Anda di halaman 1dari 37

PENGARUH PELATIHAN PENGEMBANGAN DIRI (SELF

DEVELOPMENT TRAINING) PADA HARGA DIRI REMAJA


BERPRESTASI BELAJAR RENDAH

PROPOSAL PSIKOLOGI EKSPERIMEN

DISUSUN OLEH :
 SALIZA DIVA FADILA (21810026)
 RYZKA MEILANI PUTRI SYUFI (218110087)

DOSEN PENGAMPU :
Rachmayati Eka Safitri, M. Psi.,

FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS ISLAM RIAU


2022/2023
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang maha pengasih lagi maha
penyayang, puji syukur kami panjatkan atas kehadirat-Nya yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan proposal ini. Proposal
ini merupakan tugas akhir dan salah satu persyaratan untuk menyelesaikan tugas dari
mata kuliah Psikologi Eksperimen.

Adapun proposal penelitian psikologi ini telah penulis usahakan semaksimal


mungkin dan tentunya dengan bantuan dari pihak yang terlibat. Oleh sebab itu,
penulis juga ingin menyampaikan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada
pihak yang telah membantu penulis dalam pembuatan proposal sehingga
memperlancar proses pembuatan proposal ini, khususnya kepada Ibu Rachmayati
Eka Safitri, M. Psi., selaku dosen dari mata kuliah Psikologi Eksperimen

Penulis menyadari masih terdapat banyak kekurangan dalam pembuatan


proposal ini, untuk itu kritik serta anjuran yang sifatnya membangun saya harapkan
guna kesempurnaan proposal ini. Semoga dari proposal penelitian psikologi ini dapat
diambil manfaatnya bagi penulis maupun pembaca.

Pekanbaru , 16 Mei 2023

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................... 2

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................................. 4

1.1 Latar Belakang.................................................................................................................... 4

1.2 Fokus Penelitian .................................................................................................................. 6

1.3 Tujuan Penelitian................................................................................................................ 6

1.4 Manfaat Penelitian.............................................................................................................. 6

BAB II PERSPEKTIF TEORITIS.............................................................................................. 8

2.1 Kajian Pustaka .................................................................................................................... 8

2.2 Pengembangan Diri .................................................................................................................. 15

2.3 Hipotesis ............................................................................................................................. 22

BAB III METODE PENELITIAN ............................................................................................ 23

3.1 Jenis Penelitian .................................................................................................................. 23

3.2 Identifikasi Variabel Penelitian ...................................................................................... 23

3.3 Definisi Operasional.......................................................................................................... 23

3.4 Subjek Penelitian .............................................................................................................. 24

3.5 Metode Pengumpulan Data.............................................................................................. 25

3.6 Validitas dan Reliabilitas Penelitian ............................................................................... 25

3.7 Metode Analisis Data....................................................................................................... 26

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................................. 30
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Chayyi Fanani (2003) menyatakan pengembangan diri adalah pengembangan
segala potensi yang ada pada diri sendiri, dalam usaha meningkatkan potensi
berfikir dan berprakarsa serta meningkatkan kapasitas intelektual yang diperoleh
dengan jalan melakukan berbagai aktivitas. Marmawi (2009), pengembangan diri
adalah suatu proses meningkatkan kemampuan atau potensi, dan kepribadian,
serta sosial-emosional seseorang agar terus tumbuh dan berkembang.

Menurut Tarmudji (1997) pengembangan diri berarti mengembangkan bakat


yang dimiliki, mewujudkan impian-impian, meningkatkan rasa percaya diri,
menjadi kuat dalam menghadapi percobaan, dan menjalani hbngan yang baik
dengan sesamanya. Hal ini dapat dicapai melalui upaya belajar darii pengalaman,
menerima umpan balik dari orang lain, melatih kepekaan terhadap diri sendiri
maupun orang lain, mendalam kesadaran, dan mempercaya usaha hati pendidikan
secara menyeluruh.

Tujuan pendidikan ini merupakan tujuan bersama yang telah ditetapkan oleh
pemerintah dan tertera dalam Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN). Dalam
proses pendidikan di sekolah, kegiatan belajar merupakan kegiatan yang paling
pokok. Ini berarti bahwa berhasil tidaknya pencapaian tujuan pendidikan banyak
bergantung kepada bagaimana proses belajar yang dialami oleh siswa sebagai
anak didik. Proses adalah kegiatan yang dilakukan oleh siswa dalam mencapai
tujuan pengajaran, sedangkan hasil belajar atau yang lebih dikenal prestasi adalah
kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima pengalaman
belajarnya. Tingkat keberhasilan siswa dalam mempelajari materi pelajaran
dinyatakan dengan prestasi belajarnya. Prestasi belajar dimaksudkan sebagai
tingkat keberhasilan belajar yang dinyatakan dalam bentuk skor dan perubahan
perilaku yang baik setelah seseorang melakukan proses belajar. Belajar menurut
Ahmadi dan Supriyono (2008:128) adalah suatu proses usaha yang dilakukan
individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara
keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksi dengan
lingkungan Proses belajar menurut Syah (2012:109) dapat diartikan sebagai
tahapan perubahan perilaku kognitif, afektif, dan psikomotor yang terjadi dalam
diri siswa. Perubahan tersebut bersifat positif dalam arti berorientasi ke arah yang
lebih maju dari pada keadaan sebelumnya. Keberhasilan pendidikan dipengaruhi
oleh perubahan dan pembaharuan dalam segala komponen pendidikan. Adapun
komponen yang mempengaruhi pelaksanaan pendidikan meliputi: kurikulum,
sarana dan prasarana, guru, siswa, dan metode pengajaran yang tepat. Semua
komponen tersebut saling terkait dalam mendukung tercapainya tujuan
pendidikan yang diinginkan. Pada umumnya prestasi belajar adalah keinginan
yang dicapai individu, dalam hal ini siswa atas proses belajar yang telah
dilakukannya. Prestasi belajar juga adalah implementasi dari suatu keberhasilan
siswa setelah melakukan proses belajar. Prestasi belajar dikatakan sempurna jika
dipenuhi tiga aspek yakni kognitif, afektif dan psikomotor, sebaliknya dikatakan
prestasi kurang memuaskan jika seseorang belum mampu memenuhi target dalam
ketiga kriteria tersebut. Rendahnya prestasi belajar dapat disebabkan oleh
berbagai macam faktor.

