Anda di halaman 1dari 287

MODUL AJAR

PENERAPAN SISTEM RADIO DAN TELEVISI

TEKNIK AUDIO VIDEO


SMK PALAPA SEMARANG
MODUL AJAR PENERAPAN SISTEM RADIO DAN TELEVISI

1. Informasi Umum
a. Identitas
Nama Penyusun : Andi Muhammad Dzulfikar. S.Pd.
Sekolah : SMK Palapa Semarang
Tahun : 2023
Jenjang Sekolah : SMK
Kelas : XI TAV
Alokasi Waktu : 18 JP (18 x 45 menit)
Jumlah Pertemuan : 3 Pertemuan @ 18 JP

b. Kompetensi Awal Memahami pengertian Peralatan dan


perlengkapan tempat kerja
c. Profil Pelajar Pancasila Mandiri, Bernalar Kritis, Berkebhinekaan
Global
d. Sarana dan Prasarana Buku Teks, PPT, Toolset, Alat ukur, Komponen
Elektronika,
e. Target Peserta Didik Modul ini dapat digunakan oleh siswa
reguler,
f. Model Pembelajaran Tatap Muka

2. Komponen Inti
a. Tujuan Pembelajaran 1. Setelah mengikuti proses
pembelajaran, peserta didik
diharapkan dapat memahami
identifikasi peralatan dan
perlengkapan di tempat kerja
2. dengan benar
Setelah mengikuti proses
pembelajaran, peserta didik
diharapkan dapat mempersiapkan
dan menggunakan peralatan dan
perlengkapan di tempat kerja
dengan benar

b. Pemahaman Pemahaman tentang peralatan dan


Bermakna perlengkapan di tempat kerja

c. Pertanyaan Pemantik Apa saja peralatan yang digunakan di


bengkel pada bidang otomotif?
Apakah kalian pernah menggunakannya?

d. Kegiatan Pertemuan 1

2
Pembelajaran a) Pembukaan
(1) Guru mengucapkan salam
mengecek kehadiran
(2) Guru dan siswa berdoa
bersama
(3) Guru menyampaikan tujuan
pembelajaran dan garis
besar kegiatan pembelajaran dan
teknik penilaian
(4) Apersepsi dengan
memberikan pertanyaan
pertanyaan pemantik
(b) Kegiatan Inti
(5) Mulai Dari Diri : Guru mengajukan
pertanyaan pemantik. Siswa
menjawab pertanyaan pemantik
yang disampaikan oleh guru. Guru
memberikan gambaran materi
pembelajaran secara umum tentang
identifikasi peralatan di tempat
kerja.
(6) Ruang Kolaborasi: Guru
membentuk kelompok siswa, setiap
kelompok mendiskusikan tentang
bagaimana cara mengidentifikasi
macam macam peraltan kerja pada
proses bidang otomotif.
(7) Elaborasi Pemahaman:
Setiap kelompok
mempresentasikan hasil diskusi.
(8) Koneksi Antar Materi: setiap
kelompok menyusun laporan hasil
diskusi dengan menghubungkan
beberapa materi yang sudah
mereka pelajari.
(9) Aksi Nyata : Peserta didik
mengumpulkan laporan hasil
diskusi ke pada guru
(C) Penutup:
(10) Memberikan kesimpulan dari
serangkaian kegiatan
(11) Refleksi terhadap pembelajaran
yang dilakukan
(12) Memberikan informasi Penugasan
observasi di lingkungan sekitar
secara berkelompok (LKPD)

3
Pertemuan 2
(a) Pembukaan
(1) Guru mengucapkan salam
mengecek kehadiran
(2) Guru dan siswa berdoa
bersama
(3) Guru menyampaikan tujuan
pembelajaran dan garis
besar kegiatan pembelajaran
dan teknik penilaian
(4) Apersepsi dengan
memberikan pertanyaan
pertanyaan pemantik
(b) Kegiatan Inti
(5) Mulai Dari Diri : Guru
mengajukan pertanyaan pemantik.
Siswa menjawab pertanyaan
pemantik yang disampaikan oleh
guru tentang mempersiapkan dan
menggunakan peralatan dan
perlengkapan di tempat kerja
bidang otomotif.
(6) Ruang Kolaborasi: Siswa
mempresentasikan hasil
observasi mempersiapkan dan
menggunakaka peralatan di
bidang otomotif sesuai kelompok
masing- masing.
(7) Elaborasi Pemahaman: siswa
lain diberi kesempatan
mengajukan pertanyaan ke
kelompok yang melakukan
presentasi.
(8) Koneksi Antar Materi: setiap
kelompok memperbaiki laporan
observasi berdasarkan masukan
masukan dari hasil diskusi..
(9) Aksi Nyata : Peserta didik
mengumpulkan laporan hasil
diskusi ke pada guru

(c) Penutup:
(1) Memberikan kesimpulan dari
serangkaian kegiatan
(2) Refleksi terhadap pembelajaran
yang dilakukan
(3) Memberikan informasi materi yang
akan dipelajari selanjutnya.
e. Asesmen Jenis:
Asesmen Diagnostik, Asesmen Formatif
Asesmen Sumatif
Teknik:
Observasi, Penugasan, Tes Tertulis
Instrumen:
Lembar Observasi, catatan anekdo, Lembar
Kerja Peserta Didik, Soal Uraian

f. Pengayaan dan Memberikan Bimbingan bagi siswa yang


Remidial belum memahami materi Dan Pengayaan
informasi bagi siswa yang sudah
memahami materi.

g. Refleksi LEMBAR REFLEKSI


• Materi pembelajaran atau topik mana yang
menurut kalian paling sulit dipahami?
Jelaskan!
1 ...............................................................................
2 ..............................................................................
3 ...............................................................................
4 ...............................................................................
5 ...............................................................................
• Materi pembelajaran atau topik mana yang
menurut kalian paling kalian suka?
Sebutkan alasanya!
1 ...............................................................................
2 ..............................................................................
3 ...............................................................................
4 ...............................................................................
5 ...............................................................................

Mengetahui: Semarang, 15 Juni 2023


Kepala SMK Palapa Semarang Guru Mapel

Muslikin, S.Pd. Andi Muhammad Dzulfikar, S.Pd.


Teknik Radio

Kegiatan Belajar 1

RANGKAIAN BLOK PENERIMA RADIO AMPLITUDO


MODULATION (AM)

1. Tujuan Pembelajaran
 Menyebutkan nama masing-masing blok dari rangkaian penerima radio AM
langsung
 Menyebutkan nama masing-masing blok dari rangkaian penerima radio AM
superheterodin
 Menyebutkan fungsi masing-masing blok dari rangkaian penerima radio AM
Superheterodin
2. Uraian Materi
2.1. RANGKAIAN BLOK PENERIMA RADIO AM
Gambar Blok Penerima langsung

HF AM AF

Gambar 1

Gambar Keterangan
Penguat frekuensi tinggi merupakan penguat
selektif, hanya frekuensi sinyal tertentu saja yang
HF
dikuatkan.
Demodulator atau detektor, memisahkan sinyal
berfrekuensi rendah dari sinyal berfrekuensi tinggi
AM

Blok Penerima Radio AM 1


Teknik Radio
Penguat frekuensi rendah menguatkan sinyal
berfrekuensi rendah dari demodulator sehingga
AF
mampu menggerakkan Loudspeaker
Loudspeaker mengubah sinyal listrik menjadi
sinyal suara

Penerima langsung menerima sinyal tanpa PERUBAHAN BESAR FREKUENSI sampai


pada tingkat demodulator.
Kekurangan dari penerima ini bahwa : penguatan frekuensi tinggi tergantung pada
lebar frekuensi . Untuk menerima dari pemancar lain rangkaian resonator dari penguat
frekuensi tinggi harus DITALA lagi. Untuk leluasa menerima banyak pemancar
dibutuhkan rangkaian resonator yang banyak pula.

Gambar rangkaian blok penerima radio superheterodin

Antena

fe f IF IF f AM AF
IF
fo

Gambar2

Gambar Keterangan
Penala memilh sinyal radio dengan frekwensi yang
diinginkan

Blok Penerima Radio AM 2


Teknik Radio

Osilator lokal membangkitkan getaran lokal , untuk MW kira-


G
kira 900 kHz sampai 2000 kHz

Pencampur, mencampur sinyal yang diterima ( dari penala )


dengan sinyal dari osilator sehingga diperoleh sinyal dengan
frekuensi antara ( IF ). Frekuensi antara untuk semua sinyal
penerimaan sama yaitu antara 455 kHz - 470 kHz

Penguat frekuensi antara ( IF ) menguatkan sinyal dengan

IF frekuensi antara ( IF )

Demodulator atau detektor untuk mendapatkan sinyal


frekuensi rendah dari sinyal frekuensi antara
AM

Penguat frekuensi rendah menguatkan sinyal frekuensi rendah


dari demodulator sehingga mampu menggerakkan Loud
AF
speaker

Loud spekaker mengubah sinyal listrik menjadi sinyal suara

Pada penerima radio superheterodyne , frekuensi sinyal yang diterima dubah kedalam
frekuensi yang lebih rendah yang disebut frekuensi antara ( IF = Intermediate
Frequency ).
Frekuensi ini sama untuk semua sinyal yang diterima baik dari band MW , LW maupun
SW yaitu antara 455 kHz - 470 kHz
Penguatan utama dari sinyal yang diterima berada pada penguat frekuensi antara ,
frekuensi antara besarnya konstan sehingga hanya diperlukan satu penguat untuk
frekuensi IF.

Blok Penerima Radio AM 3


Teknik Radio
Frekuensi Antara
Besarnya frekuensi antara IF = fo - fe
fo = Frekuensi osilator
fe = Frekuensi penerimaan

Contoh :
Berapa besar perubahan frekuensi osilator MW jika pemancar berfrekuensi 530 kHz -
1300 kHz seharusnya diterima ?

Jawab 1. fo = 530 kH + 455 kHz = 985 kHz ; fo 2 = 1300 kHz + 455 kHz = 1755
kHz

Blok Penerima Radio AM 4


Teknik Radio
3. Lembar Latihan / Evaluasi
a) Gambarkan blok penerima langsung radio AM ! serta sebutkan nama masing-
masing blok
b) Gambar dibawah ini adalah rangkaian blok radio superheterodin sebutkan
nama masing-masing blok
c) Dari pertanyaan nomor dua sebutkan nama fungsi dari masing-masing blok
tersebut.

Antena

fe f IF IF f AM AF
IF
fo

Blok Penerima Radio AM 5


Teknik Radio
4. Lembar Jawaban
a) Gambarkan blok penerima langsung penerimaan radio AM ! serta sebutkan
nama masing-masing blok
Jawab :

A ntena
1

HF AM AF
2 3 4 5

1 = Antena Penerima
2 = Penguat frekuensi tinggi
3 = Detektor AM
4 = Penguat frekuensi rendah ( suara )
5 = Loud Speaker

b) Gambar dibawah ini adalah rangkaian blok radio superheterodin sebutkan


nama masing-masing blok
Jawab :

A ntena
1 2 3 4 5 6 7

fe f IF IF f IF AM AF
fo

1 = Antena penerima
2 = Penala
3 = Pencampur ( Mixer )

Blok Penerima Radio AM 6


Teknik Radio
4 = Pencampur frekuensi antara ( IF )
5 = Detektor AM
6 = Penguat frekuensi rendah ( suara )
7 = Loud Speaker
8 = Osilator Lokal
c) Dari pertanyaan nomor dua sebutkan nama fungsi dari masing-masing blok
tersebut.

Gambar Keterangan
Penala memilh sinyal radio yang diinginkan

Osilator lokal membangkitkan getaran , untuk MW


G
kira-kira 900 kHz sampai 2000 kHz

Pencampur, mencampur sinyal radio yang diterima (


dari penala ) dengan sinyal dari osilator sehingga
diperoleh sinyal dengan frekuensi antara ( IF ).
Frekuensi antara untuk semua sinyal penerimaan
sama yaitu 455 kHz - 470 kHz

Penguat frekuensi antara ( IF ) menguatkan sinyal

IF dengan frekuensi antara ( IF )

Demodulator atau detektor memisahkan sinyal


frekuensi rendah dari sinyal frekuensi antara
AM

Penguat frekuensi rendah menguatkan sinyal


frekuensi rendah dari demodulator sehingga mampu
AF
menggerakkan Loud speaker

Loud spekaker mengubah sinyal listrik menjadi sinyal


suara

Blok Penerima Radio AM 7


Teknik Radio

Kegiatan Belajar 2

RANGKAIAN BLOK PENERIMA RADIO FREQUENCY


MODULATION (FM)

1. Tujuan Pembelajaran
 Menggambarkan blok dari rangkaian penerima radio FM.
 Menggambarkan blok dari rangkaian penerima radio superheterodine.
 Menghitung frekwensi osilator lokal jika frekwensi pemancar diketahui
 Menghitung frekwensi pemancar jika frekwensi osilator lokal diketahui
 Menyebutkan nama masing-masing blok dari rangkaian penerima radio FM
 Menyebutkan perbedaan blok pemerima mono dan stereo
2. Informasi
2.1. RANGKAIAN BLOK SECARA UMUM PENERIMA RADIO
Gambar Rangkaian Blok Penerima FM MONO
A ntena
A B C D E F G H I

RF IF FM AF

fo

Gambar 3

8
Teknik Radio
Gambar Rangkaian Blok Penerima FM STEREO
H I

Antena AF
A B C D E F K

stereo
RF IF coder
FM

fo H I

AF

Gambar 4
Secara gambar rangkaian blok , penerima FM hampir sama dengan penerima AM ,
perbedaan berada pada frekuensi yang diterima yaitu antara 88 Mhz - 100 Mhz dan
frekuensi antara sebesar 10,7 Mhz serta cara demodulasinya serta bagian low pass
filter pada penerima mono dan pada mode stereo dilengkapi dengan stereo decoder
dan 2 power amplifier untuk sistem penerima FM stereo.
Bagian dari blok diatas adalah :

Gambar Keterangan

Penala memilih sinyal yang diinginkan dengan cara


membuat suatu rangkaian resonator yang frekwensi
resonansinya dapat dirubah rubah (geser) daerah kerja
penala ini tergantung dari frekwensi yang kan diterima dan
menurut aturan internasional seperti misalnya untuk FM
berada pada daerah frekwensi antara 88 MHz. sampai
dengan 108 MHz.

9
Teknik Radio

Osilator lokal membangkitkan gelombang listrik dengan


frekwensi tertentu , pembangkitan ini ada beberapa
G
jenis,mulai dari osilator LC dikenal dengan osilator hartley,
colpit, meissner dan lain lain serta pada osilator osilator
dengan performa yang bagus baik tingkat kesetabilan
maupun kerja frekwensinya yaitu dengan menggunakan PLL
syntesizer . untuk FM kira-kira 98,7 MHz sampai 118,7 MHz.

Pencampur, mencampur sinyal yang diterima ( dari penala )


setelah dikuatkan terlebih dahulu pada RF amplifier dengan
sinyal dari osilator output dari mixer ini mempunyai keluaran
yang komplek karena terdiri dari banyak frekwensi , namun
karena ditala pada frekwensi IF, sehingga diperoleh sinyal
dengan frekuensi antara ( IF ) yang paling besar . Frekuensi
antara untuk semua sinyal penerimaan sama yaitu 10,7 MHz.
namun adakalanya frekuensi antara ini tidak sebesar 10,7
MHz , misalnya pada peralatan komunikasi VHF dan UHF
menggunakan frekwensi antara yang lebih besar dari 10,7
MHz.

10
Teknik Radio

Penguat frekuensi antara ( IF ) menguatkan sinyal dengan


frekuensi antara ( IF ) frekwensi antara ini dikuatkan sampai
beberapa kali dan tingkatan , hal ini diharapkan untuk
IF
mendapatkan performa yang baik, kualitas penguat IF ini
akan mempengaruhi selektifitas dari penerima radio , pada
penerima AM dibatasi daerah kerja (band width) sekitar 10
KHz, bahkan untuk penerima SSB kurang dari 5 KHz namun
untuk FM lebih lebar karena daerah spektrum frekwensinya
juga lebar pada peralatan komunikasi dengan sistem FM
narow band band width IF cukup sempit antara 10 ~ 15
KHz. Sedang pada FM brodcasting FM mono berkisar
sampai dengan 20 KHz. Sedangkan untuk FM stereo
mencapai 240 KHz.

Demodulator atau detektor berfungsi mengembalikan sinyal


informasi yang termodulasi FM pada frekwensi IF , metode
FM demodulasi ini ada beberapa cara , secara rinci dapat dilihat
pada bahan ajar berikutnya.

Penguat frekuensi rendah menguatkan sinyal frekuensi


rendah dari demodulator sehingga mampu menggerakkan
AF
Loud speaker

Loud spekaker mengubah sinyal listrik menjadi sinyal suara

Stereo decoder berfungsi untuk mengkodekan atau


stereo
coder mendapatkan kembali sinyal L dan sinyal R yang pada saat
pengiriman sinyal tersebut dikodekan . stereo decoder ini
akan berfungsi jika pemancar yang diterima juga pemancar
stereo (informasi lebih lanjut ada pada LP selanjutnya).

11
Teknik Radio

Pelalu frekwensi rendah, suatu blok bagian yang terdapat


LPF
pada penerima FM mono yang berfungsi untuk membatasi
daerah laluan LPF ini mempunyai frekwensi guling atas
sekitar 19 KHz, ini dimungkinkan agar penerima mono
dapat kompatibel jika menerima siaran stereo dan hanya
menerima sinyal L + R.

Frekuensi Antara (IF) intermediate frequency

Frekwensi antara adalah proses conversi frekwensi dari frekwensi pemancar ( yang
besarnya diantara 88 MHz. sampai dengan 108 MHz) yang ditangkap pada penerima
menjadi satu frekwensi yang besarnya tetap.

Pada gaambar blok penerima FM dapat dilihat perubahan besar frekwensi osilator
akan selalu disertai dengan perubahan penalaan pada rangkaian penala , ini
dimaksudkan agar antara penala dan osilator perubahan selalu sinkron pada osilator
frekwensi osilasi diset lebih tinggi 10,7 MHz dari resonansi rangkaian penala angka
10,7 tersebut adalah besarnya frekwensi antara.

Besarnya frekuensi antara IF = fo - fe

fo = Frekuensi osilator

fe = Frekuensi penerimaan

Contoh :

Berapa besar perubahan frekuensi osilator FM pada daerah penerimaan 88 Mhz - 108
Mhz

Jawab :

fol = 88 mHz + 10,7 Mhz = 98,7 kHz ; foh = 108 Mhz + 10,7 kHz = 118,7 MHz

 fol adalah frekwensi osilator low (terendah)

 foh adalah frekwensi osilator high (tertinggi)

12
Teknik Radio

3. Lembar Latihan

a) Gambar dibawah ini adalah rangkaian blok penerima radio FM mono sebutkan
masing masing blok dari penerima FM mono tersebut beserta fungsinya.

Antena
A B C D E F G H I

RF IF FM AF

fo

b) Gambar dibawah ini adalah rangkaian blok penerima radio FM stereo sebutkan
masing masing blok dari penerima FM stereo tersebut beserta fungsinya.

H I

Antena AF
A B C D E F K

stereo
RF IF FM coder

fo H I

AF

c) Dapatkah frekwensi IF .dirubah dengan frekwensi yang lainnya, mengapa


dipilih frekwensi IF sebesar itu, dan bagaimana jika frekwensi IF tersebut dibuat
455 KHz.?
d) Di penerima radio FM yang menggunakan PLL disana tidak terlihat rangkaian
penalanya , pada hal pada blok penerima disana ada , bagaimana hal ini
dapat berfungsi dengan baik ?
e) Apakah frekwensi osilator harus selalu lebih tinggi dari frekwensi pemancar
yang diterima ? jelaskan jawabmu >

13
Teknik Radio
f) Mengapa pada penerima FM mono detelah demodulator disisipkan LPF apakah
fungsi LPF tersebut, dan bagaimana jika LPF dilepas ?
g) dapatkah penerima FM mono dirubah ke stereo ? langkah apa saja yang harus
dilakukan ?
h) Jika penerima FM stereo setelah demodulator dipasang LPF apakah yang
terjadi ?

14
Teknik Radio
4. Lembar Jawaban

a) Gambarkan diagram blok penerima FM mono

Antena
A B C D E F G H I

RF IF FM AF

fo

A Antena Menangkap gelombang radio

B Penala Menyeleksi gelombang radio yang ditangkap oleh antena


berdasarkan rangkaian resonansi dari bagian penala
tersebut

C RF Amplifier Menguatkan sinyal RF yang telah terseleksi pada bagian


penala sampai beberapa dB agar didapatkan kepekaan
yang baik serta meningkatkan kinerja dari penerima itu
sendiri.

D Mixer Menyampur sinyal yang berasal dari penguat RF amplifier


dengan sinyal yang berasal dari osilator

E IF Amplifier Menguatkan sinyal selisih hasil pencampuran pada mixer


dan dikenal sebagai penguat antara.

F FM Demodulator atau detektor berfungsi mengembalikan


Demodulator sinyal informasi yang termodulasi FM pada frekwensi IF ,
metode demodulasi ini ada beberapa cara , secara rinci
dapat dilihat pada bahan ajar berikutnya.

15
Teknik Radio

G LPF Pelalu frekwensi rendah, suatu blok bagian yang terdapat


pada penerima FM mono yang berfungsi untuk membatasi
daerah laluan LPF ini mempunyai frekwensi guling atas
sekitar 19 KHz, ini dimungkinkan agar penerima mono
dapat kompatibel jika menerima siaran stereo dan hanya
menerima sinyal L + R.

H Audio amplifier Penguat frekuensi rendah menguatkan sinyal frekuensi


rendah dari demodulator sehingga mampu menggerakkan
Loud speaker

I Speaker Loud spekaker mengubah sinyal listrik menjadi sinyal suara

J Osilator Membangkitkan gelombang listrik dengan frekwensi


tertentu yang besarnya osilasi dari 98,7 MHz sampai
dengan 118,7 MHz.

b) Gambarkan diagram blok penerima FM stereo

H I

Antena AF
A B C D E F K

stereo
RF IF FM coder

fo H I

AF

A Antena Menangkap gelombang radio

B Penala Menyeleksi gelombang radio yang ditangkap oleh antena


berdasarkan rangkaian resonansi dari bagian penala
tersebut

16
Teknik Radio

C RF Amplifier Menguatkan sinyal RF yang telah terseleksi pada bagian


penala sampai beberapa dB agar didapatkan kepekaan
yang baik serta meningkatkan kinerja dari penerima itu
sendiri.

D Mixer Menyampur sinyal yang berasal dari penguat RF amplifier


dengan sinyal yang berasal dari osilator

E IF Amplifier Menguatkan sinyal selisih hasil pencampuran pada mixer


dan dikenal sebagai penguat antara.

F FM Demodulator atau detektor berfungsi mengembalikan


Demodulator sinyal informasi yang termodulasi FM pada frekwensi IF ,
metode demodulasi ini ada beberapa cara , secara rinci
dapat dilihat pada bahan ajar berikutnya.

K Stereo Stereo decoder berfungsi untuk mengkodekan atau


decoder mendapatkan kembali sinyal L dan sinyal R yang pada
saat pengiriman sinyal tersebut dikodekan . stereo
decoder ini akan berfungsi jika pemancar yang diterima
juga pemancar stereo (informasi lebih lanjut ada pada LP
selanjutnya).

H Audio amplifier Penguat frekuensi rendah menguatkan sinyal frekuensi


rendah dari demodulator sehingga mampu menggerakkan
Loud speaker

I Speaker Loud spekaker mengubah sinyal listrik menjadi sinyal


suara

J Osilator Membangkitkan gelombang listrik dengan frekwensi


tertentu yang besarnya osilasi dari 98,7 MHz sampai
dengan 118,7 MHz.

17
Teknik Radio
c) Pada prinsipnya dapat karena metode yang digunakan hanyalah konversi
frekwensi dari frekwensi yang berubah ubah di buat frekwensi yang tetap untuk
memudahkan saat demodulasi ,dan dipilih frekwensi 10,7 MHz karena standard
yang digunakan untuk frekwensi IF FM broadcasting adalah sebesar itu
sedangkan komponen penunjangnya juga seperti ceramic filter dan filter yang
lain yang tersedia juga sebesar itu, dan jika frekwensi IF dirubah ke 455 KHz
itupun bisa namun ini digunakan pada demodulasi pada sistim FM narow band
pada FM komunikasi.
d) Pada penerima radio yang tidak menggunakan penala pada bagian depannya
biasanya dilengkapi dengan band pass filter yang membatasi daerah laluan .
pada FM dibatasi daerah laluan adalah daerah kerja FM yaitu antara 88 MHz.
sampai dengan 108 MHz. dengan demikian fungsi penala digantikan oleh BPF
e) Tidak harus, untuk frekwensi VHF hal ini tidak menjadi masalah, karena untuk
frekwensi osilator ditempatkan lebih tinggi atau lebih rendah dari frekwensi
pemancar yang diterima secara teknis sama mudahnya. Tidak seperti pada
penerima pada band MW yang bekerja pada 550 KHz. Sampai dengan 1800
KHz dengan frekwensi IF sebesar 455 KHz. Akan kesulitan jika frekwensi osilator
berada dibawah frekwensi pemancar.
f) Untuk membatasi frekwensi penerimaan, supaya dapat kompatibel sehingga
disaat penerima mono tersebut menerima pancaran stereo hanya sinyal L+R saja
(mono) yang dapat diterima , jika tidak ada LPF maka yang diterima dan yang
terdengar adalah sinyal multiplex dan ini akan mengganggu penerimaan
penerima mono.
g) dapat dengan menambahkan bagian bagian yang tidak ada dari blok penerima
stereo dan juga menambahkan satu lagi AF amplifier disamping juga
speakernya. Secara lengkap lepas bagian LPF nya dan tambahkan stereo
decoder.
h) Penerima hanya akan mendapatkan sinyal L+R saja sehingga stereo decoder
tidak dapat menjalankan tugasnya karena tidak adanya sinyal MPX yang masuk
pada stereo decoder.

18
Teknik Radio

19
Teknik Radio

Kegiatan Belajar 3

OSILATOR

1. Tujuan Khusus Pembelajaran


 Menerangkan terjadinya frekuensi antara
 Menerangkan proses pencampuran dua frekuensi secara penjumlahan
 Menentukan besar frekuensi osilator
2. Informasi
2.1. Osilator

Radio superheterodin memerlukan osilator untuk membangkitkan frekuensi antara.


Osilator ini dapat berdiri sendiri atau menyatu dengan pencampur.

fe fIF fe fIF
G

Gambar 5

Untuk mencampur dengan sistim pengali (multikatip) menggunakan rangkaian osilator


yang tersendiri. Sedang pencampur dengan sistim penjumlah yang sederhana biasa
digunakan osilator yang menyatu.

20
Teknik Radio

+UB
3...
12 pF R1 R3
f IF
L1
KW 500pF 500pF
fe

T 500pF

6... 10nF
S S
20 pF
L2 S
MW
250pF
C1 S
C3 fo S
10..
40 pF 300pF
L3 L4 R2 250pF
R4
LW 33pF

Semua sakelar S tergandeng mekanis


Gambar 6
Gambar 6 memperlihatkan rangkaian pencampur dengan tansistor T yang sekaligus
sebagai osilator, pencampur ini disebut PENCAMPUR YANG BEROSILASI SENDIRI,
yang bekerja dengan dasar pencampur penjumlahan.
Untuk sinyal masukan, transistor T bekerja dalam rangkaian EMITOR BERSAMA, dan
titik kerjanya diatur oleh R1 dan R2. Melalui tap kumparan sinyal masukan sampai di
basis transistor . Tahanan masukan yang kecil melalui ini di transformasikan keatas
sehingga rangkaian resonator hanya sedikit diredam.
Kapasitor trimer digunakan untuk penyesuaian dengan band frekuensi. C1 dan L4 yang
beresonansi pada 460 kHz (f IF) untuk menghilangkan gangguan yang berasal dari
frekuensi antara.
Tegangan osilator sampai emitor T melalui C3.
Pencampuran dicapai pada dioda basis emitor , frekuensi osilator lebih tinggi dari
frekuensi masukan , sehingga tahanan arus bolak-balik pada masukan dapat
DIABAIKAN oleh sinyal dari osilator.
Untuk osilator, transistor bekerja dalam rangkaian BASIS BERSAMA . Sehingga sinyal
masukan dan keluaran SEPASA . Kumparan osilator harus dipasang sedemikian rupa
sehingga pasanya tidak berubah.

Untuk membatasi daerah frekuensi dipasang kapasitor seri dengan kumparan untuk
MW = 500 pF, LW = 250 pF

21
Teknik Radio

Pencampuran dan
Antena
osilator
4pF
Tingkat masukan Hf
20pF 20pF fo
BF 222 BF222 100
L1 L2 4pF 47pF
f IF
20pF 20pF
L8 L9

L5 L6 L7

L3 L4 Lingk aran
10nF
Osilator

1nF 100
-Us

Gambar 7

Gambar 7 memperlihatkan “TUNER” FM dengan pencampur berosilasi sendiri.

+UB f IF
fE V1

fo

+UB

V2

Gambar 8

22
Teknik Radio
Tingkat masukan Hf pencampuran
BF324 3,3pF
BF441
1,2nF
5,1k 10k BB142 10
1,2 10k 22nF
fe nF 5,1k  10pF330pF 120pF
33pF 220pF
1,5k 1,2k
1pF
22k 120pF 5 ,1k
0
1,8nF

fo +UB
1,8nF
2,4k BF441 120pF
10 1M
10k 1,2nF 1,2nF
5,1k tegangan pena la
2,2k
BB142 UA

Osilator 1N4148

Gambar 9

Contoh rangkaian dengan osilator pisah, diperlihatkan oleh gambar 8 dan 9 transistor
pencampur bekerja dengan prinsip PENJUMLAHAN.
Rangkaian osilator dibangun dengan transistor T2 membentuk rangkaian TITIK TIGA
INDUKTIP (HARTLEY) dalam rangkaian BASIS BERSAMA.
Selain rangkaian gambar 8 dan 9 masih terdapat bermacam rangkaian osilator baik
dengan transistor maupun transistor efek medan (FET)

23
Teknik Radio
Tingkat pengatur Hf

820
BC 252
4,7nF 100k 15k 3,3k
47nF

100k 10nF1M UR
+Us

BF245

1 F

fe 33  G2
100pF
f IF
G1
0,1F
2,2M 
100k 

12k  o,1 F
47k 82k  2,7k  3,3k
47nF
+Us Pencampuran
+Us +Us
10nF fo
Oszillator
1k
100

+Us
100k 

0,1f
2,2k

Gambar 10

24
Teknik Radio
3. Lembar Latihan
a) Terangkan terjadinya frekuensi antara
b) Terangkan proses pencampuran dua frekuensi secara penjumlahan
c) Tentukan besar frekuensi oscillator, apabila diketahui radio AM menerima
siaran pada frekuensi 1500 kHz

25
Teknik Radio

4. Lembar Jawaban

a) Frekuensi antara adalah suatu frekuensi yang lebih besar dari frekuensi sinyal
AF tetapi jauh lebih kecil dibanding frekuensi sinyal osilator atau frekuensi
sinyal pembawa dan terjadinya karena akibat bercampurnya sinyal pembawa
dan sinyal osilator.
b) Pencampur yang hanya menggunakan 1 transistor untuk menggabungkan 2
besaran frekuensi . Kedua besaran frekuensi itu adalah input RF (fe) masuk
melalui kaki basis dan in put dari osilator (fo) masuk melalui kaki emitor . Kedua
signal input ini selalu mempunyai selisih sebesar sinyal antara.
c) fo = fe + f IF  f IF = 460 kHz
= 1500 kHz + 460 kHz
= 1960 kHz

26
Teknik Radio

Kegiatan Belajar 4

PENYAMPUR

1. Tujuan Khusus Pembelajaran


 Menerangkan akibat pencampuran dua sinyal berbeda frekuensi, luar kepala
 Menghitung besar frekuensi antara, tanpa melihat catatan
 Menerangkan terjadinya frekuensi anatara, dengan hanya melihat rangkaian
pencampuran
2. Informasi
2.1. Pencampuran dua besaran frekuensi

a Gambar 11a, dua sinyal dengan


10 uS
amplitudo yang sama dan berbeda
U f1= 0,9 MHz f2= 1,1 MHz
frekuensi dicamopur dengan cara
t penjumlahan, tergantung pada posisi
fasanya, kedua sinyal itu akan saling
b Saling menguatkan
MEMPERKUAT dan
U
Saling meniadakan 0,2 MHz
MEMPERLEMAH. Hasilnya terlihat
pada gambar 1b. Harga puncaknya
t
dihubungkan satu sama lain, maka
diperoleh suatu frekuensi beda.

Gambar 11

Penyampur 28
Teknik Radio
10 uS Gambar 12 memeperlihatkan
U f1= 0,9 MHz f2= 1,1 MHz
sinyal dengan amplitudo berbeda

t
dan frekuensi yang berbeda
pula. Terlihat pada sampulnya
U
0,2 MHz terdapat suatu sinyal dengan
frekuensi baru ( frekuensi beda )
t

Gambar 12

2.2. Terjadinya Frekuensi Antara


+ UB

R1

C1

G
fe

f = fo - f e
IF

G R2 fo - f e
fo fo + f e

Gambar 13

Frekuensi penjumlahan dilewatkan pada dioda maka akan diperoleh getaran setengah
gelombang . Kurva bergetar dalam detakan frekuensi antara

f IF  f o  f e
Untuk mendapatkan sinyal frekuensi antara dengan gelombang yang simetris dipasang
filter band yang ditala pada FREKUENSI IF.
Jika diteliti lebih lanjut terdapat pula frekuensi fo + fe, tetapi karena filter band ditala

Penyampur 29
Teknik Radio
pada fIF maka frekuensi IF inilah yang dilalukan

Pada pencampuran , pada kurva sampul masih terdapat frekuensi informasi yang
dibawa oleh frekuensi masukan fe.

Proses pencampuran sama persis dengan proses pemodulasian amplitudo , yang


berbeda adalah besar frekuensi yang dicampurkan.

Rangkaian :
+UB
f IF
fo - f e
fe fo + f e 460 kHz
fe
1602 kHz

fo
fo=
2062 kHz G

+UB

Gambar 14

Sinyal fe dan fo sampai pada basis transistor . Melalui dioda basis-emitor proses
pencampuran diambil dan melalui rangkaian sinyal f IF disaring keluar.

Untuk menandai tingkat pencampur digunakan penguatan pencampur V M, yang


merupakan perbandingan tegangan frekuensi antara U IF dengan tegangan masukan
Ue.

U IF
VM 
Ue

Selain pencampuran penjumlahan ( additiv ) ada pula pencampuran perkalian (


multiplikatip ), dimana kedua sinyal itu saling diperkalikan. Misal dengan menggunakan
FET dengan gate ganda , atau dua transistor dirangkai seri.

Penyampur 30
Teknik Radio
+Us

f IF

G2 D

G1 S
fo fe

Gambar 15

Ui UE UO

fo : fe =
UIF 2:1

t
f IF = fo - fe

Gambar 16

Akibat dari perubahan tegangan pada elektroda kendali arusnya mengalikan . Dengan
ini terbangkit produk campuran yang tidak diinginkan dengan harmonisa yang lebih
sedikit dibanding pencampuran penjumlahan. Lingkaran masukan dan lingkaran
osilator terpisah dan terdapat sedikit harmonisa. Kekurangannya, diperlukan teknik
rangkaian yang rumit melalui osilator tambahan sedang pada pencampuran
penjumlahan dapat digunakan satu transistor untuk pencampur dan osilator (
perhatikan lembar osilator )

2.3. Frekuensi Osilator

Untuk mendapatkan,, frekuensi osilator dapat lebih tinggi atau rendah , oleh karena itu
pada suatu pengaturan osilator tertentu dapat didengar dua pemancar. Pemancar yang
diinginkan terletak lebih rendah sekitar fIF dari frekuensi osilator , pemancar yang
menggaggu terletak lebih tinggi sekitar f IF dari frekuensi osilator.

Penyampur 31
Teknik Radio
U
2 xf IF

f IF f IF

diinginkan tidak diinginkan

f
460K 1M 1,46M 1,92M (Hz)
f IF
jarum skala fo fs

Gambar 17

Frekuensi ini disebut frekuensi bayangan fs

f s  f e  2. f IF
Untuk membuat besar frekuensi antara, tetap pada semua frekuensi penerimaan
diperlukan osilator yang frekuensinya berubah. Perubahan frekuensi osilator harus
serempak dengan oerubahan frekuensi penerimaaan.

kHz
2080

1620
fIF

970 fo

510 fe

0o sudut putar kapasitor putar 180o


Cmin Cmaks

Gambar 18

Penyampur 32
Teknik Radio

3 Latihan

a) Terangkan akibat pencampuran dua sinyal yang berbeda frekuensi


b) Hitung besarnya frekuensi antara dari soal dibawah
1. Frekuensi sinyal input 1100 Khz ,Frekuensi Osilator 1555 Khz
2. Frekuensi Osilator 1200 KHz, Frekuensi antara 455 Khz, berapa frekuensi
input ?
c) Terangkan terjadinya frekuensi antara
d) Ada berapa macam prinsip pencampuran ?
e) Dengan komponen apa dapat mencampur secara perkalian ?

Penyampur 33
Teknik Radio

4 Lembar Jawaban

a) Terangkan akibat pencampuran dua sinyal berbeda frekuensi


Jawab :
Akan muncul sinyal selisih ( f1 - f2 ) sinyal selisih ( antara ) ini akan sebagai
sampul dari sinyal selisih tersebut

b) Hitung besarnya frekuensi antara dari soal dibawah


Jawab :

1). Frekuensi sinyal input 1100 Khz ,Frekuensi Osilator 1555 Khz

fIF = fo - fe

= 1555 Khz - 1100 Khz = = 455 KHz

2). Frekuensi Osilator 1200 KHz ,Frekuensi antara 455 Khz, berapa frekuensi
input ?

fIF = fo - fe , = 1200 Khz - 455 Khz

= 745 KHz

c) Terangkan terjadinya frekuensi antara


Jawab :
Didalam mixer terdapat dua input , yaitu sinyal frekuensi osilator dan sinyal input
fe , Keduanya akan bergabung menjadi fe + fo dan fo -fe. Namun rangkaian
sinyal IF ditera pada frekuensi antara, sehingga frekuensi yang terdapat pada
bagian IF hanya fo -fe. Selain itu tidak akan dilalukan

d) Ada berapa macam prinsip pencampuran ?


Jawab :
Jawab : Ada 2 ( dua )
Yaitu - Penjumlahan ( additiv )
Perkalian ( multiplitativ )

e) Dengan komponen apa dapat mencampur secara perkalian ?

Penyampur 34
Teknik Radio
Jawab :
Dengan menggunakan FET dobel Gate
Dengan transistor dirangkai seri

Penyampur 35
Teknik Radio

Kegiatan Belajar 5

FILTER (PENYARING)

1. Tujuan Pembelajaran
 Memilih kurva sesuai untuk pelalu yang digunakan dalam teknik pengiriman tanpa
kawat
 menerangkan cara kerja pelalu band dengan dua resonator ( penalaan ganda )
 Membandingkan antara filter LC, keramik dan kristal
 Menerangkan penggunaan filter LC, keramik dan kristal

2. Informasi
2.1. Pelalu band (band pass)

U1 U2

daerah
laluan

Gambar 19

Pelalu band hanya melalukan frekuensi suatu daerah frekuensi terbatas pada keluaran,
semua frekuensi diatas dan dibawahnya dihalangi. Dalam teknik pengiriman tanpa
kawat (teknik radio) digunakan rangkaian filter LC karena dengan filter LC dapat
diperoleh KEMIRINGAN YANG LEBIH TAJAM dari pada filter RC atau RL.

36
Teknik Radio

U
G 2

fr f

Gb.20 Paralel LC dan kurva laluannya

2.2. Lebar band

Lebar band, didalamnya suatu sinyal dilakukan tanpa cacat. Lebih lanjut lebar band
dapat dijelaskan demikian, suatu peralatan dapat melakukan sinyal dengan frekuensi
450 kHz sampai 460 kHz, berarti peralatan itu mempunyai lebar band 10 kHz.

lebar band

450 460 f

Gambar 21

Gambar 21 menggambarkan sebuah band frekuensi ideal, dimana bentuk batas bawah
dan atas tegak lurus secara kenyataan sebuah band frekuensi akan kira-kira seperti
gambar 22

1
fgb = frekuensi batas bawah
lebar band
0,7
fga = frekuensi batas atas
ft = frekensi tengah
fgb ft fga f

Gambar 22.

Frekuensi batas atas dan bawah dihitung, saat sinyal pada frekuensi itu sebesar 0,7
dari sinyal maksimum. Jadi lebar band dari band frekuensi gambar 4 sebesar fga - fgb.

37
Teknik Radio
2.3. Lebar band rangkaian paralel LC

Rp C L 0,7

fgb fr fga f

Gambar 23.

Q = kualitas rangkaian
fr
B fr = frekuensi resonansi
Q
B = lebar band

Lebar band tergantung dari kualitas rangkaian, semakin kecil kualitas rangkaian, Q
semakin lebar bandnya. Kualitas rangkaian Q semakin besar dengan semakin
besarnya tahanan paralel rangkaian dalam perbandingan dengan tahanan butanya.

Rp Rp = tahanan paralel rangkaian


Q 
Xo
Xo = tahanan buta kumparan atau
L
Rp  kapa-sitor
Rv. C
Rv = tahanan rugi dari kumparan

2.4. Pelalu band dengan rangkaian resonator LC

1
Q kecil

0,7
Q besar

fr f

Gambar 24.

38
Teknik Radio
Dengan faktor kualitas (Q) yang kecil dicapai suatu lebar band yang lebar, tetapi daya
pilah ( selektifitas ) tidak baik, karena bentuk kemiringan kurva yang LANDAI. Sehingga
tidak jelas batas frekuensi yang mana yang dilakukan dan yang mana ditahan.
Dengan faktor kuaitas (Q) yang besar dicapai suatu daya pilah yang BAIK, tetapi lebar
bandnya SEMPIT. Suatu kurva laluan pelalu band yang diinginkan dengan daya pilah
yang baik (curam) dan lebar yang besar (gambar 24)
2.5. Pelalu band dengan dua rangkaian resonator LC

( Filter band = band filter )

Dua rangkaian resonator dapat dihubngkan secara induktif kapasitif

G G G

Penggandeng induktif Penggandeng kepala Penggandeng kaki kapasitif


kapasitif

Gambar 25.

R1
G
C1 C2 R2
L1 L2

K.L1 K.L2

Gambar 26. Rangkaian pengganti suatu filter band

Pada filter band dengan penggandeng induktif kedua kumparan digandeng longgar.
Dalam gambar rangkaian pengganti gambar 8 sebagian kecil kumparan (K.L)

39
Teknik Radio
digandeng kuat seperti transformator. Rangkaian kedua berfungsi sebagai rangkaian
RESONATOR SERI.

Dibawah frekuensi tengah filter band, rangkaian kedua bekerja sebagai KAPASITANSI
yang tergantung frekuensi (rangkaian seri). Kapasitansi ini dipindahkan ke rangkaian
pertama dan terletak PARALEL DENGAN C1. Frekuensi resonansi rangkaian pertama
mengecil. Diatas frekuensi tengah rangkaian kedua bekerja sebagai INDUKTANSI yang
tergantung frekuensi , induktansi ini dipindahkan ke rangkaian pertama, induktansi
rangkaian pertama mengecil dan frekuensi resonansi NAIK. Pergeseran frekuensi
resonansi yang sama melalui rangkaian pertama tampil pula pada rangkaian kedua.

1
k.Q >> 1 di atas kritis
k.Q > 1

k.Q = 1 kritis
k.Q << 1 di bawah kritis

k = faktor gandeng
ft f Q = kualitas

Gambar 27.

Semakin kuat kedua rangkaian tergandeng maka rangkaian akan semakin kritis (diatas
kritis), kurva laluan semakin TINGGI dan LEBAR. Akhirnya bagian atas kurva laluan
berbentuk pelana.
Kurva laluan filter band tergantung pada besar gandengan dan kualitas rangkaian.

Pada gandengan diatas kritis k.Q > 1 tertampil bentuk pelana

Pada gandengan dibawah kritis k.Q < 1 tertampil bentuk seperti kurva
resonansi.

