Serbuk nilam


minyak nilam Patchouly Powder
Patchouly distillation
waste powder
Skrining fitokimia
Ekstraksi dengan (alkaloids, saponin, tannin,
Methanol (1:4) 24 jam flavonoid, triterpenoid)
Extraction by Phytochemical screening
Methanol (1:4) 24 hours (alcaloids, saponine, tanine
flavonoids, triterpenoids)
Ekstrak limbah penyulingan
Minyak nilam
Extract of patchouly Penetapan kadar air
distillation waste Water content analysis

+ basis lilin (parafin Penetapan kadar sisa pelarut


Padat , asam stearat, Measurement of solvent residue
Cera flava
Candle base (parafine
Stearic acid , cera flava Penetapan kadar minyak
+ Minyak serai wangi/ Oil content analysis
Minyak cengkeh
Citronella oil/
Clove oil Lilin B.A ekstrak limbah nilam+minyak serai wangi (12,5%;25%;50%)
Candle of A .C patchouly distillation waste+citronella oil (12,5%;25%;50%)
Pembuatan lilin, Lilin B.A ekstrak limbah nilam+minyak cengkeh (12,5%;25%;50%)
(teknik cetak) Candle of A.C patchouly distillation waste+clove oil (12,5%;25%;50%)
Candle making Lilin B.A minyak cengkeh (25%)
(moulding technique) Candle A.C clove oil (25%)
Lilin B.A minyak serai wangi (25%)
Candle A.C. citronella oil (25%)

Lilin (Candle) Pengujian mutu


Quality control

Pengujian efektivitas sebagai repelen


Repellent effectivity test

Gambar 1. Diagram alir pengolahan limbah nilam dan pengujian aktivitas lilin dari ekstrak limbah penyulingan minyak nilam.
Figure 1. Diagram of patchouly waste processing and the candle activity test.

Di dalam piring kertas dibuat dua lingkaran masing-masing Untuk menghitung persentase daya tolak lalat
berjari-jari 5,5 cm dengan 5 cm dihitung dari titik pusat. dilakukan dengan pendekatan terhadap: (1) rata-rata daya
Udang diletakkan pada lingkaran dengan jari-jari 5 cm. tolak 10 menit pertama dengan asumsi bahan aktif berasal
Setelah 1 menit, lilin yang sudah dinyalakan dimasukkan dari ekstrak limbah nilam yang memiliki konsentrasi tidak
dan diletakkan di tengah-tengah piring kertas. Pengamatan tinggi, sehingga efek bahan aktif mulai terakumulasi dalam
dilakukan setiap menit dimulai setelah 1 menit lilin glass chamber dihitung pada 10 menit pertama
dimasukkan dengan menghitung jumlah hinggapan lalat pengamatan; dan (2) persentase tertinggi daya tolak pada
ke udang busuk tiap menit sampai menit ke 15, selanjutnya menit ke 60. Perhitungan persen daya tolak lilin terhadap
mulai menit ke-20 lilin dimatikan, pengamatan dilanjutkan lalat:
Jumlah lalat awal – jumlah lalat yang
kembali sampai dengan menit ke-60. Percobaan dilakukan
hinggap pada umpan
dengan 3 ulangan pada setiap formula lilin yang diteliti. % Daya tolak = x100%
Jumlah lalat awal
Efektivitas Lilin Dari Ekstrak Limbah Penyulingan Minyak Nilam 5