Faktor tersebut dapat berasal dari dalam diri siswa (faktor internal) dan factor
yang berasal dari luar diri siswa (faktor eksternal). Menurut Slameto (2013:54)
"Faktor-faktor penyebab rendahnya prestasi belajar digolongkan menjadi dua
golongan yaitu faktor internal yang bersumber pada diri siswa dan faktor
eksternal yang bersumber dari luar diri siswa. Faktor internal dipengaruhi oleh
jasmaniah kesehatan dan cacat tubuh, serta psikologi yang berupa inteligensi,
perhatian, minat, bakat, motif, kematangan dan kesiapan. Sedangkan faktor
eksternal dipengaruhi oleh faktor keluarga, faktor sekolah, dan faktor
masyarakat”. Sementara itu Suryabrata (2012:233) “Faktor-faktor penyebab
rendahnya prestasi belajar adalah faktor internal yaitu faktor fisiologis dan faktor
psikologis dan faktor eksternal yaitu faktor sosial dan faktor non sosial”. Faktor
fisiologis yaitu kesehatan, siswa dapat belajar dengan baik jika diikuti oleh
kondisi kesehatan yang baik, sedangkan faktor psikologis yaitu hal-hal yang
bersifat psikis, siswa dapat berprestasi di sekolah dengan baik jika diikuti oleh
motivasi, minat, bakat, 3 dan kemampuan kognitif yang baik pula. Faktor sosial
yang dimaksud disini adalah faktor manusia (sesama manusia) meliputi teman
bergaul yang terpelajar, massa media dan kegiatan siswa dalam masyarakat.
Faktor non-sosial meliputi keadaan cuaca, udara, lokasi tempat belajar, serta alat-
alat kegunaan untuk belajar yang diharapkan dapat saling mendukung antara satu
dengan yang lainnya. Pada kenyataannya faktor-faktor penyebab rendahnya
prestasi belajar, karena diakibatkan jika dalam proses pembelajaran berlangsung
siswa lebih memilih untuk tidak masuk kelas pada jam pertama mata pelajaran.
Alasan terlambat karena jarak rumah yang jauh dengan sekolah, serta ada
beberapa siswa juga yang sering terlambat karena sebelum berangkat ke sekolah
harus membantu orang tuanya karena keadaan ekonomi. Selain itu, ada beberapa
siswa yang seringbolos atau berada di luar kelas pada saat pembelajaran
berlangsung. Hal ini disebabkan sebagian siswa yang tidak mengerjakan tugas
yang diberikan guru sehingga mereka takut masuk di dalam kelas, dengan alasan
takut akan dihukum, dan merasa bosan di dalam kelas. Sebagian siswa lain juga
sering bolos dengan alasan merasa bosan dengan mata pelajaran tertentu maupun
ada pengaruh teman dari luar sekolah. Ada pula siswa yang sering alpa akibat
keluarga yang broken home sehingga mereka merasa malas untuk ke sekolah.
Bahkan ada siswa yang sering keluar masuk pada saat proses pembelajaran
berlangsung dan kurang memperhatikan guru pada saat mengajar, baik siswa laki-
laki maupun perempuan. Hal ini terjadi karena adanya pengaruh faktor dari dalam
diri siswa maupun dari luar sehingga mereka mengesampingkan belajar.
Akibatnya siswa yang sering melakukan hal ini akan ketinggalan materi pelajaran,
sehingga hasil evaluasi tidak mencapai nilai ketuntasan yang sudah ditentukan.
Melihat fakta yang terjadi di lapangan bahwa perilaku di atas akan membawa
dampak buruk bagi siswa seperti resiko akan ketinggalan materi pelajaran, bahkan
bisa saja tidak naik kelas. Dengan ketinggalan pelajaran siswa tidak dapat
menjawab ketika diadakan evaluasi maupun ulangan, sehingga akan terlihat hasil
yang dicapai siswa tidak mencapai taraf ketuntasan. Melihat hal itu, guru
pembimbing telah berupaya mencari solusi maupun mengadakan pendekatan pada
siswa itu sendiri, seperti memotivasi siswa dan memberikan pemahaman tentang
masa depan mereka jika mereka tidak mengubah perilaku ke arah yang lebih baik.

Berdasarkan uraian diatas maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian


dengan judul “Pengaruh Pelatihan Pengembangan Diri (Self Development
Training) Pada Harga Diri Remaja Berprestasi Belajar Rendah” .
1.2 Fokus Penelitian
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan, peneliti memfokus penelitian
dengan beberapa pertanyaan penelitian akan difokuskan pada:
1. Bagaimana hubungan pelatihan pengembangan diri terhadap harga
diri remaja berprestasi belajar rendah ?
2. Bagaimana cara pelatihan pengembangan diri terhadap harga diri
remaja berprestasi belajar rendah?
3. Bagaimana dampak pelatihan pengembangan diri terhadap harga
diri remaja berprestasi belajar rendah ?

1.3 Tujuan Penelitian


Adapun tujuan dari penelitian ini adalah yaitu untuk mengetahui hubungan
pelatihan pengembangan diri terhadap harga diri remaja berprestasi belajar rendah ,
mengetahui cara pelatihan pengembangan diri terhadap harga diri remaja berprestasi
belajar rendah, dan mengetahui dampak pelatihan pengembangan diri terhadap harga
diri remaja berprestasi belajar rendah.

1.4 Manfaat Penelitian


Dalam setiap penelitian yang dilakukan, harus memiliki kegunaan. Hasil akhir
dari penelitian ini akan memperoleh data atau informasi yang harapan peneliti dapat
berguna baik secara teoritis maupun praktis. Manfaat dari penelitian ini yang dapat
diperoleh yaitu:
1. Dari segi teoritis
Hasil penelitian dapat menambah pengetahuan, pengalaman dan wawasan,
serta bahan dalam penerapan ilmu psikologi eksperimen khususnya mengenai
hubungan pengembangan diri terhadap remaja berprestasi belajar rendah dan
dapat digunakan sebagai bahan perbandingan untuk peneliti selanjutnya.
2. Dari segi praktis

A. Bagi mahasiswa
Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan pemahaman bahwa
pelatihan pengembangan diri terhadap harga diri remaja berprestasi
belajar rendah berpengaruh untuk diri sendiri maupun lingkungan
sekitar.

B. Bagi para pendidik


Hasil penelitian diharapkan dapat memberikan gambaran bahwa
pelatihan pengembangan diri terhadap harga diri remaja berprestasi
belajar rendah sangat berpengaruh untuk mahasiswa, terkhusus
mahasiswa psikologi sehingga bisa dijadikan sebagai bahan
pertimbangan bagi tenaga pendidik untuk mengatasi permasalahan
tersebut
BAB II

PERSPEKTIF TEORITIS

2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Pengertian Pengembangan Diri


Pengembangan diri adalah suatu proses pembentukan potensi, bakat, sikap,
perilaku dan kepribadian seseorang melalui pembelajaran dan pengalaman yang
dilakukan berulang-ulang sehingga meningkatkan kapasitas atau kemampuan diri
sampai pada tahap otonomi (kemandirian). Pengembangan diri merupakan proses
yang utuh dari awal keputusan sampai puncak sukses dalam mencapai kemandirian
serta menuju pada aktualisasi diri. Perubahan dan perkembangan bertujuan untuk
memungkinkan orang menyesuaikan diri dengan lingkungan di mana dia hidup.
Menurut Amri (2013), tujuan kegiatan pengembangan diri bagi individu adalah
sebagai berikut:
A) Tujuan umum
Pengembangan diri secara umum bertujuan memberikan kesempatan
kepada peserta didik untuk mengembangkan dan mengekspresikan diri sesuai
dengan kebutuhan masyarakat, kebutuhan peserta didik dan pembelajaran,
potensi, bakat, minat, kondisi dan perkembangan peserta didik dengan
memperhatikan kondisi sekolah atau madrasah.

B) Tujuan khusus
Pengembangan diri secara khusus bertujuan menunjang pendidikan
peserta didik dalam mengembangkan bakat, minat, kreativitas, kompetensi
maupun kebiasaan dalam kehidupan, kemampuan kehidupan keagamaan,
kemampuan sosial, kemampuan belajar, wawasan dan perencanaan karir,
kemampuan pemecahan masalah dan juga kemandirian. Fungsi
dilaksanakannya kegiatan pengembangan diri adalah mengembangkan potensi
peserta didik dalam mengasah kemampuan serta kompetensinya yang merujuk
pada minat, bakat, serta kemampuan sikap peserta didik dalam berinteraksi
dengan orang lain di lingkungan sekitarnya. Pendeknya, kegiatan
pengembangan diri memacu peserta didik untuk menjadi lebih terampil dalam
mengasah keahlian yang dimilikinya sesuai dengan kecenderungan
kompetensi yan telah ada pada dirinya.

