Anda di halaman 1dari 2

22 - I-STATEMENT

On : Smart Conflict Resolution

Tehnik ini disebut I-statement karena isinya jauh lebih banyak berbicara tentang diri sendiri
daripada membicarakan (atau menuding) orang lain.

Semakin banyak Anda mendeskripsikan pasangan dengan ujaran "Kamu bla bla bla, kamu bla bla
bla, kamu bla bla bla..", semakin dia merasa terpojok dan wajarnya dia akan jadi emosional atau
defensif.

Agar lebih paham, coba bandingkan dua kalimat keluhan ini:

1. "Kamu tidak pedulian! Tahu diri dong, masa udah gede begini mesti dikasih tau gimana
mempedulikan pasangan sendiri? Temen aja kamu perhatiin dan mau nolongin kapan aja
mereka minta, masa aku mesti mohon berkali-kali baru kamu mau bergerak?"

2. "Aku merasa terabaikan ketika kamu sulit sekali dihubungi dan dimintai tolong. Aku merasa
diriku kalah penting dibanding dengan teman-teman kamu, padahal kita sudah berjanji
menjaga dan merawat satu sama lain. Kalau kamu kelupaan, tidak apa-apa tapi saya ingin
kamu lebih sigap meresponi, minimal menjawab chat, ketika saya sedang minta sesuatu.
Bolehkah sayang?"

Menurut Anda, kalimat mana yang lebih mungkin menciptakan diskusi dan solusi?

Pasti yang kedua 'kan?

Saya yakin Anda sendiri bisa terbayang bahasa tubuh ngomel-ngomel dan nada tinggi pada kalimat
pertama. Sedangkan pada kalimat kedua, Anda pasti terbayang bahasa tubuhnya sangat berbeda
dari itu.

Nah itulah kekuatan dari I-statement. Efektif sekali langsung tepat pada sasaran, tanpa perlu
melukai dan menuduh lawan bicara.

Anda berfokus pada spesifik hal yang dikeluhkan, lalu menutupnya dengan instruksi yang jelas dan
sopan untuk bekerjasama.
Saya merasa __________________ ketika _______________________ karena
______________________. Jadi saya ingin/butuh ____________. Bolehkah
_________________ ?

Format itu tidak baku, jadi Anda bisa memodifikasi sesuai kebutuhan. Yang penting Anda seminim
mungkin membicarakan tentang pasangan.

Perhatikan beberapa contoh berikut:

 Saya merasa seperti seorang sopir ketika aku nyetir tapi kamu sibuk dengan handphone
sendiri. Jadi saya ingin diajak ngobrol sepanjang jalan, bukan didiamkan saja.
Bolehkah kamu mengecek handphone hanya di awal dan akhir perjalanan, jangan di
sepanjang jalan?

 Saya merasa frustasi dan putus asa ketika kamu berkali-kali memotong kalimat
saya karena itu membuat saya seolah anak kecil yang sedang berpikiran aneh-aneh saja.
Jadi saya pengen kamu mendengarkan apa isi pikirannya sebelum membantahnya,
bolehkah saya meminta hal sederhana itu?

 Saya merasa sakit hati ketika kamu lupa menggandeng dan mengenalkan aku ke teman-
teman saat resepsi tadi karena saya pikir jangan-jangan kamu malu bersama dengan aku.
Saya ingin sekali digandeng dan dikenalkan ketika berada di acara publik begitu, boleh ya
sayang?

 Saya merasa patah semangat ketika aku mencoba memasakkan sesuatu untukmu. Jadi
saya pengen kamu berkomentar sedikit lebih panjang supaya saya tahu apa saja yang bisa
diperbaiki.

Nah, sekarang pikirkan pertengkaran atau ketidakpuasan apa saja yang saja terjadi dalam beberapa
seminggu terakhir ini. Lalu cobalah mengangkat topik itu dengan susunan I-statement.

Penyampaian ini perlu latihan, jadi gunakan waktu selama lima menit ke depan untuk bersuara
berkata-kata dengan format di atas sambil berimajinasi sedang menyampaikannya pada dia.
Awalnya mungkin terasa aneh atau kagok karena Anda tidak terbiasa. Setelah dilakukan belasan
kali, pasti Anda jadi lebih mengalir dan pasangan pun lebih nyaman menerima komplain Anda.

Anda mungkin juga menyukai