Anda di halaman 1dari 7

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Karakteristik Dan Informan Puskesmas Sapta Taruna Dan Peserta


Diskusi kelompok Terarah

Tabel 4.1 Karakteristik Informan

variabel Peserta puskesmas


Penyuluh kesehatan puskesmas Sapta
Taruna
1. Umur 39 tahun

2. Jenis tenaga Epidemiologi

3. Masa kerja di tempat tugas 1 tahun 3 bulan

4. Masa kerja keselurhan 9 tahun 3 bulan

THL Puskesmas Sapta Taruna


1. Umur 32 tahun
2. Jenis tenaga THL
3. Masa kerja di tempat tugas 1 tahun
4. Masa kerja keseluruhan 6 tahun
4.2 Hasil Dan Pembahasan
4.2.1 FAKTOR INTERNAL
1. Pendidikan
a. Dari hasil wawancra mendalam dengan penyuluh kesehatan
Puskesmas Sapta Taruna dan Diskusi Kelompok Terarah
(DKT) dengan penyuluh kesehatan Puskesmas Sapta Taruna
tentang pendidikan dalam mencapai indikikator Kinerja di
Puskesmas Sapta Taruna didapa informasi sebagai berikut:
Menurut tenaga penyuluh kesehatan Puskesmas Sapta Taruna

“sebenarnya sih kalau untuk kecukupan pegawai dengan


pendidikan banyak yang kuranya seperti d3 rekam medis saja
sini masih belum ada sehingga memanfaatkan orang yang
bukan d3 rekam medis untuk di tempatkan di d3 rekam medis
kemudian juga untuk menunjang pelayanan yang lain karna
pelayanan di puskesmas ini tidak semata-mata hanya
pelayanan pada pasien ada juga dengan manajemannya nah
sementara untuk manajemannya itu apalagi tentang keuangan
kebanakan adalah tenaga kesehatan yang sehingga apabila
tenaga kesehatan double job hingga mengganggu tupoksi nya
sendiri harusnya yang namanya di keuangan tu harus bisanya
adalah sarjanya ekonomi atau akuntansi sehingga di mengerti
tentang eeee… alur keuangan kemudian juga mengefisienkan
pegawai sehingga pegawai itu tidak double job jadinya kalau
seandainya eee.. mungkin juga kedepannya puskesmas juga
bisa mengusulkan kedinas kesehatan tentunya pada saat
penerimaan pegawai di PNS ataupun di P3K agar diusulkan
adalah tenaga-tenaga teknis untuk bagian keuangan mungkin
itu solusinya karna sebagian besar kan kalau kita sudah double
job sudah lari dari tuntutan tupoksinya kan sudah berat juga
tanggung jawabnya”.

b. “Alhamdulilah sampai sekarang sih walaupun ee… disini


masih eee.. tingkat pendidikan masih ada yang tingkat SMA ya
tapi sangat mendukung memberikan kontribusi dengan
pelayanan sehingga bisa melakukan pelayanan tersebut yang
secara prima pada masyarakat”.

c. “eee… kalau sikap puskesmas khususnya ee.. kepala


puskesmas selalu memberi izin bahkan memberikan dorongan
kepada setiap pegawai baik yang mengikuti penjenjangan ee..
lanjut mau S1 S2 adapun misalnya bimtek-bimtek yang akan
diadakan pihak luar pihak kepala puskesmas selalu mendukung
100% apapun yang terbaik untuk karyawan atau stafnya”

2. Motivasi diri

Dari hasil wawancra mendalam dengan penyuluh kesehatan


Puskesmas Sapta Taruna dan Diskusi Kelompok Terarah
(DKT) dengan penyuluh kesehatan Puskesmas Sapta Taruna
tentang Motivasi Diri dalam mencapai indikikator Kinerja di
Puskesmas Sapta Taruna didapa informasi sebagai berikut:
Menurut tenaga penyuluh kesehatan Puskesmas Sapta Taruna

a. “ee.. caranya itu banyak sih kawan-kawan yang masih


antusias mengikuti kek seminar-seminar atau ilmu-ilmu
terbaru yang ee.. kesehatan apalagi kesehatan ini kan
ilmunya baru terus setiap tahun pasti ada upgread nya ada
temuan-temuan terbaru nah setiap ada seminar ataupun
pelatihan yang diadakan eee… pegawai ini selalu antusias
untuk mengikuti nya”.

b. “ oo.. biasanya kalau untuk mengidentifikasi biasanya


kalau sudah terjadi kesalahan atau apapun itu kepala
puskesmas nanti akan menganalisa apa sih penyebab
terjadinya ini ee.. pegawainya kenapa jadi malas misalnya
aa.. nanti setelah dianalisa kemudian dipanggil akan
diberikan motivasi agar mereka tetap semangat bekerja”.

c. “ ooo… puskesmas bisa memberian reward misalnya bagi


pegawai aktif atau rajin dan memerlukan eee.. misalnya
yang namanya manusia kan gak butuh kerja terus kan
butuh hiburan juga mungkin dengan ee.. mengajak jalan-
jalan sedekat-dekatnya dengan meningkatkan silaturahmi
juga nantinya”.