Menurut Sulistyowati (2012), penjelasan bentuk-bentuk pelaksanaa


pengembangan diri adalah sebagai berikut:
a) Kegiatan Rutin, yaitu memasukkan kegiatan yang dilakukan
secara reguler, baik di kelas maupun di sekolah, yang bertujuan
untuk membiasakan anak mengerjakan sesuatu dengan baik.
Seperti: upacara bendera, senam, ibadah khusus keagamaan
bersama, keberaturan, pemeliharaan kebersihan dan kesehatan
diri.
b) Kegiatan Spontan, yaitu kegiatan pengembangan diri yang
tidak ditentukan tempat dan waktunya seperti: membiasakan
mengucapkan salam, membiasakan membuang sampah pada
tempatnya, membiasakan antri.
c) Kegiatan Keteladanan, yaitu kegiatan pengembangan diri yang
mengutamakan pemberian contoh dari guru dan pengelola
pendidikan yang lain kepada peserta didik seperti dalam bentuk
perilaku sehari-hari seperti: berpakaian rapi, berbahasa yang
baik, datang tepat waktu.
d) Kegiatan Terprogram, yaitu kegiatan pembelajaran
pengembangan diri yang diprogramkan dan direncanakan
secara formal baik di dalam kelas maupun diluar kelas maupun
sekolah yang bertujuan memberikan wawasan tambahan pada
anak tentang unsur-unsur baru dalam kehidupan bermasyarakat
yang penting untuk perkembangan anak. Seperti: Workshop
dan Kunjungan (Outing Class)

2.1.2 Aspek Pengembangan Diri


Pengembangan diri adalah sebuah proses mengembangkan kemampuan diri
seseorang melalui berbagai aktifitas, seperti menambah keahlian pekerjaan,
meningkatkan kesadaran dan membangun kekayaan dan hal lainnya. Intinya,
pengembangan diri merupakan sebuah proses yang bisa membantu Anda menjadi
pribadi yang lebih baik dari sebelumnya.

Ada banyak topik terkait dunia pengembangan diri namun semua itu
dikasifikasikan dalam lima kategori aspek besar, yaitu mental, sosial, spiritual,
emosional dan fisikal.

1. Mental
Pengembangan diri disini berkaitan dengan perkembangan pikiran. Anda bisa
melakukan beberapa aktifitas pengembangan mental, seperti mengikuti kelas belajar,
membaca buku, atau menonton tayangan video yang bisa meningkatkan keahlian
Anda.
Dengan meluangkan waktu setiap harinya untuk aktifitas ini, Anda akan
melihat sendiri bagaimana Anda berkembang dalam karir, meningkatkan
produktifitas dan banyak lagi.
2. Sosial
Kategori ini adalah tentang mengembangkan kemampuan dalam
berkomunikasi. Mempelajari bahasa baru, belajar keahlian public speaking, dan
berkomitmen untuk melakukan aktifitas mendengarkan secara aktif merupakan jenis-
jenis aktifitas untuk meningkatkan aspek sosial dalam pengembangan diri.

3. Spiritual
Pengembangan aspek spiritual bisa berbeda bagi setiap orang. Cara terbaik
untuk menggambarkannya adalah melakukan kegiatan yang memberi Anda
kedamaian dan membantu Anda terhubung dengan diri Anda sendiri. Jenis aktifitas
dalam kategori ini misalnya melakukan meditasi, berdoa atau membaca kitab suci,
atau bahkan berjalan santai di hutan.

Mengembangkan diri Anda secara spritual adalah memenuhi hari-hari Anda


dengan rasa syukur, menerima hidup sesuai adanya dan tidak menentang ketentuan
yang sudah digariskan oleh Sang Pencipta. Bagaimana Anda menyikapi kemegahan
alam ini merupakan salah satu cara mengambangkan diri yang bisa dijalankan.

4. Emosional
Pengembangan diri di aspek emosional adalah tentang emosi. Banyak dari
kita yang mengabaikan sisi emosional saat menghadapi sebuah tantangan.
Mengabaikan emosi bukan merupakan perilaku yang sehat. Saat Anda menahan
emosi lalu menyingkirkannya, justru malah bisa memperburuk keadaan ketika
akhirnya emosi itu meledak.

Jika Anda merasa emosi terhadap sesuatu hal, akan lebih baik jika Anda tidak
memendamnya atau bahkan mengabaikannya, karena bagaimanapun hal itu terekam
di alam bawah sadar dan Anda tetap menginginkan adanya penyelesaian untuk hal
itu. Beberapa aktifitas yang bisa dilakukan berkaitan dengan aspek emosi dalam
pengembangan diri adalah dengan menelusuri suasana hati, bicara pada teman, atau
bicara pada konselor.

5. Fisik
Pengembangan diri di aspek fisik adalah tentang diri kita secara utuh, lebih
dari hanya sekadar olahraga. Pola makan dan tidur termasuk dalam aspek fisik ini.
Contoh aktifitas termasuk olahraga adalah mendapatkan waktu tidur selama 7-9 jam
setiap harinya, menyiapkan makanan, atau mengunjungi dokter secara teratur untuk
memeriksa kesehatan Anda.

Dengan menciptakan kebiasaan sehat selain olahraga ini, yaitu makan


makanan sehat dan tidur yang cukup akan membantu Anda dalam pengembangan diri
secara fisik. Badan lebih sehat dan hidup terasa lebih menyenangkan.

2.1.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengembangan Diri

1) Adanya motivasi untuk maju


2) Adanya keinginan untuk hidup lebih baik
3) Adanya keinginan untuk tidak mengulangi kesalahan
4) Adanya keinginan untuk mencapai cita-cita
5) Adanya keinginan utk meraih masa depan yang gemilang
6) Adanya seseorang/hal yang menginspirasi hidup
7) Keinginann utk membuat ortu senang dan bahagia
8) keinginan utk mengharumkan nama baik keluarga dan diri sendiri
9) Keinginan utk tdk gagal
2.1.4. Cara Melatih Pengembangan Diri
Dalam meraih impian diperlukan potensi diri yang harus
dikembangkan untuk mencapainya. Berikut cara mengembangkan potensi diri
yang bisa dilakukan.
Tentu saja, semua orang ingin memiliki hidup yang lebih baik dari hari
ke hari untuk bisa mencapai impian yang dimiliki. Bisa saja mengidamkan
impian dalam jangka pendek maupun panjang. Apa pun impian Anda,
tentunya sangat diperlukan kerja keras, konsisten, dan juga memaksimalkan
potensi diri Anda.
Hal ini berguna bila suatu saat kesempatan itu datang, pastinya Anda
telah siap untuk menghadapinya. Namun, untuk melakukan itu tidak semudah
membalikkan telapak tangan karena dalam prosesnya akan banyak hambatan
yang harus dilalui.
Untuk membantu Anda mengembangkan potensi diri, berikut ada 5
cara mengembangkan potensi diri untuk meraih impian yang Anda miliki.