HASIL DAN PEMBAHASAN pelarut metanol, namun demikian untuk ekstrak masih
aman karena pelarut etanol adalah senyawa organik yang
Dari hasil analisis skrining fitokimia terhadap serbuk nilam bersifat sebagai antiseptik.
segar, serbuk limbah penyulingan minyak nilam dan Dari hasil pengamatan diperoleh sisa metanol dari
ekstrak limbah penyulingan minyak nilam diperoleh ekstrak limbah penyulingan minyak nilam adalah 0,008%.
karakteristik bahan sebagai berikut: Menurut SNI 01-3550-1994, batas maksimum metanol dalam
Dari Tabel 2 terlihat bahwa di dalam limbah penyulingan minuman ringan beralkohol 0,1% (v/v). Kadar metanol
serta ekstrak limbahnya, masih banyak mengandung dalam ekstrak cukup rendah, apalagi sediaan (produk) ini
senyawa kimia seperti alkaloid, saponin, glikosida, tidak untuk diminum (oral), tetapi untuk pengujian
triterperoid dan flavonoid. Senyawa-senyawa ini ternyata efektivitas sebagai repelen, maka kandungan metanol
cukup tahan pemanasan karena selama proses tersebut cukup aman bagi kesehatan manusia.
penyulingan masih dapat bertahan (tidak rusak), hal ini Formula umum untuk lilin adalah parafin saja (Depkes,
berarti bahwa limbah penyulingan minyak nilam masih 1989), sedangkan menurut Murhananto dan Aryantasari
memungkinkan untuk dapat dimanfaatkan untuk berbagai (2000), lilin dapat dibuat dari campuran parafin dengan
macam produk sesuai dengan kegunaan senyawa- asam stearat (9:1). Lilin dengan mutu baik biasanya
senyawa tersebut. ditambahkan cera flava tidak lebih dari 20% karena jika
Alkaloid, saponin, glikosida, flavonoid dan lebih akan menyebabkan lilin menjadi lunak. Penambahan
triterpenoid adalah golongan senyawa kimia yang sering cera flava ke dalam lilin dimaksudkan untuk meningkatkan
digunakan di industri farmasi dan sekarang berkembang kekentalan dari lilin, hal ini sangat dibutuhkan untuk lilin
ke industri lainnya seperti kosmetik, makanan dan minuman dengan bahan aktif ekstrak dengan konsentrasi yang
sehat dan untuk pestisida. Menurut Grainge and Ahmed cukup tinggi selain itu dengan adanya cera memudahkan
(1987), senyawa tanin dan triterperoid dapat berguna pengeluaran lilin dari cetakan.
sebagai pestisida, senyawa lainnya yaitu alkaloid piperin Semakin tinggi kadar bahan aktif, biasanya
yang terdapat dalam lada berfungsi sebagai antibakteri konsistensi lilin menjadi lebih encer terutama lilin dengan
dengan pestisida, sedangkan saponin dan flavonoid dapat konsentrasi bahan aktif 50%. Untuk mendapatkan lilin
digunakan sebagai antibakteri dan anti kanker. Pada yang baik maka konsistensi cera perlu ditingkatkan. Untuk
ekstrak limbah ini diperkirakan senyawa yang berfungsi lilin dengan konsentrasi bahan aktif 12,5% dan 25%
sebagai pestisida adalah senyawa alkaloid dan digunakan campuran parafin padat (8,5): asam stearat (1)
triterpenoidnya. : cera flava (0,5), sedangkan untuk lilin dengan konsentrasi
Dari hasil analisis kadar air ekstrak terlihat kadar air bahan aktif 50% digunakan campuran basis parafin padat
masih cukup tinggi yaitu 26,1%, tingginya nilai tersebut (8): asam stearat (1): cera flava (1).
dapat disebabkan karena terjadinya proses degradasi Karakter lilin yang dihasilkan (tabel 3) adalah lilin
yang mempunyai panjang 10 cm sampai dengan 15 cm,
Tabel 2. Karakteristik serbuk segar, serbuk limbah dan ekstrak warna sangat tergantung dari konsentrasi bahan aktif dan
limbah penyulingan aroma pembakaran sesuai dengan aroma minyak atsiri
Table 2. The Characteristic of raw material powder, waste and yang dicampurkan. Lilin dengan konsentrasi bahan aktif
extract of distillationwaste
12,5% dan 25% lama bakarnya adalah > 20 menit
No Limbah Ekstrak limbah sedangkan untuk konsentrasi bahan aktif 50% dengan
Serbuk nilam penyulingan nilam
Karakteristik penyulingan
No
Characteristic
Patchouly
Patchouly Extract of patchouly ukuran yang sama (10 cm) lama bakarnya adalah < 15 menit.
powder distillation waste
distillation waste
Perbedaan lama bakar ini disebabkan karena sifat minyak
I Skrining Fitokimia : atsiri yang mudah menguap dengan demikian semakin
1 Alkoloid (Alcoloids) + + +
tinggi kadar minyak atsiri semakin cepat lilin terbakar.
2 Saponin (Saponine) + + +
3 Tanin (Tanine) - - -
Untuk kebutuhan uji efektivitas dengan lama bakar yang
4 Flavonoid (Falvonoids) + + - sama maka lilin dengan konsentrasi 50% dibuat lebih
5 Triterpenoid (Triterpenoids) + + + panjang (15 cm).
6 Glikosida (Glicosides) + + +
Menurut Murhananto dan Aryantasari (2000), lama
Kadar air (%)
II
Moisture content (%) 12 12 26,1 bakar dari lilin selain ditentukan oleh panjang lilin dan
Kadar metanol (%)
III
Methanol concentration (%)
- - 0,008 konsentrasi bahan aktif juga sangat ditentukan oleh
IV
Kadar m. atsiri (%) 3 0,35 - ukuran dan letak sumbu. Makin besar ukuran sumbu atau
patchouli concentration (%)
makin ke pinggir letak sumbu lilin makin cepat habis. Dari
Keterangan: + = menunjukkan adanya senyawa yang diuji hasil pengamatan diketahui bahwa letak sumbu tidak pas
Remark : + = indicates the presence of test component ditengah lilin akibatnya lilin semakin mudah meleleh.
6 Sri Yuliani1 et al.,

