1. Informasi Umum
a. Identitas
Nama Penyusun : Andi Muhammad Dzulfikar. S.Pd.
Sekolah : SMK Palapa Semarang
Tahun : 2023
Jenjang Sekolah : SMK
Kelas : XI TAV
Alokasi Waktu : 18 JP (18 x 45 menit)
Jumlah Pertemuan : 3 Pertemuan @ 18 JP
2. Komponen Inti
a. Tujuan Pembelajaran 1. Setelah mengikuti proses
pembelajaran, peserta didik
diharapkan dapat memahami
identifikasi peralatan dan
perlengkapan di tempat kerja
2. dengan benar
Setelah mengikuti proses
pembelajaran, peserta didik
diharapkan dapat mempersiapkan
dan menggunakan peralatan dan
perlengkapan di tempat kerja
dengan benar
d. Kegiatan Pertemuan 1
2
Pembelajaran a) Pembukaan
(1) Guru mengucapkan salam
mengecek kehadiran
(2) Guru dan siswa berdoa
bersama
(3) Guru menyampaikan tujuan
pembelajaran dan garis
besar kegiatan pembelajaran dan
teknik penilaian
(4) Apersepsi dengan
memberikan pertanyaan
pertanyaan pemantik
(b) Kegiatan Inti
(5) Mulai Dari Diri : Guru mengajukan
pertanyaan pemantik. Siswa
menjawab pertanyaan pemantik
yang disampaikan oleh guru. Guru
memberikan gambaran materi
pembelajaran secara umum tentang
identifikasi peralatan di tempat
kerja.
(6) Ruang Kolaborasi: Guru
membentuk kelompok siswa, setiap
kelompok mendiskusikan tentang
bagaimana cara mengidentifikasi
macam macam peraltan kerja pada
proses bidang otomotif.
(7) Elaborasi Pemahaman:
Setiap kelompok
mempresentasikan hasil diskusi.
(8) Koneksi Antar Materi: setiap
kelompok menyusun laporan hasil
diskusi dengan menghubungkan
beberapa materi yang sudah
mereka pelajari.
(9) Aksi Nyata : Peserta didik
mengumpulkan laporan hasil
diskusi ke pada guru
(C) Penutup:
(10) Memberikan kesimpulan dari
serangkaian kegiatan
(11) Refleksi terhadap pembelajaran
yang dilakukan
(12) Memberikan informasi Penugasan
observasi di lingkungan sekitar
secara berkelompok (LKPD)
3
Pertemuan 2
(a) Pembukaan
(1) Guru mengucapkan salam
mengecek kehadiran
(2) Guru dan siswa berdoa
bersama
(3) Guru menyampaikan tujuan
pembelajaran dan garis
besar kegiatan pembelajaran
dan teknik penilaian
(4) Apersepsi dengan
memberikan pertanyaan
pertanyaan pemantik
(b) Kegiatan Inti
(5) Mulai Dari Diri : Guru
mengajukan pertanyaan pemantik.
Siswa menjawab pertanyaan
pemantik yang disampaikan oleh
guru tentang mempersiapkan dan
menggunakan peralatan dan
perlengkapan di tempat kerja
bidang otomotif.
(6) Ruang Kolaborasi: Siswa
mempresentasikan hasil
observasi mempersiapkan dan
menggunakaka peralatan di
bidang otomotif sesuai kelompok
masing- masing.
(7) Elaborasi Pemahaman: siswa
lain diberi kesempatan
mengajukan pertanyaan ke
kelompok yang melakukan
presentasi.
(8) Koneksi Antar Materi: setiap
kelompok memperbaiki laporan
observasi berdasarkan masukan
masukan dari hasil diskusi..
(9) Aksi Nyata : Peserta didik
mengumpulkan laporan hasil
diskusi ke pada guru
(c) Penutup:
(1) Memberikan kesimpulan dari
serangkaian kegiatan
(2) Refleksi terhadap pembelajaran
yang dilakukan
(3) Memberikan informasi materi yang
akan dipelajari selanjutnya.
e. Asesmen Jenis:
Asesmen Diagnostik, Asesmen Formatif
Asesmen Sumatif
Teknik:
Observasi, Penugasan, Tes Tertulis
Instrumen:
Lembar Observasi, catatan anekdo, Lembar
Kerja Peserta Didik, Soal Uraian
Kegiatan Belajar 1
1. Tujuan Pembelajaran
Menyebutkan nama masing-masing blok dari rangkaian penerima radio AM
langsung
Menyebutkan nama masing-masing blok dari rangkaian penerima radio AM
superheterodin
Menyebutkan fungsi masing-masing blok dari rangkaian penerima radio AM
Superheterodin
2. Uraian Materi
2.1. RANGKAIAN BLOK PENERIMA RADIO AM
Gambar Blok Penerima langsung
HF AM AF
Gambar 1
Gambar Keterangan
Penguat frekuensi tinggi merupakan penguat
selektif, hanya frekuensi sinyal tertentu saja yang
HF
dikuatkan.
Demodulator atau detektor, memisahkan sinyal
berfrekuensi rendah dari sinyal berfrekuensi tinggi
AM
Antena
fe f IF IF f AM AF
IF
fo
Gambar2
Gambar Keterangan
Penala memilh sinyal radio dengan frekwensi yang
diinginkan
IF frekuensi antara ( IF )
Pada penerima radio superheterodyne , frekuensi sinyal yang diterima dubah kedalam
frekuensi yang lebih rendah yang disebut frekuensi antara ( IF = Intermediate
Frequency ).
Frekuensi ini sama untuk semua sinyal yang diterima baik dari band MW , LW maupun
SW yaitu antara 455 kHz - 470 kHz
Penguatan utama dari sinyal yang diterima berada pada penguat frekuensi antara ,
frekuensi antara besarnya konstan sehingga hanya diperlukan satu penguat untuk
frekuensi IF.
Contoh :
Berapa besar perubahan frekuensi osilator MW jika pemancar berfrekuensi 530 kHz -
1300 kHz seharusnya diterima ?
Jawab 1. fo = 530 kH + 455 kHz = 985 kHz ; fo 2 = 1300 kHz + 455 kHz = 1755
kHz
Antena
fe f IF IF f AM AF
IF
fo
A ntena
1
HF AM AF
2 3 4 5
1 = Antena Penerima
2 = Penguat frekuensi tinggi
3 = Detektor AM
4 = Penguat frekuensi rendah ( suara )
5 = Loud Speaker
A ntena
1 2 3 4 5 6 7
fe f IF IF f IF AM AF
fo
1 = Antena penerima
2 = Penala
3 = Pencampur ( Mixer )
Gambar Keterangan
Penala memilh sinyal radio yang diinginkan
Kegiatan Belajar 2
1. Tujuan Pembelajaran
Menggambarkan blok dari rangkaian penerima radio FM.
Menggambarkan blok dari rangkaian penerima radio superheterodine.
Menghitung frekwensi osilator lokal jika frekwensi pemancar diketahui
Menghitung frekwensi pemancar jika frekwensi osilator lokal diketahui
Menyebutkan nama masing-masing blok dari rangkaian penerima radio FM
Menyebutkan perbedaan blok pemerima mono dan stereo
2. Informasi
2.1. RANGKAIAN BLOK SECARA UMUM PENERIMA RADIO
Gambar Rangkaian Blok Penerima FM MONO
A ntena
A B C D E F G H I
RF IF FM AF
fo
Gambar 3
8
Teknik Radio
Gambar Rangkaian Blok Penerima FM STEREO
H I
Antena AF
A B C D E F K
stereo
RF IF coder
FM
fo H I
AF
Gambar 4
Secara gambar rangkaian blok , penerima FM hampir sama dengan penerima AM ,
perbedaan berada pada frekuensi yang diterima yaitu antara 88 Mhz - 100 Mhz dan
frekuensi antara sebesar 10,7 Mhz serta cara demodulasinya serta bagian low pass
filter pada penerima mono dan pada mode stereo dilengkapi dengan stereo decoder
dan 2 power amplifier untuk sistem penerima FM stereo.
Bagian dari blok diatas adalah :
Gambar Keterangan
9
Teknik Radio
10
Teknik Radio
11
Teknik Radio
Frekwensi antara adalah proses conversi frekwensi dari frekwensi pemancar ( yang
besarnya diantara 88 MHz. sampai dengan 108 MHz) yang ditangkap pada penerima
menjadi satu frekwensi yang besarnya tetap.
Pada gaambar blok penerima FM dapat dilihat perubahan besar frekwensi osilator
akan selalu disertai dengan perubahan penalaan pada rangkaian penala , ini
dimaksudkan agar antara penala dan osilator perubahan selalu sinkron pada osilator
frekwensi osilasi diset lebih tinggi 10,7 MHz dari resonansi rangkaian penala angka
10,7 tersebut adalah besarnya frekwensi antara.
fo = Frekuensi osilator
fe = Frekuensi penerimaan
Contoh :
Berapa besar perubahan frekuensi osilator FM pada daerah penerimaan 88 Mhz - 108
Mhz
Jawab :
fol = 88 mHz + 10,7 Mhz = 98,7 kHz ; foh = 108 Mhz + 10,7 kHz = 118,7 MHz
12
Teknik Radio
3. Lembar Latihan
a) Gambar dibawah ini adalah rangkaian blok penerima radio FM mono sebutkan
masing masing blok dari penerima FM mono tersebut beserta fungsinya.
Antena
A B C D E F G H I
RF IF FM AF
fo
b) Gambar dibawah ini adalah rangkaian blok penerima radio FM stereo sebutkan
masing masing blok dari penerima FM stereo tersebut beserta fungsinya.
H I
Antena AF
A B C D E F K
stereo
RF IF FM coder
fo H I
AF
13
Teknik Radio
f) Mengapa pada penerima FM mono detelah demodulator disisipkan LPF apakah
fungsi LPF tersebut, dan bagaimana jika LPF dilepas ?
g) dapatkah penerima FM mono dirubah ke stereo ? langkah apa saja yang harus
dilakukan ?
h) Jika penerima FM stereo setelah demodulator dipasang LPF apakah yang
terjadi ?
14
Teknik Radio
4. Lembar Jawaban
Antena
A B C D E F G H I
RF IF FM AF
fo
15
Teknik Radio
H I
Antena AF
A B C D E F K
stereo
RF IF FM coder
fo H I
AF
16
Teknik Radio
17
Teknik Radio
c) Pada prinsipnya dapat karena metode yang digunakan hanyalah konversi
frekwensi dari frekwensi yang berubah ubah di buat frekwensi yang tetap untuk
memudahkan saat demodulasi ,dan dipilih frekwensi 10,7 MHz karena standard
yang digunakan untuk frekwensi IF FM broadcasting adalah sebesar itu
sedangkan komponen penunjangnya juga seperti ceramic filter dan filter yang
lain yang tersedia juga sebesar itu, dan jika frekwensi IF dirubah ke 455 KHz
itupun bisa namun ini digunakan pada demodulasi pada sistim FM narow band
pada FM komunikasi.
d) Pada penerima radio yang tidak menggunakan penala pada bagian depannya
biasanya dilengkapi dengan band pass filter yang membatasi daerah laluan .
pada FM dibatasi daerah laluan adalah daerah kerja FM yaitu antara 88 MHz.
sampai dengan 108 MHz. dengan demikian fungsi penala digantikan oleh BPF
e) Tidak harus, untuk frekwensi VHF hal ini tidak menjadi masalah, karena untuk
frekwensi osilator ditempatkan lebih tinggi atau lebih rendah dari frekwensi
pemancar yang diterima secara teknis sama mudahnya. Tidak seperti pada
penerima pada band MW yang bekerja pada 550 KHz. Sampai dengan 1800
KHz dengan frekwensi IF sebesar 455 KHz. Akan kesulitan jika frekwensi osilator
berada dibawah frekwensi pemancar.
f) Untuk membatasi frekwensi penerimaan, supaya dapat kompatibel sehingga
disaat penerima mono tersebut menerima pancaran stereo hanya sinyal L+R saja
(mono) yang dapat diterima , jika tidak ada LPF maka yang diterima dan yang
terdengar adalah sinyal multiplex dan ini akan mengganggu penerimaan
penerima mono.
g) dapat dengan menambahkan bagian bagian yang tidak ada dari blok penerima
stereo dan juga menambahkan satu lagi AF amplifier disamping juga
speakernya. Secara lengkap lepas bagian LPF nya dan tambahkan stereo
decoder.
h) Penerima hanya akan mendapatkan sinyal L+R saja sehingga stereo decoder
tidak dapat menjalankan tugasnya karena tidak adanya sinyal MPX yang masuk
pada stereo decoder.
18
Teknik Radio
19
Teknik Radio
Kegiatan Belajar 3
OSILATOR
fe fIF fe fIF
G
Gambar 5
20
Teknik Radio
+UB
3...
12 pF R1 R3
f IF
L1
KW 500pF 500pF
fe
T 500pF
6... 10nF
S S
20 pF
L2 S
MW
250pF
C1 S
C3 fo S
10..
40 pF 300pF
L3 L4 R2 250pF
R4
LW 33pF
Untuk membatasi daerah frekuensi dipasang kapasitor seri dengan kumparan untuk
MW = 500 pF, LW = 250 pF
21
Teknik Radio
Pencampuran dan
Antena
osilator
4pF
Tingkat masukan Hf
20pF 20pF fo
BF 222 BF222 100
L1 L2 4pF 47pF
f IF
20pF 20pF
L8 L9
L5 L6 L7
L3 L4 Lingk aran
10nF
Osilator
1nF 100
-Us
Gambar 7
+UB f IF
fE V1
fo
+UB
V2
Gambar 8
22
Teknik Radio
Tingkat masukan Hf pencampuran
BF324 3,3pF
BF441
1,2nF
5,1k 10k BB142 10
1,2 10k 22nF
fe nF 5,1k 10pF330pF 120pF
33pF 220pF
1,5k 1,2k
1pF
22k 120pF 5 ,1k
0
1,8nF
fo +UB
1,8nF
2,4k BF441 120pF
10 1M
10k 1,2nF 1,2nF
5,1k tegangan pena la
2,2k
BB142 UA
Osilator 1N4148
Gambar 9
Contoh rangkaian dengan osilator pisah, diperlihatkan oleh gambar 8 dan 9 transistor
pencampur bekerja dengan prinsip PENJUMLAHAN.
Rangkaian osilator dibangun dengan transistor T2 membentuk rangkaian TITIK TIGA
INDUKTIP (HARTLEY) dalam rangkaian BASIS BERSAMA.
Selain rangkaian gambar 8 dan 9 masih terdapat bermacam rangkaian osilator baik
dengan transistor maupun transistor efek medan (FET)
23
Teknik Radio
Tingkat pengatur Hf
820
BC 252
4,7nF 100k 15k 3,3k
47nF
100k 10nF1M UR
+Us
BF245
1 F
fe 33 G2
100pF
f IF
G1
0,1F
2,2M
100k
12k o,1 F
47k 82k 2,7k 3,3k
47nF
+Us Pencampuran
+Us +Us
10nF fo
Oszillator
1k
100
+Us
100k
0,1f
2,2k
Gambar 10
24
Teknik Radio
3. Lembar Latihan
a) Terangkan terjadinya frekuensi antara
b) Terangkan proses pencampuran dua frekuensi secara penjumlahan
c) Tentukan besar frekuensi oscillator, apabila diketahui radio AM menerima
siaran pada frekuensi 1500 kHz
25
Teknik Radio
4. Lembar Jawaban
a) Frekuensi antara adalah suatu frekuensi yang lebih besar dari frekuensi sinyal
AF tetapi jauh lebih kecil dibanding frekuensi sinyal osilator atau frekuensi
sinyal pembawa dan terjadinya karena akibat bercampurnya sinyal pembawa
dan sinyal osilator.
b) Pencampur yang hanya menggunakan 1 transistor untuk menggabungkan 2
besaran frekuensi . Kedua besaran frekuensi itu adalah input RF (fe) masuk
melalui kaki basis dan in put dari osilator (fo) masuk melalui kaki emitor . Kedua
signal input ini selalu mempunyai selisih sebesar sinyal antara.
c) fo = fe + f IF f IF = 460 kHz
= 1500 kHz + 460 kHz
= 1960 kHz
26
Teknik Radio
Kegiatan Belajar 4
PENYAMPUR
Gambar 11
Penyampur 28
Teknik Radio
10 uS Gambar 12 memeperlihatkan
U f1= 0,9 MHz f2= 1,1 MHz
sinyal dengan amplitudo berbeda
t
dan frekuensi yang berbeda
pula. Terlihat pada sampulnya
U
0,2 MHz terdapat suatu sinyal dengan
frekuensi baru ( frekuensi beda )
t
Gambar 12
R1
C1
G
fe
f = fo - f e
IF
G R2 fo - f e
fo fo + f e
Gambar 13
Frekuensi penjumlahan dilewatkan pada dioda maka akan diperoleh getaran setengah
gelombang . Kurva bergetar dalam detakan frekuensi antara
f IF f o f e
Untuk mendapatkan sinyal frekuensi antara dengan gelombang yang simetris dipasang
filter band yang ditala pada FREKUENSI IF.
Jika diteliti lebih lanjut terdapat pula frekuensi fo + fe, tetapi karena filter band ditala
Penyampur 29
Teknik Radio
pada fIF maka frekuensi IF inilah yang dilalukan
Pada pencampuran , pada kurva sampul masih terdapat frekuensi informasi yang
dibawa oleh frekuensi masukan fe.
