Disusun Oleh:
Okta Wari Wijaya (20226013148)
Dosen Pengampu :
1. Dr. Nur Ahyani, M.Pd
2. Dr. Mahasir, M.Pd
Puji syukur kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat Nya penyusunan
makalah ini dapat diselesaikan. Makalah ini merupakan makalah Administrasi dan
Pembiayaan Pendidikan. Secara khusus pembahasan dalam makalah ini diatur
sedemikian rupa sehingga materi yang disampaikan sesuai dengan mata kuliah.
Dalam penyusunan tugas atau materi ini, tidak sedikit hambatan yang saya hadapi.
Namun saya menyadari bahwa kelancaran dalam penyusunan makalah ini tidak
lain berkat bantuan, dorongan dan bimbingan orang tua, sehingga kendala-kendala
yang saya hadapi teratasi . oleh karena itu saya mengucapkan terimakasih kepada:
ii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang …… ……………………………........................... .. 1
1.2. Rumusan Masalah ………………………………............................. 1
1.3. Tujuan Penulisan ……………...………............................................ 2
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pendidikan dan Human Capital…………………………...................... 3
2.2 Hakikat dan Konsep Biaya Pendidikan……………................................... 7
2.3 RAPBS…………………………………….………………………………14
2.4 Analisis Sumber-sumber Dana Pendidikan………………………………20
2.5 Biaya Investasi Pendidikan……………….……………………………….27
2.6 Modal Kerja Pendidikan………………….……………………………….42
2.7 Sistem Pembukuan Pendidikan………….………………………………..48
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................ 53
iii
BAB I
PENDAHULUAN
iv
1.3 Tujuan Penulisan
Melalui makalah ini penulis berharap dapat mengetahui:
1. Pendidikan dan Human Capital
2. Hakikat dan Biaya Pendidikan
3. RAPBS
4. Sumber-sumber Dana Pendidikan dan Pengelolaannya
5. Biaya Investasi Pendidikan
6. Modal Kerja
7. Sistem Pembukuan Pendidikan
v
BAB II
PEMBAHASAN
vi
pembangunan. Dalam konteks ini pendidikan diarahkan dalam
upaya mengembangkan dan menyebarluaskan nilai dan sikap
produktivitas SDM melalui pengembangan dua kemampuan
sekaligus, yaitu (1) kemampuan teknis seperti peningkatan
penguasaan kecakapan, profesi dan keahlian yang sesuai dengan
tuntutan masyarakat dan lapangan kerja yang berubah, dan (2)
kemampuan lain dalam kaitan dengan budaya yang mendorong
SDM untuk menjadi kekuatan penggerak pembangunan seperti
wawasan dan etos kerja.
Secara sederhana human capital adalah kemampuan baik
nyata maupun yang masih terpendam seorang individu yang
dibentuk oleh suatu peningkatan baik pendidikan maupun pelatihan
yang dilakukan secara rutin dan kontinu (terus- menerus) dan hasil
dari pendidikan dan pelatihan dapat digunakan untuk
berkontribusi pada organisasi sehingga tujuan organisasi dapat
berjalan dengan lancar dan tercapai sesuai dengan yang
diharapkan.
2.1.2 Hubungan Antara Pendidikan dan Human Capital
vii
sekolah-sekolah. Atau juga dapat diperoleh melalui hubungan
kerja sama dengan lembaga-lembaga atau donatur. Pemanfaatan
harus sesuai dengan objek (sasaran) yang sesuai dengan program
di sekolah-sekolah.
viii
Kehidupan pendidikan dipandang makmur apabila sumber
dayanya dapat menunjang kegiatan dan aktivitas pendidikan secara
berkesinambungan. Pendidikan yang memiliki sumber daya yang
baik dapat menghasilkan kualitas pendidikan yang bagus. Artinya
bahwa kemakmuran (tersedianya) fasilitas baik sarana maupun
prasarana maju karena sumber daya manusia yang dikelola dengan
baik.
2.1.3 Pendekatan Human Capital dan Human Capital Dalam
Doktrin Ekonomi
ix
pencari kebenaran ilmiah. Keilmuwan ini sepanjang sejarah telah
terus-menerus dijadikan sebagai alat memahami realitas dan
menyelesaikan problemproblem ekonomi masyarakat. Ekonomi
sebagai sebuah ilmu diperoleh melalui pengamatan (empirisme)
terhadap gejala sosial masyarakat dalam memenuhi kebutuhan
hidupnya.
HC memiliki hubungan dalam bidang perekonomian.
Hal terlihat bahwa di dalam perekonomian tentu ada sumber
daya manusia untuk mengelola dan mengerjakannya. Dengan
demikian, dapat diuraikan bahwa HC memiliki aturan-aturan dan
ajaran. HC dalam doktrin ekonomi adalah:
• Pengelola perekonomian
• Kreator dalam mengembangkan perekonomian
• Pemberi konstribusi dalam
pengembangan ekonomi
• Sumber ekonomi yang
mendasar
• Penentu pengembangan
kualitas, mutu di dalam
perekonomian pendidikan
Jadi, dengan sistem ini tidak menempatkan HC sebagai
modal, melainkan melalui HC perekonomian pendidikan
meningkat melalui sistem pendidikan
2.2 Hakikat dan Konsep Biaya Pendidikan
2.2.1 Pendidikan Sebagai Suatu Sistem
Pada hakikatnya pendidikan adalah usaha sadar dan
terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses
pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan
potensi dirinya untuk memiliki potensi spiritual keagamaan,
pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
Negara.
x
Hal di atas menjelaskan bahwa pendidikan merupakan
suatu upaya yang terencana, yang dilakukan untuk
mengembangkan potensi yang dimiliki oleh peserta didik. Potensi
yang dimiliki oleh setiap peserta didik tentu berbeda-beda, yang
nantinya adalah tugas seorang pendidik untuk mampu melihat dan
mengasah potensi-potensi yang dimiliki peserta didiknya sehingga
mampu berkembang menjadi manusia berguna bagi masyarakat,
bangsa dan negara.
Di Indonesia dikenal istilah Pendidikan Nasional, adapun
yang dimaksud dengan pendidikan nasional adalah pendidikan
yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara
Republik Indonesia Tahun 1945 yang berakar pada nilai-nilai
agama, kebudayaan nasional Indonesia, dan tanggap terhadap
tuntutan perubahan zaman. Sedangkan tujuan dari pendidikan
nasional sebagaimana yang tercantum di dalam UU No. 20 Tahun
2003 Bab II Pasal 3 adalah mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam
rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk
berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang
beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak
mulia, schat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Pendidikan adalah satu keseluruhan karya insani yang
terbentuk dari bagian-bagian yang mempunyai hubungan
fungsional dalam membantu terjadinya proses transformasi atau
perubahan tingkah laku seseorang sehingga mencapai kualitas
hidup yang diharapkan.
xi
mengelola pengembangan dan pembinaan sumberdaya manusia
sebagai kekuatan sentral dalam proses pembangunan.
Pendekatan Sistem merupakan satu cara yang memandang
pendidikan secara menyeluruh dan sistemik, tidak parsial atau
fragmentaris. Pendidikan sebagai suatu sistem merupakan satu
kesatuan yang utuh, beserta bagian-bagiannya yang berinteraksi
satu sama lain. Pendidikan dapat diartikan sebagai keseluruhan
karya yang terbentuk dari bagian- bagian yang mempunyai
hubungan fungsional dalam usaha mencapai tujuan akhir.
Secara umum, pendidikan dapat digambarkan sebagai
kesatuan dari subsistem-subsistem dan membentuk satu sistem
yang utuh. Sistem pendidikan ini memperoleh masukkan dari
supra sistem (masyarakat atau lingkungan) dan memberikan hasil
bagi supra sistem tersebut. Subsistem-subsistem yang membentuk
sistem pendidikan antara lain tujuan pembelajaran, mahasiswa,
manajemen, struktur dan jadwal waktu, materi ajar, tenaga
pengajar, alat bantu pembelajaran, teknologi, fasilitas, kendali
mutu, penelitian, dan biaya pendidikan
2.2.2 Penilaian Terhadap Elemen Sistem Pendidikan
xii
melalui strategi khusus dan pengukuran reguler, memelihara
sekaligus mengembangkan keterampilan, dan mengontrol terhadap
pengajaran.
xiii
selama satu tahun anggaran. Biaya ini digunakan untuk menunjang
pelaksanan program pengajaran, pembayaran gaji guru, dan
personil sekolah, administrasi kantor, pemeliharaan dan perawatan
sarana dan prasarana. (Ferdi, 2013)
b. Biaya tidak langsung (indirect cost)
Biaya yang meliputi hilangnya pendapatan peserta didik karena
sedang mengikuti pendidikan (earning foregone by students),
bebasnya sewa perangkat sekolah yang tidak dipakai secara
langsung dalam proses pendidikan serta penyusutan sebagai cermin
pemakaian perangkat sekolah yang sudah lama tidak digunakan.