Tabel 3. Hasil pengujian karakteristik lilin


Table 3. Result of candle characteristic test
Form u la lilin
N o. K arak teristik C an dle form ulas
N o. C h ara cteristics
I1 I2 I3 II1 II2 II3 III IV V
1. L etak sum bu (d iten gah) Ten gah agak ke pin gg ir
W ick p osition (cen ter) C en ter ap p roxim ately to sid e
2. Panjang lilin (cm ) I0 I0 I5 10 10 15 10 10 10
C andle leng th (cm )
3. D iam eter lilin (cm )
1,5 1 ,5 1,5 1,5 1,5 1 ,5 1 ,5 1 ,5 1 ,5
C andle d iam eter (cm )
4. W arna H ijau sam pai hijau k eh itam an Putih keku nin gan
C olour G reen to green -b lackish W h ite-yello w ish
5. A rom a pem bakaran W an gi serai W ang i cen gk eh Sw c
B urning a ro m a Sm ell of citron ella S m ell of clo ve Lg c -
6. L am a b akar (m enit)
Leng th of bu rning (m in utes) 45 30 30 45 30 30 30 30 50
7. K eadaan fisik :
P hysical co n ditio n :
- T idak retak (un-cra cked) v v * v v v v v v
- T idak p atah (u n-bro ken) v v v v v v v v v
- T idak b ergaris pu tih h orison tal
- - - - - - v v v
(no horizontal white lin es)
- T idak ada g elem b ung u dara v v - v v v v v v
(no a ir bu bble)
2

8. K eadaan w aktu din yalak an :


B urning co nd ition :
- N yala k uning terang
Brig ht yellow v v v v v v v v v
- L ilin terserap & terbakar habis
C andle com pletely burn ed - - - - - - - - -
- T idak terjad i percikan
v v v v v v v v v
N ot sp attered

Keterangan: sw = serai wangi; c = cengkeh; * = permukaan lilin retak; V = sesuai dengan pernyataan; - = tidak sesuai dengan pernyataan
Remark: Lg = citronella; c = clove; * = surface of candle crack; V =same with statement; - = not the same with statement

