DISUSUN OLEH :
SALIZA DIVA FADILA (21810026)
RYZKA MEILANI PUTRI SYUFI (218110087)
DOSEN PENGAMPU :
Rachmayati Eka Safitri, M. Psi.,
Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha
penyayang, puji syukur kami panjatkan atas kehadirat-Nya yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal ini. Proposal
ini merupakan tugas akhir dan salah satu persyaratan untuk menyelesaikan tugas dari
mata kuliah Psikologi Eksperimen.
Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................................. 4
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................. 30
BAB I
PENDAHULUAN
Tujuan pendidikan ini merupakan tujuan bersama yang telah ditetapkan oleh
pemerintah dan tertera dalam Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN). Dalam
proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling
pokok. Ini berarti bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak
bergantung kepada bagaimana proses belajar yang dialami oleh siswa sebagai
anak didik. Proses adalah kegiatan yang dilakukan oleh siswa dalam mencapai
tujuan pengajaran, sedangkan hasil belajar atau yang lebih dikenal prestasi adalah
kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman
belajarnya. Tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran
dinyatakan dengan prestasi belajarnya. Prestasi belajar dimaksudkan sebagai
tingkat keberhasilan belajar yang dinyatakan dalam bentuk skor dan perubahan
perilaku yang baik setelah seseorang melakukan proses belajar. Belajar menurut
Ahmadi dan Supriyono (2008:128) adalah suatu proses usaha yang dilakukan
individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan
lingkungan Proses belajar menurut Syah (2012:109) dapat diartikan sebagai
tahapan perubahan perilaku kognitif, afektif, dan psikomotor yang terjadi dalam
diri siswa. Perubahan tersebut bersifat positif dalam arti berorientasi ke arah yang
lebih maju dari pada keadaan sebelumnya. Keberhasilan pendidikan dipengaruhi
oleh perubahan dan pembaharuan dalam segala komponen pendidikan. Adapun
komponen yang mempengaruhi pelaksanaan pendidikan meliputi: kurikulum,
sarana dan prasarana, guru, siswa, dan metode pengajaran yang tepat. Semua
komponen tersebut saling terkait dalam mendukung tercapainya tujuan
pendidikan yang diinginkan. Pada umumnya prestasi belajar adalah keinginan
yang dicapai individu, dalam hal ini siswa atas proses belajar yang telah
dilakukannya. Prestasi belajar juga adalah implementasi dari suatu keberhasilan
siswa setelah melakukan proses belajar. Prestasi belajar dikatakan sempurna jika
dipenuhi tiga aspek yakni kognitif, afektif dan psikomotor, sebaliknya dikatakan
prestasi kurang memuaskan jika seseorang belum mampu memenuhi target dalam
ketiga kriteria tersebut. Rendahnya prestasi belajar dapat disebabkan oleh
berbagai macam faktor.
Faktor tersebut dapat berasal dari dalam diri siswa (faktor internal) dan factor
yang berasal dari luar diri siswa (faktor eksternal). Menurut Slameto (2013:54)
"Faktor-faktor penyebab rendahnya prestasi belajar digolongkan menjadi dua
golongan yaitu faktor internal yang bersumber pada diri siswa dan faktor
eksternal yang bersumber dari luar diri siswa. Faktor internal dipengaruhi oleh
jasmaniah kesehatan dan cacat tubuh, serta psikologi yang berupa inteligensi,
perhatian, minat, bakat, motif, kematangan dan kesiapan. Sedangkan faktor
eksternal dipengaruhi oleh faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor
masyarakat”. Sementara itu Suryabrata (2012:233) “Faktor-faktor penyebab
rendahnya prestasi belajar adalah faktor internal yaitu faktor fisiologis dan faktor
psikologis dan faktor eksternal yaitu faktor sosial dan faktor non sosial”. Faktor
fisiologis yaitu kesehatan, siswa dapat belajar dengan baik jika diikuti oleh
kondisi kesehatan yang baik, sedangkan faktor psikologis yaitu hal-hal yang
bersifat psikis, siswa dapat berprestasi di sekolah dengan baik jika diikuti oleh
motivasi, minat, bakat, 3 dan kemampuan kognitif yang baik pula. Faktor sosial
yang dimaksud disini adalah faktor manusia (sesama manusia) meliputi teman
bergaul yang terpelajar, massa media dan kegiatan siswa dalam masyarakat.