Rangkaian :
+UB
f IF
fo - f e
fe fo + f e 460 kHz
fe
1602 kHz
fo
fo=
2062 kHz G
+UB
Gambar 14
Sinyal fe dan fo sampai pada basis transistor . Melalui dioda basis-emitor proses
pencampuran diambil dan melalui rangkaian sinyal f IF disaring keluar.
U IF
VM
Ue
Penyampur 30
Teknik Radio
+Us
f IF
G2 D
G1 S
fo fe
Gambar 15
Ui UE UO
fo : fe =
UIF 2:1
t
f IF = fo - fe
Gambar 16
Akibat dari perubahan tegangan pada elektroda kendali arusnya mengalikan . Dengan
ini terbangkit produk campuran yang tidak diinginkan dengan harmonisa yang lebih
sedikit dibanding pencampuran penjumlahan. Lingkaran masukan dan lingkaran
osilator terpisah dan terdapat sedikit harmonisa. Kekurangannya, diperlukan teknik
rangkaian yang rumit melalui osilator tambahan sedang pada pencampuran
penjumlahan dapat digunakan satu transistor untuk pencampur dan osilator (
perhatikan lembar osilator )
Untuk mendapatkan,, frekuensi osilator dapat lebih tinggi atau rendah , oleh karena itu
pada suatu pengaturan osilator tertentu dapat didengar dua pemancar. Pemancar yang
diinginkan terletak lebih rendah sekitar fIF dari frekuensi osilator , pemancar yang
menggaggu terletak lebih tinggi sekitar f IF dari frekuensi osilator.
Penyampur 31
Teknik Radio
U
2 xf IF
f IF f IF
f
460K 1M 1,46M 1,92M (Hz)
f IF
jarum skala fo fs
Gambar 17
f s f e 2. f IF
Untuk membuat besar frekuensi antara, tetap pada semua frekuensi penerimaan
diperlukan osilator yang frekuensinya berubah. Perubahan frekuensi osilator harus
serempak dengan oerubahan frekuensi penerimaaan.
kHz
2080
1620
fIF
970 fo
510 fe
Gambar 18
Penyampur 32
Teknik Radio
3 Latihan
Penyampur 33
Teknik Radio
4 Lembar Jawaban
1). Frekuensi sinyal input 1100 Khz ,Frekuensi Osilator 1555 Khz
fIF = fo - fe
2). Frekuensi Osilator 1200 KHz ,Frekuensi antara 455 Khz, berapa frekuensi
input ?
= 745 KHz
Penyampur 34
Teknik Radio
Jawab :
Dengan menggunakan FET dobel Gate
Dengan transistor dirangkai seri
Penyampur 35
Teknik Radio
Kegiatan Belajar 5
FILTER (PENYARING)
1. Tujuan Pembelajaran
Memilih kurva sesuai untuk pelalu yang digunakan dalam teknik pengiriman tanpa
kawat
menerangkan cara kerja pelalu band dengan dua resonator ( penalaan ganda )
Membandingkan antara filter LC, keramik dan kristal
Menerangkan penggunaan filter LC, keramik dan kristal
2. Informasi
2.1. Pelalu band (band pass)
U1 U2
daerah
laluan
Gambar 19
Pelalu band hanya melalukan frekuensi suatu daerah frekuensi terbatas pada keluaran,
semua frekuensi diatas dan dibawahnya dihalangi. Dalam teknik pengiriman tanpa
kawat (teknik radio) digunakan rangkaian filter LC karena dengan filter LC dapat
diperoleh KEMIRINGAN YANG LEBIH TAJAM dari pada filter RC atau RL.
36
Teknik Radio
U
G 2
fr f
Lebar band, didalamnya suatu sinyal dilakukan tanpa cacat. Lebih lanjut lebar band
dapat dijelaskan demikian, suatu peralatan dapat melakukan sinyal dengan frekuensi
450 kHz sampai 460 kHz, berarti peralatan itu mempunyai lebar band 10 kHz.
lebar band
450 460 f
Gambar 21
Gambar 21 menggambarkan sebuah band frekuensi ideal, dimana bentuk batas bawah
dan atas tegak lurus secara kenyataan sebuah band frekuensi akan kira-kira seperti
gambar 22
1
fgb = frekuensi batas bawah
lebar band
0,7
fga = frekuensi batas atas
ft = frekensi tengah
fgb ft fga f
Gambar 22.
Frekuensi batas atas dan bawah dihitung, saat sinyal pada frekuensi itu sebesar 0,7
dari sinyal maksimum. Jadi lebar band dari band frekuensi gambar 4 sebesar fga - fgb.
37
Teknik Radio
2.3. Lebar band rangkaian paralel LC
Rp C L 0,7
fgb fr fga f
Gambar 23.
Q = kualitas rangkaian
fr
B fr = frekuensi resonansi
Q
B = lebar band
Lebar band tergantung dari kualitas rangkaian, semakin kecil kualitas rangkaian, Q
semakin lebar bandnya. Kualitas rangkaian Q semakin besar dengan semakin
besarnya tahanan paralel rangkaian dalam perbandingan dengan tahanan butanya.
1
Q kecil
0,7
Q besar
fr f
Gambar 24.
38
Teknik Radio
Dengan faktor kualitas (Q) yang kecil dicapai suatu lebar band yang lebar, tetapi daya
pilah ( selektifitas ) tidak baik, karena bentuk kemiringan kurva yang LANDAI. Sehingga
tidak jelas batas frekuensi yang mana yang dilakukan dan yang mana ditahan.
Dengan faktor kuaitas (Q) yang besar dicapai suatu daya pilah yang BAIK, tetapi lebar
bandnya SEMPIT. Suatu kurva laluan pelalu band yang diinginkan dengan daya pilah
yang baik (curam) dan lebar yang besar (gambar 24)
2.5. Pelalu band dengan dua rangkaian resonator LC
G G G
Gambar 25.
R1
G
C1 C2 R2
L1 L2
K.L1 K.L2
Pada filter band dengan penggandeng induktif kedua kumparan digandeng longgar.
Dalam gambar rangkaian pengganti gambar 8 sebagian kecil kumparan (K.L)
39
Teknik Radio
digandeng kuat seperti transformator. Rangkaian kedua berfungsi sebagai rangkaian
RESONATOR SERI.
Dibawah frekuensi tengah filter band, rangkaian kedua bekerja sebagai KAPASITANSI
yang tergantung frekuensi (rangkaian seri). Kapasitansi ini dipindahkan ke rangkaian
pertama dan terletak PARALEL DENGAN C1. Frekuensi resonansi rangkaian pertama
mengecil. Diatas frekuensi tengah rangkaian kedua bekerja sebagai INDUKTANSI yang
tergantung frekuensi , induktansi ini dipindahkan ke rangkaian pertama, induktansi
rangkaian pertama mengecil dan frekuensi resonansi NAIK. Pergeseran frekuensi
resonansi yang sama melalui rangkaian pertama tampil pula pada rangkaian kedua.
1
k.Q >> 1 di atas kritis
k.Q > 1
k.Q = 1 kritis
k.Q << 1 di bawah kritis
k = faktor gandeng
ft f Q = kualitas
Gambar 27.
Semakin kuat kedua rangkaian tergandeng maka rangkaian akan semakin kritis (diatas
kritis), kurva laluan semakin TINGGI dan LEBAR. Akhirnya bagian atas kurva laluan
berbentuk pelana.
Kurva laluan filter band tergantung pada besar gandengan dan kualitas rangkaian.
Pada gandengan dibawah kritis k.Q < 1 tertampil bentuk seperti kurva
resonansi.
Pergeseran fasa antara tegangan masukan dan tegangan keluaran filter band saat
resonansi sebesar 900, dibawah frekuensi resonansi lebih kecil dari 90 0 dan diatas
frekuensi resonansi lebih besar dari 900. Filter band yang banyak digunakan dalam
40
Teknik Radio
teknik radio dan televisi adalah yang tergandeng induktip.
Selain filter dengan LC tredapat pula filterdengan menggunakan kwarsa (Quart) dan
keramik.
Dengan filter kwarsa dapat dicapai kualitas Q antara 20000 sapai 200.000.
Sedang filter keramik dapat mencapai kualitas Q antara 70 sampai 3000, untuk
memperbesar kualitas filter-filter keramik dapat dihubung seri. Selain kualitas Q yang
besar, filter keramik tanpa MEDAN PENGENDALI MAGNETIS. Stabil terhadap
PERUBAHAN SUHU dan lebih murah dibanding pada filter LC.
PENALAAN tidak diperlukan pada filter-filter keramik. Filter-filter keramik bekerja
berdasarkan atas EFEK PIEZO.
Dengan memberikan tegangan bolak-balik pada filter keramik akan diperoleh
GETARAN MEKANIS. Pada frekuensi tertentu akan tertampil suatu resonansi.
U
penyaring LC
penyaring keramik
penyaring kristal
fo f
Gambar 28
41
Teknik Radio
misalnya : L1 = 7,1 mH
Co = 260 pF R1 = 7,5 ohm
C1 = 18 pF Q = 2500
C1
Z
L1
Co
R1
f ser f par
f
460 kHz 478 kHz
Gambar 29
Gambar 29 menunjukkan rangkaian pengganti suatu resonator keramik dan kurva
laluannya. Kapasitansi Co terbentuk oleh elektroda-elektrodanya. C1 dan L1
membentuk resonator seri. Dengan C1 dan C0 terhubung seri maka kumparan L1 akan
terhubung paralel, dan terbentuklah resonator paralel.
Gambar 30
42
Teknik Radio
3. Lembar Latihan.
43
Teknik Radio
4. Lembar Jawaban
a) Dengan penyaring LC dapat diperoleh batas band yang lebih tajam dari pada
penyaring RC . Membuat faktor kualitas rangkaian besar yaitu dengan
membuat hambatan terutama pada L dibuat kecil.
44
Teknik Radio
Kegiatan Belajar 6
Ue
Ue
Ua
Ua
dB dB
30 30
20
20
10
10
3
3
45
Teknik Radio
C L
R1 CK2
CK1 T
R2 Ud
RE
CE
Gambar 32
C C BE
Rres BE
B
+ UB A
Gambar 33
tanpa BE
r
denganBE
r
fo f
Gambar 34
46
Teknik Radio
Tahanan basis emitor membebani rangkaian resonator atau filter band sehingga
MEREDAM SANGAT KUAT ( gambar C ) gambar B adalah rangkaian pengganti dari
rangkaian gambar A tahanan resonansi R res terletak PARALEL dengan tahanan basis
emitor rBE.
C1
N1 C
N2 C2
Gambar 35
N1 N 2 C2 1 1 1
a a
N2 Ct Ct C1 C2
Ct = Kapasitansi total
C 2
C BE
Rres BEa a2
Gambar 36
47
Teknik Radio
+ UB
Gambar 37
Yang bertanggung jawab menentukan kurva laluan tidak hanya tingkat masukan
melainkan juga tingkat yang terletak didepannya.
C
CE
C
CB
CBE r BE r
CE
C BE r BE
+ UB
+ UB
+ UB
R1 R4
C3
R2 R3 C1 R5 R6 C2
Gambar. 39
48
Teknik Radio
Lingkaran resonator penentu band frekuensi yang ditala dapat kapasitor atau
kumparannya. Penalaan frekuensi yang diinginkan efektif dengan menala INTI FERIT
DARI KUMPARAN.
Seringkali diinginkan penguatan yang besar, ini dapat diperoleh dengan hanya satu
tingkat, dua tingkat atau lebih yang digandeng dalam kaskade.
Penguatan keseluruhannya adalah hasil kali dari masing-masing penguatan tiap
tingkat, misal penguat terdiri dari dua tingkat dengan penguatan masing-masing 10 kali
maka penguatan keseluruhan 10 x 10 = 100 kali.
Selain itu penguat tergandeng kaskade mempunyai efek PENGURANGAN lebar band 3
dB, semakin banyak penguat yang dirangkaikan, lebar band pada 3 dB semakin
SEMPIT.
U Sat u t ingkat
2
Dua tingkat
T iga t ingkat
Empat t ingkat
fb fa f
Gambar. 40
49
Teknik Radio
f = 4 6 0 k Hz 1 N 34 A
dari
pencampur
390 k 4pF 3pF
10 n F
3 ,3 F
1k
10 n F
1 SA 12 1 (C) 2 SA 12 1 (A )
20nF 4 0nF
15 0 k 5 k
680 1k
33 n F
UB
+
9V
10 F
+ 0
A GC 10 k
Gambar. 41
Sifat penguatan terhadap frekuensi resonansi berbentuk bulat, dan jatuh pada salah
satu sisi resonansi. Hasilnya, penguat penalaan tunggal tidak dapat MEMBEDAKAN
dengan tepat frekuensi yang diinginkan dengan yang tidak diinginkan.
U
2
fb fo fa f
Gambar. 42
50
Teknik Radio
f = 4 6 0 k Hz
AF
in
10 n
in in
12 0
9V
Gambar. 43
Selain filter band dengan LC, dipakai juga filter kwarsa ( quarz ) dan filter keramis untuk
mendapatkan daya pilah yang tinggi.
penyaring LC
penyaring keramik
penyaring kristal
fo f
Gambar. 44
51
Teknik Radio
Gambar. 45
52
Teknik Radio
3. Lembar Latihan.
a) Terangkan fungsi penguat frekuensi antara
b) Terangkan akibat pembebanan filter
c) Terangkan prinsip kerja sebuah penguat IF
53
Teknik Radio
4. Lembar Jawaban
a) Terangkan fungsi penguat frekuensi antara
Jawab :
Penguat frekuensi antara mempunyai fungsi menguatkan sinyal frekuensi
antara, dengan lebar band yang diperlukan.
Lebar band untuk AM ( MW, SW, LN ) = 5 KHZ - 9 KHZ
Lebar band untuk FM = 150 KHZ - 200 KHZ
Jawab :
Pembebanan filter band oleh kompon RBE ( hambatan antara kaki basis-
Emitor) transistor berakibat menurunnya tegangan kurva tanggapan IF.
Sebelum transistor dipasang, tegangan kurva adalah tinggi, namun setelah
transistor dipasang kurva ditunjukkan oleh garis putus-putus.
Jawab :
Penalaan lingkaran resonator dapat dilakukan pada kapasitor atau
kumparannya. Penalaan frekuensi yang diinginkan akan sangat efektif
apabila dengan menala inti ferit dari kumparan.
Penguatan sinyal dapat besar diperoleh dengan hanya 1 tingkat, 2 tingkat
atau lebih yang digandengan secara kaskade.
Penguatan keseluruhan adalah hasil kali dari masing-masing penguatan tiap
tingkat.
54
Teknik Radio
Kegiatan Belajar 7
DEMODULATOR AM
2. Informasi
1 D 2 3 4
C2
FILTER L1 R1
IF C1
1 2 3 4
tt t t t
tanpa kapasitor
Ga
mbar 46
55
Teknik Radio
POLARITAS TEGANGAN PENGATUR tertentu ( 53 73 03 07 ) , karena tidak ada
pengaruhnya untuk pendemodulasian sinyal sisi ganda ( DSB = double side band ).
Tetapan waktu dari C1 , R1 harus cukup besar untuk periode Hf ( 455 Khz ) dan
cukup kecil untuk periode sinyal AF tertinggi ( 4,5 Khz ) .
terlalu besar
benar
t
Gambar 47
RD R1
Penyearahan seri
C1
R1
RD
2
Gambar 48
Tahanan peredam RD ini adalah tahanan masukkan demodulator secara arus searah
dan membebani lingkaran filter band ( RD ditransformasi ke lingkaran primer ) .
C1
Penyearah paralel
RD D R1 R1
RD
3
R1 = tahanan kerja dioda
Gambar 49
56
Teknik Radio
2.3. Demodulasi sinyal AM demodulator produk
f IF
f
f DSB fM
1 3 4
f IF AF
band sisi band sisi
bawah atas
2
f (kHz)
465,5 470 474,5
f IF
TDA 1048
470kHz
Gambar 50
57
Teknik Radio
3. Lembar Evaluasi
a) Terangkan proses pendemodulasian AM
b) Terangkan fungsi masing - masing komponen demodulator AM
58
Teknik Radio
4. Lembar Jawaban
a) Terangkan proses pendemodulasian AM !
1 D 2 3 4
C2
FILT ER L1 R1
IF C1
1 2 3 4
tt t t t
tanpa kapasitor
59
Teknik Radio
Kegiatan Belajar 8
DEMODULATOR FM
U U1
U1 D
A M-FM
C2
10,6 10,7 f(MHz) t R1 C1
10,65 10,75
Gambar 51
penggandengan
kritis D1
L1 L2
C3 R1
U1
C1 C2
U2
UD1 C4 R2
D2
U3
UD2
L3 UA F
60
Teknik Radio
Gambar 52
U3 sepasa dengan U1
Saat resonansi fr = 10,7 MHZ U1 dan U2 bergeser pasa = 900 ,
Saat frekuensi lebih besar atau kecil dari fr maka pergeseran pasa antara U1 dan U2
lebih besar atau lebih kecil dari 90 0
U2
__
U2
__ UD1 U2 2
UD1 __ UD1
2
2
U2
__
U2
__ UD2 2
UD2 U2
__
UD2 2
2
10,65MHz
10,7MHz 10,75MHz
Gambar 53
Gambar 54
D1 R1
L1 L2
C3 R3
U1
C1 C2 C5
U2
C4 R4
D2 R2
R5
L3 UA F
61
Teknik Radio
Gambar 55
2.4. Deemphasis
dB dB dB
desis
f f f
Hz Hz Hz
1k 1k 1k
desis
Gambar 56
Untuk memperbaiki jarak desis dengan sinyal AF , maka sinyal frekuensi tinggi 1 kHz -
20kHzpada pemancar diangkat sekitar + 12 dB ( pre emphasis ) gambar a.