Formulasi di atas tidak banyak menimbulkan masalah 10 masing-masing sebesar 57,1%; 62,6% dan 67,9%,
manakala lilin dibuat dengan teknik tuang, sehingga ke sedangkan pada menit ke 60 masing-masing sebesar
depannya setelah diketahui efektifitas dari lilin, maka lilin 90,7%; 100% dan 94,7%.
dapat dibuat dengan teknik tuang dengan menggunakan Berdasarkan hasil pengamatan terhadap lilin kontrol
wadah yang menarik karena teknik tuang merupakan teknik dari minyak serai wangi maupun minyak cengkeh yang
pembuatan lilin yang paling mudah. juga memberikan daya tolak terhadap lalat yang cukup
Selanjutnya hasil pengamatan uji efektivitas ke 9 efektif berarti kemampuan ekstrak limbah nilam itu tidak
formula lilin dari berbagai macam bahan aktif tersaji dalam terlalu efektif karena untuk lilin FII3 (konsentrasi 50%
Tabel 4 dan 5, hasilnya sebagaimana tampak dalam tabel. dimana konsentrasi ekstrak limbah nilamnya 25% dan
Dengan membandingkan efektivitas lilin pada rata- minyak cengkeh konsentrasi 25%) hanya memberikan daya
rata daya tolak setelah 10 menit pertama dan setelah 60 tolak pada menit ke 10 sebesar 87,6% dibantu oleh
menit pengamatan tampak bahwa formula II3 (FII3) dengan pengaruh minyak cengkeh sebesar 67,9%. Sedangkan
kombinasi bahan aktif ekstrak limbah nilam dan minyak untuk FI3 (limbah nilam 25% dan minyak serai wangi
cengkeh (konsentrasi 50%) dianggap paling optimal konsentrasi 25%) memberikan daya tolak sebesar 85,4%
dengan memberikan daya tolak sebesar 87,6% pada menit dibantu oleh pengaruh minyak serai wangi sebesar 62,6%.
ke 10 dan 100% pada menit ke 60 bahkan pada menit ke 30 Dengan demikian produk dengan bahan aktif gabungan
sudah memberikan daya tolak sebesar 100%, selanjutnya beberapa minyak atsiri juga memiliki efektivitas yang
diikuti oleh formula I3 (FI3) dengan kombinasi bahan aktif tinggi. Kombinasi minyak meglaleuca dengan nenas dapat
ekstrak limbah nilam dan minyak serai wangi (konsentrasi memerangkap lalat buah dengan kisaran antara 27,00-
50%) yaitu 85,4% untuk daya tolak menit ke 10 dan 100% 83,18% (Trisawa et al., 2000).
pada menit ke 60 dan berturut turut diikuti oleh formula II2 Melihat kondisi tersebut berarti kemampuan ekstrak
(75,0%; 96%), formula I2 (78,0%; 94,8%), formula I1 limbah nilam dengan konsentrasi 25% sekitar 20%,
(69,11%; 94,7%) dan formula II1 (60,7%; 92%). Sebagai sedangkan untuk kontrol tanpa bahan aktif pada 10 menit
kontrol digunakan lilin biasa, lilin minyak serai wangi pertama maupun menit ke 60 disebabkan oleh bahan dasar
(konsentrasi 25%) dan lilin minyak cengkeh (konsentrasi lilin yaitu parafin yang merupakan campuran hidrokarbon
25%) yang ternyata memberikan daya tolak pada menit ke yang diperoleh dari minyak mineral yang bersifat sebagai
Efektivitas Lilin Dari Ekstrak Limbah Penyulingan Minyak Nilam 7

Tabel 4. Jumlah hinggapan lalat M. domestica pada umpan setelah lilin (kontrol) dibakar selama 20 menit dalam glass chamber
Table 4. Alight count of flies M. domestica on bait after the candle (control) has burned for 20 minutes in glass chamber

Perlakuan
Waktu Treatment
Pengamatan
setelah kontak FIV
Kontrol Minyak sereh
Observation time Minyak
FV FI1 FI2 FI3 wangi FII1 FII2 FII3
after contact cengkeh
Control citronella oil
Clove oil

