Anda di halaman 1dari 5

AKTIVITAS 6 (TUGAS INDIVIDUAL)

No. Tugas Kelompok


Ringkas Bab V Buku Pendidikan Pancasila untuk
1
Perguruan Tinggi 1,6
Ringkas Bab VI Buku Pendidikan Pancasila untuk
2
Perguruan Tinggi 2,5
Ringkas Bab VII Buku Pendidikan Pancasila untuk
3
Perguruan Tinggi 3,4

NAMA KELOMPOK NIU KELAS


Indah Trinity Silitonga 6 503503 PPS-10

RINGKASAN dan REVIEW:


JUDUL BAB: MENGAPA PANCASILA MERUPAKAN SISTEM FILSAFAT?

Pancasila sebagai sistem filsafat merupakan bahan renungan yang menggugah kesadaran para
pendiri negara, termasuk Soekarno ketika menggagas ide Philosophische Grondslag. Perenungan
ini mengalir ke arah upaya untuk menemukan nilai-nilai filosofis yang menjadi identitas bangsa
Indonesia. Perenungan yang berkembang dalam diskusi-diskusi sejak sidang BPUPKI sampai ke
pengesahan Pancasila oleh PPKI, termasuk salah satu momentum untuk menemukan Pancasila
sebagai sistem filsafat.

Pengertian filsafat berdasarkan watak dan fungsinya sebagaimana yang dikemukakan Titus,
Smith&Nolan sebagai berikut:

1) Filsafat adalah sekumpulan sikap dan kepercayaan terhadap kehidupan dan alam yang
biasanya diterima secara tidak kritis. (arti informal)

2) Filsafat adalah suatu proses kritik atau pemikiran terhadap kepercayaan dan sikap yang sangat
dijunjung tinggi. (arti formal)

3) Filsafat adalah usaha untuk mendapatkan gambaran keseluruhan. (arti komprehensif).

4) Filsafat adalah analisa logis dari bahasa serta penjelasan tentang arti kata dan konsep. (arti
analisis linguistik).
5) Filsafat adalah sekumpulan problematik yang langsung mendapat perhatian manusia dan
dicarikan jawabannya oleh ahli-ahli filsafat. (arti aktual-fundamental).

Pancasila merupakan suatu sistem mendasar dan fundamental karena mendasari seluruh
kebijakan penyelenggaraan negara. Ketika suatu sistem bersifat mendasar dan fundamental,
maka sistem tersebut dapat dinamakan sebagai sistem filsafat. Noor Bakry menjelaskan bahwa
Pancasila sebagai sistem filsafat merupakan hasil perenungan yang mendalam dari para tokoh
kenegaraan Indonesia. Hasil perenungan itu semula dimaksudkan untuk merumuskan dasar
negara yang akan merdeka. Pancasila sebagai dasar filsafat negara (Philosophische Grondslag)
nilai-nilai filosofis yang terkandung dalam sila-sila Pancasila mendasari seluruh peraturan
hukum yang berlaku di Indonesia. Artinya, nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan,
kerakyatan, dan keadilan harus mendasari seluruh peraturan perundang-undangan yang
berlaku.

Filsafat Pancasila sebagai Genetivus Objectivus dan Genetivus Subjectivus

Pancasila sebagai genetivus-subjectivus, artinya nilai-nilai Pancasila dipergunakan untuk


mengkritisi berbagai aliran filsafat yang berkembang, baik untuk menemukan hal-hal yang
sesuai dengan nilai-nilai Pancasila maupun untuk melihat nilai-nilai yang tidak sesuai dengan
nilai-nilai Pancasila. Selain itu, nilai-nilai Pancasila tidak hanya dipakai dasar bagi pembuatan
peraturan perundang-undangan, tetapi juga nilai-nilai Pancasila harus mampu menjadi
orientasi pelaksanaan sistem politik dan dasar bagi pembangunan nasional.