Desis terjadi pada frekuensi tinggi , lebih besar dari 1 kHz ( gambar b ) .
DISKRIMINATOR AF
FM IF FM 10k
4,7n
Deemphasis
62
Teknik Radio
Gambar 57
Gambar 58
U1 U1 U1
t t t
U2 U2 U2
t3 t4 t t
t 1 t2 t
U3 U3
U3
t t
t
U4 U4 t
U4 t t
63
Teknik Radio
saat f = 10,7 MHz saat f < 10,7 MHz saat f > 10,7 MHz
Gambar 59
Diskriminator PLL adalah suatu demodulator dengan sebuah lingkaran pengunci pasa .
PLL = Phase - Locked - Loop ( lingkaran pengunci pasa ) .
VCO ( Voltage Controlled Oscillator
A
= Osilator yang frekuensinya
U1
PEMBAN U3 G U2 dikontrol tegangan ) . Dikendalikan
DING FA V CO
SA oleh U3 . Keluaran U2 dibandingkan
dengan U1 dalam pembanding pasa
, jika frekuensinya tidak sama maka
B pembanding pasa , jika
frekuensinya samamaka keluaran
64
Teknik Radio
U1 adalah sinyal frekuensi antara
C
FM .Osilator bergetar dengan
U1 frekuensi 10,7 Mhz .Saat fIF =
t
10,7 Mhz , tidak terdapat perbedaan
U2
geseran pasa , sehingga U3 NOL
t
.Ketika fIF menyimpang dari
frekuensi 10,7 Mhz , misalnya
U3
t mengecil , maka akan terbangkit
tegangan U3 . Tegangan ini sesuai
dengan PERUBAHAN FREKUENSI
IF , dengan demikian sinyal IF telah
termodulasi .
Gambar 60
D1 R1
L1 L2
C3 R3
C1 C2 C5 V
Uj
RFG C4 R4
D2 R2
R5
L3 UA F
A
Gambar 61
RF generator diatur frekuensinya dari 10,5 MHz sampai 10,9 MHz maka akan didapat
kurva tegangan jumlah sebagai berikut .
65
Teknik Radio
Uj
10,7 MHz f
Gambar 62
Pada titik A akan diperoleh suatu kurva S terdiri dari harga tegangan positif dan negatif
yang disebut kurva diskriminator .
UD
10,7
f
lebar band
Gambar 63
Kurva ini terjadi dari tegangan perbedaan antara U D1 dan UD2 . Pada penalaan yang
benar , saat f = 10,7 MHz tegangan perbedaannya harus sama dengan NOL .
66
Teknik Radio
3. Lembar Latihan.
a) Terangkan dengan gambar proses pendemodulasian FM yang paling
sederhana.
b) Terangkan fungsi masing-masing komponen demodulator FM yang paling
sederhana.
c) Terangkan pembatasan amplitudo pada FM.
d) Terangkan tujuan diterapkannya pre emphasis - deemphasis pada sistem
FM.
e) Sebutkan nama - nama demodulator FM sedikitnya 4 macam.
67
Teknik Radio
4. Lembar Jawaban
a) Terangkan dengan gambar proses pendemodulasian FM yang paling
sederhana.
Jawab : Demodulasi FM yang sederhana adalah demodulasi lereng
U U1
A M-FM
Saat frekuensi berayun turun, sinyal yang dihasilkan besar, sebaliknya saat
berayun naik sinyal yang dihasilkan rendah. Sehingga dari proses penerimaan
FM oleh penyaring yang beresonansi di bawah frekuensi IF FM standard
dihasilkan sinyal AM, selanjutnya dideteksi menggunakan dioda dan
penyaring RC.
Jawab :
U1 D
C2
R1 C1
Transformator penyaring
Lp bersama C1 berfungsi sebagai penyaring band yang resonansi pada
68
Teknik Radio
frekuensi .10,6 MHz
Ls menerima transformasi sinyal dari Lp berupa sinyal AM dari FM
D Dioda penyearah, mengambil hanya sinyal positif dari sinyal AM.
R1 Tahanan beban untuk menstabilkan sinyal hasil penyearahan.
C1 Kapasitor penyaring, berfungsi menghubung singkatkan frekuensi
tinggi ke tanah/ground
C2 Kapasitor kopling, berfungsi mengkopel sinyal suara ke penguat
suara.
D1 R1
L1 L2
C3 R3
U1
C1 C2 C5
U2
C4 R4
D2 R2
R5
L3 UA F
69
Teknik Radio
mencegah turunnya perbandingan S/N .
De emphasis adalah suatu rangkaian yang terdapat di penerima .Tujuannya
untuk memperlemah sinyal dalam range tinggi supaya tidak mendapat
penguatan yang lebih .
e) Sebutkan nama - nama demodulator FM sedikitnya 4 macam
Jawab :
demodulator lereng
demodulator dengan diskriminator rasio
demodulator koinzidenz
demodulator dengan diskriminator PLL .
70
Teknik Radio
Kegiatan Belajar 9
FM STEREO
1. Tujuan Pembelajaran
Menerangkan dasar pengiriman stereo
Menggambarkan spektrum frekuensi sinyal multiplek stereo
Menggambarkan gambar pembangkitan sinyal multiplek stereo
Menyebutkan 4 macam dekoder stereo
Menerangkan cara kerja dekoder stereo
2. Informasi
2.1. FM Stereo (Bagian 1)
pemancar penerima
kanan kanan
pemancar penerima
kiri kiri
Gambar 64
Sinyal Mono U L+ R
Sinyal tambahan U L- R
71
Teknik Radio
Gambar 65
Karena tidak semua pesawat penerima FM semuanya stereo maka pemancar harus
mengirimkan SINYAL MONO UL + UR (KOMPATIBELITAS).Untuk keperluan stereo
dikirimkan sinyal TAMBAHAN STEREO (UL – UR) untuk memperoleh kembali sinyal
informasi kiri dan kanan.
penyimpangan
100 %
penyimpangan 90
U L - UR
f
U L - UR
45
UL + UR
U L + UR
U L - UR UL - UR
0,03 15 19 23 38 53 f (kHz)
Gambar 66
UL + UR = Sinyal utama, sinyal mono, sinyal kompatibel dengan lebar band 30 Hz - 15
kHz dan amplitudonya 45% dari keseluruhan
UL - UR= Sinyal perbedaan antara sinyal UL dan UR yang membentuk band sisi dari
modulasi amplitudo dengan pembawa bantu yang ditekan fT = 38 kHz. Lebar band 30
kHz - 15 kHz
SINYAL MODULASI AMPLITUDO 38 kHz = sinyal tambahan stereo dengan lebar band
23 kHz - 53 kHz
SINYAL 38 kHz = Pembawa bantu yang amplitudonya ditekan hingga kurang dari 1%
dari keseluruhan f, untuk menghindari modulasi lebih
SINYAL 19 kHz = Sinyal pemandu dengan amplitudo sebesar 10% dari seluruh f untuk
sinkronisasi dekoder stereo dalam pesawat penerima
Keseluruhan sinyal disebut SINYAL MULTIPLEKS STEREO, untuk memodulasi sinyal
dalam band frekuensi VHF BAND II antara 87,5 MHz -104 MHz dengan cara modulasi
frekuensi FM. Misalnya pada kanal 50 dengan frekuensi 102,00 MHz . Jika f = 75 kHz
72
Teknik Radio
(untuk kuat suara) maka lebar band untuk stereo adalah B 75 kHz + 53 kHz = 120
kHz = 256 kHz.
2.4. Pembangkitan sinyal multipleks stereo
Gambar blok :
19 G
38 19 kHz
38kHz 19 kHz
matrik sinyal pemandu
UL - UR
L
peman
AM
R UMPX car FM
UL + UR
sinyal multipleks
Gambar 67
R1 UL +UB
U L - UR UL UL+UR
UL UR
R2 R5
UL UL-UR
R3
UR
2UR UL + UR -UR
UR
R4
t
kali frekuensi sinyal kiri
Sinyal tebal pada gambar atas adalah
hasil jumlahnya
penjumlahan (Addition)
73
Teknik Radio
UL - R
Sinyal kanan bergeser pasa 180 dari
UL
-U R
semula, sehingga antara sinyal kiri dan
t kanan merupakan pengurangan
pengurangan (Substraction)
Gambar 68
2.5. Modulasi amplitudo dengan pembawa yang ditekan
untuk modulasi dengan pembawa yang ditekan dapat digunakan modulator push pull
seperti modulator ring.
D1
T1 T2
Ui D3 UM
D4
D2
T3
UT
Gambar 69
cara kerja :
T1 T2
D1
Ui UM
D2
UT
Ui UM
T1 T2
D4
D3
Ui UM
Gambar 70
74
Teknik Radio
Dioda D1 dan D2 hidup saat tegangan U T POSITIP, maka tegangan Ui dilalukan ke
keluaran. Saat tegangangan UT negatip D3 dan D4 hidup, maka tegangan Ui dilalukan
ke keluaran dengan polaritas yang terbalik. Setiap U T berbalik polaritas maka tegangan
keluaraanya pun akan BERBALIK. Ditengah-tengah terdapat lompatan pasa, karena
getaran negatip belum berpindah ke positip tetapi diikuti bagian negatip lagi. Hal ini
terjadi saat sinyal HF dan LF BERSAMA-SAMA MELEWATI GARIS NOL.
75
Teknik Radio
2.6. Terjadinya sinyal multipleks stereo
UR
+UR -UR
t
UL
UL UL
t
UT
UL + R UT UL - R
t t
UM
UL + R
UM
t
UMPX
Gambar 70
sinyal multipleks stereo terdiri dari :SINYAL MONO (U L + UR). SINYAL TAMBAHAN
STEREO (UM) DAN SINYAL PEMANDU ( 19 kHz)
U MPX R
TUNER
DEMO DU LATOR DEKO DER
L
Gambar 71
76
Teknik Radio
3.3. Dekoder matrik :
UL+ UR
30Hz-15k
UL
U UL-UR
MPX UM
MATRIK
UR
23 - 53kHz
U f UT
P
2f
19kHz
UL-UR 0 -( UL-UR)
R3
2U
L
180
R1
2UR
R2 R4
UL+ UR
UL + UR + (UL - UR) = 2 UL
UL + UR - (UL - UR) = 2 UR
3.4. Dekoder saklar :
UL
30 - 53kHz
UMPX UP f UT
2f
19kHz
UR
77
Teknik Radio
Gambar 74 blok dekoder saklar
Sinyal multipleks stereo tidak dibagi-bagi, tetapi langsung diletakkan dalam saklar
elektronik, yang dihubungkan dalam irama pembawa bantu stereo (38 kHz)
U
U
UL UR
t
t
38 kHz 38 kHz
T1 T2
U MPX T3
Transistor T1 dan T2 hidup dan mati bergantian dalam irama 38 kHz. Sinyal multipleks
yang diletakkan pada basis T3 bergantian pula berada dijalur keluaran.
U MPX
UL
t
UR
Didalam dekoder stereo didapatkan kembali frekuensi pembawa 38 kHz. Posisi fasa
antara frekuensi pemancar, yang diberikan malalui sinyal pemandu 19 kHz, dengan
frekuensi yang dibangkitkan dalam pesawat radio harus SAMA. maka digunakanlah
78
Teknik Radio
rangkaian PLL (Phase Locked Loop = lingkaran pengunci fasa)
G
fe
fa
VCO
Gambar 77
Rangkaian PLL terdiri dari osilator yang dikendalikan oleh tegangan (VCO), yang
disinkronisasikan dengan frekuensi yang masuk.
UA UA
UB
UB
UA
t
UB
UL
UB T1
UA
UB
t
UL
UB
UA t
UB UB
UB T1
t
UL
Gambar 78
79
Teknik Radio
Tegangan ini untuk mengatur VCO hingga sefasa.
UL
4
UMPX 2
4,7uF UR
5
PEMBEBAS
820pF 11
13 .22uF .47uF
22nF 3k3
12
PELALU BAWAH
19kHz f2 2
j = 0O f2
f1 G 14
f2 2 2
19kHz
f1 VCO
j = 0O f2
SN 76115 15k
76kHz C 448
MC 1310P
470pF
CA 1310E 10k
XC 1310
PENALA VCO
7 9 8 6 1
.22uF +UB
SAKLAR
MONO/STEREO
+U B
Gambar 79
Pendekoderan sinyal stereo dicapai dengan dua saklar elektronik, yang bekerja dalam
irama 38 kHz.
Penalaan frekuensi 76 kHz oleh rangkaian RC pada kaki 14. Frekuensi 76 kHz, oleh
flip-flop dibagi menjadi 38 kHz dan 19 kHz.
Pembanding pasa yang ke 2 bertugas untuk mengenal adanya penerimaan stereo atau
mono. Tegangan yang dihasilkan malalui sebuah penguat untuk membebaskan
dekoder stereo unuk bekerja dan menghidupkan lampu penampil stereo.
Selain pengoperasian mono secara otomatis, jika sinyal yang diterima TANPA
PEMANDU 19 kHz maka dekoder stereo bekerja dalam posisi mono, dapat pula secara
manual. Pensaklaran malalui kaki 8
80
Teknik Radio
3.6. Dekoder kurva sampul
UL
f
UR
30Hz - 53kHz
Gambar 80
Sinyal multipleks stereo dilewatkan dalam dua jalur. Satu jalur harus melewati palalu 19
kHz, sehingga hanya sinyal PEMANDU STEREO 19 kHz yang dilewatkan.
Oleh pengganda frekuensi sinyal 19 kHz frekuensi sinyal 19 kHz digandakan
frekuensinya menjadi 38 kHz. Kemudian malalui pelalu 38 kHz sehingga hanya sinyal
berfrekuensi 38 kHz saja yang lewat. Sinyal ini digabungkan dengan sinyal multipleks
yang melewati jalur yang lain sehingga diperoleh getaran yang termodulasi amplitudo
malalui sinyal L + R dan L + R .
Pasa kurva sampul bergeser sekitar 180, pada pencampuran sinyal multipleks dengan
pembawa bantu diperoleh kurva sampul yang berlainan, masing-masing
( L + R ) + ( L - R ) = 2L
( L + R ) ( L - R ) = 2R
81
Teknik Radio
38kHz 38kHz
19kHz
1n2
2uF 20nF
D2 800pF
500pF
L3
10nF
56k R
T3
D3 AC122
L1 10nF
200
L2
T1
AF138 6k8 T2 56k L
UMPX
AC122
10k 6k2
2uF 5k6
22k
50uF 22nF 500pF 800pF
D1 5uF
200uF
-U B +U B
Gambar 81
D2 dan D3 adalah pengganda frekuensi
D4 dan D5 adalah demodulator
Tahanan 5,6 k pararel kapasitor 22 nF adalah rangkaian korektor, untuk
mengkompensir adanya komponen-komponen buta.
82
Teknik Radio
4. Lembar Latihan
a) Jelaskan bagaimana kita dapat mengkait sinyal komposisi stereo dalam
pemancar ?
b) Gambarkan spektrum frekuensi sinyal komposisi status dari proses multipleks
status dimana : Frekuensi sinyal informasi 30 Hz - 12 kHz
c) Berapa frekuensi maksimum sinyal komposisi ?
d) Dari soal no.2 (sinyal komposisinya) akan dimodulasi FM dengan deviasi
maksimum frekuensi pembawa = 70 kHz. Hitung lebar panel pemancar FM
stereo
e) Bagaimana cara mendapatkan kembali sinyal L dan R dari pemancar FM
stereo agar kita dengar kembali didalam penerima radio
f) Jelaskan macam-macam dekoder stereo
83
Teknik Radio
5. Lembar Jawaban
a) Menggunakan rangkaian MPX stereo/ multiplek stereo.
Dimana sinyal (L-R) dimodulasi secara AM DSB SC dengan frekuensi sub
pembawa 38 kHz didalam rangkaian modulator seimbang (Balan Modulator).
Sinyal AM DSB SC dimodulasi dengan sinyal pemancar 19 kHz atau pilot. Oleh
karena sinyal sub pembawa 38 kHz dipisahkan dari penggandaan 19 kHz
(pilot, maka jika dalam rangkaian MPX sinyal pilot 19 kHz mati/tidak kerja maka
pada keluaran MPX tidak terjadi bentuk sinyal komposisi dan hanya terjadi
pencampuran L dan R biasa yang berupa sinyal mono dengan demikian sinyal
yang dipancarkan hanya sinyal mono
penyimpangan
100 %
penyimpangan 90
UL - UR
f
UL - UR
45
UL + U R
UL + U R
U L - UR UL - UR
0,03 15 19 23 38 53 f (kHz)
(fi = 12 kHz)
d) Untuk FM stereo
Sinyal diferensinya berupa sinyal komposisi (F comp)
Jadi lebar Band stereo ( B )
Bst = 2 (f + F comp)
= 2 ( 70+ 50)
= 240 kHz
84
Teknik Radio
e) Pada penerima radio FM stereo perlu kita lengkapi dengan Dekoder Stereo
yang berfungsi untuk memisahkan kembali sinyal L da R dari sinyal komposisi
stereo.
f) Dekoder Matrik
Dekoder Sakelar
Dekoder PLL
Dekoder Kurva Sampul
85
Teknik Radio
Kegiatan Belajar 10
SINYAL
KUAT
K UA T K UA T
SUARA A SUARA B
SINYAL
LEMAH
K UA T K UA T
SUARA B SUARA A
Gambar 82
Untuk mendapatkan KUAT SUARA yang pada sinyal masukan yang berbeda beda
diperlukan pengaturan penguatan otomatis ( AGC = Automatic Gain Control )
2.3. Pencapaian Tegangan Pengatur
C3
AF
R1 R2
C1 R3
UR
C2
Gambar 83
86
Teknik Radio
UR adalah tegangan pengatur yang merupakan tegangan searah yang berayun dalam
irama frekuensi suara. Tetapan waktu yang dimiliki filter RC sebesar 0,1 detik. UR
dari gambar 3 merupakan tegangan pengatur POSITIP terhadap tanah. Untuk
mendapatkan tegangan UR negatif, dioda dirangkai seperti gambar dibawah.