Pergeseran fasa antara tegangan masukan dan tegangan keluaran filter band saat
resonansi sebesar 900, dibawah frekuensi resonansi lebih kecil dari 90 0 dan diatas
frekuensi resonansi lebih besar dari 900. Filter band yang banyak digunakan dalam

40
Teknik Radio
teknik radio dan televisi adalah yang tergandeng induktip.

2.6. Filter kwarsa dan Filter Keramik

Selain filter dengan LC tredapat pula filterdengan menggunakan kwarsa (Quart) dan
keramik.
Dengan filter kwarsa dapat dicapai kualitas Q antara 20000 sapai 200.000.
Sedang filter keramik dapat mencapai kualitas Q antara 70 sampai 3000, untuk
memperbesar kualitas filter-filter keramik dapat dihubung seri. Selain kualitas Q yang
besar, filter keramik tanpa MEDAN PENGENDALI MAGNETIS. Stabil terhadap
PERUBAHAN SUHU dan lebih murah dibanding pada filter LC.
PENALAAN tidak diperlukan pada filter-filter keramik. Filter-filter keramik bekerja
berdasarkan atas EFEK PIEZO.
Dengan memberikan tegangan bolak-balik pada filter keramik akan diperoleh
GETARAN MEKANIS. Pada frekuensi tertentu akan tertampil suatu resonansi.
U

penyaring LC
penyaring keramik
penyaring kristal

fo f
Gambar 28

41
Teknik Radio
misalnya : L1 = 7,1 mH
Co = 260 pF R1 = 7,5 ohm
C1 = 18 pF Q = 2500

C1
Z
L1
Co

R1

f ser f par
f
460 kHz 478 kHz

Gambar 29
Gambar 29 menunjukkan rangkaian pengganti suatu resonator keramik dan kurva
laluannya. Kapasitansi Co terbentuk oleh elektroda-elektrodanya. C1 dan L1
membentuk resonator seri. Dengan C1 dan C0 terhubung seri maka kumparan L1 akan
terhubung paralel, dan terbentuklah resonator paralel.

Filter keramik dalam resonansi seri


CN

Rangkaian filter keramik dalam resonansi


seri

Filter keramik ganda dalam resonansi


paralel

Gambar 30

42
Teknik Radio

3. Lembar Latihan.

a) Apa kelebihan yang dimiliki penyaring LC dibanding penyaring RC ?

b) Bagaimana cara membuat kurva laluan rangkaian LC menjadi lebih curam ?

c) Bergantung dari apa lebar band dari penyaring band ?

43
Teknik Radio
4. Lembar Jawaban
a) Dengan penyaring LC dapat diperoleh batas band yang lebih tajam dari pada
penyaring RC . Membuat faktor kualitas rangkaian besar yaitu dengan
membuat hambatan terutama pada L dibuat kecil.

b) Pada rangkaian resonansi menggunakan dua rangkaian LC kecuraman kurva


laluan disamping ditentukan oleh faktor kualitas juga ditentukan oleh
kopling rangkaian LC. Semakin kuat kedua rangkaian tergandeng ( kritis
atau diatas kritis ) semakin lebar bandnya, semakin kurang
gandengannya semakin sempit bandnya.

c) Lebar band dari penyaring band bergantung pada :


 Komponen penyaring yang dipergunakan
 Faktor kualitas dari penyaring band
 Faktor gandeng untuk penyaring band dengan menggunakan transformator
 Tahanan buta dari penyaring (XL atau XC)

44
Teknik Radio

Kegiatan Belajar 6

PENGUAT FREKWENSI ANTARA (IF)

1. Tujuan Khusus Pembelajaran


 Menerangkan fungsi dari penguat frekuensi antara .
 Menerangkan akibat pembebanan filter.
 Menerangkan prinsip kerja sebuah penguat IF dengan hanya melihat gambar
skema rangkaian.
 Menerangkan tujuan netralisasi pada penguat IF.
2. Informasi
2.1. Fungsi penguat frekuensi antara

Penguat frekuensi antara adalah sebuah penguat FREKUENSI TINGGI SELEKTIF


UNTUK FREKUENSI ANTARA (f IF).
Penyeleksian dicapai dengan rangkaian RESONATOR LC atau filter keramik. Penguat
frekuensi antara bertugas MENGUATKAN SINYAL FREKUENSI ANTARA. Dengan
lebar band yang diperlukan, lebar band untuk AM (MW,SW,LW) sekitar 5 kHz sampai 9
kHz dan untuk FM sekitar 150 kHz sampai 200 kHz ( stereo ). Selain itu penguat
frekuensi antara harus mempunyai sisi yang curam pada batas band.

Ue
Ue
Ua
Ua

dB dB
30 30

20
20

10
10
3
3

-9 -6 -3 +3 +6 +9 f ( kHz ) 10.4 10.5 10.6 10.7 10.8 10.9 11 f (MHz)


0

Gambar 31 Kurva laluan frekuensi antara

45
Teknik Radio

2.2. Rangkaian dasar

C L
R1 CK2
CK1 T

R2 Ud
RE
CE

Gambar 32

Rangkaian penguat selektif menguatkan sinyal dengan frekuensi TERTENTU, frekuensi


ditentukan oleh rangkaian PARALEL antara L dan C.

2.3. Pembebanan filter band

C C BE
Rres BE

B
+ UB A

Gambar 33

tanpa BE
r

denganBE
r

fo f

Gambar 34

46
Teknik Radio
Tahanan basis emitor membebani rangkaian resonator atau filter band sehingga
MEREDAM SANGAT KUAT ( gambar C ) gambar B adalah rangkaian pengganti dari
rangkaian gambar A tahanan resonansi R res terletak PARALEL dengan tahanan basis
emitor rBE.

Untuk menghindari hal diatas maka dibuatlah rangkaian sebagai berikut.

C1
N1 C
N2 C2

Gambar 35

N1  N 2 C2 1 1 1
a a  
N2 Ct Ct C1 C2

Ct = Kapasitansi total

C 2
C BE
Rres BEa a2

Gambar 36

Maka tahanan dan tahanan buta Xc masukan transistor di transformasikan kedalam


lingkaran, sehingga RBE menjadi BESAR dan CBE MENGECIL. Untuk hasil yang sama
dapat pula dengan gulungan TERPISAH. Berdasarkan tahanan masukannya yang
besar, transistor efek medan dapat dihubungkan LANGSUNG.

47
Teknik Radio

+ UB

Gambar 37

Yang bertanggung jawab menentukan kurva laluan tidak hanya tingkat masukan
melainkan juga tingkat yang terletak didepannya.

C
CE
C
CB

CBE r BE r
CE
C BE r BE
+ UB

+ UB

Gambar. 38 Besaran pengganggu dalam penguat IF

2.4. Rangkaian penguat frekuensi antara penalaan tunggal

+ UB
R1 R4
C3

R2 R3 C1 R5 R6 C2

Gambar. 39

48
Teknik Radio
Lingkaran resonator penentu band frekuensi yang ditala dapat kapasitor atau
kumparannya. Penalaan frekuensi yang diinginkan efektif dengan menala INTI FERIT
DARI KUMPARAN.
Seringkali diinginkan penguatan yang besar, ini dapat diperoleh dengan hanya satu
tingkat, dua tingkat atau lebih yang digandeng dalam kaskade.
Penguatan keseluruhannya adalah hasil kali dari masing-masing penguatan tiap
tingkat, misal penguat terdiri dari dua tingkat dengan penguatan masing-masing 10 kali
maka penguatan keseluruhan 10 x 10 = 100 kali.
Selain itu penguat tergandeng kaskade mempunyai efek PENGURANGAN lebar band 3
dB, semakin banyak penguat yang dirangkaikan, lebar band pada 3 dB semakin
SEMPIT.

U Sat u t ingkat
2
Dua tingkat

T iga t ingkat

Empat t ingkat

fb fa f

Gambar. 40

49
Teknik Radio
f = 4 6 0 k Hz 1 N 34 A

dari
pencampur
390 k 4pF 3pF
10 n F

3 ,3  F

1k
10 n F
1 SA 12 1 (C) 2 SA 12 1 (A )

20nF 4 0nF
15 0 k 5 k
680 1k
33 n F
UB

+
9V
10 F
+ 0
A GC 10 k

Gambar. 41

Contoh rangkaian penguat IF penalaan tunggal dua tingkat

Sifat penguatan terhadap frekuensi resonansi berbentuk bulat, dan jatuh pada salah
satu sisi resonansi. Hasilnya, penguat penalaan tunggal tidak dapat MEMBEDAKAN
dengan tepat frekuensi yang diinginkan dengan yang tidak diinginkan.

2.5. Rangkaian penguat frekuensi antara penalaan ganda

Untuk mengatasi keburukan dari penguat IF penalaan tunggal digunakan transformator


penggandeng dengan penalaan ganda.

U
2

fb fo fa f

Gambar. 42

50
Teknik Radio
f = 4 6 0 k Hz
AF
in
10 n
in in

12 0

9V

Gambar. 43

2.6. Penguat antara IF menggunakan filter keramik

Selain filter band dengan LC, dipakai juga filter kwarsa ( quarz ) dan filter keramis untuk
mendapatkan daya pilah yang tinggi.

penyaring LC
penyaring keramik
penyaring kristal

fo f

Gambar. 44

51
Teknik Radio

Gambar. 45

52
Teknik Radio
3. Lembar Latihan.
a) Terangkan fungsi penguat frekuensi antara
b) Terangkan akibat pembebanan filter
c) Terangkan prinsip kerja sebuah penguat IF

53
Teknik Radio
4. Lembar Jawaban
a) Terangkan fungsi penguat frekuensi antara

Jawab :
Penguat frekuensi antara mempunyai fungsi menguatkan sinyal frekuensi
antara, dengan lebar band yang diperlukan.
Lebar band untuk AM ( MW, SW, LN ) = 5 KHZ - 9 KHZ
Lebar band untuk FM = 150 KHZ - 200 KHZ

b) Terangkan akibat pembebanan filter

Jawab :
Pembebanan filter band oleh kompon RBE ( hambatan antara kaki basis-
Emitor) transistor berakibat menurunnya tegangan kurva tanggapan IF.
Sebelum transistor dipasang, tegangan kurva adalah tinggi, namun setelah
transistor dipasang kurva ditunjukkan oleh garis putus-putus.

c) Terangkan prinsip kerja sebuah penguat IF

Jawab :
Penalaan lingkaran resonator dapat dilakukan pada kapasitor atau
kumparannya. Penalaan frekuensi yang diinginkan akan sangat efektif
apabila dengan menala inti ferit dari kumparan.
Penguatan sinyal dapat besar diperoleh dengan hanya 1 tingkat, 2 tingkat
atau lebih yang digandengan secara kaskade.
Penguatan keseluruhan adalah hasil kali dari masing-masing penguatan tiap
tingkat.

54
Teknik Radio

Kegiatan Belajar 7

DEMODULATOR AM

1. Tujuan Khusus Pembelajaran


 Menerangkan proses pendemodulasian AM dengan benar.
 Menerangkan fungsi masing - masing komponen demodulasi AM dengan benar
 Menyebutkan nama - nama demodulator AM sedikitnya 2 macam .

2. Informasi

2.1. Demodulasi sinyal AM , dengan demodulasi sampul .

1 D 2 3 4

C2
FILTER L1 R1
IF C1

1 2 3 4

tt t t t
tanpa kapasitor

Ga
mbar 46

L1 = Untuk menyesuaikan impedansi


D = Menyearahkan sinyal AM
R1 = Untuk lingkaran arus searah dari dioda D dan untuk mengosongkan C1
C1 = Untuk memfilter sinyal frekwensi tinggi yang disearahkan
C2 = Menghadang arus searah.
Dioda yang digunakan dari bahan GERMANIUM , arah dioda untuk mendapatkan

55
Teknik Radio
POLARITAS TEGANGAN PENGATUR tertentu ( 53 73 03 07 ) , karena tidak ada
pengaruhnya untuk pendemodulasian sinyal sisi ganda ( DSB = double side band ).
Tetapan waktu  dari C1 , R1 harus cukup besar untuk periode Hf ( 455 Khz ) dan
cukup kecil untuk periode sinyal AF tertinggi ( 4,5 Khz ) .

 terlalu besar
 benar

t
Gambar 47

Dalam prakteknya  berharga 5  s - 30 s

2.2. Tahanan peredam RD

RD R1
Penyearahan seri
C1

R1
RD 
2

Gambar 48

Tahanan peredam RD ini adalah tahanan masukkan demodulator secara arus searah
dan membebani lingkaran filter band ( RD ditransformasi ke lingkaran primer ) .

C1

Penyearah paralel
RD D R1 R1
RD 
3
R1 = tahanan kerja dioda

Gambar 49

56
Teknik Radio
2.3. Demodulasi sinyal AM demodulator produk

f IF
f
f DSB fM
1 3 4
f IF AF
band sisi band sisi
bawah atas
2
f (kHz)
465,5 470 474,5
f IF

TDA 1048
470kHz

Gambar 50

1 Penguat frekuensi antara

2 Penguat dengan pembatas , dimana pada keluarannya hanya


sinyal dengan frekuensi antara fIF

Pencampran mencampur sinyal fIF dengan sinyal fIF lengkap


3
dengan sisi sinus sehingga didapat :
FM = ( fIF + fDSB ) - fIF = fDSB  fAF

4 Filter pelalu bawah melakukan sinyal suara .

Kelebihan demodulator ini adalah :


 DEMODULASI YANG LINEAR PADA DERAJAD MODULASI TINGGI .
 TIDAK PEKA TERHADAP GOYANGAN AMPLITUDO SINYAL PEMBAWA IF .

57
Teknik Radio
3. Lembar Evaluasi
a) Terangkan proses pendemodulasian AM
b) Terangkan fungsi masing - masing komponen demodulator AM

58
Teknik Radio
4. Lembar Jawaban
a) Terangkan proses pendemodulasian AM !

1 D 2 3 4

C2
FILT ER L1 R1
IF C1

1 2 3 4

tt t t t
tanpa kapasitor

Jawab : < demodulator sampul >

sinyal IF tingkat akhir disearahkan oleh sebuah dioda germanium . Kemudian

sinyal hasil penyearahan yang masih mengandung frekuensi tinggi 455 KC


mengisi koindesator ini sekaligus membuang frekuensi tinggi 455 KC .komponen
R berfungsi untuk mengosongkan kondesator filter .Dengan demikian tinggal
sinyal AF + DC supaya hanya sinyal AF saja yangditeruskan ke penguat AF ,
maka tugas C koplinglah ( C2 ) yang mencegah kuatnya tegangan DC .

b) Terangkan fungsi masing - masing komponen demodulator AM !

Jawab : [ lihat gambar demodulator sampul ]


L1 : Penyesuaian impedansi
D : Menyearah sinyal Am
R1 : Untuk mengosongkan C1 dan untuk lingkaran arus searahan .
C1 : Untuk memfilter sinyal berfrekuensi tinggi yang telah disearahkan .
C2 : Untuk memblokir arus searah .

59
Teknik Radio

Kegiatan Belajar 8

DEMODULATOR FM

1. Tujuan Khusus Pembelajaran


 Menerangkan proses pendemodulasian FM dengan benar.
 Menerangkan fungsi masing - masing komponen demodulasi dengan benar .
 Menerangkan pembatasan amplitudo pada FM .
 Menerangkan tujuan diterapkannya pre emphasis - de emphasis pada sistem FM .
 Menyebutkan nama - nama demodulator FM sedikitnya 4 macam .
2. Informasi
2.1. Demodulasi sinyal FM dengan demodulator lereng .

U U1
U1 D
A M-FM

C2
10,6 10,7 f(MHz) t R1 C1
10,65 10,75

Gambar 51

Kelemahan :  DEMODULASI TIDAK LINEAR


 DINAMIK AF YANG KECIL
2.2. Demodulasi sinyal FM dengan diskriminator rasio

penggandengan
kritis D1
L1 L2
C3 R1
U1
C1 C2
U2
UD1 C4 R2
D2
U3
UD2
L3 UA F

60
Teknik Radio
Gambar 52
U3 sepasa dengan U1
Saat resonansi fr = 10,7 MHZ U1 dan U2 bergeser pasa  = 900 ,
Saat frekuensi lebih besar atau kecil dari fr maka pergeseran pasa antara U1 dan U2
lebih besar atau lebih kecil dari 90 0

U2
__
U2
__ UD1 U2 2
UD1 __ UD1
 2  
2
U2
__
U2
__ UD2 2
UD2 U2
__
UD2 2
2
10,65MHz

10,7MHz 10,75MHz 
   

Gambar 53

Tetapan waktu demodulasi C3 , R1 T= 3s - 6  s ( mono )


T= 1s - 3  s ( stereo )

2.3. Pembatas amplitudo

Gambar 54

D1 R1
L1 L2
C3 R3
U1
C1 C2 C5
U2
C4 R4
D2 R2

R5
L3 UA F

61
Teknik Radio
Gambar 55

Pembatasan dilakukan oleh C5 . Pada tahanan R3 dan R4 terdapat tegangan (arus)


searah yang besarnya tergantung tegangan IF , tegangan ini mengisi C5 .
Jika terdapat gangguan ( Gangguan AM ) , dioda D1 dan D2 mencoba terus mengisi C5
. Dengan demikian resonator L2 dan C2 TEREDAM KUAT dengan begitu gangguan
terkurangi . Jika sinyal IF mengecil , kedua dioda mati ( revers ) disebabkan tegangan
C5 , dengan demikian resonator sedikit teredam . Tetapan waktu pembatas TB = 100
mS - 500mS .

Tegangan pada C5 dapat digunakan sebagai penampil kuat penerimaan .

2.4. Deemphasis

dB dB dB

desis
f f f
Hz Hz Hz
1k 1k 1k
desis

Gambar 56

a. Preemphasis b.sebelum deemphasis c.de emphasis

Untuk memperbaiki jarak desis dengan sinyal AF , maka sinyal frekuensi tinggi 1 kHz -
20kHzpada pemancar diangkat sekitar + 12 dB ( pre emphasis ) gambar a.

Desis terjadi pada frekuensi tinggi , lebih besar dari 1 kHz ( gambar b ) .

Dalam radio penerima , setelah diskriminator ( demodulator ) dirangkai rangkaian R.C


untuk menekan sinyal frekuensi tinggi ( 1 kHz - 20 kHz ) sehingga tanggapan
frekuensinya secara keseluruhan menjadi DATAR . Dengan tertekannya sinyal terpakai
maka sinyal desispun akan tertekan lebih jauh .

DISKRIMINATOR AF
FM IF FM 10k
4,7n

Deemphasis

62
Teknik Radio
Gambar 57

Rangkaian RC merupakan rangkaian pelalu bawah dengan tetapan waktu deemphasis


TE = 50 s.
2.5. Demodulasi sinyal FM dengan demodulator Koinzidenz .

Diinginkan penggunaan rangkaian LC sedikit mungkin , karena melajunya pembuatan


rangkaian terpadu IC .
 Resonator ditala pada 10,7 MHz
FM R2
untuk mem-bangkitkan tegangan
 
C1 sinus karena sinyal FM yang telah
    

dibatasi menjadi kotak .


U1 U3 U4
U2 C2 R1 L1 R3
 C1 harganya sangat kecil untuk
menimbulkan PERGESERAN pasa
Q = 900 pada frekuensi10,7 MHz .
+ UB
 T1 sampai T4 dikendalikan (
A B dibias ) dengan tegangan IF
KOTAK .
T1 T2 T3 T4

U1  Pada basis 5 dan 6 terdapat


tegangan SINUS yang pada 10,7
U2 T5 T6
MHZ bergeser pasanya 900
keadaan transistor
saat t 1 t2 keadaan transistor mati

keadaan transistor hidup

Gambar 58

U1 U1 U1
t t t

U2 U2 U2
t3 t4 t t
t 1 t2 t
U3 U3
U3
t t
t

U4 U4 t
U4 t t

63
Teknik Radio
saat f = 10,7 MHz saat f < 10,7 MHz saat f > 10,7 MHz

Gambar 59

Dari t1 - t3 , transistor T1 dan T4 HIDUP transistor T2 dan T3 MATI . Dari t1 - t2


transistor 5 HIDUP ( U2 positif ). maka pada R1 mengalir arus . Jika U2 negatif ( t2 -
t3 ) transistor T6 HIDUP mengalir arus melewati R2 dan T4 . Pada t2 polaritas U3
BERUBAH Saat t3 , U1 berubah polaritasnya T2 dan T3 menjadi HIDUP . T6
disebabkan U2 tetap HIDUP maka mengalir arus lewat R1 dan T3 sehingga polaritas
U3 BERUBAH .Demikian seterusnya setelah pelalu bawah didapat U4. Saat f < 10,7
MHz atau f > 10,7 MHz pergeseran pasa U1 dan U2 berubah .

2.6. Demodulasi sinyal FM dengan diskriminator PLL

Diskriminator PLL adalah suatu demodulator dengan sebuah lingkaran pengunci pasa .
PLL = Phase - Locked - Loop ( lingkaran pengunci pasa ) .
VCO ( Voltage Controlled Oscillator
A
= Osilator yang frekuensinya
U1
PEMBAN U3 G U2 dikontrol tegangan ) . Dikendalikan
DING FA V CO
SA oleh U3 . Keluaran U2 dibandingkan
dengan U1 dalam pembanding pasa
, jika frekuensinya tidak sama maka
B pembanding pasa , jika
frekuensinya samamaka keluaran

U1 pembanding pasa terdapat


PEMBAN U3
DING FA TEGANGAN yang sesuai dengan
SA
pergeseran pasa. Tegangan ini
U2 G difilter dengan pelalu bawah
V CO
digunakan untuk mengontrol VCO.
Pengontrolan sampai diperoleh
frekuensi yang sama .

64
Teknik Radio
U1 adalah sinyal frekuensi antara
C
FM .Osilator bergetar dengan
U1 frekuensi 10,7 Mhz .Saat fIF =
t
10,7 Mhz , tidak terdapat perbedaan
U2
geseran pasa , sehingga U3 NOL
t
.Ketika fIF menyimpang dari
 frekuensi 10,7 Mhz , misalnya
U3
t mengecil , maka akan terbangkit
tegangan U3 . Tegangan ini sesuai
dengan PERUBAHAN FREKUENSI
IF , dengan demikian sinyal IF telah
termodulasi .

Gambar 60

2.7. Kurva diskriminator ( kurva S )

D1 R1
L1 L2
C3 R3
C1 C2 C5 V
Uj
RFG C4 R4
D2 R2

R5
L3 UA F
A

Gambar 61

RF generator diatur frekuensinya dari 10,5 MHz sampai 10,9 MHz maka akan didapat
kurva tegangan jumlah sebagai berikut .

65
Teknik Radio
Uj

10,7 MHz f

Gambar 62

Pada titik A akan diperoleh suatu kurva S terdiri dari harga tegangan positif dan negatif
yang disebut kurva diskriminator .

UD

10,7
f

lebar band

Gambar 63

Kurva ini terjadi dari tegangan perbedaan antara U D1 dan UD2 . Pada penalaan yang
benar , saat f = 10,7 MHz tegangan perbedaannya harus sama dengan NOL .

66
Teknik Radio
3. Lembar Latihan.
a) Terangkan dengan gambar proses pendemodulasian FM yang paling
sederhana.
b) Terangkan fungsi masing-masing komponen demodulator FM yang paling
sederhana.
c) Terangkan pembatasan amplitudo pada FM.
d) Terangkan tujuan diterapkannya pre emphasis - deemphasis pada sistem
FM.
e) Sebutkan nama - nama demodulator FM sedikitnya 4 macam.

67
Teknik Radio
4. Lembar Jawaban
a) Terangkan dengan gambar proses pendemodulasian FM yang paling
sederhana.
Jawab : Demodulasi FM yang sederhana adalah demodulasi lereng
U U1

A M-FM

10,6 10,7 f(MHz) t


10,65 10,75

penyaring LC ditala pada frekuensi di bawah frekuensi antara FM 10,7 MHz


yaitu pada 10,6 MHz, faktor kualitas penyaring cukup tinggi sehingga
didapatkan kecuraman lereng yang cukup dapat menghasilkan sinyal AM dari
FM yang baik.

Saat frekuensi berayun turun, sinyal yang dihasilkan besar, sebaliknya saat
berayun naik sinyal yang dihasilkan rendah. Sehingga dari proses penerimaan
FM oleh penyaring yang beresonansi di bawah frekuensi IF FM standard
dihasilkan sinyal AM, selanjutnya dideteksi menggunakan dioda dan
penyaring RC.

b) Terangkan fungsi masing-masing komponen demodulator FM yang


paling sederhana

Jawab :

U1 D

C2
R1 C1

Transformator penyaring
Lp bersama C1 berfungsi sebagai penyaring band yang resonansi pada

68
Teknik Radio
frekuensi .10,6 MHz
Ls menerima transformasi sinyal dari Lp berupa sinyal AM dari FM
D Dioda penyearah, mengambil hanya sinyal positif dari sinyal AM.
R1 Tahanan beban untuk menstabilkan sinyal hasil penyearahan.
C1 Kapasitor penyaring, berfungsi menghubung singkatkan frekuensi
tinggi ke tanah/ground
C2 Kapasitor kopling, berfungsi mengkopel sinyal suara ke penguat
suara.

c) Terangkan pembatasan amplitudo pada FM


Jawab : Perhatikan gambar .

D1 R1
L1 L2
C3 R3
U1
C1 C2 C5
U2
C4 R4
D2 R2

R5
L3 UA F

C3 yang berkapasitas besar dihubung ke ujung kaki R3 dan R4 . Tegangan


yang berada diujung R3 dan R4 adalah DC dan kestabilan amplitudonya
dipertahankan oleh pengisian dan pengosongan C3 .
d) Terangkan tujuan diterapkannya pre emphasis - deemphasis pada
sistem FM .
Jawab :
Pre emphasis adalah suatu rangkaian yang terdapat di permanen .Tujuannya
adalah memperkuat range suara yang berfrekuensi tinggi dengan demikaian

69
Teknik Radio
mencegah turunnya perbandingan S/N .
De emphasis adalah suatu rangkaian yang terdapat di penerima .Tujuannya
untuk memperlemah sinyal dalam range tinggi supaya tidak mendapat
penguatan yang lebih .
e) Sebutkan nama - nama demodulator FM sedikitnya 4 macam
Jawab :
 demodulator lereng
 demodulator dengan diskriminator rasio
 demodulator koinzidenz
 demodulator dengan diskriminator PLL .

70
Teknik Radio

Kegiatan Belajar 9

FM STEREO

1. Tujuan Pembelajaran
 Menerangkan dasar pengiriman stereo
 Menggambarkan spektrum frekuensi sinyal multiplek stereo
 Menggambarkan gambar pembangkitan sinyal multiplek stereo
 Menyebutkan 4 macam dekoder stereo
 Menerangkan cara kerja dekoder stereo
2. Informasi
2.1. FM Stereo (Bagian 1)

2.2. Prinsip pengiriman stereo

pemancar penerima
kanan kanan

pemancar penerima
kiri kiri

Gambar 64

Gambar menunjukkan prinsip pengiriman stereo dengan jalan terpisah. Untuk


penghematan maka dikembangkan suatu modulasi dimana informasi kiri dan kanan
dipancarkan melalui pemancar dengan sebuah jalur frekuensi

pembawa bantu 38 kHz

Pembawa utama pada


jalur FM (88 - 108 MHz)

Sinyal Mono U L+ R

Sinyal tambahan U L- R

71
Teknik Radio
Gambar 65

Karena tidak semua pesawat penerima FM semuanya stereo maka pemancar harus
mengirimkan SINYAL MONO UL + UR (KOMPATIBELITAS).Untuk keperluan stereo
dikirimkan sinyal TAMBAHAN STEREO (UL – UR) untuk memperoleh kembali sinyal
informasi kiri dan kanan.

Pemancar bekerja dengan multipleks FM - AM

2.3. Spektrum frekuensi sinyal multipleks stereo

penyimpangan
100 %
penyimpangan 90
U L - UR
f
U L - UR
45
UL + UR
U L + UR

U L - UR UL - UR

0,03 15 19 23 38 53 f (kHz)

Gambar 66
UL + UR = Sinyal utama, sinyal mono, sinyal kompatibel dengan lebar band 30 Hz - 15
kHz dan amplitudonya 45% dari keseluruhan
UL - UR= Sinyal perbedaan antara sinyal UL dan UR yang membentuk band sisi dari
modulasi amplitudo dengan pembawa bantu yang ditekan fT = 38 kHz. Lebar band 30
kHz - 15 kHz
SINYAL MODULASI AMPLITUDO 38 kHz = sinyal tambahan stereo dengan lebar band
23 kHz - 53 kHz
SINYAL 38 kHz = Pembawa bantu yang amplitudonya ditekan hingga kurang dari 1%
dari keseluruhan f, untuk menghindari modulasi lebih
SINYAL 19 kHz = Sinyal pemandu dengan amplitudo sebesar 10% dari seluruh f untuk
sinkronisasi dekoder stereo dalam pesawat penerima
Keseluruhan sinyal disebut SINYAL MULTIPLEKS STEREO, untuk memodulasi sinyal
dalam band frekuensi VHF BAND II antara 87,5 MHz -104 MHz dengan cara modulasi
frekuensi FM. Misalnya pada kanal 50 dengan frekuensi 102,00 MHz . Jika f =  75 kHz

72
Teknik Radio
(untuk kuat suara) maka lebar band untuk stereo adalah B   75 kHz + 53 kHz =  120
kHz = 256 kHz.
2.4. Pembangkitan sinyal multipleks stereo

Gambar blok :

19 G
38 19 kHz
38kHz 19 kHz
matrik sinyal pemandu
UL - UR
L
peman
AM
R UMPX car FM
UL + UR
sinyal multipleks

Gambar 67

Matrik pengubah UL, UR menjadi UL-UR dan UL+UR :

R1 UL +UB
U L - UR UL UL+UR
UL UR
R2 R5

UL UL-UR
R3
UR
2UR UL + UR -UR
UR
R4

Matrik dengan transformator Matrik dengan transistor


UL + R misalkan :
UL
+UR Sinyal kanan mempunyai frekuensi dua

t
kali frekuensi sinyal kiri
Sinyal tebal pada gambar atas adalah
hasil jumlahnya
penjumlahan (Addition)

73
Teknik Radio
UL - R
Sinyal kanan bergeser pasa 180 dari
UL
-U R
semula, sehingga antara sinyal kiri dan
t kanan merupakan pengurangan

pengurangan (Substraction)
Gambar 68
2.5. Modulasi amplitudo dengan pembawa yang ditekan
untuk modulasi dengan pembawa yang ditekan dapat digunakan modulator push pull
seperti modulator ring.
D1
T1 T2

Ui D3 UM
D4

D2

T3

UT

Gambar 69

cara kerja :

T1 T2
D1

Ui UM
D2

UT
Ui UM

T1 T2
D4
D3
Ui UM

Gambar 70

74
Teknik Radio
Dioda D1 dan D2 hidup saat tegangan U T POSITIP, maka tegangan Ui dilalukan ke
keluaran. Saat tegangangan UT negatip D3 dan D4 hidup, maka tegangan Ui dilalukan
ke keluaran dengan polaritas yang terbalik. Setiap U T berbalik polaritas maka tegangan
keluaraanya pun akan BERBALIK. Ditengah-tengah terdapat lompatan pasa, karena
getaran negatip belum berpindah ke positip tetapi diikuti bagian negatip lagi. Hal ini
terjadi saat sinyal HF dan LF BERSAMA-SAMA MELEWATI GARIS NOL.

75
Teknik Radio
2.6. Terjadinya sinyal multipleks stereo

UR
+UR -UR
t

UL
UL UL
t
UT

UL + R UT UL - R

t t

UM
UL + R
UM
t

UMPX

Gambar 70

sinyal multipleks stereo terdiri dari :SINYAL MONO (U L + UR). SINYAL TAMBAHAN
STEREO (UM) DAN SINYAL PEMANDU ( 19 kHz)

3.1. FM Stereo (bagian 2)


3.2. Dekoder Stereo
Untuk memperoleh kembali sinyal kanan dan kiri, pada pesawat penerima setelah
demodulator dipasang Dekoder stereo

U MPX R
TUNER
DEMO DU LATOR DEKO DER
L

Gambar 71

76
Teknik Radio
3.3. Dekoder matrik :

UL+ UR

30Hz-15k

UL
U UL-UR
MPX UM
MATRIK
UR

23 - 53kHz

U f UT
P

2f
19kHz

Gambar 72 blok dekoder matrik


UL-UR

UL-UR 0 -( UL-UR)
R3
2U
L
180
R1
2UR

R2 R4
UL+ UR

Gambar 73 matrik tahanan

UL + UR + (UL - UR) = 2 UL
UL + UR - (UL - UR) = 2 UR
3.4. Dekoder saklar :

UL

30 - 53kHz

UMPX UP f UT

2f
19kHz

UR

77
Teknik Radio
Gambar 74 blok dekoder saklar

Sinyal multipleks stereo tidak dibagi-bagi, tetapi langsung diletakkan dalam saklar
elektronik, yang dihubungkan dalam irama pembawa bantu stereo (38 kHz)

U
U
UL UR
t
t
38 kHz 38 kHz
T1 T2

U MPX T3

Gambar 75 Saklar elektronika

Transistor T1 dan T2 hidup dan mati bergantian dalam irama 38 kHz. Sinyal multipleks
yang diletakkan pada basis T3 bergantian pula berada dijalur keluaran.
U MPX

UL

t
UR

Gambar 76 Tegangan-tegangan pada dekoder saklar

3.5. Dekoder saklar PLL

Didalam dekoder stereo didapatkan kembali frekuensi pembawa 38 kHz. Posisi fasa
antara frekuensi pemancar, yang diberikan malalui sinyal pemandu 19 kHz, dengan
frekuensi yang dibangkitkan dalam pesawat radio harus SAMA. maka digunakanlah

78
Teknik Radio
rangkaian PLL (Phase Locked Loop = lingkaran pengunci fasa)
G

fe
 fa
VCO

Gambar 77

Rangkaian PLL terdiri dari osilator yang dikendalikan oleh tegangan (VCO), yang
disinkronisasikan dengan frekuensi yang masuk.
UA UA

 
UB
UB

UA  
t
UB
UL
UB T1

UA
UB

 
t
UL
UB

UA t

UB UB
 
UB T1

t
UL

Gambar 78

Cara kerja pembanding pasa, UA adalah tagangan dengan frekuensi seharusnya, UB


adalah tegangan dengan frekuensi yang terjadi dari VCO. Jika pergeseran pasa  =
90 maka UL mempunyai tegangan bagian positip dan negatip yang sama. Dan melalui
rangkaian filter tegangan ini menjadi nol volt. Jika pergeseran pasa  lebih besar atau
lebih kecil dari 90 maka akan terdapat tegangan negatip atau positip setelah di filter..

79
Teknik Radio
Tegangan ini untuk mengatur VCO hingga sefasa.

UL
4
UMPX 2

4,7uF UR
5

PEMBEBAS

820pF 11

13 .22uF .47uF
22nF 3k3
12

PELALU BAWAH
19kHz f2 2

j = 0O f2
f1 G 14
f2 2 2
19kHz
f1 VCO
j = 0O f2
SN 76115 15k
76kHz C 448
MC 1310P
470pF
CA 1310E 10k
 XC 1310

PENALA VCO
7 9 8 6 1

.22uF +UB
SAKLAR
MONO/STEREO
+U B

Gambar 79
Pendekoderan sinyal stereo dicapai dengan dua saklar elektronik, yang bekerja dalam
irama 38 kHz.
Penalaan frekuensi 76 kHz oleh rangkaian RC pada kaki 14. Frekuensi 76 kHz, oleh
flip-flop dibagi menjadi 38 kHz dan 19 kHz.
Pembanding pasa yang ke 2 bertugas untuk mengenal adanya penerimaan stereo atau
mono. Tegangan yang dihasilkan malalui sebuah penguat untuk membebaskan
dekoder stereo unuk bekerja dan menghidupkan lampu penampil stereo.
Selain pengoperasian mono secara otomatis, jika sinyal yang diterima TANPA
PEMANDU 19 kHz maka dekoder stereo bekerja dalam posisi mono, dapat pula secara
manual. Pensaklaran malalui kaki 8

80
Teknik Radio
3.6. Dekoder kurva sampul

UL
f

UMPX 19kHz 2.f 38kHz

UR
30Hz - 53kHz

Gambar 80

Sinyal multipleks stereo dilewatkan dalam dua jalur. Satu jalur harus melewati palalu 19
kHz, sehingga hanya sinyal PEMANDU STEREO 19 kHz yang dilewatkan.
Oleh pengganda frekuensi sinyal 19 kHz frekuensi sinyal 19 kHz digandakan
frekuensinya menjadi 38 kHz. Kemudian malalui pelalu 38 kHz sehingga hanya sinyal
berfrekuensi 38 kHz saja yang lewat. Sinyal ini digabungkan dengan sinyal multipleks
yang melewati jalur yang lain sehingga diperoleh getaran yang termodulasi amplitudo
malalui sinyal L + R dan L + R .
Pasa kurva sampul bergeser sekitar 180, pada pencampuran sinyal multipleks dengan
pembawa bantu diperoleh kurva sampul yang berlainan, masing-masing
( L + R ) + ( L - R ) = 2L
( L + R )  ( L - R ) = 2R

81
Teknik Radio
38kHz 38kHz
19kHz

1n2
2uF 20nF
D2 800pF
500pF

L3
10nF
56k R
T3
D3 AC122
L1 10nF
200
L2
T1
AF138 6k8 T2 56k L
UMPX
AC122
10k 6k2
2uF 5k6

22k
50uF 22nF 500pF 800pF

D1 5uF

200uF
-U B +U B

Gambar 81
D2 dan D3 adalah pengganda frekuensi
D4 dan D5 adalah demodulator
Tahanan 5,6 k pararel kapasitor 22 nF adalah rangkaian korektor, untuk
mengkompensir adanya komponen-komponen buta.

82
Teknik Radio
4. Lembar Latihan
a) Jelaskan bagaimana kita dapat mengkait sinyal komposisi stereo dalam
pemancar ?
b) Gambarkan spektrum frekuensi sinyal komposisi status dari proses multipleks
status dimana : Frekuensi sinyal informasi 30 Hz - 12 kHz
c) Berapa frekuensi maksimum sinyal komposisi ?
d) Dari soal no.2 (sinyal komposisinya) akan dimodulasi FM dengan deviasi
maksimum frekuensi pembawa = 70 kHz. Hitung lebar panel pemancar FM
stereo
e) Bagaimana cara mendapatkan kembali sinyal L dan R dari pemancar FM
stereo agar kita dengar kembali didalam penerima radio
f) Jelaskan macam-macam dekoder stereo

83
Teknik Radio
5. Lembar Jawaban
a) Menggunakan rangkaian MPX stereo/ multiplek stereo.
Dimana sinyal (L-R) dimodulasi secara AM DSB SC dengan frekuensi sub
pembawa 38 kHz didalam rangkaian modulator seimbang (Balan Modulator).
Sinyal AM DSB SC dimodulasi dengan sinyal pemancar 19 kHz atau pilot. Oleh
karena sinyal sub pembawa 38 kHz dipisahkan dari penggandaan 19 kHz
(pilot, maka jika dalam rangkaian MPX sinyal pilot 19 kHz mati/tidak kerja maka
pada keluaran MPX tidak terjadi bentuk sinyal komposisi dan hanya terjadi
pencampuran L dan R biasa yang berupa sinyal mono dengan demikian sinyal
yang dipancarkan hanya sinyal mono

b) Spektrum frekuensi sinyal komposisi stereo

penyimpangan
100 %
penyimpangan 90
UL - UR
f
UL - UR
45
UL + U R
UL + U R
U L - UR UL - UR

0,03 15 19 23 38 53 f (kHz)

(fi = 12 kHz)

c) Frekuensi maksimum sinyal komposisi (Fmax comp)


= f Sub + fi
= 38 + 12 = 50 kHz

d) Untuk FM stereo
Sinyal diferensinya berupa sinyal komposisi (F comp)
Jadi lebar Band stereo ( B )
Bst = 2 (f + F comp)
= 2 ( 70+ 50)
= 240 kHz

84
Teknik Radio
e) Pada penerima radio FM stereo perlu kita lengkapi dengan Dekoder Stereo
yang berfungsi untuk memisahkan kembali sinyal L da R dari sinyal komposisi
stereo.
f) Dekoder Matrik
 Dekoder Sakelar
 Dekoder PLL
 Dekoder Kurva Sampul

85
Teknik Radio

Kegiatan Belajar 10

PENGATUR PENGUAT OTOMATIS


1. Tujuan Khusus Pembelajaran
 Menerangkan fungsi pengaturan penguatan otomatis
 Menyebutkan 2 macam tegangan pengatur dan menggambarkan rangkaiannya
 menggambarkan rangkaian pengaturan otomatis
2. Informasi
2.1. Pengatur Penguatan Otomatis
2.2. Fungsi :

SINYAL
KUAT

K UA T K UA T
SUARA A SUARA B

SINYAL
LEMAH

K UA T K UA T
SUARA B SUARA A

Gambar 82

Untuk mendapatkan KUAT SUARA yang pada sinyal masukan yang berbeda beda
diperlukan pengaturan penguatan otomatis ( AGC = Automatic Gain Control )
2.3. Pencapaian Tegangan Pengatur

C3
AF

R1 R2
C1 R3
UR
C2

Gambar 83

86
Teknik Radio

UR adalah tegangan pengatur yang merupakan tegangan searah yang berayun dalam
irama frekuensi suara. Tetapan waktu  yang dimiliki filter RC sebesar 0,1 detik. UR
dari gambar 3 merupakan tegangan pengatur POSITIP terhadap tanah. Untuk
mendapatkan tegangan UR negatif, dioda dirangkai seperti gambar dibawah.
C3
AF

R1 R2
C1 R3
UR
C2

Gambar 84
Saat ini terdapat pula pengaturan tertunda, dimana pengaturannya terjadi setelah
mencapai harga kuat medan tertentu rangkaiannya seperti berikut.

+UB = 10V
AF
R1
C1
150k
4,7k
UR

15k

Gambar 85

Dioda D2 dalam keadaan BIAS MUNDUR dengan tegangan BIAS MUNDUR sebesar 1
Volt. Maka pengaturan terjadi setelah dioda TERBIAS MAJU dengan tegangan 1,3 Volt
, maka terjadilah tegangan pengatur yang bergantung kuat medan.

87
Teknik Radio
2.4. Pengaturan :

HF fe f IF IF IF AF

UR1 fo UR2 UR3 UR UR4

pengaturan
ke belakang

pengaturan ke depan

Gambar 86
B

150
UCE = 10V

100

50

0
0,01 0,1 1 10 Ic (mA)

Gambar 87
Penguatan arus bolak-balik  bergantung pada arus kolektor. Pada Ic = 9 mA
penguatan berada pada nilai puncaknya dengan  = 140 .
Ada dua kemungkinan pengaturan . Melalui pengecilan arus basis , arus kolektor
berkurang dan penguatanpun akan berkurang . Ini dinamakan pengaturan MENURUN .
Kemungkinan kedua , dengan memperbesar arus basis maka arus kolektor akan
membesar jika Ic = 20 mA , maka penguatan akan turun sampai 130. Pengaturan ini
dinamakan pengaturan MENAIK.

88
Teknik Radio

- UB - UB

+UR - UR

UBE UBE

t
t
+UR

- UR

+UB +UB

- UR +UR

UBE UBE
+UR

- UR

t t

Pengaturan menurun Pengaturan menaik

Gambar 88

89
Teknik Radio
2.5. Contoh Pengatur Penguatan Otomatis Menurun
R
-9V

120k 1,2 mA
(0,3mA) 10n 10k
-0,8V
(-0,2V)

+UR 1,1V
(0,3V) 10k

10 F

Gambar 89
Dioda penyearah ( Dioda detektor ) disambung sedemikian sehingga dengan naiknya
sinyal masukan tegangan pada titik R semakin POSITIP . Maka tegangan basis
transistor MENGECIL dan dengan demikian penguatannyapun MENGECIL.
2.6. Contoh Pengatur Penguatan Otomatis Menaik

C3
6pF R10
C1
fe T1 120
33n
R3 R4
82 C5
10k 1,5n
R5 C4
UB
390 B
100n

UR T2
R1
4,7k R6 R8
18k 390
R2
4,7k
A
R9
270

Gambar 90
Dengan naiknya sinyal masukan tegangan pengaturan naik ( negatip ) maka arus
kolektor T2 TURUN. Tegangan A menjadi lebih POSITIP dan dititik B lebih NEGATIP .
Maka basis T1 melalui R2 terletak di TITIK A dan emitor terletak DITITIK B . Sehingga
dengan naiknya sinyal masukan , tegangan basis emitor T1 NAIK dan arus kolektornya
NAIK dan dengan penguatannya TURUN.