1 menit 14g 11,3defg 5,66abc 6,3abcde 10,66bcdefg 6,3fg 10,66bcdefg 3a 11,66efg

2 menit 12,3fg 11efg 7,3efg 5,66abcde 10,66defg 6,3g 10bcdefg 2,33a 10,33cdefg

3 menit 12,3d 9abcd 5,3ab 4,3a 10,66bcd 6cd 7,33abcd 4,66a 6,66abc

4 menit 12,3cd 8,66abcd 6ab 4,3a 10,66bcd 6,3d 6,33ab 4a 8,33abcd

5 menit 10,66fg 8,66defg 5,3abc 3,66a 10efg 5g 6,66bcde 4,33ab 8,66cdefg

6 menit 11e 6,33abc 4,66ab 3,66a 9cde 5de 5,66ab 4a 7,33bc

7 menit 9,33def 5,66bcd 4,3ab 3,33ab 9ef 5,3f 4,66ab 2,66a 8,33cde

8 menit 9,33cdef 6bcdef 5,3abcd 1,66a 8,66ef 5def 4,33abcd 2,33ab 7cdef

9 menit 9,33a 5a 5a 2,3a 8a 4a 3,3a 5,66a 6a

10 menit 6,66a 5,66a 6a 1,3 6,3a 3,3a 3,66a 2a 6a

11 menit 6,3a 4a 4,66a 1,66 5,3a 3a 3a 2,66a 3,66a

12 menit 7,3b 3,33a 3,3a 1,3a 3a 3,3a 1,66a 2a 2,66a

13 menit 5,3a 3,33a 3,66a 1,66a 4a 3a 1,66a 1a 3,66a

14 menit 4,66a 4a 4,66a 1a 4,66a 3,7a 1a 1,33a 2,66a

15 menit 5a 4,33a 3a 1a 3a 4a 1a 1,33a 2,3a

20 menit 3a 3a 2,3a 1,3a 2,3a 1,7a 1,33a 1a 1a

30 menit 2,33a 2a 1,66a 1a 2a 1,7a 1,33a 0 0

60 menit 2,33a 1,33a 1,3a 0 0 1,7a 1a 0 1,33a

Keterangan:
(1) Data pada tabel adalah rataan representatif dari 25 ekor lalat dengan 3 ulangan; (2) Huruf yang sama ke arah kolom menunjukkan tidak
berbeda nyata (5%); (3). Formula yang memiliki nilai a terbanyak adalah formula terbaik.
Remark:
(1) Data on the table are representative average from 25 head flies by 3 replication; (2) The same alphabet in the same column showed
no significant effect (5%);(3) Formula with highest amount of value is the best formula.

desinfektan ringan. Hasil penelitian Yuliani et al. (2003) menit dapat mengakibatkan konsentrasi karbondioksida
menunjukkan bahwa formula 1 dan 3 piretrum merupakan meningkat sehingga lalat menjadi tidak berdaya karena
formula yang paling efektif terhadap lalat M. domestica ruangan kekurangan oksigen untuk bernafas serta udara
dengan waktu kurang dari 1 menit lebih dari 90% lalat dalam glass chamber menjadi panas (Anonymous dalam
jatuh. Formula piretrum F1 sampai F3 yang dicobakan Lindsay et al., 1996).
terhadap Spodoptera litura menyebabkan mortalitas Dari hasil pengujian efektivitas lilin diketahui bahwa
sebesar 50,0-92,5% pada konsentrasi 102-408 ppm piretrin formula II3 dengan kombinasi bahan aktif ekstrak limbah
dan motalitas Sitophillus sp mencapai 20-90% pada penyulingan minyak nilam dengan minyak cengkeh
konsentrasi sampai dengan 204 ppm piretrin (Yuiani et al., (konsentrasi 50%) dianggap paling optimal dibandingkan
1999). Proses pembakaran di ruangan tertutup selama 60 dengan formula lainnya. Kemampuan ekstrak limbah nilam
8 Sri Yuliani1 et al.,

Tabel 5. Persentase daya tolak beberapa formula lilin ekstrak metanol limbah penyulingan minyak nilam terhadap lalat M. domestica
Table 5. The precentage of repellent activity of candle formula on M. domestica flies

Ekstrak metanol limbah penyulingan Ekstrak metanol limbah penyulingan


Waktu Minyak sereh Minyak
minyak nilam + minyak sereh wangi minyak nilam + minyak cengkeh Lilin kontrol
Pengamatan wangi Cengkeh
Methanol extract of patchouly waste + Methanol extract of patchouly waste + Control candle
Time of Citronella oil Clove oil
Citronella oil Clove oil
observation
FI1 FI2 FI3 FII1 FII2 FII3 FIII 25% FIV 25% FV

1 menit 54,8defg 77,4abc 74,8abcde 48fg 57,4bcdefg 88a 57,4bcdefg 53,4efg 44g

2 menit 56efg 70,7abcdefg 77,4abcde 49,4g 60bcdefg 90,7a 57,4defg 58,7cdefg 50,8fg