C3
AF
R1 R2
C1 R3
UR
C2
Gambar 84
Saat ini terdapat pula pengaturan tertunda, dimana pengaturannya terjadi setelah
mencapai harga kuat medan tertentu rangkaiannya seperti berikut.
+UB = 10V
AF
R1
C1
150k
4,7k
UR
15k
Gambar 85
Dioda D2 dalam keadaan BIAS MUNDUR dengan tegangan BIAS MUNDUR sebesar 1
Volt. Maka pengaturan terjadi setelah dioda TERBIAS MAJU dengan tegangan 1,3 Volt
, maka terjadilah tegangan pengatur yang bergantung kuat medan.
87
Teknik Radio
2.4. Pengaturan :
HF fe f IF IF IF AF
pengaturan
ke belakang
pengaturan ke depan
Gambar 86
B
150
UCE = 10V
100
50
0
0,01 0,1 1 10 Ic (mA)
Gambar 87
Penguatan arus bolak-balik bergantung pada arus kolektor. Pada Ic = 9 mA
penguatan berada pada nilai puncaknya dengan = 140 .
Ada dua kemungkinan pengaturan . Melalui pengecilan arus basis , arus kolektor
berkurang dan penguatanpun akan berkurang . Ini dinamakan pengaturan MENURUN .
Kemungkinan kedua , dengan memperbesar arus basis maka arus kolektor akan
membesar jika Ic = 20 mA , maka penguatan akan turun sampai 130. Pengaturan ini
dinamakan pengaturan MENAIK.
88
Teknik Radio
- UB - UB
+UR - UR
UBE UBE
t
t
+UR
- UR
+UB +UB
- UR +UR
UBE UBE
+UR
- UR
t t
Gambar 88
89
Teknik Radio
2.5. Contoh Pengatur Penguatan Otomatis Menurun
R
-9V
120k 1,2 mA
(0,3mA) 10n 10k
-0,8V
(-0,2V)
+UR 1,1V
(0,3V) 10k
10 F
Gambar 89
Dioda penyearah ( Dioda detektor ) disambung sedemikian sehingga dengan naiknya
sinyal masukan tegangan pada titik R semakin POSITIP . Maka tegangan basis
transistor MENGECIL dan dengan demikian penguatannyapun MENGECIL.
2.6. Contoh Pengatur Penguatan Otomatis Menaik
C3
6pF R10
C1
fe T1 120
33n
R3 R4
82 C5
10k 1,5n
R5 C4
UB
390 B
100n
UR T2
R1
4,7k R6 R8
18k 390
R2
4,7k
A
R9
270
Gambar 90
Dengan naiknya sinyal masukan tegangan pengaturan naik ( negatip ) maka arus
kolektor T2 TURUN. Tegangan A menjadi lebih POSITIP dan dititik B lebih NEGATIP .
Maka basis T1 melalui R2 terletak di TITIK A dan emitor terletak DITITIK B . Sehingga
dengan naiknya sinyal masukan , tegangan basis emitor T1 NAIK dan arus kolektornya
NAIK dan dengan penguatannya TURUN.
90
Teknik Radio
Ua
Tanpa pengaturan
Pengaturan tertunda
Pengaturan sederhana
Pengaturan ideal
x = Harga batas
0 x Ui
Gambar 91
91
Teknik Radio
3. Lembar Latihan
a) Terangkan fungsi pengaturan penguatan otomatis ?
b) Sebutkan dua macam tegangan pengatur dan gambarkan rangkaiannya ?
c) Gambarkan rangkaian pengaturan otomatis menurun dan menaik ?
92
Teknik Radio
4. Lembar Jawaban
a) Fungsi pengaturan otomatis adalah untuk mendapatkan kuat suara yang
konstan pada sinyal masukan yang berbeda-beda
b) Adapun dua macam tegangan pengatur adalah tegangan pengatur positip
dan tegangan pengatur negatip
Gambar rangkaiannya sebagai berikut :
C3
AF
C3
AF
R
-9V
120k 1,2 mA
(0,3mA) 10n 10k
-0,8V
(-0,2V)
+UR 1,1V
(0,3V) 10k
10 F
93
Teknik Radio
basis transistor MENGECIL dan dengan penguatannyapun MENGECIL.
94
Teknik Radio
Gambar rangkaian pengaturan otomatis menaik sebagai berkiut :
C3
6pF R10
C1
fe T1 120
33n
R3 R4
82 C5
10k 1,5n
R5 C4
UB
390 B
100n
UR T2
R1 R8
4,7k R6
18k 390
R2
4,7k
A
R9
270
Dengan naiknya sinyal masukan tegangan pengaturan naik ( negatip ) maka arus
kolektor T2 TURUN. Tegangan A menjadi lebih POSITIP dan dititik B lebih
NEGATIP . Maka basis T1 melalui R2 terletak di TITIK A dan emitor terletak
DITITIK B . Sehingga dengan naiknya sinyal masukan , tegangan basis emitor T1
NAIK dan arus kolektornya NAIK dan penguatannya TURUN.
95
Teknik Radio
Kegiatan Belajar 11
ACSESSORIES
1. Tujuan Pembelajaran
Menerangkan cara kerja suatu penalaan
Menerangkan cara kerja pemilih stasiun dan band elektronik
Menerangkan cara akerja AFC pada penerima FM
Menerangkan prinsip kerja tuner synthesizer
Menerangkan kerja penampilan frekuensi dengan peraga 7 segmen
Menerangkan prinsip kerja sistem pelacakan pemancar otomatis dan
pensintesaan tegangan
Menerangkan prinsip kerja pembantu penalaan
Menerangkan prinsip kerja rangkaian pemati
Menerangkan prinsip kerja pengendali jarak jauh
2. Informasi
2.1. Rangkaian khusus
2.2. Pengantar
96
Teknik Radio
besar daripada dikerjakan dengan dioda kapasitor.
Dioda kapasitor mempunyai keuntungan-keuntungan untuk PELAYANAN dan
PENGEMBANGAN peralatan
Timer L
masukan osilator
tegangan penalaan
sakelar
pemilih
penampil frekuensi
stasiun
R3 +UB
R1 R2
3....
30V
Gambar 92.
Pemilihan stasiun dan band seperti juga proses pensaklaran lainnya didalam penerima
dipasang saklar. Biasanya bagian-bagian yang memerlukan saklar dirancang dengan
saklar untuk MEMPERPENDEK PENGHANTAR SEPENDEK MUNGKIN.
Dengan saklar elektronis kesulitan diatas dapat dipecahkan, baik dengan saklar
mekanis atau saklar sentuh
97
Teknik Radio
1 18
4,7nF
S5 17
2 +26,5V
1K
16
S1 3
12V / 40mA 15
R1 +17V
4
S2 14
5 R2
13
6 R3
S6
S3 7 12
Sakelar R4
elektronik
8
11
Tuner
S4 9 SAS 10
580 Ke sakelar
elektronik
8,2K berikutnya
Gambar 2.
+17V
gambar 93
Gambar menunjukkan rangkaian saklar sentuh untuk 4 kanal. Modul jenis ini dapat
dikembangkan jumlah saklarnya sesuai kehendak kita dengan merangkaikan satu kanal
dengan kanal lainnya
Selain penggunaan seperti gambar 2 masih terdapat penggunaan yang lain.
Jika saklar sentuh S1 disentuh dengan tangan, sinyal akan diperkuat dan mengubah
keadaan flip flop yang berada dalam IC. Pada keluaran flip flop diletakkan saklar
elektronis, yang kemudian rangkaian disederhanakan sebagai saklar.
Dengan S5 lampu atau dioda LED dinyalakan sebagai penanda keadaan
Dengan S6 tegangan yang telah dipilih sebelumnya melalui R1 untuk kanal yang
sesuai diletakkan pada keluaran (kaki 11). Rangkaian dalam IC telah dicancang
sedemikian dengan pemberian catu pertama kali secara otomatis kanal 1 (SI)
terhubung. Serta tidak mungkin terdapat dua kondisi saklar dapat terhubung
98
Teknik Radio
bersamaan
2.2.3. Pengatur frekuensi otomatis AFC pada penerima FM
Dari tingkat AF
depan FM
IF
Gambar 94
U UR
Gambar 95
99
Teknik Radio
Gambar 4 memperlihatkan demodulator FM (kurva S) , Jika osilator ditala sedemikian
rupa, bahwa frekuensi IF berharga 10,7 Mhz, akan menimbulkan tegangan pengatur U R
= 0 VOLT . Jika frekuensi menyimpang keatas maka akan diperoleh tegangan U R
POSITIP
+
33k pembat as
Tegangan
muka Reso nat or Te ga ngan
o silat or penala an
kemba li
UR
Tegangan 270 pF 50 0pF
penalaan
kembali
UR
Resonator
osilator
100k Te ga ngan
penala an
50 0pF
100
Teknik Radio
Df
U U
f0 f0
Gambar a. Gambar b.
Tuner - synthesizer mempunyai kelebihan dalam hal pelayanan dibanding tuner model
lama seperti :
Penerimaan pemancar dapat diprogram secara tepat dalam melacak suatu
pemancar dapat dilakukan dengan mudah
Penalaan dapat dilakukan oleh komputer mikro
IF IF
RF
fo
V CO
fo
fo
n penalaan
bagian
Penya - yang dapat diprogram
G mapasa
f ref
Gambar 98
101
Teknik Radio
osilator dibagi (perbandingan dalam pembagian dapat diprogram) kemudian disamakan
dengan osilator kristal dalam penyama pasa. Saat terjadi penyimpangan frekuensi akan
dihasilkan TEGANGAN PENGATUR yang kemudian digunakan untuk mengendalikan
OSILATOR VCO (voltage controlled oscillator= osilator yang frekuensinya diatur
tegangan) setelah melalui pelalu bawah dengan cara itu VCO diserempakan dengan
osilator kristal.
Dengan mengubah besaran pembagi, frekuensi osilator VCO akan BERUBAH pula.
Dengan berubahnya frekuensi osilator yang dibarengi dengan perubahan FREKUENSI
RESONANSI pada tingkat depan maka berubah pula FREKUENSI PENERIMAAN.
Frekuensi referensi biasanya untuk AM = 1 khz; 0,5 khz
FM = 25khz; 10khz
TV = 125 khz; 62,5 khz
Biasanya digunakan osilator kristal dengan frekuensi dalam satuan Mega Hertz,.
Untuk mendapatkan frekuensi referensi diperlukan pembagian frekuensi dengan
besaran tetap untuk tiap band.
102
Teknik Radio
V CO fo
FM fo
n
G VCO
AM
fo
fo
R Mikro -
computer
Penampil
Penya -
ma
pasa Pelayanan
Gambar 99
Karena frekuensi referensi untuk FM dan AM berbeda sangat besar, sehingga tetapan
waktunya berbeda pula , maka diperlukan dua filter pelalu bawah.
Misal frekuensi kristal = 4 MHz maka: pembagi R untuk FM =
4 MHz
160
25kHz
R untuk AM =
4 MHz
8000
0,5kHz
Pembagi frekuensi osilator VCO; N min untuk FM =
femin f 87,5 MHz 10,7 MHz
3928
f ref 25kHz
N mak untuk FM =
103
Teknik Radio
femin f 108 MHz 10,7 MHz
4748
f ref 25kHz
104
Teknik Radio
fo
FM kHz
MHz
32
1
16 (C)
fo
MW (A) 1 Penghit ung
LW
(B)
W aktu gerbang
FM : 5.12ms
MW . LW :16ms 16
Pempro -
1 gramman IF
G
5.12MHz
Gambar 100
( A )
f o = 1 , 4 7 M H z
( B )
t
1 6 m s
w a k t u
g e r b a n g
( C )
P u l s a y a n g d i h it u n g t
16mS
x91,875kHz 1470 sinyal
1000
105
Teknik Radio
Penghitung tidak akan menghitung frekuensi osilator, hanya frekuensi penerimaan saja
maka harus dikurang dengan frekuensi IF
Tuner
IF
ZF
R1 R2
Stop
Start
Gambar 102
Jika sebuah pemancar telah diterima dengan baik, demodulator FM akan memberikan
sinyal stop pada lintasan nol. Pemancar telah ditemukan dan tetap ada jika di start lagi,
maka tegangan penala akan naik sampai ditemukan pemancar baru lagi. Selain
pelacakan keatas (frekuensi diturunkan ke harga yang rendah), sehingga dalam tuner
terdapat UP dan DOWN tuning (penalaan keatas dan kebawah).
Apa yang telah dibicarakan diatas dengan sistim DIGITAL. Pada penalaan digital
besaran tegangan penala analog diubah menjadi besaran BINER dan selanjutnya
diubah lagi dalam sebuah pengubah DIGITAL KE ANALOG D/A
106
Teknik Radio
U G
Penhitung
pemeriksa
+Uref
a)
0000 000 100
1111111111
Penyama tegangan
t digital b) penalaan
U d)
0000000000 c)
Ub
Ud
0 0 0 0 0 0 0 100
00000000 11 Tegangan
Data Tingkat saklar
U = 0 0 0 0 0 0 0 0 10 terkoda (ma - Penhi -
29mV sukan) tung isi
0000000001
t
10 10 10 10
9 9 9
9 8 8 8
8 7 7 7
7 6 6 6
6 5 5 5
5 4 4 4
4 3 3 3
3
2 2 2
2 1 1 1
1
a)
t
Ub
b) t
Uc
c) t
Ud
d) t
Gambar 105
Gambar 104b memperlihatkan prinsip sintesa tegangan , dan proses tegangan
didalamnya dicontohkan gambar 105, dimana tegangan penala hanya dicacah dalam
10 tingkat.Misalnya sinyal masukan adalah 0000010000. Didalam penyama digital
107
Teknik Radio
sinyal dari penghitung isi dibandingkan dengan sinyal dari penghitung pemeriksa, maka
hasilnya sinyal Ub. Sinyal ini akan menggerakkan tingkat saklar, sehingga diperoleh
tegangan kotak Uc yang selanjutnya diambil harga rata-ratanya oleh FILTER PELALU
BAWAH
10,7 f MHz
10,7MHz f
Penanda stereo akan menyala jika menerima siaran stereo, sebagai penanda
digunakan SINYAL PEMANDU 19 KHz
Filter desis stereo digunakan untuk meredam desis pada frekuensi tinggi, karena
sinyal multiplek berfrekuensi hingga 53 KHz
Filter ini bekerja dengan jalan mencampur sinyal kanan dan kiri, sehingga sedikit
akan MEMPER BURUK pemisahan kanal pada frekuensi tinggi
Penanda multipath, sinyal dari pemancar FM kadang tidak diterima dari satu arah
tapi juga menerima sinyal dari PANTULAN. Pesawat yang menerima sinyal dari
banyak arah (multipath) ini tidak diperbolehkan , karena itu antena harus
disearahkan dengan tepat. Penanda multipath memanfaatkan sinyal pemandu
stereo 19 KHz
108
Teknik Radio
+
on
off
19kHz AM
Saat dihidupkan dan dimatikan pada pesawat akan timbul gangguan (desis). Untuk itu
digunakan rangkaian yang dapat menghentikan sinyal ke loud speaker saat ada
gangguan. Selain itu rangkaian juga bereaksi saat :
IF AF
IF AF
Rangkaian
pemati
Bila terjadi gangguan pemati akan bekerja menggerakkan saklar dan menghubungkan
SINYAL AF KE TANAH, sehingga tidak tidak ada sinyal yang sampai ke LOUD
SPEAKER.
109
Teknik Radio
dioda foto peka infra merah.
Penak Tega
sir ngan
analog
Peng Deko
koda der
Penak
sir
saklar
Sinyal masukan setelah dikoda dipancarkan oleh dioda, selanjutnya diterima oleh dioda
peka infra merah.