1. Mengenal Diri Sendiri


Hal pertama yang bisa Anda lakukan adalah dengan mengenali
diri sendiri. Tentu saja hal ini bisa dengan mudah Anda lakukan. Anda
pun bisa bertanya pada diri Anda, apa yang sedang menjadi tujuan
hidup selama ini, apa saja hal yang membuat Anda bahagia, serta apa
saja hal yang bisa membuat Anda sedih. Namun, bagaimana cara
mengatasi hal tersebut? Ini penting untuk diketahui, karena akan
berkaitan dengan pencapaian hidup Anda kedepannya.

2. Cari Tahu Kelebihan dan Kekurangan Diri


Semua orang pasti memiliki kelebihan dan kekurangan diri.
Dalam menggali potensi diri, penting sekali untuk mengetahui
keduanya agar mempermudah untuk mencapai tujuan dan
mempersiapkan diri jika ada masalah yang nantinya akan terjadi dan
Anda bisa mengatasinya dengan baik. Untuk menghadapi kekurangan,
cobalah untuk menyadari kekurangan dan berusahalah untuk
memperbaikinya.

3. Open Minded Terhadap Saran dan Kritik


Saat sedang berusaha untuk mengembangkan potensi diri, Anda
harus bersikap terbuka dalam menerima saran dan kritikan dari orang
lain. Anggap saja, saran dan kritik tersebut sebagai hal positif yang akan
berguna bagi masa depan Anda. Namun begitu, Anda juga perlu
memilih kritikan yang datang. Jika saran dan kritikan cukup
membangun, jadikan saja sebagai bahan untuk introspeksi diri. Namun,
jika kritikan tersebut hanya membuat potensi diri tidak berkembang,
maka sebaiknya tak perlu Anda pikirkan. Hindari merasa benar sendiri.
Terimalah semua kritikan yang masuk dalam diri Anda dan hadapilah
dengan sikap yang baik.

4. Tidak Takut Mencoba Hal Baru


Cara mengembangkan potensi diri selanjutnya adalah mencoba
hal baru yang dijumpai. Singkirkan rasa takut gagal saat mencoba hal
baru yang belum pernah Anda pelajari. Cobalah untuk mempelajarinya
sampai handal di bidang tersebut. Anda perlu meluangkan waktu untuk
menggali lebih dalam aktivitas, keahlian baru, atau keterampilan
tersebut. Dengan mencoba hal baru juga bisa mendorong diri sendiri
untuk keluar dari zona nyaman dan siapa tahu Anda bisa menemukan
bakat tersembunyi dalam diri Anda.
5. Terapkan Kebiasaan Baik
Menggali potensi diri, juga bisa dengan membangun kebiasaan
baik. Setiap kebiasaan baik yang dilakukan dalam keseharian, bisa
membuat Anda terus berkembang kearah yang lebih maju. Namun,
perlu diingat, membangun kebiasaan baik memerlukan waktu dan
pengulangan yang konsisten.

Semoga cara mengembangkan potensi diri di atas bisa


membantu Anda menjadi orang yang lebih maju lagi dan
mempermudah Anda mewujudkan mimpi. Selain mengembangkan
potensi diri, Anda juga perlu melindungi diri dengan asuransi dari
berbagai kemungkinan yang terjadi.

Ada Zurich Proteksi 8 yang bisa membantu Anda dalam


memberikan proteksi bagi pekerja pemula atau milenial. Zurich
Proteksi 8 dilengkapi dengan tiga keunggulan utama. Pertama, Zurich
Proteksi 8 memberikan perlindungan komprehensif dengan komitmen
premi jangka pendek, dimana Anda hanya perlu membayar premi
selama 8 tahun untuk perlindungan dalam jangka waktu 8 tahun.
Kedua, jaminan pengembalian premi. Ketika masa perlindungan
berakhir, nasabah bisa menerima total pengembalian 108%
berdasarkan premi yang dibayarkan. Ketiga, premi yang ditawarkan
cukup terjangkau dengan premi bulanan sekitar Rp 50.000 per bulan.
2.1.5. Dampak Pengembangan Diri Pada Harga Diri Remaja Berprestasi
Belajar Rendah

2.2 Prestasi Belajar Rendah

1.2.1. Pengertian Prestasi Belajar


Menurut Sardiman (2001:46) yang mengemukakan bahwa
prestasi adalah kemampuan nyata yang merupakan hasil interaksi
antara berbagai faktor yang mempengaruhi baik dari dalam maupun
dari luar individu dalam belajar. Menurut Suryabrata prestasi adalah
sebagai rusmus yang diberikan guru mata pelajaran mengenai
kemajuan atau prestasi belajar selama periode tertentu. Dalam ruang
lingkup peserta didik, prestasi merupakan hasil akhir dari usaha yang
telah dilakukan oleh peserta didik. Seperti yang dikemukakan oleh
Syah (2012: 141) yang mengemukakan bahwa prestasi adalah tingkat
keberhasilan peserta didik dalam mencapai tujuan yang telah
ditetapkan dalam sebuah program. Jadi prestasi merupakan pencapaian
dari suatu kerja nyata yang didapatkan melalui sebuah interaksi
dengan berbagai faktor. Dalam penelitian kali ini prestasi yang akan
diperhatikan ialah prestasi belajar peserta didik.

Pengertian prestasi yang telah diungkapkan diatas merupakan


pengertian prestasi secara umum, apabila dikaitkan dengan pengertian
prestasi dalam ruang lingkup belajar atau yang lebih mudah yaitu
prestasi belajar, maka prestasi belajar adalah sebuah pencapaian atau
hasil yang dicapai seseorang (atau peserta didik) setelah melakukan
proses pembelajaran melalui berbagai interaksi baik di lingkungan
sekolah, di rumah maupun di masyarakat. Serupa dengan pendapat
Tursquou, bahwa prestasi belajar dapat dirumuskan sebagai berikut :

“Prestasi belajar peserta didik adalah hasil belajar yang dicapai


peserta didik ketika mengikuti dan mengerjakan tugas dan kegiatan
pembelajaran di sekolah. Prestasi belajar peserta didik yang terutama
dinilai adalah aspek kognitifnya karena bersangkutan dengan
kemampuan peserta didik dalam pengetahuan atau ingatan,
pemahaman, aplikasi, analisis, sintesa, dan evaluasi.”