Adapun jenis yang termasuk dalam biaya tidak langsung, yaitu:
1) Biaya pribadi; biaya yang dikeluarkan keluarga untuk
membiayai sekolah anaknya .
2) Biaya masyarakat; biaya sekolah yang dibayar oleh
masyarakat.
3) Monetary cost, monetary cost adalah semua bentuk
pengeluaran dalam bentuk uang, baik langsung maupun tidak
langsung yang dikeluarkan untuk kegiatan pendidikan. (Ferdi,
2013)
Adapun menurut Nanang Fatah dalam bukunya Standar
Pembiayaan Pendidikan, terdapat jenis-jenis biaya pendidikan yang
dibagi menjadi:
a. Biaya Uang vs Biaya Oportunitas
Input dari pendidikan dapat diukur dalam bentuk uang, dapat juga
diukur dari seluruh sumber daya riil yang digunakan dalam proses
pendidikan (waktu guru/dosen, waktu murid, waktu staf, buku,
material, peralatan, gedung). Meskipun tidak dapat diukur secara
langsung dengan uang, tetapi sumber daya ini memiliki nilai
karena dapat digunakan di bidang lainnya, sehingga
dinamakan opportunity costs.
Konsep opportunity costs lebih luas daripada konsep money
cost/ expenditure karena tidak hanya mencakup uang saja, tetapi
xiv
pada sumber daya riil yang direpresentasikan dengan pengeluaran
uang walaupun tidak dibeli/dijual.
Opportunity costs dari pendidikan dapat diukur sebagai
biaya kepada individu (private cost), seperti biaya pendidikan,
buku, dan peralatan dan biaya kepada masyarakat (social cost)
seperti biaya gaji guru dan staf, buku, peralatan, bahan mentah, dan
gedung. Kebanyakan analisa biaya pendidikan dikosentrasikan
pada pengeluaran uang daripada opportunity cost, padahal
keduanya sama pentingnya.
b. Biaya Modal vs Biaya Operasional/Rutin
Biaya operasional meliputi semua pengeluaran pada
barang-barang konsumtif seperti buku, stationary, bahan bakar,
dan jasa lainnya yang dapat membawa keuntungan dalam jangka
menengah atau pendek. Capital costs atau expenditure meliputi
pembelian durable assets seperti gedung atau perlengkapan yang
diharapkan memberikan keuntungan untuk jangka panjang.
Pembelian barang-barang capital/ modal ini dapat dikatakan
sebagai suatu investasi. Baik current maupun capital
expenditure dapat diukur secara actual atau current price atau
dalam tingkat harga yang konstan/ constant purchasing power.
c. Biaya Rata-Rata (Average Cost) dan Biaya Marginal (Marginal
Cost)
Analisis biaya ini merupakan analisis biaya yang berkaitan
dengan total biaya pendidikan atau dengan unit cost (biaya per
murid). Untuk menunjukkan hubungan antara biaya-biaya
dengan output atau skala operasional suatu usaha dan melihat
keterkaitannya dengan biaya total (TC), biaya rata-rata (AC) dan
biaya marginal (MC) adalah dengan memperhatikan fungsi biaya.
Perhitungan tiap-tiap fungsi biaya dilakukan sebagai berikut:
Biaya total (Total Cost) per tahun adalah biaya tetap
ditambah biaya variabel (Verbal Cost), dan (biaya variabel ini
tergantung dengan jumlah murid), sedangkan biaya rata-rata (AC)
xv
adalah biaya total dibagi dengan jumlah output. Maka, biaya rata-
rata akan rendah bila jumlah siswa tinggi. Biaya marginal (MC)
adalah tambahan biaya yang terjadi karena ada penambhan unit
cost/ murid yang mendaftar.
Ada tiga macam bentuk AC dan MC, yaitu:
a. Constant return to scale (AC=MC, dimana AC sama, tidak
tergantung jumlah unit).
b. Economies of scale (average cost menurun akibat jumlah unit
bertambah, sehingga MC<AC)
c. Diseconomies of scale/decreasing returns to scale (MC>AC,
sehingga AC meningkat bila jumlah unit bertambah.
Walaupun penghitungan MC di sektor pendidikan sulit diukur
secara tepat, juga kompleksitas kaitan antara ukuran dan biaya,
konsep-konsep AC dan MC serta FC dan VC sangat penting dalam
menganalisis biaya.
d. Biaya Privat vs Biaya Sosial Pendidikan
Perbedaan antara biaya privat dan biaya sosial ditentukan
oleh besarnya subsisdi pemerintah terhadap pendidikan, seperti di
beberapa negara di mana pendidikan dasar dan menengah
diberikan secara gratis, sehingga direct private cost atau yang juga
disebut biaya personal hanya terbatas untuk membeli buku,
seragam, dan transportasi. Jika jenis pendidikan tersebut bersifat
wajib, tidak ada private opportunity cost dalam bentuk pendapatan
yang hilang karena melanjutkan pendidikan, paling hanya dari
biaya pajak yang dikenakan pemerintah secara implisit. Hal ini
umumnya tidak berlaku untuk post compulsory
education dimana earnings dan output forgone menjadi faktor
penting yang dipertimbangkan pemerintah bila akan mengubah
kebijakan minimum school-leaving age.
xvi
2.3 RAPBS
2.3.1 Dasar Penyusunan RAPBS
xvii
1. Instruksi bersama Menteri Pemdidikan dan Kebudayaan
dengan Menteri Dalam negeri No. 29 tahun 1974/01 tentang
pembentukan Badan Pembantu Penyelenggara
2. Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No.
293/102.F/0/1986, tentang petunjuk pelaksanaan dan penggunaan
sumbangan BP3
Penyusunan RAPBS tidak hanya mengandalkan
pengetahuan dan keterampilan seadanya. Sistematika
penyusunan dan konten RAPBS harus disusun secara logis dan
valid. Untuk itu penyusunan RAPBS harus dapat meyakinkan
serta akurat sehingga timbul kepercayaan dari pihak yang
akan membantu termasuk orang tua siswa, dan agar penyusunan
anggaran sekolah atau RAPBS dapat efektif dan efisien, langkah-
langkah yang perlu diambil adalah:
a. Menginventarisasi program/kegiatan sekolah selama satu tahun
mendatang
b. Menyusun program kegiatan tersebut berdasarkan jenis dan
prioritas
c. Menghitung volume, harga satuan, dan kebutuhan dana untuk
setiap komponen kegiatan
d. Membuat kertas kerja dan lembaran kerja, menentukan dana dan
pembebanan anggaran, serta menuangkannya ke dalam format
baku RAPBS
e. Menghimpun data pendukung yang akurat untuk bahan acuan guna
mempertahankan anggaran yang diajukan (Asmani,2012).
2.3.2 Fungsi dan Bentuk RAPBS
RAPBS (Rencana Anggaran Pendapatan dan Belanja
Sekolah) adalah anggaran terpadu antara penerimaan dan
penggunaan dana serta pengelolaan dalam memenuhi seluruh
kebutuhan sekolah selama satu tahun pelajaran berjalan. Dimana
sumber dananya berasal dari pemerintah pusat, pemerintah daerah,
masyarakat, dan orangtuan/wali peserta didik. Sumber dana
xviii
perolehan dan pemakaian dana dipadukan dengan kondisi objektif
kepentingan sekolah dan penyandang dana (Abuddinata, 2003).
Secara garis besar, kegiatan RAPBS dilakukan agar rencana
penerimaan dan pengeluaran dan sekolah dapat dikontrol dengan
baik (Baharuddin & Makin, 2010).