Dalam penerima, sinyal kembali di dekoder. Dibedakan dalam dua daerah fungsi,
pertama untuk mengatur misalnya kuat suara diperlukan tegangan yang berubah
terhadap waktu (FUNGSI ANALOG)
Kedua untuk pensaklaran, pemilihan program dan sebagainya (FUNGSI SAKLAR)
110
Teknik Radio
3. Lembar latihan
a) Jelaskan prinsip penalaan frekuensi dengan menggunakan dioda
varaktor.
b) Apakah yang mempengaruhi perubahan frekuensi osilator ?
c) Jelaskan tugas pengatur frekuensi otomatis (AFC)
d) Gambarkan kurva S dari demodulator FM dengan penalaan yang tepat
dan penalaan yang salah, yang dapat menghasilkan tegangan pengatur
(UR) pada rangkaian AFC
+
Tegangan 33k pembatas
muka
Resonator Tegangan
osilator penalaan
kembali
Tegangan UR
penalaan 270pF 500pF
kembali
UR
Resonator
osilator
100k Tegangan
penalaan
500pF
Gambar A Gambar B
Gambar A : Penalaan kembali pada penerima yang menggunakan Kapasitor
Variabel
Gambar B : Penalaan kembali pada penerima yang menggunakan Dioda
Kapasitor
Jelaskan cara kerja Gambar B jika UR bernilai positip Sebutkan keuntungan
Tunner Synthesizer dibanding Tunner type yang lama Gambar
111
Teknik Radio
IF IF
RF
fo
V CO
fo
fo
n penalaan
bagian
Penya - yang dapat diprogram
G mapasa
f ref
fo
FM kHz
MHz
32
1
16 (C)
fo
MW (A) 1 Penghit ung
LW
(B)
W aktu gerbang
FM : 5.12ms
MW . LW :16ms 16
Pempro -
1 gramman IF
G
5.12MHz
112
Teknik Radio
( A )
f o = 1 , 4 7 M H z
( B )
t
1 6 m s
w a k t u
g e r b a n g
( C )
P u l s a y a n g d i h it u n g t
Tuner
IF
ZF
R1 R2
Stop
Start
G
Penhitung
pemeriksa
+Uref
a)
0000 000 100
1111111111
Penyama tegangan
digital b) penalaan
0000000000 c) d)
Ub
Ud
113
Teknik Radio
10 10 10 10
9 9 9
9 8 8 8
8 7 7 7
7 6 6 6
6 5 5 5
5 4 4
4
4 3 3
3 3
2 2 2
2
1 1 1
1
a)
t
Ub
b) t
Uc
c) t
Ud
d) t
Gambar proses sintesa tegangan
114
Teknik Radio
4. Lembar Jawaban
a) Penalaan menggunakan potensiometer dengan mengatur potensiometer kita
dapat menempatkan stasiun-stasiun pemancar yang dikehendaki. Pengaturan
potensiometer akan merubah tegangan yang diberikan pada dioda-dioda
varaktor dengan begitu frekuensipun ikut berubah maka dapat dipilih frekuensi
suatu pemancar yang kita kehendaki.
b) Yang mempengaruhi perubahan frekuensi osilator adalah temperatur yang
timbul dari komponen
c) Tugas AFC untuk mengembalikan frekuensi IF yang telah bergeser dari 10,7
MHZ, dengan cara mengontrol frekuensi osilator
d) Kurva S demodulator FM
U UR
a. penalaan tepat ( IF
f = 10,7MHz )
U UR
115
Teknik Radio
Penalaan dapat dilakukan oleh komputer mikro
e) Saat pada daerah penerimaan, frekuensi osilator dibagi (perbandingan dalam
pembagian dapat diprogram) kemudian disamakan dengan osilator kristal dalam
penyama phasa. Saat terjadi penyimpangan frekuensi akan dihasilkan tegangan
pengatur yang kemudian digunakan untuk mengendalikan osilator VCO (Voltage
Controlled Oscilator = Osilator yang frekuensinya diatur tegangan) setelah
melalui pelalu bawah. Dengan cara itu VCO diserempakan dengan osilator
kristal. Dengan berubahnya frekuensi osilator yang dibarengi dengan perubahan
frekuensi resonansi pada tingkat depan, maka berubah pula frekuensi
penerimaan. Besaran ukur diambil dari frekuensi osilator. Pada penerima FM, fo
dibagi dua kali (32 dan 16) sedangkan pada AM, fo hanya dibagi dengan 16
f) Penghitung mengirim waktu gerbang untuk proses perhitungan, yang besarnya
16 ms untuk AM dan 51,2 ms untuk FM . Hanya sinyal dalam waktu gerbang saja
yang dihitung.
Contoh : frekuensi penerimaan 1 MHZ, fo = 1,47 MHZ .Kemudian frekuensi ini
dibagi dengan 16 = 91,875 KHZ. Selama waktu gerbang terdapat 16 ms/1000 x
91,875 KHZ = 1470 sinyal. Penghitung tidak akan menghitung frekuensi
penerimaan, maka harus dikurangi dengan frekuensi IF
g) Keuntungan penampil dengan peraga 7 segmen :dapat menunjukkan frekuensi
penerimaan secara tepat
h) Dioda kapasitor tunner dikendalikan oleh tegangan yang naik secara perlahan
dari generator gigi gergaji. Proses ini dapat dimulai dengan knop ataupun
dengan saklar sentuh. Jika sebuah pemancar telah diterima, demodulator FM
akan memberikan sinyal stop , dengan demikian pemancar akan tetap ada.
i) Prinsip kerja sistem tegangan :
1) Membandingkan penghitung isi dengan penghitung pemeriksa
2) Sinyal Ub
3) Rangkaian filter pelalu bawah
4) Untuk mengendalikan frekuensi osilator
j) Untuk pemancar :Dioda Infra Merah Untuk penerima: Dioda Foto Peka Infra
Merah
116
Teknik Radio
DAFTAR PUSTAKA
117
706
Televisi
BAB VI
TELEVISI
6.1 Prinsip Pengiriman Gambar
6.1.1 Penguraian Gambar dan Penyusunan Gambar
Dengan mata, kita dapat melihat sebuah gambar dalam sekali pandang .
Dalam pesawat televisi, sebagai media gambar, sebuah gambar disapukan
secara titik dari titik satu ke titik yang berikutnya,
Gambar pada sisi pemancar, gambar dibagi dalam titik-titik gambar kecil-
kecil dan banyak. Keadaan titik-titik kecil tadi ( terang dan gelap ) diubah
dalam sinyal listrik. Dan dalam waktu yang berurutan satu sama lain
dikirimkan.
Pada jarak 2 meter dari layar gambar, mata manusia mempunyai daya urai
optis sebesar 1/400 pada sudut pandang 12°. Sehingga jumlah baris paling
sedikit :
12/(1/40) = 12 x 40 = 480 baris
Sehingga garis-garis pada layar tidak nampak oleh mata. Pada norma
televisi yang digunakan (CCIR : komite konsultasi internasional radio
komunikasi) telah ditetapkan jumlah baris sebanyak 625 baris. Pada jumlah
yang semakin tinggi akan menghasilkan penguraian yang lebih baik, tetapi
diperlukan lebar band yang semakin lebar.
Raster Gambar
Pada penyapuan (scanning) dimulai atas ke bawah, pada saat sinar harus
kembali ke atas lagi diperlukan waktu yang cukup lama, maka akan
terdapat saat gelap. Sehingga akan terlihat berkedip. Untuk mengatasi hal
ini dapat dilakukan dengan menaikkan pergantian gambar menjadi 50
gambar per detik, hanya saja ini mengakibatkan lebar band pemancar akan
sangat tinggi. Untuk mengatasi hal ini dilakukan dengan cara interlace,
penyapuan secara bergantian, pada setengah gambar pertama disapukan
garis ganjil setelah selesai ganti disapukan garis genap.
Dari contoh sebuah gambar dengan raster 7 baris berlaku TV/TH=7, atau
lama periode arus pembelok horisontal hanya .1/7 x TV Juga dapat
dikatakan, bahwa raster gambar keseluruhan dengan TV/TH=7 terdiri tujuh
baris.
getaran pembawa suara. Dengan demikian nilai putih tidak boleh dibawah
10% dari amplitudo pembawa gambar, karena menyebabkan getaran
pembawa gambar tidak ada, dan akan menyebabkan suara tidak
terbangkitkan.
Tingkatan nilai abu-abu akan terletak antara 73% dan 10% dari amplitudo
terbesar.
Gambar 6.10 Hubungan secara waktu antara pulsa sinkron dan arus
pembelokan pada sebuah baris
Supaya semasa arah balik tidak terlihat mengganggu, maka pada tabung
pengambilan gambar dan tabung reproduksi gambar dilkukan penekanan.
Untuk ini waktu blanking dibuat sedikit lebih besar dibandingkan waktu arah
balik. Pulsa sinkronisasi seperti gambar 6.11, terdapat bahu hitam di depan
dan belakang pulsa sinkronisasi. Bahu hitam di depan sekitar 0,02 TH ≈ 1µs
dari arah maju pada akhir baris. Ini untuk pemisahan antara isi baris
dengan pulsa sinkronisasi dengan baik. Sedang bahu hitam dibelakang
pulsa sekitar 0,092 TH ≈ 6µs dari arah maju pada awal baris berikutnya. Hal
712
Televisi
ini untuk menutupi osilasi awal arah maju yang disebabkan oleh cepatnya
arah balik.
Lama saat blanking untuk pergantian baris :
bahu hitam depan + pulsa sinkron + bahu hitam belakang = tR
0,023 TH + 0,073 TH + 0,9 TH = 0,186 TH
1,5µs + 4,7µs + 5,8µs = 12 µs
Sehingga sisa untuk arah maju adalah tH ≈ 52µs yang akan digunakan
untuk menampilkan gambar.
Gambar 6.13 Proses tegangan sebuah baris dengan titik gambar hitam dan putih.
Frekuensi getaran kotak dapat dihitung dari jumlah hitam dan putih dan
jumlah baris tiap detik maka :
fatas= (833/2) · (1/baris) · 625baris · 25 1/s = 6.507.812,5Hz
≈ 6,5 MHz.
Ketajaman pada arah vertikal karena pembagian pada baris yang sedikit
maka penguraian arah horisontal juga sedikit. Sehingga dalam praktiknya
dari frekuensi batas atas yang 6,5MHz sudah dapat diperoleh gambar yang
berkualitas baik hanya dengan 5MHz.
715
Televisi
Gambar 6.15 Spektrum frekuensi sebuah kanal televisi dengan pembawa gambar
(PS) dan suara (PS) dan kanal tetangga pada band I/III dan IV/V
Pemancar memancarkan, seperti terlihat pada Gambar 6.15 ,band sisi atas,
frekuensi pembawa gambar fPG dan sisi sisa dari band sisi bawah hingga
1,25MHz,
Selain gambar televisi dipancarkan juga dipancarkan suara. Seperti pada
ketentuan CCIR pembawa suara yang termodulasi frekuensi (FM) terletak
5,5MHz diatas pembawa gambar. Pemancar suara bekerja hanya sekitar
20% dari daya pemancar gambar dengan deviasi ± 50kHz dan sebuah
preemphasis 50µs.
Jarak antar pemancar dan dengan demikian juga sebagai lebar kanal
sebuah kanal televisi pada band I dan III ditetapkan 7MHz dan pada band
IV/V ditetapkan 8MHz.
716
Televisi
Pada pengiriman suara kanal jamak dibedakan dalam tiga jenis sistim;
monophonik, stereophonik dan Zweiton (suara ganda). Artinya; Mono,
pengiriman suara secara mono seperti kebanyakan sampai sekarang;
Stereo, pengiriman suara dalam stereophonik; dan Zweiton, pengiriman
dua suara sekaligus terpisah penuh, seperti pengiriman suara asli dan
suara sulih pada sebuah film.
Pada pengiriman suara kanal jamak selain pembawa suara I seperti yang
sampai sekarang ini dikirim pembawa suara II. Pembawa suara I terletak
pada jarak 5,5MHz dari pembawa gambar dan pembawa suara II pada
jarak 5,742MHz (Gambar 6.16 ).
Gambar 6.16 Spektrum frekuensi sebuah kanal televisi dengan pengiriman suara
kanal jamak
Pada sistem suara yang berbeda-beda mono, stereo dan Zweiton dari
pemancar dibedakan oleh modulasi dari kedua pembawa suara.
Tabel 6.1 : Pengiriman suara kanal jamak.
Mono Stereo Zweiton
Pembawa suara I
Frekuensi : FM FM FM
fG+5,5MHz Dengan suara Dengan informasi Dengan suara 1
(=325xfH) (Bicara, Musik) suara kanal kanan
Frekensi Hub : 30kHz dan kiri
PG/Psuara : 13dB (L+R)/2
Pembawa suara II
Frekuensi : ---- FM FM
fG+5,742MHz Dengan informasi Dengan suara 2
(=367,5xfH) suara kanal kanan tambahan :
Frekensi Hub : 30kHz R tambahan : FM
PG/Psuara : 20dB FM Dengan pilotton
Dengan pilotton 54kHz
54kHz 54kHz AM
54kHz AM Dengan frekuensi
Dengan frekuensi pengenal 117Hz
pengenal 117Hz
Sumber : Peter Zastrow Fernsehtechnic 1986
717
Televisi
Standar CCIR A B C D E F G H I K1 K L M N
Jumlah baris 405 625 625 625 819 819 625 625 625 625 625 625 525 525
Band sisi sisa (MHz) 0,75 0,75 0,75 0,75 2 0,75 0,75 1,25 1,25 0,75 1,25 1,25 0,75 0,7
Modulasi gambar Pos Neg Pos Neg Pos Pos Neg Neg Neg Neg Neg Neg Neg Neg
Modulasi suara AM FM AM FM AM AM FM FM FM FM FM AM FM FM
Frekuensi IF 36,65 38,9 38,9 34,25 28,05 --- 38,9 38,9 39,5 --- --- 3,27 45,75 ---
BT-TT dalam MHz 38,15 33,4 33,4 27,75 39,2 --- 33,4 33,4 33,5 --- --- 39,2 41,25 ---
Sumber : Peter Zastrow Fernsehtechnic 1986
Televisi 718
hasil putih. Prinsip televisi warna menerapkan konsep tiga warna dasar
dengan menjumlahkan cahaya secara natural. Ada beberapa standarisasi
model warna yang banyak digunakan, antara lain RGB, CMY, CMYK,
YUV, YIQ, HIS,YDbDr, dan YCbCr.
6.2.2 Anatomi Mata
Gambar 6.20 memperlihatkan susunan anatomi mata manusia,
sedangkan Gambar 6.21 menunjukkan detail dari bagian anatomi amata
yang fungsi utamanya adalah sama dengan kamera yaitu sebagai
perekam objek yang dilakukan oleh retina dan dibedakan antara kromatik
dengan luminan yang kemudian informasi tersebut difokuskan oleh lens
dan didistribusikan dan diterima oleh bagian cones dan rods yang mana
mengandung informasi warna dan luminan.
Dalam penglihatan mata kita, terdapat suatu faktor yang disebut tingkat
luminansi yang menunjukan jumlah intensitas sinar, yang dapat ditangkap
Televisi 725
oleh mata sebagai cerahnya suatu sinar (brightness). Pada gambar hitam
putih mengandung unsur variasi-variasi brightness yaitu dari level rendah
hitam, abu-abu sampai level paling tinggi putih. Hal demikian ini dipakai
sebagai konsep dasar ditemukannya televisi warna, yaitu dengan
mengubah pola gambar berwarna menjadi suatu gambar monokrom,
dengan menggunakan ide bahwa luminansi sesungguhnya menunjukan
representasi warna yang nampak dalam reproduksi hitam putih.
Untuk kepekatan relative warna dasar merah (R), hijau (G) dan biru (B)
diambil nilai-nilai dengan faktor seperti berikut:
Merah (R) = 0,47 (6.1)
Hijau (G) = 0,92 (6.2)
Biru (B) = 0,17 (6.3)
Sehingga didapatkan persentase untuk masing-masing warna merah (R),
hijau (G) dan biru (B) seperti berikut:
0,47 0,47
R (%) = = = 0,3012 ≈ 0,30 (6.4)
0,47 + 0,92 + 0,17 1,56
0,92 0,92
G (%) = = = 0,5897 ≈ 0,59 (6.5)
0,47 + 0,92 + 0,17 1,56
(6.6)
Pada televisi warna informasi-informasi tentang luminansi atau sinyal Y
memungkinkan dapat dibentuk dari sinyal-sinyal dari gambar berwarna
tersebut, seperti halnya untuk gambar-gambar hitam putih dapat dibentuk
dengan cara menjumlahkan 3 warna primer (merah=R, hijau = G, dan
biru = B) dengan perbandingan-perbandingan seperti persamaan 1.7
berikut,
VY = 0,30VR + 0,59VG + 0,11VB (6.7)
Untuk mendapatkan bayangan monokrom yang berbeda tingkat
kecerahanya, untuk itu warna dasar merah, hijau dan biru diubah
kedalam sinyal luminansi dalam perbandingan 30% merah, 59% hijau
dan 11% biru.
6.2.6 Warna
Apa yang dimaksud dengan warna ? Warna dapat dijelaskan dari
beberapa sudut pandang yang berbeda. Secara phisikal yang dimaksud
dengan warna adalah suatu spektrum tampak dari suatu fungsi
perubahan panjang gelombang. Sedangkan menurut pandangan atau
persepsi psikologis warna dapat didefinisikan sebagai suatu rangsangan
Televisi 726
6.3.1. Kompatibilitas
Sebelum konsep televisi warna ditemukan dan berkembang seperti
sekarang ini, terlebih dahulu yang telah ada yakni konsep televisi hitam
Televisi 734
6.3.3. Matrik
Oleh tingkat matrik sinyal VR, VG dan VB yang diamdil dari objek dan
kemudian direkam oleh kamera warna RGB diproses menjadi tiga
komponen, yaitu sinyal perbedaan warna R-Y, sinyal perbedaan warna B-
Y dan sinyal luminansi Y. Dengan menggunakan persamaan 6.14 dan
6.15 amplitudo sinyal Y, (R-Y) dan (B-Y) akan dihasilkan bentuk pola lajur
warna sesuai dengan tingkat luminansinya. Gambar 6 memperlihatkan
pola lajur (Bars), amplitude putih menempati level paling tinggi (1=100%)
sebagai harga referensi, sehingga tingkat luminansi yang lainnya dari
putih ke abu-abu dan hitam dapat ditentukan nilainya sesuai dengan
pernyataan pada persaman 6.14.