Faktor non-sosial meliputi keadaan cuaca, udara, lokasi tempat belajar, serta alat-
alat kegunaan untuk belajar yang diharapkan dapat saling mendukung antara satu
dengan yang lainnya. Pada kenyataannya faktor-faktor penyebab rendahnya
prestasi belajar, karena diakibatkan jika dalam proses pembelajaran berlangsung
siswa lebih memilih untuk tidak masuk kelas pada jam pertama mata pelajaran.
Alasan terlambat karena jarak rumah yang jauh dengan sekolah, serta ada
beberapa siswa juga yang sering terlambat karena sebelum berangkat ke sekolah
harus membantu orang tuanya karena keadaan ekonomi. Selain itu, ada beberapa
siswa yang seringbolos atau berada di luar kelas pada saat pembelajaran
berlangsung. Hal ini disebabkan sebagian siswa yang tidak mengerjakan tugas
yang diberikan guru sehingga mereka takut masuk di dalam kelas, dengan alasan
takut akan dihukum, dan merasa bosan di dalam kelas. Sebagian siswa lain juga
sering bolos dengan alasan merasa bosan dengan mata pelajaran tertentu maupun
ada pengaruh teman dari luar sekolah. Ada pula siswa yang sering alpa akibat
keluarga yang broken home sehingga mereka merasa malas untuk ke sekolah.
Bahkan ada siswa yang sering keluar masuk pada saat proses pembelajaran
berlangsung dan kurang memperhatikan guru pada saat mengajar, baik siswa laki-
laki maupun perempuan. Hal ini terjadi karena adanya pengaruh faktor dari dalam
diri siswa maupun dari luar sehingga mereka mengesampingkan belajar.
Akibatnya siswa yang sering melakukan hal ini akan ketinggalan materi pelajaran,
sehingga hasil evaluasi tidak mencapai nilai ketuntasan yang sudah ditentukan.
Melihat fakta yang terjadi di lapangan bahwa perilaku di atas akan membawa
dampak buruk bagi siswa seperti resiko akan ketinggalan materi pelajaran, bahkan
bisa saja tidak naik kelas. Dengan ketinggalan pelajaran siswa tidak dapat
menjawab ketika diadakan evaluasi maupun ulangan, sehingga akan terlihat hasil
yang dicapai siswa tidak mencapai taraf ketuntasan. Melihat hal itu, guru
pembimbing telah berupaya mencari solusi maupun mengadakan pendekatan pada
siswa itu sendiri, seperti memotivasi siswa dan memberikan pemahaman tentang
masa depan mereka jika mereka tidak mengubah perilaku ke arah yang lebih baik.
A. Bagi mahasiswa
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan pemahaman bahwa
pelatihan pengembangan diri terhadap harga diri remaja berprestasi
belajar rendah berpengaruh untuk diri sendiri maupun lingkungan
sekitar.
PERSPEKTIF TEORITIS
B) Tujuan khusus
Pengembangan diri secara khusus bertujuan menunjang pendidikan
peserta didik dalam mengembangkan bakat, minat, kreativitas, kompetensi
maupun kebiasaan dalam kehidupan, kemampuan kehidupan keagamaan,
kemampuan sosial, kemampuan belajar, wawasan dan perencanaan karir,
kemampuan pemecahan masalah dan juga kemandirian. Fungsi
dilaksanakannya kegiatan pengembangan diri adalah mengembangkan potensi
peserta didik dalam mengasah kemampuan serta kompetensinya yang merujuk
pada minat, bakat, serta kemampuan sikap peserta didik dalam berinteraksi
dengan orang lain di lingkungan sekitarnya. Pendeknya, kegiatan
pengembangan diri memacu peserta didik untuk menjadi lebih terampil dalam
mengasah keahlian yang dimilikinya sesuai dengan kecenderungan
kompetensi yan telah ada pada dirinya.