Menurut Fattah (2004), adapun secara rinci, RAPBS
berfungsi untuk: Pedoman pengumpulan dana dan pengeluarannya
A. Menggali dana secara kreatif dan maksimal
B. Menggunakan dana secara jujur dan terbuka
C. Mengembangkan dana secara produktif
D. Mempertanggungjawabkan dana secara objektif
Fattah (2000: 23) mengatakan bahwa anggaran biaya
pendidikan terdiri dari dua sisi yang berkaitan satu sama lain, yaitu
sisi anggaran penerimaan dan anggaran pengeluaran. Anggaran
penerimaan adalah pendapatan yang diperoleh setiap tahun oleh
sekolah, baik rutin maupun insidental, yang diterima dari berbagai
sumber resmi. Untuk SMP Negeri umumnya memiliki sumber-
sumber anggaran penerimaan dari Pemerintah Pusat, Pemerintah
Daerah Provinsi, Pemerintah Daerah Kabupaten, orang tua murid,
masyarakat sekitar dan sumber lainnya. Sedangkan anggaran
pengeluaran adalah jumlah uang yang dibelanjakan setiap tahun
untuk kepentingan pelaksanaan pendidikan di sekolah.
Belanja sekolah sangat ditentukan oleh komponen-
komponen yang jumlah dan porsinya bervariasi diantara sekolah
yang satu dengan sekolah yang lain, serta dari waktu ke waktu.
Lebih lanjut Nanang Fattah (2000:23) mengatakan bahwa biaya
pendidikan meliputi biaya langsung (direct cost) dan biaya tidak
langsung ( indirect cost). Biaya langsung terdiri dari biaya-biaya
yang dikeluarkan untuk keperluan pelaksanaan pengajaran dan
kegiatan belajar siswa berupa pembelian alat-alat pelajaran, sarana
belajar, biaya transportasi, gaji guru, baik yang dikeluarkan oleh
pemerintah, orang tua , maupun siswa sendiri. Sedangkan biaya
xix
tidak langsung berupa keuntungan yang hilang (earning forgone)
dalam bentuk biaya kesempatan yang hilang (opportunity cost)
yang dikorbankan oleh siswa selama belajar.Anggaran RAPBS
berupa bentuk-bentuk anggaran dari berbagai macam lembaga atau
perseorangan. Berikut ini bentuk-bentuk anggaran untuk
menunjang keberlangsungan pembelajaran siswa .
1. Dana dari Pemerintah
Dana dari pemerintah disediakan melalui jalur Anggaran
Rutin dalam Daftar Isian Kegiatan (DIK) yang dialokasikan kepada
semua sekolah untuk setiap tahun ajaran. Dana ini lazim disebut
dana rutin. Besarnya dana yang dialokasikan di dalam DIK
biasanya ditentukan berdasarkan jumlah siswa kelas I, II dan III.
Mata anggaran dan besarnya dana untuk masing-masing jenis
pengeluaran sudah ditentukan Pemerintah di dalam DIK.
Pengeluaran dan pertanggungjawaban atas pemanfaatan dana rutin
(DIK) harus benar-benar sesuai dengan mata anggaran tersebut.
Selain DIK, pemerintah sekarang juga memberikan dana Bantuan
Operasional Sekolah (BOS). Dana ini diberikan secara berkala
yang digunakan untuk membiayai seluruh kegiatan operasional
sekolah.
2. Dana dari Orang Tua Siswa
Pendanaan dari masyarakat ini dikenal dengan istilah iuran
Komite. Besarnya sumbangan dana yang harus dibayar oleh orang
tua siswa ditentukan oleh rapat Komite sekolah. Pada umumnya
dana Komite terdiri atas.
a. Dana tetap bulan sebagai uang kontribusi yang harus dibayar
oleh orang tua setiap bulan selama anaknya menjadi siswa di
sekolah
b. Dana incidental yang dibebankan kepada siswa baru yang
biasanya hanya satu kali selama tiga tahun menjadi siswa
(pembayarannya dapat diangsur).
xx
c. Dana sukarela yang biasanya ditawarkan kepada orang tua
siswa terterntu yang dermawan dan bersedia memberikan
sumbangannya secara sukarela tanpa suatu ikatan apapun.
3. Dana dari Masyarakat
Dana ini biasanya merupakan sumbangan sukarela yang
tidak mengikat dari anggota-anggota masyarakat sekolah yang
menaruh perhatian terhadap kegiatan pendidikan di suatu sekolah.
Sumbangan sukarela yang diberikan tersebut merupakan wujud
dari kepeduliannya karena merasa terpanggil untuk turut
membantu kemajuan pendidikan. Dana ini ada yang diterima dari 7
perorangan, dari suatu organisasi, dari yayasan ataupun dari badan
usaha baik milik pemerintah maupun milik swasta.
4. Dana dari Alumni
Bantuan dari para Alumni untuk membantu peningkatan
mutu sekolah tidak selalu dalam bentuk uang (misalnya buku-
buku, alat dan perlengkapan belajar). Namun dana yang dihimpun
oleh sekolah dari para alumni merupakan sumbangan sukarela
yang tidak mengikat dari mereka yang merasa terpanggil untuk
turut mendukung kelancaran kegiatan-kegiatan demi kemajuan dan
pengembangan sekolah. Dana ini ada yang diterima langsung dari
alumni, tetapi ada juga yang dihimpun melalui acara reuni atau
lustrum sekolah.
5. Dana dari Peserta Kegiatan
Dana ini dipungut dari siswa sendiri atau anggota
masyarakat yang menikmati pelayanan kegiatan pendidikan
tambahan atau ekstrakurikuler, seperti pelatihan komputer, kursus
bahasa Inggris atau keterampilan lainnya.
6. Dana dari Kegiatan Wirausaha Sekolah
Ada beberapa sekolah yang mengadakan kegiatan usaha untuk
mendapatkan dana. Dana ini merupakan kumpulan hasil berbagai
kegiatan wirausaha sekolah yang pengelolaannya dapatj dilakukan oleh
xxi
staf sekolah atau para siswa misalnya koperasi, kantin sekolah, bazaar
tahunan, wartel, usaha fotokopi, dll (Sutisno,1993).
2.3.3 Strategi Penyusunan RAPBS
Secara sederhana, strategi dapat didefinisikan sebagai
keputusan atau tindakan dalam usaha untuk mencapai sasaran
organisasi. Strategi itu sendiri dipengaruhi oleh misi organisasi atau
lembaga (sekolah) dan lingkungannya. Dalam hubungan ini,
penyusunan RAPBS memerlukan analisis masa lalu organisasi dan
lingkungan eksternal yang mencakup kekuatan (strength),
kelemahan (weakness), peluang (opportunity), dan ancaman
(threats) (Fattah, 2002).
Dunia pendidikan (sekolah) sangat terpengaruh oleh
berbagai perubahan, baik dalam aspek politik, sosial budaya,
ekonomi, teknologi, industri maupun informasi. Pembaharuan
dalam aspek-aspek tersebut menuntut para pengambil kebijakan
pendidikan menyesuaikan diri dengan perubahan tersebut. Dengan
demikian, dalam penyusunan RAPBS penting diperhatikan
berbagai peluang pembiayaan pendidikan. Pada dasarnya, ada
enam konsep strategi yang dapat diterapkan dalam penyusunan
RAPBS.
1. Suatu pola keputusan yang integrity, coherent, dan menyatu di
antara setiap komponen.
2. Menentukan dan mengembangkan tujuan lembaga yang dinyatakan
dalam sasaran jangka pendek, jangka panjang, jangka menengah,
program dan prioritasisasi dari alokasi sumber-sumber daya
pendidikan.
3. Memilih jenis kemampuan, keterampilan, pengetahuan apa saja
yang mungkin akan diperlukan oleh masyarakat di masa yang akan
datang,
4. Merespon dengan cepat semua peluang dan ancaman, kelemahan
dan keunggulan yang ada di bidang lembaga pendidikan.
xxii
5. Membangun komitmen dari semua pihak, siswa, orang tua,
masyarakat, pemerintah, unit-unit Depdiknas sampai pada internal
sekolah (kepala sekolah-siswa) untuk bersama-sama meningkatkan
mutu sekolah.