Televisi 737
Pola-
Sinyal
Kamera
VG
Kamera
VR
Kamera
VB
Gambar 6.36. Rangkaian Blok Sinyal Perbedaan Warna Primer (R-Y) dan (B-Y)
Televisi 740
Sinyal
(R-Y)
(G-Y)
(B-Y)
Gambar 6.37. Pola lajur Sinyal Perbedaan Warna (R-Y) dan (B-Y)
Rangkaian matrik pembentuk sinyal perbedaan warna primer (R-Y) dan
(B-Y) dapat dibangun seperti yang diperlihatkan pada Gambar 6.36
berikut ini,
Untuk memperoleh sinyal luminansi negatif (-Y) dapat digunakan
rangkaian penguat “common emitter” atau penguat membalik (inverting
amplifier). Kombinasi dari tabel 6.5 dengan rangkaian yang diperlihatkan
Gambar 6.36 akan diperoleh gambar sinyal seperti pada Gambar 6.37.
Televisi 741
Pada kuadran III merupakan vektor UF dari warna dasar merah (R)
dengan posisi sudut 1130 dengan komplemen dari warna cyan kuadran IV
pada posisi sudut kromatisitas 2930. Pada kuadran IV merupakan vektor
UF dari warna dasar merah (B) dengan posisi sudut 3630 dengan
komplemen dari warna kuning kuadran II pada posisi sudut kromatisitas
1730. Perlu diketahui bahwa sinyal perbedaan warna (R-Y) mengandung
unsur warna komplemen kuning dengan nilai prosentase positif (+0,11),
sedangkan untuk sinyal perbedaan warna (B-Y) mengandung unsur
kuning dengan nilai prosentase negatif (-0,89). Titik potong koordinat
kedua sinyal perbedaan warna tersebut harus terletak pada titik potong
putih (0) dengan panjang tegangan vektor warna kuning sebesar UF
dengan lebar sudut α.
Dengan menggunakan dalil pythagoras, maka besarnya tegangan vektor
warna komplemen kuning dapat dicari dengan menggunakan persamaan
1.10 berikut ini,
UF = (U R − UY ) + (U B - UY )
2 2
(6.16)
U F ≈ ± 0,89
(B - Y) - 0,89
tan α = = =-8
(R - Y) + 0,11
α = 83 0
Sehingga besarnya sudut warna komplemen kuning adalah ϕ = 830 + 900
= 1730. Dengan cara yang sama, maka besarnya tegangan vektor UF dan
sudut phasa ϕ untuk masing-masing warna dapat dilihat seperti pada
tabel 6.5 berikut ini;
Tabel 6.5 Hasil Pehitungan Tegangan Vektor UF dan Sudut Phasa ϕ
Warna Tegangan Vektor UF (%) Sudut Phasa ϕ (..0 )
Putih - -
Kuning ± 89% 1730
Cyan ± 76% 2930
Hijau ± 84% 2250
Magenta ± 84% 450
Merah ± 76% 1130
Biru ± 89% 3530
Hitam - -
Televisi 743
perlu diketahui adalah tugas dan fungsi rangkaian blok modulator adalah
hanya untuk mereduksi amplitude warna bukan sudut modulasi dari
sinyal perbedaan warna (R-Y) dan sinyal perbedaan warna (B-Y). Karena
proses matematik terbentuknya kedua sinyal perbedaan warna (R-Y) dan
(B-Y) didalamnya mengandung sinyal luminansi Y hitam-putih dengan
tingkat kecerahan yang berbeda, oleh karena itu besarnya amplitudo
yang direduksi dari kedua sinyal perbedaan warna adalah berbeda.
Untuk menentukan nilai faktor reduksi (w), untuk itu besarnya faktor
reduksi (v) dari persamaan 6.24 difaktorkan dengan bilangan 0,0121,
sehingga didapatkan persamaan 6.26 seperti berikut:
( )
0 ,3969 x 0,0121 = 0 ,49 v 2 + 0,09 w 2 x 0,0121
0,09 = 0 + 0,387039 w 2
0,09
w2 = ≈ 0,24
0,387039
sehinggga faktor reduksi untuk sinyal perbedaan warna (B-Y) adalah:
w = 0,24 = 0,49
atau
1 1 1
= = = 2,03
w (B - Y) 0,49
Dengan memasukan nilai faktor reduksi (w = 0,49) kedalam persamaan
(1.16), maka besarnya faktor reduksi (v) dari komponen (R-Y) dapat
ditentukan:
0 ,3969 = 0 ,49 v 2 + 0,09 (0,24 )
1 1 1
= = = 1,14
v (B - Y) 0,87
6.3.12. Warna Kuning
Warna komplemen kuning merupakan penjumlahan dari warna dasar
merah (R) dan warna dasar hijau (G). Didalam warna komplemen kuning
mengandung unsur sinyal perbedaan warna (R-Y) dengan nilai 0,11
danjuga berisi sinyal perbedaan warna (B-Y) dengan nilai -0,89. Dengan
demikian untuk menentukan besarnya besarnya faktor reduksi warna
kuning cukup difaktorkan dengan nilai vaktor reduksi (v = 0,87), sehingga
diperoleh nilai (R-Y)’ sebesar:
(R-Y)’ = 0,87 x (R-Y)
(R-Y)’ = 0,87 x 0,11
(R-Y)’ = 0,0957
Karena warna komplemen kuning merupakan hasil penjumlahan antara
warna dasar merah (R) dan warna dasar hijau (G), dengan demikian
untuk memperoleh nilai (B-Y)’ dikalikan dengan faktor reduksi (w = 0,49),
sehingga diperoleh nilai (B-Y)’ seperti berikut:
(B-Y)’ = 0,49 x (B-Y)
(B-Y)’ = 0,49 x –(0,89)
(B-Y)’ = -0,4361
Besarnya tegangan vektor UF’ kuning setelah direduksi adalah
U F ' = 0 ,19933
Sehingga didapatkan tegangan vektor,
U F ' = ± 0,446 ≈ ± 0,44
Besarnya sudut phasa
(B - Y)
tan α' =
(R - Y)
- 0,4361
tan α ' = ⇒ tan α' = - 4,5569 ⇒ α' = 77,6 0
0,0957
Televisi 749
U F ' = 0 ,39249
Sehingga didapatkan tegangan vektor,
U F ' = ± 0,626 ≈ ± 0,63
Besarnya sudut phasa
(B - Y)
tan α' =
(R - Y)
0,147
tan α ' = ⇒ tan α ' = - 0,2414 ⇒ α ' = 13,57 0
- 0,609
Televisi 750
U F ' = 0 ,3470557
Sehingga didapatkan tegangan vektor,
U F ' = ± 0,589 ≈ ± 0,59
Besarnya sudut phasa
(B - Y)
tan α' =
(R - Y)
- 0,2891
tan α ' = ⇒ tan α ' = 0,5632 ⇒ α ' = 29,39 0
- 0,5133
Sehingga besarnya sudut warna dasar hijau (G) terletak pada kuadran III
setelah direduksi adalah ϕ’= 2700- 29,390 = 240,610 ≈ 2420
Televisi 751
U F ' = 0 ,3470557
Sehingga didapatkan tegangan vektor,
U F ' = ± 0,5891 ≈ ± 59
Besarnya sudut phasa
(B - Y)
tan α' =
(R - Y)
0,2811
tan α ' = ⇒ tan α ' = 0,5476 ⇒ α ' = 28,70 0
0,5133
Sehingga besarnya sudut warna komplemen magenta terletak pada
kuadran I setelah direduksi adalah ϕ’= 900- 28,700 = 61,130 ≈ 620
Televisi 752
U F ' = 0 ,39249
Sehingga didapatkan tegangan vektor,
U F ' = ± 0,6265 ≈ ± 0,63
Besarnya sudut phasa
(B - Y)
tan α' =
(R - Y)
- 0,147
tan α ' = ⇒ tan α' = - 0,2414 ⇒ α ' = 13,57 0
0,609
Sehingga besarnya sudut warna dasar merah (R) terletak pada kuadran II
setelah direduksi adalah ϕ’= 13,570+ 900 = 103,570 ≈ 1030
6.3.17. Warna biru (B)
Warna dasar biru (B) mengandung unsur sinyal perbedaan warna (R-Y)
dengan nilai -0,11 dan juga berisi sinyal perbedaan warna (B-Y) dengan
nilai 0,89. Dengan demikian untuk menentukan besarnya besarnya faktor
Televisi 753
UF ' = (U R − UY ) + (U B - UY )
'2 '2
Gambar 6.45. Lebar Pita Frekuensi Sinyal Perbedaan Warna I dan Q sistem
NTSC
Televisi 757
Oleh karena pada sistem NTSC lebar pita frekuensi untuk sinyal
perbedaan warna antara I dan Q berbeda, untuk itu sebagai tuntutan di
tingkat pemancar maupun penerima diperlukan sebuah rangkaian tunda
untuk sinyal perbedaan warna I. Berbeda dengan sistem yang dipakai
PAL, bahwa lebar pita dari sinyal perbedaan warna I pada sistem NTSC
dinggap terlalu besar sehinggga pada akhirnya dapat menyebabkan
pemborosan energi baik di tingkat pemancar maupun penerima, untuk itu
pemilihan lebar pita frekuensi sinyal perbedaan V atau (R-Y) dan U atau
(B-Y) perlu dibatasi didalam sistem PAL, dimana keduanya dibatasi dan
dibuat sama yaitu ± 600kHz, untuk itu posisi pemilihan sudut aksis dari
kedua sinyal perbedaan warna juga dibuat berbeda. Gambar 6.46,
memperlihatkan pemilihan lebar pita frekuensi sinyal perbedaan warna
(R-Y), (B-Y) dan sinyal luminan (Y) sistem PAL. Suatu kelebihan pada
sistem PAL, bahwa lebar pita frekuensi untuk sinyal perbedaan warna
antara (R-Y) dan (B-Y) dibuat sama, maka dari itu baik di tingkat
pemancar maupun penerima tidak lagi memerlukan rangkaian tunda
untuk kedua sinyal perbedaan warna (R-Y) dan (B-Y).
Gambar 6.46 Lebar Pita Frekuensi Sinyal Perbedaan Warna (R-Y) dan (B-Y)
sistem PAL
6.3.19. Konversi Modulasi I dan Q terhadap (R-Y) dan (B-Y)
Diatas telah dijelaskan, bahwa terdapat perbedaan antara sinyal
perbedaan warna I dan Q terhadap sinyal perbedaan warna setelah
direduksi (R-Y)’ dan (B-Y)’ didalam menempatkan posisi aksis sudut
modulasi untuk kedua sinyal perbedaan warna. Pada sistem NTSC dipilih
sudut aksis untuk sinyal perbedaan warna I dan Q sebesar 330.
Persamaan 6.27 berikut memperlihatkan konversi sinyal perbedaan
warna I dan Q terhadap sinyal perbedaan warna (R-Y)’ dan (B-Y)’.
I = (R-Y).cos 330 + (B-Y).sin 330 (6.27)
Q = (R-Y).sin 330 + (B-Y).cos 330 (6.28)
Televisi 758
Sehingga didapatkan konversi faktor reduksi dari sinyal (R-Y) dan (B-Y)
seperti persamaan berikut:
I = (R-Y).0,87.cos 330 - (B-Y).0,49.sin 330
I = 0,74.(R-Y) - 0,27.(B-Y) (6.29)
Q = (R-Y).sin 330 + (B-Y).cos 330
dan,
Q = (R-Y).0,87.sin 330 + (B-Y).0,49.cos 330
Q = 0,48.(R-Y). + 0,41.(B-Y) (6.30)
Q = -0,336 + 0,123
Q = -0,213 ≈ -21%
Warna Hijau
(R-Y) = -0,59 dan (B-Y) = -0,59
Untuk sinyal I diperoleh:
I = 0,74.(R-Y) - 0,27.(B-Y)
I = 0,74 x (-0,59) - 0,27 x (-0,59)
I = -0,4366 + 0,1593
I = -0,2773 ≈ -28%
Dan untuk Q didapatkan
Q = 0,48.(R-Y). + 0,41.(B-Y)
Q = 0,48 x (-0,59). + 0,41 x (-0,59)
Q = -0,2832 - 0,2419
Q = -0,5251 ≈ -52%
Warna Magenta
(R-Y) = 0,59 dan (B-Y) = 0,59
Untuk sinyal I diperoleh:
I = 0,74.(R-Y) - 0,27.(B-Y)
I = 0,74 x (0,59) - 0,27 x (0,59)
I = 0,4366 - 0,1593
I = 0,2773 ≈ 28%
Dan untuk Q didapatkan
Q = 0,48.(R-Y). + 0,41.(B-Y)
Q = 0,48 x (0,59). + 0,41 x (0,59)
Q = -0,2832 + 0,2419
Q = 0,5251 ≈ 52%
Warna Merah
(R-Y) = 0,70 dan (B-Y) = -0,30
Untuk sinyal I diperoleh:
I = 0,74.(R-Y) - 0,27.(B-Y)
I = 0,74 x 0,70 - 0,27 x (-0,30)
Televisi 760
I = 0,518 + 0,081
I = 0,599 ≈ 60%
Dan untuk Q didapatkan
Q = 0,48.(R-Y). + 0,41.(B-Y)
Q = 0,48 x 0,70. + 0,41 x (-0,30)
Q = 0,336 - 0,123
Q = 0,213 ≈ 21%
Warna Biru
(R-Y) = -0,11 dan (B-Y) = 0,89
Untuk sinyal I diperoleh:
I = 0,74.(R-Y) - 0,27.(B-Y)
I = 0,74 x (-0,11) - 0,27 x (0,89)
I = -0,0814 - 0,2403
I = -0,3217 ≈ -32%
Dan untuk Q didapatkan
Q = 0,48.(R-Y). + 0,41.(B-Y)
Q = 0,48 x (-0,11). + 0,41 x (0,89)
Q = -0,0528 + 0,3649
Q = 0,3121 ≈ 31%
Putih - - - -
Kuning 10% 32% -43% -31%
Cyan -62% -60% 14% -21%
Hijau -52% -28% -28% -52%
Magenta 52% 28% 28% 52%
Merah 62% 60% -14% 21%
Biru -10% -32% 43% 31%
Hitam - - - -
Televisi 761
Gambar 6.47 Konversi Sinyal Perbedaan warna I dan Q terhadap (R-Y)’ dan (B-Y)’
Kedua sinyal perbedaan warna (R-Y) sistem (PAL) terhadap (I) sistem
NTSC mempunyai kemiripan bentuk, sedangkan untuk sinyal perbedaan
warna (B-Y) sistem (PAL) terhadap (Q) sistem (NTSC) mempunyai pola
yang berbeda.
6.3.21. Koordinat Warna NTSC dan PAL
Koordinat perbedaan warna sistem PAL berbeda dengan sistem NTSC.
Gambar 6.48 Koordinat warna I dan Q terhadap aksis (R-Y) dan (B-Y)
Televisi 762
Tabel 6.8. Konversi koordinat warna sistem NTSC terhadap sistem PAL
Putih - - - -
Hitam - - - -
6.3.27. AM Modulasi
Tabel 6.6 Modulasi Produk
- Tegangan = Modulasi Produk
Uu + Uo ≅ UT x Ui
Mod.Prod cos cos cos cos
+ cos -cos sin sin
sin sin cos cos
Trigger + Tegangan + Tegangan
Trigger UT Trigger UT
cos cos
sin sin
sin sin
Hasil UAM dengan Informasi UAM dengan Informasi
Amplitudo cos cos
Modulasi
sin sin
cos cos
Televisi 767
Gambar 6.57 Hubungan Titik Kerja Dioda Terhadap Tegangan Trigger UT.
Pada saat kondisi tegangan trigger UT positif area warna “biru” titk kerja
dioda D1, D2 berada pada daerah “maju-konduksi” sebaliknya diode D3,
D4 mendapat bias “mundur-menyumbat”, sehingga menyebabkan aliran
Televisi 770
arus dengan tanda warna “merah”. Pada saat kondisi tegangan trigger
UT negatif area warna “hitam” titk kerja dioda D3, D4 berada pada daerah
“maju-konduksi” sebaliknya diode D1, D2 mendapat bias “mundur-
menyumbat”, sehingga menyebabkan aliran arus dengan tanda warna
“hijau”. Dari dua kejadian tersebut dihasilkan tegangan modulasi UM
seperti yang diperlihatkan Gambar 6.58 berikut,
Tingkat Masukan
Sinyal VHF dan UHF dikuatkan dalam penguat berdesis rendah yang
terpisah.
Kurva laluan
Pemilih kanal harus mempunyai kurva laluan yang ditentukan norma
CCIR. Bentuknya ditentukan melalui kopel kritis penyaring antara tingkat
penguat awal dan tingkat pencampur sebagaimana seperti lingkaran
masukan. Lebar daerah kurva laluan harus kira-kira 9 sampai 10MHz.
Pembawa gambar dan suara seharusnya terletak pada titik tertinggi.
Lebar daerah harus sedemikian lebar, sehingga band sisi atas dan band
sisi bawah dipindahkan tanpa pelemahan.
Perbedaan antara lemah dan puncak hanya boleh sekitar 10% sampai
15% dari amplitudo maksimum.
Televisi 776
Pengatur Redaman
Penala dilindungi dari pengendalian lebih melalui rangkaian peredam.
Faktor redamnya sangat kecil pada tegangan antena kecil dan akan
besar pada tegangan antena yang besar. Untuk ini digunakan dioda PIN.
Dioda ini mempunyai tahanan pada arah maju sangat tergantung pada
arus. Perubahannya antara 1Ω (10 mA) sampai 20kΩ (1µA).