Prestasi belajar menurut Depdiknas (2007:895) merupakan


hasil yang telah dicapai (dilakukan, dikerjakan, dan sebagainya).
Menurut Anni (dalam Kusuma, 2015) prestasi belajar adalah
perubahan prilaku yang diperoleh pelajar setelah mengalami proses
belajar. Sedangkan menurut Nasution, S (dalam Hamdu dan Agusnita,
2011) pengertian prestasi belajar adalah kemampuan yang dicapai
seseorang dalam berfikir, merasa dan berbuat, prestasi belajar
dikatakan sempurna apabila memnuhi tiga aspek yakni: kognitif,
afektif dan psikomoto, sebaliknya dikatakan prestasi kurang
memuaskan jika seseorang belum memenuhi target dalam ketiga
kriteria tersebut. Lain halnya dengan Winkel (1996), ia berpendapat
bahwa prestasi belajar merupakan salah satu bukti yang menunjukkan
kemampuan atau keberhasilan seseorang yang melakukan proses
belajar sesuai dengan bobot atau nilai yang berhasil diraihnya. Jadi
prestasi belajar merupakan sebuah bukti pencapaian peserta didik yang
diberikan setelah peserta didik menjalankan proses belajar. Menurut
Poerwanto (dalam Hamdu dan Agusnita, 2011) pengertian prestasi
belajar yaitu hasil yang dicapai oleh seseorang dalam usaha belajar
sebagaimana yang dinyatakan dalam raport. Dalam lembaga
pendidikan formal seperti sekolah, biasanya mengukur prestasi belajar
peserta didik dalam bentuk nilai atau angka. Prestasi belajar peserta
didik biasanya dapat dilihat dari penilaian kognitif, afektif dan
psikomotoriknya lalu dirumuskan menjadi sebuah angka yang
menggambarkan hasil dari pembelajaran peserta didik tersebut.
Angka-angka tersebut lalu dikumpulkan dalam sebuah buku laporan
prestasi peserta didik yang biasa dikenal dengan sebutan raport.
Prestasi belajar yang dimiliki oleh perserta didik berbeda-beda, sesuai
dengan kegiatan yang mereka lakukan selama proses pembelajaran
berlangsung. Tak jarang ditemui banyak anak-anak yang memiliki
prestasi belajar yang rendah. Prestasi belajar rendah adalah sebuah
kemampuaN yang telah dicapai atau hasil dari proses pembelajaran
yang telah dilakukan oleh peserta didik dan hasil tersebut belum
memenuhi batasan dari hasil rata-rata anak-anak lain pada umumnya

1.2.2. Aspek-aspek Prestasi Belajar


Menurut Susanti (2019) prestasi belajar terdiri
dari lima aspek antara lain:
1. Kemampuan informasi verbal
Kapabilitas informasi verbal ialahkemampuan yang
dimiliki oleh individuuntukmenyampaikan secara lisan
pengetahuanyangdimilikinya tentang fakta tertentu
yangdiketahuinya. Dalam aplikasinya informasi verbal dapat
diperoleh dengan membaca bukudansebagainya. Informasi
tersebut diklasifikasikansebagai suatu fakta, asas dan nama
dapat digeneralisasi. Misalnya apakah siswa
mampumenyampaikan teori yang telah dijelaskanolehguru atau
pengajar yang bersangkutan, ketikaproses belajar di kelas
berlangsung.
2. Kemampuan Intelektual
Intelek berasal dari kata “intellect” yangartinya Proses
kognitif atau berpikir, dayayangberhubungan serta kemampuan
untuk menilai dan mempertimbangan, kemampuan mental
danintelegensi individu. Kemampuan intelektual dapat berupa
kapasitas secara umumdari kesadaran individu dalam berpikir,
penyesuaiandiri, pemecahkan masalah dengan bijaksana, tepat
dan cepat, baik yang dialami olehdirinyaataupun lingkungan
sekitarnya. Kemampuanintelektual yang ada pada setiap
individudapat diidentifikasikan dengan
memerhatikansikapkecerdasannya (intellegent behavior).

3. Strategi Kognitif
Strategi kognitif adalah kapabilitas ataukemampuan yang
dimiliki individu yang bertugasuntuk mengatur bagaimana cara
siswamengelola belajarnya, baik ketika sedangmengingat
ataupun berfikir tentangpembelajarannya. Hal ini juga
merupakanprosespengendali atau pengatur pelaksanaan
tindakanyang akan dilakukan individu
dalamprosespembelajarannya. Strategi kognitif ini jugadapat
berupa kemampuan internal individuyangterorganisasi yang
dapat membantu individudalam melaksanakan proses belajar
baik dalamproses berpikirnya, pemecahan
masalahyangdihadapi hingga pengambilan
keputusaanyangdilakukan oleh individu.
4. Sikap
Menurut Berkowiz (1972), sikap dapat dikelompokan
menjadi tiga konsep pemikiranyaitu sikap merupakan suatu
bentukpertimbangan berupa reaksi dari perasaanyangdirasakan
terhadap objek tertentu yang bersifat kontributif atau
sebaliknya. Kedua, sikapbermakna semacam kesiapan untuk
bertindakterhadap objek tertentu dengan cara tersendiri.
Ketiga, sikap adalah suatu bentuk dari komponenberpikir,
merasakan dan bertindak yangketiganya saling bertautan dan
berhubungandalam memahami, merasakan dan
berperilakuterhadap suatu objek. Sehingga dapat didefinisikan
secara umum bahwa sikapadalahsebuah tanggapan yang
dimulai denganreaksi yang bersifat tertutup atau belum
terpapar pada rangsangan atau objek namun setelah
adanyaproses belajar yang berkualitas maka individudapat
memainkan peran kemanusiaannyadi lingkungan
masyarakatnya denganbaik(Murfiah,2017).

5. Keterampilan Motorik
Keterampilan merupakan suatu kemampuanyang
melibatkan akal, fikiran, ide ataupunkreatifitas dalam
mengerjakannya. Keterampilandapat berupa membuat dan
mengubah sesuatuhingga memiliki makna yang dapat
menghasilkanvalue dari hasil dari aktivitas yang dilakukan.
Keterampilan dalam diri seseorang dapat dikembangkan
dengan melatihnya secaraterusmenerus hingga dapat membuat
seseorangmenjadi profesional atau ahli di bidang tertentu.
Keterampilan motorik berupa kemampuanyangmeliputi
kecepatan, ketepatan, dan kelincahangerakan otot serta anggota
badan yangdapat diperlihatkan seperti pada menggunaan alat-
alat peraga kimia seperti gelas ukur, buret laboratorium atau
corong pemisah. Dari penjelasan diatas disimpulkanaspek-
aspek prestasi belajar antara lain meliputi Kemampuan
informasi verbal, KemampuanIntelektual, Strategi kognitif,
sikapyangdihasilkan dari proses belajar dan
Keterampilanmotorik yang diperoleh sebagai hasil dari
prosespembelajaran yang telah dilalui oleh seorang individu.

1.2.3. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar Rendah


Adapun menurut Slameto (2003:54) faktor-faktor tersebut ialah:
1. Faktor dari dalam diri (Internal), yang terdiri dari jasmaniah
(kesehatan dan cacat tubuh), psikologis (inteligensi, perhatian,
minat, bakat, dan motivasi),
2. Faktor dari luar diri (Eksternal), yaitu berupa pengaruh dari
lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan
masyarakat.

Adapun penjelasan dari faktor-faktor tersebut ialah:

1. Faktor dari dalam diri (Internal) Faktor internal merupakan faktor


yang muncul dari dalam diri seseorang. Faktor internal ini bisa saja
terwujud dalambanyak hal, seperti: Jasmaniah (yang meliputi:
kesehatan dan cacat tubuh), Psikologis (yang meliputi: inteligensi,
perhatian, minat, bakat dan motivasi).

a. Jasmaniah
Jasmaniah atau kondisi fisik yang ada pada diri seseorang
mempengaruhi proses belajar yang dilakukannya. Pada saat proses
belajar berlangsung fisik merupakan alat terpenting yang digunakan
oleh seseorang untuk melaksanakan proses belajar tersebut, apabila
alat tersebut memiliki gangguan untuk melaksanakan tugasnya,
maka prosesnya akan mengalami hambatan yang mana pada
akhirnya memberikan prengaruh buruk pada hasil akhir yang akan
dicapainya. Kondisi fisik yang bisa menjadi penyebab dari prestasi
belajar rendah ini bisa berupa gangguan kesehatan dan cacat tubuh
yang dimilikinya. Pada proses belajar, kedua hal tersebut tidak hanya
berdampak buruk pada fisik saja tetapi apabila dibiarkan terlalu lama
maka akan memberikan dampak yang buruk pula pada sisi
psikologis pada orang tersebut.