90
Teknik Radio

2.7. Perbandingan Pengaturan Menurun dan Menaik

Pengaturan Menurun Pengaturan Manaik


Kelebihan  Daerah pengaturan yang  Pengendalian yang
lebar besar
 Diperlukan daya pengaturan
yang kecil
Kekurangan  Daerah pengendalian yang  Diperlukan daya
kecil , pada tegangan BE pengaturan yang besar,
yang kecil dikhawatirkan daerah pengaturan yang
terjadi demodulasi sinyal IF kecil
pada dioda BE
Penggunaan  Pada tingkat IF pertama  Pada tingkat pencampur

2.8. Karakteristik Pengaturan

Ua
Tanpa pengaturan

Pengaturan tertunda
Pengaturan sederhana
Pengaturan ideal
x = Harga batas

0 x Ui
Gambar 91

91
Teknik Radio
3. Lembar Latihan
a) Terangkan fungsi pengaturan penguatan otomatis ?
b) Sebutkan dua macam tegangan pengatur dan gambarkan rangkaiannya ?
c) Gambarkan rangkaian pengaturan otomatis menurun dan menaik ?

92
Teknik Radio
4. Lembar Jawaban
a) Fungsi pengaturan otomatis adalah untuk mendapatkan kuat suara yang
konstan pada sinyal masukan yang berbeda-beda
b) Adapun dua macam tegangan pengatur adalah tegangan pengatur positip
dan tegangan pengatur negatip
Gambar rangkaiannya sebagai berikut :

C3
AF

R1 R2 Tegangan pengatur positif


C1 R3
UR
C2

C3
AF

R1 R2 Tegangan pengatur negatif


C1 R3
UR
C2

c) Gambar rangkaian pengaturan otomatis menurun sebagai berikut :

R
-9V

120k 1,2 mA
(0,3mA) 10n 10k 
-0,8V
(-0,2V)

+UR 1,1V
(0,3V) 10k

10 F

Dioda penyearah ( Dioda detektor ) disambung sedemikian sehingga dengan


naiknya sinyal masukan tegangan pada titik R semakin POSITIP . Maka tegangan

93
Teknik Radio
basis transistor MENGECIL dan dengan penguatannyapun MENGECIL.

94
Teknik Radio
Gambar rangkaian pengaturan otomatis menaik sebagai berkiut :

C3
6pF R10
C1
fe T1 120
33n
R3 R4
82 C5
10k 1,5n
R5 C4
UB
390 B
100n

UR T2
R1 R8
4,7k R6
18k 390
R2
4,7k
A
R9
270

Dengan naiknya sinyal masukan tegangan pengaturan naik ( negatip ) maka arus
kolektor T2 TURUN. Tegangan A menjadi lebih POSITIP dan dititik B lebih
NEGATIP . Maka basis T1 melalui R2 terletak di TITIK A dan emitor terletak
DITITIK B . Sehingga dengan naiknya sinyal masukan , tegangan basis emitor T1
NAIK dan arus kolektornya NAIK dan penguatannya TURUN.

95
Teknik Radio

Kegiatan Belajar 11

ACSESSORIES
1. Tujuan Pembelajaran
 Menerangkan cara kerja suatu penalaan
 Menerangkan cara kerja pemilih stasiun dan band elektronik
 Menerangkan cara akerja AFC pada penerima FM
 Menerangkan prinsip kerja tuner synthesizer
 Menerangkan kerja penampilan frekuensi dengan peraga 7 segmen
 Menerangkan prinsip kerja sistem pelacakan pemancar otomatis dan
pensintesaan tegangan
 Menerangkan prinsip kerja pembantu penalaan
 Menerangkan prinsip kerja rangkaian pemati
 Menerangkan prinsip kerja pengendali jarak jauh
2. Informasi
2.1. Rangkaian khusus

2.2. Pengantar

Apa yang telah dibicarakan dalam bahasan-bahasan terdahulu adalah bagian-bagian


dasar yang selalu ditemui pada semua pesawat penerima.
Perbedaan utama saat ini hanya terletak pada sistim PENALAAN dan PENAMPILAN
serta PELAYANAN
2.2.1. Penalaan

Penalaan pesawat atas frekuensi penerimaan yang diinginkan dicapai dengan


mengubah frekuensi resonansi dari RESONATOR OSILATOR TINGKAT MASUKAN.
Dengan mengubah tahanan semu (reaktansi) kumparan dengan jalan menggeser inti
kumparan, komponen penala yang biasanya digunakan adalah kapasitor variabel
sebelum digunakan dioda kapasitor. Saat ini pun masih digunakan pada pesawat yang
bermutu baik dengan kapasitor variabel 4 sampai 6 tingkat.
Dengan itu dapat dibangun kwalitas lingkaran LC lebih tinggi dan sinyal yang lebih

96
Teknik Radio
besar daripada dikerjakan dengan dioda kapasitor.
Dioda kapasitor mempunyai keuntungan-keuntungan untuk PELAYANAN dan
PENGEMBANGAN peralatan

Timer L

masukan osilator

tegangan penalaan
sakelar
pemilih

penampil frekuensi
stasiun

R3 +UB
R1 R2

3....
30V

Gambar 92.

Penalaan dapat menggunakan POTENSIOMETER dengan posisi yang dikehendaki.


Dan dapat dengan sederhana menmpatkan stasiun-stasiun tetap . Dengan potensio
meter. Dalam gambar 1 dapat disaklarkan tegangan tetap yang disyaratkan untuk
suatu frekuensi pemancar pada dioda-dioda kapasitor.
Dengan menggunakan PENGUKUR TEGANGAN dapat ditampilkan frekuensi
penerimaan secara analog
2.2.2. Pemilihan stasiun dan band

Pemilihan stasiun dan band seperti juga proses pensaklaran lainnya didalam penerima
dipasang saklar. Biasanya bagian-bagian yang memerlukan saklar dirancang dengan
saklar untuk MEMPERPENDEK PENGHANTAR SEPENDEK MUNGKIN.
Dengan saklar elektronis kesulitan diatas dapat dipecahkan, baik dengan saklar
mekanis atau saklar sentuh

97
Teknik Radio

1 18
4,7nF
S5 17
2 +26,5V
1K
16
S1 3

12V / 40mA 15
R1 +17V
4

S2 14
5 R2

13
6 R3

S6
S3 7 12
Sakelar R4
elektronik

8
11

Tuner
S4 9 SAS 10
580 Ke sakelar
elektronik
8,2K berikutnya
Gambar 2.

+17V

gambar 93
Gambar menunjukkan rangkaian saklar sentuh untuk 4 kanal. Modul jenis ini dapat
dikembangkan jumlah saklarnya sesuai kehendak kita dengan merangkaikan satu kanal
dengan kanal lainnya
Selain penggunaan seperti gambar 2 masih terdapat penggunaan yang lain.

Jika saklar sentuh S1 disentuh dengan tangan, sinyal akan diperkuat dan mengubah
keadaan flip flop yang berada dalam IC. Pada keluaran flip flop diletakkan saklar
elektronis, yang kemudian rangkaian disederhanakan sebagai saklar.
Dengan S5 lampu atau dioda LED dinyalakan sebagai penanda keadaan
Dengan S6 tegangan yang telah dipilih sebelumnya melalui R1 untuk kanal yang
sesuai diletakkan pada keluaran (kaki 11). Rangkaian dalam IC telah dicancang
sedemikian dengan pemberian catu pertama kali secara otomatis kanal 1 (SI)
terhubung. Serta tidak mungkin terdapat dua kondisi saklar dapat terhubung

98
Teknik Radio
bersamaan
2.2.3. Pengatur frekuensi otomatis AFC pada penerima FM

Keterpengaruhan temperatur mungkin dapat terjadi pada penerima, frekuensi


osilatornya BERUBAH frekuensi IF BERGESER dari frekuensi tengahnya 10,7 MHz.
Hasilnya merupakan penerimaan yang terganggu (cacat). Tugas pengatur frekuensi
otomatis ialah untuk mengembalikan frekuensi IF menjadi 10,7 MHz kembali dengan
jalan merubah frekuensi osilator.

Dari tingkat AF
depan FM
IF

Gambar 94

Tegangan yang diperlukan untuk pengatur frekuensi otomatis (AFC = Automatic


Frekuensi Control) diperoleh dari

U UR

10,5 10,7 10,9 f f


MHz UR = 0V

a. penalaan tepat ( f IF = 10,7MHz )


U UR

10,5 10,7 10,9 f f


MHz UR positip

b. penalaan salah (f IF = 10,7MHz)

Gambar 95

99
Teknik Radio
Gambar 4 memperlihatkan demodulator FM (kurva S) , Jika osilator ditala sedemikian
rupa, bahwa frekuensi IF berharga 10,7 Mhz, akan menimbulkan tegangan pengatur U R
= 0 VOLT . Jika frekuensi menyimpang keatas maka akan diperoleh tegangan U R
POSITIP

+
33k pembat as
Tegangan
muka Reso nat or Te ga ngan
o silat or penala an
kemba li
UR
Tegangan 270 pF 50 0pF
penalaan
kembali
UR
Resonator
osilator
100k Te ga ngan
penala an
50 0pF

gambar 96a gambar 96b

gambar 96a memperlihatkan penalaan kembali pada pesawat yang menggunakan


kapasitor variabel. Dan gambar 96b memperlihatkan penalaan kembali pada pesawat
dengan dioda kapasitor
Gambar 96b, jika UR positip maka total tegangan dioda MENGECIL dan kapasitasnya
NAIK.
Dengan demikian frekuensi osilator MENURUN dan frekuensi IF juga ikut TURUN ,
AFC dapat mengkoreksi hingga  140 khz
2.2.4. Tuner Synthesizer
Dengan kapasitor variabel dan dioda kapasitor dapat merubah frekuensi osilator secara
KONTINYU . Dalam tuner sythensizer, perubahan frekuensi dapat dicapai dalam
interval yang kecil (tuner adalah pesawat penerima tanpa penguat AF)

100
Teknik Radio
Df
U U

f0 f0
Gambar a. Gambar b.

gambar 97a , penalaan pada kapasitor variabel


gambar 97b , penalaan pada tuner synthesizer

Tuner - synthesizer mempunyai kelebihan dalam hal pelayanan dibanding tuner model
lama seperti :
 Penerimaan pemancar dapat diprogram secara tepat dalam melacak suatu
pemancar dapat dilakukan dengan mudah
 Penalaan dapat dilakukan oleh komputer mikro

IF IF
RF

fo
V CO

fo
fo
n penalaan

bagian
Penya - yang dapat diprogram
G mapasa
f ref

Gambar 98

Gambar diatas menunjukkan penyederhanaan osilator sebuah tuner syntesizer dengan


rangkaian PLL (phase lock loop). Kemudian saat pada daerah penerimaan frekuensi

101
Teknik Radio
osilator dibagi (perbandingan dalam pembagian dapat diprogram) kemudian disamakan
dengan osilator kristal dalam penyama pasa. Saat terjadi penyimpangan frekuensi akan
dihasilkan TEGANGAN PENGATUR yang kemudian digunakan untuk mengendalikan
OSILATOR VCO (voltage controlled oscillator= osilator yang frekuensinya diatur
tegangan) setelah melalui pelalu bawah dengan cara itu VCO diserempakan dengan
osilator kristal.
Dengan mengubah besaran pembagi, frekuensi osilator VCO akan BERUBAH pula.
Dengan berubahnya frekuensi osilator yang dibarengi dengan perubahan FREKUENSI
RESONANSI pada tingkat depan maka berubah pula FREKUENSI PENERIMAAN.
Frekuensi referensi biasanya untuk AM = 1 khz; 0,5 khz
FM = 25khz; 10khz
TV = 125 khz; 62,5 khz
Biasanya digunakan osilator kristal dengan frekuensi dalam satuan Mega Hertz,.
Untuk mendapatkan frekuensi referensi diperlukan pembagian frekuensi dengan
besaran tetap untuk tiap band.

102
Teknik Radio

V CO fo
FM fo
n

G VCO
AM

fo
fo
R Mikro -
computer
Penampil

Penya -
ma
pasa Pelayanan

Gambar 99
Karena frekuensi referensi untuk FM dan AM berbeda sangat besar, sehingga tetapan
waktunya berbeda pula , maka diperlukan dua filter pelalu bawah.
Misal frekuensi kristal = 4 MHz maka: pembagi R untuk FM =
4 MHz
 160
25kHz
R untuk AM =
4 MHz
 8000
0,5kHz
Pembagi frekuensi osilator VCO; N min untuk FM =
femin  f 87,5 MHz  10,7 MHz
  3928
f ref 25kHz

N mak untuk FM =

103
Teknik Radio
femin  f 108 MHz  10,7 MHz
  4748
f ref 25kHz

N min untuk AM = 1940 (MW) dan 1220 (LW)


N mak untuk AM = 4160 (MW) dan 1620 (LW) dengan f IF = 470 KHz
Untuk tiap frekuensi penerimaan yang diinginkan diperlukan besar pembagi N yang
berlainan. Tugas pembagian diambil alih oleh komputer mikro, selain itu komputer
mikro juga mengambil alih dalam hal :
 Pengendalian PENAMPIL FREKUENSI
 MENYIMPAN frekuensi stasiun pemancar
 Pengendalian ELEMEN PENAMPIL LAINNYA
 Pengendalian saklar ; band FM, MW, LW, saklar Mono/ stereo, pemati (muting)
 Pemogram saat hidup dan mati
 Penampil waktu
 dan sebagainya]

2.2.5. Penampil frekuensi

Penampil frekuensi dengan peraga 7 segmen dapat menunjukkan frekuensi


penerimaan secara tepat dibanding dengan sistem jarum penunjuk

104
Teknik Radio
fo
FM kHz
MHz

32
1

16 (C)
fo
MW (A) 1 Penghit ung
LW
(B)

W aktu gerbang
FM : 5.12ms
MW . LW :16ms 16
Pempro -
1 gramman IF

G
5.12MHz

Gambar 100

( A )

f o = 1 , 4 7 M H z

( B )

t
1 6 m s
w a k t u

g e r b a n g

( C )

P u l s a y a n g d i h it u n g t

Gambar 101 prinsip penampil frekuensi


Besaran ukur diambil dari frekuensi OSILATOR pada penerima FM, fo dibagi dua kali,
(32 dan 16) sedang pada AM, fo hanya dibagi dengan 16

Penghitung mengirim waktu gerbang untuk proses perhitungan , yang besarnya 16 ms


untuk AM dan 51,2 ms untuk FM. Hanya sinyal dalam waktu gerbang saja yang dihitung
Contoh : frekuensi penerimaan 1 MHz, fo = 1, 47 MHz kemudian frekuensi ini dibagi
dengan 16 sama dengan 91,875 KHz . Selama waktu gerbang terdapat

16mS
x91,875kHz  1470 sinyal
1000

105
Teknik Radio
Penghitung tidak akan menghitung frekuensi osilator, hanya frekuensi penerimaan saja
maka harus dikurang dengan frekuensi IF

2.2.6. Pelacak pemancar otomatis dan sintesa tegangan


Untuk memudahkan pengoperasian dan lebih aman dalam lau lintas, biasanya dalam
radio mobil menggunakan penalaan dengan pelacak pemancar elektronik otomatis.
Dalam perkembangannya digunakan pula pada peralatan rumah yang menggunakan
pengendali jarak jauh (remote control). Dioda kapasitor tuner dikendalikan oleh
TEGANGAN YANG NAIK secara perlahan (DARI GENERATOR GIGI
GERGAJI).Proses ini dapat dimulai (di start) dengan knop ataupun dengan saklar
sentuh

Tuner
IF

ZF

R1 R2
Stop

Start

Gambar 102
Jika sebuah pemancar telah diterima dengan baik, demodulator FM akan memberikan
sinyal stop pada lintasan nol. Pemancar telah ditemukan dan tetap ada jika di start lagi,
maka tegangan penala akan naik sampai ditemukan pemancar baru lagi. Selain
pelacakan keatas (frekuensi diturunkan ke harga yang rendah), sehingga dalam tuner
terdapat UP dan DOWN tuning (penalaan keatas dan kebawah).

Apa yang telah dibicarakan diatas dengan sistim DIGITAL. Pada penalaan digital
besaran tegangan penala analog diubah menjadi besaran BINER dan selanjutnya
diubah lagi dalam sebuah pengubah DIGITAL KE ANALOG D/A

106
Teknik Radio
U G
Penhitung
pemeriksa
+Uref
a)
0000 000 100

1111111111

Penyama tegangan
t digital b) penalaan
U d)
0000000000 c)
Ub
Ud

0 0 0 0 0 0 0 100
00000000 11 Tegangan
Data Tingkat saklar
U = 0 0 0 0 0 0 0 0 10 terkoda (ma - Penhi -
29mV sukan) tung isi
0000000001
t

Gambar 103a,Tegangan penala, analog Gambar 104b, Prinsip sintesa


dan digital tegangan.

10 10 10 10
9 9 9
9 8 8 8
8 7 7 7
7 6 6 6
6 5 5 5
5 4 4 4
4 3 3 3
3
2 2 2
2 1 1 1
1
a)
t

Ub

b) t

Uc

harga rata- rata

c) t
Ud

d) t

Gambar 105
Gambar 104b memperlihatkan prinsip sintesa tegangan , dan proses tegangan
didalamnya dicontohkan gambar 105, dimana tegangan penala hanya dicacah dalam
10 tingkat.Misalnya sinyal masukan adalah 0000010000. Didalam penyama digital

107
Teknik Radio
sinyal dari penghitung isi dibandingkan dengan sinyal dari penghitung pemeriksa, maka
hasilnya sinyal Ub. Sinyal ini akan menggerakkan tingkat saklar, sehingga diperoleh
tegangan kotak Uc yang selanjutnya diambil harga rata-ratanya oleh FILTER PELALU
BAWAH

Maka diperoleh tegangan searah Ud guna penalaan, dimana besarnya Ud akan


menyebabkan osilator BERGETAR PADA FREKUENSI YANG DIKEHENDAKI sesuai
data yang dimasukkan

2.2.7. Pembantu penalaan

 Pengukur kuat medan, juga dinamakan S - meter menunjukkan besar tegangan


masukan relatip. Biasanya diukur TEGANGAN IF
 Penanda kanal dalam pesawat FM menunjukkan LINTASAN NOL kuva
demodulator
U
meter


10,7 f MHz
10,7MHz f

 Penanda stereo akan menyala jika menerima siaran stereo, sebagai penanda
digunakan SINYAL PEMANDU 19 KHz
 Filter desis stereo digunakan untuk meredam desis pada frekuensi tinggi, karena
sinyal multiplek berfrekuensi hingga 53 KHz
 Filter ini bekerja dengan jalan mencampur sinyal kanan dan kiri, sehingga sedikit
akan MEMPER BURUK pemisahan kanal pada frekuensi tinggi
 Penanda multipath, sinyal dari pemancar FM kadang tidak diterima dari satu arah
tapi juga menerima sinyal dari PANTULAN. Pesawat yang menerima sinyal dari
banyak arah (multipath) ini tidak diperbolehkan , karena itu antena harus
disearahkan dengan tepat. Penanda multipath memanfaatkan sinyal pemandu
stereo 19 KHz

108
Teknik Radio
+
on

off

19kHz AM

2.2.8. Rangkaian pemati (muting)

Saat dihidupkan dan dimatikan pada pesawat akan timbul gangguan (desis). Untuk itu
digunakan rangkaian yang dapat menghentikan sinyal ke loud speaker saat ada
gangguan. Selain itu rangkaian juga bereaksi saat :

 Pemindahan DAERAH GELOMBANG


 Pemindahan PEMANCAR
 Sinyal antena TERLAMPAU KECIL
 Tidak ada PEMANCAR YANG DITANGKAP (desis FM antar pemancar)

IF AF

IF AF

Rangkaian
pemati

Bila terjadi gangguan pemati akan bekerja menggerakkan saklar dan menghubungkan
SINYAL AF KE TANAH, sehingga tidak tidak ada sinyal yang sampai ke LOUD
SPEAKER.

2.2.9. Pengendali jarak jauh (Remote Control)

Dengan menggunakan pengendali jarak jauh kita dapat mengoperasikan peralatan


audio maupun video dari tampat duduk.
Selain dengan bunyi ultra dapat pula menggunakan cahaya infra merah dengan
panjang gelombang 950 nm (f = 3,15. 10 5 GHZ)
Sebagai pemancar digunakan dioda infra merah dan sebagai penerima menggunakan

109
Teknik Radio
dioda foto peka infra merah.
Penak Tega
sir ngan
analog

Peng Deko
koda der

Penak
sir
saklar

Sinyal masukan setelah dikoda dipancarkan oleh dioda, selanjutnya diterima oleh dioda
peka infra merah.
Dalam penerima, sinyal kembali di dekoder. Dibedakan dalam dua daerah fungsi,
pertama untuk mengatur misalnya kuat suara diperlukan tegangan yang berubah
terhadap waktu (FUNGSI ANALOG)
Kedua untuk pensaklaran, pemilihan program dan sebagainya (FUNGSI SAKLAR)

110
Teknik Radio
3. Lembar latihan
a) Jelaskan prinsip penalaan frekuensi dengan menggunakan dioda
varaktor.
b) Apakah yang mempengaruhi perubahan frekuensi osilator ?
c) Jelaskan tugas pengatur frekuensi otomatis (AFC)
d) Gambarkan kurva S dari demodulator FM dengan penalaan yang tepat
dan penalaan yang salah, yang dapat menghasilkan tegangan pengatur
(UR) pada rangkaian AFC

+
Tegangan 33k pembatas
muka
Resonator Tegangan
osilator penalaan
kembali
Tegangan UR
penalaan 270pF 500pF
kembali
UR
Resonator
osilator

100k Tegangan
penalaan
500pF

Gambar A Gambar B
Gambar A : Penalaan kembali pada penerima yang menggunakan Kapasitor
Variabel
Gambar B : Penalaan kembali pada penerima yang menggunakan Dioda
Kapasitor
Jelaskan cara kerja Gambar B jika UR bernilai positip Sebutkan keuntungan
Tunner Synthesizer dibanding Tunner type yang lama Gambar

111
Teknik Radio
IF IF
RF

fo
V CO

fo
fo
n penalaan

bagian
Penya - yang dapat diprogram
G mapasa
f ref

e) Jelaskan prinsip kerja blok Tunner Synthesizer yang dilengkapi rangkaian


PLL (Phase Lock Loop)

fo
FM kHz
MHz

32
1

16 (C)
fo
MW (A) 1 Penghit ung
LW
(B)

W aktu gerbang
FM : 5.12ms
MW . LW :16ms 16
Pempro -
1 gramman IF

G
5.12MHz

f) Gambar diatas adalah Blok diagram penampil frekuensi dengan peraga 7


segment. jelaskan prinsip kerjanya ?

112
Teknik Radio

( A )

f o = 1 , 4 7 M H z

( B )

t
1 6 m s
w a k t u

g e r b a n g

( C )

P u l s a y a n g d i h it u n g t

g) Apakah keuntungan penampil frekuensi dengan peraga 7 segment


dibandingkan jarum penunjuk.
h) Prinsip pelacak pemancar otomatis ditunjukkan pada blok diagram dibawah ini
:

Tuner
IF

ZF

R1 R2
Stop

Start

Jelaskan prinsip kerjanya


i) Prinsip kerja synthesizer tegangan

G
Penhitung
pemeriksa
+Uref
a)
0000 000 100

1111111111

Penyama tegangan
digital b) penalaan

0000000000 c) d)
Ub
Ud

Data Tingkat saklar


(ma - Penhi -
sukan) tung isi

Gambar Blok Rangkaian sintesa tegangan

113
Teknik Radio

10 10 10 10
9 9 9
9 8 8 8
8 7 7 7
7 6 6 6
6 5 5 5
5 4 4
4
4 3 3
3 3
2 2 2
2
1 1 1
1
a)
t

Ub

b) t

Uc

harga rata- rata

c) t
Ud

d) t
Gambar proses sintesa tegangan

i. 1) Sebutkan kegunaan penyama digital


i. 2) Sinyal apakah yang dihasilkan penyama digital
i. 3) Sinyal dari penyama digital akan menggerakkan tingkat saklar,
sehingga diperoleh tegangan bentuk kotak ( Sinyal C)
i. 4) Rangkaian apakah yang digunakan untuk mengambil harga rata-rata
sinyal Uc sehingga tegangan searah Ud
i. 5) Jelaskan kegunaan tegangan searah Ud
j) Sebutkan rangkaian rangkaian pembantu untuk penalaan
k) Apa kegunaan rangkaian pemati (muting)
l) Komponen apa yang digunakan untuk pemancar dan penerima pengendali
jarak jauh ?

114
Teknik Radio
4. Lembar Jawaban
a) Penalaan menggunakan potensiometer dengan mengatur potensiometer kita
dapat menempatkan stasiun-stasiun pemancar yang dikehendaki. Pengaturan
potensiometer akan merubah tegangan yang diberikan pada dioda-dioda
varaktor dengan begitu frekuensipun ikut berubah maka dapat dipilih frekuensi
suatu pemancar yang kita kehendaki.
b) Yang mempengaruhi perubahan frekuensi osilator adalah temperatur yang
timbul dari komponen
c) Tugas AFC untuk mengembalikan frekuensi IF yang telah bergeser dari 10,7
MHZ, dengan cara mengontrol frekuensi osilator
d) Kurva S demodulator FM
U UR

10,5 10,7 10,9 f f


MHz UR = 0V

a. penalaan tepat ( IF
f = 10,7MHz )
U UR

10,5 10,7 10,9 f f


MHz UR positip

e) b. penalaan salah (fIF = 10,7MHz)

 Jika UR positip maka total tegangan dioda mengecil dan kapasitansinya


naik, dengan demikian frekuensi osilator menurun dan frekuensi IF juga ikut
turun
 Keuntungannya :
 Penerima pemancar dapat diprogram secara tepat
 Dalam melacak suatu pemancar dapat dilakukan dengan mudah

115
Teknik Radio
 Penalaan dapat dilakukan oleh komputer mikro
e) Saat pada daerah penerimaan, frekuensi osilator dibagi (perbandingan dalam
pembagian dapat diprogram) kemudian disamakan dengan osilator kristal dalam
penyama phasa. Saat terjadi penyimpangan frekuensi akan dihasilkan tegangan
pengatur yang kemudian digunakan untuk mengendalikan osilator VCO (Voltage
Controlled Oscilator = Osilator yang frekuensinya diatur tegangan) setelah
melalui pelalu bawah. Dengan cara itu VCO diserempakan dengan osilator
kristal. Dengan berubahnya frekuensi osilator yang dibarengi dengan perubahan
frekuensi resonansi pada tingkat depan, maka berubah pula frekuensi
penerimaan. Besaran ukur diambil dari frekuensi osilator. Pada penerima FM, fo
dibagi dua kali (32 dan 16) sedangkan pada AM, fo hanya dibagi dengan 16
f) Penghitung mengirim waktu gerbang untuk proses perhitungan, yang besarnya
16 ms untuk AM dan 51,2 ms untuk FM . Hanya sinyal dalam waktu gerbang saja
yang dihitung.
Contoh : frekuensi penerimaan 1 MHZ, fo = 1,47 MHZ .Kemudian frekuensi ini
dibagi dengan 16 = 91,875 KHZ. Selama waktu gerbang terdapat 16 ms/1000 x
91,875 KHZ = 1470 sinyal. Penghitung tidak akan menghitung frekuensi
penerimaan, maka harus dikurangi dengan frekuensi IF
g) Keuntungan penampil dengan peraga 7 segmen :dapat menunjukkan frekuensi
penerimaan secara tepat
h) Dioda kapasitor tunner dikendalikan oleh tegangan yang naik secara perlahan
dari generator gigi gergaji. Proses ini dapat dimulai dengan knop ataupun
dengan saklar sentuh. Jika sebuah pemancar telah diterima, demodulator FM
akan memberikan sinyal stop , dengan demikian pemancar akan tetap ada.
i) Prinsip kerja sistem tegangan :
1) Membandingkan penghitung isi dengan penghitung pemeriksa
2) Sinyal Ub
3) Rangkaian filter pelalu bawah
4) Untuk mengendalikan frekuensi osilator
j) Untuk pemancar :Dioda Infra Merah Untuk penerima: Dioda Foto Peka Infra
Merah

116
Teknik Radio

DAFTAR PUSTAKA

1. Basic Electronic Circuit and System “ Vol IV , C. T. I. Education Products , inc.


2. Heinz Haeberle , Elektronik 3 Nachrichtenelektronik, verlag Europa - Lehrmittel ,
Wuppertal , 1984
3. Huebscher, Elektrotechnik Fachstufe2, Westermann, Braunschweig, 1986.
4. Dennis Roddy, John Coolen, Komunikasi Elektronika, edisi ketiga Penerbit Erlangga
Jakarta.

117
706
Televisi

BAB VI
TELEVISI
6.1 Prinsip Pengiriman Gambar
6.1.1 Penguraian Gambar dan Penyusunan Gambar
Dengan mata, kita dapat melihat sebuah gambar dalam sekali pandang .
Dalam pesawat televisi, sebagai media gambar, sebuah gambar disapukan
secara titik dari titik satu ke titik yang berikutnya,
Gambar pada sisi pemancar, gambar dibagi dalam titik-titik gambar kecil-
kecil dan banyak. Keadaan titik-titik kecil tadi ( terang dan gelap ) diubah
dalam sinyal listrik. Dan dalam waktu yang berurutan satu sama lain
dikirimkan.

Gambar 6.1 Pengiriman Gambar secara Berurutan.


Supaya tidak terdapat kesalahan dalam mereproduksi gambar, maka harus
ada kesinkronan antara perpindahan titik satu ke titik berikutnya pada sisi
pemancar dengan pada sisi penerima. Titik gambar no 1 di pemancar harus
menyalakan/mematikan pada titik no 1 pada layar penerima, demikian
seterusnya.

Gambar 6.2 Penguraian Gambar dengan Jumlah Titik yang Berbeda


Dari Gambar 6.2 dapat dilihat, semakin banyak garis (berarti titik gambar
semakin banyak) gambar yang diuraikan juga semakin baik. Perhatikan
gambar disebelah kanan foto yang ditampilkan lebih halus.
707
Televisi

Pada jarak 2 meter dari layar gambar, mata manusia mempunyai daya urai
optis sebesar 1/400 pada sudut pandang 12°. Sehingga jumlah baris paling
sedikit :
12/(1/40) = 12 x 40 = 480 baris
Sehingga garis-garis pada layar tidak nampak oleh mata. Pada norma
televisi yang digunakan (CCIR : komite konsultasi internasional radio
komunikasi) telah ditetapkan jumlah baris sebanyak 625 baris. Pada jumlah
yang semakin tinggi akan menghasilkan penguraian yang lebih baik, tetapi
diperlukan lebar band yang semakin lebar.

Gambar 6.3 Daya Urai Mata


Berdasar sifat mata, untuk menampilkan gambar bergerak yang halus
maka pergantian gambar antara 20 sampai dengan 30 gambar tiap detik,
pada televisi ditetapkan 25 gambar tiap detiknya.

Raster Gambar
Pada penyapuan (scanning) dimulai atas ke bawah, pada saat sinar harus
kembali ke atas lagi diperlukan waktu yang cukup lama, maka akan
terdapat saat gelap. Sehingga akan terlihat berkedip. Untuk mengatasi hal
ini dapat dilakukan dengan menaikkan pergantian gambar menjadi 50
gambar per detik, hanya saja ini mengakibatkan lebar band pemancar akan
sangat tinggi. Untuk mengatasi hal ini dilakukan dengan cara interlace,
penyapuan secara bergantian, pada setengah gambar pertama disapukan
garis ganjil setelah selesai ganti disapukan garis genap.

Gambar 6.4 Penyapuan


Dalam contoh diatas, sebuah layar dengan secara keseluruhan memiliki 13
baris, pada penyapuan setenngah gambar pertama disapukan baris 1, 3, 5,
708
Televisi

7, 9, 11, 13 lalu pada setengah gambar kedua disapukan garis 2, 4, 6, 8, 10


dan 12.

Gambar 6.5 Hubungan Pembelok Horisontal dan Vertikal


Untuk penyapuan muatan gambar pada tabung pengambil gambar dan
untuk penyusunan titik-titik nyala diatas layar gambar, televisi selain
diperlukan pembelokan sinar elektron dari kiri ke kanan juga pembelokan
dari atas ke bawah.
Pembelokan sinar ini dicapai secara magnetis, karena untuk tabung
gambar yang menggunakan pembelok elektrostatik menghasilkan
pembelokan yang kecil pada bahan yang sama. Maka diletakkan kumparan
pembelok pada leher tabung gambar . Raster terjadi karena pembelokan
mendatar (horisontal) lebih cepat dari pada pembelokan tegak (vertikal).
Waktu jalan sinar mendatar TH tujuh kali lebih pendek (lebih cepat) dari
pada waktu jalan sinar tegak TV (vertikal). Jadi sinar bergeser ke bawah
sekitar seper tujuh dari geseran tegak keseluruhan (gambar atas kanan),
jika baris pertama selesai. Baris-baris yang tersusun satu sama lain disebut
raster gambar.

Gambar 6.6 Hubungan Waktu TH dan TV


709
Televisi

Dari contoh sebuah gambar dengan raster 7 baris berlaku TV/TH=7, atau
lama periode arus pembelok horisontal hanya .1/7 x TV Juga dapat
dikatakan, bahwa raster gambar keseluruhan dengan TV/TH=7 terdiri tujuh
baris.

Gambar 6.7 Hubungan Arus Pembelok


Jika pada norma televisi yang digunakan telah ditetapkan TV/TH = 625,
artinya bahwa didalam waktu periode tegak ( vertikal ) disapukan 625 baris,
jadi raster gambarnya terdiri dari 625 baris.

6.1.2. Sinyal Gambar


Sinyal Televisi harus memuat tiga informasi seperti berikut ini :
1. Isi Gambar; tegangan yang besarnya proporsional terhadap nilai
kecerahan sebuah gambar yang diambil.
2. Pulsa Sinkron; untuk menyerempakkan pembelok sinar pada
pemancar dengan penerima.
3. Pulsa Blanking; yang membuat tabung gambar gelap saat sinyal
balik.
Secara keseluruhan sinyal televisi ini disebut sebagai sinyal Composite,
dalam istilah dalam bahasa jerman disebut dengan sinyal BAS (Bild
Austast dan Synchronisiersignal = sinyal Gambar,Blanking dan Sinkron).
Gambar 6.8 memperlihatkan sinyal Composite sesuai norma CCIR (Komite
Konsultatif Internasional dari Radio Komunikasi) dalam satu baris dengan
gambar balok tegak hitam-putih (gambar 6.8) dan satu baris dengan balok
tangga abu-abu (gambar 6.9).
710
Televisi

Gambar 6.8 Sinyal Composite


Pulsa sinkronisasi dipancarkan oleh pemancar dengan daya penuh.
Sehingga memiliki amplitudo terbesar. Untuk mengirimkan level hitam 73%
dari maksimum amplitudo tegangan modulasi, dan level blanking ditetapkan
pada 75%. Perbedaan sebesar 2% dinamakan juga sebagai “pengangkatan
hitam”. Tegangan terkecil ditandai dengan level putih yang ditetapkan
sebesar 10% dari maksimum amplitudo tegangan modulasi. Nilai ini tidak
boleh terlampaui, karena dengan menghilangnya tegangan pembawa
menyebabkan tidak dapat diterimanya sinyal suara.

Gambar 6.9 Sinyal Composite dengan skala abu-abu


Pada proses intercarrier atau different sound getaran frekuensi IF suara
5,5MHz dibangkitkan oleh percampuran getaran pembawa gambar dengan
711
Televisi

getaran pembawa suara. Dengan demikian nilai putih tidak boleh dibawah
10% dari amplitudo pembawa gambar, karena menyebabkan getaran
pembawa gambar tidak ada, dan akan menyebabkan suara tidak
terbangkitkan.
Tingkatan nilai abu-abu akan terletak antara 73% dan 10% dari amplitudo
terbesar.

6.1.3. Pulsa Sinkronisasi


Pada setiap akhir sebuah baris diberikan pulsa sinkronisasi baris, ini dapat
dilihat pada gambar 6.8. Frekuensi baris 15.625 Hz pada jumlah baris 625
dan 25 gambar penuh tiap detiknya. Lama waktu tiap baris termasuk pulsa
sinkron sebesar TH=1/fH=1/15.625 Hz = 64 µs.
Pada waktu ini terdiri waktu maju tH dan waktu balik tR. Karena hanya
dalam masa maju saja akan terbentuk gambar, maka arah balik dibuat
sependek mungkin. Secara praktik untuk arah balik diperlukan hanya 1/10
arah maju.

Gambar 6.10 Hubungan secara waktu antara pulsa sinkron dan arus
pembelokan pada sebuah baris
Supaya semasa arah balik tidak terlihat mengganggu, maka pada tabung
pengambilan gambar dan tabung reproduksi gambar dilkukan penekanan.
Untuk ini waktu blanking dibuat sedikit lebih besar dibandingkan waktu arah
balik. Pulsa sinkronisasi seperti gambar 6.11, terdapat bahu hitam di depan
dan belakang pulsa sinkronisasi. Bahu hitam di depan sekitar 0,02 TH ≈ 1µs
dari arah maju pada akhir baris. Ini untuk pemisahan antara isi baris
dengan pulsa sinkronisasi dengan baik. Sedang bahu hitam dibelakang
pulsa sekitar 0,092 TH ≈ 6µs dari arah maju pada awal baris berikutnya. Hal
712
Televisi

ini untuk menutupi osilasi awal arah maju yang disebabkan oleh cepatnya
arah balik.
Lama saat blanking untuk pergantian baris :
bahu hitam depan + pulsa sinkron + bahu hitam belakang = tR
0,023 TH + 0,073 TH + 0,9 TH = 0,186 TH
1,5µs + 4,7µs + 5,8µs = 12 µs
Sehingga sisa untuk arah maju adalah tH ≈ 52µs yang akan digunakan
untuk menampilkan gambar.

Gambar 6.11 Fungsi Bahu pada Pulsa Sinkron


Pada sebelum dan setelah pulsa sinkron terdapat level tegangan sebesar
73% dan naik ke 75% pada pulsa sinkron, level ini disebut dengan bahu
pulsa. Fungsi dari bahu ini diperlihatkan Gambar 6.11. Pada gambar kiri
memperlihatkan jika tanpa bahu hitam, misalkan isi gambar berlevel putih
dengan levvel 10%, untuk mencapai pulsa sinkron maka level sinyal naik ke
75% memerlukan waktu. Maka saat mancapai level pulsa sinkron, pulsa
akan bergeser. Untuk waktu yang tepat maka sebelum pulsa sinkron diberi
bahu hitam.

6.1.4. Sinkronisasi Gambar


Pulsa sinkronisasi gambar untuk menandai akhir sebuah setengah gambar
dan sekaligus untuk mengantarkan arah balik sinar elektron dari sisi layar
gambar bawah ke sisi layar gambar atas. Untuk pulsa ganti gambar
besarnya antara 75% sampai 100% dari amplitudo maksimum, untuk
membedakan antara pulsa horisontal (baris) dengan pulsa vertikal
(gambar). Untuk membedakan pulsa sinkronisasi gambar dengan pulsa
sinkronisasi baris, digunakan pulsa tebal yang terbuat dari lima pulsa
berurutan. Masing-masing memiliki waktu 0,42TH≈27µs. Diantaranya
terdapat lubang dengan lebar 0,08TH≈5µs. Ini untuk menjaga selama
sinkronisasi gambar, tetap berlangsung sinkronisasi baris. (Gambar 6.12).
713
Televisi

Gambar 6.12 Pulsa Sinkronisasi


Pulsa sinkronisasi gambar lebarnya :
5(27µs+5µs)=160µs atau 2,5 baris
Lubang sinkron dimulai 2,5 baris sebelum dimulainya pergantian gambar
dan berakhir setelah 2,5 baris setelah pulsa ganti gambar. Dari 5 lima pulsa
sinkronisasi gambar yang lebar, harus terdapat sinyal yang jelas untuk
membangkitkan arah balik sinar vertikal. Maka dari itu diberikan 5 pulsa
penyama yang tipis di depan dan belakangnya. Sinyal ini dalam literatur
berbahasa Jerman disebut “Vortrabanten dan Nachtrabanten” dalam jarak
setengah baris. Tanpa pulsa ini dari 5 pulsa ganti gambar pada tiap
setengah gambar dibangkitkan tegangnan sinkronisasi yang berbeda.
Fungsi utamanya adalah dibebaskannya dari lompatan baris, bahwa pada
kedua setengah gambar dari generator mengirimkan dengan nilai
tegangan yang sama untuk membalik tanpa waktu tunda, sehingga
terbentuk pasangan baris, maksudnya jarak baris tidak sama besar.
Dalam normanya ditetapkan, bahwa waktu balik vertikal hanya 5% dari
waktu maju maka:
tR≈0,05·tH=0,05·20ms.
tR≈1ms atau sekitar 15baris.
Supaya arah balik dan proses osilasi awal tidak terlihat, maka sinar elektron
harus dibuat gelap ketika arah balik. Maka proses blanking vertikal
ditetapkan sekitar 1,28ms atau 20 baris. Pemancar mengirimkan
714
Televisi

keseluruhan pulsa sinkron gambar sekitar 3·2,5·TH=480µs atau 7,5 baris


selain itu masih terdapat waktu t=1280µs-480µs=800µs atau 12,5 baris
tanpa isi gambar. Waktu balik sinar elektron harus selalu sekitar 1,2ms.
Sinyal blanking hanya akan terlihat pada layar, jika pengatur frekuensi
gambar diatur sehingga gambar “lari”(rolling).

6.1.5. Lebar Band


Untuk mentransmisikan gambar lebar band yang diperlukan dapat dihitung
secara pendekatan, jika dihitung dengan penguraian vertikal dan horisontal
yang sama. Maksudnya, layar di bagi secara titik gambar kuadratis.
Dengan norma perbandingan sisi layar vertikal banding horisontal 3 : 4 dan
dengan jumlah baris horisontal 625 maka terdapat:
625 · 4/3 =833 titik gambar kuadratis tiap baris.
Misalkan titik gambar ini berganti-ganti hitam putih, maka tabung gambar
dikendalikan oleh tegangan kotak (Gambar 6.13).

Gambar 6.13 Proses tegangan sebuah baris dengan titik gambar hitam dan putih.
Frekuensi getaran kotak dapat dihitung dari jumlah hitam dan putih dan
jumlah baris tiap detik maka :
fatas= (833/2) · (1/baris) · 625baris · 25 1/s = 6.507.812,5Hz
≈ 6,5 MHz.
Ketajaman pada arah vertikal karena pembagian pada baris yang sedikit
maka penguraian arah horisontal juga sedikit. Sehingga dalam praktiknya
dari frekuensi batas atas yang 6,5MHz sudah dapat diperoleh gambar yang
berkualitas baik hanya dengan 5MHz.
715
Televisi

Gambar 6.14 Lebar frekuensi yang diperlukan sebuah kanal televisi


Jika pada televisi, seperti pada radio AM, digunakan modulasi AM (dua sisi
band), maka diperlukan lebar band secara total 11MHz (Gambar 6.14).
Pada lebar band yang sedemikian besar tidak cukup pemancar dalam
daerah frekuensi yang ada. Maka digunakan modulasi sisi tunggal ( single
side band )
Karena sinyal frekuensi video akan diturunkan hingga nol dan sinyal video
memiliki karakter pulsa, maka pemotongan band sisi secara penuh pada
pembawa tidak dimungkinkan. Maka digunakanlah proses band sisi sisa
(rest side band).

Gambar 6.15 Spektrum frekuensi sebuah kanal televisi dengan pembawa gambar
(PS) dan suara (PS) dan kanal tetangga pada band I/III dan IV/V
Pemancar memancarkan, seperti terlihat pada Gambar 6.15 ,band sisi atas,
frekuensi pembawa gambar fPG dan sisi sisa dari band sisi bawah hingga
1,25MHz,
Selain gambar televisi dipancarkan juga dipancarkan suara. Seperti pada
ketentuan CCIR pembawa suara yang termodulasi frekuensi (FM) terletak
5,5MHz diatas pembawa gambar. Pemancar suara bekerja hanya sekitar
20% dari daya pemancar gambar dengan deviasi ± 50kHz dan sebuah
preemphasis 50µs.
Jarak antar pemancar dan dengan demikian juga sebagai lebar kanal
sebuah kanal televisi pada band I dan III ditetapkan 7MHz dan pada band
IV/V ditetapkan 8MHz.
716
Televisi

Pada pengiriman suara kanal jamak dibedakan dalam tiga jenis sistim;
monophonik, stereophonik dan Zweiton (suara ganda). Artinya; Mono,
pengiriman suara secara mono seperti kebanyakan sampai sekarang;
Stereo, pengiriman suara dalam stereophonik; dan Zweiton, pengiriman
dua suara sekaligus terpisah penuh, seperti pengiriman suara asli dan
suara sulih pada sebuah film.
Pada pengiriman suara kanal jamak selain pembawa suara I seperti yang
sampai sekarang ini dikirim pembawa suara II. Pembawa suara I terletak
pada jarak 5,5MHz dari pembawa gambar dan pembawa suara II pada
jarak 5,742MHz (Gambar 6.16 ).