Televisi 777
Penyaring Masukan
Setelah melalui rangkaian pelindung dan pengatur redaman sinyal
antena harus dipisahkan kedalam bagian VHF dan UHF. Pada Gambar
6.70 dibawah, sinyal antena dengan Frekuensi diatas 430MHz akan
sampai ditingkat depan UHF melalui pelalu atas UHF yang terdiri dari dua
rangkaian C L dan pembagi kapasitip. Sinyal antena VHF dengan
frekuensi dibawah 230MHz akan melewati rangkaian pelalu bawah L C L.
Untuk mengurangi gangguan dari bandII (siaran radio FM) diletakkan
penghalang bandII didalam rangkaian VHF. Setelah itu sinyal VHF
melalui pelalu band (bandpass) band I / III sampai pada tingkat depan
VHF.
Televisi 778
Tingkat Osilator
Osilator frekuensi tinggi dengan transistor pada konfigurasi emitor
bersama mempunyai keterbatasan tanggapan frekuensi lebih rendah dari
pada konfigurasi basis bersama.
f∝=β.fβ (6.37)
f∝ : batas frekuensi pada basis bersama.
β : penguatan arus.
fβ : batas frekuensi pada emitor bersama.
Gambar 6.75 Konfigurasi emitor bersama dan basis bersama dari osilator collpits
frekuensi tinggi
Televisi 783
sekundernya adalah L3, L4, L5, dan D 3. Jika pencampur bekerja pada
band III, L2 dan L4 dihubung singkat dengan memberikan tegangan besar
pada pensaklar band. D1 dan D4 merupakan kapasitor variabel yang
bekerja dengan L1, L2, L3, L4,sebagai pelewat jalur, L5 berfungsi sebagai
kopling dari lingkaran primer ke sekunder, sinyal melewati L6 dan
pembagi tegangan C1 - C2. Sinyal masukan dari pencampur adalah sinyal
antena dan sinyal osilator.
6.4.2 Penguat IF
Fungsi Penguat IF
Fungsi penguat IF gambar adalah :
a. Menguatkan tegangan dari hasil tingkat pencampur yaitu tegangan IF,
sampai pada batas yang dapat digunakan untuk mengendalikan
tingkat akhir video (sekitar 3-4V), sehingga diperlukan 3 sampai 4
tingkat penguat baik berupa transistor atau berupa IC dengan
penguatan kira-kira 6.000 kali.
b. Menghasilkan selektifitas yang diperlukan, dengan bantuan perangkap
yang sesuai.
c. Menguatkan tegangan pembawa suara yang frekuensinya 33,4MHz.
d. Untuk mengendalikan tabung gambar pada kondisi yang sama pada
kuat sinyal yang berbeda dan untuk menyamakan goyangan kuat
medan, untuk itu penguatan penguat IF gambar harus dapat diatur.
Kurva laluan
Pemancaran gelombang televisi adalah menggunakan sistim
pemancaran Vestigial Side Band, untuk menghilangkan pengaruh cacat
fasa penguat
a. Daerah sisi sisa akan memproduksi dua kali lipat amplitudo (kontras)
untuk frekuensi 0 samapai 1,25MHz.
b. Pembawa suara harus dikurangi secukupnya agar tidak ada sinyal
suara terlihat dalam gambar.
c. Pembawa gambar dan suara tetangga harus ditekan agar tidak masuk
dalam tingkat IF.
d. Untuk televisi hitam putih pembawa warna harus dikurani agar tidak
mengganggu gambar.
Prinsip kerja
Pengaturan penguatan otomatis (AGC) yang paling sederhana adalah
dengan mendeteksi tingkat rata-rata sinyal gambar.
Gambar 6.93 Prinsip pendeteksian sinyal gambar pada saat ada pulsa penyama
Televisi 792
Gambar 6.95 Pengendalian transistor oleh sinyal gambar dan pulsa horisontal
dari tingkat desis yang diproduksi oleh tingkat IF.Jika sinyal antena yang
rendah juga dikurangi dalam penala oleh AGC, dengan perbandingan
Signal ( S)
Noise (N)
akan menjadi sangat rendah pada tingkat IF, dan desis akan terlihat
dalam gambar. Untuk menghindari hal ini, AGC dari penala ditunda
sampai dicapai sinyal masukan antena tertentu. Pertama AGC hanya
bekerja untuk tingkat IF.
Prinsip Kerja
Penguat gambar mempunyai prinsip rangkaian seperti Gambar 6.98
berikut.
Pengubah impedansi
Pengubah impedansi bertindak mengisolasi pembebanan oleh penguat
gambar pada demodulator gambar. Untuk itu pengubah impedansi harus
mempunyai impedansi masukan tinggi dan impedansi keluaran rendah.
Pengaturan kontras
Amplitudo sinyal gambar menghasilkan kekontrasan. Perbedaan
amplitudo maksimum dan minimum akan menghasilkan perbedaan
terang dan gelap pada layar.Pengontrol yang mengubah- ubah amplitudo
sinyal gambar disebut sebagai pengatur kontras. Pengatur kontras harus
diselenggarakan dipenguat gambar karena pada setiap penerima
ditingkat sebelumnya ( IF , RF ) dilengkapi dengan pengatur penguatan
otomatis (AGC). Prinsip pengaturan kontras dapat dilihat pada Gambar
6.99.
(a) (b)
Gambar 6.100 Prinsip rangkaian pengaturan kontras
Metoda resistansi emitor variabel ( Gambar 6.100a ) ialah dengan
mengubah bias penguat gambar. Maka pembangkitan sinyal gambar
sesuai dengan variasi bias penguat. Pengaturan kontras dengan metoda
ini mempunyai kelemahan yaitu merubah titik kerja penguat yang dapat
menyebabkan cacat pada sinyal. Untuk mengurangi itu dapat dipakai
metoda Gambar 6.100b yaitu metoda pengaturan tegangan sinyal
dengan tahanan variabel (potensiometer). Metoda ini tidak merubah titik
kerja penguat dan mempunyai prinsip yang sama dengan pengaturan
volume pada sinyal audio. Fungsi kapasitor C adalah untuk mengurangi
pengaruh kapasitor liar pada pemasangan potensiometer VR agar
didapat tanggapan frekuensi yang sama pada penetapan pengontrol
kontras yang berbeda.
(a) (b)
Gambar 6.102 Rangkaian Kompensasi
L akan beresonansi dengan Ct pada frekuensi tinggi dan menaikkan
tegangan diujung kaki-kaki C.
Gambar 6.111 Kurva laluan dari penyaring gelombang permukaan tipe OFW 730
Pengirim Suara Dua Kanal
Untuk mempertahankan keaslian suara suatu gambar ( mis : film )
diperlukan juga dua kanal atau suara stereo. Pengiriman dua kanal suara
dapat dilakukan dengan tiga macam cara
Dua Pembawa Suara
Pengiriman dengan dua pembawa suara adalah teknik pengiriman dua
kanal yang paling mudah. Proses ini mempunyai dua pembawa suara
yang dipancarkan bersama-sama. Pembawa suara pertama pada
frekuensi 5,5Mhz dan pembawa suara kedua pada 5,742Mhz.
Televisi 801
Gambar 6.115 Diagram blok sistem dua pembawa suara penerima suara
terpisah palsu.
Dalam kanal suara I pada rangkaian stereo berisi informasi L + R,
sedangkan dalam kanal 2 berisi informasi R dan pemandu suara
54kHzdengan frekuensi pengenal 117Hz, sehingga keluaran L + R dan R
dalam matriks diperoleh sinyal L dan R. Sinyal pemandu suara memberi
tanda bahwa sinyal yang masuk penerima adalah sinyal stereo. Dua
suara yang dimodulasi diperoleh suara 1 dalam kanal suara 1 dan suara
2 dalam kanal suara 2 dengan pemandu suara dengan frekuensi
pengenalnya 274Hz. Pemandu suara dan frekuensi pengenalnya
mensaklar penerima operasi dua suara.
tingkatan sinyal pembawa warna menjadi 100% dari 50% yang ditekan
pada penguat IF gambar. Penekanan sub pembawa warna sampai 50%
pada tingkat IF dengan maksud mencegah sinyal pembawa warna
sampai pada penguat Y.
Pada Gambar 6.119. rangkaian yang dibangun oleh TR1 adalah penguat
pelalu tengah 1 dan TR4 adalah rangkaian ACC nya. Penguatan TR1
diatur oleh TR4 yang tergantung pada amplitudo sinyal burs yang
dideteksi oleh detektor ACC. Jika amplitudo sinyal burs kecil, penguatan
TR1 naik. Transformator TR1 mengkoreksi cacat amplitudo frekuensi dari
sinyal sub pembawa warna pada penguat IF gambar.
Pada pemancar, sinyal V diputar 180 ° setiap satu baris horisontal, untuk
itu pada dua baris horisontal di penerima didapatkan +V dan -V.
Dalam penerima diperlukan rangkaian yang dapat:
a) Memperlambat sinyal warna selama 64 µ S.
b) Sinyal warna dari baris yang telah ditunda dan yang tidak ditunda
harus disaklarkan bersama-sama.
c) Menyaklarkan sinyal yang berpolaritas ± dari baris perbaris
Elemen penunda 1 H
Elemen penunda 1H adalah elemen mekanis elektronis. Prinsip
konstruksi elemen penunda 1 H ditunjukkan dalam Gambar 6.125.
terbalik. Oleh kedua dioda D1 dan D2, kedua sinyal tersebut disearahkan
dan mengisi kapasitor C1 dan C2. R1 dan R2 menjumlahkan kedua
tegangan tersebut dan dihasilkan sinyal warna. L dan C adalah rangkaian
pelalu frekuensi rendah, yang berfungsi untuk menghadang sinyal
pembawa yang masih tersisa.
Saklar PAL
Pada pemancar PAL, fasa dari sinyal V R-Y disaklarkan 0° - 180° setiap
baris perbaris. Didalam penerima PAL, beda fasa itu harus dikembalikan.
Supaya fasa V R-Y bisa dikembalikan, fasa dari sinyal referensi 4,43MHz
harus disaklarkan. Keluaran referensi pembawa dikopel dengan dua
induktor L1 dan L2, dan tegangannya pada hubungan dalamnya digeser
berlawanan 180°.
Kapasitor yang terletak pada titik kaki L1 dan L2 harus cukup kecil
supaya proses saklar dilaksanakan kalau baris baru mulai, tetapi jika
kapasitor cukup besar, tidak ada tegangan sinyal referensi yang jatuh.
PAL Flip-Flop
Dengan saklar PAL fasa pembawa referensi dapat diputar baris perbaris,
untuk melaksanakan itu diperlukan tegangan kotak sebagai
pengemudinya yang berasal dari PAL FLIP-FLOP . Pulsa pengemudi ini
diutamakan sebagai pulsa PAL.
0V
64 s=fH
t
UT2
VCTR2
UB
V
VCE Rest
U
t
U T1
VCTR1
V
UB
VCE Rest
U
t
128 s=fH/2
Gambar 6.133 Keluaran PAL Flip-Flop oleh pengendalian arah balik horisontal
Televisi 815
ada pulsa balik horisontal, TR2 mendapat tegangan positip dan TR2
menghubung. Keadaan ini menyebabkan TR1 menyumbat. Keadaan
stabil ini akan terus bertahan sampai datang pulsa balik horisontal
berikutnya.
Penguat Burs
Penguat burs dapat juga berfungsi ganda yaitu sebagai penguat daya
memisahkan sinyal burs dari sinyal gambar seperti pada Gambar 6.136.
Dari penguat
macam warna +24V
47nF 100
1
1,5nF
0,47uF L2 Ke diskriminator
R2 C1 fasa
3 560K 4 330pF
5
TR1
BC 183 TR2
L1 BC 254
C1
15nF 47K 330 330pF
D1
R1 100 4,7nF
100
2
Dari trafo
horisontal
Diskriminator Fasa
Pembangkitan pembawa referensi 4,43MHz harus disinkronkan fasa dan
frekuensinya dengan sinyal pembawa yang dibawakan dari pemancar.
Rangkaian diskriminator fasa mengenali pertukaran fasa dari sinyal R - Y.
1nF
+ - 470K
10pF
Burs Dari
osilator referensi
2K2
1nF
470K
- +
Ke
tingkat reaktansi
22nF 27K
0,1uF
e
b
0V
f
c
dari sinyal referensi pembawa dan sinyal burs untuk didapatkan sinyal
koreksi. Jika osilator bergoyang lebih lambat dari burs, maka pada
keluaran diskriminator fasa akan mempunyai pulsa positif yang lebih
tinggi dibanding pulsa negatifnya dan tegangan itu digunakan untuk
mengontrol osilator.
Osilator Referensi
Untuk pendemodulasian penerima dengan fasa yang benar, diperlukan
persyaratan osilator sebagai berikut :
1. Osilator harus dapat ditala pada frekuensi semestinya.
2. Harus bebas harmonisa, sehingga tidak ada sinyal tambahan pada
keluaran demodulator sinkron.
3. Kopling antara kuarsa penggetar dan transistor osilator harus cukup
leluasa, dengan begitu perubahan dari parameter transistor
khususnya kapasitansi, tidak mempengaruhi frekuensi.
4. Osilator dapat bergetar bebas, dan mengendalikan demodulator
sinkron.
+24V
33K
BC 183
Q C1
150pF
10K
8,2K
Tegangan atur 560
dari diskrinator fasa CR C2
560pF
Ic
Ce = (6.39)
Vr, β.2.π.fβ
Vr = tegangan temperatur
β = penguatan
fβ = frekuensi batas
Besar kapasitansi basis kolektor
1
CCB = (6.40)
VCB
33K
27K
BC 237A
BC 237B
270pF
Tegangan atur
dari diskrinator fasa 12K
6,8K 560
4,7nF 390pF
BB102
− Perbedaan sinyal VB-Y dan VR-Y dari pemancar yang berubah, harus
deikembalikan.
− Ketiga sinyal perbedaan warna bersama sinyal luminasi
mengendalikan tabung gambar sebagai VR, VG dan VB.
yaitu -VR dan -VB. Pada Gambar 6.144b adalah matrik dengan keluaran
sinyal perbedaan warna. Pada setiap emitor dari TR1 sampai TR3 diberi
sinyal UY dari sinyal perbedaan warna Reduksi sinyal UY dari sinyal
perbedaan warna.
B-Y R - Y
Ditentukan bahwa U = dan V =
2,03 1,14
Sehingga : B - Y = 2,03 U
R - Y = 1,14 Y
B−Y 2,03 U
dan : = = 1,78
R− Y 1,12 V
Dengan ibegitu maka penguatan sinyal U harus 1,78 kali lebih besar dari
sinyal V.
Pada Gambar 6.144 ditampakkan bahwa perbedaan penguatan tersebut
terletak pada RE dari TR1 dan TR3.
Gambar 6.146 Rangkaian lengkap pengendalian tabung gambar warna dengan tiga warna primer.
Televisi 826
Rangkuman
Untuk penerima televisi ditetapkan bahwa daerah VHF adalah pada
band-I (47MHz - 68MHz) dan band III (174MHz - 233MHz)), dan daerah
UHF adalah band-IV/V (470MHz - 854MHz). Tugas penala adalah
memilih salah satu dari frekuensi - frekuensi pada band dan merubahnya
menjadi frekuensi 38,9MHz untuk pembawa gambar dan 33,4MHz untuk
pembawa suara.
Fungsi penguat IF gambar adalah untuk enguatkan tegangan dari hasil
tingkat pencampur sampai pada batas yang dapat digunakan untuk
mengendalikan tingkat akhir video (sekitar 3-4V), sehingga diperlukan 3
sampai 4 tingkat penguat baik berupa transistor atau berupa IC dengan
penguatan kira-kira 6.000 kali, menghasilkan selektifitas yang diperlukan,
menguatkan tegangan pembawa suara yang frekuensinya 33,4MHz serta
mengendalikan tabung gambar pada kondisi yang sama pada kuat sinyal
yang berbeda dan untuk menyamakan goyangan kuat medan, untuk itu
penguatan penguat IF gambar harus dapat diatur.
Pendemodulasian sinyal gambar adalah untuk memisahkan sinyal
gambar dari sinyal pembawanya. Demodulasi sinyal gambar adalah
demodulator AM.
Pengaturan penguatan otomatis ( Automatic Gain Control / AGC )
mengontrol secara otomatis penguatan pada tingkat penala dan IF
gambar dari pesawat penerima televisi, sehingga didapatkan tingkatan
sinyal gambar yang relatip tetap pada keluaran demodulator gambar.
Bias AGC adalah tegangan DC yang didapatkan dari penyearah sinyal
gambar.
Penguat gambar memperkuat sinyal gambar dari demodulator dari
tegangan ≈ 3 Vpp menjadi ≈ 80 Vpp pada katoda tabung gambar untuk
mendapatkan kekontrasan gambar yang baik. Penguat gambar harus
menguatkan sinyal gambar dengan frekuensi 0 - 5MHz secara rata, untuk
itu umumnya penguat gambar dihubung langsung dari demodulator
gambar ke tabung gambar agar tidak merubah sinyal searah untuk
mendapatkan kecerahan yang benar.
Penguat macam warna adalah penguat resonansi yang melewatkan
frekuensi sub pembawa warna 4,43 ± 0,5MHz, dan bertugas menaikkan
tingkatan sinyal pembawa warna menjadi 100% dari 50% yang ditekan
pada penguat IF gambar. Penekanan sub pembawa warna sampai 50%
pada tingkat IF dengan maksud mencegah sinyal pembawa warna
sampai pada penguat Y.