Ada banyak topik terkait dunia pengembangan diri namun semua itu
dikasifikasikan dalam lima kategori aspek besar, yaitu mental, sosial, spiritual,
emosional dan fisikal.
1. Mental
Pengembangan diri disini berkaitan dengan perkembangan pikiran. Anda bisa
melakukan beberapa aktifitas pengembangan mental, seperti mengikuti kelas belajar,
membaca buku, atau menonton tayangan video yang bisa meningkatkan keahlian
Anda.
Dengan meluangkan waktu setiap harinya untuk aktifitas ini, Anda akan
melihat sendiri bagaimana Anda berkembang dalam karir, meningkatkan
produktifitas dan banyak lagi.
2. Sosial
Kategori ini adalah tentang mengembangkan kemampuan dalam
berkomunikasi. Mempelajari bahasa baru, belajar keahlian public speaking, dan
berkomitmen untuk melakukan aktifitas mendengarkan secara aktif merupakan jenis-
jenis aktifitas untuk meningkatkan aspek sosial dalam pengembangan diri.
3. Spiritual
Pengembangan aspek spiritual bisa berbeda bagi setiap orang. Cara terbaik
untuk menggambarkannya adalah melakukan kegiatan yang memberi Anda
kedamaian dan membantu Anda terhubung dengan diri Anda sendiri. Jenis aktifitas
dalam kategori ini misalnya melakukan meditasi, berdoa atau membaca kitab suci,
atau bahkan berjalan santai di hutan.
4. Emosional
Pengembangan diri di aspek emosional adalah tentang emosi. Banyak dari
kita yang mengabaikan sisi emosional saat menghadapi sebuah tantangan.
Mengabaikan emosi bukan merupakan perilaku yang sehat. Saat Anda menahan
emosi lalu menyingkirkannya, justru malah bisa memperburuk keadaan ketika
akhirnya emosi itu meledak.
Jika Anda merasa emosi terhadap sesuatu hal, akan lebih baik jika Anda tidak
memendamnya atau bahkan mengabaikannya, karena bagaimanapun hal itu terekam
di alam bawah sadar dan Anda tetap menginginkan adanya penyelesaian untuk hal
itu. Beberapa aktifitas yang bisa dilakukan berkaitan dengan aspek emosi dalam
pengembangan diri adalah dengan menelusuri suasana hati, bicara pada teman, atau
bicara pada konselor.
5. Fisik
Pengembangan diri di aspek fisik adalah tentang diri kita secara utuh, lebih
dari hanya sekadar olahraga. Pola makan dan tidur termasuk dalam aspek fisik ini.
Contoh aktifitas termasuk olahraga adalah mendapatkan waktu tidur selama 7-9 jam
setiap harinya, menyiapkan makanan, atau mengunjungi dokter secara teratur untuk
memeriksa kesehatan Anda.
3. Strategi Kognitif
Strategi kognitif adalah kapabilitas ataukemampuan yang
dimiliki individu yang bertugasuntuk mengatur bagaimana cara
siswamengelola belajarnya, baik ketika sedangmengingat
ataupun berfikir tentangpembelajarannya. Hal ini juga
merupakanprosespengendali atau pengatur pelaksanaan
tindakanyang akan dilakukan individu
dalamprosespembelajarannya. Strategi kognitif ini jugadapat
berupa kemampuan internal individuyangterorganisasi yang
dapat membantu individudalam melaksanakan proses belajar
baik dalamproses berpikirnya, pemecahan
masalahyangdihadapi hingga pengambilan
keputusaanyangdilakukan oleh individu.
4. Sikap
Menurut Berkowiz (1972), sikap dapat dikelompokan
menjadi tiga konsep pemikiranyaitu sikap merupakan suatu
bentukpertimbangan berupa reaksi dari perasaanyangdirasakan
terhadap objek tertentu yang bersifat kontributif atau
sebaliknya. Kedua, sikapbermakna semacam kesiapan untuk
bertindakterhadap objek tertentu dengan cara tersendiri.