Gambar 6.16 Spektrum frekuensi sebuah kanal televisi dengan pengiriman suara
kanal jamak
Pada sistem suara yang berbeda-beda mono, stereo dan Zweiton dari
pemancar dibedakan oleh modulasi dari kedua pembawa suara.
Tabel 6.1 : Pengiriman suara kanal jamak.
Mono Stereo Zweiton
Pembawa suara I
Frekuensi : FM FM FM
fG+5,5MHz Dengan suara Dengan informasi Dengan suara 1
(=325xfH) (Bicara, Musik) suara kanal kanan
Frekensi Hub : 30kHz dan kiri
PG/Psuara : 13dB (L+R)/2
Pembawa suara II
Frekuensi : ---- FM FM
fG+5,742MHz Dengan informasi Dengan suara 2
(=367,5xfH) suara kanal kanan tambahan :
Frekensi Hub : 30kHz R tambahan : FM
PG/Psuara : 20dB FM Dengan pilotton
Dengan pilotton 54kHz
54kHz 54kHz AM
54kHz AM Dengan frekuensi
Dengan frekuensi pengenal 117Hz
pengenal 117Hz
Sumber : Peter Zastrow Fernsehtechnic 1986
717
Televisi

Tabel 6.2 Norma Televisi

Standar CCIR A B C D E F G H I K1 K L M N

Jumlah baris 405 625 625 625 819 819 625 625 625 625 625 625 525 525

Lebar kanal (MHz) 5 7 7 8 14 7 8 8 8 8 8 8 6 6

Lebar band video


3 5 5 6 10 5 5 5 5,5 6 6 6 4,2 4,2
(MHz)

Jarak gambar – suara


-3,5 +5,5 +5,5 +6,5 +11,15 +5,5 +5,5 +5,5 +6 +6,5 +6,5 +6,5 +4,5 +4,5
(MHz)

Band sisi sisa (MHz) 0,75 0,75 0,75 0,75 2 0,75 0,75 1,25 1,25 0,75 1,25 1,25 0,75 0,7

Modulasi gambar Pos Neg Pos Neg Pos Pos Neg Neg Neg Neg Neg Neg Neg Neg

Modulasi suara AM FM AM FM AM AM FM FM FM FM FM AM FM FM

Pembawa bantu dalam


--- 4,43 4,43 --- --- --- 4,43 4,43 4,43 4,43 4,43 4,43 3,576 3,576
MHz (PAL)

Frekuensi IF 36,65 38,9 38,9 34,25 28,05 --- 38,9 38,9 39,5 --- --- 3,27 45,75 ---

BT-TT dalam MHz 38,15 33,4 33,4 27,75 39,2 --- 33,4 33,4 33,5 --- --- 39,2 41,25 ---
Sumber : Peter Zastrow Fernsehtechnic 1986
Televisi 718

Tabel 6.3 Norma Televisi Negara-Negara


Tegangan Frekuensi
Negara VHF UHF Sistim Warna Jala-jala Jala-jala
(volt) (Hz)
Belgia C H PAL 220 50
Bulgaria
D --- SECAM (B) 220 50
(Norma timur)
Jerman B G PAL 220 50
CSSR (Norma
B G PAL 220 50
timur)
DDR B G SECAM (B) 220 50
Finlandia B G PAL 220 50
Perancis E L SECAM (B) 110/220 50
Griechenland B B SECAM (Z) 220 50
Britania Raya A I PAL 210/240 50
Irlandia A I PAL 220 50
Italia B G PAL 127/220 50
Yugoslavia B G PAL 220 50
Luksemburg C L/G PAL/SECAM(B) 120/220 50
Monaco C L/G SECAM(B) /PAL 120/220 50
Belanda B G PAL 220 50
Norwegia B G PAL 230 50
Austria B G PAL 220 50
Poladia (Norma
D D SECAM (B) 220 50
timur)
Portugal B G PAL 110/220 50
Rumania
D ---- SECAM (B) 220 50
(Norma timur)
Swedia B G PAL 127/220 50
Swiss B G PAL 220 50
Spanyol B G PAL 127/220 50
UdSSR (Norma
D K SECAM (B) 127 50
timur OIRT)*
Ungarn (Norma
D K SECAM (B) 220 50
timur)
USA (FCC)** M --- NTSC 110 60
JEPANG M --- NTSC 110 50-60
Sumber : Peter Zastrow Fernsehtechnic 1986

PAL = Phase Alternation Line ( Baris berganti fasa )


SECAM = Sequentielle a memoire (sekuensian dengan memori )
*OIRT = Organisation Internationale des Radiodiffusion et Television
**FCC = Federal Communication Commission
Televisi 719

6.1.5. Gambar Blok Pemancara dan Penerima


Sinyal gambar seperti yang dijelaskan pada bahasan dimuka diproses
pada pemancar televisi dengan gambar blok seperti diperlihatkan pada
Gambar 6.17 berikut ini.

Gambar 6.17 Blok Pemancar Televisi Hitam Putih


Kamera video dengan sinkronisasi yang dapat dikontrol memberikan
sinyal gambar ke unit kontrol. Pulsa dari unit kontrol mengontrol
pembelokan pada kamera dan menyediakan pulsa sinkronisasi.
Pulsa sinkronisasi dijumlahkan dengan sinyal gambar akan diperoleh
sinyal komposit. Sinyal ini setelah dikuatkan dimodulasi secara amplitudo
(AM) dengan tegangan berfrekuensi 38,9MHz. Frekuensi ini masih jauh
lebih rendah disbanding frekuensi pancar, sehingga masih dimungkinkan
dipotong band sisi nya.
Tingkat berikutnya sinyal komposit yang sudah dimodulsi dipotong sisinya
dengan menyisakan sekitar 1MHz sisinya dalam filter sisi sisa. Setelah
sinyal dipotong sisi nya sinyal dicampur dengan tegangan berfrekuensi
tinggi. Sehingga diperoleh frekuensi pancar yang diinginkan.
Pada bagian suara dibangun lebih sederhana disbanding pada pemancar
gambar. Setelah sinyal suara dimodulasi secara FM dikalikan hingga ke
frekuensi pancar, dimana frekuensinya 5,5MHz lebih tinggi dari frekuensi
pembawa gambar.
Untuk dapat ditampilkan pada layar televisi, maka dilakukan proses
kebalikannya sehingga diperoleh kembali sinyal gambar dan sinyal
pembelok sinar dalam tabung gambar.
Pada Gambar 6.18 diperlihatkan gambar blok penerima televisi, setelah
sinyal diterima antena bersama penguat IF (Intermediate Frequency)
diseleksi sebuah pemancar. Maka diperolehlah sinyal IF gambar dengan
frekuensi IF gambar 38,9MHz dan frekuensi IF suara 33,4MHz. Sinyal IF
Televisi 720

suara didemodulasi (deteksi) sehingga diperoleh sinyal suara yang


menggerakkan loudspeaker.
Sinyal IF gambar dengan frekuensi 38,9MHz didemodulasi sehingga
diperoleh sinyal komposit kembali. Isi gambar dialirkan ke tabung,
sementara untuk memperoleh pembelok sinar dibangkitkan generator gigi
gergaji dengan frekuensi horizontal dan vertical. Kedua generator harus
sinkron dengan sinyal gambar, maka generator ini perlu pulsa sinkron.

Gambar 6.18 Blok Penerima Televisi Hitam Putih


Pulsa sinkronisasi diperoleh dengan menfilter dari sinyal komposit,
pembangkit pulsa akan mengambil pulsa sinkron dari sinyal komposit.
Pulsa yang diperoleh dipisahkan antara pulsa sinkron vertika dan
horizontal, masing-masing untuk menyingkronkan generator vertikal dan
horizontal.
Televisi 721

6.2. Mata dan Warna


6.2.1 Spektrum warna
Radiasi cahaya tampak menempati pita frekuensi relatif pendek pada
spektrum energi gelombang elektromagnetik-kira-kira antara 400nm dan
700nm. Sebagai contoh, untuk objek warna hijau mempunyai pantulan
relatif ringan yaitu pada rentang panjang gelombang berkisar antara
500nm sampai dengan 700nm. Suatu benda putih mempunyai
keseimbangan pantulan dari semua rentang panjang gelombang tampak.
Gambar 6.19, memperlihatkan spektrum warna-radiasi gelombang
elektromagnetik cahaya tampak.

Gambar 6.19 Spektrum-Radiasi Gelombang Elektromagnetik


Menurut penglihatan mata manusia, bahwa semua warna akan nampak
sebagai kombinasi dari tiga macam variasi warna dan lebih dikenal
dengan sebutan warna-warna primer merah (R), hijau (G), dan biru (B).
Untuk kepentingan standarisasi, yang mengacu pada komisi pengawas
internasional CIE (Commission International de 1’Eclairage-International
Commission on Illumination) yang dikeluarkan pada tahun 1931 membari
batasan spesifikasi nilai panjang gelombang untuk ketiga warna dasar
adalah seperti berikut:
Merah (R)= 436 nm, Hijau (G) = 546 nm Biru (B) = 700 nm
Warna-warna dasar dari warna primer dapat dijumlahkan untuk
menghasilkan warna-warna sekunder magenta yaitu hasil penjumlahan
dari dua warna dasar merah (R) dan biru (B), cyan hasil penjumlahan dari
warna dasar hijau (G) dan biru (B), dan warna dasar kuning adalah hasil
penjumlahan dari warna dasar merah (R) dan hijau (G), Gambar 6.6
memperlihatkan pencampuran dari ketiga warna-warna dasar dengan
Televisi 722

hasil putih. Prinsip televisi warna menerapkan konsep tiga warna dasar
dengan menjumlahkan cahaya secara natural. Ada beberapa standarisasi
model warna yang banyak digunakan, antara lain RGB, CMY, CMYK,
YUV, YIQ, HIS,YDbDr, dan YCbCr.
6.2.2 Anatomi Mata
Gambar 6.20 memperlihatkan susunan anatomi mata manusia,
sedangkan Gambar 6.21 menunjukkan detail dari bagian anatomi amata
yang fungsi utamanya adalah sama dengan kamera yaitu sebagai
perekam objek yang dilakukan oleh retina dan dibedakan antara kromatik
dengan luminan yang kemudian informasi tersebut difokuskan oleh lens
dan didistribusikan dan diterima oleh bagian cones dan rods yang mana
mengandung informasi warna dan luminan.

Gambar 6.20 Susunan Mata Manusia Keseluruhan


Permukaan retina secara terpisah dapat menyalakan sel yang peka
rangsangan kemudian rangsangan tersebut didistribusikan ke bagian
Cones dan Rods untuk dibedakan.
Televisi 723

Gambar 6.21. Bagian Filter Cahaya Mata Manusia


Didalam mata manusia terdiri dari 5 milyard cones dan 100 milyard Rods.
Oleh karena itu Cones (High Illumination Levels-Photopic Vision)
mempunyai tingkat kepekaan atau sensitivitas lebih rendah bila
dibandingkan dengan Rods (Low Illumination Level-Scotopic Vision).

6.2.3 Bagian Cones


Cones mata dapat berfungsi sebagai serapan cahaya, dimana tugas
utamanya adalah untuk membedakan sensitifitas objek warna.
Warna primer merah (R) yang dapat diserap oleh cones mempunyai
sensitivitas sebesar 65%, warna hijau (G) dapat menerima sensitivitas
serapan sebesar 33%, sedangkan untuk warna biru (B) dapat menerima
sensitivitas serapan sebesar 2%.

Gambar 6.22. Spektrum Sensitivitas CONE Mata Manusia


Televisi 724

Kerusakan sebagian jumlah CONES akan menyebabkan sensitivitas


didalam membedakan corak atau hue suatu objek cahaya warna
berkurang atau kemungkinan bisa menjadi buta warna (monokrom).

6.2.4 Bagian Rods


Indikator rangsangan sel yang dikirim dan kemudian dibagi-bagikan oleh
retina didistribusikan ke bagian Rods, dimana fungsinya adalah untuk
mengolah tingkat kecerahan (brightness) bukan warna. Rods mempunyai
sensitivitas paling baik terhadap tingkat luminan cahaya putih.

Gambar 6.23. Spektrum Sensitivitas RODS Mata Manusia


Tanggapan mata terhadap cahaya (sinar) memiliki tingkat luminan yang
relatif konstan untuk berbagai macam perubahan dominan panjang
gelombang.
6.2.5 Kamera dan Mata
Mata manusia mempunyai kesamaan fungsi dengan Kamera, yaitu suatu
proses transformasi perekaman objek kedalam bentuk image. Kesamaan
fungsi kamera dan mata dapat kita bandingkan seperti tabel berikut:
Tabel 6.4 Perbandingan anatar Kamera dengan Mata

Kamera Komponen Mata Komponen


Lensa Lensa, Kornea
Shutter Iris, Pupil
Film Retina
Kabel untuk transformasi Optik untuk mengirim informasi
image (objek) ke otak

Dalam penglihatan mata kita, terdapat suatu faktor yang disebut tingkat
luminansi yang menunjukan jumlah intensitas sinar, yang dapat ditangkap
Televisi 725

oleh mata sebagai cerahnya suatu sinar (brightness). Pada gambar hitam
putih mengandung unsur variasi-variasi brightness yaitu dari level rendah
hitam, abu-abu sampai level paling tinggi putih. Hal demikian ini dipakai
sebagai konsep dasar ditemukannya televisi warna, yaitu dengan
mengubah pola gambar berwarna menjadi suatu gambar monokrom,
dengan menggunakan ide bahwa luminansi sesungguhnya menunjukan
representasi warna yang nampak dalam reproduksi hitam putih.
Untuk kepekatan relative warna dasar merah (R), hijau (G) dan biru (B)
diambil nilai-nilai dengan faktor seperti berikut:
Merah (R) = 0,47 (6.1)
Hijau (G) = 0,92 (6.2)
Biru (B) = 0,17 (6.3)
Sehingga didapatkan persentase untuk masing-masing warna merah (R),
hijau (G) dan biru (B) seperti berikut:
0,47 0,47
R (%) = = = 0,3012 ≈ 0,30 (6.4)
0,47 + 0,92 + 0,17 1,56
0,92 0,92
G (%) = = = 0,5897 ≈ 0,59 (6.5)
0,47 + 0,92 + 0,17 1,56

(6.6)
Pada televisi warna informasi-informasi tentang luminansi atau sinyal Y
memungkinkan dapat dibentuk dari sinyal-sinyal dari gambar berwarna
tersebut, seperti halnya untuk gambar-gambar hitam putih dapat dibentuk
dengan cara menjumlahkan 3 warna primer (merah=R, hijau = G, dan
biru = B) dengan perbandingan-perbandingan seperti persamaan 1.7
berikut,
VY = 0,30VR + 0,59VG + 0,11VB (6.7)
Untuk mendapatkan bayangan monokrom yang berbeda tingkat
kecerahanya, untuk itu warna dasar merah, hijau dan biru diubah
kedalam sinyal luminansi dalam perbandingan 30% merah, 59% hijau
dan 11% biru.

6.2.6 Warna
Apa yang dimaksud dengan warna ? Warna dapat dijelaskan dari
beberapa sudut pandang yang berbeda. Secara phisikal yang dimaksud
dengan warna adalah suatu spektrum tampak dari suatu fungsi
perubahan panjang gelombang. Sedangkan menurut pandangan atau
persepsi psikologis warna dapat didefinisikan sebagai suatu rangsangan
Televisi 726

atau stimulus yang diterima oleh mata (sistem optikal) kemudian


dikirimkan dan diproses oleh otak (brain). Dan berbeda dengan persepsi
yang digunakan untuk pemrosesan gambar (image processing ) pada
teknik komputer dan televisi, warna dapat dimodelkan menjadi ruang tiga
dimensi tergantung dari aplikasi penampil (display) yang akan digunakan.
Sebagai contoh model warna dasar RGB hanya cocok untuk model
penampil CRT (Chatode Ray Tube).

6.2.7 Permasalahan Dengan Standarisasi


Berdasarkan dari beberapa difinisi yang berbeda didapatkan beberapa
permasalahan-permasalahan teknis, yaitu persoalan bagaimana cara kita
memastikan dan menentukan suatu formula untuk menampilkan atau
menyanjikan model warna dalam suatu aplikasi yang berbeda sedemikian
rupa sehingga dapat tercipta suatu efek visual yang sama.
Tidak seperti sistem PAL atau NTSC, televisi analog SECAM tidak
mudah untuk diedit kedalam bentuk analog seperti aslinya. Karena format
warna atau format gambar pada sistem SECAM menggunakan metode
pengiriman modulasi frekuensi (FM), dan sistem SECAM tidak bersifat
linier terhadap sinyal masukan video. Tujuan utama dari sistem ini adalah
untuk memperkecil atau menghindari kesalahan warna akibat pergeseran
atau distorsi sudut phasa pada saat berlasungnya pengiriman sinyal
video seperti yang telah diterapkan pada sistem modulasi NTSC. Perlu
diketahui, bahwa sistem PAL hanya memperbaiki atau mengeliminir
(bukan meniadakan) kesalahan warna dari sistem NTSC.
Suatu permasalahan pada sistem SECAM adalah bilamana dua sinyal
listrik dicampur dimana kedua sinyal tersebut disinkronkan, maka
dihasilkan sinyal yang tidak valid seperti sinyal SECAM aslinya, berbeda
dengan sinyal analog PAL atau NTSC. Untuk itu, sebagai alasan untuk
mencampur dua sinyal SECAM maka kedua sinyal tersebut harus
didemodulasi terlebih dahulu. Setelah kedua sinyal didemodulasi dan
dicampur, kemudian dimodulasi lagi. Oleh karena itu agar kompatibel
standar format video sering dikonversi kedalam PAL atau kedalam format
komponen video YUV atau YPbPr, kemudian sebelum proses pengiriman
sinyal, komponen video tersebut terlebih dahulu harus dikodekan atau
ditransformasi kedalam format SECAM dalam suatu titik transmisi.
Beberapa alasan, banyak negara untuk penghematan atau mereduksi
biaya operasional dari pemancar stasiun televisi, yang dulunya
menggunakan sistem SECAM berpindah ke sistem PAL. Pada umumnya
negara-negara yang menggunakan sistem SECAM biasanya dilengkapi
juga dengan dua sistem SECAM dan PAL, meskipun sebagai baseband
adalah NTSC
Televisi 727

6.2.8 Model Warna RGB


Model warna dasar RGB dapat diuraikan menjadi tiga dimensi (R, G, B),
dengan demikian R, G, B ∈ [0, 1]. Warna RGB dapat menempati dan
dimodelkan seperti satu unit kubus ruang tiga dimensi (R, G, B), yang
mana dari masing-masing poros merupakan representasi dari salah satu
warna dasar, warna primer.

Gambar 6.24: Ruang Tiga dimensi Model Warna Adiktif RGB


Gambar 6.24 memperlihatkan dimensi warna-warna yang membentuk
suatu titik-titik koordinat kubus, dimana warna dasar merah (R) terletak
pada titik koordinat (1,0,0), warna dasar hijau (G) terletak pada titik
koordinat (0,1,0), dan biru (B) terletak pada titik koordinat (0,0,1).
Sedangkan untuk warna-warna komplemen (sekunder) seperti cyan
terletak pada titik koordinat (0,1,1), warna komplemen magenta terletak
pada titik koordinat (1,0,1), dan warna kuning menempati titik koordinat
(1,1,0). Sifat alami sistem warna RGB adalah adiktif, yaitu bagaimana
dengan menambahkan warna sehingga dapat membuat warna tersebut
berubah menjadi lebih terang. Hitam terletak pada posisi original, dan
putih terletak disudut dimana R=G=B=1. Sedangkan daerah abu-abu
terletak menyebar membuat garis diagonal dari titik hitam sampai ke titik
putih. Dengan begitu untuk daerah abu-abu terletak pada sekitar titik
(x,x,x) dimulai dari hitam = (0,0,0) menuju putih = (1,1,1). Warna ini sering
dimodelkan dan dinormalisasikan kedalam dua dimensi (1,1). Dengan
Televisi 728

demikian pernyataan tersebut dapat dinyatakan bahwa r + g + b = 1,


dimana:
R G B
r = , g= dan b= (6.8)
(R + B + G ) (R + B + G ) (R + B + G )

Gambar 6.26. Model Warna RGB

6.2.9 Model Warna CMY


Model warna CMY tidak dapat dipisahkan dengan model warna dasar
RGB. Bedanya pada model ini adalah yang dianggap sebagai warna-
warna primer adalah C (cyan), M (magenta), dan Y (yellow), sedangkan
yang dianggap sebagai warna-warna sekunder dari RGB adalah warna-
warna primer CMY atau sebaliknya. Konversi warna RGB ke CMY dapat
dinyatakan seperti persamaan berikut ini:
C = 1− R
M = 1− G (6.9)
Y = 1− B
Red = 1 - Cyan; Green = 1 - Magenta; Blue = 1 - Yellow
Televisi 729

Gambar 6.27. Ruang Tiga Dimensi Model Warna Subtraktif CMY.


Model pencampuran seperti ini sering digunakan untuk teknologi printer
dan menggambar/melukis dengan cat warna.
Skala C, M dan Y sebanding dengan unit C, M, Y ∈ [0, 1]. Dengan
begitu dan dengan metode subtraktif, maka sistem warna CMY dapat
digunakan didalam cetak offset yang berlawanan dengan sifat original
dari warna aditif RGB. Sebagai contoh, suatu pixel dari warna cyan
merupakan representasi dari semua warna RGB selain merah. Suatu
pixel dari warna magenta, pada sisi lain, adalah mencerminkan semua
warna RGB kecuali hijau (green). Sekarang, jika kita hendak mencampur
warna cyan dan magenta (merah keungu-unguan), maka yang kita
dapatkan adalah warna biru, bukannya putih seperti pada sistem warna
penjumlahan adiktif.
Televisi 730

6.2.10 Model Warna CMYK


Model warna CMY(K) sama dengan model warna CMY, sedangkan (K)
artinya hitam digunakan pada printing dan untuk perangkat keras mesin
photo copy (hard copy). Dimana model warna ini sangat tergantung dari
tipe piranti tinta dan kertas yang digunakan sebagai media
menggambarnya. Gambar 6.28 menjelaskan hal ini.

Gambar 6.28. Model Warna CMYK


Konversi CMY ke CMYK
Black = minimum (Cyan, Magenta, Yellow )
(Cyan - Black)
Cyan =
(1 - Black)
(Magenta - Black)
Magenta =
(1 - Black)
(Yellow - Black)
Yellow =
(1 - Black)
Konversi CMYK ke CMY
Cyan = minimum (1,Cyan(1-Black)+Black)
Magenta = minimum (1,Magenta (1-Black)+Black)
Yellow = minimum (1,Yellow (1-Black)+Black)
Televisi 731

6.2.11 Model warna YUV


Ide dasar dari model warna YUV adalah bertujuan untuk memisahkan
informasi warna dari informasi kecerahan (brightness). Komponen-
komponen luminan (Y) dan krominan (U,V) adalah:
Y = 0,299R + 0,587G + 0,114B
U = 0,492(B-Y) = -0,147R - 0,289G + 0,436B (6.10)
V = 0,877(R-Y) = 0,615R - 0,515G - 0,100B
Y merupakan representasi dari luminan dari suatu image, sedangkan U,V
berisi informasi warna, yaitu krominan. Komponen luminan dapat
diperlakukan sebagai skala abu-abu dari suatu RGB image. Model warna
YUV digunakan pada sistem televisi standar PAL. Kelebihan dari model
warna seperti yang diperlihatkan Gambar 6.6 adalah:
¾ Informasi dari kecerahan (brightness) terpisah dengan informasi
warna
¾ Korelasi antara komponen warna dapat dikurangi atau direduksi
¾ Banyak informasi yang dapat dikumpulkan melalui komponen Y,
karena isi dari informasi U dan V berkurang. Ini dapat dilihat pada
ilustrasi persamaan (1.3), dimana nampak berkebalikan dengan
komponen Y adalah jauh lebih besar bila dibandingkan dengan
komponen-komponen U dan V.
Dengan keuntungan-keuntungan tersebut, sistem color YUV lebih banyak
digunakan untuk kompresi image (gambar). Hal ini dikarenakan
perbandingan antara komponen-komponen perbedaan warna yang telah
direduksi, dengan demikian komponen yang lainnya juga dapat
dikompres secara terpisah. Disamping itu, banyak bit yang dapat
dialokasikan kedalam komponen Y dibandingkan dengan U dan V.
Sisatem model warna YUV banyak diadopsi untuk kompresi gambar
format JPEG standar.

6.2.12 Model Warna YIQ


YIQ adalah suatu versi dari YUV. Sistem ini banyak digunakan pada
sistem televisi di Amerika Utara. Disini Y adalah komponen luminan
seperti halnya pada sistem warna YUV. Komponen-komponen I dan Q
sesuai dengan komponen U dan V dari sistem warna YUV. Konversi
warna dasar RGB ke sistem warna YIQ dapat dilakukan dengan
menggunakan persamaan berikut:
Y = 0.299 ⋅ R + 0.587 ⋅ G + 0.114 ⋅ B
I = 0.596 ⋅ R − 0.275 ⋅ G − 0.321⋅ B (6.11)
Q = 0.212 ⋅ R − 0.523 ⋅ G + 0.311⋅ B
Atau dapat dinyatakan dalam bentuk matrik seperti berikut:
Televisi 732

 Y  0,299 0,587 0,114   R 


     
 I  = 0,596 - 0,275 - 0,321 =  G  (6.12)
 Q  0,212 - 0,528 0,311   B 
     
Sistem model warna YIQ dapat juga dinyatakan kedalam sistem model
warna YUV, dengan transformasi sebagai berikut:
Y = 0.3 ⋅ R + 0.6 ⋅ G + 0.1 ⋅ B
I = 0.74 ⋅ V − 0.27 ⋅ U (6.13)
Q = 0.48 ⋅ V + 0.41 ⋅ U
Menggunakan luminan, pada phasa (I=Inphase) hijau-orange dan
Q=Quadrature antara komponen warna biru-kuning.
Menguntungkan untuk aplikasi objek dengan warna natural dan warna
kulit
Digunakan untuk televisi warna standar NTSC-Amerika, dengan
bandwidth antara (2,4MHz, 1,5MHz, 0,6MHz)

Model Warna YIQ

Komponen Y Komponen I Komponen Q


Gambar 6.29. Model warna YIQ dengan Komponen Y, I dan Q
Televisi 733

6.3 NTSC CODER


Pada prinsipnya terdapat tiga macam normalisasi pemancar televisi yang
digunakan, yaitu pemancar televisi standar PAL (Jerman), SECAM 1957
(Sequentiel a Memoire = Perancis) maupun pemancar televisi standar
NTSC 1953 (Amerika), pemancar televisi standar PAL 1967 (Phase
Alternating Line) dikembangkan berdasarkan konsep dari NTSC. Gambar
6.30 memperlihatkan skema blok perekaman atau pengambilan objek
sampai pada tingkat pengiriman dari pemancar televisi warna menurut
norma NTSC (National Television System Committee).

Gambar 6.30 PAL CODER Standar NTSC


Perbedaan pertama antara sistem pemancar standar NTSC dan PAL
adalah terletak pada proses pengiriman dan pengolahan sinyal
perbedaan warna R-Y. Pada sistem (PAL = Phase Alternating Line)
pengiriman sinyal perbedaan warna antara R-Y setiap garisnya disaklar
bergantian dengan perbedaan polaritas sudut sebesar ±900, Proses ini
dikerjakan oleh saklar PAL (PAL Switch), hal ini bertujuan untuk
memperbaiki atau mengeliminasi kesalahan sudut warna pada saat
proses pengiriman sinyal dari pemancar. Perbedaan kedua terletak pada
besarnya reduksi sinyal perbedaan warna (R-Y) dan (B-Y).

6.3.1. Kompatibilitas
Sebelum konsep televisi warna ditemukan dan berkembang seperti
sekarang ini, terlebih dahulu yang telah ada yakni konsep televisi hitam
Televisi 734

putih (monokrom). Untuk itu dasar pemikiran bagaimana ditemukannya


konsep televisi warna pada dasarnya tidak boleh merubah konsep telivisi
hitam putih yang telah ada sebelumnya. Sinyal televisi hitam putih
merupakan tegangan tangga antara level hitam (0) dan level putih (1),
untuk itu problem utama konsep dasar ditemukannya televisi warna
adalah bagaimana membentuk sinyal tangga (luminansi) dari televisi
warna tersebut sama persis dengan konsep pada televisi hitam putih,
sehingga konsep pemancar televisi warna dapat diterima oleh penerima
televisi hitam putih, begitu sebaliknya pemancar televisi hitam putih dapat
diterima dan diproses oleh penerima televisi warna (kompatibel). Televisi
warna dapat menerima siaran sinyal hitam putih dan menghasilkan
gambar hitam putih dengan baik, sebaliknya Televisi hitam putih dapat
menerima sinyal warna dan menghasilkan gambar hitam putih dengan
baik karena sinyal luminansi memungkinkan penerima monokrom untuk
mereproduksi gambar hitam dan putih dengan gambar berwarna. Untuk
jelasnya, penerima televisi warna dapat memakai sinyal monokrom untuk
mereproduksi gambar dalam hitam dan putih. Syarat kompatibelitas ini
dapat dijelaskan dengan memasukkan suatu faktor luminansi dalam
sistem televisi warna. Sehubungan dengan hal tersebut ada juga sinyal-
sinyal penting lainnya yaitu sinyal perbedaan warna (R-Y) da (B-Y) yang
membawa informasi warna sehingga kompatibelitas yang dimaksud
diatas dapat dipenuhi. Sinyal Y inilah yang dapat membuat penerima
monokrom dapat mereproduksi gambar hitam putih, sedangkan untuk
televisi warna menggunakan sinyal lumnansi Y maupun sinyal perbedaan
warna (R-Y) dan (B-Y). Kompatibelitas dapat terpenuhi apabila
persamaan berikut terpenuhi :
VR-Y = VR –VY
VR-Y = VR –(0,7VR + 0,59VG + 0,11VB)
VR-Y = 0,7VR – 0,59VG – 0,11VB (6.14)
dan,
VB-Y = VB –VY
VB-Y = VB –(0,3VR + 0,59VG + 0,11VB)
VB-Y = -0,3VR – 0,59VG + 0,89VB (6.15)

6.3.2. Corak (HUE) dan Saturasi Warna


Pada bab sebelumnya telah kita pelajari bagaimana sinar merah, hijau
dan biru diubah menjadi sinyal-sinyal listrik dan memungkinkan televisi
warna “compatible” dengan televisi hitam putih. Selain itu terdapat
persoalan-persoalan dengan kompatibelitas yakni bahwa pemancaran
hitam putih dan warna tak dapat dilakukan sekaligus bersamaan dalam
satu pembawa sub “subcarrier” gambar, sebab untuk kedua hal tersebut
Televisi 735

ada perbedaan atau permasalahan dalam hal lebar pita “bandwidth”-nya,


dimana untuk yang warna berisi sinyal Y, (R-Y), dan (B-Y) sedangkan
untuk pemancar hitam putih hanya berisi sinyal luminansi Y saja. Oleh
karena sinyal-sinyal tersebut dalam proses pengiriman semuanya
dinyatakan dalam bentuk tegangan listrik, maka dari itu suatu persoalan
muncul bahwa jika sinyal-sinyal Y, (R-Y) dan (B-Y) adalah sangat tidak
mungkin dipancarkan dalam satu rangkaian yang sama dan kesulitan
utama adalah bagaimana sinyal-sinyal tersebut dibedakan satu dengan
yang lainnya pada waktu direproduksi kembali pada penerima.

Gambar 6.30 Spektrum warna

Gambar 6.31 Kurva sensitifitas warna


Televisi 736

Gambar 6.32. Diagram Kromatisitas dan Warna-warna Dasar


Koordinat siku-siku yang menunjukkan semua perbedaan sudut phasa
yang membentuk keseluruhan dari warna-warna disebut
KROMATISITAS, dimana warna-warna dasar merah (R), hijau (G) dan
biru (B) secara kromatis ditunjukkan dari besarnya vektor X, Y dan Z
seperti yang diperlihatkan Gambar 6.32.

6.3.3. Matrik
Oleh tingkat matrik sinyal VR, VG dan VB yang diamdil dari objek dan
kemudian direkam oleh kamera warna RGB diproses menjadi tiga
komponen, yaitu sinyal perbedaan warna R-Y, sinyal perbedaan warna B-
Y dan sinyal luminansi Y. Dengan menggunakan persamaan 6.14 dan
6.15 amplitudo sinyal Y, (R-Y) dan (B-Y) akan dihasilkan bentuk pola lajur
warna sesuai dengan tingkat luminansinya. Gambar 6 memperlihatkan
pola lajur (Bars), amplitude putih menempati level paling tinggi (1=100%)
sebagai harga referensi, sehingga tingkat luminansi yang lainnya dari
putih ke abu-abu dan hitam dapat ditentukan nilainya sesuai dengan
pernyataan pada persaman 6.14.
Televisi 737

Gambar 6.33 Pencampuran Warna Dasar Additif


Gambar 6.33 memperlihatkan ilustrasi penjumlahan dari warna primer
merah (R), hijau (G), biru (B), dan dengan menggunakan persamaan 6.14
diperoleh tegangan tangga luminansi Y.

6.3.4. Matrik Luminansi (Y)


Sebelumnya telah dijelaskan bahwa untuk memenuhi persyaratan
kompatibelitas, maka sebagai solusinya adalah bagaimana membentuk
sinyal luminansi (Y) televisi hitam putih dari televisi berwarna. Tabel 1,
berikut memperlihatkan bagaimana tegangan keluaran dari kamera
berwarna (VG), VR, dan VB dapat diproses pada rangkaian blok matrik
sehingga didapatkan tegangan luminansi (Y) untuk televisi hitam putih.
Tugas rangkaian matrik salah satunya adalah menjumlahkan tegangan
keluaran dari kamera VG, VR, dan VB dengan perbandingan tertentu
sehingga didapatkan tegangan tangga luminansi (Y). Agar didapatkan
tegangan tangga seperti konsep televisi hitam putih, untuk itu berlaku
persamaan Y = 0,30 VR + 0,59 VG + 0,11 VB. Secara sederhana konsep
dasar dari matrik Y dapat dibangun dengan hanya menggunakan empat
buah resistor, yaitu dengan perbandingan 0,30 untuk tegangan merah
(VR), 0,59 untuk tegangan hijau (VG), dan 0,11 untuk tegangan biru (VB).
Gambar 6.34. memperlihatkan konsep sederhana dari rangkaian blok
matrik luminansi (Y) dan tabel 2 memperlihatkan prosentase tegangan
luminansi (Y) yang diperoleh dari penjumlahan tegangan warna primer
(VR), (VG), dan (VB).
Gambar 6.34 menunjukkan proses pembentukan sinyal luminansi (Y) dari
warna primer VR, VG, dan VB.
Televisi 738

Pola-
Sinyal

Kamera
VG

Kamera
VR

Kamera
VB

Gambar 6.34 Pola lajur (Bars) Sinyal Luminansi

Gambar 6.35. Matrik Luminansi Y


Televisi 739

Tabel 6.5 Prosentase tegangan luminansi (Y) dari tegangan warna


primer (VR), (VG), dan (VB)
Warna Luminansi Y Tegangan Keluaran Kamera
(%)
VR (%) VG (%) VB (%)

Putih 100% = 1 30% 59% 11%


Kuning 89% = 0,89 30% 59% 0%
Cyan 70% = 0,70 0% 59% 11%
Hijau 59% = 0,59 0% 59% 0%
Purpur 41% = 0,41 30% 0% 11%
Merah 30% = 0,30 30% 0% 0%
Biru 11% = 0,11 0% 0% 11%
Hitam 0% = 0 0% 0% 0%

6.3.5. Matrik Perbedaan Warna (R-Y) dan (B-Y)


Pada sistem pemancar televisi warna hanya sinyal perbedaan warna (R-
Y) dan sinyal perbedaan warna (B-Y) yang dipancarkan. Sedangkan
sinyal perbedaan warna (G-Y) tidak ikut dipancarkan. Untuk memperoleh
sinyal perbedaan warna (G-Y) dapat dilakukan pada penerima, yaitu
dengan mensubstusikan persamaan Y = 0,30VR + 0,59VG + 0,11VB
terhadap persamaan luminansi Y = 0,30VR + 0,59VG + 0,11VB sehingga
didapatkan persamaan matrik (G-Y) = -0,51(R-Y) – 0,19(B-Y) atau matrik
–(G-Y) = 0,51(R-Y) + 0,19(B-Y). Gambar 6.37, memperlihatkan proses
pembentukan sinyal perbedaan warna primer (R-Y) dengan sinyal
perbedaan warna primer (B-Y).

Gambar 6.36. Rangkaian Blok Sinyal Perbedaan Warna Primer (R-Y) dan (B-Y)
Televisi 740

Sinyal

(R-Y)

(G-Y)

(B-Y)

Gambar 6.37. Pola lajur Sinyal Perbedaan Warna (R-Y) dan (B-Y)
Rangkaian matrik pembentuk sinyal perbedaan warna primer (R-Y) dan
(B-Y) dapat dibangun seperti yang diperlihatkan pada Gambar 6.36
berikut ini,
Untuk memperoleh sinyal luminansi negatif (-Y) dapat digunakan
rangkaian penguat “common emitter” atau penguat membalik (inverting
amplifier). Kombinasi dari tabel 6.5 dengan rangkaian yang diperlihatkan
Gambar 6.36 akan diperoleh gambar sinyal seperti pada Gambar 6.37.
Televisi 741

Tabel 6.6. Proses pembentukan sinyal perbedaan warna primer (R-Y)


dan (B-Y)
Warna Sinyal Tegangan Keluaran Kamera Sinyal
Luminansi (%) Perbedaan
Y (%) Warna (%)
VR VG VB (R-Y) (B-Y)
Putih 100% 100% 100% 100% 0% 0%
Kuning 89% 100% 100% 0% 11% -89%
Cyan 70% 0% 100% 100% -70% 30%
Hijau 59% 0% 100% 0% -59% -59%
Purpur 41% 100% 0% 100% 59% 59%
Merah 30% 100% 0% 0% 70% -30%
Biru 11% 0% 0% 100% -11% 89%
Hitam 0% 0% 0% 0% 0% 0%

6.3.6. Koordinat Warna


Besarnya tegangan akar kuadrat UF yang merupakan representasi atau
resultan dari sinyal perbedaan warna primer (R-Y) dan (B-Y) sangat
menentukan tingkat kejenuhan dan corak warna primernya, sehingga
pada akhirnya juga berpengaruh terhadap proses pembentukan warna
skunder berikutnya. Pada kuadrat I merupakan representasi vektor UF
dari warna magenta dengan posisi sudut 450 komplemen dari warna
dasar hijau (G) kuadran III pada posisi sudut kromatisitas 2250.

Gambar 6.38. Diagram Koordinat/Vektor Lajur Warna dan Tingkat Luminansi


Televisi 742

Pada kuadran III merupakan vektor UF dari warna dasar merah (R)
dengan posisi sudut 1130 dengan komplemen dari warna cyan kuadran IV
pada posisi sudut kromatisitas 2930. Pada kuadran IV merupakan vektor
UF dari warna dasar merah (B) dengan posisi sudut 3630 dengan
komplemen dari warna kuning kuadran II pada posisi sudut kromatisitas
1730. Perlu diketahui bahwa sinyal perbedaan warna (R-Y) mengandung
unsur warna komplemen kuning dengan nilai prosentase positif (+0,11),
sedangkan untuk sinyal perbedaan warna (B-Y) mengandung unsur
kuning dengan nilai prosentase negatif (-0,89). Titik potong koordinat
kedua sinyal perbedaan warna tersebut harus terletak pada titik potong
putih (0) dengan panjang tegangan vektor warna kuning sebesar UF
dengan lebar sudut α.
Dengan menggunakan dalil pythagoras, maka besarnya tegangan vektor
warna komplemen kuning dapat dicari dengan menggunakan persamaan
1.10 berikut ini,

UF = (U R − UY ) + (U B - UY )
2 2
(6.16)

UF = (0 ,11 )2 + (- 0 ,89 )2 = 0 ,0121 + 0 ,79 = 0 ,8

U F ≈ ± 0,89

Menentukan besarnya sudut α pada kuadran II


(B - Y) (6.17)
tan α =
(R - Y)

(B - Y) - 0,89
tan α = = =-8
(R - Y) + 0,11

α = 83 0
Sehingga besarnya sudut warna komplemen kuning adalah ϕ = 830 + 900
= 1730. Dengan cara yang sama, maka besarnya tegangan vektor UF dan
sudut phasa ϕ untuk masing-masing warna dapat dilihat seperti pada
tabel 6.5 berikut ini;
Tabel 6.5 Hasil Pehitungan Tegangan Vektor UF dan Sudut Phasa ϕ
Warna Tegangan Vektor UF (%) Sudut Phasa ϕ (..0 )
Putih - -
Kuning ± 89% 1730
Cyan ± 76% 2930
Hijau ± 84% 2250
Magenta ± 84% 450
Merah ± 76% 1130
Biru ± 89% 3530
Hitam - -
Televisi 743

6.3.7. Pemicu dan Osilator Warna


Untuk keperluan proses pengiriman sinyal (R-Y), (B-Y) dan luminansi Y
diperlukan suatu sinkornisasi dan pembawa. Untuk menyelesaikan
persoalan tersebut diperlukan rangkaian pembangkit gelombang
pembawa (carrier), dimana fungsinya tidak lain adalah agar pada saat
proses pengiriman sinyal (R-Y) dan (B-Y) dapat dilakukan secara terpisah
dengan sinyal luminansi Y, hal ini bertujuan untuk membedakan dan
mempermudah pada tingkat penerima. Gelombang pembawa ini
dinamakan “Subcarrier” warna. Dengan cara ini dapat membedakan
antara sinyal (R-Y) dan (B-Y) terhadap sinyal luminansi Y, sedangkan
secara detail perbedaan antara sinyal (R-Y) dan (B-Y) akan dijelaskan
pada bab berikutnya. Kesulitan didalam mengidentifikasi antara sinyal (R-
Y) dan (B-Y) satu sama lainnya pada modulasi yang sama dalam satu
“subcarrier” warna. Masalah ini sangat tergantung darai faktor SKALAR
yaitu suatu bilangan yang menunjukkan ukuran dari modulasi dan
tegangan. Disamping itu juga perlu adanya faktor lain disamping faktor
SKALAR yang berhubungan dengan modulasi, faktor tersebut adalah
VEKTOR, dengan demikian baru dapat dibedakan antara sinyal (R-Y)
dan (B-Y). Hasil dari produk inner sector (produk scalar) dari sinyal (R-Y)
dan (B-Y) ini akan sebanding dengan beda phasa dari sinyal (R-Y) dan
(B-Y). Katakanlah bila beda beda phasanya sama denga 900 maka
produk inner menjadi sama dengan nol, sehingga memungkinkan sinyal
(R-Y) dan (B-Y) dipancarkan secara terpisah satu dengan lainnya. Oleh
karena itu modulasi sinyal (R-Y) dan (B-Y) pada “subcarrier” warna R-Y
dan (B-Y) haruslah beda phasa 900. Ide dasar tentang pemisahan kedua
sinyal tersebut yang dipakai oleh sistem NTSC dan atau sistemPAL.
Gambar 6.39 memperlihatkan hubungan phasa dari dua “subcarrier”
warna.

Gambar 6.39. Hubungan Phasa dari Subcarrier Warna


Rangkaian blok osilator bertugas untuk membedakan sinyal perbedaan
warna (R-Y) dan (B-Y), yaitu sebesar 90 derajad sebelum dimodulasi
pada rangkaian blok modulator, membangkitkan sinyal burst dan pulsa
Televisi 744

untuk proses sinkronisasi. Dengan trager osilator, maka perbedaan


phasa antara sinus dan cosinus menjadi memsahkan proses modulasi
antara sinyal perbedaan warna (R-Y) dan (B-Y).