3 menit 64abcd 78,8ab 82,8a 54,8cd 70,7abcd 81,4a 57,4bcd 73,4abc 50,8d

4 menit 65,4abcd 76abcd 82,8a 49,4d 74,7ab 84a 57,4bcd 66,7abcd 50,8cd

5 menit 65,4defg 78,8abc 85,4a 57,4g 73,4bcde 82,7ab 60efg 65,4cdefg 57,4fg

6 menit 74,7abc 81,4ab 85,4a 57,4de 77,4ab 84a 64cde 70,7bc 56e

7 menit 77,4bcd 82,3ab 86,7ab 64f 81,4ab 89,4a 64ef 66,7cde 62,7def

8 menit 76bcdef 78,8abcd 93,4a 96,4def 82,7abcd 90,7ab 65,4ef 72cdef 62,7f

9 menit 80a 80a 90,8a 78,7a 86,8a 93,4a 68a 76a 62,7a

10 menit 77,4a 76a 94,8a 78,7a 85,4a 92a 74,8a 76a 73,4a

11 menit 84a 81,4a 93,4a 82,7a 88a 89,4a 78,8a 85,4a 74,8a

12 menit 86,7b 86,7a 94,8a 84a 93,4a 92a 88a 89,4a 70,8a

13 menit 86,7a 85,7a 93,4a 84a 93,4 96a 84a 85,4a 78,8a

14 menit 84a 81,4a 96a 84a 96a 94,7a 81,4a 89,4a 81,4a

15 menit 82,7a 88a 96a 89,4a 96a 94,7a 88a 90,8a 80a

20 menit 88a 90,8a 94,8a 86,7a 94,7a 96a 90,8a 96a 88a

30 menit 92a 93,4a 96a 93,4a 94,7a 100a 92a 100a 90,7a

60 menit 94,7a 94,8a 100a 92a 96a 100a 100a 94,7a 90,7a

Rata-rata daya
tolak setelah 10
menit
Average of 69,11 78,0 85,4 60,7 75,0 87,6 62,6 67,9 57,1
repellent activity
after 10 minutes

Keterangan:
(1) Data pada tabel adalah representatif rataan dari 25 ekor lalat dengan 3 ulangan; (2) Huruf yang sama ke arah kolom menunjukkan
tidak berbeda nyata (5%); (3). Formula yang memiliki nilai a terbanyak adalah formula terbaik.
Remark:
(1) Data on the table are representative with average from 25 flies by 3 replication; (2) The same alphabet in the same column
showed no significant effect (5%);(3) Formula with highest amount of a value is the best formula
Efektivitas Lilin Dari Ekstrak Limbah Penyulingan Minyak Nilam 9