Landasan Ontologis Filsafat Pancasila

Pancasila sebagai Genetivus Subjectivus memerlukan landasan pijak filosofis yang kuat yang
mencakup tiga dimensi, yaitu landasan ontologis, landasan epistemologis, dan landasan
aksiologis. Ontologi menurut Aritoteles merupakan cabang filsafat yang membahas tentang
hakikat segala yang ada secara umum sehingga dapat dibedakan dengan disiplin ilmu-ilmu
yang membahas sesuatu secara khusus. Ontologi membahas tentang hakikat yang paling
dalam dari sesuatu yang ada, yaitu unsur yang paling umum dan bersifat abstrak, disebut juga
dengan istilah substansi. Landasan ontologis Pancasila artinya sebuah pemikiran filosofis atas
hakikat dan raison d’etre sila-sila Pancasila sebagai dasar filosofis negara Indonesia. Oleh
karena itu, pemahaman atas hakikat sila-sila Pancasila itu diperlukan sebagai bentuk
pengakuan atas modus eksistensi bangsa Indonesia.
Landasan Epistemologis Filsafat Pancasila

Epistemologi adalah cabang filsafat pengetahuan yang membahas tentang sifat dasar
pengetahuan, kemungkinan, lingkup, dan dasar umum pengetahuan. Epistemologi terkait
dengan pengetahuan yang bersifat sui generis, berhubungan dengan sesuatu yang paling
sederhana dan paling mendasar. Problem pertama tentang cara mengetahui itu ada dua
pendapat yang berkembang dan saling berseberangan dalam wacana epistemologi, yaitu
rasionalisme dan empirisisme. Kaum rasionalis berpandangan bahwa akal merupakan satu-
satunya sarana dan sumber dalam memperoleh pengetahuan sehingga pengetahuan bersifat a
priori. Empirisisme berpandangan bahwa pengalaman inderawi (empiris) merupakan sarana
dan sumber pengetahuan sehingga pengetahuan bersifat a posteriori. Landasan epistemologis
Pancasila artinya nilai-nilai Pancasila digali dari pengalaman (empiris) bangsa Indonesia,
kemudian disintesiskan menjadi sebuah pandangan yang komprehensif tentang kehidupan
bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.

Landasan Aksiologis Pancasila

Istilah “aksiologis” terkait dengan masalah nilai (value). The study of the theory of values is
axiology (Gr. Axios, of like value + logos, theory). Pure axiology is the study of values of all
types. Landasan aksiologis Pancasila artinya nilai atau kualitas yang terkandung dalam sila-
sila Pancasila. Sila pertama mengandung kualitas monoteis, spiritual, kekudusan, dan sakral.
Sila kemanusiaan mengandung nilai martabat, harga diri, kebebasan, dan tanggung jawab. Sila
persatuan mengandung nilai solidaritas dan kesetiakawanan. Sila keempat mengandung nilai
demokrasi, musyawarah, mufakat, dan berjiwa besar. Sila keadilan mengandung nilai
kepedulian dan gotong royong.

Sumber Sosiologis Pancasila sebagai Sistem Filsafat

Sumber sosiologis Pancasila sebagai sistem filsafat dapat diklasifikasikan ke dalam 2


kelompok. Kelompok pertama, masyarakat awam yang memahami Pancasila sebagai sistem
filsafat yang sudah dikenal masyarakat Indonesiadalam bentuk pandangan hidup, Way of life
yang terdapat dalam agama, adat istiadat, dan budaya berbagai suku bangsa di Indonesia.
Kelompok kedua, masyarakat ilmiah-akademis yang memahami Pancasila sebagai sistem
filsafat dengan teori-teori yang bersifat akademis. Kelompok pertama memahami sumber
sosiologis Pancasila sebagai sistem filsafat dalam pandangan hidup atau kearifan lokal yang
memperlihatkan unsur-unsur filosofis Pancasila itu masih berbentuk pedoman hidup yang
bersifat praktis dalam berbagai aspek kehidupan. Pancasila sebagai sistem filsafat, menurut
Notonagoro merupakan satu kesatuan utuh yang tidak dapat dipisah-pisahkan. Artinya, sila-
sila Pancasila merupakan suatu kesatuan utuh yang yang saling terkait dan saling berhubungan
secara koheren.