6. Menentukan tingkat kontribusi dari setiap input pendidikan yang
bermuatan biaya terhadap mutu pendidikan atau prestasi belajar
siswa (efisiensi internal) dan angka permintaan masyarakat
terhadap lulusan sekolah (efisiensi eksternal) (Fattah, 2002).
xxiii
S1, S2, atau S3. Pinjaman ini dapat diperoleh dari bank atau
lembaga keuangan lainnya, dan harus dibayar kembali dengan
bunga.
4. Pembiayaan sendiri: Pembiayaan sendiri merupakan cara untuk
membiayai pendidikan yang paling umum, terutama pada
jenjang pendidikan yang lebih rendah seperti TK, SD, atau
SMP. Orang tua atau wali murid dapat membayar biaya
sekolah secara langsung dari sumber penghasilannya.
5. Hibah: Hibah adalah bantuan dana yang diberikan oleh
pemerintah atau lembaga donor untuk mendukung program
pendidikan tertentu. Hibah dapat digunakan untuk membiayai
kegiatan seperti riset, pengembangan kurikulum, dan
pengadaan bahan ajar.
Sumber-sumber dana pendidikan dapat berasal dari
berbagai sumber, dan dapat digunakan untuk membiayai berbagai
program pendidikan. Pengelolaan sumber-sumber dana
pendidikan harus dilakukan dengan bijaksana dan akuntabel agar
tujuan pendidikan dapat tercapai secara efektif dan efisien.
Pengelolaan dana pendidikan di Indonesia diatur
berdasarkan beberapa dasar hukum, yaitu:
1. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional: Undang-Undang ini mengatur mengenai
sistem pendidikan nasional dan mencakup pengaturan
mengenai pendanaan pendidikan. Pasal 43 dalam undang-
undang ini menyebutkan bahwa pemerintah wajib menyediakan
anggaran untuk membiayai pendidikan.
2. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan
Daerah: Undang-Undang ini memberikan kewenangan kepada
pemerintah daerah untuk mengelola anggaran dan sumber daya
lainnya termasuk pengelolaan dana pendidikan di daerahnya.
3. Peraturan Pemerintah Nomor 48 Tahun 2008 tentang
Pendanaan Pendidikan: Peraturan Pemerintah ini mengatur
xxiv
mengenai mekanisme dan sumber pendanaan pendidikan yang
mencakup dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS), bantuan
operasional pendidikan (BOP), bantuan daerah untuk
pendidikan, dan dana alokasi khusus.
4. Keputusan Presiden Nomor 76 Tahun 2013 tentang
Pengelolaan Bantuan Operasional Sekolah: Keputusan ini
mengatur mengenai mekanisme penggunaan dan pengelolaan
dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) oleh sekolah-sekolah
di seluruh Indonesia.
5. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 150/PMK.05/2019 tentang
Pedoman Pengelolaan dan Pertanggungjawaban Keuangan
Dana Alokasi Khusus: Peraturan Menteri Keuangan ini
mengatur mengenai pedoman pengelolaan dan
pertanggungjawaban keuangan dana alokasi khusus (DAK),
yang salah satu tujuannya adalah untuk mendukung
pengembangan sektor pendidikan.
Dengan adanya dasar hukum tersebut, pengelolaan dana
pendidikan diharapkan dapat dilakukan secara transparan,
akuntabel, dan efektif guna mendukung peningkatan kualitas
pendidikan di Indonesia.
2.4.2 Jenis Biaya Dalam Pendidikan
xxv
2. Biaya Akomodasi: Biaya akomodasi mencakup biaya yang
harus dikeluarkan untuk tempat tinggal selama proses
belajar-mengajar, seperti biaya sewa kos, biaya kost-kostan,
atau biaya asrama. Biaya ini juga dapat bervariasi
tergantung pada lokasi dan jenis tempat tinggal yang
dipilih.
3. Biaya Makan: Biaya makan mencakup biaya yang harus
dikeluarkan untuk membeli makanan selama proses belajar-
mengajar, seperti biaya makan siang, biaya makan malam,
atau biaya snack. Biaya ini juga dapat bervariasi tergantung
pada jenis makanan dan lokasi.
4. Biaya Transportasi: Biaya transportasi mencakup biaya
yang harus dikeluarkan untuk transportasi ke dan dari
tempat belajar, seperti biaya transportasi umum, biaya sewa
kendaraan, atau biaya bahan bakar. Biaya ini juga dapat
bervariasi tergantung pada jarak dan jenis transportasi yang
dipilih.
5. Biaya Kesehatan: Biaya kesehatan mencakup biaya yang
harus dikeluarkan untuk membiayai kebutuhan kesehatan
selama proses belajar-mengajar, seperti biaya asuransi
kesehatan, biaya konsultasi dokter, atau biaya obat-obatan.
Biaya ini juga dapat bervariasi tergantung pada jenis
kebutuhan kesehatan dan lokasi.
6. Biaya Lain-lain: Biaya lain-lain mencakup biaya-biaya
yang tidak termasuk dalam kategori-kategori di atas, seperti
biaya untuk perlengkapan olahraga, biaya untuk acara
sosial, biaya untuk kegiatan ekstrakurikuler, dan lain-lain.
Jenis biaya dalam pendidikan dapat berbeda-beda
tergantung pada jenjang pendidikan, institusi pendidikan,
dan lokasi. Oleh karena itu, penting bagi orang tua dan
calon mahasiswa untuk merencanakan pengeluaran dengan
xxvi
matang agar dapat meminimalisir biaya dan
memaksimalkan manfaat dari proses pendidikan.
2.4.3 Sumber Penerimaan Biaya Pendidikan
Sumber penerimaan biaya pendidikan dapat bervariasi
tergantung pada jenis institusi pendidikan dan negara di
mana institusi tersebut berada. Namun, beberapa sumber
penerimaan biaya pendidikan yang umum dijumpai antara
lain:
1. Biaya Pendaftaran: Institusi pendidikan dapat meminta
biaya pendaftaran dari calon siswa atau mahasiswa
untuk mengcover biaya administrasi dan pemeriksaan
seleksi.
2. Sumbangan: Institusi pendidikan dapat menerima
sumbangan dari individu, perusahaan, atau organisasi
untuk mendukung kegiatan pendidikan dan
pengembangan institusi.
3. Biaya Kuliah: Institusi pendidikan dapat meminta
biaya kuliah dari mahasiswa sebagai sumber
pendapatan utama. Biaya kuliah dapat bervariasi
tergantung pada jenis institusi dan program studi.
4. Bantuan Pemerintah: Pemerintah dapat memberikan
bantuan keuangan untuk institusi pendidikan untuk
menunjang program-program tertentu atau untuk
memfasilitasi biaya pendidikan bagi siswa dan
mahasiswa yang kurang mampu.
5. Pendanaan Internal: Institusi pendidikan dapat
memanfaatkan pendanaan internal yang dihasilkan
dari laba operasional, investasi, atau aset institusi
lainnya.
6. Dana Hibah: Institusi pendidikan dapat menerima dana
hibah dari pemerintah atau organisasi tertentu untuk
xxvii
mendukung program pendidikan tertentu atau
pengembangan institusi.
7. Pendanaan Luar Negeri: Institusi pendidikan di negara
tertentu dapat menerima pendanaan dari institusi
pendidikan atau organisasi di luar negeri untuk
mendukung kegiatan pendidikan tertentu.
Sumber penerimaan biaya pendidikan dapat
bervariasi tergantung pada jenis institusi pendidikan dan
negara di mana institusi tersebut berada.Namun, institusi
pendidikan perlu memastikan bahwa sumber penerimaan
tersebut dipergunakan dengan baik untuk mendukung
kegiatan pendidikan dan pengembangan institusi secara
optimal.
2.4.4 Strategi Pengelolaan Sumber-sumber Dana
Pendidikan
xxviii
3. Penghematan Biaya: Institusi pendidikan perlu
mengidentifikasi dan menerapkan penghematan
biaya secara efektif, seperti memanfaatkan
teknologi, mengoptimalkan sumber daya manusia,
atau melakukan kolaborasi dengan institusi
pendidikan lain untuk membagi biaya kegiatan.
4. Meningkatkan Sumber Penerimaan: Institusi
pendidikan perlu mencari sumber penerimaan yang
bervariasi dan efektif, seperti memperluas pasar,
meningkatkan kualitas pendidikan, atau
menawarkan program pendidikan yang unik dan
berbeda dengan institusi pendidikan lain.