pada produk lilin sangat dipengaruhi oleh daya kerja UCAPAN TERIMA KASIH
sinergis dari minyak atsiri yang ditambahkan yaitu minyak
serai wangi ataupun minyak cengkeh. Menurut Guenther Tim peneliti menyampaikan ucapan terima kasih kepada
(1948), minyak serai wangi mengandung bahan aktif Hartila Rauf, alumni Fakultas Matematika dan Ilmu
citronellal yang mempunyai daya aktif sebagai insektisida Pengetahuan Alam, Institut Sains dan Teknologi Nasional
yang kuat sedangkan minyak cengkeh mengandung Jakarta yang telah membantu dalam pelaksanaan kegiatan
senyawa eugenol tinggi (±80%) yang bersifat sebagai penelitian Teknologi Pemanfaatan Limbah Penyulingan
insektisida (Asman et al., 1997). Berdasarkan hasil Minyak Atsiri tahun anggaran 2003.
penelitian Mustika dan Rachmat (1994) diketahui bahwa
tepung dan daun cengkeh serta eugenol sangat nyata DAFTAR PUSTAKA
dapat menekan populasi Meloidogyna incognita. Hasil
Anonymous. 2005. Patchouli essential oil information. http://
penelitian Asman et al. (2000) menunjukkan bahwa formula
www.essentialoils.co.za/essential_oils/patchouli.htm. jam
10EC, 20EC, 10WP dan 20WP yang berbahan baku dari 12.04 tanggal 16 Maret 2005.
cengkeh efektif menekan beberapa jenis pathogen jamur Asman, A., M. Tombe dan D. Manohara. 1997. Peluang
dan bakteri penyebab penyakit tanaman. Penggunaan Produk Cengkeh Sebagai Pestisida Nabati.
Daya kerja lilin bersifat sebagai repelen (daya tolak) Monograf Tanaman Cengkeh No. 2, Balai Penelitian Tanaman
dan tidak mematikan seperti insektisida yang mempunyai Rempah dan Obat, Bogor. Hal: 90-100.
Grainge, M. and S. Ahmed. 1987. Handbook of Plants with Pest
daya kerja racun kontak. Dengan demikian serangga yang
Control Properties. Willey-Interscience Publication, New
tidak menyenangi racun yang bersifat repelen ini dapat York. 470 pp.
secepatnya menghindari sasaran walaupun sudah diberi Guenther, F. 1948. The Essential Oil. Vol. I. Vand Nostrad
umpan. Dari hasil uji repelensi produk minyak nilam Company Inc., New York.
terhadap hama gudang (Sitophilus zeamais dan Hartati, S.Y., E.M. Hadi, A. Asman dan N. Karyani. 1993. Uji
efikasi minyak cengkeh dan serai wangi terhadap Pseudomonas
Carpophilus sp) oleh Mardiningsih et al. (1995) yaitu
solanacearum. Prosiding Seminar Hasil Penelitian dalam
percobaan menggunakan kotak plastik kecil berukuran rangka Pemanfaatan Pestisida Nabati, Bogor 1-2 Desember
(7x5,5x3) cm3 untuk serangga dan bahan uji yang 1993. Hal: 37-42.
dihubungkan dengan kotak berukuran (14x9x4,5) cm3 Kardinan. 2000. Daya tangkap dan daya tahan metil eugenol dari
untuk tempat masuk serangga dan sebagai bahan uji daun selasih Ocimum sanctum (Labiate) sebagai atraktan nabati
adalah campuran minyak nilam dengan naftalen dan hama lalat buah Bactrocera. Prosiding Forum Komunikasi
Ilmiah Pemanfaatan Pestisida Nabati. Bogor 9-10 Nopember
kamfer. Hasil penelitian menunjukkan bahwa jumlah
1999. Hal : 187-191.
optimum minyak nilam dalam campuran dengan bahan- Kardinan, A. dan M. Iskandar. 1994. Uji potensi akar wangi
bahan tersebut adalah sebesar setengah gram untuk (Vetiveria zizonoides) sebagai insektisida nabati. Dalam
memberikan efek sebagai repelen terhadap S. zeamais Prosiding Forum Komunikasi Ilmiah Pemanfaatan Pestisida
selama 1, 5 dan 8 hari setelah perlakuan. Nabati. D. Soetopo (Eds). Puslitbang Tanaman Perkebunan,
Bogor Hal: 303-307.
Menurut Mardiningsih dalam Mardiningsih et al.
Kemala, S dan A. Asman. 1994. Peningkatan peluang pemanfaatan
(1994), daun nilam selain dapat mengusir ngengat kain, hasil cengkeh. Prosiding Simposium II Hasil Penelitian dan
juga merupakan anti serangga terhadap semut, kecoa, Pengembangan Tanaman Industri. Bogor 21-23 Nopember
Crocidolamia binotalis dan Spodoptera litura. 1994. Hal: 107-119.
Sedangkan limbah penyulingan minyak nilam belum Ketaren, S. 1985. Pengantar Teknologi Minyak Atsiri. Penerbit
banyak diketahui manfaatnya, penelitian hanya terbatas Balai Pustaka, Jakarta.
Laksmanahardja, Panji. 2002. Perbaikan Sistem Penyulingan
pada hama gudang kemiri, kumbang jagung dan ngengat
Minyak Atsiri dan Pengembangannya. Laporan Akhir 2002.
kain. Balai Penelitian Pascapanen Pertanian.
Lindsay, L.R., G.A Surgeorner and J.D Heal. 1996. Field Evaluation
KESIMPULAN of the Efficacy of Three DruideReg . Citronella-Based to Protect
Against Aedes Species Mosquitoes in Ontario: Final Report.
Hasil uji efektivitas menunjukkan bahwa lilin dengan Unpublished, 8 pp.
http://extension.usu.edu/coop/ag/environ/upep/index.htm.
formula II3 dengan kombinasi bahan aktif ekstrak limbah
tahun 2004.
penyulingan minyak nilam dengan penambahan sinergi Mardiningsih, T.L dan Wiratno. 1996. Pengaruh minyak nilam
minyak cengkeh (konsentrasi 50%), merupakan formula terhadap perkembangan Stegobium paniceum L pada biji
paling optimal dibandingkan dengan formula lainnya ketumbar. Prosiding Simposium Nasional 1 Tumbuhan Obat
dengan daya tolak sebesar 87,6% pada menit ke 10 dan dan Aromatik APINMAP, Bogor 10-12 Oktober 1995. Hal:
734-737.
100% pada menit ke 30 dan 60.
10 Sri Yuliani1 et al.,