6.3.8. Lebar Pita (Bandwidth) dan Rangkaian Tunda Y


Agar dihasilkan kualitas gambar yang baik dan terhindar dari gangguan
sebelum dimodulasi, maka oleh rangkaian blok LPF, pembatasan lebar
pita (bandwidth) dari kedua sinyal perbedaan warna R-Y dan B-Y harus
dilakukan, hal ini bertujuan untuk efisiensi sekaligus untuk mengurangi
gangguan sebelum diproses oleh masing-masing rangkaian blok
modulator R-Y dan modulator B-Y. Hal penting yang perlu diperhatikan
adalah proses kombinasi matematik dari sinyal luminansi Y dengan sinyal
perbedaan warna R-Y dan sinyal perbedaan warna B-Y adalah masalah
perbedaan lebar pita antara sinyal luminansi Y (5MHz) dengan kedua
sinyal perbedaan warna R-Y dan G-Y. mempunyai pita frekuensi lebih
lebar daripada kedua sinyal perbedaan warna, untuk itu diperlukan
rangkaian tunda sinyal luminansi Y. Ini artinya waktu yang diperlukan
untuk mencapai puncak kecerahan putih (1) sampai pada titik paling
gelap hitam (0) diperlukan waktu 0,2µs atau 1µs sebanding dengan satu
MHz.
1 1
T= = = 0,2 µs (1.18)
f 5 x 10 -6

Gambar 6.40. Perbedaan Waktu Stabil Sinyal Luminansi Y dan Perbedaan


Warna
Waktu stabil dari sinyal perbedaan warna dengan lebar band 600kHz
mempunyai waktu tempuh sampai mencapai steady state sekitar 1,6µs
jauh lebih lambat bila dibandingkan dengan sinyal luminansi Y. Untuk itu
sinyal luminansi Y
6.3.8. Reduksi Sinyal Pebedaan Warna
Pada tingkat pemancar, amplitudo sinyal perbedaan warna antara R-Y
dan B-Y perlu direduksi sebelum diproses oleh masing-masing blok
rangkaian modulator, hal ini bertujuan untuk mengurangi tingkat
kejenuhan warna atau modulasi amplitudo yang berlebihan. Hal lain yang
Televisi 745

perlu diketahui adalah tugas dan fungsi rangkaian blok modulator adalah
hanya untuk mereduksi amplitude warna bukan sudut modulasi dari
sinyal perbedaan warna (R-Y) dan sinyal perbedaan warna (B-Y). Karena
proses matematik terbentuknya kedua sinyal perbedaan warna (R-Y) dan
(B-Y) didalamnya mengandung sinyal luminansi Y hitam-putih dengan
tingkat kecerahan yang berbeda, oleh karena itu besarnya amplitudo
yang direduksi dari kedua sinyal perbedaan warna adalah berbeda.

6.3.9. Reduksi Sinyal Perbedaan Warna


Gambar 6.41, memperlihatkan sinyal video dengan modulasi warna
100%, dinama nampak untuk modulasi warna biru bagian positif melebihi
batas titik hitam, sdangkan untuk modulasi warna kuning melebihi batas
titik putih (sinyal vdeo negatif). Perlu diketahui bahwa modulasi warna
diletakan sesuai dengan tingkat kecerahan dari sinyal luminansi (Y) yang
membentuk tangga abu-abu terletak diantara level putih (10%) dan level
hitam (75%).

Gambar 6.41. Permasalahan modulasi 100% dari Sinyal Video Negatif


Sedangkan level 100% merupakan batas puncak dari pulsa sinkronisasi.
Untuk warna kuning yang mempunyai hue dengan tingkat kecerahan
paling tinggi posisi modulasi diletakan pada titik skala tangga abu-abu
diatas putih, sedangkan untuk warna biru posisi modulasi diletakan pada
titik skala tangga paling gelap atau sebelum hitam. Selain posisi modulasi
semua warna diletakan pada posisi yang tepat sesuai dengan tingkat
skala luminan, masalah lain yang perlu diperhatikan adalah level
tegangan warna yang akan dimodulasi tidak boleh melebihi batas level
titik putih dan level puncak titik hitam. Sinyal vektor perbedaan warna
Televisi 746

termodulasi UF’ dan tereduksi dapat dinyatakan seperti persamaan (6.19)


berikut:

UF ' = (UR − UY )' 2 + (UB - UY )' 2 (6.19)

UF ' = [ v (UR − UY )]2 + [ w (UB - UY )]2 (6.20)

6.3.10. Reduksi Untuk Modulasi Perbedaan Warna Biru (B-Y)


Dengan menggunakan persamaan (1.14), maka persamaan faktor
reduksi (w) untuk modulasi warna biru (B) dapat ditentukan, dengan
harga sinyal perbedaan warna (UR-UY) = -0,11 dan sinyal perbedaan
warna (UB-UY) = 0,89, dan nilai tegangan vektor UF’= ±0,44, dengan
demikian dihasilkan persamaan kuadrat reduksi seperti berikut:

UF ' = [ v (UR − UY )]2 + [ w (UB - UY )]2 (6.21)

± 0,44 = [ v (− 0 ,11)]2 + [ w (0,89 )]2


(± 0,44 )2 = [v (- 0,11)]2 + [w (0,89 )]2
Sehingga kuadrat reduksi tegangan untuk modulasi warna biru (B)
0 ,1936 = 0 ,0121 v 2 + 0,7921 w 2 (6.22)
6.3.11. Reduksi untuk Modulasi Perbedaan Warna Merah (R-Y).
Dengan menggunakan persamaan 6.20, maka persamaan faktor reduksi
(v) untuk modulasi warna merah (R) dapat ditentukan, dengan harga
sinyal perbedaan warna (UR-UY) = 0,7 dan sinyal perbedaan warna (UB-
UY) = -0,3, dan nilai tegangan vektor UF’= ±0,63, dengan demikian
dihasilkan persamaan kuadrat reduksi seperti berikut:

UF ' = [ v (U R − UY )]2 + [ w (U B - UY )]2 (6.23)

± 0,63 = [ v (0 ,7 )]2 + [ w (- 0,3 )]2


(± 0,63 )2 = [v (0,7 )]2 + [w (- 0,3 )]2
0 ,3969 = 0 ,49 v 2 + 0,09 w 2 (6.24)
Untuk menentukan nilai faktor reduksi (w), untuk itu besarnya faktor
reduksi (v) dari persamaan 6.22 difaktorkan dengan bilangan 0,49,
sehingga didapatkan persamaan 6.25 seperti berikut:
(
0 ,1936 x 0,49 = 0 ,0121 v 2 + 0,7921 w 2 x 0,49 )
0,0948 = 0,005929 v 2 + 0,388129 w 2 (6.25)
Televisi 747

Untuk menentukan nilai faktor reduksi (w), untuk itu besarnya faktor
reduksi (v) dari persamaan 6.24 difaktorkan dengan bilangan 0,0121,
sehingga didapatkan persamaan 6.26 seperti berikut:
( )
0 ,3969 x 0,0121 = 0 ,49 v 2 + 0,09 w 2 x 0,0121

- 0,0048 = 0,005929 v 2 + 0,001090 w 2 (6.26)


Dengan mensubstitusikan persamaan (6.25) dan persamaan (6.26) ,
maka faktor reduksi (w) dapat ditentukan:
0,0948 = 0,005929 v 2 + 0,388129 w 2

- 0,0048 = 0,005929 v 2 + 0,001090 w 2

0,09 = 0 + 0,387039 w 2
0,09
w2 = ≈ 0,24
0,387039
sehinggga faktor reduksi untuk sinyal perbedaan warna (B-Y) adalah:
w = 0,24 = 0,49
atau
1 1 1
= = = 2,03
w (B - Y) 0,49
Dengan memasukan nilai faktor reduksi (w = 0,49) kedalam persamaan
(1.16), maka besarnya faktor reduksi (v) dari komponen (R-Y) dapat
ditentukan:
0 ,3969 = 0 ,49 v 2 + 0,09 (0,24 )

0 ,3969 = 0 ,49 v 2 + 0,0216

0 ,49 v 2 = 0 ,3969 − 0,0216


0,3969 - 0,0216
v2 =
0,49
0,3753
v2 = = 0,76
0,49
Dengan demikian besarnya faktor reduksi (v) dari komponen (R-Y)
adalah:
v = 0,76 ≈ 0,87
atau
Televisi 748

1 1 1
= = = 1,14
v (B - Y) 0,87
6.3.12. Warna Kuning
Warna komplemen kuning merupakan penjumlahan dari warna dasar
merah (R) dan warna dasar hijau (G). Didalam warna komplemen kuning
mengandung unsur sinyal perbedaan warna (R-Y) dengan nilai 0,11
danjuga berisi sinyal perbedaan warna (B-Y) dengan nilai -0,89. Dengan
demikian untuk menentukan besarnya besarnya faktor reduksi warna
kuning cukup difaktorkan dengan nilai vaktor reduksi (v = 0,87), sehingga
diperoleh nilai (R-Y)’ sebesar:
(R-Y)’ = 0,87 x (R-Y)
(R-Y)’ = 0,87 x 0,11
(R-Y)’ = 0,0957
Karena warna komplemen kuning merupakan hasil penjumlahan antara
warna dasar merah (R) dan warna dasar hijau (G), dengan demikian
untuk memperoleh nilai (B-Y)’ dikalikan dengan faktor reduksi (w = 0,49),
sehingga diperoleh nilai (B-Y)’ seperti berikut:
(B-Y)’ = 0,49 x (B-Y)
(B-Y)’ = 0,49 x –(0,89)
(B-Y)’ = -0,4361
Besarnya tegangan vektor UF’ kuning setelah direduksi adalah

UF ' = (U R − UY )' 2 + (U B - UY )' 2


UF ' = (0 ,0957 )2 + (- 0,4361)2
U F ' = 0 ,00915 + 0 ,19018

U F ' = 0 ,19933
Sehingga didapatkan tegangan vektor,
U F ' = ± 0,446 ≈ ± 0,44
Besarnya sudut phasa
(B - Y)
tan α' =
(R - Y)
- 0,4361
tan α ' = ⇒ tan α' = - 4,5569 ⇒ α' = 77,6 0
0,0957
Televisi 749

Sehingga besarnya sudut warna komplemen kuning terletak pada


kuadran II setelah direduksi adalah ϕ’= 77+ 900 = 167,60 ≈ 1670
6.3.13. Warna Cyan
Warna komplemen cyan merupakan penjumlahan dari warna dasar biru
(B) dan warna dasar hijau (G). Didalam warna komplemen cyan
mengandung unsur sinyal perbedaan warna (R-Y) dengan nilai -0,70 dan
juga berisi sinyal perbedaan warna (B-Y) dengan nilai 0,30. Dengan
demikian untuk menentukan besarnya besarnya faktor reduksi warna
kuning cukup difaktorkan dengan nilai vaktor reduksi (v = 0,87), sehingga
diperoleh nilai (R-Y)’ sebesar:
(R-Y)’ = 0,87 x (R-Y)
(R-Y)’ = 0,87 x -0,70
(R-Y)’ = -0,609
Karena warna komplemen cyan merupakan hasil penjumlahan antara
warna dasar merah (R) dan warna dasar hijau (G), dengan demikian
untuk memperoleh nilai (B-Y)’ dikalikan dengan faktor reduksi (w = 0,49),
sehingga diperoleh nilai (B-Y)’ seperti berikut:
(B-Y)’ = 0,49 x (B-Y)
(B-Y)’ = 0,49 x (0,30)
(B-Y)’ = -0,147
Besarnya tegangan vektor UF’ cyan setelah direduksi adalah

UF ' = (U R − UY )' 2 + (U B - UY )' 2


UF ' = (− 0 ,609 )2 + (0,147 )2
U F ' = 0 ,370881 + 0 ,021609

U F ' = 0 ,39249
Sehingga didapatkan tegangan vektor,
U F ' = ± 0,626 ≈ ± 0,63
Besarnya sudut phasa
(B - Y)
tan α' =
(R - Y)
0,147
tan α ' = ⇒ tan α ' = - 0,2414 ⇒ α ' = 13,57 0
- 0,609
Televisi 750

Sehingga besarnya sudut warna komplemen cyan terletak pada kuadran


IV setelah direduksi adalah ϕ’= 13,57+ 2700 = 283,570 ≈ 2830
6.3.14. Warna Hijau (G)
Warna dasar hijau (G) mengandung unsur sinyal perbedaan warna (R-Y)
dengan nilai -0,59 dan juga berisi sinyal perbedaan warna (B-Y) dengan
nilai -0,59. Dengan demikian untuk menentukan besarnya besarnya
faktor reduksi warna kuning cukup difaktorkan dengan nilai vaktor reduksi
(v = 0,87), sehingga diperoleh nilai (R-Y)’ sebesar:
(R-Y)’ = 0,87 x (R-Y)
(R-Y)’ = 0,87 x -0,59
(R-Y)’ = -0,5133
Untuk mendapatkan nilai sinyal perbedaan warna (B-Y)’ dikalikan dengan
faktor reduksi (w = 0,49), sehingga diperoleh nilai (B-Y)’ seperti berikut:
(B-Y)’ = 0,49 x (B-Y)
(B-Y)’ = 0,49 x (-0,59)
(B-Y)’ = -0,2891
Besarnya tegangan vektor UF’ hijau setelah direduksi adalah

UF ' = (U R − UY )' 2 + (U B - UY )' 2


UF ' = (− 0 ,5133 )2 + (- 0,2891)2
U F ' = 0,26347689 + 0,08357881

U F ' = 0 ,3470557
Sehingga didapatkan tegangan vektor,
U F ' = ± 0,589 ≈ ± 0,59
Besarnya sudut phasa
(B - Y)
tan α' =
(R - Y)
- 0,2891
tan α ' = ⇒ tan α ' = 0,5632 ⇒ α ' = 29,39 0
- 0,5133
Sehingga besarnya sudut warna dasar hijau (G) terletak pada kuadran III
setelah direduksi adalah ϕ’= 2700- 29,390 = 240,610 ≈ 2420
Televisi 751

6.3.15. Warna Magenta


Warna komplemen magenta merupakan penjumlahan dari warna dasar
biru (B) dan warna dasar merah (R). Didalam warna komplemen cyan
mengandung unsur sinyal perbedaan warna (R-Y) dengan nilai 0,59 dan
juga berisi sinyal perbedaan warna (B-Y) dengan nilai 0,59. Dengan
demikian untuk menentukan besarnya besarnya faktor reduksi warna
kuning cukup difaktorkan dengan nilai vaktor reduksi (v = 0,87), sehingga
diperoleh nilai (R-Y)’ sebesar:
(R-Y)’ = 0,87 x (R-Y)
(R-Y)’ = 0,87 x 0,59
(R-Y)’ = 0,5133
Karena warna komplemen magenta merupakan hasil penjumlahan antara
warna dasar merah (R) dan warna dasar biru (B), dengan demikian untuk
memperoleh nilai (B-Y)’ dikalikan dengan faktor reduksi (w = 0,49),
sehingga diperoleh nilai (B-Y)’ seperti berikut:
(B-Y)’ = 0,49 x (B-Y)
(B-Y)’ = 0,49 x (0,59)
(B-Y)’ = 0,2891
Besarnya tegangan vektor UF’ magenta setelah direduksi adalah

UF ' = (U R − UY )' 2 + (U B - UY )' 2


UF ' = (0 ,5133 )2 + (0,2891)2
U F ' = 0 ,26347689 + 0 ,08357881

U F ' = 0 ,3470557
Sehingga didapatkan tegangan vektor,
U F ' = ± 0,5891 ≈ ± 59
Besarnya sudut phasa
(B - Y)
tan α' =
(R - Y)
0,2811
tan α ' = ⇒ tan α ' = 0,5476 ⇒ α ' = 28,70 0
0,5133
Sehingga besarnya sudut warna komplemen magenta terletak pada
kuadran I setelah direduksi adalah ϕ’= 900- 28,700 = 61,130 ≈ 620
Televisi 752

6.3.16 Warna Merah (R)


Warna dasar merah (R) mengandung unsur sinyal perbedaan warna (R-
Y) dengan nilai 0,70 dan juga berisi sinyal perbedaan warna (B-Y)
dengan nilai -0,30. Dengan demikian untuk menentukan besarnya
besarnya faktor reduksi warna kuning cukup difaktorkan dengan nilai
vaktor reduksi (v = 0,87), sehingga diperoleh nilai (R-Y)’ sebesar:
(R-Y)’ = 0,87 x (R-Y)
(R-Y)’ = 0,87 x 0,70
(R-Y)’ = 0,609
Untuk mendapatkan sinyal perbedaan warna (B-Y)’ dikalikan dengan
faktor reduksi (w = 0,49), sehingga diperoleh nilai (B-Y)’ seperti berikut:
(B-Y)’ = 0,49 x (B-Y)
(B-Y)’ = 0,49 x (-0,30)
(B-Y)’ = -0,147
Besarnya tegangan vektor UF’ merah (R) setelah direduksi adalah

UF ' = (U R − UY )' 2 + (U B - UY )' 2


UF ' = (0 ,609 )2 + (- 0,147 )2
U F ' = 0 ,370881 + 0 ,021609

U F ' = 0 ,39249
Sehingga didapatkan tegangan vektor,
U F ' = ± 0,6265 ≈ ± 0,63
Besarnya sudut phasa
(B - Y)
tan α' =
(R - Y)
- 0,147
tan α ' = ⇒ tan α' = - 0,2414 ⇒ α ' = 13,57 0
0,609
Sehingga besarnya sudut warna dasar merah (R) terletak pada kuadran II
setelah direduksi adalah ϕ’= 13,570+ 900 = 103,570 ≈ 1030
6.3.17. Warna biru (B)
Warna dasar biru (B) mengandung unsur sinyal perbedaan warna (R-Y)
dengan nilai -0,11 dan juga berisi sinyal perbedaan warna (B-Y) dengan
nilai 0,89. Dengan demikian untuk menentukan besarnya besarnya faktor
Televisi 753

reduksi warna kuning cukup difaktorkan dengan nilai vaktor reduksi (v =


0,87), sehingga diperoleh nilai (R-Y)’ sebesar:
(R-Y)’ = 0,87 x (R-Y)
(R-Y)’ = 0,87 x -0,11
(R-Y)’ = -0,0957
Untuk mendapatkan sinyal perbedaan warna (B-Y)’ dikalikan dengan
faktor reduksi (w = 0,49), sehingga diperoleh nilai (B-Y)’ seperti berikut:
(B-Y)’ = 0,49 x (B-Y)
(B-Y)’ = 0,49 x (0,89)
(B-Y)’ = 0,4361
Besarnya tegangan vektor UF’ biru (B) setelah direduksi adalah

UF ' = (U R − UY ) + (U B - UY )
'2 '2

UF ' = (− 0 ,0957 )2 + (0,4361)2


U F ' = 0 ,00915849 + 0 ,19018321 ⇒ U F ' = 0 ,1993417
Sehingga didapatkan tegangan vektor,
U F ' = ± 0,446 ≈ ± 0,44
Besarnya sudut phasa
(B - Y)
tan α' =
(R - Y)
0,4361
tan α ' = ⇒ tan α' = - 4,557 ⇒ α ' = 77,62 0
- 0,0957
Sehingga besarnya sudut warna biru (B) terletak pada kuadran IV setelah
direduksi adalah ϕ’= 77,620+ 2700 = 347,620 ≈ 3470
Sudut warna yang dimaksud diperlihatkan pada Gambar 6.42.
Hitam dan putih merupakan luminan bukan termasuk warna dengan
demikian dalam proses QUAM=Quadrature Amplitude Modulation.
Televisi 754

Gambar 6.42 Reduksi Quadrature Amplitude Modulation (QUAM) standar PAL


Tabel 6.6. Perbadingan koordinat warna sebelum dan sesudah direduksi
Warna Tegangan Vektor dalam Sudut Phasa
(%)
UF UF’ ϕ ϕ’
Putih - - - -
Kuning ± 89% ± 44% 1730 1670
Cyan ± 76% ± 63% 2930 2830
Hijau ± 84% ± 59% 2250 2420
Magenta ± 84% ± 59% 450 620
Merah ± 76% ± 63% 1130 1030
Biru ± 89% ± 44% 3530 3470
Hitam - - - -
Televisi 755

Gambar 6.43 memperlihatkan perbedaan tegangan UF sebelum direduksi


(garis putus-putus) terhadap tegangan UF’ setelah direduksi.

Gambar 6.43 Sinyal Video Setelah Direduksi


6.3.18. Konversi Modulasi Aksis NTSC ke Modulasi Aksis PAL
Sinyal perbedaan warna pada NTSC menggunakan model pendekatan
sinyal perbedaan warna I dan Q, untuk PAL menggunakan model
pendekatan sinyal perbedaan warna U dan V. Yang dimaksud sinyal
perbedaan warna U pada sistem PAL sama dengan I untuk sistem NTSC
yang maksudnya adalah sinyal perbedaan warna antara (R-Y).
Sedangkan yang dimaksud sinyal perbedaan warna V pada sistem PAL
sama dengan Q untuk sistem NTSC yang maksudnya adalah sinyal
perbedaan warna antara (B-Y). I kependekan dari Inphase dan Q
singkatan dari Quadraturphase dari sistem amplitudo modulasi. Ada
perbedaan didalam proses penglihatan daerah tampak dari spektrum
warna, untuk itu ada sedikit perbedaan didalam menetapkan koordinat
dari sudut warna antara sistem NTSC dan PAL. Gambar 6.44, berikut
memperlihatkan perbedaan sistem koordinat didalam menetapkan aksis
sudut perbedaan warna antara (R-Y)’, (B-Y)’ dengan sinyal perbedaan
warna I dan Q.
Sifat dari mata manusia mempunyai perbedaan resolusi didalam proses
transformasi antara sinyal perbedaan (R-Y) dan (B-Y). Hasil penelitian
menunjukkan bahwa sifat mata manusia ternyata lebih sulit menerima
sinyal perbedaan warna (B-Y) bila dibandingkan dengan sinyal
perbedaan warna (R-Y). Untuk alasan tersebut mengapa pemilihan lebar
pita frekuensi pada sistem NTSC untuk sinyal perbedaan warna Q dipilih
lebih sempit (± 600kHz) bila dibandingkan dengan sinyal perbedaan
warna I (± 1,8MHz). Gambar 6.45, memperlihatkan lebar pita frekuensi
untuk sinyal luminansi (Y), sinyal perbedaan warna dari sinyal I dan Q.
Televisi 756

Gambar 6.44 Konversi Aksis I dan Q terhadap (R-Y) dan (B-Y.

Gambar 6.45. Lebar Pita Frekuensi Sinyal Perbedaan Warna I dan Q sistem
NTSC
Televisi 757

Oleh karena pada sistem NTSC lebar pita frekuensi untuk sinyal
perbedaan warna antara I dan Q berbeda, untuk itu sebagai tuntutan di
tingkat pemancar maupun penerima diperlukan sebuah rangkaian tunda
untuk sinyal perbedaan warna I. Berbeda dengan sistem yang dipakai
PAL, bahwa lebar pita dari sinyal perbedaan warna I pada sistem NTSC
dinggap terlalu besar sehinggga pada akhirnya dapat menyebabkan
pemborosan energi baik di tingkat pemancar maupun penerima, untuk itu
pemilihan lebar pita frekuensi sinyal perbedaan V atau (R-Y) dan U atau
(B-Y) perlu dibatasi didalam sistem PAL, dimana keduanya dibatasi dan
dibuat sama yaitu ± 600kHz, untuk itu posisi pemilihan sudut aksis dari
kedua sinyal perbedaan warna juga dibuat berbeda. Gambar 6.46,
memperlihatkan pemilihan lebar pita frekuensi sinyal perbedaan warna
(R-Y), (B-Y) dan sinyal luminan (Y) sistem PAL. Suatu kelebihan pada
sistem PAL, bahwa lebar pita frekuensi untuk sinyal perbedaan warna
antara (R-Y) dan (B-Y) dibuat sama, maka dari itu baik di tingkat
pemancar maupun penerima tidak lagi memerlukan rangkaian tunda
untuk kedua sinyal perbedaan warna (R-Y) dan (B-Y).

Gambar 6.46 Lebar Pita Frekuensi Sinyal Perbedaan Warna (R-Y) dan (B-Y)
sistem PAL
6.3.19. Konversi Modulasi I dan Q terhadap (R-Y) dan (B-Y)
Diatas telah dijelaskan, bahwa terdapat perbedaan antara sinyal
perbedaan warna I dan Q terhadap sinyal perbedaan warna setelah
direduksi (R-Y)’ dan (B-Y)’ didalam menempatkan posisi aksis sudut
modulasi untuk kedua sinyal perbedaan warna. Pada sistem NTSC dipilih
sudut aksis untuk sinyal perbedaan warna I dan Q sebesar 330.
Persamaan 6.27 berikut memperlihatkan konversi sinyal perbedaan
warna I dan Q terhadap sinyal perbedaan warna (R-Y)’ dan (B-Y)’.
I = (R-Y).cos 330 + (B-Y).sin 330 (6.27)
Q = (R-Y).sin 330 + (B-Y).cos 330 (6.28)
Televisi 758

Sehingga didapatkan konversi faktor reduksi dari sinyal (R-Y) dan (B-Y)
seperti persamaan berikut:
I = (R-Y).0,87.cos 330 - (B-Y).0,49.sin 330
I = 0,74.(R-Y) - 0,27.(B-Y) (6.29)
Q = (R-Y).sin 330 + (B-Y).cos 330
dan,
Q = (R-Y).0,87.sin 330 + (B-Y).0,49.cos 330
Q = 0,48.(R-Y). + 0,41.(B-Y) (6.30)

6.3.20 Konversi Warna Pola BARS


Warna Kuning
(R-Y) = 0,11 dan (B-Y) = -0,89
Untuk sinyal I diperoleh:
I = 0,74.(R-Y) - 0,27.(B-Y)
I = 0,74 x (0,11) - 0,27 x (-0,89)
I = 0,0814 - (-0,2403) = 0,0814 + 0,2403
I = 0,3217 ≈ 32%
Dan untuk Q didapatkan
Q = 0,48.(R-Y). + 0,41.(B-Y)
Q = 0,48 x (0,11). + 0,41 x (-0,89)
Q = 0,0528 - 0,3649
Q = -0,3121 ≈ -31%
Warna Cyan
(R-Y) = -0,70 dan (B-Y) = 0,30
Untuk sinyal I diperoleh:
I = 0,74.(R-Y) - 0,27.(B-Y)
I = 0,74 x (-0,70) - 0,27 x (0,30)
I = -0,518 - 0,081
I = -0,599 ≈ -60%
Dan untuk Q didapatkan
Q = 0,48.(R-Y). + 0,41.(B-Y)
Q = 0,48 x (-0,70) + 0,41 x (0,30)
Televisi 759

Q = -0,336 + 0,123
Q = -0,213 ≈ -21%
Warna Hijau
(R-Y) = -0,59 dan (B-Y) = -0,59
Untuk sinyal I diperoleh:
I = 0,74.(R-Y) - 0,27.(B-Y)
I = 0,74 x (-0,59) - 0,27 x (-0,59)
I = -0,4366 + 0,1593
I = -0,2773 ≈ -28%
Dan untuk Q didapatkan
Q = 0,48.(R-Y). + 0,41.(B-Y)
Q = 0,48 x (-0,59). + 0,41 x (-0,59)
Q = -0,2832 - 0,2419
Q = -0,5251 ≈ -52%
Warna Magenta
(R-Y) = 0,59 dan (B-Y) = 0,59
Untuk sinyal I diperoleh:
I = 0,74.(R-Y) - 0,27.(B-Y)
I = 0,74 x (0,59) - 0,27 x (0,59)
I = 0,4366 - 0,1593
I = 0,2773 ≈ 28%
Dan untuk Q didapatkan
Q = 0,48.(R-Y). + 0,41.(B-Y)
Q = 0,48 x (0,59). + 0,41 x (0,59)
Q = -0,2832 + 0,2419
Q = 0,5251 ≈ 52%
Warna Merah
(R-Y) = 0,70 dan (B-Y) = -0,30
Untuk sinyal I diperoleh:
I = 0,74.(R-Y) - 0,27.(B-Y)
I = 0,74 x 0,70 - 0,27 x (-0,30)
Televisi 760

I = 0,518 + 0,081
I = 0,599 ≈ 60%
Dan untuk Q didapatkan
Q = 0,48.(R-Y). + 0,41.(B-Y)
Q = 0,48 x 0,70. + 0,41 x (-0,30)
Q = 0,336 - 0,123
Q = 0,213 ≈ 21%
Warna Biru
(R-Y) = -0,11 dan (B-Y) = 0,89
Untuk sinyal I diperoleh:
I = 0,74.(R-Y) - 0,27.(B-Y)
I = 0,74 x (-0,11) - 0,27 x (0,89)
I = -0,0814 - 0,2403
I = -0,3217 ≈ -32%
Dan untuk Q didapatkan
Q = 0,48.(R-Y). + 0,41.(B-Y)
Q = 0,48 x (-0,11). + 0,41 x (0,89)
Q = -0,0528 + 0,3649
Q = 0,3121 ≈ 31%

Tabel 6.7. Konversi I dan Q terhadap (R-Y)’ dan (B-Y)’


Warna Sinyal Perbedaan Warna dalam (%)
(R-Y)’ I (B-Y)’ Q

Putih - - - -
Kuning 10% 32% -43% -31%
Cyan -62% -60% 14% -21%
Hijau -52% -28% -28% -52%
Magenta 52% 28% 28% 52%
Merah 62% 60% -14% 21%
Biru -10% -32% 43% 31%
Hitam - - - -
Televisi 761

Gambar 6.47 Konversi Sinyal Perbedaan warna I dan Q terhadap (R-Y)’ dan (B-Y)’
Kedua sinyal perbedaan warna (R-Y) sistem (PAL) terhadap (I) sistem
NTSC mempunyai kemiripan bentuk, sedangkan untuk sinyal perbedaan
warna (B-Y) sistem (PAL) terhadap (Q) sistem (NTSC) mempunyai pola
yang berbeda.
6.3.21. Koordinat Warna NTSC dan PAL
Koordinat perbedaan warna sistem PAL berbeda dengan sistem NTSC.

Gambar 6.48 Koordinat warna I dan Q terhadap aksis (R-Y) dan (B-Y)
Televisi 762

Tabel 6.8. Konversi koordinat warna sistem NTSC terhadap sistem PAL

Warna UF’ dalam (%) Sudut Phasa ϕ0

UF’ I+Q I&Q

Putih - - - -

Kuning ± 44% ± 44% 1670 1670

Cyan ± 63% ± 63% 2830 2830

Hijau ± 59% ± 59% 2420 2420

Magenta ± 59% ± 59% 620 620

Merah ± 63% ± 63% 1030 1030

Biru ± 44% ± 44% 3470 3470

Hitam - - - -

6.3.22.Modulator R-Y dan B-Y


Pembatasan lebar pita antara sinyal perbedaan warna R-Y dan sinyal
perbedaan warna B-Y dilakukan secara terpisah, hal ini bertujuan untuk
memudahkan proses modulasi (pengolahan) kedua sinyal perbedaan
warna pada tingkat modulator baik itu di tingkat pemancar maupun
demodulator pada tingkat penerima. Oleh karena kedua sinyal perbedaan
warna mempunyai lebar pita yang sama dan untuk memudahkan
sekaligus membedakan kedua sinyal perbedaan warna sedemikian rupa
sehingga tidak saling mengganggu satu sama lain di tingkat modulator
Sinyal perbedaan warna R-Y dimodulasi dengan sudut awal (Ao cos ωt),
sebaliknya untuk sinyal perbedaan warna B-Y dimodulasi dengan sudut
awal (Ao sin ωt). Sinkronisasi warna dilakukan oleh Burst.
6.3.24.Penjumlah Tingkat Warna
Sinyal hasil modulasi dari rangkaian blok modulator adalah sinyal
perbedaan warna (R-Y)’ dan sinyal perbedaan warna (B-Y)’ yang telah
direduksi amplitudonya keduanya dijumlahkan pada rangkaian blok
penjumlah HF. Proses modulasi kedua sinyal perbedaan warna pada
tingkat modulator dan proses penjumlahan pada tingkat penjumlah HF
pada sistem PAL menggunakan metoda modulasi amplitudo kuadrat atau
lebih dikenal dengan sebutan QUAM-Quadratur Amplitude Modulation.
Hasil penjumlahan pada tingkat ini menghasilkan sinyal modulasi UF,
Televisi 763

yaitu merupakan representasi atau resultan dari penjumlahan sinyal


perbedaan warna (R-Y)’ dan (B-Y)’ secara akar kuadrat (vektor).
6.3.25.Penjumlah Tingkat Video (FBAS)
Blok rangkaian pada tingkat ini bertugas untuk menjumlahkan sinyal
modulasi UF, yaitu hasil dari penjumlahan secara akar kuadrat dan sinyal
luminansi Y, dimana proses penjumlahan pada tingkat ini antara
kecerahan sinyal luminansi Y dan kecerahan warna dari sinyal modulasi
UF posisi keduanya selalu disesuaikan dengan tingkat kecerahannya.

Gambar 6.49 Rangkaian Penjumlah

6.3.26 PEMANCAR NTSC


Terminal masukan dari NTSC CODER yang terkoneksi dengan sinyal
warna merah (R), hijau (G) dan biru (B) merupakan tegangan dengan
bentuk pulsa dari keluaran kamera warna yang dilengkapi dengan koreksi
gamma, kemudian diproses oleh bagian matrik. Rangkaian matrik
menghasilkan tiga macam sinyal yang berbeda bentuknya menurut
norma NTSC, yaitu Y, I dan Q.

Gambar 6.50 Blok Pemencar NTSC


Televisi 764

Sinyal Y merupakan representasi tingkat kecerahan (luminan) yang


merupakan hasil penjumlahan dari warna primer RGB sesuai dengan
pernyataan persamaan 6.31. Sinyal I merupakan representasi dari
pernyataan persamaan 6.31a yang menunjukkan suatu sinyal perbedaan
warna antara warna primer merah (R) dan luminan (Y ) atau lebih dikenal
dengan sinyal (R-Y). Sedangkan untuk sinyal Q merupakan representasi
dari pernyataan persamaan 6.31b yang menunjukkan suatu sinyal
perbedaan warna antara warna primer biru (B) dan luminan (Y ) atau
lebih dikenal dengan sinyal (B-Y).
UY = 0,30.UR + 0,59.UG + 0,11.UB (6.31)
UI = 0,60.UR – 0,28.UG – 0,32.UB (6.31a)
UQ = 0,21.UR – 0,52.UG + 0,31.UB (6.31b)
Berdasarkan dari pernyataan diatas, maka prinsip dan tugas dari
rangkaian matrik ada macam, pertama sebagai rangkaian penjumlah,
yaitu menjumlahkan sinyal-sinyal warna primer merah (R), hijau (G) dan
biru (B). Sedangkan fungsi yang kedua adalah sebagai rangkaian
pengurang, yaitu mengurangi tegangan warna merah (R) dengan
tegangan luminan (Y). Fungsi yang ketiga adalah sama dengan fungsi
kedua, yaitu mengurangi tegangan warna biru (B) dengan tegangan
luminan (Y).

Gambar 6.51 Blok Skema Pemancar Standar PAL


Televisi 765

Gambar 6.52 Blok Matrik Luminan dan Perbedaan Warna


Gambar 6.52 memperlihatkan rangkaian blok matrik luminan (Y), sinyal
perbedaan warna (R-Y) dan (B-Y). Rangkaian matrik luminan (Y) dapat
dibangun dengan menggunakan 4 buah resistor dengan faktor
perbandingan seperti pernyataan dari persamaan (6.3), kemudian
dimasukan ke masukan penguat membalik (inverting amplifier) yang
fungsinya adalah membalikan phasa dari sinyal (Y) sebesar 1800.

Gambar 6.53 Rangkaian Matrik Luminan dan Perbedaan Warna


Televisi 766

Untuk membentuk rangkaian pengurang yang diperlukan untuk


memdapatkan sinyal perbedaan warna UI = Uv = (R-Y) dan UQ = Uu = (B-
Y) diperlukan masing-masing 3 buah resistor.Gambar 6.53.
memperlihatkan implementasi dari rangkaian matrik sinyal luminan (Y),
sinyal perbedaan warna (R-Y) dan (B-Y). Susunan resistor R1, R2, R3
dan R4 membentuk jaringan rangkaian matrik luminan (Y). Transistor T1
merupakan penguat yang fungsinya adalah untuk membalik sinyal
luminansi (Y) sebesar 1800. Rangkaian pengurang yang dibentuk oleh
resistor R5, R10 dan R12 menghasilkan sinyal perbedaan warna (R-Y)
atau dikenal juga dengan sebutan sinyal UI, sedangkan jaringan yang
dibentuk oleh resistor R6, R11 dan R13 menghasilkan sinyal perbedaan
warna (B-Y) atau disebut sinyal UQ. Sinyal perbedaan warna UI dan UQ
sebelum dimasukan pada rangkaian modulator I dan modulator Q terlebih
dahulu lebar pita frekuensinya masing-masing harus dibatasi. Karena
lebar pita frekuensi dari sinyal luminan (Y), sinyal perbedaan warna (I)
dan sinyal perbedaan warna (Q) mempunyai lebar pita yang berbeda
beda, untuk itu diperlukan dua buah rangkaian tunda, yaitu rangkaian
tunda untuk sinyal luminan (Y) dan sinyal perbedaan warna (I) Karena
sinyal perbedaan warna (Q) mempunyai lebar pita frekuensi paling kecil
bila dibandingkan dengan sinyal luiminan (Y) dan sinyal perbedaan warna
(I), untuk itu tidak diperlukan rangkaian tunda.

6.3.27. AM Modulasi
Tabel 6.6 Modulasi Produk
- Tegangan = Modulasi Produk
Uu + Uo ≅ UT x Ui
Mod.Prod cos cos cos cos
+ cos -cos sin sin
sin sin cos cos
Trigger + Tegangan + Tegangan
Trigger UT Trigger UT
cos cos
sin sin
sin sin
Hasil UAM dengan Informasi UAM dengan Informasi
Amplitudo cos cos
Modulasi
sin sin
cos cos
Televisi 767

Rangkaian modulator menyediakan tegangan keluaran (I) dan (Q) yang


sudah termodulasi, sinyal modulasi dari keluaran modulator (I) dan
modulator (Q) dapat dinyatakan seperti pada persamaan 6.30 berikut:
UFI = UI.cos( 2π.fFT.t + π/2 + 330 ) (6.32)
UFQ = UQ.cos( 2π.fFT.t + 330 ) (6.33)
dimana,
UFI = Sinyal modulasi dari sinyal perbedaan warna (I) atau (R-Y)
UFQ = Sinyal modulasi dari sinyal perbedaan warna (Q) atau (B-Y)
UI = Sinyal perbedaan warna (I) atau (R-Y)
UQ = Sinyal perbedaan warna (Q) atau (B-Y)
fFT = Frekuensi trigger untuk warna
t = Waktu
Frekuensi trigger warna disaklar pada sudut phasa 00 dan 1230 secara
bergantian atau digeser dengan sudut 330.

6.3.28 Ring Modulator


Gambar 6.54 Memperlihatkan rangkaian ring modulator, dimana
rangkaian dasar modulator cincin dapat dibangun dengan menggunakan
4 buah dioda frekuensi tinggi, bilamana antara terminal 1 dan 2 diletakan
tegangan informasi UI sebesar 0V, sedangkan pada terminal 3 dan 4
diletakan tegangan trigger UT dengan polaritas seperti yang ditunjukan
contoh pada gambar rangkaian berikut.

Gambar 6.54 Prinsip Ring Modulator Saat Ui = 0


Kondisi untuk warna “biru”, bila terminal 3 mendapat polaritas tegangan
lebih positif terhadap terminal 4. Pada keadaan ini dioda D1 dan D4
Televisi 768

menghantarkan arus (konduksi), sedangkan dioda D2 dan D3 dalam


kondisi tidak menghantarkan arus (menyumbat). Pada situasi seperti ini
dihasilkan arah arus pada gulungan kumparan transformator sekunder N1
dan arah arus pada gulungan primer transformator N2 saling berlawanan
arah, sehingga menyebabkan pada terminal keluaran 5 dan 6 tidak ada
tegangan induksi pada sisi gulungan sekunder transformator N2.
Pada saat kondisi warna “hitam”, bila terminal 3 mendapat tegangan lebih
negative terhadap terminal 4. Pada keadaan ini dioda D1 dan D4 tidak
menghantarkan arus (menyumbat), sedangkan dioda D2 dan D3 dalam
kondisi menghantarkan arus (konduksi). Pada situasi seperti ini
dihasilkan arah arus pada gulungan kumparan transformator sekunder N1
dan arah arus pada gulungan primer transformator N2 berkebalikan arah
seperti kejadian untuk kondisi warna “biru”, sehingga situasi seperti ini
juga menyebabkan pada keluaran gulungan sekunder transformator N2
terminal 5 dan 6 tidak menghasilkan tegangan induksi. Dari kedua
kejadian dapat disimpulkan, bahwa rangkaian ring modulator dapat
difungsikan untuk menghilangkan atau menekan tegangan trigger atau
menekan frekuensi pembawa pada penerima.
Gambar 6.55, berikut memperlihatkan kondisi yang berbeda, dimana
terminal masukan 1 dan 2 diletakan tegangan informasi UI lebih besar
daripada 0V, sebaliknya untuk terminal 3 dan 4 diletakan tegangan trigger
sama dengan 0V. Untuk kondisi ini, dimana tegangan trigger UT = 0 aliran
arus yang menuju sisi sekunder transformator N1 baik untuk warna
“merah” maupun “hijau” dihasilkan polaritas aliran arus hubung singkat.
Dengan menganggap semua dioda mempunyai resistansi dinamis arah
maju sama besar, dengan demikian akibat dari tegangan trigger arus
yang mengalir pada masing-masing dioda juga sama besar.

Gambar 6.55. Prinsip Ring Modulator Saat UT = 0


Televisi 769

Secara prinsip dengan mengkondisikan tegangan trigger UT = 0 atau


tegangan infotmasi Ui = 0, keduanya dihasilkan tegangan modulasi UM =
0.

Gambar 6.56. Prinsip Dasar Rangkaian Modulator Cincin


Dengan menghubungkan terminal 1 dan 2 tegangan informasi Ui dan
terminal 3 dan 4 tegangan trigger UT secara bersamaan. Untuk
menghidupkan dioda D1, D2, D3 dan D4 pada titik kerja yang baik, untuk
itu tetapkan sedemikian rupa sehingga tegangan trigger UT cukup besar
untuk mengendalikan tegangan konduksi dioda-dioda tersebut. Untuk
mdulasi pada umumnya tegangan trigger UT dibuat lebih besar daripada
tegangan informasi Ui.

Gambar 6.57 Hubungan Titik Kerja Dioda Terhadap Tegangan Trigger UT.
Pada saat kondisi tegangan trigger UT positif area warna “biru” titk kerja
dioda D1, D2 berada pada daerah “maju-konduksi” sebaliknya diode D3,
D4 mendapat bias “mundur-menyumbat”, sehingga menyebabkan aliran
Televisi 770

arus dengan tanda warna “merah”. Pada saat kondisi tegangan trigger
UT negatif area warna “hitam” titk kerja dioda D3, D4 berada pada daerah
“maju-konduksi” sebaliknya diode D1, D2 mendapat bias “mundur-
menyumbat”, sehingga menyebabkan aliran arus dengan tanda warna
“hijau”. Dari dua kejadian tersebut dihasilkan tegangan modulasi UM
seperti yang diperlihatkan Gambar 6.58 berikut,

Gambar 6.58 Tegangan hasil modulasi


Tegangan modulasi UM merupakan hasil perkalian dari tegangan
informasi Ui dengan tegangan trigger UT, kelemahan dari hasil perkalian
tersebut adalah pergantian phasa dari positif ke negatif atau sebaliknya,
sehingga dihasilkan tegangan keluaran UM antara terminal 5 dan 6. Tabel
6.6 berikut memperlihatkan tegangan modulasi UM yang merupakan hasil
perkalian dari tegangan informasi Ui dan tegangan trigger UT, dimana
pada tabel tersebut diilustrasikan tiga kali kejadian phasa sama.
Tabel 6.6 Perkalian tegangan informasi dengan tegangan trigger
UI + + + + - - - - + + + + - - - -
UT + - + - + - + - + - + - + - + -
UM + - + - - + - + + - + - - + - +
Negatif Positif Negatif

Gambar 6.59 Perkalian tegangan informasi dengan tegangan trigger


Televisi 771

Gambar 6.60 Bentuk Vektor Modulasi AM

Gambar 6.61. Skema Blok Modulator

6.3.29.Contoh Modulasi Sinyal warna


Gambar 6.62 berikut sebuah contoh modulasi sinyal warna, pada gambar
kiri jika layar televisi menampilkan gambar dua warna (gambar paling
atas). Sedanng gambar kanan bila layar televisi menampilkan gambar
tiga warna (gambar paling atas).
Televisi 772

Gambar 6.62 Proses Modulasi Sinyal Warna


Televisi 773

6.4 Rangkaian Televisi


Pendahuluan
Rangkaian penerima televisi warna pada prinsipnya terdiri dari bagian
pengolah gambar dan warna, bagian sinkronisasi dan pembelokan bintik
elektron serta bagian pengolahan suara. Pengolahan gambar adalah
pengolahan sinyal luminansi yang berupa efek luminan gelap terang,
sedangkan warna adalah pengolahan warna primer merah. hijau dan biru
dan menggabungkan warna-warna primer menjadi nuansa warna seperti
warna aslinya. Untuk menampilkan gambar dipergunakan tabung
gambar. Tabung gambar ada dua jenis yaitu tabung gambar dengan
kedok bercelah dan tangung gambar dengan kedok berlubang.

