Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pembangunan prasarana dan sarana air limbah permukiman di Indonesia saat ini
belum mencapai kondisi yang diinginkan terutama bagi masyarakat berpenghasilan rendah di
lingkungan permukiman padat penduduk, kumuh dan rawan sanitasi di pedesaan.
Akses penduduk kepada prasarana dan sarana air limbah permukiman pada dasarnya
erat kaitannya dengan aspek kesehatan, lingkungan hidup, pendidikan, social budaya serta
kemiskinan. Hasil dari berbagai pengamatan dan penelitian telah membuktikan bahwa
semakin besar akses penduduk kepada fasilitas prasarana dan sarana air limbah permukiman
semakin kecil kemungkinan terjadinya kasus penyebaran penyakit yang ditularkan melalui
media air (waterborne diseases).
Hasil laporan Environment Health Risk Assesment (EHRA) tahun 2016 menyatakan
bahwa 60% desa di Kabupaten Banjarnegara berisiko air limbah. Berdasarkan laporan BPS,
Survei Sosial Ekonomi Nasional (https://jateng.bps.go.id/indicator/29/1020/1/presentase-
rumah-tangga-yang-memiliki-akses-terhadap-sanitasi-layak-menurut-kabupaten-kota-di-
provinsi-jawa-tengah.html) Kabupaten Banjarnegara Tahun 2021, presentase rumah tangga
yang memiliki akses terhadap sanitasi layak baru mencapai 40.75%. Wilayah Desa Cendana
masuk dalam 59.25% yang belum memiliki akses terhadap sanitasi yang layak artinya
beresiko tinggi bila perilaku yang selama ini berjalan dibiarkan terus menerus. Sanitasi
mendapat sorotan, terkait penataan sanitasi terutama dalam hal saluran Pembuangan Air
Besar yang menimbulkan dampak kurang baik bagi wilayah yang berada dibawahnya.
Kebisaan dari masyarakat yang membuang air besar disaluran yang sudah berjalan sekian
lama tidak bermasalah tetapi sesuai dengan perkembangan pembangunan di Banjarnegara
yang seiring dengan peningkatan jumlah penghuninya dan penataan sanitasi yang kurang baik
pada masa sekarang sangat terasa dampak negatif yang disebabkan dari sikap tersebut
terutama dalam hal kesehatan secara menyeluruh. Maka perlu dilakukan pengelolaan air
limbah domestik terdiri dari penyaluran dari rumah sebagai penghasil limbah menuju ke
Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) dan pengolahan di IPAL (Hardjosuprapto, 2000).
Pengelolaan air limbah ada yang menggunakan on site dan off site sanitation system.
Penentuan jenis pengolahan air limbah dipengaruhi oleh beberapa faktor
diantaranya kepadatan penduduk, kedalaman muka air tanah, permeabilitas tanah,
kemampuan pembiayaan, serta kemiringan tanah (Peraturan Menteri Pekerjaan Umum dan
Perumahan Rakyat/Permen PUPR No 4/2017). Berdasarkan hal tersebut dilakukan penelitian
mengenai pemilihan sistem pengolahan air limbah domestik (SPALD) yang tepat di
Desa Cendana sesuai dengan karakteristik yang telah diatur oleh peraturan yang berlaku.
Manfaat penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan dasar untuk perencanaan sistem
pengelolaan air limbah domestik di desa ini dan dapat mendukung peningkatan
sanitasi di Desa Cendana agar lebih baik kemudian dapat meningkatkan tingkat kesehatan
masyarakat dan kualitas lingkungan dan melindungi kualitas air baku dari pencemaran air
limbah domestik.
Kegiatan Pengelolaan dan Pengembangan Sistem Air Limbah Domestik dalam Daerah
Kabupaten Banjarnegara Tahun Anggaran 2023 merupakan program pembangunan
infrastruktur dan pengembangan masyarakat yang mengedepankan pada pengembangan dan
pemanfaatan sumber daya lokal. Program ini bertujuan untuk meningkatkan akses masyarakat
terhadap infrastruktur, peningkatan pendapatan masyarakat dan penciptaan lapangan kerja
bagi masyarakat. Kegiatan DAK Sanitasi ini memberikan peran yang besar kepada
masyarakat untuk merencanakan, melaksanakan serta memanfaatkan dan memelihara sendiri.
Adapun program ini adalah kegiatan dalam rangka meningkatkan kualitas kesehatan
masyarakat yang akan membawa dampak bagi kemajuan pembangunan yang bersifat
menyeluruh di wilayah Kabupaten Banjarnegara umumnya dan Desa Cendana pada
khususnya. Salah satu dari penunjang kehidupan yang sehat dan berkualitas adalah dengan
membangun sanitasi yang baik dan tidak menimbulkan dampak negatif dilingkungan
sekitarnya.

1.2 Maksud
Penentuan titik lokasi pembuatan SPALD dimaksudkan untuk mencari titik lokasi
yang ideal yang sesuai dengan kriteria teknis dan non teknis.
1.3 Tujuan
Penentuan titik lokasi SPALD ini bertujuan agar :
1. Pembangunan infrastruktur sanitasi berjalan dan berfungsi dengan baik.
2. Lingkungan tidak tercemar oleh limbah domesti
1.4 Sasaran
Apabila dalam penentuan titik lokasi SPALD dapat berjalan sesuai dengan prosedur
yang sudah ditetapkan dan mulai perencanaan yang matang diharapkan akan bermanfaat bagi
warga yang langsung mendapatkan program ini maupun lingkungan sekitarnya.

1.5 Rumusan Masalah


Permasalahan dalam menentukan tititk lokasi SPALD adalah legalitas lahan yang
akan dibangun infrastruktur sanitasi. Maka dari itu harus dilakukan sosialisasi kepada
masyarakat sekitar tentang pentingnya pembangunan infrastruktur sanitasi yang sangat
bermanfaat untuk Kesehatan dan lingkungan sekitar.

1.6 Ruang Lingkup


a. Longlist (daftar panjang).
Dimulai dengan Pemerintah Kabupaten Banjarnegara menetapkan atau mengusulkan
calon lokasi penerima SPALD dalam bentuk daftar panjang (longlist) desa. Penetapan
berdasarkan pada wilayah yang merupakan prioritas perencanaan sarana dan prasarana air
limbah.
b. Shortlist (daftar pendek).
Menyusun shortlist (daftar pendek) sesuai dengan persyaratan teknis berdasarkan hasil
I. Bahwa lokasi tersebut secara teknis dan secara sosial dinyatakan feasible untuk
mengikuti proses SPALD selanjutnya.
c. RPA (Rapid Participatory Appraisal / Assessment).
Bertujuan untuk mengidentifikasi problem sanitasi dengan melakukan pemetaan
kondisi sanitasi masyarakat, masalah yang mereka hadapi serta kebutuhan untuk
memecahkan masalah sanitasi secara cepat dan dilakukan secara partisipatif bersama
masyarakat setempat melalui teknik RPA yaitu; timeline, leader I, Transect Walk, Venn
Diagram dan Problem Trees.
d. Self – Selection (Seleksi sendiri) Oleh Masyarakat.
Seleksi yang dilakukan oleh masyarakat desa setempat untuk menentukan lokasi yang
menerima SPALD-T sesuai hasil RPA.
e. Penentuan titik lokasi.
Untuk menentukan titik lokasi dilakukan dengan :
1. Kriteria Teknis
- Topografi lahan
- Badan air penerima
- Bahaya banjir
- Jenis tanah
2. Kriteria Non teknis
- Legalitas lahan
- Batas administrasi
- Tata guna lahan

Anda mungkin juga menyukai