Mardiningsih, T.L., Triantoro, S. L. Tobing and S. Rusli. 1995. Trisawa, I. M., Wiratno dan Siswanto. 2000. Daya pemerangkap
Patchouli oil products as insects repellent. J. Littri. 1 (3): kombinasi minyak Meulaleuca bracteata dengan sari buah
152-158. terhadap lalat buah Bactrocera dorsalis Hendel. Dalam
Mardiningsih, T.L., S. Rusli, E.A. Wikardi dan S.L. Tobing. 1994. Prosiding Forum Komunikasi Ilmiah Pemanfaatan Pestisida
Kemungkinan produk nilam sebagai bahan penolak serangga. Nabati. D. Soetopo (Eds). Puslitbang Tanaman Perkebunan,
Prosiding Seminar Hasil Penelitian Dalam Rangka Bogor. Hal: 199-208.
Pemanfaatan Pestisida Nabati. Bogor 1-2 Desember 1993. Wiratno, E.A. Wikardi dan M. Iskandar, 1991. Prospek
Hal: 113-117. Pemanfaatan Limbah Tanaman Atsiri sebagai Repelen Hama.
Murhananto dan R. Aryatasari. 2000. Membuat dan Mendekorasi Seminar Ilmiah dan Kongres Nasional Biologi X. 24-26
Lilin. Penerbit Puspa Swara, Jakarta. September 1991. Bogor.
Mustika, I., Y. Nuryani dan R. Harni. 2002. Pengaruh suhu terhadap Wiratno. 1994. Penelitian pendahuluan pengaruh beberapa
pertumbuhan nilam (Pogostemon spp.) dan kemungkinan konsentrasi eugenol terhadap mortalitas Stegobium paniceum.
ketahanannya terhadap Pratylenchus brachyurus. Buletin Proseding Seminar Hasil Penelitian Pestisida Nabati. Hal: 56-
Penelitian Tanaman Rempah dan Obat. Vol. XIII No. 1. Balai 59.
Penelitian Tanaman Rempah dan Obat, Bogor. Hal 1-10. Wiratno, Siswanto, dan E.A. Wikardi. 1994. Penelitian
Mustika, I dan A. Rachmat. 1994. Efikasi beberapa macam produk pendahuluan pengaruh eugenol terhadap serangga dewasa
cengkeh dan tanaman lain terhadap nematoda lada. Prosiding Araecerus fasciculatus. Proseding Seminar Hasil Penelitian
Seminar Hasil Penelitian dalam rangka Pemanfaatan Pestisida Pestisida Nabati. Hal: 293-297.
Nabati, Bogor 1-2 Desember 1993. Hal: 49-55. Yuliani, S., Tritraningsih dan S. Rusli. 2003. Formulasi flu spray
Tombe, M., Sukamto, Zulhisnain, dan E. Taufik. 2000. Pengaruh dari ekstrak piretrum dan efektivitasnya terhadap serangga
produk cengkeh terhadap populasi mikroba tanah dan rumah tangga (lalat, nyamuk, kecoa). Jurnal Penelitian
intensitas serangan Fusarium oxysporum f. sp. Vanillae. Tanaman Industri, Vol. 9 No. 3. Hal: 116-120.
Prosiding Forum Komunikasi Ilmiah Pemanfaatan Pestisida
Nabati. Bogor 9-10 Nopember 1999. Hal : 452-459.

Anda mungkin juga menyukai