Anda di halaman 1dari 1

PERNYATAAN SIKAP

KOMISI KEADILAN DAN PERDAMAIAN KONFERENSI WALIGEREJA INDONESIA (KKP KWI)


(Jln. Cikini 2, Jakarta Pusat)

“MERAWAT KEBINEKAAN, MENYELAMATKAN NKRI”

Akhir-akhir ini kehidupan berbangsa kita sedang terkoyak dengan munculnya isu-isu radikalisme,
sektarianisme dan kepentingan politik jangka pendek. Masyarakat yang masih belajar hidup berdemokrasi
dengan mudah digiring masuk dalam sekat-sekat agama, etnis, dan aliran politik yang berbeda-beda. Relasi
sosial terpecah, kebersamaan sebagai sesama warga bangsa renggang, gelombang demonstrasi dan gejolak
sosial datang silih berganti.

Belakangan energi bangsa ini terkuras habis untuk menyatukan dan menguatkan semangat keindonesiaan
yang dari hari ke hari kian pudar. Berbagai kekawatiran akan masa depan Pancasila, kebinekaan dan NKRI
kian membesar dan kegelisahan massal terasa di seantero negeri ini.

Dengan memperhatikan situasi yang amat memprihatinkan tersebut, maka Komisi Keadilan dan
Perdamaian Konferensi Waligereja Indonesia (KKP KWI) menyatakan sikap sebagai berikut:

1. Mengajak seluruh rakyat Indonesia untuk menengok sejarah dan belajar hidup berbangsa dengan
para pendiri bangsa ini. Bangsa Indonesia diperjuangkan dan didirikan oleh tetesan darah dan
pengorbanan jiwa para pahlawan dari berbagai agama, suku dan bahasa. Mereka menanggalkan
berbagai perbedaan, apalagi egoisme kelompok demi membela dan merebut bumi pertiwi dari
tangan para penjajah. Mereka tetap hidup sesuai dengan agama, suku dan bahasanya tetapi
mereka juga menghargai dan menghormati agama, suku dan bahasa lain yang ada diluar mereka.
Bangsa ini didirikan tidak untuk satu agama dan suku tertentu maka sudah selayaknya semua warga
negara mempunyai hak dan kewajiban yang sama di negeri ini.
2. Mengutuk segala bentuk politisasi agama. Dinamika politik yang terjadi cenderung menggunakan
agama sebagai sarana untuk mencapai tujuan politik jangka pendek. Keagungan agama sebagai
sumber kedamaian dan ketentraman, inspirasi dan pencerahan dalam hidup telah tereduksi
sebagai pengumpul suara dan legitimasi kekuasaan. Bahkan dengan kian menguatnya politik
identotas, agama telah menjadi pemisah dalam masyarakat. Politisasi agama telah merusak agama
sebagai ranah yang suci, baik, adil dan damai. Agama harusnya dapat memurnikan dunia politik dan
tidak sebaliknya justru membuat politik tampak kotor dan kurang beradab.
3. Mendesak kepada pemerintah untuk bertindak tegas terhadap semua pihak yang ditengarai akan
merongrong Pancasila, kebinekaan, UUD 1945 dan memecah belah masyarakat dengan berbagai
isu. Pemerintah tidak boleh takut, apalagi kalah dengan kelompok-kelompok yang membawa
ideologi, ajaran, dan doktrin yang bertujuan untuk menghancurkan bangsa ini. Kelompok ini dari
waktu ke waktu kian berani tampil dan menggunakan ruang publik untuk menunjukkan identitas
dan menyebarkan ideologi mereka. Pemerintah harus tegas, independen dan berani pasang badan
untuk menghalau kekuatan-kekuatan tersebut yang telah mulai masuk ke berbagai lapisan
masyarakat.
4. Berharap kepada para penegak hukum agar mereka benar-benar menjaga independensi dan tidak
terpengaruh dengan berbagai tekanan dalam memberikan rasa keadilan kepada masyarakat.
Keadilan bukan buah tekanan apalagi pesanan tetapi merupakan hak bagi semua warga negara,
oleh karena itu para penegak hukum seperti polisi, hakim dan jaksa harus benar-benar berdiri di
atas semua agama, suku, dan golongan. Penegak hukum yang tidak tahan tekanan hanya akan
melahirkan ketidakadilan dan ketidakadilan akan melahirkan penderitaan bagi masyarakat dan
tidak stabilnya keidupan berbangsa dan bernegara.

Demikianlah pernyataan sikap ini kami buat sebagai bentuk cinta kami terhadap bangsa lndonesia.

Jakarta, 13 Mei 2017

Romo PC. Siswantoko ( 081286204310)


Sekretaris Eksekutif Komisi Keadilan dan Perdamaian KWI

Anda mungkin juga menyukai