5. Penyusunan Rencana Jangka Panjang: Institusi
pendidikan perlu menyusun rencana jangka panjang
yang berfokus pada pengembangan institusi,
meningkatkan kualitas pendidikan, dan menciptakan
inovasi untuk meningkatkan daya saing dan
keberlanjutan.
6. Peningkatan Kualitas Layanan: Institusi pendidikan
perlu meningkatkan kualitas layanan dan
memberikan pengalaman pendidikan yang baik dan
memuaskan bagi siswa atau mahasiswa, sehingga
mereka dapat merekomendasikan institusi
pendidikan kepada orang lain dan mendukung
pengembangan institusi.
Strategi pengelolaan biaya pendidikan perlu
diimplementasikan dengan hati-hati dan terus menerus
dimonitor untuk memastikan institusi pendidikan dapat
beroperasi secara efisien dan efektif, serta memberikan
kualitas pendidikan yang baik bagi siswa atau mahasiswa.
Biaya Investasi, Terdiri dari komponen Investasi
Lahan Pendidikan dimana aktivitas yang harus dibiayai
xxix
adalah Sarana dan Prasarana (Bukan Personel); Sedangkan
Komponen Investasi Non Lahan Pendidikan dimana
aktivitas yang harus dibiayai adalah: 1) Pengembangan
SDM (Pengembangan Personel); 2) Modal Kerja Tetap
(Pembinaan Siswa, Rapat Dinas Pengawas, Operasional
Komite Sekolah, Biaya Peningkatan Mutu, Biaya Praktik
Kerja Lapangan/ PKL).
Biaya personal. Biaya Komponen Biaya Personalia
dan Biaya Non Personal Pendidikan Tak Langsung, dimana
aktivitas yang dibiayainya adalah : 1) Bahan atau Peralatan
Habis Pakai (ATK/Biaya ATS); 2) Daya (listrik); 3) Air; 4)
Jasa Telekomunikasi (daya dan Jasa); 5) Pemeliharaan
Sarana dan Prasarana (Perbaikan ringan dan pemeliharaan);
6) Uang Lembur; 7) Transportasi; 8) Konsumsi; 9) Pajak;
dan 10) Asuransi
Biaya Operasional, Terdiri dari Komponen Biaya Langsung PBM,
dimana Aktivitas yang dibiayainya adalah 1) Iuran rutin (SPP); 2)
Iuran Pembangunan (DSP); 3) Iuran Daftar Ulang (siswa lama);
4) luran Praktikum (laboratorium, bengkel/ wokshop): 5) Iuran
Perpustakaan; 6) Juran Kegiatan Ekstra Kurikuler; 7) luran Karya
Wisata / Studi Tour: 8) Iuran Tes/Ulangan: 9) Iuran Kas Kelas:
10) Iuran OSIS: 11) luran Kegiatan Olahraga, dll
xxx
c. Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003
Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar
peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya
untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian
diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
Negara.
d. Menurut BSNP
Menurut BSNP dalam Naskah Akademik Standar
Biaya Pendidikan, biaya investasi pendidikan meliputi biaya
bangunan sekolah, peralatan pendidikan, media pendidikan,
buku teks dan peralatan lainnya yang penggunaannnya lebih
dari satu tahun.
xxxi
Dalam teori ekonomi bahwa keadaan barang
ekonomi bersifat langka. Demikian juga halnya
barang-barang seperti sumber daya sebagai barang
ekonomi langka adanya. Akibat dari hal ini suatu
organisasi perusahaan ataupun organisasi social
selalu menggunakan factor yang bernilai dan
menghasilkan barang.
3) Pendidikan sebagai benda ekonomi
Manusia dalam kehidupannya selalu berusaha
memenuhi kebutuhannya baik yang berwujud
sebagai kebutuhan jasmani ataupun kebutuhan
rohani. Untuk memenuhi kebutuhannya, manusia
memerlukan alat pemenuhan kebutuhan yang
berwujud barang atau jasa.
4) Pendidikan sebagai bentuk modal yang produktif
Ketika orang mulai menyadari bahwasanya
pendidikan sebenarnya merupakan kebutuhan
primer manusia ahli-ahli eknomi seperti Vaizey,
T.W Schultz dan lain-lain mulai menganalisis dan
mencoba mengkaitkan dengan pembangunan
ekonomi.
Schultz misalnya melihat bahwa pendidikan
merupakan investasi manusia. Sebagai investasi,
maka pendidikan memberikan pengaruh
selanjutnya pada produktivitas suatu Negara.
Sejalan pandangan Schultz, A. Von Thunen
mencoba menganalisis biaya pendidikan sebagai
bentuk modal yang produktif. Sebagai barang
modal memiliki fungsi untuk produksi selanjtnya,
maka biaya pendidikan atau investasi pendidikan
perlu dihitung.
2.5.2 Dasar Hukum Biaya Investasi Pendidikan
xxxii
Menurut Undang-Undang Dasar 1945
(dalam Apriyani A, dkk 2022 : 280) menyatakan
bahwa setiap warga Negara wajib mengikuti
pendidikan dasar dan pemerintah wajib
membiayainya. Tentu saja dengan partisipasi
masyarakat dalam mendukung pengembangan,
pelaksanaan kurikulum, evaluasi pendidikan,
manajemen dan pendanaannya yang sesuai dengan
standar nasional pendidikan. Dana penyelenggaraan
pendidikan berbasis masyarakat dapat bersumber
dari penyelenggara pendidikan, masyarakat,
pemerintah pusat dan daerah serta sumber lain yang
tidak bertentangan dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.
Menurut PP No.19/2005 tentang Standar
Pendidikan tercantum pada Bab IX : Standar
Pembiayaan pasal 62 dijelaskan bahwa:
1) Biaya pendidikan dibagi menjadi 3 yaitu
biaya operasional, biaya investasi dan biaya
personal
2) Biaya pendidikan sesuai dengan ayat (1)
biaya investasi terdiri dari beberapa macam
yaitu biaya penyediaan sarana prasarana,
biaya pengembangan sumber daya manusia
dan biaya modal kerja tetap.
3) Biaya pendidikan sesuai dengan ayat (1)
biaya personal merupakan biaya yang berasal
dari peserta didik yang digunakan agar dapat
mengikuti proses belajar mengajar secara
terus menerus dan teratur.
4) Biaya operasional satuan pendidikan yang
tercantum dalam ayat (1) terdiri dari :
xxxiii
a) Gaji pendidik dan tenaga kependidkan serta
berbagai tunjangan yang melekat dalam gaji.
b) Peralatan habis pakai dan bahan habis pakai
c) Biaya operasional pendidikan tidak langsung
antara lain air, jasa, telekomunikasi, perbaikan
sarana prasarana, pajak dan asuransi.
Secara umum dasar hukum pembiayaan pendidikan
atau investasi pendidikan di Indonesia yaitu:
1) Landasan ideal pembiayaan pendidikan di
Indonesia
Landasan ideal ini terutama sebagai
perwujudan dan basic value ataupun beliefs
yang tumbuh dan berkembang dari nilai-
nilai luhur bangsa Indonesia sendiri. Nilai-
nilai luhur tersebut adalah yang mrnjadi
falsafah bangsa Indonesia yaitu pancasila.
2) Landasan Konstitusional
Secara konstitusional maka kehidupan
bernegara telah diatur dalam suatu Undang-
Undang Dasar. Dalam Negara republik
Indonesia, maka landasan konstitusionalnya
jelas adalah UUD 1945. Dalam UUD 1945
tersebut dapat dikemukakan beberapa
bagian yang dapat menjadi rujukan
khususnya dalam hubungannya dengan
pembiayaan atau investasi pendidikan.
3) Landasan operasional pembiayaan atau
investasi pendidikan.
Di Negara Indonesia, landasan
operasional pembangunan sertta kebijakan-
kebijakan lainnya didasarkan pada GBHN,
PP, Undang-Undang Pendidikan.
xxxiv
2.5.3 Jenis Biaya Investasi Pendidikan
Berdasarkan Peraturan Kementerian Pendidikan,
Kebudayaan, Riset, dan Teknologi pada Januari
2023 telah menerbitkan Peraturan Menteri
Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi
Nomor 18 Tahun 2023 Tentang Standar Pembiayaan
Pada Pendidikan Anak Usia Dini, Jenjang
Pendidikan Dasar, dan Jenjang Pendidikan
Menengah. Peraturan tersebut diterbitkan untuk
melaksanakan Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun
2022 Tentang Perubahan Atas Peraturan Pemerintah
Nomor 57 Tahun 2021.