6.4.1 Penala (Tuner)


Untuk penerima televisi ditetapkan bahwa daerah VHF adalah pada
band-I (47MHz - 68MHz) dan band III (174MHz - 233MHz)), dan daerah
UHF adalah band-IV/V (470MHz - 854MHz). Tugas penala adalah
memilih salah satu dari frekuensi - frekuensi pada band dan merubahnya
menjadi frekuensi 38,9MHz untuk pembawa gambar dan 33,4MHz untuk
pembawa suara.

Gambar 6.63 Rangkaian Penala


Penala terdiri dari tiga bagian utama yaitu tingkat masukan, tingkat
penguat awal, tingkat pencampur dan pembangkit getaran. Masing-
masing bagian dijelaskan seperti berikut ini:
Televisi 774

Tingkat Masukan

Gambar 6.64 Tingkat masukan penala


Sinyal antena sampai pada masukan penala 75Ω tidak simetris.
pelindung tegangan lebih pada masukan penala menghindari tegangan
lebih, misalnya pada saat ada petir. Didalam pengatur redaman, jika perlu
sinyal diperlemah untuk menghindari pengendalian lebih pada tingkat
penguat berikutnya. Kemudian memasuki penyaring masukan. Sinyal
dipisahkan dalam jangkauan frekuensi VHF dan UHF.

Tingkat Penguat Awal

Gambar 6.65 Tingkat penguat awal


Dengan bantuan saklar elektronik dan pelalu tengah (band pass)
jangkauan frekuensi VHF dipisah satu sama lain ke alam band I dan III.
Televisi 775

Sinyal VHF dan UHF dikuatkan dalam penguat berdesis rendah yang
terpisah.

Tingkat Pencampur dan Pembangkit Getaran


Pemisahan kanal dicapai dengan pelalu tengah (band pass) yang dapat
ditala. Perubahan dari sinyal frekuensi tinggi ke dalam frekuensi antara
(IF) yang telah di normakan. Di dalam jangkauan UHF kebanyakan
menggunakan tingkat pencampur yang berisolasi sendiri. Dalam VHF
pembangkit getaran (osilator) dan tingkat pencampur terpisah satu sama
lain. Tingkat pencampur VHF seringkali oleh kanal - kanal UHF sebagai
tingkat penguat frekuensi tambahan. Pensaklaran antara band dalam
jangkauan VHF digunakan dioda saklar dan penalaan menggunakan
dioda kapasitas ( varaktor).

Gambar 6.66 Tingkat pencampur dan pembangkit getaran

Kurva laluan
Pemilih kanal harus mempunyai kurva laluan yang ditentukan norma
CCIR. Bentuknya ditentukan melalui kopel kritis penyaring antara tingkat
penguat awal dan tingkat pencampur sebagaimana seperti lingkaran
masukan. Lebar daerah kurva laluan harus kira-kira 9 sampai 10MHz.
Pembawa gambar dan suara seharusnya terletak pada titik tertinggi.
Lebar daerah harus sedemikian lebar, sehingga band sisi atas dan band
sisi bawah dipindahkan tanpa pelemahan.
Perbedaan antara lemah dan puncak hanya boleh sekitar 10% sampai
15% dari amplitudo maksimum.
Televisi 776

Gambar 6.67 Kurva laluan rangkaian penala


Pelindung Tegangan Lebih (Kejut)
Pada saat badai petir dan pengosongan muatan di atmosfir, pulsa
tegangan sangat tinggi dapat sampai ke dalam penala melaui antena.
Tegangan ini dapat merusakkan komponen terutama transistor tingkat
penguat awal.. Namun dengan rangkaian dibawah tegangan seperti ini
dapat dikesampingkan.

Gambar 6.68 Rangkaian pelindung tegangan lebih


D1 dan D2 mengalirkan arus tergantung polaritas tegangan pulsa.
Kapasitor C mengisi muatan. Setelah itu kapasitor mengosongkan
muatan melalui kumparan L1 dan L2.

Pengatur Redaman
Penala dilindungi dari pengendalian lebih melalui rangkaian peredam.
Faktor redamnya sangat kecil pada tegangan antena kecil dan akan
besar pada tegangan antena yang besar. Untuk ini digunakan dioda PIN.
Dioda ini mempunyai tahanan pada arah maju sangat tergantung pada
arus. Perubahannya antara 1Ω (10 mA) sampai 20kΩ (1µA).
Televisi 777

Gambar 6.69 Rangkaian pengatur redaman


Dioda PIN didalam rangkaian pengatur redaman membentuk rangkaian
redaman dalam rangkaian π. Transistor dalam rangkaian ini bertugas
sebagai pengubah impedansi antara pembangkit tegangan pengatur dan
rangkaian pengatur dioda PIN. Jika pada basis transistor terdapat
tegangan UR = + 12V, transistor menghantar, sehingga terjadi aliran arus
dari + UB melalui transistor, kumparan L, dioda PIN D3 dan melalui R4.
Pada R4 terdapat tegangan searah sehingga D1 dan D2 tidak
menghantar. Karena D3 menghantar, maka faktor redaman rangkaian ini
sangat kecil. Jika pada basis hanya terdapat tegangan pengatur yang
kecil, misal UR = 1,5V transistor tidak menghantar. Sehingga lingkaran
arus searahnya menjadi : dari + UB - R1 - R3 - D1 - D2 - R4 - ground. D3
tidak menghantar, D1 dan D2 menghantar sehingga sinyal antena akan
dialirkan ke ground melalui C1 dan C2. Dalam keadaan ini faktor
redaman rangkaian ini sangat besar.Dengan bervariasinya tegangan
pengatur dari 12V sampai 1,5V maka faktor redamannya juga akan
bervariasi.

Penyaring Masukan
Setelah melalui rangkaian pelindung dan pengatur redaman sinyal
antena harus dipisahkan kedalam bagian VHF dan UHF. Pada Gambar
6.70 dibawah, sinyal antena dengan Frekuensi diatas 430MHz akan
sampai ditingkat depan UHF melalui pelalu atas UHF yang terdiri dari dua
rangkaian C L dan pembagi kapasitip. Sinyal antena VHF dengan
frekuensi dibawah 230MHz akan melewati rangkaian pelalu bawah L C L.
Untuk mengurangi gangguan dari bandII (siaran radio FM) diletakkan
penghalang bandII didalam rangkaian VHF. Setelah itu sinyal VHF
melalui pelalu band (bandpass) band I / III sampai pada tingkat depan
VHF.
Televisi 778

Gambar 6.70 Rangkaian penyaring masukan

Tingkat Penguat Depan


Tugas penguat depan adalah menguatkan sinyal yang datang dari
penyaring masukan, karena yang harus diproses adalah frekuensi tinggi,
rangkaian dasar transistor untuk penerapan frekuensi rendah tidak dapat
digunakan lagi. Kapasitansi dalam transistor mempengaruhi rangkaian.
Masalah utama adalah: osilasi yang tidak diinginkan dan desis. Untuk
menghindari osilasi yang tidak diinginkan, rangkaian masukan dan
keluaran dari penguat harus dipisahkan secara baik. Untuk mencapai itu
sering digunakan rangkaian basis bersama.

Gambar 6.71 Rangkaian basis bersama


Pada konfigurasi ini, kapasitor antara kolektor-basis tidak mengumpan
balikkan sinyal keluaran ke masukan, sebab basis dihubungkan ke tanah.
Kebutuhan utama untuk tingkat masukan :
− Penguatan tinggi, Band I ≅ 8 dB, Band II ≅ 12 dB, UHF ≅ 14 dB
− Desis rendah (kepekaan).
Jika tingkat penguat awal digunakan sebagai pengatur penguatan
otomatis ( AGC ) maka pengaturan penguatan untuk arus kolektor yang
lebih besar.
Televisi 779

Gambar 6.72 Karakteristik penguat depan


Dalam konfigurasi ini, impedansi masukan dan keluaran dari transistor.
Ketergantungannya rendah, dari arus kolektor. Itu berarti, karateristik
penyaring tetap sama untuk sinyal masukan antena rendah dan tinggi.

Tingkat penguat depan VHF dengan transistor


Sebuah contoh penguat depan VHF ditampilkan pada Gambar 6.73
dibawah, sinyal dengan frekuensi diatas 450MHz melewati pelalu atas
Televisi

Gambar 6.73 Rangkaian penguat depan VHF dengan transistor


780
Televisi 781

UHF menuju bagian UHF. Sinyal berfrekuensi dibawah 230MHz melalui


pelalu bawah VHF menuju pelalu band (band pass) untuk band I/III. Jika
Satu kanal dalam band I (kanal 2-4) ingin ditangkap, tegangan pensaklar
Us I dan Us III harus rendah (0V). Dioda saklar D1 dan D2 tidak
menghantar. Sinyal akan melalui rangkaian L1,C1, L2, C2 dan C3 (pelalu
band band I). Jika tegangan pensaklar Us III tinggi maka dioda saklar D1
dan D2 menghantar. Sinyal Band I akan hubung singkat ke masa lewat
D1. Dioda D2 melewatkan sinyal band III melewati pelalu band yang
terdiri dari rangkaian seri L3, C4 dan L5, C6 dan rangkaian pararel L4,C5,
sehingga dengan cara ini pada emitor transistor AF 109 R diterima sinyal
HF yang telah diseleksi. Rangkaian ini menggunakan transistor AF 109R
merupakan tingkat depan VHF transistor yang dapat diatur, yang bekerja
dalam rangkaian basis. Transistor memperoleh tegangan emitor melalui
dioda D4 untuk band I dan D3 untuk band III. Tegangan pengatur
diletakkan pada basis transistor, pada tegangan antena yang besar
tegangan pengatur mengecilkan penguatan transistor, tegangan
pengatur diperoleh dari sinyal video. Dengan ini pengendalian lebih pada
tingkat berikutnya dihindari. Pada Kolektor transistor diletakkan pelalu
band yang dapat ditala..Dalam pelalu band ini dilakukan penalaan. Saat
tegangan penyaklar Us III rendah maka dioda D6 dan D7 tidak
menghantar, maka kumparan L6, L8 dan L7, L9 masing-masing
terhubung seri. Sehingga rangkaian resonansinya D5 (dioda kapasitor)
pararel L6 + L8 dan D8 (dioda kapasitor) pararel L7 + L9.Jika tegangan
penyaklar UsIII tinggi maka dioda D6 dan D7 menghantar, maka
kumparan L8 dan L9 hubung singkat dengan masa. Pada kondisi ini
lingkaran resonansi terdiri dari D5 pararel L6 dan D8 pararel L7.
Kapasitansi dari dioda kapasitor diatur oleh tegangan penala UD.

Tingkat penguat dengan VHF dengan FET.

Gambar 6.74 Rangkaian penguat depan dengan FET


Televisi 782

Selain penguat VHF dengan transistor terdapat pula yang menggunakan


transistor efek medan (FET), seperti diperlihatkan pada Gambar 6.74.

Osilator Frekuensi Tinggi


Rangkaian osilator frekuensi tinggi bisa dibangun dengan 2 konfigurasi
penguat yaitu:
1. Common Base (basis bersama)
2. Common Emitor (emitor bersama)
Kedua sistem tersebut sangat baik apabila menggunakan rangkaian
tangki berupa LC Collpits. Demikian juga pada rangkaian pencampur.
Tingkat pencampur dan osilator menurunkan sinyal pembawa suara pada
frekuensi 33,4MHz dan sinyal pembawa gambar 38,9MHz.

Tingkat Osilator
Osilator frekuensi tinggi dengan transistor pada konfigurasi emitor
bersama mempunyai keterbatasan tanggapan frekuensi lebih rendah dari
pada konfigurasi basis bersama.
f∝=β.fβ (6.37)
f∝ : batas frekuensi pada basis bersama.
β : penguatan arus.
fβ : batas frekuensi pada emitor bersama.

Gambar 6.75 Konfigurasi emitor bersama dan basis bersama dari osilator collpits
frekuensi tinggi
Televisi 783

Untuk menghasilkan osilasi diperlukan adanya umpan balik


k. V = 1 (6.38)
k : Faktor umpan balik
V : Penguatan
Pada frekuensi yang tinggi arus kolektor tidak lagi sama dengan
tegangan pengendalinya. U1 antara basis-emitor terjadilah perbedaan
fasa. Sehingga pada frekuensi tinggi diperlukan kompensasi selisih fasa.

Gambar 6.76 Prinsip rangkaian osilator dengan kompensasi fasa


Tegangan pengendali U1 antara basis-emitor menghasilkan arus kolektor
putaran fasa trans konduktansi pada 100MHz , sampai -90°. Arus
kolektor Ic menghasilkan U2 pada saat resonansi. Sehingga pada
kapasitor umpan balik menyebabkan arus bolak balik umpan balik IR
(Gambar 6.77). Ada reaktansi kapasitor dari CR yang besar melawan
resistansi arus bolak balik re transistor. Tetapi tegangan umpan balik
yang terjangkit tidak se-fasa dengan U1, melalui induktifitas tambahan L
dapat dicapai posisi yang benar antara tegangan umpan balik dan
tegangan masukan. Biasanya L dibuat variabel untuk dapat menyamakan
pengendalian fasa transkonduktansi dari transistor.

Gambar 6.77 Diagram arah dari osilator


Televisi 784

Gambar 6.78 Rangkaian osilator untuk band I dan II


Rangkaian band ditampilkan oleh Dioda saklar BA 243. Jika tegangan
pengatur band besar, maka L3 seperti terhubung singkat. Dan osilator
bekerja pada Band III, demikian juga sebaliknya untuk band I pengaturan
frekuensi dilakukan dengan mengatur tegangan bias dioda BB 105 G L4
C4 kopel ke pencampur. C1, L1 rangkaian kompensasi.
Tingkat Pencampur
Tingkat pencampur berfungsi untuk mendapatkan frekuensi 38,9MHz
pada pembawa gambar dan 33,4MHz pada pembawa suara.

Gambar 6.79 Pergantian frekuensi dalam penala televisi


Sehingga : frekuensi osilator = frek. pembawa gambar + frek. menengah
gambar, atau : frekuensi osilator = frek. pembawa suara + frek.
menengah suara
Televisi 785

Gambar 6.80 Respon frekuensi pada pencampuran

Gambar 6.81 Contoh rangkaian osilator dan pencampur


Transistor sebagai pencampur dan osilator sama-sama terpasang
dengan konfigurasi basis bersama. Sinyal dari tingkat depan, melalui
rangkaian penyaring pelewat jalur bersama dengan sinyal dari osilator
masuk pada emitor transistor AF139. Disana terjadi pencampuran secara
additif. Jika pencampur bekerja pada band I , Us rendah. Penyaring
pelewat jalur pada primernya terdiri dari L1,L2 dan D1 sedangkan pada
Televisi 786

sekundernya adalah L3, L4, L5, dan D 3. Jika pencampur bekerja pada
band III, L2 dan L4 dihubung singkat dengan memberikan tegangan besar
pada pensaklar band. D1 dan D4 merupakan kapasitor variabel yang
bekerja dengan L1, L2, L3, L4,sebagai pelewat jalur, L5 berfungsi sebagai
kopling dari lingkaran primer ke sekunder, sinyal melewati L6 dan
pembagi tegangan C1 - C2. Sinyal masukan dari pencampur adalah sinyal
antena dan sinyal osilator.

6.4.2 Penguat IF
Fungsi Penguat IF
Fungsi penguat IF gambar adalah :
a. Menguatkan tegangan dari hasil tingkat pencampur yaitu tegangan IF,
sampai pada batas yang dapat digunakan untuk mengendalikan
tingkat akhir video (sekitar 3-4V), sehingga diperlukan 3 sampai 4
tingkat penguat baik berupa transistor atau berupa IC dengan
penguatan kira-kira 6.000 kali.
b. Menghasilkan selektifitas yang diperlukan, dengan bantuan perangkap
yang sesuai.
c. Menguatkan tegangan pembawa suara yang frekuensinya 33,4MHz.
d. Untuk mengendalikan tabung gambar pada kondisi yang sama pada
kuat sinyal yang berbeda dan untuk menyamakan goyangan kuat
medan, untuk itu penguatan penguat IF gambar harus dapat diatur.

Kurva laluan
Pemancaran gelombang televisi adalah menggunakan sistim
pemancaran Vestigial Side Band, untuk menghilangkan pengaruh cacat
fasa penguat

Gambar 6.82 Kurva laluan pemancaran gelombang televisi


Sinyal diatas tidak dapat langsung diperkuat dan di demodulasi dalam
bentuk amplituo maupun frekuensi, sehingga diperlukan rangkaian
penguat IF. Tingkat IF harus membentuk daerah frekuensi seperti
tersebut diatas agar sesuai untuk pemodulasian, yaitu :
Televisi 787

a. Daerah sisi sisa akan memproduksi dua kali lipat amplitudo (kontras)
untuk frekuensi 0 samapai 1,25MHz.
b. Pembawa suara harus dikurangi secukupnya agar tidak ada sinyal
suara terlihat dalam gambar.
c. Pembawa gambar dan suara tetangga harus ditekan agar tidak masuk
dalam tingkat IF.
d. Untuk televisi hitam putih pembawa warna harus dikurani agar tidak
mengganggu gambar.

Gambar 6.83 Kurva laluan penguat IF

Gambar 6.84 Kurva penekanan sinyal


Kemiringan Niquist
Untuk mengkompensasi daerah sisi sisa, digunakan sistim sesuai Niquist.

Kemiringan dari penyaring memotong pembawa gambar 50%. Bagian A


dari daerah sisi sisa mengkompensasi bagian B dari daerah sisi yang lain
dan tidak ada informasi yang hilang.
Televisi 788

Gambar 6.85 Kemiringan Niquist

Penguat IF dengan penyaring LC

Gambar 6.86Rangkaian penguat IF dengan Penyaring LC


Sinyal dari rangkaian penala dihubungkan melalui penyaring pelalu
frekuensi 36,4MHz ke transistor pertama BF 198 yang juga bagian dari
AGC. Semua penjebak yang dibutuhkan ditempatkan dalam masukan
penyaring pelalu frekuensi. Untuk mengurangi pembawa suara,
penyaring penghalang frekuensi 33,4MHz dihubung secara seri terhadap
sinyal. Untuk pembawa suara tetangga 40,4MHz dan pembawa gambar
tetangga 31,9MHz dihubung singkat ke tanah oleh penjebak. Keuntungan
dari penjebak ditempatkan pada masukan adalah sangat efisien dalam
menekan sinyal. Penguat IF berikutnya harus diatur hanya untuk
keluaran maksimum. Transistor BF 198 bekerja pada L yang kapasitas
parasitnya berfingsi sebagai penyaring daerah. Untuk pemilihan
selanjutnya, digunakan penyaring daerah L2 dan L3-CN digunakan untuk
menghindari osilasi parasit
6.4.3 Demodulasi IF Gambar
Pendemodulasian sinyal gambar adalah untuk memisahkan sinyal
gambar dari sinyal pembawanya. Demodulasi sinyal gambar adalah
demodulator AM, ialah pendemodulasian dengan penyearahan dan
penyaringan.
Televisi 789

Gambar 6.87 Demodulator Sinyal Gambar


Demodulator sinyal gambar harus mempunyai karakteristik linieritas yang
baik yaitu distorsinya harus sangat kecil. Biasanya dibuat dari dioda
germanium. Untuk menstabilkan bekerjanya detektor, dioda diberikan
tegangan bias maju kira-kira 1 volt dan juga distorsi dikurangi ke daerah
level rendah. Adanya kapasitor ≈ 10 pF yang terpasang shunt ke ground
akan mengakibatkan turunnya tanggapan pada frekuensi tinggi. Agar
demodulator mempunyai tanggapan yang sama sampai pada frekuensi
5MHz maka dipasang ( 60 µH ) yang beresonansi dengan kapasitor liar
pada frekuensi 5MHz, dengan demikian pengaruh kapasitor liar dapat
dikurangi. L 60 µH dan C 4 pF meredam frekuensi diatas 5MHz. Dengan
demikian hanya frekuensi dibawah 5MHz saja yang dilewatkan. Selain
mendeteksi sinyal gambar 5MHz, demodulator juga berlaku sebagai
pencampur antara sinyal pembawa suara 33,4MHz dan sinyal pembawa
gambar 38,9MHz, dan pada lekuk kurva karakteristik dioda akan terjadi
proses intercarrier sehingga didapatkan selisih frekuensi.
38,9MHz- 33,4MHz = 5,5MHz
Hasil 5,5MHz adalah merupakan sinyal IF suara. Prinsip ini adalah prinsip
pencampuran additive seperti umumnya sifat dari tingkat pencampur.
Selanjutnya sinyal IF suara tersebut dengan bantuan lingkaran penyedot
dan lingkaran penghalang yang sesuai dilakukan ke blok suara dihadang
ke blok gambar.

Gambar 6.88 Demodulator gambar dengan penyaring IF suara


Pada sistem televisi warna tidak digunakan cara yang sama dengan cara
diatas karena pada televisi warna ada 3 macam sinyal pembawa yaitu :
Televisi 790

pembawa gambar, pembawa warna dan pembawa suara, sehingga 3


sinyal sebagai hasil pencampuran.

Gambar 6.89 Sistim demodulator pada televisi warna


Dari perbedaan frekuensi pembawa warna dan pembawa suara
dihasilkan frekuensi 1,07MHz. Sinyal dengan frekuensi ini termasuk
dalam sinyal gambar dan dapat mengakibatkan strip-strip hitam pada
layar gambar. Untuk menghindari hal itu sinyal pembawa warna dan
pembawa suara dipisahkan jauh-jauh. Maka pada penguat IF disediakan
dua terminal yaiutu : satu terminal menyediakan seluruh frekuensi
( 38,9MHz - 33,4MHz ) yang selanjutnya dilengkapi dengan dioda
demodulasi dan filter 5,5MHz untuk menghasilkan frekuensi IF suara
5,5MHz. Sedangkan terminal yang lain menyediakan frekuensi pada
daerah gambar saja yaitu 38,9MHz - 33,9MHz dan dihubungkan ke
demodulator gambar. Dengan cara ini pembawa suara dipisahkan dari
frekuensi pembawa gambar dan pembawa warna. Sehingga pada
demodulator gambar hanya ada sinyal gambar 5MHz dan informasi
warna 4,43MHz.

Gambar 6.90 Rangkaian demodulator televisi warna

6.4.4 Pengaturan Penguatan Otomatis


Pengaturan penguatan otomatis ( Automatic Gain Control / AGC )
mengontrol secara otomatis penguatan pada tingkat penala dan IF
gambar dari pesawat penerima televisi, sehingga didapatkan tingkatan
Televisi 791

sinyal gambar yang relatip tetap pada keluaran demodulator gambar.


Bias AGC adalah tegangan DC yang didapatkan dari penyearah sinyal
gambar.

Gambar 6.91 Blok rangkaian A G C


Sinyal penyearahan dari demodulator gambar, ditera tingkat
sinkronisasinya dengan bantuan dari sinyal horisontal. Tegangan hasil
peneraan tersebut digunakan untuk mengkontrol bias tingkat IF gambar
dan penala. Pengontrolan tingkat penala dilakukan dengan sistem AGC
tunda.

Prinsip kerja
Pengaturan penguatan otomatis (AGC) yang paling sederhana adalah
dengan mendeteksi tingkat rata-rata sinyal gambar.

Gambar 6.92 Pencapaian harga rata-rata sinyal gambar


Pengaturan penguatan dengan harga rata-rata mempunyai kekurangan
yaitu berubah terhadap sinyal pemodulasi dan kontras gambar juga
dirubah. Prinsip ini sudah tidak dipakai lagi. Pengaturan yang lain ialah
dengan tegangan pengontrol yang dihasilkan dari pendeteksian sinyal
gambar pada saat ada pulsa sinkronisasi. Sistem ini disebut pengaturan
penguatan otomatis terkunci ( Keyed AGC ).

Gambar 6.93 Prinsip pendeteksian sinyal gambar pada saat ada pulsa penyama
Televisi 792

Gambar 6.94 Prinsip rangkaian pencapaian tegangan pengontrol.


Gambar 6.95 menunjukkan prinsip pencapaian tegangan pengontrol oleh
rangkaian AGC terkunci. Transistor mendapatkan tegangan sumber dari
transformator horisontal melalui kapasitor C1. Tegangan kolektor
transistor berhimpit dengan pulsa penyama / sinkronisasi horisontal dari
sinyal gambar yang dikenakan pada basis. Arus kolektor hanya ada
selama periode pulsa penyama horisontal dan besarnya tergantung pada
besar sinyal gambar. Pada waktu tidak ada pulsa penyama horisontal,
kapasitor C1 mengosongkan muatan melalui R4 dan R5 sehingga pada
R5 timbul tegangan negatip yang sebanding dengan besar sinyal
gambar. Melalui R6 dan C3 kemudian tegangan diratakan. Dioda AA 133
digunakan untuk melindungi transistor dari pulsa negatif yang besar dari
tingkat horisontal. R3 digunakan untuk mengatur tegangan bias dari
Transistor BC 182.

Gambar 6.95 Pengendalian transistor oleh sinyal gambar dan pulsa horisontal

AGC Tunda (Delayed AGC )


Untuk pengaturan yang efisien, dikontrol pada tingkat IF dan penala.
Untuk kualitas gambar yang baik, sinyal antena harus jauh lebih besar
Televisi 793

dari tingkat desis yang diproduksi oleh tingkat IF.Jika sinyal antena yang
rendah juga dikurangi dalam penala oleh AGC, dengan perbandingan
Signal ( S)
Noise (N)
akan menjadi sangat rendah pada tingkat IF, dan desis akan terlihat
dalam gambar. Untuk menghindari hal ini, AGC dari penala ditunda
sampai dicapai sinyal masukan antena tertentu. Pertama AGC hanya
bekerja untuk tingkat IF.

Gambar 6.96 Blok rangkaian AGC tunda

Gambar 6.97Pengaturan tegangan secara langsung dan harga ambang.

6.4.5 Penguat Gambar


Penguat gambar mempunyai tugas memperkuat sinyal gambar dari
demodulator dari tegangan ≈ 3 Vpp menjadi ≈ 80 Vpp pada katoda
tabung gambar untuk mendapatkan kekontrasan gambar yang baik.
Penguat gambar harus menguatkan sinyal gambar dengan frekuensi 0 -
5MHz secara rata, untuk itu umumnya penguat gambar dihubung
langsung dari demodulator gambar ke tabung gambar agar tidak
merubah sinyal searah untuk mendapatkan kecerahan yang benar.
Televisi 794

Prinsip Kerja
Penguat gambar mempunyai prinsip rangkaian seperti Gambar 6.98
berikut.

Gambar 6.98 Diagram blok rangkaian penguat gambar

Pengubah impedansi
Pengubah impedansi bertindak mengisolasi pembebanan oleh penguat
gambar pada demodulator gambar. Untuk itu pengubah impedansi harus
mempunyai impedansi masukan tinggi dan impedansi keluaran rendah.

Pengaturan kontras
Amplitudo sinyal gambar menghasilkan kekontrasan. Perbedaan
amplitudo maksimum dan minimum akan menghasilkan perbedaan
terang dan gelap pada layar.Pengontrol yang mengubah- ubah amplitudo
sinyal gambar disebut sebagai pengatur kontras. Pengatur kontras harus
diselenggarakan dipenguat gambar karena pada setiap penerima
ditingkat sebelumnya ( IF , RF ) dilengkapi dengan pengatur penguatan
otomatis (AGC). Prinsip pengaturan kontras dapat dilihat pada Gambar
6.99.

Gambar 6.99 Pengaturan Kontras


Televisi 795

Amplitudo sinyal gambar menghasilkan kekontrasan. Perbedaan


amplitudo maksimum. Metoda yang paling digunakan pada pengaturan
kontras pada penguat gambar ditunjukkan pada Gambar 6.100

(a) (b)
Gambar 6.100 Prinsip rangkaian pengaturan kontras
Metoda resistansi emitor variabel ( Gambar 6.100a ) ialah dengan
mengubah bias penguat gambar. Maka pembangkitan sinyal gambar
sesuai dengan variasi bias penguat. Pengaturan kontras dengan metoda
ini mempunyai kelemahan yaitu merubah titik kerja penguat yang dapat
menyebabkan cacat pada sinyal. Untuk mengurangi itu dapat dipakai
metoda Gambar 6.100b yaitu metoda pengaturan tegangan sinyal
dengan tahanan variabel (potensiometer). Metoda ini tidak merubah titik
kerja penguat dan mempunyai prinsip yang sama dengan pengaturan
volume pada sinyal audio. Fungsi kapasitor C adalah untuk mengurangi
pengaruh kapasitor liar pada pemasangan potensiometer VR agar
didapat tanggapan frekuensi yang sama pada penetapan pengontrol
kontras yang berbeda.

Karakteristik Frekuensi Penguat Gambar


Penguat gambar harus mampu menguatkan sinyal dengan frekuensi dari
0-5MHz dengan penguatan yang sama. Namun kenyataannya penguatan
pada frekuensi rendah dan tinggi menurun ( Gambar 6.101 ).

Gambar 6.101 Karakteristik frekuensi penguat gambar


Televisi 796

Keadaan ini menyebabkan gambar akan kehilangan frekuensi rendah


dan tinggi. Turunnya penguatan pada frekuensi rendah dikarenakan oleh
naiknya reaktansi kapasitor kopling (CC) sehingga perlu dipasang filter
RC dekopling. Turunnya penguatan pada frekuensi tinggi dikarenakan
oleh adanya kapasitor liar yang timbul terparalel ke chasis dengan RL
(Ct). Kapasitor ini akan menurunkan amplitudo pada frekuensi tinggi.
Untuk itu perlu dipasang rangkaian kompensasi shunt peaking atau
series peaking ( Gambar 6.102 ).

(a) (b)
Gambar 6.102 Rangkaian Kompensasi
L akan beresonansi dengan Ct pada frekuensi tinggi dan menaikkan
tegangan diujung kaki-kaki C.

Gambar 6.103 Contoh rangkaian penguat gambar

6.4.6 Penerima Pembawa Suara


Penerima Pembawa Suara Terpisah
Penerima pembawa suara terpisah, kanal suara terletak sejajar dengan
kanal gambar. Cara ini penting untuk pesawat dengan norma banyak.
Misal untuk menangkap TV Perancis dan Belgia. Dimana pemancar ini
Televisi 797

suara dimodulasi secara AM pula. Cara pembawa suara tercampur disini


tak dapat digunakan.

Gambar 6.104 Blok diagram penerima pembawa suara terpisah


Pada pencampuran dari dua pembawa dengan AM akan memberikan
campuran suara yang kering (waste). Sinyal IF pembawa suara langsung
dipisahkan dari penala menggunakan penyaring 33,4MHz dan
selanjutnya diambil sinyal dari IF gambar 38,9MHz. Dicampurkan dengan
33,4MHz pada IF suara agar didapatkan frekuensi 5,5MHz.

Penerima Pembawa Suara Tercampur

Gambar 6.105 Diagram penerima pembawa suara tercampur


Penerima pembawa suara tercampur mempunyai kelebihan bahwa
kualitas suara hampir tidak tergantung dari penalaan pesawat penerima.
Penerima ini juga menghemat tingkat penguat, bagian IF keseluruhan
dan kadang-kadang juga penguat gambar menunjang untuk penguatan
suara. Sinyal suara dipisahkan pada demodulator gambar dengan
mencampur sinyal pembawa gambar 38,9MHz dan pembawa suara
33,4MHz (proses Inter carrier). Agar pembawa suara tidak
mempengaruhi gambar, maka pembawa suara ditekan dibawah level
putih ( < 10% dari pembawa gambar ).

Penerima Pembawa Suara Terpisah Palsu


Melihat dari kelemahan-kelemahan pemakaian penerima pembawa suara
terpisah dan penerima pembawa tercampur, dikembangkan penerima
pembawa terpisah palsu. Prinsip pembawa suara terpisah palsu ini
adalah sama dengan pembawa suara tercampur ; yaitu dengan
mencampurkan kedua pembawa gambar dan suara sehingga diperoleh
frekuensi menengah suara 5,5MHz, dengan demikian pemborosan dapat
dikurangi.
Televisi 798

Gambar 6.106 Penerima pembawa suara terpisah palsu


Dengan penerima pembawa suara terpisah palsu, kedua pembawa
( 38,9MHz dan 33,4MHz ) diseleksi dengan filter gelombang permukaan
sehingga dapat diambil amplitudo yang sama pada pencampuran suara
dan dengan pengaturan harga puncak pembawa suara dapat diredam
pada penguat menengah gambar.

Gambar 6.107 Kurva laluan filter menengah suara


Pada gambar diatas ditunjukkan bahwa frekuensi menengah suara
dinaikkan 20 dB, agar didapatkan harga yang sama dari kedua
pembawa. Pada tingkat pencampur diperoleh frekuensi menengah suara
yang lebih besar 20 dB. Dengan naiknya level itu pembatasan akan
dimungkinkan menjadi lebih efektif. Dengan demikian sinyal gangguan
karena amplitudo yang tidak rata ( sinyal gangguan berupa modulasi
amplitudo ) tidak akan muncul lagi. Dengan demikian penguat frekuensi
menengah suara hanya berlaku sebagai pembatas. Dan perbandingan
sinyal dengan noise dapat dinaikkan 50 dB. Pada total modulasi lebih
pemancar ( sisa pembawa 1 % ) dan dengan pencampuran tulisan pada
gambar berwarna didapat bandingan sinyal dan noise masih 40 dB, tetapi
pada penerima pembawa suara tercampur didapatkan bandingan sinyal
dan noise 0 dB.
Televisi 799

Pengiriman Suara Satu kanal

Gambar 6.108 Blok diagram pengiriman suara satu kanal

Pembawa suara tercampur


Dalam demodulator gambar diperoleh perbedaan frekuensi 5,5 MH.
Semua daerah diantara frekuensi ini digunakan untuk frekuensi suara
yang tegangannya berubah-ubah seperti termodulasi amplitudo. Pada
pemancar sinyal suara hanya dimodulasi frekuensi, sehingga penguat
frekuensi antara tidak hanya berfungsi sebagai penguat, terutama
sebagai pembatas amplitudo,yang didalam gambar tidak terjadi
perubahan amplitudo dari sinyal suara yang dapat mengakibatkan
gangguan.

Gambar 6.109 Diagram blok rangkaian suara dengan IC TBA 120 S


Penguat pembatas membatasi sinyal FM agar tidak berubah
amplitudonya. Dan selanjutnya dimodulasi pada modulator.
Televisi 800

Pembawa Suara Terpisah Palsu


Pembawa suara terpisah palsu memproses sinyal suara dan gambar
secara terpisah. Dibandingkan dengan pembawa suara tercampur
pembawa suara terpisah palsu mempunyai jarak gangguan antara
pembawa gambar dan suara lebih jauh, sehingga gangguan gambar
dihindarkan. Untuk itu, pada pencampur dikeluarkan perbedaan
pembawa gambar dan suara, dan diperlukan pengkopel-keluaran seperti
Gambar 6.110.

Gambar 6.110 Pemisahan sinyal menengah suara dan gambar

Gambar 6.111 Kurva laluan dari penyaring gelombang permukaan tipe OFW 730
Pengirim Suara Dua Kanal
Untuk mempertahankan keaslian suara suatu gambar ( mis : film )
diperlukan juga dua kanal atau suara stereo. Pengiriman dua kanal suara
dapat dilakukan dengan tiga macam cara
Dua Pembawa Suara
Pengiriman dengan dua pembawa suara adalah teknik pengiriman dua
kanal yang paling mudah. Proses ini mempunyai dua pembawa suara
yang dipancarkan bersama-sama. Pembawa suara pertama pada
frekuensi 5,5Mhz dan pembawa suara kedua pada 5,742Mhz.
Televisi 801

Gambar 6.112 Proses dua pembawa suara


Multipleks Frekuensi
Sama dengan proses multiplek stereo pada radio, dua sinyal suara
dimodulasi pada pembawa bantu.

Gambar 6.113 Multiplek frekuensi


Multipleks Waktu
Pada cara ini dua informasi suara melalui modulasi kode pulsa (PCM)
dirubah dalam suatu informasi digital. Informasi dalam bentuk digital ini
ditransformasikan dalam multifleksi waktu pada daerah sinyal gambar
dan warna, dalam bagian waktu yang tidak ditempati sinyal gambar
(Gambar 6.114).

Gambar 6.114 Proses multipleksi waktu


Pada saat ini digunakan pengiriman dua pembawa suara, yang juga
dinamakan pengiriman suara multi kanal. Dalam pengiriman sinyal suara
dikirim dengan dua pembawa
Pembawa I pada frekuensi 352. fH = 5,5MHz
Pembawa II pada frekuensi 367,5. fH = 5,742MHz.
Televisi 802

Sistem ini memberikan tiga macam pengerjakan.:


- Mono Phonie : Pengiriman suara mono
- Stereo Phonie : Pengiriman suara stereo
- Pengiriman Dua Suara : Pengiriman dua informasi suara yang terpisah
dalam waktu yang bersamaan. Mis :
Pembicaraan dan musik , suara asli dan
Sinkronisasi
Pada Pembawa suara II juga dimodulasi frekuensi dengan informasi
suara yang sama. pemandu suara 54 Khz tak dimodulasi. Pada
pengerjaan stereo pembawa suara I dimodulasi frekuensi dengan
informasi suara kanal kiri dan kanan, pembawa suara II dengan pemandu
suara 54 Khz, dimana 54 Khz adalah sebagai pembawa bantu dimodulasi
amplitudo dengan sinyal pengenal stereo 117 Khz. Pada pengerjaan dua
suara, dimodulasi frekuensi pembawa suara I dengan informasi suara I
dan suara II dengan informasi suara II.
Pembawa bantu 54 Khz dimodulasi frekuensi dengan frekuensi pengenal
dua suara 274 Hz.
Tabel 6.1 Proses Pembawa Dua Suara

DATA UMUM KANAL I KANAL II


BT+5,5MHz BT + 5,74MHz
Frekuensi
(±500 Hz ) ( ± 500 Hz )
Bandingan daya gambar / 13 dB 20 dB
suara
Band frekuensi rendah 40 Hz .. 15 KHz 40 Hz.... 15 k Hz
Penyimpangan frekuensi ± 30 kHz ± 30 kHz
pada 500 Hz untuk
pengendalian pemula
Penyimpangan frekuensi - ± 2,5 kHz ( ±0,5kHz )
melalui pemandu suara tak
termodulasi
Pre - Emphasis 50 µs - 50 µs -
Pengenal jenis operasi - -
Frekuensi pemandu - 3,5.fH = 54,6875 kHz
pembawa ( ± 5 hz )
Pemodulasian pemandu - AM
suara
Derajat modulasi - 50 %
Frekuensi pengenal - 0Hz/117,5Hz/270,1 Hz
Televisi 803

Tabel 6.2 Penempatan Sinyal

Jenis Pengoperasian Kanal I Kanal II Pemodulasi


Pemandu Suara
Mono Mono Mono (M1) 0 Hz
(M1)
Stereo L + R
= M R f H/133 = 117,5 Hz
2

Dua Suara Mono 1 Mono 2 f H/57 = 274,1 Hz

Gambar 6.115 Diagram blok sistem dua pembawa suara penerima suara
terpisah palsu.
Dalam kanal suara I pada rangkaian stereo berisi informasi L + R,
sedangkan dalam kanal 2 berisi informasi R dan pemandu suara
54kHzdengan frekuensi pengenal 117Hz, sehingga keluaran L + R dan R
dalam matriks diperoleh sinyal L dan R. Sinyal pemandu suara memberi
tanda bahwa sinyal yang masuk penerima adalah sinyal stereo. Dua
suara yang dimodulasi diperoleh suara 1 dalam kanal suara 1 dan suara
2 dalam kanal suara 2 dengan pemandu suara dengan frekuensi
pengenalnya 274Hz. Pemandu suara dan frekuensi pengenalnya
mensaklar penerima operasi dua suara.

6.4.7 Kelompok Warna


Penguat bandpass (pelalu tengah) memisahkan sinyal macam warna (2)
dari sinyal gambar lengkap (1). Sinyal macam warna oleh penguat burs
dipisahkan sinyal bursnya (6). Untuk mengendalikan oscilator pembawa
warna rangkaian penambah dan pengurang membedakan sinyal U (4)
dan sinyal V (3) yang merupakan sinyal perbedaan warna biru dan
Televisi 804

merah. Flip-flop menghasilkan sinyal pensaklar (5) untuk merubah


polaritas sinyal V yang selalu berganti pada setiap catu periode horisontal
menjadi polaritas konstan

Gambar 6.116 Blok diagram kelompok warna

Gambar 6.117 Sinyal-sinyal pada kelompok warna

6.4.8 Penguat Macam Warna


Penguat macam warna adalah penguat resonansi yang melewatkan
frekuensi sub pembawa warna 4,43 ± 0,5MHz, dan bertugas menaikkan
Televisi 805

tingkatan sinyal pembawa warna menjadi 100% dari 50% yang ditekan
pada penguat IF gambar. Penekanan sub pembawa warna sampai 50%
pada tingkat IF dengan maksud mencegah sinyal pembawa warna
sampai pada penguat Y.

Gambar 6.118 Blok diagram dari penguat macam warna


Gambar 6.118 memperlihatkan blok diagram dari penguat macam warna.
Untuk dapat menjaring dan memperkuat sinyal sub pembawa warna
dalam jalur frekuensi 4,43 ± 0,5MHz, biasanya terdiri dari tiga tingkatan
penguat resonansi. Dan untuk menjaga kestabilan kejenuhan warna
pada waktu kanal dipindah atau gelombang televisi yang diterima
berubah, maka penguatan penguat pelalu tengah 1 dikontrol oleh ACC
(pengatur warna otomatis). Amplitudo sinyal sub pembawa warna dari
penguat pelalu tengah 1 diatur untuk mendapatkan harga kejenuhan
yang cocok dan kemudian diperkuat oleh penguat pelalu tengah 2. Bila
sinyal pembawa warna tidak ada ( dipancarkan sinyal hitam putih ), sinyal
luminan dan komponen derau berada pada jalur juga diperkuat sehingga
derau warna dibangkitkan pada gambar hitam putih. Untuk itu penguat
pelalu tengah 2 diputus oleh rangkaian pemati warna jika tidak ada burs.

Penguat Pelalu Tengah (band pass filter)

Gambar 6.119 Rangkaian pelalu tengah (bandpass filter)


Televisi 806

Pada Gambar 6.119. rangkaian yang dibangun oleh TR1 adalah penguat
pelalu tengah 1 dan TR4 adalah rangkaian ACC nya. Penguatan TR1
diatur oleh TR4 yang tergantung pada amplitudo sinyal burs yang
dideteksi oleh detektor ACC. Jika amplitudo sinyal burs kecil, penguatan
TR1 naik. Transformator TR1 mengkoreksi cacat amplitudo frekuensi dari
sinyal sub pembawa warna pada penguat IF gambar.