Sumber Politis Pancasila sebagai Sistem Filsafat

Pancasila merupakan konsensus politik yang kemudian berkembang menjadi sistem filsafat.
Sumber politis Pancasila sebagai sistem filsafat dapat diklasifikasikan ke dalam dua
kelompok. Kelompok pertama, meliputi wacana politis tentang Pancasila sebagai sistem
filsafat pada sidang BPUPKI, sidang PPKI, dan kuliah umum Soekarno antara tahun 1958 dan
1959, tentang pembahasan sila-sila Pancasila secara filosofis. Kelompok kedua, mencakup
berbagai argumen politis tentang Pancasila sebagai sistem filsafat yang disuarakan kembali di
era reformasi dalam pidato politik Habibie 1 Juni 2011.
NO NIU NAMA KELOMP NO NIU NAMA KELOMP
1 503656 Bekti Agung Pradana 1 33 497150 Amelia Rosana Devi Sutanto 4
2 494006 Daffa Azalia 1 34 497533 Bernadette Angelie Saragi 4
3 495068 Enrico Gavriel Putra Christama 1 35 498230 Dimas Bintang Samudra Wicaksono 4
4 497349 Khrisnadi Priambodo 1 36 492832 LUMINTU PALUPI 4
5 498630 Markus Togar Wijaya 1 37 504064 Misdaleni Syafitri 4
6 497863 Naia Afra Rayandi 1 38 502697 Muhammad Paramarta Boewono 4
7 503044 Reiyan Auliansyah Pratama 1 39 494764 Nisa Oktafia Satriyani 4
8 504276 Rizki Hidayat 1 40 499775 Robertus Bellarminus Aryya Pradanika 4
9 493190 Sri Luqman Hasdha Annisa Ridha 1 41 493345 Ulfa Siti Zahra 4
10 442927 TIARA WINDI YANA 1 42 503396 Zahra Aulia Rahim 4
11 502601 Wawan Adji Wijaya 1 43 497168 Aufa Mubarak 5
12 497895 Ahmad Lutfi Alfajar 2 44 492948 AZRENE HUMAYRA MARPAUNG 5
13 503667 Azizah Annury Briliyanty 2 45 494878 Bernadeta Putri Aprilita 5
14 496480 Cahya Puspa Narulina 2 46 498295 Dhimas Herdjuna Putro Murachman 5
15 497397 Demas Naufal 2 47 497585 Enola Sholeil Febian 5
16 502684 Ferdi Imansyah 2 48 493580 FEZELLITA NURSABAA 5
17 493261 Gladys Xaviera Widianto 2 49 502520 Helena Mutiara Prajna Yudyaning Arnetta 5
18 494076 Julian Marcellino 2 50 504204 Jocelyn Hidayat 5
19 503143 Nadya Sekar Karima 2 51 502805 Kharisma Putri Maharani Hasibuan 5
20 499042 Rio Putra Dewanto 2 52 503439 RAFI MALIK ROZAN 5
21 445194 RIZQY AINNISA FAJRIN 2 53 498492 Faris Alif Indiarto 6
22 504311 ABDUL HAMID ARRIDLWAN 3 54 497674 Gissela Rimayla Caroline Tarigan 6
23 502688 Annisa Heriartiva Azqiani 3 55 502967 IKHWAN HILMY JADMIKO 6
24 497523 Ashima Rohana Naibaho 3 56 503503 Indah Trinity Silitonga 6
25 498020 Cindy Ayulia Rahma 3 57 504907 Jovin Adika Kartawidjaja 6
26 493274 Dina Lestari Pratama 3 58 502581 Keyza Zefanya Audirasandi 6
27 499660 Fighaniyya Isnantya 3 59 493769 Natasya Davinalia Nurazizah 6
28 494421 Layla Sabila Pelu 3 60 493014 Ratu Prani Pertikaswari 6
29 503150 Naura Qotrunnada 3 61 494907 Salsabila Meradian 6
30 503911 Shiva Mutiara Insani 3 62 504242 VILDANIA WIDYASTANTI 6
31 496724 Stevanus Steven Yowei 3 63 497217 Zharezky Yoga Pratama 6
32 492773 WULAN SARI 3

Anda mungkin juga menyukai