b. Psikologis
Psikologis merupakan faktor dari dalam diri selanjutnya yang
bias mempengaruhi prestasi belajar rendah dari seorang individu.
Banyak hal yang termasuk dalam kondisi psikologis ini, seperti
inteligensi, perhatian, minat, bakat dan motivasi,yang mana semua hal
tersebut memberikan sumbangsih terhadap pencapaian akhir seorang
individu. Inteligensi merupakan faktor biologis yang didapatkan dari
keturunan, meskipun didapatkan dari faktor keturunan kecerdasan
seseorang juga bisa berubah sesuai dengan usaha belajar yang
dimilikinya. Tingkat kecerdasan ini mempengaruhi prestasi belajar
karena semakin tinggi tingkat kecerdasan seorang peserta didik maka
akan semakin mudah peserta didik tersebut menjalakan proses
pembelajaran. Perhatian atau yang biasa disebut dengan konsentrasi
mempengaruhi prestasi belajar yang akan didapatkan oleh seorang
individu, karena ketika individu memberikan perhatian penuh atau
berkonsentrasi pada saat proses belajar tanpa memikirkan hal lainnya,
maka apapun yang disampaikan oleh para pengajar akan bisa dicerna
dan dipahami dengan baik oleh individu tersebut. Minat merupakan
sebuah keinginan atau kemauan dari dalam diri seseorang terhadap
suatu hal. Minat berpengaruh terhadap prestasi belajar karena semakin
tinggi minat yang dimiliki terhadap belajar maka akan semakin
semangat untuk belajar, namun semakin rendah minat terhadap belajar
maka akan semakin rendah pulalah usaha untuk belajar. Dengan
rendahnya usaha yang dikeluarkan untuk belajar, maka sangatlah
memberikan pengaruh akan pencapaian prestasi belajar. Tidak jauh
berbeda dengan kecerdasan, bakat juga merupakan faktor internal yang
dihasilkan dari faktor biologis. Setiap individu memiliki bakat yang
berbedabeda dan telah dibawa sejak lahir. Tetapi apabila seseorang
tidak mampu mengenali dan mengembangkan bakatnya, maka lama
kelamaan bakat tersebut akan tertutupi. Sebaliknya, apabila seseorang
mampu mengenali bakatnya dan mampu mengembangkannya maka
bakat tersebut akan membantunya dalam meraih prestasi. Bakat
biasanya terwujudkan menjadi sebuah keahlian khusus yang dimiliki
oleh seseorang. Sedangkan motivasi adalah sugesti yang dimunculkan
seseorang akan dirinya yang bertujuan untuk mendorongnya untuk
melakukan suatu hal. Motivasi belajar adalah segala daya yang ada
didalam diri seseorang yang mendorongnya untuk melakukan proses
pembelajaran. Motivasi terbagi menjadi dua yakni motivasi intrinsik
dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah motivasi yang
bersumber dari dalam diri individu itu sendiri, dan motivasi ekstrinsik
adalah motivasi yang bersumber dari luar diri individu itu sendiri.

2. Faktor Eksternal
Faktor eksternal adalah faktor-faktor dari luar diri individu
yang bisa mempengaruhi proses pembelajarannya, hingga pada
akhirnya bisa berdampak pada prestasi belajar yang dihasilkannya.
Adapun faktor-faktor dari luar diri individu ini ialah dari
lingkungan keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan
masyarakat.

a. Lingkungan Keluarga
Keluarga merupakan hal yang paling berperan penting
dalam pembentukan diri seseorang. Keluarga merupakan
lembaga pendidikan pertama yang dikenal oleh
seseorang, hal-hal yang terjadi didalam keluarga sangat
mempengaruhi pola perilaku individu. Arifin (1987:89)
mengungkapkan bahwa keluarga merupakan tempat yang
pertama bagi anak dalam menerima pendidikan, dengan
sendirinya pribadi dan watak terbentukdalam keluarga.

Orang tua sebagai pemeran kunci dalam sebuah


keluarga. Orang tua yang mampu memainkan perannya
dengan baik akan memberikan rasa nyaman serta
kepercayaan diri untuk anaknya, sehingga ketika berada
dilingkungan luar anak-anak yang memiliki rasa nyaman
dan kepercayaan diri yang dibawa dari rumah tidak akan
mudah untuk dipengaruhi. Rasa nyaman, aman dan
kepercayaan diri yang ada didalam diri seorang anak bias
mempengaruhi prestasi belajarnya disekolah, karena anak
tersebut sudah memiliki pijakan yang mantap yang telah
dibawanya dari rumah. Selain hal-hal tersebut, pola asuh
yang diterapkan oleh orangtua, hubungan antar sesama
anggota keluarga, keadaan ekonomi, keadaan psikologis
keluarga serta latar belakang budaya didalam keluarga
juga memberikan peranan penting dalam pembentukan
kepribadian seorang individu. Oleh karena itu, untuk
mendapatkan prestasi belajar yang baik, diharapkan
orang tua juga mampu mendukung proses pembelajaran
sang anak dengan cara memberikan perhatian serta kasih
sayang yang cukup untuk anaknya.

b. Lingkungan Sekolah
Sekolah merupakan rumah kedua bagi seorang peserta
didik. Secara tidak langsung tingkah laku seseorang
seringkali didapatkannya dari lingkungan disekolah. Hal
ini dikarenakan hampir sebagian besar dari waktu peserta
didik dihabiskannya disekolah, dan disekolah peserta
didik melakukan berbagai interaksi dengan banyak orang.
Keadaan sekolah sangat mempengaruhi prestasi belajar
peserta didik, hal-hal tersebut meliputi metode belajar
mengajar yang ada di sekolah, kurikulum yang
diterapkan di sekolah, sarana dan prasarana yang
disediakan oleh sekolah yang bisa menunjang proses
pembelajaran, metode atau cara penyampaian materi
yang berbeda oleh setiap guru mata pelajaran, interaksi
antar peserta didik, dan yang terpenting adalah hubungan
antara guru dengan peserta didik.

c. Lingkungan Masyarakat
Lingkungan masyarakat merupakan sebuah wadah yang
bisa memberikan pengaruh terhadap perilaku seorang
anak. Tanpa kita sadari, banyak dari tingkah laku kita
yang terbentuk dari hasil interaksi dengan lingkungan
masyarakat disekitar kita. Begitu pula yang terjadi
dengan anak, semakin sering anak berada dan
berinteraksi dengan lingkungan masyarakat maka akan
semakin berpengaruh interaksi yang terjadi didalamnya
tersebut dengan prestasi belajar yang dicapai. Hal-hal
yang mungkin mempengaruhi seorang anak bias meliputi
kegiatan-kegiatan yang terjadi didalam masyarakat,
teman-teman bermain dan pola kehidupan yang ada
didalam masyarakat itu sendiri.