Gambar 6.120 Distribusi karakteristik respon frekuensi amplitudo komponen sub


pembawa warna
TR2 adalah rangkaian buffer untuk mengurangi pengaruh panjangnya
kabel penghubung ke potensiometer pengatur kejenuhan kroma. TR3
adalah penguat pelalu tengah 2. Pada televisi warna jika menerima
sinyal, tegangan searah dari rangkaian pemati warna diberikan pada
basisnya. Dan jika menerima sinyal hitam putih, bias basis hilang dan
TR3 mendapat bias mundur dari pembagi tegangan R1 dan R2.
Rangkaian ACC (Pengatur Warna Otomatis)
Rangkaian ACC terdiri dari detektor ACC dan penguat ACC. Detektor
ACC memakai rangkaian deteksi fasa frekuensi burs warna dan sub
pembawa warna 4,43MHz disinkronkan dan harganya dibuat tepat sama
dengan memakai rangkaian sinkronisasi warna. Bila perbedaan fasa
kedua sinyal 900 tegangan keluaran nol. Dan bila perbedaan fasa 00 atau
1800 tegangan keluaran adalah maksimum dengan polaritas negatif atau
positif.Karena kedua sinyal diberikan sefasa, maka keluaran detektor
ACC akan naik bila sinyal burs naik. Dengan demikian maka resistansi
TR2 dapat diatur oleh sinyal burs dan penguatan TR1 berubah.
Televisi 807

Gambar 6.121 Pengatur warna otomatis (ACC)


Pemati Warna (Color Killer)

Gambar 6.122 Rangkaian pemati warna


Dalam Gambar 6.122, dioda D1 mendeteksi sinyal burs warna. Bila ada
burs warna arus mengalir melalui D1 pada waktu setengah periode
positip burs warna dan C1 dimuati dengan polaritas seperti pada Gambar
6.122. TR3 bekerja karena adanya tegangan tadi dan penguat pelalu
tengah 2 (TR2) hidup.

6.4.9 PAL Decoder


Pada PAL decorder, sinyal macam warna dibagi dalam dua komponen:
FU dan ± FV. Pencapaian FU dan FV mempunyai cara yang berbeda
antara sistem PAL dan sistem NTSC. Pada sistem PAL diperlukan
penundaan waktu satu baris horisontal atau 64 µ S.
Televisi 808

Pada pemancar, sinyal V diputar 180 ° setiap satu baris horisontal, untuk
itu pada dua baris horisontal di penerima didapatkan +V dan -V.
Dalam penerima diperlukan rangkaian yang dapat:
a) Memperlambat sinyal warna selama 64 µ S.
b) Sinyal warna dari baris yang telah ditunda dan yang tidak ditunda
harus disaklarkan bersama-sama.
c) Menyaklarkan sinyal yang berpolaritas ± dari baris perbaris

Prinsip rangkaian PAL decorder


Gambar rangkaian PAL decorder pada Gambar 6.123 dapat dibagi
menjadi 3 rangkaian yaitu: penunda, pengurang dan penambah.

Gambar 6.123 Prinsip rangkaian PAL decorder


Rangkaian penambah menjumlahkan sinyal macam warna saat itu
dengan sinyal macam warna sebelumnya (karena ditunda 1 H).
Contoh :
Baris : F ( U + V )
Sinyal penundaan = sinyal baris 3 : F’ (U - V )
Jika : F = U sin ω f . t + V cos ωft
maka : F = U sin ω f t + V cos ωft
+F’ = U sin ω f t - V cos ωft
F+F’ = 2 U sin ω ft + 0
Rangkaian pengurang menyelisihkan sinyal macam warna saat itu yang
dibalik polaritasnya dengan sinyal macam warna sebelumnya..
Contoh :
baris 1 = -F = - U sin ω f t - V cos ωf t
sinyal penundaan : F’ = U sin ω f t - V cos ωf t
Televisi 809

Maka : -F = - U sin ω f t - V cos ωf t


+F’ = U sin ω f t - V cos ωf t
-F + F’ = 0 - 2 V cos ωf t
dengan cara yang sama, pada baris 3 didapatkan :
-F + F’ = o + 2 V cos ωf t
Dengan begitu melalui PAL decorder didapatkan sinyal U dan ± V.

Gambar 6.124 Bagian dari sinyal warna dan komponen-komponennya

Elemen penunda 1 H
Elemen penunda 1H adalah elemen mekanis elektronis. Prinsip
konstruksi elemen penunda 1 H ditunjukkan dalam Gambar 6.125.

Gambar 6.125 Konstruksi dalam elemen tunda 1 H


Televisi 810

Sinyal sub pembawa warna diberikan pada terminal masukan dan


dirubah menjadi getaran mekanik. Dengan menggunakan transducer dan
dipancarkan sebagai gelombang supersonik dalam kaca, dan pada
keluaran oleh tranducer dirubah kembali menjadi sinyal listrik. Dengan
menggunakan landasan absorbsi; gelombang supersonik pengganggu
yang datang melalui jalan yang salah akan diserap, dan hanya sinyal
yang dibutuhkan yang muncul pada terminal keluaran.

Rangkaian PAL Decorder

Gambar 6.126 Rangkaian lengkap PAL decorder


Gambar diatas adalah rangkaian lengkap PAL decorder dengan penguat
masukan. Penguat masukan PAL mendapat masukan sinyal macam
warna dari penguat macam warna, dan basisnya dikontrol oleh pemati
warna. Penguat masukan mempergunakan konfigurasi kolektor bersama
untuk menyesuaikan dengan resistansi masukan elemen tunda, kira-kira
400Ω. Lilitan L1 dan kapasitansi masukan elemen tunda kira-kira 2
nF, dan resonansi mekanis dari transducer membentuk pelewat daerah
(Band filter) 4.43MHz. Sinyal yang ditunda dan yang tidak ditunda
dicampur bersama-sama. Pada L3 sinyal-sinyal tersebut dijumlahkan dan
didapatkan sinyal 2 FU. Pada L4 sinyal-sinyal tersebut dikurangkan
dengan membalik 180° dan didapatkan sinyal ± 2 FV. Untuk mendapatkan
amplitudo dan fasa yang benar dari sinyal yang ditunda dan tidak
ditunda, dilakukan dengan mengatur potensiometer dan lilitan keluaran.

6.4.10 Demodulator Sinkron


Demodulator sinkron adalah demodulator sinyal macam warna atau
demodulator sinyal krominan. Sinyal sub pembawa warna yang
mengandung sinyal U dan V didapatkan sinyal warnanya. Pada
demodulator V sinyal dari osilator digeser 90°, dengan tujuan untuk
mengembalikan pergeseran sinyal pembawa V pada pemancar sebesar
90°. Perlu dibangkitkan kembali sinyal pembawa 4,43MHz untuk
pemodulasian yaitu untuk mengembalikan sinyal pembawa yang ditekan
Televisi 811

pada pemancar. Sinyal FV polaritasnya harus ditukar 180° setiap satu


garis horisontal yaitu untuk mengembalikan polaritasnya sehingga
konstan.

Gambar 6.9127 Diagram blok demodulator U dan V

Prinsip rangkaian demodulator sinkron

Gambar 6.128 Prinsip rangkaian demodulator sinkron


Gambar diatas adalah contoh rangkaian demodulator sinkron untuk
sinyal U. Pemindah U1 mendapatkan sinyal dari osilator pembawa, dan
U2 mendapatkan sinyal dari sinyal macam warna termodulasi, contoh FU;
Sekunder U1 mempunyai titik tengah (center tap). Referensi pembawa
pada titik c (terhadap titik tengah) berfasa 0° dan pada titik 2 berbeda
180°, tetapi mempunyai amplitudo yang sama. Tegangan pada sekunder
U2 dan titik tengah U1 dijumlahkan. Pada titik 1 dihasilkan penjumlahan
FU dan referensi pembawa. Pada titik 2 terjadi penjumlahan FU dan
referensi pembawa dengan sinyal terbalik dan amplitudo pada titik ini
Televisi 812

terbalik. Oleh kedua dioda D1 dan D2, kedua sinyal tersebut disearahkan
dan mengisi kapasitor C1 dan C2. R1 dan R2 menjumlahkan kedua
tegangan tersebut dan dihasilkan sinyal warna. L dan C adalah rangkaian
pelalu frekuensi rendah, yang berfungsi untuk menghadang sinyal
pembawa yang masih tersisa.

Gambar 6.129 Perlakuan sinyal dalam demodulator sinkron

Rangkaian demodulator sinkron

Gambar 6.130 Rangkaian demodulator sinkron dengan saklar PAL


Pada pemancar sinyal macam warna dikirimkan dengan perbedaan fasa
90°, maka dalam penerima perbedaan fasa itu harus dikembalikan.
Sinyal pembawa warna dihubungkan pada lingkaran resonansi L1, C1
dan melalui L1/L2 masuk pada demodulator sinkron melalui R2 dan L2
Televisi 813

sinyal pembawa warna diberikan pada demodulator U dengan digeser


90°. Dengan kapasitor 47 pF diberikan pada pensaklar PAL. Oleh
pensaklar PAL, sinyal pembawa warna disaklarkan 0° dan 180° dari baris
ke baris. Sinyal pembawa warna untuk demodulator V diberikan oleh
pemindah L3, L4, L5. Sinyal FU dimasukkan melewati pertemuan C3 dan
C4, sedangkan sinyal ±FV dimasukkan melewati pertemuan C5 dan C6.
Sinyal pembawa warna terletak di L2 yang titik tengahnya oleh C 10nF
dan C 5µF dihubungkan ke ground. Dioda D1, D2, dan D3, D4 terpasang
serie dan berfungsi sebagai penyearah. Selama setengah gelombang
pembawa, dioda terhubung dan mengisi kondensor C3 dan C6 dengan
penjumlahan tegangan dari pembawa FU atau FV. Dalam waktu
menghadang, dioda mengosongkan kondensator melalui R3 dan R4 juga
R5 dan R6. Sinyal searah dan juga sinyal Uu atau Uv yang sudah
direduksi pembawanya dapat diambil dari diagonal jembatan antara
pertemuan R3, R4 juga R5 dan R6. dengan titik tengah L2 juga L5. Pada
keluaran dipasang pelalu frekuensi rendah L6 - C9 juga L7 - C10 untuk
membuang sisa-sisa frekuensi pembawa.

Saklar PAL
Pada pemancar PAL, fasa dari sinyal V R-Y disaklarkan 0° - 180° setiap
baris perbaris. Didalam penerima PAL, beda fasa itu harus dikembalikan.
Supaya fasa V R-Y bisa dikembalikan, fasa dari sinyal referensi 4,43MHz
harus disaklarkan. Keluaran referensi pembawa dikopel dengan dua
induktor L1 dan L2, dan tegangannya pada hubungan dalamnya digeser
berlawanan 180°.

Gambar 6.131 Rangkaian Pensaklar PAL


Gelombang pembawa dari lilitan-lilitan ini melalui dioda sampai pada
demodulator sinkron R-Y. Dioda-dioda melewatkan sinyal kotak dari PAL-
Multivibrator. Pada saat D1 mendapat pulsa kotak positip, D1
menghantar dan sinyal pembawa mengalir dari L1 dengan fasa 0°. Pada
saat itu D2 mati. Pada saat D2 menghantar sinyal pembawa mengalir
melalui L2 pada demodulator sinkron dengan pergeseran fasa 180°.
Televisi 814

Kapasitor yang terletak pada titik kaki L1 dan L2 harus cukup kecil
supaya proses saklar dilaksanakan kalau baris baru mulai, tetapi jika
kapasitor cukup besar, tidak ada tegangan sinyal referensi yang jatuh.

PAL Flip-Flop
Dengan saklar PAL fasa pembawa referensi dapat diputar baris perbaris,
untuk melaksanakan itu diperlukan tegangan kotak sebagai
pengemudinya yang berasal dari PAL FLIP-FLOP . Pulsa pengemudi ini
diutamakan sebagai pulsa PAL.

Gambar 6.132 Rangkaian PAL Flip-Flop


Pada Gambar 6.132 dimisalkan transistor TR1 menghubung, maka
tegangan pada kolektor praktis nol, dan tegangan basis TR2 yang
didapat dari kolektor TR1 melalui R1 adalah Nol, dan TR2 menyumbat.
Pada saat

0V
64 s=fH
t

UT2
VCTR2

UB
V
VCE Rest
U
t
U T1
VCTR1
V
UB
VCE Rest
U
t
128 s=fH/2

Gambar 6.133 Keluaran PAL Flip-Flop oleh pengendalian arah balik horisontal
Televisi 815

ada pulsa balik horisontal, TR2 mendapat tegangan positip dan TR2
menghubung. Keadaan ini menyebabkan TR1 menyumbat. Keadaan
stabil ini akan terus bertahan sampai datang pulsa balik horisontal
berikutnya.

6.4.11 Regenerasi Pembawa Warna


Sinyal warna dikirimkan dengan dimodulasi pada sub pembawa dengan
cara modulasi dua sisi, pembawa ditekan (DSB Suppresed Carier). Untuk
menghasilkan kembali sinyal warna, maka perlu dibangkitkan kembali
sinyal pembawanya. Agar pembangkitan kembali sinyal pembawa warna
tepat seperti asalnya, maka perlu diinformasikan, contoh sinyal pembawa
warna dari pemancar. Sinyal pembawa tersebut diikutkan pada sinyal
sinkronisasi horisontal.

Gambar 6.134 Sinyal Burs


Amplitudo sinyal burs harus dijaga agar masih dibawah tingkatan hitam.
Jumlah gelombang yang dikirimkan adalah antara 10 sampai 12
gelombang, dengan fasa ditukar pada 135° dan 225° pada setiap garis
horisontal. Sinyal burs harus memenuhi persyaratan penerima televisi
warna sebagai berikut :
• Frekuensi dan pasanya adalah frekuensi dan patokan dari osilator
referensi.
• Melalui pertukaran hubungan fasanya dari baris ke baris, sinyal
burs menyinkronkan dengan PAL Flip - Flop
• Burs menggambarkan keadaan pembawa warna.
• Amplitudo burs harus dapat diketaahui, untuk mengendalikan
penguat warna dan mengendalikan ACC ( Pemati Warna).
Televisi 816

Gambar 6.135 Blok diagram pembangkitan pembawa warna


Pembangkitan kembali pembawa warna mempunyai hubungan seperti
Gambar 6.135 Osilator menghasilkan frekuensi bebas ±4,43MHz.
Frekuensi bebas dikontrol oleh rangkaian diskriminator fasa yang
menghasilkan tegangan pengatur dengan membandingkan fasa dan
frekuensi sinyal osilator dengan burs.

Penguat Burs
Penguat burs dapat juga berfungsi ganda yaitu sebagai penguat daya
memisahkan sinyal burs dari sinyal gambar seperti pada Gambar 6.136.
Dari penguat
macam warna +24V
47nF 100
1

1,5nF
0,47uF L2 Ke diskriminator
R2 C1 fasa
3 560K 4 330pF
5
TR1
BC 183 TR2
L1 BC 254
C1
15nF 47K 330 330pF
D1
R1 100 4,7nF
100
2
Dari trafo
horisontal

Gambar 6.136 Rangkaian Penguat burs


Melalui basis dari transistor TR1 yang bekerja dengan kolektor bersama,
Transistor TR1 di catu dalam keadaan menutup. Sinyal burs dan sinyal
gambar diberikan pada TR1 melalui kapasitor penghubung. Pada basis
TR1 melalui R2 diberikan sinyal arah balik horisontal. Sinyal arah balik
horisontal yang diberikan adalah sinyal negatip, maka D1 dipasang
seperti gambar. Oleh L1 sinyal arah balik horisontal yang datang menjadi
seperti pada titik 3. Oleh karena itu TR1 akan terbuka pada saat arah
balik horisontal. Dengan demikian sinyal burs dapat dipisahkan dan
diperkuat oleh TR2. Oleh L2, C2, sinyal burs diberikan pada diskriminator
fasa.
Televisi 817

Gambar 6.137 Perlakuan sinyal pada penguat Burs

Diskriminator Fasa
Pembangkitan pembawa referensi 4,43MHz harus disinkronkan fasa dan
frekuensinya dengan sinyal pembawa yang dibawakan dari pemancar.
Rangkaian diskriminator fasa mengenali pertukaran fasa dari sinyal R - Y.
1nF

+ - 470K

10pF
Burs Dari
osilator referensi
2K2
1nF
470K
- +
Ke
tingkat reaktansi
22nF 27K

0,1uF

Gambar 6.138 Rangkaian diskriminator fasa


Sinyal burs dari penguat dan pemisah burs diberikan pada diskriminator
fasa. Dari pengaman sinyal burs dan sinyal osilator dihasilkan tegangan
pengontrol pada tingkat reaktansi untuk menghasilkan sinyal dengan
frekuensi dan fasa yang benar. Osilator kuarsa (Quarz) sekarang
mengemudikan demodulator sinkron (B-Y) dan melalui saklar PAL
Televisi 818

mengemudikan demodulator sinkron (R-Y). Penyinkronan itu dihasilkan


dengan cara: Diskriminator fasa, selain menyediakan tegangan atur juga
pulsa, frekuensinya setengah dari frekuensi horisontal (baris). Pulsa ini
mempengaruhi resonator. Resonator itu ditala pada frekuensi setengah
horisontal. Dengan sinyal keluaran, tingkat resonator dapat digunakan
untuk mengendalikan multivibrator dan untuk menyediakan pulsa
penyaklar untuk saklar PAL. Pada Gambar 6.110 digambarkan rangkaian
dasar diskriminator fasa. Pemisah burs melewati transformator diberikan
pada diskriminator fasa simetris. Transformator mengeluarkan dua
gelombang sinus 4,43MHz yang berlawanan terhadap potensial tengah,
atau 180°. Melalui kapasitor 1 nF sinyal tersebut diberikan pada dioda.
Dengan demikian sinyal-sinyal tersebut disearahkan dan kedua kapasitor
1 nF mengisi muatan dengan polaritas seperti pada Gambar 6.139. Titik
tengah dari kedua dioda adalah jalan masuk tegangan penyama dari
osilator pembawa referensi. Dengan demikian pada rangkaian jembatan
pengganti polaritas diagonal jembatan dari tegangan pengisian kedua
kapasitor dan tegangan dari kedua Resistor 47 KΩ adalah 0 Volt.
-10V
_
470kΩ
1nF
+
0V V pengatur
_
1nF 470kΩ
+
+10V

Gambar 6.139 Rangkaian pengganti jembatan dari


rangkaian diskriminator fasa

Pada gambardibawah ini ditampakkan perlakuan sinyal dalam sebuah


diskriminator fasa.
a
d
komponen DC
0V

e
b
0V

135 225 135

f
c

Gambar 6.140 Perlakuan sinyal dalam sebuah diskriminator fasa


Pada Gambar 6.140a dan 6.140b, ditampakkan sinyal burs yang berisi
10 - 12 gelombang dengan perubahan fasanya pada setiap garis
horisontal. Pada Gambar 6.140c ditampakkan penjumlahan posisi fasa
Televisi 819

dari sinyal referensi pembawa dan sinyal burs untuk didapatkan sinyal
koreksi. Jika osilator bergoyang lebih lambat dari burs, maka pada
keluaran diskriminator fasa akan mempunyai pulsa positif yang lebih
tinggi dibanding pulsa negatifnya dan tegangan itu digunakan untuk
mengontrol osilator.
Osilator Referensi
Untuk pendemodulasian penerima dengan fasa yang benar, diperlukan
persyaratan osilator sebagai berikut :
1. Osilator harus dapat ditala pada frekuensi semestinya.
2. Harus bebas harmonisa, sehingga tidak ada sinyal tambahan pada
keluaran demodulator sinkron.
3. Kopling antara kuarsa penggetar dan transistor osilator harus cukup
leluasa, dengan begitu perubahan dari parameter transistor
khususnya kapasitansi, tidak mempengaruhi frekuensi.
4. Osilator dapat bergetar bebas, dan mengendalikan demodulator
sinkron.
+24V

33K

BC 183

Q C1
150pF
10K
8,2K
Tegangan atur 560
dari diskrinator fasa CR C2
560pF

Gambar 6.141 Rangkaian osilator pembawa referensi


dengan kuarsa (Quarz)
Osilator pembawa referensi dengan transistor dioperasikan dalam
rangkaian kolektor untuk pengkopelan sefasa.. Osilator ini juga
dinamakan osilator CLAPP. Frekuensi resonansi ditentukan oleh kuarsa
yang disini beroperasi sebagai induktor, yang ditala bersama dengan
kapasitansi dioda kapasitor CR, C1 dan C2. Karena dituntut frekuensi
pembawa referensi sepasti mungkin maka komponen-komponen
reaktansi yang lain selain penentu frekuensi tidak boleh ikut
mempengaruhi.. Oleh sebab itu parameter C masukan dan CCB melalui
perubahan temperatur dan tegangannya mempunyai pengaruh
mendasar. Besar kapasitansi masukan Ce.
Televisi 820

Ic
Ce = (6.39)
Vr, β.2.π.fβ
Vr = tegangan temperatur
β = penguatan
fβ = frekuensi batas
Besar kapasitansi basis kolektor
1
CCB = (6.40)
VCB

Dari kesimpulan diatas dapat disimpulkan :


1. Diperlukan transistor silikon, karena pengaruh suhu terhadap arus
bocor kecil.
2. Diperlukan transitor yang perpenguatan ( β ) besar dan frekuensi
batas fβ yang tinggi, sehingga pengaruh dari perubahan arus kolektor
terhadap kapasitas masukan sangat kecil.
Jika temperatur transistor naik maka kapasitor masukan dan CCB akan
merubah besar frekuensi osilator, untuk itu diperlukan rangkaian
penetralisir untuk mengembalikan frekuensi pada besar frekuensi semula.
Untuk itu diperlukan CR variabel yang dapat mengkompensasi
perubahan CE dan CCB.
+24V

33K
27K

BC 237A

BC 237B

270pF
Tegangan atur
dari diskrinator fasa 12K

6,8K 560
4,7nF 390pF
BB102

Gambar 6.142 Rangkaian dioda kapasitor pararel dengan kapasitor beban


Pada Gambar 6.142 dioda kapasitor BB102 berfungsi untuk
mengembalikan kembali perubahan frekuensi osilator pada frekuensi
yang benar. Jika frekuensi osilator berubah, maka tegangan pengatur
yang dihasilkan oleh diskriminator fasa akan ikut berubah. Dengan
demikian besar kapasitansi dioda BB 102 akan ikut berubah sebanding
dengan perubahan tegangan pengatur.
Televisi 821

6.4.12 Pemati Warna (Color Killer)


Pemati warna dinamakan juga colour killer, digunakan untuk menutup
kanal warna, jika yang diterima adalah sinyal hitam putih atau sinyal desis
melebihi sinyal warna. Sinyal gambar Y diatas 3,5MHz akan dapat
sampai pada demodulator sinkron tanpa melewati pemblokiran penguat
sinyal macam warna , disana akan didemodulasi dan mengendalikan
tabung gambar dengan informasi warna yang tidak terdefinisi dan sangat
mengganggu gambar hitam putih. Karena sinyal burs hanya ada selama
pengiriman sinyal warna, maka ia dapat digunakan untuk mendeteksi ada
tidaknya warna.

Gambar 6.143 Rangkaian lengkap pemati warna


Tegangan keluaran dari diskriminator fasa diberikan pada basis transistor
pemati warna TR1, yang menyediakan tegangan depan basis transistor
penguat sinyal macam warna TR2. Pada penerimaan sinyal hitam putih
atau pada amplitudo burs sangat kecil, atau pada perbedaan fasa antara
burs dan gelombang pembawa referensi, diskriminator fasa memberikan
sinyal keluaran positif. Tegangan positif tersebut membuat TR1 menjadi
menghantar penuh. Keadaan ini menyebabkan basis TR2 melalui R4 dan
TR1 yang terhubung ke tanah berpolaritas 0V. TR2 dalam keadaan
menyumbat, dan tidak melakukan penguatan sinyal warna. Pada
pengiriman gambar dengan amplitudo burs yang besar, bebas dari desis
dan mempunyai hubungan fasa yang benar, diskriminator fasa
memberikan tegangan negatif. Tegangan negatif pada basis TR1
menyebabkan TR1 menyumbat. Basis TR2 melalui R2 dan R4 mendapat
tegangan depan yang besar. Dengan demikian TR2 bekerja memperkuat
Televisi 822

sinyal warna. Dioda (D) bersama R5 dan R6 membatasi tegangan basis


dari TR2.

6.4.13 Pengendalian Tabung Gambar Warna


Keluaran dari demodulator sinkron didapatkan pelemahan pada kedua
sinyal perbedaan warna.
V -Y V -Y
Vv = R dan Vu = B (6.41)
1,14 2,03
Ada tiga tugas dalam perbedaan tabung gambar warna yaitu:
− Dikeluarkan sinyal perbedaan warna hijau dari pencampuran kedua
sinyal perbedaan warna, yang disebut sebagai VG-Y

− Perbedaan sinyal VB-Y dan VR-Y dari pemancar yang berubah, harus
deikembalikan.
− Ketiga sinyal perbedaan warna bersama sinyal luminasi
mengendalikan tabung gambar sebagai VR, VG dan VB.

Mendapatkan kembali UG-Y


Untuk mendapatkan kembali UG-Y melalui penambahan dua sinyal
perbedaan warna UR-Y dan UB-Y.

VY = 0,299 VR + 0,587 VG + 0,114 VB (6.42)


sehingga
( 0,299 + 0,587 + 0,114 ) + VY = 0,299 VR + 0,587 VG + 0.114 VB

0,299 ( VR-VY ) + 0,587 ( VG - VY ) + 0,144 ( VB - VY )=0


didapatkan
VG - VY = - 0,51 ( VR - VY ) - 0,19 ( VB - VY )
atau :
- VG-Y = 0,51 VR-Y + 0,19 UB-Y
Atau dengan kata lain, jika kita menjumlahkan sinyal sebesar 51% dari
VR-Y dan 19% dari VB-Y akan didapatkan sinyal perbedaan warna hijau
VG-Y (Yang terbalik fasanya).
Televisi 823

(a) Prinsip rangkaian matrik

(b) Blok prinsip rangkaian matrik


Gambar 6.144 Skema rangkaian matrik dan blok diagram
Gambar 6.144a adalah prinsip rangkaian matrik untuk mendapatkan
kembali sinyal warna. TR1 dan TR3 bekerja dengan konfigurasi kolektor
bersama dengan penguatan kira-kira 1X untuk menghasilkan kembali
sinyal G - Y.Selain dari pada itu fasa sinyal yang diberikan ke TR2 juga
sama dari emitor TR1 sinyal B - Y. Kedua sinyal tersebut melalui R2 dan
R4 diberi kepada emitor TR2 dengan perbandingan yang tepat yaitu
51:19. Dengan sinyal-sinyal itu transistor TR2 bekerja dengan konfigurasi
basis bersama dan sinyal keluarannya adalah untuk TR1 dan TR3,
karena keluarannya terpasang dengan konfigurasi emitor bersama
sehingga sinyal keluarannya berbalikan fasa dengan sinyal masukannya
Televisi 824

yaitu -VR dan -VB. Pada Gambar 6.144b adalah matrik dengan keluaran
sinyal perbedaan warna. Pada setiap emitor dari TR1 sampai TR3 diberi
sinyal UY dari sinyal perbedaan warna Reduksi sinyal UY dari sinyal
perbedaan warna.
B-Y R - Y
Ditentukan bahwa U = dan V =
2,03 1,14
Sehingga : B - Y = 2,03 U
R - Y = 1,14 Y
B−Y 2,03 U
dan : = = 1,78
R− Y 1,12 V
Dengan ibegitu maka penguatan sinyal U harus 1,78 kali lebih besar dari
sinyal V.
Pada Gambar 6.144 ditampakkan bahwa perbedaan penguatan tersebut
terletak pada RE dari TR1 dan TR3.

Pengendalian Tabung gambar Berwarna


Ada dua macam pengendalian tabung gambar berwarna, yaitu
pengendalian dengan sinyal warna primer dan sinyal perbedaan warna .
Pengendalian tabung gambar warna dengan sinyal warna primer. ialah
pengendalian katoda tabung gambar dengan sinyal R, G, B yang
mempunyai perbandingan.
VR = 0,3·VY , VG = 0,59·VY , VB = 0,11·VY.

Gambar 6.145 Prinsip pengendalian tabung gambar warna


dengan warna primer.
Televisi
825

Gambar 6.146 Rangkaian lengkap pengendalian tabung gambar warna dengan tiga warna primer.
Televisi 826

Rangkuman
Untuk penerima televisi ditetapkan bahwa daerah VHF adalah pada
band-I (47MHz - 68MHz) dan band III (174MHz - 233MHz)), dan daerah
UHF adalah band-IV/V (470MHz - 854MHz). Tugas penala adalah
memilih salah satu dari frekuensi - frekuensi pada band dan merubahnya
menjadi frekuensi 38,9MHz untuk pembawa gambar dan 33,4MHz untuk
pembawa suara.
Fungsi penguat IF gambar adalah untuk enguatkan tegangan dari hasil
tingkat pencampur sampai pada batas yang dapat digunakan untuk
mengendalikan tingkat akhir video (sekitar 3-4V), sehingga diperlukan 3
sampai 4 tingkat penguat baik berupa transistor atau berupa IC dengan
penguatan kira-kira 6.000 kali, menghasilkan selektifitas yang diperlukan,
menguatkan tegangan pembawa suara yang frekuensinya 33,4MHz serta
mengendalikan tabung gambar pada kondisi yang sama pada kuat sinyal
yang berbeda dan untuk menyamakan goyangan kuat medan, untuk itu
penguatan penguat IF gambar harus dapat diatur.
Pendemodulasian sinyal gambar adalah untuk memisahkan sinyal
gambar dari sinyal pembawanya. Demodulasi sinyal gambar adalah
demodulator AM.
Pengaturan penguatan otomatis ( Automatic Gain Control / AGC )
mengontrol secara otomatis penguatan pada tingkat penala dan IF
gambar dari pesawat penerima televisi, sehingga didapatkan tingkatan
sinyal gambar yang relatip tetap pada keluaran demodulator gambar.
Bias AGC adalah tegangan DC yang didapatkan dari penyearah sinyal
gambar.
Penguat gambar memperkuat sinyal gambar dari demodulator dari
tegangan ≈ 3 Vpp menjadi ≈ 80 Vpp pada katoda tabung gambar untuk
mendapatkan kekontrasan gambar yang baik. Penguat gambar harus
menguatkan sinyal gambar dengan frekuensi 0 - 5MHz secara rata, untuk
itu umumnya penguat gambar dihubung langsung dari demodulator
gambar ke tabung gambar agar tidak merubah sinyal searah untuk
mendapatkan kecerahan yang benar.
Penguat macam warna adalah penguat resonansi yang melewatkan
frekuensi sub pembawa warna 4,43 ± 0,5MHz, dan bertugas menaikkan
tingkatan sinyal pembawa warna menjadi 100% dari 50% yang ditekan
pada penguat IF gambar. Penekanan sub pembawa warna sampai 50%
pada tingkat IF dengan maksud mencegah sinyal pembawa warna
sampai pada penguat Y.
Ada dua macam pengendalian tabung gambar berwarna, yaitu
pengendalian dengan sinyal warna primer dan sinyal perbedaan warna
Televisi 827

Tugas Mandiri
1. Jelaskan fungsi umum penala penerima televisi !
2. Jelaskan prinsip kerja rangkaian pelindung tegangan lebih
3. Sebutkan sifat-sifat dasar yang harus dimiliki oleh penguat IF
gambar
4. Jelaskan fungsi dari demodulator gambar
5. Jelaskan fungsi rangkaian pengaturan penguatan otomatis
(AGC) !
6. Jelaskan fungsi dari penguat gambar ( video )
7. Pada penerima pembawa suara terpisah , suara dimodulasi
secara ...
8. Apa keuntungan penerima pembawa suara tercampur ?
9. Apa kerugian pembawa suara terpisah palsu ?
10. Bagaimana pembawa suara terpisah palsu memproses sinyal
suara dan gambar ?
11. Jelaskan fungsi dari penguat macam warna !
12. Jelaskan fungsi dari pengkode PAL !
13. Jelaskan apa fungsi pensaklar PAL dalam rangkaian penerima
televisi warna !
14. Apakah kegunaan sinyal burs pada penerima televisi ?
Jelaskan !
15. Sebutkan tugas rangkaian pengendalian tabung gambar
warna !
16. Jelaskan prinsip mendapatkan kembali sinyal UG-Y!
17. Jelaskan ciri khusus dari layar depan tabung gambar warna
dengan kedok berlubang !
18. Sebutkan keuntungan dari tabung warna dengan kedok celah-
celah ?
19. Jika gambar pada televisi hanya berbentuk garis terang
horisontal perkirakan pada bagian mana terjadi gangguan !
20. Sebutkan fungsi rangkaian tingkat akhir horisontal ?
Televisi 825

Gambar 6.146 adalah rangkaian lengkap pengemudi tabung gambar


warna lengkap dengan rangkaian matrik dan tingkat akhir. Matrik
mendapatkan sinyal Vu dan Vv dari demodulator sinkron dan sinyal
luminansi VY. Pada keluaran matrik didapatkan sinyal VR, VG, VB ,
transistor TR1 terpasang dengan konfigurasi basis terbumi terhadap
sinyal VY, yang besarnya sinyal masukan ditentukan oleh pembagi
tegangan R1 dan R2. Titik kerja dari TR1 ditentukan oleh pembagi
tegangan R3, R4 dan R5. Arus basis TR1 digunakan mengontrol titik kerja
TR3 dan sekaligus mengontrol besar tegangan katoda tabung gambar
pada harga yang tetap. TR2 dan TR3 adalah rangkaian penguat tingkat
akhir, dimana TR2 disebut sebagai transistor pengemudi. Cara kedua
pengendalian tabung gambar warna adalah dengan sinyal perbedaan
warna.
Tingkat akhir Tabung gambar
gambar warna
VY -V Y
Y

Tingkat akhir
V B-Y V B-Y
B- Y
VU

V G-Y V G-Y
Matrik G-Y

VV
V R-Y
R-Y
V R-Y

Gambar 6.147 Blok diagram pengendalian tabung gambar warna dengan sinyal
perbedaan warna.
Pada pengendalian tabung gambar warna dengan sinyal perbedaan
warna, sinyal warna primer didapatkan didalam tabung gambar dengan
mencampurkan dua sinyal perbedaan warna dan sinyal luminansi
langsung pada tabung gambar.Rangkaian Gambar 6.147 terdiri atas
rangkaian matrik, tingkat akhir dan rangkaian clamper (penjepit).
Keluaran dari matrik adalah sinyal perbedaan warna diperkuat oleh
rangkaian tingkat akhir.Rangkaian lengkap dapat dilihat pada Gambar
6.148, transistor TR1 dan TR2 berfungsi sebagai penyesuai impendansi
antara tingkat demodulator sinkron yang berimpedansi tinggi dan tingkat
akhir yang berimpedansi rendah. Rangkaian R - C pada emitor tingkat
akhir berfungsi untuk mengkoreksi daerah frekuensi. Dengan C 0,1 µF
dan R 1kΩ dihubungkan sinyal perbedaan warna ke silinder Wehnelt.
Sinyal perbedaan warna tidak bisa langsung dihubungkan ke silinder
Wehnelt karena potensial silinder Wehnelt lebih negatif. Untuk itu dengan
C 0,1µF tegangan DC positif dapat dihalangi dan rangkaian penjepit
Televisi 826

bertugas membangkitkan kembali komponen DC sinyal warna dengan


level sesuai dengan Silinder Wehnelt.

Gambar 6.148 Rangkaian lengkap pengendalian tabung gambar warna dengan


sinyal perbedaan warna.
A B
C1
Ke silinder wehnelt
+ -
+

R1
R3
R2
R4
0v

C2 R5

Gambar 6.149 Rangkaian penjepit pada tingkat akhir


Dari Gambar 6.149, C2 mendapatkan sinyal arah balik horisontal. Pada
saat ada pulsa arah balik horisontal, karena dioda menjadi lebih negatif
dan C1 mengisi muatan dengan begitu titik A menjadi lebih positif
dibanding titik B. Pada saat pulsa arah balik kembali nol, Kapasitor tidak
bisa membuang muatan karena dioda tersumbat. Dengan demikian titik A
dijaga pada harga tegangan tertentu. Sinyal warna bergerak pada harga
tegangan titik B. R4 berfungsi menetapkan besar tingkat tegangan DC.
R1, berfungsi untuk menjaga agar titik B tidak terlalu negatip terhadap titik
A. Cara ini mempunyai kerugian, bahwa titik nol referensi dari sinyal
gambar bergerak tergantung isi sinyal gambar tersebut. Hal itu dapat
Televisi 827

dikurangi dengan menyempurnakan rangkaian penjepit seperti Gambar


6.150.

CK
CK
A

Ri Rd1 Rd2
D2
D1
VT VT RiT
R1 R2 RiT

C1 C2
V video
R1 R2
C1 C2

- Vgt

V
Gambar 6.150 Rangkaian penjepit jembatan dan rangkaian persamaannya.

Pada Gambar 6.150, saat ada pulsa balik horisontal, D1 dan D2 dalam
keadaan menghantar. Kapasitor C mengisi muatan melalui D2 sebesar V
kolektor dan Ureferensi. Tegangan jatuh di silinder Wehnelt akan sebesar
Vreferensi . Jika tegangan pada titik A naik maka pengisian kapasitor akan
terjadi lagi melalui D2. Tetapi jika tegangan A turun akan terjadi
penggosongan melalui D1. Dengan begitu tegangan pada silinder
Wehnelt akan dijaga tetap.

6.4.14 Tabung Gambar Hitam Putih


Tabung gambar berfungsi untuk merubah sinyal listrik menjadi sinyal
optik gambar.

Pemanas G2 +400V Anoda


Katoda
+60 - 120V
Layar gambar
Silinder W ehnelt Anoda 16KV

Gambar 6.151 Gambar konstruksi tabung gambar hitam putih


Secara prinsip tabung gambar adalah sebuah tabung trioda, karena ada
3 buah elektroda yaitu Katoda (K), Kisi Kemudi (G) dan Anoda (A).
Televisi 828

70V
+ -

Elektron
Pemanas
G
K
A
- +
16KV

Gambar 6.152 Dasar tabung gambar

Pengaturan Intensitas
Anoda diberi potensial sangat positip terhadap katoda. Katoda dipanasi
oleh kawat pemanas (heater) sehingga katodapun memancarkan
elektron-elektron. Elektron-elektron ini ditarik oleh anoda (seperti halnya
dalam tabung elektron biasa), karena anoda berpotensial sangat positip
terhadap katoda, maka elektron menuju ke anoda dengan energi yang
tinggi dan membentur layar tabung. Pada layar tabung gambar sudah
dilengkapi serbuk alumunium (selubung metal) yang terhubung langsung
dengan anoda sehingga mempunyai tegangan yang sama dengan anoda
dan layar juga diberi lapisan Phospor yang apabila terkena benturan
elektron-elektron dapat berpendar.
Pendaran-pendaran itu akan semakin terang apabila :
a) Jumlah elektron yang menumbuk anoda semakin besar.
b) Energi elektron menumbuk anoda semakin besar.
Jumlah elektron yang menuju anoda ditentukan oleh potensial G. Jika
potensial G negatip terhadap K maka elektron dari K dihadang oleh G
karena bermuatan sama.
Sehingga: semakin negatip potensial G terhadap K , akan semakin
sedikit elektron yang dilewatkan menuju A.

Gambar 6.153 Hubungan potensial G - K terhadap sinar pada layar


Televisi 829

Dalam pengoperasiannya tegangan negatip pada G didapatkan dari


sinyal gambar.

Gambar 6.154 Karateristik G - K pada tabung gambar tipe A61 - 120W


Dalam kenyataannya kemudi G berbentuk silinder yang melingkupi
katoda, dan berlubang kecil tepat ditengah-tengah tutupnya dan
dinamakan Silinder Wehnelt.
Susunan dan bentuk elektroda K dan G menyebabkan elektron-elektron
seakan-akan tertembak dengan kekuatan yang besar keluar dari
elektron-elektron tersebut.

Pemfokusan
Yang dimaksud dengan pemfokusan berkas elektron adalah
mengontraskan bintik cahaya yang lebar dan redup menjadi satu titik
kecil, tajam dan cerah (intensif). Pemfokusan pada tabung gambar ini
memanfaatkan medan listrik.

Elektron
G

F1 F2

Gambar 6.155 Prinsip pemfokusan


Elektroda F1 dan F2 berpotensial positip terhadap katoda tetapi potensial
F2 lebih tinggi dari potensial F1. Sehingga timbul medan listrik seperti
pada Gambar 6.155. Elektron dari senapan akan memasuki medan listrik
dan dibelokkan memusat. Elektron tidak tertarik lagi ke atas karena laju
elektron oleh tarikan anoda semakin cepat. Titik dimana elektron-elektron
bertemu ditetapkan oleh:
Televisi 830

a) Kecepatan elektron-elektron
b) Kuat medan antara F1 dan F2
Susunan F1 dan F2 dinamai lensa elektro statik.
7

Katoda G G G G4 G
1 2 3 5
0V -40V +400V +16KV 0...400V +16KV

Gambar 6.156 Sistim fokus yang modern


K (katoda), G1 (Silinder Wehnelt), G2 (elektroda pacu) mengumpulkan
elektron elektron pada titik A. Ketiga elektroda tersebut membentuk
katoda kedua.

Layar Depan
Layar phospor

Layar kaca kelabu

Metal tembus
cahaya

Gambar 6.157 Potongan Layar


Layar pada tabung gambar terdiri dari selubung metal, layar phospor dan
kaca. Selubung metal berguna untuk melindungi layar phospor dari
tumbukan elektron dan memantulkan sinar ke depan. Selubung metal
dihubungkan dengan anoda, maka tegangan anoda seluruhnya
dikenalkan pada layar phospor.

Gambar 6.158 Pemberian pelindung metal pada tabung gambar


Televisi 831

Pembelokan
Pembelokan dilakukan dengan menempatkan kumparan pembelok yang
dapat membangkitkan medan magnet. Ada dua macam bentuk lilitan
pembelok, yaitu lilitan Pelana dan lilitan Toroida.

Pelana

Toroida
Gambar 6.159 Lilitan pelana dan toroida
Lilitan pelana langsung dililitkan pada leher tabung gambar, sedangkan
lilitan toroida dililitkan pada inti berbentuk cincin dan diselubungkan pada
leher tabung gambar.

Toroida

Leher
tabung

Pelana

pembelokan

Gambar 6.160 Peletakan lilitan pelana dan toroida

Pengenalan tipe tabung gambar


Tipe tabung gambar dapat menentukan identitas dan spesifikasi
umumnya :
Misal : A 66 - 120 X
A : tabung gambar televisi
66 : diagonal layar dalam centimeter
120 : tipe, nomor seri
X : warna layar
Televisi 832

Pada tabung gambar paling kuno, sudut pembelokannya adalah 70° dan
diperbaiki menjadi 90°. Tabung gambar paling baru mempunyai sudut
pembelokan sampai 110°.
577
482,5

353

Diagonal

70
90
110

Pembelokan terbesar

Gambar 6.161 Contoh dimensi fisik tabung gambar


6.4.15 Tabung Gambar Warna Dengan Kedok berlubang
Dasar Tabung Gambar Warna Dengan Kedok berlubang
Hal yang paling penting dan paling akhir dari televisi adalah tabung
gambar yang akan menghasilkan kembali informasi gambar seperti yang
dikirim dari pemancar.