Standar Pembiayaan tersebut digunakan
sebagai pedoman bagi Pemerintah, Pemerintah
Daerah, Satuan Pendidikan, dan Masyarakat dalam
pemenuhan kebutuhan pembiayaan pendidikan pada
Satuan Pendidikan. Pembiayaan pendidikan yang
dimaksud terdiri atas Biaya Investasi dan Biaya
Operasional yang dapat bersumber dari Pemerintah,
Pemerintah Daerah, dan sumber lain yang sah sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Di dalam peraturan tersebut, dijelaskan detail
mengenai jenis-jenis biaya investasi yang terdiri dari
investasi lahan, penyediaan sarana dan prasarana,
penyediaan dan pengembangan sumber daya
manusia, dan modal kerja tetap. Sedangkan jenis-
jenis biaya operasional yang dijelaskan dalam
peraturan tersebut meliputi personalia dan
nonpersonalia. Perhitungan satuan biaya pendidikan
juga dijelaskan dalam peraturan tersebut.
Pada Peraturan Menteri Pendidikan,
Kebudayaan, Riset, Dan Teknologi Republik
xxxv
Indonesia nomor 18 tahun 2023 tentang standar
pembiayaan pada pendidikan anak usia dini, jenjang
pendidikan dasar, dan jenjang pendidikan menengah
bagian BAB II BIAYA INVESTASI :
Bagian Kesatu Umum Pasal 3 Biaya Investasi
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 ayat (2) huruf
a meliputi komponen biaya: a. investasi lahan; b.
penyediaan sarana dan prasarana; c. penyediaan dan
pengembangan sumber daya manusia; dan d. modal
kerja tetap.
Bagian Kedua Biaya Investasi Lahan Pasal 4
Biaya Investasi lahan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 3 huruf a merupakan biaya yang disediakan
oleh penyelenggara Satuan Pendidikan untuk
menyediakan lahan Satuan Pendidikan sehingga
dapat menyelenggarakan layanan pendidikan yang
bermutu.
Bagian Ketiga Biaya Penyediaan Sarana dan
Prasarana Pasal 5 (1) Biaya penyediaan sarana dan
prasarana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3
huruf b merupakan biaya minimal yang dibutuhkan
untuk menyediakan bangunan, ruang, dan sarana
pendidikan. (2) Sarana pendidikan sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) meliputi: a. bahan
pembelajaran; b. alat pembelajaran; dan c.
perlengkapan. (3) Jenis sarana dan prasarana pada
Satuan Pendidikan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundangundangan. (4) Biaya penyediaan
sarana dan prasarana mempertimbangkan: a. jalur,
jenjang, dan jenis pendidikan; b. letak dan kondisi
geografis; c. jumlah Peserta Didik dan Tenaga
Kependidikan; dan d. kebutuhan Peserta Didik
xxxvi
berkebutuhan khusus. (5) Penyediaan sarana dan
prasarana dapat dilaksanakan melalui: a. pembelian;
b. sewa; c. pertukaran; d. peminjaman; e. hibah; f.
wakaf; dan g. kerja sama berbagi sumber daya
dengan Satuan Pendidikan, Pemerintah, Pemerintah
Daerah, industri, dan/atau pemangku kepentingan
lain.
Bagian Keempat Biaya Penyediaan dan
Pengembangan Sumber Daya Manusia Pasal 6 (1)
Biaya penyediaan dan pengembangan sumber daya
manusia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf
c merupakan biaya yang dibutuhkan untuk: a.
penyediaan jumlah Tenaga Kependidikan; dan b.
pengembangan kompetensi Tenaga Kependidikan.
(2) Tenaga Kependidikan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) terdiri atas pendidik dan Tenaga
Kependidikan selain pendidik. (3) Pendidik
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) mencakup
tenaga kependidikan yang berkualifikasi sebagai
guru, pamong belajar, tutor, instruktur, fasilitator,
dan sebutan lain yang sesuai dengan kekhususannya,
serta berpartisipasi dalam menyelenggarakan
pendidikan. (4) Tenaga Kependidikan selain
pendidik sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
mencakup pengelola satuan pendidikan, tenaga
perpustakaan, tenaga laboratorium, teknisi sumber
belajar, tenaga administrasi, tenaga kebersihan dan
keamanan, serta tenaga dengan sebutan lain yang
bekerja pada satuan pendidikan. Pasal 7 (1) Biaya
penyediaan jumlah Tenaga Kependidikan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf a
merupakan biaya yang digunakan untuk memenuhi
xxxvii
jumlah Tenaga Kependidikan sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan. (2) Biaya
pengembangan kompetensi Tenaga Kependidikan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 huruf b
merupakan biaya yang digunakan untuk memenuhi
standar kompetensi minimal Tenaga Kependidikan
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan
Bagian Kelima Biaya Modal Kerja Tetap Pasal
8 (1) Biaya modal kerja tetap sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 3 huruf d merupakan
sejumlah modal berbentuk uang dan/atau barang
yang dibutuhkan oleh Satuan Pendidikan untuk
menjamin terselenggaranya layanan pendidikan
yang bermutu. (2) Biaya modal kerja tetap
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) digunakan
untuk: a. penyelenggaraan Satuan Pendidikan baru;
b. pengembangan unit usaha atau unit produksi oleh
Satuan Pendidikan; dan/atau c. keberlangsungan
Satuan Pendidikan dalam keadaan kahar. (3) Biaya
modal kerja tetap untuk penyelenggaraan Satuan
Pendidikan baru sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) huruf a merupakan biaya yang dibutuhkan untuk
memastikan berjalannya layanan pendidikan di
Satuan Pendidikan baru sampai dengan adanya
sumber pendanaan rutin dan berkelanjutan. (4)
Biaya modal kerja tetap untuk pengembangan unit
usaha atau unit produksi oleh Satuan Pendidikan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b
merupakan biaya yang dibutuhkan untuk
mendukung dan/atau membentuk suatu unit usaha
atau unit produksi yang dikelola oleh Satuan
xxxviii
Pendidikan untuk keberlangsungan proses
pembelajaran. (5) Biaya modal kerja tetap untuk
keberlangsungan Satuan Pendidikan dalam keadaan
kahar sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c
merupakan biaya yang dibutuhkan untuk
memastikan keberlangsungan Satuan Pendidikan
dalam keadaan yang secara rasional tidak dapat
diantisipasi atau dikendalikan oleh Satuan
Pendidikan
2.5.4 Strategi Pengelolaan Biaya Investasi Dalam
Pendidikan
Menurut Akdon, dkk (2015) model atau strategi
pengelolaan pembiayaan sekolah berdasarkan kebutuhan
belajar ini merupakan salah satu cara untuk memberikan
solusi bagi sekolah dasar agar menggunakan dana secara
efektif dan efisien. Hal ini terbentuk dari rangkaian
kegiatan dalam merencanakan, mendistribusikan, dan
mengalokasikan dana agar dapat mendukung PBM yang
sesuai dengan kebutuhan belajar peserta didik.
Pengelolaan Keuangan Model MBS (Manajemen
Berbasis Sekolah)
a. Manajemen Berbasis Sekolah (MBS)
Manajeman Berbasis Sekolah (MBS) secara umum dapat
diartikan sebagai model manajemen yang memberikan
otonomi lebih besar kepada Sekolah dan mendorong
pengambilan keputusan yang melibatkan secara langsung
semua warga Sekolah (Guru, Siswa, Kepala Sekolah,
Karyawan, Orang Tua Siswa, dan Masyarakat) untuk
meningkatkan mutu Sekolah. Otonomi
sendiri berarti kewenangan atau kemandirian dalam
mengatur dan mengurus dirinya sendiri, dan merdeka
atau tidak tergantung. Dengan kata lain, MBS bertujuan
xxxix
untuk memberdayakan Sekolah dengan memberikan
kewenangan kepada Sekolah untuk mengambil
keputusan bagi kemajuan Sekolah. Lebih rincinya
Suharno merumuskan tujuan MBS sebagai berikut:
1) Meningkatkan mutu pendidikan melalui kemandirian
dan inisiatif Sekolah dalam mengelola dan
memberdayakan sumber daya yang tersedia.