Ada dua macam pengendalian tabung gambar berwarna, yaitu
pengendalian dengan sinyal warna primer dan sinyal perbedaan warna
Televisi 827
Tugas Mandiri
1. Jelaskan fungsi umum penala penerima televisi !
2. Jelaskan prinsip kerja rangkaian pelindung tegangan lebih
3. Sebutkan sifat-sifat dasar yang harus dimiliki oleh penguat IF
gambar
4. Jelaskan fungsi dari demodulator gambar
5. Jelaskan fungsi rangkaian pengaturan penguatan otomatis
(AGC) !
6. Jelaskan fungsi dari penguat gambar ( video )
7. Pada penerima pembawa suara terpisah , suara dimodulasi
secara ...
8. Apa keuntungan penerima pembawa suara tercampur ?
9. Apa kerugian pembawa suara terpisah palsu ?
10. Bagaimana pembawa suara terpisah palsu memproses sinyal
suara dan gambar ?
11. Jelaskan fungsi dari penguat macam warna !
12. Jelaskan fungsi dari pengkode PAL !
13. Jelaskan apa fungsi pensaklar PAL dalam rangkaian penerima
televisi warna !
14. Apakah kegunaan sinyal burs pada penerima televisi ?
Jelaskan !
15. Sebutkan tugas rangkaian pengendalian tabung gambar
warna !
16. Jelaskan prinsip mendapatkan kembali sinyal UG-Y!
17. Jelaskan ciri khusus dari layar depan tabung gambar warna
dengan kedok berlubang !
18. Sebutkan keuntungan dari tabung warna dengan kedok celah-
celah ?
19. Jika gambar pada televisi hanya berbentuk garis terang
horisontal perkirakan pada bagian mana terjadi gangguan !
20. Sebutkan fungsi rangkaian tingkat akhir horisontal ?
Televisi 825
Tingkat akhir
V B-Y V B-Y
B- Y
VU
V G-Y V G-Y
Matrik G-Y
VV
V R-Y
R-Y
V R-Y
Gambar 6.147 Blok diagram pengendalian tabung gambar warna dengan sinyal
perbedaan warna.
Pada pengendalian tabung gambar warna dengan sinyal perbedaan
warna, sinyal warna primer didapatkan didalam tabung gambar dengan
mencampurkan dua sinyal perbedaan warna dan sinyal luminansi
langsung pada tabung gambar.Rangkaian Gambar 6.147 terdiri atas
rangkaian matrik, tingkat akhir dan rangkaian clamper (penjepit).
Keluaran dari matrik adalah sinyal perbedaan warna diperkuat oleh
rangkaian tingkat akhir.Rangkaian lengkap dapat dilihat pada Gambar
6.148, transistor TR1 dan TR2 berfungsi sebagai penyesuai impendansi
antara tingkat demodulator sinkron yang berimpedansi tinggi dan tingkat
akhir yang berimpedansi rendah. Rangkaian R - C pada emitor tingkat
akhir berfungsi untuk mengkoreksi daerah frekuensi. Dengan C 0,1 µF
dan R 1kΩ dihubungkan sinyal perbedaan warna ke silinder Wehnelt.
Sinyal perbedaan warna tidak bisa langsung dihubungkan ke silinder
Wehnelt karena potensial silinder Wehnelt lebih negatif. Untuk itu dengan
C 0,1µF tegangan DC positif dapat dihalangi dan rangkaian penjepit
Televisi 826
R1
R3
R2
R4
0v
C2 R5
CK
CK
A
Ri Rd1 Rd2
D2
D1
VT VT RiT
R1 R2 RiT
C1 C2
V video
R1 R2
C1 C2
- Vgt
V
Gambar 6.150 Rangkaian penjepit jembatan dan rangkaian persamaannya.
Pada Gambar 6.150, saat ada pulsa balik horisontal, D1 dan D2 dalam
keadaan menghantar. Kapasitor C mengisi muatan melalui D2 sebesar V
kolektor dan Ureferensi. Tegangan jatuh di silinder Wehnelt akan sebesar
Vreferensi . Jika tegangan pada titik A naik maka pengisian kapasitor akan
terjadi lagi melalui D2. Tetapi jika tegangan A turun akan terjadi
penggosongan melalui D1. Dengan begitu tegangan pada silinder
Wehnelt akan dijaga tetap.
70V
+ -
Elektron
Pemanas
G
K
A
- +
16KV
Pengaturan Intensitas
Anoda diberi potensial sangat positip terhadap katoda. Katoda dipanasi
oleh kawat pemanas (heater) sehingga katodapun memancarkan
elektron-elektron. Elektron-elektron ini ditarik oleh anoda (seperti halnya
dalam tabung elektron biasa), karena anoda berpotensial sangat positip
terhadap katoda, maka elektron menuju ke anoda dengan energi yang
tinggi dan membentur layar tabung. Pada layar tabung gambar sudah
dilengkapi serbuk alumunium (selubung metal) yang terhubung langsung
dengan anoda sehingga mempunyai tegangan yang sama dengan anoda
dan layar juga diberi lapisan Phospor yang apabila terkena benturan
elektron-elektron dapat berpendar.
Pendaran-pendaran itu akan semakin terang apabila :
a) Jumlah elektron yang menumbuk anoda semakin besar.
b) Energi elektron menumbuk anoda semakin besar.
Jumlah elektron yang menuju anoda ditentukan oleh potensial G. Jika
potensial G negatip terhadap K maka elektron dari K dihadang oleh G
karena bermuatan sama.
Sehingga: semakin negatip potensial G terhadap K , akan semakin
sedikit elektron yang dilewatkan menuju A.
Pemfokusan
Yang dimaksud dengan pemfokusan berkas elektron adalah
mengontraskan bintik cahaya yang lebar dan redup menjadi satu titik
kecil, tajam dan cerah (intensif). Pemfokusan pada tabung gambar ini
memanfaatkan medan listrik.
Elektron
G
F1 F2
a) Kecepatan elektron-elektron
b) Kuat medan antara F1 dan F2
Susunan F1 dan F2 dinamai lensa elektro statik.
7
Katoda G G G G4 G
1 2 3 5
0V -40V +400V +16KV 0...400V +16KV
Layar Depan
Layar phospor
Metal tembus
cahaya
Pembelokan
Pembelokan dilakukan dengan menempatkan kumparan pembelok yang
dapat membangkitkan medan magnet. Ada dua macam bentuk lilitan
pembelok, yaitu lilitan Pelana dan lilitan Toroida.
Pelana
Toroida
Gambar 6.159 Lilitan pelana dan toroida
Lilitan pelana langsung dililitkan pada leher tabung gambar, sedangkan
lilitan toroida dililitkan pada inti berbentuk cincin dan diselubungkan pada
leher tabung gambar.
Toroida
Leher
tabung
Pelana
pembelokan
Pada tabung gambar paling kuno, sudut pembelokannya adalah 70° dan
diperbaiki menjadi 90°. Tabung gambar paling baru mempunyai sudut
pembelokan sampai 110°.
577
482,5
353
Diagonal
70
90
110
Pembelokan terbesar
Merah
Layar Hijau Katoda
Biru
g1
g2 0+ - 150V
300V
Fokus
+4,5KV
u
ja
V G2 = 300V 0,6mA
hi
n
da
ah
er
0,3mA
m
em
ru
st
bi
Si
em
st
Si
V G1
-50 V
Gambar 6.169 Letak magnet kemurnian warna dan medan magnet yang
dibangkitkan
Titik nyala
yang ditumbuk elektron
Titik nyala
Demagnetisasi
Tabung gambar berwarna bekerja didalam medan magnet, maka tidak
diperbolehkan bekerja didalam medan magnet selain medan magnet
yang ditentukan dalam tabung gambar. Misalnya : loudspeaker, Motor
dan lain-lain. Hal tersebut akan mengakibatkan kesalahan warna. Selain
itu medan magnet bumi juga dapat memagnetisasi kedok dan
membelokkan elektron pada jalan yang salah. Sehingga diperlukan
pendemagnetisasi yang dilakukan dengan memasang kumparan
demagnetisasi dekat layar gambar.
ke penyearah
Kumparan demagnetisasi
Rp
560
Prinsip pengkonvergensian
Pada sistim penembak elektron delta sangat diperlukan pembenaran
konvergensi dinamis. Tiap titik akan terpusat (terfokus) didalam tabung,
tidak terpusat pada layar, dikarenakan layar yang hampir-hampir datar
dan karakteristik dari kumparan pembelok.
R G B
h
h
V
V R RGB
G
Gambar 6.175 Cacat gambar yang dihasilkan oleh tabung gambar kedok
berlubang dan tabung gambar kedok celah-celah
Dari Gambar 6.175 tampak bahwa tabung dengan penembak delta
menghasilkan cacat gambar. Berkas -berkas sinar hanya terpusat pada
tengah-tengah layar dan makin tidak terpusat jika makin jauh dari tengah
layar.Untuk mendapatkan berkas-berkas sinar yang terpusat diseluruh
permukaan layar dibutuhkan pengkoreksian defleksi sendiri untuk setiap
berkas. Pengkoreksian berubah-ubah tergantung pada arah dan jarak
pembelokkan dari pusat. Untuk tabung dengan sudut 110° dibuat kira-kira
18 pengaturan. Cara ini jelas akan memerlukan waktu panjang. ika ketiga
penembak elektron diletakkan berjajar dalam suatu garis seperti dengan
tabung : ”IN LINE” berkas-berkas sinar akan terpusat walaupun layar
datar dan karateristik dari kumparan pembelok tidak optimal.Pada
gambar 6.175 ditampakkan juga bahwa ketiga berkas-berkas sejajar tidak
mempunyai lagi kesalahan vertikal, dan karena itu kefokusan berada
dalam satu garis. Sekarang medan magnet pembelok horisontal
dirancang bahwa berkas-berkas terfokus diseluruh layar. Hanya
pembelokkan vertikal yang masih tetap akan menghasilkan efek bantal
yang harus dihilangkan.
Keuntungan dari sistem 20 AX
Keuntungan dari sistim kedok celah-celah bukan hanya terletak pada
pengkonvergensian sendiri , tetapi juga pada kemurnian warnanya dan
pemilihan warna karena sistem berkasnya jatuh pada satu garis.
Pemakaian garis-garis vertikal dari phosphor dan celah-celahnya banyak
Televisi 841
Pemisah pulsa
Pemisah pulsa bertugas untuk memisahkan pulsa sinkronisasi dari sinyal
gambar.Pada Gambar 6.176 ditunjukkan prinsip pemisah pulsa.
Kapasitor C menghubungkan sinyal gambar dengan polaritas positip
mengakibatkan penaikkan tegangan basis transistor. Arus basis mengalir
dan mengosongkan C1 dengan polaritas seperti Gambar 6.176. Muatan
C melalui R 47K tidak dapat mengalir dengan cepat dan menggeser
tegangan bias basis sehingga titik kerja transistor bergerak kearah titik
balik. Tegangan bias terus turun sehingga titik pengendaliannya terletak
pada daerah pulsa sinkronisasi.
Televisi 842
+12V
1M 3,9K
Dar i penguat C
gambar +
BC 238
Ua
47 F R
U FBAS Ust 47K
U Ua
FBAS UST 12V
0V 0V 0V
t t t
Tr Tr
mengalir menyumbat
AP
0V 0,5V UBE t
Gambar 6.179 Prinsip rangkaian pemisah pulsa dengan double konstanta waktu
R2 dan C2 pada Gambar 6.179 mempunyai konstanta waktu yang kecil
untuk mengikuti perubahan pulsa derau yang cepat. Sehingga hampir
semua tegangan pulsa derau terletak pada C2, dan C2 mengosongkan
dengan cepat melewati R2 sehingga hasil sinyal bias oleh R1, C1 tetap
tergantung pada pulsa sinkronisasi. Pemisah pulsa dengan double
konstanta waktu dapat membuang amplitudo pulsa derau besar yang
merupakan pulsa gangguan dengan cara mematikan rangkaian pulsa.
Rangkaian tersebut dinamakan pensaklar derau atau noise switch.
Televisi 844
Setengah
Setengah
Gambar 2
Gambar 1
Pembentukan pulsa
Pembelokan pada tabung gambar dikendalaikan oleh pulsa gigi gergaji.
Maka osilator sumbatan harus menghasilkan pulsa gigi gergaji untuk
pembelokan.
melalui R3 sampai melewati titik nol dan seterusnya. Keadaan ini terjadi
terus menerus ditentukan oleh konstanta waktu R2 - C1 atau C2-R3.
Pada saat TR2 menyumbat C4 mengisi muatan melalui R6 dan pada saat
TR2 menghantar C4 membuang muatan melalui R6 dan resistansi
kolektor-emitor. Konstanta waktu pengisian dan pengosongan ditentukan
oleh R6 dan C4.
Pembangkit Sinus
(a)
(b)
Gambar 6.194 Rangkaian lengkap pembangkit tegangan sinus
Integrator Miller
6.4.19 Sinkronisasi
Proses sinkronisasi adalah proses penyerempakan gerak pembelokan
yang terjadi pada pengirim dan penerima.
Pada pesawat penerima televisi, proses pembelokan diawali oleh
pembangkit tegangan sapuan. Maka proses sinkronisasi dilakukan pada
pembangkit tegangan sapuan.
Osilator Sumbatan
Osilator sumbatan disebut sebagai osilator lunak (soft oscilator) karena
frekuensinya mudah berubah oleh variasi tegangan basis penguat..
Dengan memberikan pulsa searah sinkronisasi pada basis transistor
penguatnya, maka fasa dan frekuensi osilator bisa disamakan dengan
pulsa sinkronisasi.
Televisi 854
1
gambar ditengah
0
-1 arah mundur
-2 arah maju
20ms 1,4 ms
Titik gambar
paling atas
(pembelok)
Proses pembentuk
gigi gergaji
Arah arus
Gambar 6.204 Jalannya arus dan tegangan dalam kumparan pembelok tegak
Televisi 857
Penyama Fasa
Penyama fasa bertugas membandingkan fasa dari sinyal sinkron
pemancar dan sinyal yang dibangkitkan oleh oscilator horisontal. Dari
pembandingan dihasilkan tegangan pengontrol untuk menyamakan fasa
sinyal sinkronisasi dari pemancar dan yang dihasilkan osilator.
Untuk penyikronan tidak langsung, dibangkitkan tegangan yang besarnya
tergantung penyimpangan frekuensi oscilator dan dari pemancar. Pulsa
balik horisontal melalui transformator horisontal diberikan pada kedua
ujung dioda. Pulsa sinkronisasi diberikan pada titik tengah antara kedua
dioda. Kedua pulsa tersebut melalui dioda-dioda,dijumlahkan sekaligus
disearahkan. C 47nF pengisiannya dengan polaritas seperti Gambar
6.208. Tahanan 39 kΩ membentuk tahanan pemisah agar pulsa tidak ter-
Televisi 859
D1 D1
0V 0V
-1V -0,5V
a) b)
f<f soll
D1
0V
-8V
URS=-7,5V
0V +0,5V
D2
c)
39K 1,2M
BC559
47n 500K
Dari T1
penggeser BC 548
tegangan
2,7 1,2M T2
1,2M M
39K
Ke osilator
4,7K horisontal
Perangkat konvergensi
Untuk mendapatkan warna yang benar pada leher tabung gambar tidak
hanya diletakkan perangkat pembelok, tapi juga perangkat konvergensi
yang terdiri dari tiga sistem magnet yang saling bertolak belakang
dengan membentuk sudut 120° . Setiap sistim terdiri dari sistim magnet
yang berbolak-balik. Selanjutnya pada inti magnet digulungkan pada dua
pasang lilitan, yang melaluinya dan melalui magnet permanen (tetap)
menembus kaca leher tabung gambar, terbangkit garis-garis gaya
magnet yang memebebani dua sepatu kutub
Televisi 863
Pengaturan ini bisa dimungkinkan dengan magnet lateral biru yang bisa
menggeser berkas elektron biru kearah tagensial, berlawanan dengan
arah berkas elektron merah dan hijau.
Magnet lateral biru dibuat dari cincin magnet berpolaritas enem dan
dipasang sedemikian rupa sehingga pusatnya tidak terletak pada sumbu
tabung gambar berwarna itu.
R G
baris ke 1
N baris 310
Utara
baris 301 60 µsec
W
Barat T 0
SelatanTimur t
S
baris 601 Koreksi U S
untuk baris 6 01
60 µsec
baris ke 1 20mS (1 Bildperiode )
Koreksi 0 W
baris 601
B = f (H)
Kurva pem agnitan
m (L)
Pros es
induktivitas
L = f (H)
H ( I st ) T Gain t
I vertikal
I pengendali
T Gain
8 9
Koreksi
raster
Pembelok
vertikal
Transformator keluaran
C
gambar
TeaganganTinggi
N2 C6
8,2K 470K
C1 C3 C5 Pembatas -
arus sinar
+
300K 500K
4,8KV
Tegangan fokus
2,5M U
BYX55
+500V
G2CRT Tegangan atur horisontal
N1
10 uF 6560K
+ 22n 1,5K
Linieritas horisontal
Tingkat Kekumparan defleksi horisontal
akhir
horisontal +U1 = 10V (dari teg. jala - jala)
1,5K
50V 1
Pulsa untuk +30V
konvergengsi dinamis N3 N4 150
Sumber arus dan
50V 2XBYX55 2,5 tegangan rendah
Pengatur te - 350V 150 +
gangan gelap 60V 220uF +26V
N5 +
Pengatur te -
gangan blanking 60V N6 Filamen