Gambar 6.162 Konstruksi tabung gambar warna tipe kedok berlubang


(telefunken A 63 - 11X).
Televisi 833

Tabung gambar warna mempunyai tiga sistem pembangkit pada silinder


tabung. Setiap sistem berfungsi sama seperti tabung hitam putih. Setiap
sistem sinar tersebut satu sama lain membentuk sudut 120°, dan
diletakkan 1,5° dari sumbu tabung gambar. Setiap sistem dilengkapi
dengan katoda dan pemanasnya, elektroda pengemudi (G1) (silinder
wehnelt), pemacu (G2), pemokus (G3) dan anoda bersama dengan
pelindung aluminiumnya, kedok berlubang dan lapisan hitam didalam.
Selain itu setiap sistem juga dilengkapi dengan pengontrol konvergensi
dinamis.
Kedok Anoda
+25KV

Merah
Layar Hijau Katoda
Biru

g1
g2 0+ - 150V
300V
Fokus
+4,5KV

Gambar 6.163 Gambar rangkaian dari tabung gambar


Setiap sistem antara katoda dan silinder wehnelt dikemudikan oleh sinyal

Gambar 6.164 Konstruksi layar kedok berlubang


warna R.G.B, dengan cara ini kecerahan dapat dirubah. Dan setiap
tabung gambar tersebut dilengkapi dengan cincin magnet untuk
mengatur kemurnian warna, sepatu kutup untuk mengatur konvergensi,
dan medan magnet untuk pembelokan
Televisi 834

Dengan mekanisme diskriminasi warna, kedok berlubang yang dibuat


dari pelat baja tebal 0,15 mm yang mempunyai lubang-lubang bundar,
berkas elektron yang ditembakkan dari berkas penembak elektron merah
mengenai hanya pada titik-titik phosphor merah, dari penembak elektron
hijau mengenai titik-titik phosphor hijau, dan penembak elektron biru
mengenai titik-titk phosphor biru. Diameter titik-titik phosphor pada layar
adalah 0,3 - 0,4 mm; dan setiap warna mempunyai titik-titik phosphor ±
400.000 buah sehingga jumlah total titik-titik ± 1,2 juta. Pada lapisan
phosphor dilapisi dengan aluminium tipis yang diuapkan sehingga
menghalangi refleksi cahaya ke belakang. Masing-masing pancaran
elektron warna biru, hijau, dan merah harus mengenai titik-titik phosphor
warna biru, hijau dan merah. Karena jarak antara titik-titik tadi mempunyai
sudut yang kecil terhadap pandangan mata maka titik-titik warna tersebut
tampak tercampur. Perbandingan 30 % merah, 59% hijau dan 11% biru
akan mengakibatkan warna putih. Daya guna dari tabung gambar kedok
berlubang lebih kecil dari pada tabung gambar hitam putih. Sekitar 80%
dari arus sinar mengenai kedoknya dan hanya 20% dari arus sinar yang
langsung mengenai layar Harga rata-rata arus sinar lebih kurang 0,5 mA
pada setiap sistem sehingga arus totalnya 3 x 0,5 mA = 1,5 mA. Arus
sinar yang mengenai kedok 80%. x 1,5 mA = 1,2 mA. Jika tegangan
anoda 25kV , maka daya yang mengena kedok adalah :
P = 1,2 mA x 25 KV = 30W
Karena itu akan timbul panas pada permukaan kedok, panas tersebut
akan menggeser lubang kedok terhadap letak titik-titik nyalanya. Untuk itu
diperlukan campuran metal yang tahan panas dan selain dari pada itu
perambatan panas dicegah dengan pencegah bimetal.
Keseimbangan Putih
Dengan pencampuran setiap warna primer dengan komposisi yang benar
akan didapatkan gambar putih atau kelabu, atau dengan kata lain
didapatkan gambar hitam putih. Gambar putih didapatkan dari arus sinar
yang sama dan menghasilkan arus anoda yang sama. Arus anoda yang
sama seharusnya dihasilkan oleh pengendalian tegangan G1 yang sama.
Tetapi dalam pembuatan dan pemasangan sistem tiap sinar tidak
mungkin didapatkan karateristik yang sama dari masing-masing sistem
dalam satu silinder Sehingga menghasilkan kesalahan warna. Contoh :
Pada VG1 - 50 V didapatkan arus anoda 0,6 mA pada sistim biru dan
hijau, tetapi hanya 0,3 mA pada sistim merah.
Televisi 835
Arus sinar
R/G/B

u
ja
V G2 = 300V 0,6mA

hi
n
da
ah
er
0,3mA

m
em

ru
st

bi
Si

em
st
Si
V G1
-50 V

Gambar 6.165 Perbedaan arus anoda karena ketidaksamaan kemampuan dari


tiap sistem sinar dalam satu silinder
Dari gambar lima akan dapat dilihat bahwa karateristik Ia - VG1 dapat
dirubah dengan merubah besarnya VG2. Dengan demikian karateristik
Ia - VG1 dari masing-masing sistem dapat disamakan dengan mengatur
UG2 Pengaturan keseimbangan putih dengan cara ini disebut juga
dengan penyama dinamis.

Gambar 6.166 Pengaturan karateristik Ia - VG1 dengan mengatur VG2


Pada karateristik Ia - UG1 yang telah dikontrol masih didapatkan
perbedaan daerah halang pada Ia rendah, atau pada daerah kelabu
sampai pada hitam terdapat kesalahan warna yang menunjukkan bahwa
pada penerimaan hitam putih, didaerah tersebut warna tampak sedikit
cyan. Jika VG2 tidak akan diatur lagi maka dapat diatur VG1 untuk
mendapatkan harga arus sinar yang sama dari ketiga sistem. UG1 dari
sistem biru dan hijau dapat dinaikan untuk mendapatkan Ia yang sama
dengan merah atau juga VG1 dari sistem merah dan biru dapat
diturunkan, agar mendapatkan Ia yang sama dengan hijau. Dengan
demikian hanya diperlukan dua pengatur untuk mengoreksi warna
Televisi 836

kelabu. Pada umumnya pengaturan UG1 tersebut dengan mengatur


penguatan burs akhir warna biru dan hijau.
Catatan : Jika warna condong kuning, warna biru tidak ada
Jika warna condong ungu, warna hijau tidak ada
Jika warna condong cyan, warna merah tidak ada

Gambar 6.167 Prinsip rangkaian penyeimbangan putih dengan pengendalian


sinyal perbedaan warna
Kemurnian Warna
Kemurnian warna adalah penampakan gambar dari tabung gambar yang
sesuai dengan warna aslinya. Kemurnian warna akan terjadi jika sinyal-
sinyal warna dapat mengendalikan titik-titik nyata phosphor pada warna
yang tepat. Ketidak murnian warna bisa terjadi karena pemasangan
sistem penembak yang miring atau kesalahan pengontrol magnet
kemurnian. Pengaturan kemurnian dapat dilakukan dengan merubah
letak magnet kemurnian. Dengan perubahan itu aliran elektron akan bisa
tergeser maksimal 0,2 mm sebelum memasuki medan membelok.

Gambar 6.168 Kesalahan letak sinar merah mengakibatkan ketidakmurnian


Televisi 837

Gambar 6.169 Letak magnet kemurnian warna dan medan magnet yang
dibangkitkan

Titik nyala
yang ditumbuk elektron

Titik nyala

Gambar 6.170 Tiga titik warna dibawah mikroskop


Untuk mengatur kemurnian warna, harus diikuti langkah berikut :
1. Peralatan harus dipanaskan ± 30 menit, dengan begitu kedok bekerja
dalam panas yang tepat
2. Kontras diatur ke kiri penuh (minimum), sedangkan pengatur
kecerahan ke kanan penuh (maksimum).
3. Tegangan G2 untuk warna hijau dan biru diputar minimum atau
dengan saklar servis, raster merah.
4. Kumparan pembelok digeser maju-mundur sampai didapatkan
permukaan merah yang rata dilayar.
5. Penyamaan kemurnian ditengah-tengah layar dilakukan dengan
mengatur dua cicin magnet. Memutar kedua cincin berlawanan arah
adalah mengatur besar medan magnet total dari kedua cincin,
sehingga mengatur jarak penyimpangan sinar-sinar elektron.Memutar
kedua cincin bersama-sama akan mengatur arah pembelokan sinar-
sinar elektron.Magnet kemurnian warna memungkinkan pengaturan
bidang merah ditengah layar menjadi lebih besar.
6. Pengaturan kemurnian warna dipinggir layar dengan jalan mengatur
maju mundurnya kumparan pembelok sampai didapat permukaan
warna merah yang merata diseluruh permukaan layar.
7. Dengan cara yang sama juga dengan kaca pembesar diamati warna
hijau dan biru.
8. Semua pengikat dikencangkan kembali.
Televisi 838

Demagnetisasi
Tabung gambar berwarna bekerja didalam medan magnet, maka tidak
diperbolehkan bekerja didalam medan magnet selain medan magnet
yang ditentukan dalam tabung gambar. Misalnya : loudspeaker, Motor
dan lain-lain. Hal tersebut akan mengakibatkan kesalahan warna. Selain
itu medan magnet bumi juga dapat memagnetisasi kedok dan
membelokkan elektron pada jalan yang salah. Sehingga diperlukan
pendemagnetisasi yang dilakukan dengan memasang kumparan
demagnetisasi dekat layar gambar.
ke penyearah

U~ =220V PTC VDR

Kumparan demagnetisasi
Rp
560

Gambar 6.171 Rangkaian demagnetisasi


Untuk pendemagnetisasian diperlukan kumparan dengan sumber arus
bolak balik. Sesaat setelah saklar dihubungkan resistor PTC masih kecil
( ≈ 50Ω ) karena PTC masih dingin. Tegangan jatuh pada VDR ( ≈ 22Ω )
dan kumparan ( ≈ 32Ω ) akan maximum. Akan timbul medan magnet
yang garisnya berbolak balik 50 Hz. Arus yang mengalir menjadi :
220V.2
I = ≈ 3A
50Ω + 22Ω + 32Ω
Setelah dua atau tiga detik kemudian PTC menjadi panas dan
resistansinya membesar resistansi VDR juga membesar sehingga arus
yang tinggal hanya ≈ 10% dari arus awal dan akhirnya medan magnet
mengecil menjadi nol

Gambar 6.172 Arus demagnetisasi


Televisi 839

6.4.16 Tabung Gambar dengan Kedok Bercelah


Konstruksi
Jenis lain dari tabung gambar warna dengan kedok adalah tabung
gambar dengan kedok celah-celah. Salah satu jenisnya yang dinamakan
sistem 20 AX digunakan sebagai standar untuk diagonal-diagonal 66 cm,
56 cm, dan 47 cm dengan sudut pembelokkan 110°. Lubang-lubang pada
kedok tabung ini tidak bulat-bulat tetapi membentuk seperti celah
segiempat memanjang.

Gambar 6.173 Perbedaan Konstruksi dari tabung kedok celah-celah dan


kedok berlubang
Perubahan kedua dari tabung gambar kedok celah-celah adalah
penempatan elektron penembak. Elektron penembak tidak ditempatkan
membentuk segitiga tetapi diletakkan dalam satu garis lurus.
Karena itu pula tabung gambar ini disebut juga tabung gambar “ In Line “
(segaris). Pada akhirnya penempatan penembak elektron seperti ini
menyebabkan tabung gambar tidak memerlukan lagi konvergensi
dinamis.

Gambar 6.174 Peletakan elektron penembak pada tabung gambar kedok


celah-celah
Televisi 840

Prinsip pengkonvergensian
Pada sistim penembak elektron delta sangat diperlukan pembenaran
konvergensi dinamis. Tiap titik akan terpusat (terfokus) didalam tabung,
tidak terpusat pada layar, dikarenakan layar yang hampir-hampir datar
dan karakteristik dari kumparan pembelok.

R G B

h
h
V

V R RGB
G

Gambar 6.175 Cacat gambar yang dihasilkan oleh tabung gambar kedok
berlubang dan tabung gambar kedok celah-celah
Dari Gambar 6.175 tampak bahwa tabung dengan penembak delta
menghasilkan cacat gambar. Berkas -berkas sinar hanya terpusat pada
tengah-tengah layar dan makin tidak terpusat jika makin jauh dari tengah
layar.Untuk mendapatkan berkas-berkas sinar yang terpusat diseluruh
permukaan layar dibutuhkan pengkoreksian defleksi sendiri untuk setiap
berkas. Pengkoreksian berubah-ubah tergantung pada arah dan jarak
pembelokkan dari pusat. Untuk tabung dengan sudut 110° dibuat kira-kira
18 pengaturan. Cara ini jelas akan memerlukan waktu panjang. ika ketiga
penembak elektron diletakkan berjajar dalam suatu garis seperti dengan
tabung : ”IN LINE” berkas-berkas sinar akan terpusat walaupun layar
datar dan karateristik dari kumparan pembelok tidak optimal.Pada
gambar 6.175 ditampakkan juga bahwa ketiga berkas-berkas sejajar tidak
mempunyai lagi kesalahan vertikal, dan karena itu kefokusan berada
dalam satu garis. Sekarang medan magnet pembelok horisontal
dirancang bahwa berkas-berkas terfokus diseluruh layar. Hanya
pembelokkan vertikal yang masih tetap akan menghasilkan efek bantal
yang harus dihilangkan.
Keuntungan dari sistem 20 AX
Keuntungan dari sistim kedok celah-celah bukan hanya terletak pada
pengkonvergensian sendiri , tetapi juga pada kemurnian warnanya dan
pemilihan warna karena sistem berkasnya jatuh pada satu garis.
Pemakaian garis-garis vertikal dari phosphor dan celah-celahnya banyak
Televisi 841

sekali membuat sistem ini menjadi lebih sederhana, karena kemurnian


warna masih terjaga walaupun berkas jatuh pada tempat yang salah,
karena tetap dalam arah vertikal. Untuk mengoperasikan sistem 20 AX
hanya diperlukan satu pembelok dan pengaturan statis. Konvergensi
dinamis tidak diperlukan lagi. Konvergensi dinamis radial dan skala biru
bisa dihilangkan karena kejadian cacat gambar tidak ada pada sistem ini.

6.4.17 Penggeser Amlpitudo


Rangkaian penggeser amplitudo terdiri dari :
− Pemisah pulsa.
− Pemisah pembentuk gelombang.
Jenis-jenis pulsa yang akan dipisahkan oleh penggeser amplitudo
adalah : Pulsa Horisontal, Vertikal, Sinkronasi (penyama).
Sinyal sinkronisasi adalah bagian dari sinyal gambar campuran yang
terletak pada 25% puncak dari amplitudo sinyal. Termasuk diantaranya
adalah pulsa horisontal, vertikal dan penyama. Itu semua dipotong dari
sinyal gambar oleh rangkaian penggeser amplitudo.

Tugas penggeser amplitudo


a. Memisahkan pulsa sinkronisasi dari sinyal gambar sehingga setelah
sampai pada pembelok tidak ada lagi sinyal gambar yang dapat
membuat salah penyinkronan.
b. Menghasilkan pulsa sinkronisasi dengan amplitudo konstan pada kuat
penerimaan kecil dan besar.
c. Memisahkan satu sama lain pulsa penyinkronan vertikal dan
horisontal.
d. Menghilangkan gangguan yang bisa mengakibatkan kesalahan
penyinkronan.

Pemisah pulsa
Pemisah pulsa bertugas untuk memisahkan pulsa sinkronisasi dari sinyal
gambar.Pada Gambar 6.176 ditunjukkan prinsip pemisah pulsa.
Kapasitor C menghubungkan sinyal gambar dengan polaritas positip
mengakibatkan penaikkan tegangan basis transistor. Arus basis mengalir
dan mengosongkan C1 dengan polaritas seperti Gambar 6.176. Muatan
C melalui R 47K tidak dapat mengalir dengan cepat dan menggeser
tegangan bias basis sehingga titik kerja transistor bergerak kearah titik
balik. Tegangan bias terus turun sehingga titik pengendaliannya terletak
pada daerah pulsa sinkronisasi.
Televisi 842
+12V

1M 3,9K

Dar i penguat C
gambar +
BC 238
Ua
47 F R
U FBAS Ust 47K

U Ua
FBAS UST 12V

0V 0V 0V
t t t
Tr Tr
mengalir menyumbat

Gambar 6.176 Prinsip rangkaian pemisah pulsa


Tahanan kolektor 3,9 kΩ membatasi arus kolektor sehingga hanya dapat
mencapai harga tertinggi yang tertentu. Dengan begitu kurva statis harus
ditekuk pada harga arus kolektor tertentu dan ini adalah kurva dinamis.
Dan pulsa sinkron dipegang pada amplitudo konstan. Sehingga pulsa
gangguan yang terletak pada daerah sinkron dapat dihilangkan.
kar akter istik
statis
Ic Dinamis Ic

AP
0V 0,5V UBE t

Gambar 6.177 Kurva pengendalian transistor sebagai pemisah pulsa


Derau dalam sinkronisasi
Bila derau masuk pada gelombang TV (misal : interferensi. pengapian
(ignition) mobil, derau motor listrik dll) besarnya melebihi pulsa
sinkronisasi, maka pesawat penerima TV akan salah dalam
mengidentifikasi sinyal sinkronisasi. Sehingga pensinkronisasian bisa
menjadi salah. Untuk itu perlu dibuat piranti pembuang derau.
Televisi 843

Gambar 6.178 Hilangnya sinyal sinkronisasi karena sinyal gangguan


Konstanta waktu RC dari Gambar 6.178 harus cukup besar, untuk
menjaga tingkat pemotongan yang tetap. Tetapi konstanta waktu ini,
menjadi terlalu besar bagi bias untuk mengikuti perubahan amplitudo
yang diproduksi oleh pulsa derau. Untuk menekan akibat dari frekuensi
tinggi pulsa derau, diperlukan rangkaian RC dengan konstanta waktu
kecil.

Gambar 6.179 Prinsip rangkaian pemisah pulsa dengan double konstanta waktu
R2 dan C2 pada Gambar 6.179 mempunyai konstanta waktu yang kecil
untuk mengikuti perubahan pulsa derau yang cepat. Sehingga hampir
semua tegangan pulsa derau terletak pada C2, dan C2 mengosongkan
dengan cepat melewati R2 sehingga hasil sinyal bias oleh R1, C1 tetap
tergantung pada pulsa sinkronisasi. Pemisah pulsa dengan double
konstanta waktu dapat membuang amplitudo pulsa derau besar yang
merupakan pulsa gangguan dengan cara mematikan rangkaian pulsa.
Rangkaian tersebut dinamakan pensaklar derau atau noise switch.
Televisi 844

Gambar 6.180 Rangkaian pemisah pulsa dengan noise switch

Gambar 6.181 Fungsi pembuang gangguan-gangguan dalam pulsa sinkronisasi


Pemisah bentuk gelombang
Pemisah bentuk gelombang memisahkan pulsa sinkronisasi vertikal dan
horisontal. Pemisahan ini dengan rangkaian integrator dan differensiator.

Gambar 6.182 Rangkaian pemisah bentuk gelombang


Televisi 845

Setengah Gambar Per tama


Z Z Z Z Z Z Z Z Z Z

Z Z Z Z Z Z Setengah Gambar Kedua Z


Z Z Z

Setengah
Setengah
Gambar 2
Gambar 1

Gambar 6.183 Bentuk gelombang pemisahan pulsa sinkronisasi

Gambar 6.184 Contoh rangkaian lengkap penggeser amplitudo


Televisi 846

6.4.18 Pembangkit Tegangan Penyapu


Umum
Pembangkit tegangan penyapu adalah bagian dari rangkaian pembelok.
Diagram blok dari rangkaian pembelok adalah sebagai berikut :

Gambar 6.185 Diagram blok rangkaian pembelok


Rangkaian pembangkit tegangan penyapu ( osilator pembelok )
mempunyai sifat :
a. Bergetar bebas
b. Bergerak sinkron dengan pulsa sinkronisasi
c. Menyediakan sinyal pengendali tingkat akhir sesuai dengan yang
ditentukan.
Osilator Sumbatan
Osilator sumbatan adalah osilator dengan umpan balik menggunakan
transformator.

Gambar 6.186 Prinsip rangkaian osilator sumbatan


Prinsip Kerja Osilator Sumbatan
Melalui pembagi tegangan R1, R2 transistor mendapatkan tegangan bias
yang begitu besar setelah penghidupan sumber daya langsung mengalir
arus kolektor melelui transistor. Arus ini pada lilitan N1 membangkitkan
sebuah tegangan jatuh dengan polaritas yang tergambar. Melalui
pengukuran lilitan transformator yang berbalikan, tegangan bias basis
naik dan mengisi kapasitor C. Arus kolektor IC akan menurunkan VC-E
sampai jenuh. Dengan pengisian C, VB-E turun dan IC juga turun . Pada
Televisi 847

saat VC = VN2, transformator ( N2 ) dalam keadaan setimbang ( tidak ada


kejadian saling induksi ) basis mendapat bias balik yang mengakibatkan
tranhsistor tersumbat. Kapasitor C membuang muatan melewati R2
dengan waktu dari t2 sampai t3 l (lihat Gambar 6.187 ). Setalah muatan C
nol, basis kembali mendapat bias awal dari R1 dan R2. Dengan itu C dan
R2 menentukan frekuensi osilator. Fungsi dioda adalah untuk
menghubung singkat ( clipper ) tegangan induksi N2 yang membias balik
kolektor - emitor.

Gambar 6.187 Bentuk pulsa pada osilator sumbatan


Keterangan :
t1 = saat transistor jenuh
t1 - t2 = saat pengisian muatan C
t2 = saat tidak ada lagi induksi pada N1 N2 , saat transistor menyumbat
t2 - t3 = C mengosongkan muatan melalui R2

Gambar 6.188 Jalannya pengisian dan pengosongan kapasitor C


Televisi 848

Pembentukan pulsa
Pembelokan pada tabung gambar dikendalaikan oleh pulsa gigi gergaji.
Maka osilator sumbatan harus menghasilkan pulsa gigi gergaji untuk
pembelokan.

Gambar 6.189 Osilator sumbatan dengan pembentuk pulsa


Pembentukan pulsa dilakukan dengan memasang rangkaian RC pada
keluaran osilator ( Gambar 6.189 ). Jika transistor menyumbat, C2
mengisi muatan melalui R3 dan R4. Pada saat transistor menghubung, C2
membuang muatan melalui resistansi kolektor emitor dari transistor.
Dengan cara tersebut didapatkan bentuk tegangan gigi gergaji pada C2.
Dengan mengatur R3 maka akan merubah konstanta waktu R3, R4 - C2
dan menentukan bentuk gelombang gigi gergaji sekaligus menentukan
besar tegangan pulsa.
Multivibrator A-Stabil
Multivibrator A-Stabil adalah dua buah penguat yang saling mengumpan
balik. Setiap penguat dikendalikan oleh penguat yang lain.
Prinsip Kerja

Gambar 6.190 Rangkaian multivibrator a-stabil


TR1 dan TR2 adalah transistor dengan tipe yang sama. Pada TR2
menghubung C1 terisi dengan polaritas terbalik - VB dan transistor TR1
menyumbat. Segera C1 mengosongkan muatannya melalui R2 atau
mengisi kearah + VB. Pada saat C1 melewati nol TR1 hidup dan C2 terisi -
VB. , TR2 menjadi menyumbat. Segera C2 mengosongkan muatannya
Televisi 849

melalui R3 sampai melewati titik nol dan seterusnya. Keadaan ini terjadi
terus menerus ditentukan oleh konstanta waktu R2 - C1 atau C2-R3.

Gambar 6.191 Bentuk pulsa pada multivibrator a-stabil


Pembentuk Pulsa
Pulsa keluaran dari multivibrator A-Stabil adalah berbentuk pulsa kotak,
untuk itu harus dibentuk menjadi pulsa gigi gergaji. Diperlukan rangkaian
RC seri untuk mmbentuk gigi gergaji.

Gambar 6.192 Rangkaian multivibrator a-stabil dengan pembentuk pulsa


Televisi 850

Pada saat TR2 menyumbat C4 mengisi muatan melalui R6 dan pada saat
TR2 menghantar C4 membuang muatan melalui R6 dan resistansi
kolektor-emitor. Konstanta waktu pengisian dan pengosongan ditentukan
oleh R6 dan C4.
Pembangkit Sinus

Gambar 6.193 Prinsip pembangkitan tegangan penyapu dengan pembangkit


sinus
Pembangkit tegangan sinus mempergunakan penguat dengan umpan
balik positif. Rangkaian penggetarnya mempergunakan rangkaian L - C
yang beresonansi pada frekuensi tertentu.
Karena besar frekuensi osilasi tergantung frekuensi resonansi L - C,
maka perubahan-perubahan tegangan sumber tidak merubah frekuensi
osilasinya, demikian juga gangguan-gangguan yang berbentuk pulsa.
Frekuensi sinkronisasi pemancar, disamakan pada rangkaian penyama
fasa dengan frekuensi pembangkit sinus. Getaran-getaran sinus harus
dibentuk lagi dalam bentuk tegangan yang diperlukan untuk pembelokan
dalam rangkaian pembentuk pulsa. Transistor pembentuk pulda diberi
tegangan bias negatif sekali sehingga hanya ujung-ujung dari tegangan
sinus yang dikuatkan, dan keluarannya berbentuk seperti sinyal kotak
(Gambar 6.194).
Gambar 6.194 adalah contoh pembangkit tegangan sinus lengkap
dengan penala dan pembentuk pulsa. TR1 adalah rangkaian penala
untuk menala osilator pada fasa yang sama dengan pulsa sinkronisasi
dari rangkaian penyama fasa. TR2 adalah transistor osilator dan
pembentuk pulsa yang bekerja dengan tegangan bias negatif.
Televisi 851

(a)

(b)
Gambar 6.194 Rangkaian lengkap pembangkit tegangan sinus

Pembangkit tegangan gigi gergaji


Pembangkitan tegangan gigi gergaji mempergunakan alat yang
mempunyai resistansi negatif yaitu UJT.

Gambar 6.195 Dasar pembangkitan tegangan gigi gergaji


Televisi 852

Frekuensi dari osilator ditentukan oleh konstanta waktu C1 R1

Gambar 6.196 Rangkaian pembangkit tegangan gigi gergaji


TR1 dan TR2 pada Gambar 6.196 membentuk sifat seperti UJT.
Pemberian pulsa penyinkron didalam rangkaian osilator ini dilewatkan
melalui C2 sehingga dimungkinkan pengendalian fasa sinyal oailstor oleh
pulsa penyinkron. Pada titik a didapatkan sinyal gigi gergaji tetapi tidak
cukup linier untuk mengendalikan pembelokan. Sehingga digunakan
pulsa pada titik C dengan menambahkan rangkaian integrator Miller.

Integrator Miller

Gambar 6.197 Perbedaan prinsip rangkaian kondensator paralel dengan


integrator Miller
Televisi 853

Satu problem dengan pembangkit tegangan gigi gergaji vertikal dalam


rangkaian transistor adalah diperlukan kapasitor elektrolit gigi gergaji
yang besar. Salah satu pemecahannya adalah dengan menggunakan
rangkaian umpan balik dengan integrator miller.
Dengan prinsip integrator Miller didapatkan dua sifat :
a. Kapasitansi masukan dikalikan oleh penguatan dari penguat sehingga
kapasitansi kecil pada masukan dapat disamakan dengan kapasitansi
yang besar.
b. Waktu pengosongan menjadi sangat linier karena jumlah arus
pengosongan dijaga tetap oleh perubahan resistansi transistor.

Gambar 6.198 Rangkaian lengkap pembangkit sapuan pembelok tegak


TR1,TR2 = Pengganti UJT.
Dioda AA143 = Penyearah
C 470 pF = Kapasitor miller
TR3 = Penguat Integrator Miller.

6.4.19 Sinkronisasi
Proses sinkronisasi adalah proses penyerempakan gerak pembelokan
yang terjadi pada pengirim dan penerima.
Pada pesawat penerima televisi, proses pembelokan diawali oleh
pembangkit tegangan sapuan. Maka proses sinkronisasi dilakukan pada
pembangkit tegangan sapuan.

Osilator Sumbatan
Osilator sumbatan disebut sebagai osilator lunak (soft oscilator) karena
frekuensinya mudah berubah oleh variasi tegangan basis penguat..
Dengan memberikan pulsa searah sinkronisasi pada basis transistor
penguatnya, maka fasa dan frekuensi osilator bisa disamakan dengan
pulsa sinkronisasi.
Televisi 854

Gambar 6.199 Penyinkronan Osilator Sumbatan


Frekuensi sebelum penyinkronisasian harus lebih rendah dari frekuensi
penyinkron. Sehingga sinyal sinkronisasi dapat mengemudikan UBE
mendekati daerah konduksi.
Frekuensi bebas tidak dapat disinkronkan jika frekuensinya sedikit
lebih tinggi dari frekuensi sinkronisasi.

6.4.20 Pembelok Tegak


Untuk melaksanakan sistem pembelokan sinar pada tabung gambar
harus dilakukan pada kumparan pembelok. Dengan cara memberikan
pulsa gigi gergaji dengan besar arus ± 2A.

Titik gambar paling bawah


2

1
gambar ditengah
0

-1 arah mundur

-2 arah maju

20ms 1,4 ms
Titik gambar
paling atas

Gambar 6.200 Pembelokan oleh pulsa gigi gergaji


Televisi 855

Tingkat akhir pembelok tegak


Tingkat akhir mempersiapkan sinyal gigi gergaji untuk dapat
mengendalikan kumparan pembelok.

Gambar 6.201 Prinsip rangkaian tingkat akhir pembelok tegak


Pada saat kenaikan arah positif sinyal gigi gergaji , masukan
menggerakkan basis TR1, kenaikan sinyal masukan ini menurunkan
tegangan kolektor TR1, menyebabkan TR3 semakin menghantar dan
TR2 semakin kurang menghantar. Sebaliknya jika sinyal masukan
menuju negatif tegangan kolektor TR1 naik , TR2 semakin menghantar ,
TR3 semakin kurang menghantar, dan pada kondisi sinyal masukan yang
cukup tinggi kearah positif, VC TR1 rendah sehingga TR2 mati dan TR3
jenuh, C2, keluaran buang muatan lewat TR3. Sebaliknya saat TR2 jenuh
maka TR3 mati, C2 keluaran diisi lewat TR2.
Linieritas
Kecepatanpenyapuan harus sama pada semua tempat di layar gambar.
Untuk layar yang datar dengan kecepatan sudut sapuan yang sama,
tidak akan mengakibatkan jarak sapuan yang sama pada layar gambar.
Kesalahan ini disebut kesalahan tangens.

Gambar 6.202 Kesalahan Tangens


Televisi 856

Untuk menghilangkan kesalahan tangens, kecepatan sudut sapuan harus


dibuat sesuai dengan bentuk S.

(pembelok)

Proses pembentuk
gigi gergaji

Arah arus

Gambar 6.203 Bentuk arus pembelokan koreksi kesalahan tangens


Pengkoreksian kesalahan tangens tersebut dengan membentuk arus
pembelokan pada lilitan pembelok berbentuk seperti Gambar 6.203.
Prinsip pembentukannya adalah dengan analisa fourier yaitu dengan
menambahkan bentuk tertentu pada bentuk asalnya.

Gambar 6.204 Jalannya arus dan tegangan dalam kumparan pembelok tegak
Televisi 857

Pada Gambar 6.205. R3 dan C1 adalah rangkaian umpan balik yang


bergantung pada frekuensi. R3 dan C1 mengumpan balikkan frekuensi
harmonisa tertentu dari sinyal keluaran untuk bentuk S.
Prinsip Kerja Rangkaian

Gambar 6.205 Rangkaian tingkat pembelok tegak


Gambar 6.205 mempunyai prinsip yang sama dengan Gambar 6.204. R1
menentukan bias tegangan dari transistor BC 108 ( TR1 ) yang
menentukan penguatannya. R1 menentukan tinggi gambar pada layar.
R2 adalah memberi bias tegangan transistor BD 175 dan BD 176 ( TR2
dan TR3 ). Transistor BD 175 dan BD 176 terangkai Push-Pull sebagai
penguat daya untuk mengendalikan kumparan pembelok tegak dengan
arus ≈ 2 Ampere. R3 dan C1 membentuk umpan balik pada frekuensi
harmonisa tertentu untuk mengatur linearitas VR 2,5 kΩ dan VR 250 Ω
adalah pengatur linearitas.

Gambar 6.206 Bentuk tegangan pada rangkaian tingkat pembelok tegak


Televisi 858

6.4.21 Pembelok Datar


Selain pembelokan arah tegak, sinar pada tabung gambar juga harus
dibelokkan ke arah mendatar oleh kumparan pembelok. Arus
pembelokan ini berkisar 2 Ampere. Pembalokan kearah mendatar
dipersiapkan oleh suatu osilator dantingkat akhir dengan frekuensi
15625 Hz (312.5 X f tegak). Dan tingkat akhir dari penguat bertindak
sebagai saklar.

Gambar 6.207 Blok diagram pembelokan datar


Tingkat akhir mendatar (horisontal) harus membentuk sinyal kotak dan
dikemudikan tingkat osilator horisontal. Tingkat osilator tidak disinkronkan
langsung oleh pulsa dari penyikron pemancar, tetapi melalui suatu
penyama fasa.

Penyama Fasa
Penyama fasa bertugas membandingkan fasa dari sinyal sinkron
pemancar dan sinyal yang dibangkitkan oleh oscilator horisontal. Dari
pembandingan dihasilkan tegangan pengontrol untuk menyamakan fasa
sinyal sinkronisasi dari pemancar dan yang dihasilkan osilator.
Untuk penyikronan tidak langsung, dibangkitkan tegangan yang besarnya
tergantung penyimpangan frekuensi oscilator dan dari pemancar. Pulsa
balik horisontal melalui transformator horisontal diberikan pada kedua
ujung dioda. Pulsa sinkronisasi diberikan pada titik tengah antara kedua
dioda. Kedua pulsa tersebut melalui dioda-dioda,dijumlahkan sekaligus
disearahkan. C 47nF pengisiannya dengan polaritas seperti Gambar
6.208. Tahanan 39 kΩ membentuk tahanan pemisah agar pulsa tidak ter-
Televisi 859

Gambar 6.208 Rangkaian penyama fasa


hubung singkat melalui C 47nF. Tahanan 1,2 MΩ, potensiometer 500KΩ
dan kedua dioda membentuk sebuah rangkaian jembatan. Dalam
diagonal jembatan dapat diambil tegangan pengatur, jika frekuensi
sinkronisasi dan pulsa balik horisontal sama maka paralel kedua dioda
mempunyai tegangan yang sama. dan jembatan menjadi seimbang,
sehingga tegangan keluaran berharga 0Volt.

Gambar 6.209 Hubungan jembatan dari penyama fasa


Jika frekuensi penyikron ( f soll ) lebih besar dari frekuensi osilator ( f )
maka tegngan pada D1. lebih negatip dari D2 sehingga keluaran
jembatan bertegangan negatip mengontrol osilator untuk menaikkan
frekuensinya.
Televisi 860
f =f soll
pulsa arah pulsa sinkron f >fsoll
balik

D1 D1
0V 0V
-1V -0,5V

URS =0V URS=+7,5V


+1V +8V
0V 0V
D2 D2

a) b)

f<f soll

D1

0V
-8V
URS=-7,5V

0V +0,5V

D2

c)

Gambar 6.210 Pulsa dari penyama fasa

600pF 33K 100pF Dari trafo horisontal

39K 1,2M
BC559
47n 500K
Dari T1
penggeser BC 548
tegangan
2,7 1,2M T2
1,2M M
39K

Ke osilator
4,7K horisontal

33K Dari trafo horisontal


600pF 100pF

Gambar 6.211 Rangkaian penyama fasa


TR1dan TR2 membentuk pasangan darlington yang berfungsi untuk
memperkuat arus pengaturan oscilator. R2,7 MΩ dan 1,2 MΩ memberi
tegangan bias basis transistor.

Tingkat akhir horisontal


Tingkat akhir horisontal bertugas :
a Menyiapkan daya untuk pembelokan sinar pada tabung gambar.
Televisi 861

b Membangkitkan tegangan searah untuk anoda tabung gambar,


dimana untuk tabung hitam putih ≈ 15 KV dan untuk tabung warna ≈
25 KV.
c Tegangan searah ≈ 150 V untuk sumber daya transistor tingkat akhir
gambar dan transistor tingkat akhir warna.
d Menyediakan pulsa arah balik baris (horisontal) untuk pembangkitan
tegangan pemisah sinyal burs.
e Tegangan searah ≈ 350 V untuk G2.

Gambar 6.212 Rangkaian dasar tingkat akhir horisontal


Transistor penguat difungsikan sebagai saklar, untuk itu pada basisnya
dialirkan sinyal berbentuk kotak. Pada UBE , saat t1 sampai t2 transistor
hidup dan L1 mendapat tegangan konstan. Dengan demikian arus
kolektor naik linier sebanding dengan waktu t2 transistor mati. Ic turun
dengan cepat, dan pada saat itu C1 diisi muatan ( t2 - t3 ) ketika Ic = 0,
C1 terisi penuh dan terjadilah guncangan. C1 mengosongkan dengan
arah arus yang berlawanan seperti semula sampai arus maksimum (t4)
saat itu Uc = 0 dan terbangkitlah tegangan induksi pada L1 yang arahnya
melawan tegangan semula sehingga arus semula menjadi turun sampai 0
(t5). Secara grafik dapat dilihat pada Gambar 6.213. Dioda BY 188
berfungsi sebagai dioda peredam ( damper ) untuk membuat arus pada
L1 bergerak linier.
Kapasitor C1 dipilih agar ia beresonansi dengan L1 pada frekuensi yang
tepat sehingga waktu balik terjadi pada panjang waktu 12 µS atau
frekuensi resonansi.
fb 1 1
( fr ) = = x = 42 kHz
2 12 µS 2
( fb = frekuensi arah balik )
Selain menggunakan transistor , tingkat akhir juga bisa menggunakan
thyristor dengan prinsip yang sama.
Televisi 862

Gambar 6.213 Bentuk gelombang pada tingkat akhir horisontal


6.4.22 Konvergen
Untuk mendapatkan warna yang benar, maka sinar elektron harus jatuh
pada titik nyala yang benar. Pada tabung gambar dengan penembak
elektron delta kesalahan-kesalahan warna tersebut memungkinkan sekali
terjadi dikarenakan oleh konstruksi penembaknya. Unuk membenarkan
kesalahan-kesalahan warna itu dilakukan dengan cara yang disebut
konvergensi. Ada dua macam konvergensi. Konvergensi statis dengan
embuat tiga titik nyala bersatu dalam satu titik ditengah-tengah layar
gambar. Konvergensi dinamis dengan pengkonvergensian tiga titik nyala
setelah terjadi pembelokkan.

Perangkat konvergensi
Untuk mendapatkan warna yang benar pada leher tabung gambar tidak
hanya diletakkan perangkat pembelok, tapi juga perangkat konvergensi
yang terdiri dari tiga sistem magnet yang saling bertolak belakang
dengan membentuk sudut 120° . Setiap sistim terdiri dari sistim magnet
yang berbolak-balik. Selanjutnya pada inti magnet digulungkan pada dua
pasang lilitan, yang melaluinya dan melalui magnet permanen (tetap)
menembus kaca leher tabung gambar, terbangkit garis-garis gaya
magnet yang memebebani dua sepatu kutub
Televisi 863

Gambar 6.214 Susunan perangkat konvergensi


Untuk itu jalannya sinar elektron dipengaruhi oleh kuat medan sepasang
dan dapat dibelokkan kearah radial. Selain pembelokan berkas-berkas
elektron oleh magnet statis juga dapat memberikan garis gaya magnet
pada lintasan elektron dari kumparan konvergensi. Kumparan ini
mendapat catu sinyal yang berfrekuensi pembelok horizontal yang
selanjutnya disebut sebagai konvergensi dinamis Penting : Konvergensi
statis diatur dengan medan magnet rata. Konvergensi dinamis diatur
dengan medan bolak-balik
Konvergensi statis
Untuk mendapatkan titik yang konvergen ditengah-tengah layar, berkas-
berkas sinar warna merah, hijau dan biru perlu diatur radialis, tetapi pada
prakteknya juga diperlukan pengaturan arah tagensial.

Gambar 6.215 Jalannya berkas-berkas elektron oleh pengaturan konvergensi .


Untuk mengatur konvergensi satu dari ketiga titik tersebut harus bergerak
tagensial, sedang dua titik yang lain diatur dengan getaran radial.
Televisi 864

Pengaturan ini bisa dimungkinkan dengan magnet lateral biru yang bisa
menggeser berkas elektron biru kearah tagensial, berlawanan dengan
arah berkas elektron merah dan hijau.
Magnet lateral biru dibuat dari cincin magnet berpolaritas enem dan
dipasang sedemikian rupa sehingga pusatnya tidak terletak pada sumbu
tabung gambar berwarna itu.

Gambar 6.216 Susunan magnet lateral biru

Gambar 6.217 Pengaturan konvergensi statis


Konvergensi Dinamis
Pembelokkan-pembelokkan berkas elektron keseluruhan permukaan
layar, pada tabung gambar warna akan mengakibatkan kesalahan-
kesalahan :
− Bentuk bantal , terjadi karena permukaan layar yang hampir-hampir
datar hal ini juga terjadi pada televisi hitam putih
− Bentuk trapesium, terjadi karena susunan dari penembak delta .
Televisi 865

Gambar 6.218 Terjadinya efek bentuk bantal


G
R

R G

Gambar 6.219 Efek bentuk trapesium


Pengkoreksian bentuk bantal dan trapesium dilakukan secara terpisah
pada kumparan konvergensi dan pembelok . Pengoreksian bentuk
trapesium dimaksudkan untuk membenarkan bentuk trapesium yang
dibuat oleh letak pembelok yang tak segaris. Pengkoreksian ini dengan
menambahkan arus parabola dan arus gigi gergaji.

Gambar 6.220 Pengoreksian bentuk trapesium


Setelah pengoreksian bentuk trapesium hanya tertinggal kesalahan
bentuk bantal kesalahan ini dibenarkan dengan merubah arus
pembeloknya. Pada pengoreksian arah Timur Barat adalah pengoreksian
arah horizontal. Besar aruspembelokkan pada tengah layar(baris ke 301)
adalah maksimum dan menurun parabola pada baris ke 1 dan 601. Hal
tersebut terjadi secara periodik setiap setengah gambar. Pada
pengoreksian arah Utara-Selatan, dimodulasi arus pembelok vertikal
dengan arus parabola berfrekuensi horizontal. Pemodulasi tersebut dapat
dilakukan dengan transduktor . Transduktor adalah inti feromagnetik yang
mempunyai dua gulungan beban dan satu gulungan kemudi. Dua
Televisi 866

gulungan beban tersebut diserikan saling berlawanan sehingga tak


terjangkit tegangan induksi diantara keduanya. Induksi diri dalam
kumparan beban berubah-ubah, tergantung kondisi inti. Kian besar arus
dalam gulungan kemudi, kian jenuhlah inti, maka induksi diri didalam
kumparan beban akan berkurang.
Koreksi U S
untu k baris 1

baris ke 1
N baris 310
Utara
baris 301 60 µsec
W
Barat T 0
SelatanTimur t
S
baris 601 Koreksi U S
untuk baris 6 01
60 µsec
baris ke 1 20mS (1 Bildperiode )

Koreksi 0 W

baris 301 Aru s pe mbelokan hor ison tal


yang dimodul dengan
parabola ve rtika l

baris 601

Gambar 6.221 Pengoreksian bentuk bantal


B

B = f (H)
Kurva pem agnitan

Induktivitas kum paran kerja

m (L)

Pros es
induktivitas
L = f (H)

H ( I st ) T Gain t

I vertikal

I pengendali
T Gain

Gambar 6.222 Konstruksi transduktor dan sifat-sifatnya


Transformator
Pembelok
horissontal
horisontal
7 10
1/2 3/ 4

8 9

Koreksi
raster

Pembelok
vertikal
Transformator keluaran
C
gambar

Gambar 6.223 Pengoreksian cacat bentuk bantal vertikal dan horizontal


Televisi 867

Pembangkit Tegangan Tinggi


Untuk mendapatkan hasil gambar yang baik, pada televisi diperlukan
tegangan searah yang sangat tinggi. Maka dari itu diperlukan pembangkit
tegangan tinggi yang menghasilkan tegangan ≈ 15 kV untuk anoda
penerima TV hitam putih dan 25 kV untuk anoda TV warna. Pencapaian
ini dilakukan dengan pentransformasian keatas ( Step Up ) sinyal tingkat
akhir horisontal,.yang dilakukan oleh transformator tegangan tinggi.
Digunakannya sinyal dari tingkat akhir horisontal karena mempunyai
frekuensi tinggi ( 15625 Hz ) sehingga menghasilkan tegangan induksi
sendiri yang tinggi.
Kaskade
Pengatur C2 C4
vertikal

TeaganganTinggi
N2 C6
8,2K 470K
C1 C3 C5 Pembatas -
arus sinar
+
300K 500K
4,8KV
Tegangan fokus
2,5M U
BYX55
+500V
G2CRT Tegangan atur horisontal
N1
10 uF 6560K
+ 22n 1,5K
Linieritas horisontal
Tingkat Kekumparan defleksi horisontal
akhir
horisontal +U1 = 10V (dari teg. jala - jala)
1,5K

50V 1
Pulsa untuk +30V
konvergengsi dinamis N3 N4 150
Sumber arus dan
50V 2XBYX55 2,5 tegangan rendah
Pengatur te - 350V 150 +
gangan gelap 60V 220uF +26V
N5 +
Pengatur te -
gangan blanking 60V N6 Filamen

Gambar 6.224 Transformator Horisontal Dengan Pembangkit Tegangan Tinggi

Transformator N2 mempunyai tegangan sekunder VS = 5 kV melalui


pengganda tegangan ( Voltage multiplier ) 5 kali. Diperoleh tegangan
5 x 5 kV = 25 kV.Pada titik di C1 diambil tegangan untuk pengaturan
fokus yang besar tegangannya dapat diatur melalui pembagi tegangan
VR 500K dan VDR. VDR berubah-ubah resistansinya terhadap tegangan
yang mengenainya , sehingga VDR dapat menstabilkan tegangan fokus.

Anda mungkin juga menyukai