2) Meningkatkan kepedulian warga Sekolah dan
masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan melalui
pengambilan keputusan bersama.
3) Meningkatkan tanggung jawab Sekolah kepada orang
tua, masyarakat, dan pemerintah tentang mutu Sekolah,
dan
4) Meningkatkan kompetensi yang sehat antar Sekolah
tentang mutu pendidikan yang akan dicapai.
Dalam menguraikan karakteristik MBS digunakan
pendekatan sistem yaitu input-proses-output Output
yang diharapkan dalam pelaksanaan MBS dibedakan
menjadi dua, yakni output berupa prestasi akademik
(academic achievement) dan output berupa prestasi
nonakademik (non-academic achievement).
2) Proses yang Diperlukan
Karakteristik proses yang diperlukan dalam MBS agar
tercapai Sekolah yang efektif yaitu:
a) Proses Belajar Mengajar yang Efektivitasnya Tinggi
b) Kepemimpinan Sekolah yang Kuat
c) Lingkungan Sekolah yang Aman dan Tertib
d) Pengelolaan Tenaga Kependidikan yang Efektif
e) Memiliki Budaya Mutu
f) Memiliki Teamwork yang, Cerdas dan Dinamis
g) Memiliki Kewenangan (Kemandirian)
h) Partisipasi yang Tinggi dari Warga Sekolah dan
xl
Masyarakat
i) Memiliki Keterbukaan Manajemen
j) Memiliki Kemauan untuk Berubah (Psikologis dan
Fisik)
k) Melakukan Evaluasi dan Perbaikan secara
Berkelanjutan
l) Responsif dan Antisipatif terhadap Kebutuhan
m) Komunikasi yang Baik
n) Memiliki Akuntabilitas
3) Input Pendidikan
Yang dibutuhkan yakni:
(1) Memiliki Kebijakan, Tujuan dan Sasaran Mutu yang
Jelas
(2) Sumberdaya Tersedia dan Siap
(3) Staf yang Kompeten dan Berdedikasi Tinggi
(4) Memiliki Harapan Prestasi yang Tinggi
(5) Fokus pada Siswa
(6) Iput Manajemen
Dalam kerangka MBS, terdapat aspek-aspek yang harus
dikerjakan oleh Sekolah, yaitu :
1) Perencanaan dan Evaluasi
2) Pengelolaan Kurikulum
3) Pengelolaan Proses Belajar Mengajar
4) Pengelolaan Ketenagaan
5) Pengelolaan Fasilitas (Peralatan dan Perlengkapan)
6) Pengelolaan Keuangan
7) Pelayanan Siswa
8) Hubungan Sekolah-Masyarakat
9) Pengelolaan Iklim Sekolah
b. Pengelolaan Keuangan dalam MBS
Keuangan dan pembiayaan merupakan salah satu sumber
daya yang secara langsung menunjang efektivitas dan
xli
efisiensi pengelolaan pendidikan. Pengelolaan keuangan
Sekolah mutlak harus ditangani sendiri oleh Sekolah
yang bersangkutan mengingat Sekolah yang paling
memahami kebutuhannya. Sekolah memiliki
kewenangan untuk mengelola keuangan Sekolah,
termasuk di dalamnya mengalokasikan dan melakukan
kegiatan dalam rangka membiayai kegiatan Sekolah
Dalam MBS Sekolah dituntut untuk merencanakan,
melaksanakan, dan mengevaluasi serta mempertanggung
jawabkan pengelolaan dana secara transparan kepada
masyarakat dan pemerintah. Sumber keuangan dan
pembiayaan pada suatu Sekolah secara garis besar dapat
dikelompokkan atas tiga sumber, yaitu:
1) Pemerintah, baik pemerintah pusat, daerah maupun
keduaduanya, yang bersifat umum atau khusus dan
diperuntukkan bagi kepentingan pendidikan.
2) Orang tua atau peserta didik.
3) Masyarakat, baik mengikat maupun tidak mengikat.
Sedangkan dimensi pengeluaran meliputi biaya rutin dan
biaya pembangunan.
Manajemen atau pengelolaan keuangan dalam MBS
dibagi menjadi tiga fase, yaitu financial planning,
implementation, dan evaluation. Kegiatan perencanaan
finansial yang disebut budgeting, merupakan kegiatan
mengkoordinasi semua sumber daya yang tersedia untuk
mencapai sasaran yang diinginkan secara sistematis
tanpa menyebabkan efek samping yang merugikan.
Implementation involves accounting (pelaksanaan
anggaran) ialah kegiatan berdasarkan rencana yang telah
dibuat dan kemungkinan terjadi penyesuaian jika
diperlukan. Evaluation involves merupakan proses
evaluasi terhadap pencapaian sasaran.
xlii
Komponen utama manajemen keuangan meliputi
prosedur anggaran, prosedur akuntansi keuangan,
pembelanjaan pergudangan dan prosedur pendistribusian,
prosedur investasi, dan prosedur pemeriksaan. Dalam
pelaksanaannya, manajemen keuangan ini menganut asas
pemisahan tugas antara fungsi otorisator, ordonator,dan
bendahara.
Otorisator adalah pejabat yang diberi wewenang untuk
mengambil tindakan yang mengakibatkan penerimaan
dan pengeluaran anggaran. Ordonator adalah pejabat
yang berwenang melakukan pengujian dan
memerintahkan pembayaran atas segala tindakan yang
dilakukan berdasarkan otorisasi yang telah ditetapkan.
Adapun bendahara adalah pejabat yang berwenang
melakukan penerimaan, penyimpanan, dan pengeluaran
uang atau surat-surat berharga lainnya yang dapat dinilai
dengan uang serta diwajibkan membuat perhitungan dan
pertanggungjawaban.
Kepala Sekolah sebagai manajer berfungsi sebagai
otorisator, dan dilimpahi fungsi ordonator untuk
memerintahkan pembayaran. Namun, tidak dibenarkan
melaksanakan fungsi bendahara karena berkewajiban
melakukan pengawasan ke dalam. Bendahara, di
samping mempunyai fungsi-fungsi bendahara juga
dilimpahi fungsi ordonator untuk menguji hak atas
pembayaran.
3. Dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS)
a. Pengertian
Menurut Peraturan Mendiknas nomor 69 Tahun 2009,
standar biaya operasi nonpersonalia adalah standar biaya
yang diperlukan untuk membiayai kegiatan operasi
nonpersonalia selama 1 (satu) tahun sebagai bagian dari
xliii
keseluruhan dana pendidikan agar satuan pendidikan
dapat melakukan kegiatan pendidikan secara teratur dan
berkelanjutan sesuai Standar Nasional Pendidikan.
Dalam Permendiknas no 37 tahun 2010 tentang petunjuk
teknis BOS tahun 2011 disebutkan bahwa BOS (Bantuan
Operasional Sekolah) adalah program pemerintah yang
pada dasarnya adalah untuk penyediaan pendanaan biaya
operasi nonpersonalia bagi satuan pendidikan dasar
sebagai pelaksana program wajib belajar.
b. Tujuan
Secara umum program BOS bertujuan untuk
meringankan beban masyarakat terhadap pembiayaan
pendidikan dalam rangka wajib belajar 9 tahun yang
bermutu. Secara khusus program BOS bertujuan untuk
(Permendiknas no 37 tahun 2010 tentang petunjuk teknis
BOS tahun 2011):
1) Membebaskan pungutan bagi seluruh siswa SD negeri
dan SMP negeri terhadap biaya operasi Sekolah, kecuali
pada rintisan Sekolah bertaraf internasional (RSBI) dan
Sekolah bertaraf internasional (SBI).