2.3 Dampak Pengembangan Diri Pada Harga Diri Remaja Berprestasi Belajar
Rendah
Pengembangan Diri (Self Development Tranning) merupakan suatu strategi
ataupun metode yang dicoba serta diusahakan oleh seseorang guna meningkatkan
pemahaman diri (self awareness), kemampuan serta bakat dan keahlian yang dimiliki
oleh setiap orang. yang memiliki tujuan utama agar mutu hidup serta pribadi tiap
orang menjadi lebih maju dan lebih baik lagi. Serta dalam suatu rangkaian kegiatan
agar menghasilkan sumber energi manusia ataupun warga Indonesia yang mempunyai
solf skill selaku keahlian personal serta interpersonal yang setelah itu menjadi nilai
mutu ataupun bonus yang dibutuhkan di masa saat ini ataupun masa yang akan
datang. Harga diri anak muda berprestasi sendiri ialah dorongan dalam menggapai
suatu tujuan, dikala orang dapat mengaktualisasikan kemampuan diri sehingga bisa
memaksimalkan motivasi unuk berprestasi yang timbul serta dapat berkembang pada
dirinya.

Penyebab harga diri rendah juga terjadi karena kurangnya keefektifan koping
individu.akibat kurangnya umpan balik yang positif dan juga terjadi pada masa kecil
seiring disalahkan,jarang diberi pujian atas keberhasilannya. Individu yang
mempunyai harga diri rendah juga sering menunjukan perilaku yang kurang
aktif,tidak percaya diri dan tidak mampu mengekspresikan diri,sebaliknya individu
yang mempunyai harga diri yang tinggi cenderung dengan penuh keyakinan.

Apa jadinya jika harga diri remaja berprestasi semakin rendah? Walaupun
pengembangan diri nya baik,tetapi apa gunanya jika harga diri remaja semakin
rendah,kurangnya berbagai hal yang menyebabkan hal itu.Dampak harga diri rendah
itu sendiri pada umumnya merasakan penolakan,ketidak puasan dan slalu
meremehkan diri sendiri.

Tantangan kedepan dalam suasana kompetisi yang lebih ketat dan kompleks
lagi yang menuntut para remaja gar lebih tangguh lagi.Dalam kehidupan yang yang
penuh persaingan antar individu harus mempunyai kemampuan yang kuat untuk
dapat beradaptasi dengan situasi yang ada.Untuk meraih keberhasilan individu
memerlukan motivasi yang tinggi,sehingga dapat mendorong individu beusaha
dengan sungguh-sungguh untuk mencapai prestasi tertentu.

Adanya prinsip juga sangat berpengaruh terhadap pengembangan dan


kepercaya diri.

1. Prinsip pertama
Tumbuhkanlah dalam diri sendiri mental positif yang mampu
mengantarkan Anda menuju kesuksesan. Hal ini berarti Anda dituntut untuk
menumpaskan segala mental-mental negatif hingga ke akarnya. Sebab,
mental-mental negatif tersebut sangat berpengaruh dalam memicu ke arah
kegagalan. Kemampuan apa pun yang telah dimiliki untuk melakukan suatu
kesempatan bermanfaat harus dilakukan segera dan jauhkan keraguan.
Alhasil, ketika kesuksesan itu datang, maka otomatis rasa kepercayaan diri
yang dimiliki akan semakin kuat.
2. Prinsip kedua
Bersikap bijaksana dalam merencanakan target-target kehidupan.
Menyesuaikan target dengan kemampuan diri sendiri dan tidak melebihi
potensi diri. Hal ini dapat dimulai dengan melakukan aktivitas yang
berpotensi menjanjikan kesuksesan. Studi ilmu kejiwaan membuktikan bahwa
mayoritas krisis kepercayaan diri muncul karena terjadinya suatu kegagalan
yang memicu mereka berasumsi bahwa mereka akan selamanya gagal dan
tidak bisa bangkit. Asumsi-asumsi dini tersebut sangatlah tidak tepat dan
harus dialihkan dengan mengubah visi pandangan terhadap diri sendiri bahwa
sekali gagal bukan berarti akan gagal seterusnya.
Kemampuan mengembangkan kepercayaan diri dan penghormatan
terhadap diri sendiri bersumber dari dari kemampuan kita dalam berpikir,
karena pikiran merupakan sumber kompetensi kita dalam menjalani
kehidupan, dan meyelesaikan segala permasalahan yang harus kita hadapi.
dengan kepercayaan diri yang tinggi seseorang akan memiliki keyakinan
bahwa mereka layak menerima dan menjalani kehidupan yang
membahagiakan, damai, dan tidak takut akan masa depan. namun sebaliknya,
orang dengan kepercayaan diri rendah akan cenderung pesimis dalam
menjalankan segala aspek kehidupan, mereka cenderung menolak peran yang
seharusnya mereka jalankan, dan mereka akan terbelenggu dalam
penghayatan kesalahan serta kegagalan yang pernah dialami, yang pada
akhirnya orang tersebut akan semakin tenggelam dalam bayangan kegagalan.

3. Prinsip ketiga
Pelajari bagaimana cara bergaul yang baik dengan orang lain. Sebab,
hal itu dapat menguatkan rasa percaya diri dalam berinteraksi dengan orang
lain. Jadilah seorang individu yang menyenangkan, yang siap memberikan
rasa kasih dan kehangatan. Tebarkan senyum dan kebahagiaan pada
lingkungan sekitar, sebab hal itu dapat membawa kesan positif kepada
sesama.

4. Prinsip keempat
Penampilan psikis dan fisik berpengaruh dalam membangun rasa
percaya diri. Mulai dari intonasi suara, gerakan anggota tubuh, tutur kata, cara
bicara, cara duduk, cara berdiri, dan seluruh tingkah laku harus diupayakan
selalu tampak elegan dan penuh kesopanan. Seorang individu yang memiliki
kepercayaan diri cenderung menjaga penampilannya dengan baik. Selain itu,
rasa percaya diri yang dirasakan pada orang yang kurang memperhatikan
penampilannya tidak sebesar apabila dibandingkan dengan rasa percaya diri
yang dirasakan oleh individu yang penuh vitalitas dan memperhatikan
penampilannya.

Pemaparan yang sudah dikemukakan di atas paling tidak menampilkan


betapa berartinya pelatihan pengembangan diri. Lewat pelatihan
pengembangan diri, seorang hendak senantiasa berupaya buat dapat maju.
Perihal pasti hendak berkorelasi positif dengan harga diri seorang tersebut.
Apabila orang telah mempunyai kemauan untuk maju berarti ia optimis
dengan keahlian dirinya, hingga ia hendak memandang diri secara positif serta
setelah itu orang tersebut mempunyai harga diri besar. Suatu riset dengan
menjajaki siswa- siswa sepanjang sebagian bulan awal dikala duduk di kelas
sekolah menengah.

Bagi remaja yang mempunyai harga diri besar, di mana ia sangat


percaya dengan keahlian yang ia miliki walaupun dengan tingkatan
intelegensinya biasa- biasa saja, bisa mengukir prestasi belajar besar. Di mana
anak yang mempunyai self esteem besar hendak cenderung mempunyai
prestasi akademis besar serta begitu pula kebalikannya upaya yang bisa
dicoba dalam rangka tingkatkan harga diri anak muda merupakan lewat
pengembangan individu ataupun diri remaja itu sendiri paling utama lewat
pelatihan. Hasil ini terus menjadi menguatkan berartinya tingkatkan harga diri
anak muda guna mengukir prestasi belajar besar lewat pelatihan
pengembangan diri. kelebihan yang mereka miliki buat dimaksimalkan.
Motivasi berprestasi bertujuan agar memahamkan anak muda berartinya
mempunyai motivasi berprestasi besar. Sehingga hendak mempunyai
semangat untuk memaksimalkan kemampuan yang dimiliki.
BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian


Adapun tujuan penelitian ini untuk mengetahui Pengaruh
Pengembangan Diri Pada Remaja Berprestasi Rendah, jenis penelitian
yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian kuantitatif
untuk mengetahui hipotesis penelitian.