Ketiga, sikap adalah suatu bentuk dari komponenberpikir,
merasakan dan bertindak yangketiganya saling bertautan dan
berhubungandalam memahami, merasakan dan
berperilakuterhadap suatu objek. Sehingga dapat didefinisikan
secara umum bahwa sikapadalahsebuah tanggapan yang
dimulai denganreaksi yang bersifat tertutup atau belum
terpapar pada rangsangan atau objek namun setelah
adanyaproses belajar yang berkualitas maka individudapat
memainkan peran kemanusiaannyadi lingkungan
masyarakatnya denganbaik(Murfiah,2017).
5. Keterampilan Motorik
Keterampilan merupakan suatu kemampuanyang
melibatkan akal, fikiran, ide ataupunkreatifitas dalam
mengerjakannya. Keterampilandapat berupa membuat dan
mengubah sesuatuhingga memiliki makna yang dapat
menghasilkanvalue dari hasil dari aktivitas yang dilakukan.
Keterampilan dalam diri seseorang dapat dikembangkan
dengan melatihnya secaraterusmenerus hingga dapat membuat
seseorangmenjadi profesional atau ahli di bidang tertentu.
Keterampilan motorik berupa kemampuanyangmeliputi
kecepatan, ketepatan, dan kelincahangerakan otot serta anggota
badan yangdapat diperlihatkan seperti pada menggunaan alat-
alat peraga kimia seperti gelas ukur, buret laboratorium atau
corong pemisah. Dari penjelasan diatas disimpulkanaspek-
aspek prestasi belajar antara lain meliputi Kemampuan
informasi verbal, KemampuanIntelektual, Strategi kognitif,
sikapyangdihasilkan dari proses belajar dan
Keterampilanmotorik yang diperoleh sebagai hasil dari
prosespembelajaran yang telah dilalui oleh seorang individu.
a. Jasmaniah
Jasmaniah atau kondisi fisik yang ada pada diri seseorang
mempengaruhi proses belajar yang dilakukannya. Pada saat proses
belajar berlangsung fisik merupakan alat terpenting yang digunakan
oleh seseorang untuk melaksanakan proses belajar tersebut, apabila
alat tersebut memiliki gangguan untuk melaksanakan tugasnya,
maka prosesnya akan mengalami hambatan yang mana pada
akhirnya memberikan prengaruh buruk pada hasil akhir yang akan
dicapainya. Kondisi fisik yang bisa menjadi penyebab dari prestasi
belajar rendah ini bisa berupa gangguan kesehatan dan cacat tubuh
yang dimilikinya. Pada proses belajar, kedua hal tersebut tidak hanya
berdampak buruk pada fisik saja tetapi apabila dibiarkan terlalu lama
maka akan memberikan dampak yang buruk pula pada sisi
psikologis pada orang tersebut.
b. Psikologis
Psikologis merupakan faktor dari dalam diri selanjutnya yang
bias mempengaruhi prestasi belajar rendah dari seorang individu.