2) Membebaskan pungutan seluruh siswa miskin dari
seluruh pungutan dalam bentuk apapun, baik di Sekolah
negeri maupun swasta
3) Meringankan beban biaya operasi Sekolah bagi siswa
di Sekolah swasta.
c. Sasaran Program dan Besar Bantuan
Sasaran program BOS adalah semua Sekolah SD dan
SMP, termasuk Sekolah Menengah Terbuka (SMPT) dan
Tempat Kegiatan Belajar Mandiri (TKBM) yang
diselenggarakan oleh masyarakat, baik negeri maupun
swasta di seluruh provinsi di Indonesia. Program Kejar
xliv
Paket A dan Paket B tidak termasuk sasaran dari
program BOS ini.
xlv
diketahui bahwa modal kerja adalah dana yang
dipergunakan untuk biaya operasi perusahaan yang
berupa kas, surat berharga yang mudah diuangkan,
piutang dagang dan persediaan.
2.6.2 Konsep Modal Kerja
xlvi
kewajiban finansial yang segera harus dilakukan, di
mana bagian aktiva lancar ini tidak boleh digunakan
untuk membiayai operasi perusahaan untuk menjaga
likuiditasnya.Oleh karenanya, modal kerja menurut
konsep ini adalah sebagian dari aktiva lancar yang
benar-benar dapat digunakan untuk membiayai
operasi perusahaan tanpa mengganggu likuiditasnya,
yaitu yang merupakan kelebihan aktiva lancar di atas
utang lancarnya.Modal kerja dalam pengertian ini
sering disebut modal kerja bersih (Net Working
Capital).
c. Konsep fungsional
xlvii
modal kerja bruto (gross working capital).Umumnya
elemen-elemen dari modal kerja kuantitatif meliputi
kas, surat-surat berharga (sekuritas), piutang dan
persediaan.
b. Konsep kualitatif
xlviii
Modal usaha selalu dalam keadaan operasi atau
berputar dalam dunia pendidikan selama dunia
pendidikan yang baru dijalankan yang bersangkutan
dalam keadaan usaha. Perputaran modal usaha dimulai
pada saat arus keluar dana investasi kedalam unsur-unsur
modal usaha sampai masuk kembali menjadi kas
berikutnya. Periodal perputaran modal usaha adalah rata-
rata dana terikat dalam modal usaha selama satu proses
produksi. Periode terikatnya modal usaha tergantung
tingkat perputaran modal usaha dan periode perputaran
modal kerja merupakan salah satu factor untuk
menentukan besarnya kebutuhan modal usaha
perusahaan. Semakin pendek waktu perputaran modal
kerja berarti semakin cepat perputaran modal kerjanya.
Sebaliknya makin banyak waktu perputaran modal usaha
berarti semakin lambat perputaran kerjanya.
Untuk mengukur perputaran modal kerja adalah
dengan cara membandingkan antara modal kerja dan cara
mengaturnya pembandingannya adalah modal kerja
dalam arti seluruh total aktiva lancer atau dapat pula
digunakan modal kerja rata-rata. Pengukuran ini biasanya
dilakukan dengan dua periode atau lebih untuk sebagai
data pembanding, sehingga memudahkan kita untuk
menilainya.
Dikutip dari kasmir (2010:225), perputaran modal
kerja merupakan salah satu alat ukur untuk menentukan
keberhasilan manajemen modal kerja. Dengan
diketahuinya perputaran modal kerja ( working capital
turnover0 dalam satu periode maka akan diketahui
seberapa efektif modal kerja suatu perusahaan.
Kebutuhan modal kerja dari waktu ke waktu
dalam satu periode belum tentu sama, hal ini disebabkan
xlix
oleh berubah-ubahnya proyeksi volume produksi yang
akan dihasilkan . Perubahan itu sendiri kemungkinan
disebabkan adanya permintaan yang tidak sama dari
waktu ke waktu, seperti adanya permintaan disebabkan
musiman. Oleh karena itu kebutuhan modal kerja juga
bisa mengalami perubahan. Menurut Taylor yang
dikutip oleh Sawir (2005 : 132), “ Mengenai jenis-
jenis modal kerja dapat digolongkan dalam :
2.6.4 Modal Kerja Permanen
Yaitu modal kerja yang harus tetap ada pada
dunia pendidikan yang baru dimulai untuk dapat
menjalankan fungsinya, atau dengan kata lain modal
kerja secara terus menerus diperlukan untuk kelancaran
usaha. Modal kerja permanen dapat dibedakan lagi dalam
• Modal kerja primer Yaitu jumlah modal kerja
minimum yang harus ada pada dunia
pendidikan yang baru beroperasional untuk
menjamin kontinuitas kelancaran pendidikan
• Modal kerja normal Yaitu jumlah modal kerja
yang diperlukan untuk, menyelenggarakan luas
pelaksanaan yang normal dalam artian yang
dinamis mendapatkan dana langsung dari
pemerintah
2.6.5 Modal Kerja Variabel
Yaitu modal kerja yang jumlahnya berubah-ubah
sesuai dengan perubahan keadaan. Modal kerja ini
dibedakan antara :
Modal kerja musiman Yaitu modal kerja yang
jumlahnya berubah-ubah disebabkan karena
fluktuasi musim.
Modal kerja siklis Yaitu modal kerja yang
jumlahnya berubah-ubah disebabkan karena
l
fluktuasi konjungtur.
Modal kerja darurat Yaitu modal kerja yang
besarnya berubah-ubah karena keadaan darurat
yang tidak diketahui sebelumnya.”
li
akuntansi pendidikan, minimal harus terdapat tahapan
siklus yang harus ditempuh saat menyusun laporan
keuangan sampai akhir.
1. Tahap Pencatatan
Di dalam tahap akuntansi pendidikan, hal paling
utama yang harus dilakukan adalah melakukan
identifikasi dan mengukur bukti dan juga catatan transaksi
selama kegiatan berlangsung. Proses ini umumnya akan
ditulis dalam bentuk jurnal yang kemudian akan
dikelompokkan lagi ke dalam buku besar.
2. Tahap Pengikhtisaran
Tahap yang kedua dari akuntansi pendidikan ini akan
dilakukannya penyusunan yang berkenaan dengan neraca
saldo yang berdasarkan pada saldo akun buku besar,
penyusunan kertas kerja, membuat jurnal penyesuaian,
neraca saldo, dan diakhiri dengan jurnal pembalik.
3. Tahap Laporan
Dalam tahap ini, penyusunan laporan surplus defisit
baru bisa dilakukan. Selain itu, akan dilakukan pula
penyusunan terkait laporan neraca, arus kas dan juga
Catatan Atas Laporan Keuangan atau CALK.
2.7.3 Laporan Keuangan Pada Akuntansi Pendidikan
lii
kewajiban jangka panjang, kewajiban lancar, serta modal.
Laporan Surplus Defisit
Surplus adalah istilah yang digunakan apabila
jumlah pemasukan lebih besar ketimbang pengeluaran.
Sementara defisit istilah yang digunakan bilamana
pengeluaran lebih besar ketimbang pemasukan. Surplus
dan defisit kas sering menjadi istilah yang digunakan
pemerintah dalam menggambarkan perekonomian negara.
Laporan Arus Kas
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK)
menyebutkan laporan arus kas sebagai salah satu yang
harus dibuat per periode. Laporan arus kas atau
cash flow statement merupakan laporan yang berisikan
pendapatan dan pengeluaran yang terjadi. Dalam sebuah
laporan arus kas disajikan informasi berupa pendapatan
tunai, jumlah kas yang diterima, beban, prive, pembayaran
utang, dan sebagainya. Payung hukum dari Laporan Arus
Kas diatur dalam PSAK 2 perihal Laporan Arus Kas dan
Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006.
liii
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
liv
Setelah mempelajari makalah ini, penulis maupun pembaca dapat
memahami tentang administrasi dan pembiayaan pendidikan, terutama
tentang Pendidikan Dan Human Capital, Hakikat Dan Konsep Biaya
Pendidikan, RAPBS, Sumber-Sumber Dana Pendidikan Dan
Pengelolaanya, Biaya Investasi, Modal Kerja Dan Sistem Pembukuan
Dalam Pendidikan
lv
DAFTAR PUSTAKA
Rosda Karya
Pendidikan
Grup
https://repository.uksw.edu/bitstream/123456789/17951/2/T1_162014011_BAB
lvi
https://ditsmp.kemdikbud.go.id/menelaah-permendikbudristek-terbaru-tentang-
https://www.scribd.com/document/364617885/Makalah-RAPBS-docx Diakses
26 April 2023
https://www.hashmicro.com/id/blog/pembukuan-definisi-cara-membuat/
lvii