3.2 Hipotesis
Hipotesis dari penelitian ini adalah untuk mengetahui adanya
pengaruh atau tidak dari pengembangan diri terhadap remaja
berprestasi belajar rendah.

3.3 Identifikasi Variabel Penelitian


Menurut Idrus (2009) variabel dimaknai sebagai sebuah konsep
atau objek yang sedang diteliti,yang memiliki variasi ukuran,
kualitas yang ditetapkan oleh peneliti bedasarkan pada ciri-ciri yang
dimiliki konsep (variabel) itu sendiri. variabel dibagi atas dua jenis,
yaitu variabel bebas (independent variabel) dan variabel terikat
(dependent variabel). Pada penelitian ini variabel yang digunakan
adalah :

1. Variabel independen : Pelatihan Pengembangan diri


2. Variabel dependen : Harga Diri Remaja Berprestasi belajar
rendah
3.4 Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling

Populasi Penelitian ini untuk mengetahui pengaruh pelatihan


pengembangan diri terhadap prestasi belajar siswa kelas X di SMA
YLPI Pekanbaru. Jenis penelitian ini adalah deskriptif eksplanatori
dengan sampel adalah siswa kelas X IPS SMA YLPI yang berjumlah
67 orang. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah
menggunakan sampling jenuh. Teknik analisis data yang digunakan
adalah analisis regresi sederhana. Berdasarkan hasil penelitian yang
telah dilakukan diketahui bahwa tingkat percaya diri siswa SMA YLPI
Pekanbaru berpengaruh terhadap prestasi belajar. Hal ini diketahui dari
nilai thitung yang lebih besar dari t tabel atau 10,651 > 2,970 dengan
tingkat signifikansi 0,000 > α = 0,05. Besarnya pengaruh tingkat
percaya diri terhadap prestasi belajar adalah sebesar 59,6% sedangkan
sisanya dipengaruhi oleh faktor lain yang tidak diteliti dalam
penelitian ini.

3.5 Metode Pengumpulan Data

Dalam metode pengumpulan data kami yaitu dengan:


1. Wawancara
Kami melakukan wawancara melalui tatap muka dan tanya
jawab langsung antara peneliti dan narasumber. Seiring
perkembangan teknologi, metode wawancara kami dapat pula
dilakukan melalui media-media tertentu, misalnya telepon, email,
atau video call melalui Zoom atau skype.
2. Observasi
Kami melakukan metode pengumpulan data yang kompleks
karena melibatkan berbagai faktor dalam pelaksanaannya. Metode
pengumpulan data observasi tidak hanya mengukur sikap dari
responden, namun juga dapat digunakan untuk merekam berbagai
fenomena yang terjadi. Teknik pengumpulan data observasi cocok
digunakan untuk penelitian yang bertujuan untuk mempelajari
perilaku manusia, proses kerja, dan gejala-gejala alam. Metode ini
juga tepat dilakukan pada responden yang kuantitasnya tidak terlalu
besar.

3. Angket (kuesioner)
Kuesioner merupakan metode pengumpulan data yang
dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau
pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab. Kuesioner
merupakan metode pengumpulan data yang lebih efisien bila
peneliti telah mengetahui dengan pasti variabel yag akan diukur dan
tahu apa yang diharapkan dari responden. Selain itu, kuesioner juga
cocok digunakan bila jumlah responden cukup besar dan tersebar di
wilayah yang luas. Berdasarkan bentuk pertanyaannya, kuesioner
dapat dikategorikan dalam dua jenis, yakni kuesioner terbuka dan
kuesioner tertutup. Kuesioner terbuka adalah kuesioner yang
memberikan kebebasan kepada objek penelitian untuk menjawab.
Sementara itu, kuesioner tertutup adalah kuesioner yang telah
menyediakan pilihan jawaban untuk dipilih oleh objek penelitian.
Seiring dengan perkembangan, beberapa penelitian saat ini juga
menerapkan metode kuesioner yang memiliki bentuk semi terbuka.
Dalam bentuk ini, pilihan jawaban telah diberikan oleh peneliti,
namun objek penelitian tetap diberi kesempatan untuk menjawab
sesuai dengan kemauan mereka.

3.5.1 Rancangan Eksperimen/Desain Penelitian


Penelitian ini ditujukan untuk mendeskripsikan bagaimana kita
mengetahui kualitas prestasi belajar siswa kelas X IPS di SMA YLPI
Pekanbaru. Selain itu, Penelitian ini tidak memberikan perlakuan,
manipulasi atau pengubahan pada variabel-variabel yang diteliti,
melainkan menggambarkan suatu kondisi yang apa adanya. Satu-
satunya perlakuan yang diberikan hanyalah penelitian itu sendiri, yang
dilakukan melalui observasi, wawancara, dan dokumentasi.
Berdasarkan keterangan dari beberapa ahli di atas, dapat ditarik
kesimpulan bahwa penelitian deskriptif kualitatif yaitu rangkaian
kegiatan untuk memperoleh data yang bersifat apa adanya tanpa ada
dalam kondisi tertentu yang hasilnya lebih menekankan makna. Di
sini, peneliti menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif
karena penelitian ini.

3.5.2 Prosedur Pelaksanaan


Penelitian ini dilakukan di SMA YLPI Pekanbaru pada siswa
kelas X IPS. Peneliti mengambil sampel sebanyak 67 orang khususnya
dari perwakilan kelas yang berbeda.
Penentuan subjek penelitian dilakukan secara purvosive, yaitu
pemilihan subjek penelitian tesebut bersifat selektif dengan maksud
atau tujuan tertentu dimana peneliti memilih responden yang dianggap
dapat mewakili dan terpercaya untuk menjadi sumber data yang
mantap dan berdasarkan pertimbangan untuk menemukan jawaban
mengenai bagaimana hubungan pelatihan harga diri terhadap remaja
berprestasi belajar rendah.
DAFTAR PUSTAKA

Ahmad Ramadhan Asif, Farid Agung Rahmadi. "HUBUNGAN TINGKAT


KECANDUAN GADGET DENGAN GANGGUAN EMOSI DAN
PERILAKU REMAJA USIA 11-12 TAHUN." JURNAL KEDOKTERAN
DIPONEGORO, 2017: 148-150.
Ahmad Syafi'i, Tri Marfiyanto, Siti Kholidatur Rodiyah. "STUDI TENTANG
PRESTASI BELAJAR SISWA DALAM BERBAGAI ASPEK DAN
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI." Jurnal Psikologi Pendidikan, 2018:
Vol 2.
Badi', Syamsul. "Konsep Harga Diri: Studi Komparasi Perspektif Psikologi Modern
dan Islam." Psikologika: Jurnal Pemikiran dan Jurnal Psikologi, 2022: Vol 1.
Esha, Muhammad In’am. "KONSEP PENGEMBANGAN DIRI ARISTOTELES."
Psikoislamika, 2004: Vol 1.
M. Rosyid Alfazani, Dinda Khoirunisa. "FAKTOR PENGEMBANGAN POTENSI
DIRI." JURNAL MANAJEMEN PENDIDIKAN DAN ILMU SOSIAL, 2021:
Vol 1.

Anda mungkin juga menyukai