Banyak hal yang termasuk dalam kondisi psikologis ini, seperti
inteligensi, perhatian, minat, bakat dan motivasi,yang mana semua hal
tersebut memberikan sumbangsih terhadap pencapaian akhir seorang
individu. Inteligensi merupakan faktor biologis yang didapatkan dari
keturunan, meskipun didapatkan dari faktor keturunan kecerdasan
seseorang juga bisa berubah sesuai dengan usaha belajar yang
dimilikinya. Tingkat kecerdasan ini mempengaruhi prestasi belajar
karena semakin tinggi tingkat kecerdasan seorang peserta didik maka
akan semakin mudah peserta didik tersebut menjalakan proses
pembelajaran. Perhatian atau yang biasa disebut dengan konsentrasi
mempengaruhi prestasi belajar yang akan didapatkan oleh seorang
individu, karena ketika individu memberikan perhatian penuh atau
berkonsentrasi pada saat proses belajar tanpa memikirkan hal lainnya,
maka apapun yang disampaikan oleh para pengajar akan bisa dicerna
dan dipahami dengan baik oleh individu tersebut. Minat merupakan
sebuah keinginan atau kemauan dari dalam diri seseorang terhadap
suatu hal. Minat berpengaruh terhadap prestasi belajar karena semakin
tinggi minat yang dimiliki terhadap belajar maka akan semakin
semangat untuk belajar, namun semakin rendah minat terhadap belajar
maka akan semakin rendah pulalah usaha untuk belajar. Dengan
rendahnya usaha yang dikeluarkan untuk belajar, maka sangatlah
memberikan pengaruh akan pencapaian prestasi belajar. Tidak jauh
berbeda dengan kecerdasan, bakat juga merupakan faktor internal yang
dihasilkan dari faktor biologis. Setiap individu memiliki bakat yang
berbedabeda dan telah dibawa sejak lahir. Tetapi apabila seseorang
tidak mampu mengenali dan mengembangkan bakatnya, maka lama
kelamaan bakat tersebut akan tertutupi. Sebaliknya, apabila seseorang
mampu mengenali bakatnya dan mampu mengembangkannya maka
bakat tersebut akan membantunya dalam meraih prestasi. Bakat
biasanya terwujudkan menjadi sebuah keahlian khusus yang dimiliki
oleh seseorang. Sedangkan motivasi adalah sugesti yang dimunculkan
seseorang akan dirinya yang bertujuan untuk mendorongnya untuk
melakukan suatu hal. Motivasi belajar adalah segala daya yang ada
didalam diri seseorang yang mendorongnya untuk melakukan proses
pembelajaran. Motivasi terbagi menjadi dua yakni motivasi intrinsik
dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah motivasi yang
bersumber dari dalam diri individu itu sendiri, dan motivasi ekstrinsik
adalah motivasi yang bersumber dari luar diri individu itu sendiri.
2. Faktor Eksternal
Faktor eksternal adalah faktor-faktor dari luar diri individu
yang bisa mempengaruhi proses pembelajarannya, hingga pada
akhirnya bisa berdampak pada prestasi belajar yang dihasilkannya.
Adapun faktor-faktor dari luar diri individu ini ialah dari
lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan
masyarakat.
a. Lingkungan Keluarga
Keluarga merupakan hal yang paling berperan penting
dalam pembentukan diri seseorang. Keluarga merupakan
lembaga pendidikan pertama yang dikenal oleh
seseorang, hal-hal yang terjadi didalam keluarga sangat
mempengaruhi pola perilaku individu. Arifin (1987:89)
mengungkapkan bahwa keluarga merupakan tempat yang
pertama bagi anak dalam menerima pendidikan, dengan
sendirinya pribadi dan watak terbentukdalam keluarga.
b. Lingkungan Sekolah
Sekolah merupakan rumah kedua bagi seorang peserta
didik. Secara tidak langsung tingkah laku seseorang
seringkali didapatkannya dari lingkungan disekolah. Hal
ini dikarenakan hampir sebagian besar dari waktu peserta
didik dihabiskannya disekolah, dan disekolah peserta
didik melakukan berbagai interaksi dengan banyak orang.
Keadaan sekolah sangat mempengaruhi prestasi belajar
peserta didik, hal-hal tersebut meliputi metode belajar
mengajar yang ada di sekolah, kurikulum yang
diterapkan di sekolah, sarana dan prasarana yang
disediakan oleh sekolah yang bisa menunjang proses
pembelajaran, metode atau cara penyampaian materi
yang berbeda oleh setiap guru mata pelajaran, interaksi
antar peserta didik, dan yang terpenting adalah hubungan
antara guru dengan peserta didik.
c. Lingkungan Masyarakat
Lingkungan masyarakat merupakan sebuah wadah yang
bisa memberikan pengaruh terhadap perilaku seorang
anak. Tanpa kita sadari, banyak dari tingkah laku kita
yang terbentuk dari hasil interaksi dengan lingkungan
masyarakat disekitar kita. Begitu pula yang terjadi
dengan anak, semakin sering anak berada dan
berinteraksi dengan lingkungan masyarakat maka akan
semakin berpengaruh interaksi yang terjadi didalamnya
tersebut dengan prestasi belajar yang dicapai. Hal-hal
yang mungkin mempengaruhi seorang anak bias meliputi
kegiatan-kegiatan yang terjadi didalam masyarakat,
teman-teman bermain dan pola kehidupan yang ada
didalam masyarakat itu sendiri.
2.3 Dampak Pengembangan Diri Pada Harga Diri Remaja Berprestasi Belajar
Rendah
Pengembangan Diri (Self Development Tranning) merupakan suatu strategi
ataupun metode yang dicoba serta diusahakan oleh seseorang guna meningkatkan
pemahaman diri (self awareness), kemampuan serta bakat dan keahlian yang dimiliki
oleh setiap orang. yang memiliki tujuan utama agar mutu hidup serta pribadi tiap
orang menjadi lebih maju dan lebih baik lagi. Serta dalam suatu rangkaian kegiatan
agar menghasilkan sumber energi manusia ataupun warga Indonesia yang mempunyai
solf skill selaku keahlian personal serta interpersonal yang setelah itu menjadi nilai
mutu ataupun bonus yang dibutuhkan di masa saat ini ataupun masa yang akan
datang. Harga diri anak muda berprestasi sendiri ialah dorongan dalam menggapai
suatu tujuan, dikala orang dapat mengaktualisasikan kemampuan diri sehingga bisa
memaksimalkan motivasi unuk berprestasi yang timbul serta dapat berkembang pada
dirinya.
Penyebab harga diri rendah juga terjadi karena kurangnya keefektifan koping
individu.akibat kurangnya umpan balik yang positif dan juga terjadi pada masa kecil
seiring disalahkan,jarang diberi pujian atas keberhasilannya. Individu yang
mempunyai harga diri rendah juga sering menunjukan perilaku yang kurang
aktif,tidak percaya diri dan tidak mampu mengekspresikan diri,sebaliknya individu
yang mempunyai harga diri yang tinggi cenderung dengan penuh keyakinan.
Apa jadinya jika harga diri remaja berprestasi semakin rendah? Walaupun
pengembangan diri nya baik,tetapi apa gunanya jika harga diri remaja semakin
rendah,kurangnya berbagai hal yang menyebabkan hal itu.Dampak harga diri rendah
itu sendiri pada umumnya merasakan penolakan,ketidak puasan dan slalu
meremehkan diri sendiri.
Tantangan kedepan dalam suasana kompetisi yang lebih ketat dan kompleks
lagi yang menuntut para remaja gar lebih tangguh lagi.Dalam kehidupan yang yang
penuh persaingan antar individu harus mempunyai kemampuan yang kuat untuk
dapat beradaptasi dengan situasi yang ada.Untuk meraih keberhasilan individu
memerlukan motivasi yang tinggi,sehingga dapat mendorong individu beusaha
dengan sungguh-sungguh untuk mencapai prestasi tertentu.
1. Prinsip pertama
Tumbuhkanlah dalam diri sendiri mental positif yang mampu
mengantarkan Anda menuju kesuksesan. Hal ini berarti Anda dituntut untuk
menumpaskan segala mental-mental negatif hingga ke akarnya. Sebab,
mental-mental negatif tersebut sangat berpengaruh dalam memicu ke arah
kegagalan. Kemampuan apa pun yang telah dimiliki untuk melakukan suatu
kesempatan bermanfaat harus dilakukan segera dan jauhkan keraguan.
Alhasil, ketika kesuksesan itu datang, maka otomatis rasa kepercayaan diri
yang dimiliki akan semakin kuat.
2. Prinsip kedua
Bersikap bijaksana dalam merencanakan target-target kehidupan.
Menyesuaikan target dengan kemampuan diri sendiri dan tidak melebihi
potensi diri. Hal ini dapat dimulai dengan melakukan aktivitas yang
berpotensi menjanjikan kesuksesan. Studi ilmu kejiwaan membuktikan bahwa
mayoritas krisis kepercayaan diri muncul karena terjadinya suatu kegagalan
yang memicu mereka berasumsi bahwa mereka akan selamanya gagal dan
tidak bisa bangkit. Asumsi-asumsi dini tersebut sangatlah tidak tepat dan
harus dialihkan dengan mengubah visi pandangan terhadap diri sendiri bahwa
sekali gagal bukan berarti akan gagal seterusnya.
Kemampuan mengembangkan kepercayaan diri dan penghormatan
terhadap diri sendiri bersumber dari dari kemampuan kita dalam berpikir,
karena pikiran merupakan sumber kompetensi kita dalam menjalani
kehidupan, dan meyelesaikan segala permasalahan yang harus kita hadapi.
dengan kepercayaan diri yang tinggi seseorang akan memiliki keyakinan
bahwa mereka layak menerima dan menjalani kehidupan yang
membahagiakan, damai, dan tidak takut akan masa depan. namun sebaliknya,
orang dengan kepercayaan diri rendah akan cenderung pesimis dalam
menjalankan segala aspek kehidupan, mereka cenderung menolak peran yang
seharusnya mereka jalankan, dan mereka akan terbelenggu dalam
penghayatan kesalahan serta kegagalan yang pernah dialami, yang pada
akhirnya orang tersebut akan semakin tenggelam dalam bayangan kegagalan.
3. Prinsip ketiga
Pelajari bagaimana cara bergaul yang baik dengan orang lain. Sebab,
hal itu dapat menguatkan rasa percaya diri dalam berinteraksi dengan orang
lain. Jadilah seorang individu yang menyenangkan, yang siap memberikan
rasa kasih dan kehangatan. Tebarkan senyum dan kebahagiaan pada
lingkungan sekitar, sebab hal itu dapat membawa kesan positif kepada
sesama.
4. Prinsip keempat
Penampilan psikis dan fisik berpengaruh dalam membangun rasa
percaya diri. Mulai dari intonasi suara, gerakan anggota tubuh, tutur kata, cara
bicara, cara duduk, cara berdiri, dan seluruh tingkah laku harus diupayakan
selalu tampak elegan dan penuh kesopanan. Seorang individu yang memiliki
kepercayaan diri cenderung menjaga penampilannya dengan baik. Selain itu,
rasa percaya diri yang dirasakan pada orang yang kurang memperhatikan
penampilannya tidak sebesar apabila dibandingkan dengan rasa percaya diri
yang dirasakan oleh individu yang penuh vitalitas dan memperhatikan
penampilannya.
METODE PENELITIAN
3.2 Hipotesis
Hipotesis dari penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya
pengaruh atau tidak dari pengembangan diri terhadap remaja
berprestasi belajar rendah.
3. Angket (kuesioner)
Kuesioner merupakan metode pengumpulan data yang
dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau
pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab. Kuesioner
merupakan metode pengumpulan data yang lebih efisien bila
peneliti telah mengetahui dengan pasti variabel yag akan diukur dan
tahu apa yang diharapkan dari responden. Selain itu, kuesioner juga
cocok digunakan bila jumlah responden cukup besar dan tersebar di
wilayah yang luas. Berdasarkan bentuk pertanyaannya, kuesioner
dapat dikategorikan dalam dua jenis, yakni kuesioner terbuka dan
kuesioner tertutup. Kuesioner terbuka adalah kuesioner yang
memberikan kebebasan kepada objek penelitian untuk menjawab.
Sementara itu, kuesioner tertutup adalah kuesioner yang telah
menyediakan pilihan jawaban untuk dipilih oleh objek penelitian.
Seiring dengan perkembangan, beberapa penelitian saat ini juga
menerapkan metode kuesioner yang memiliki bentuk semi terbuka.
Dalam bentuk ini, pilihan jawaban telah diberikan oleh peneliti,
namun objek penelitian tetap diberi kesempatan untuk menjawab
sesuai dengan kemauan mereka.