3. Etos Kerja
Dari hasil wawancra mendalam dengan penyuluh kesehatan
Puskesmas Sapta Taruna dan Diskusi Kelompok Terarah (DKT)
dengan penyuluh kesehatan Puskesmas Sapta Taruna tentang Etos
Kerja dalam mencapai indikikator Kinerja di Puskesmas Sapta
Taruna didapa informasi sebagai berikut:
Menurut tenaga penyuluh kesehatan Puskesmas Sapta Taruna
“Pelayanan Prima Mengutamakan pelayanan yang berkualitas
dan profesional kepada masyarakat. Pegawai harus memiliki
kesadaran untuk memberikan pelayanan terbaik, menjaga etika
kerja, dan menghormati hak-hak pasien Menginternalisasi
pentingnya peran puskesmas dalam meningkatkan kesehatan
masyarakat secara menyeluruh. Pegawai harus memiliki komitmen
yang tinggi untuk memberikan upaya preventif, promotif, kuratif,
dan rehabilitatif yang efektif kepada masyarakat Mendorong kerja
sama tim dan kolaborasi antarpegawai dalam mencapai tujuan
bersama. Penting untuk membangun kerja tim yang solid, saling
mendukung, dan saling melengkapi antaranggota tim”

“pelatihan dan program pengembangan yang relevan bagi


pegawai puskesmas. Hal ini akan membantu meningkatkan
pengetahuan, keterampilan, dan kompetensi mereka dalam bidang
pelayanan kesehatan. Pelatihan dapat mencakup topik seperti etika
kerja, komunikasi efektif, manajemen waktu, atau keterampilan
kepemimpinan Tetapkan kode etik yang jelas dan standar kerja
yang tegas di puskesmas. Pastikan bahwa setiap pegawai
memahami dan mematuhi kode etik tersebut. Standar kerja harus
mencakup hal-hal seperti integritas, kejujuran, kerahasiaan
informasi, kedisiplinan, dan pelayanan kepada pasien”

“Melakukan refleksi diri secara teratur untuk mengidentifikasi


kelemahan atau kekurangan yang dimiliki. Pegawai perlu
mengenali area di mana mereka perlu meningkatkan keterampilan,
pengetahuan, atau sikap kerja Mengikuti pendidikan dan pelatihan
lanjutan yang relevan untuk meningkatkan kompetensi dan
pengetahuan di bidang pelayanan kesehatan Berinteraksi dan
berkolaborasi dengan rekan kerja lainnya untuk saling belajar dan
bertukar pengetahuan. Pegawai dapat mencari bantuan dan saran
dari rekan kerja yang memiliki keahlian atau pengalaman yang
relevan untuk mengatasi kelemahan mereka”.

4.2.2 FAKTOR EKSTERNAL


1. Budaya Kerja
a. Dari hasil wawancra mendalam dengan penyuluh kesehatan
Puskesmas Sapta Taruna dan Diskusi Kelompok Terarah
(DKT) dengan penyuluh kesehatan Puskesmas Sapta Taruna
tentang Budaya Kerja dalam mencapai indikikator Kinerja di
Puskesmas Sapta Taruna didapa informasi sebagai berikut:
Menurut tenaga THL Puskesmas Sapta Taruna
“ ya budaya kerjnya kedisiplinan, tepat waktu dan melayani
masyarakat yang baik dan tidak eee.. ini memilih-milih pasien
antara bpjs atau umum gitu jadi harus disamakan yang namanya
ee.. pelayanan tu kita harus menuntut untuk lebih bisa melayani
pasien itu dengan baik”.

“ ya pemimpimpin disini ya baik ee.. disiplin tegas ya seperti


itu ya itu seperti yang saya bilang tadi tepat waktu dalam bekerja
terus kehadiran melayani pasien terus ya semua yang bersangkut
paut sama untuk kesehatan lah ya seperti itulah”.

“Komunikasi yang efektif Penting untuk memastikan adanya


komunikasi yang baik antara semua anggota tim puskesmas. Hal
ini meliputi komunikasi yang terbuka, transparan, dan jelas
mengenai tujuan, tugas, dan harapan kerja. Dapat diadakan
pertemuan rutin, baik secara individu maupun tim, untuk
membahas masalah, perkembangan, dan solusi”.

2. Kepemimpinan
Dari hasil wawancra mendalam dengan penyuluh kesehatan
Puskesmas Sapta Taruna dan Diskusi Kelompok Terarah (DKT)
dengan penyuluh kesehatan Puskesmas Sapta Taruna tentang
Kepemimpinan dalam mencapai indikikator Kinerja di Puskesmas
Sapta Taruna didapa informasi sebagai berikut:
Menurut tenaga THL Puskesmas Sapta Taruna

“ya langkah-langkahnya itu ya bisa menegur salah satu staf


yang bermasalah itu hal yang wajar karna itu udah sebuah
kewenangan dari pemimpin untuk menegur stafnya yang salah”.

“ya untuk ya merangkul staf-staf disini dengan baik emm..


untuk melaakukan kerjasama dengan melaksanakan pelayanan
kesehatan yang seperti itu”.

“ ya kalau menurut saya itu tergantung memang kalau


misalnya dia mampu melakukan sesuatu ya mampu kalau tidak
mampu ya ndak usah dikerjakan jadi sesuai tupoksinya masing-
masing aja setelah apa yang disuruh ya dikerjakan kalau misalnya
gak mampu ya gak bisa gitu sesuai dengan tupoksinya masing-
masing “.
3. Diklat
Dari hasil wawancra mendalam dengan penyuluh kesehatan
Puskesmas Sapta Taruna dan Diskusi Kelompok Terarah (DKT)
dengan penyuluh kesehatan Puskesmas Sapta Taruna tentang
Diklat dalam mencapai indikikator Kinerja di Puskesmas Sapta
Taruna didapa informasi sebagai berikut:
Menurut tenaga Penyuluh Kesehatan Puskesmas Sapta Taruna

“Setelah staf menyelesaikan Diklat, lakukan penilaian kompetensi


untuk mengevaluasi pemahaman dan keterampilan yang diperoleh
selama pelatihan. Amati staf saat mereka menerapkan
pengetahuan dan keterampilan yang mereka peroleh selama Diklat
dalam situasi nyata di puskesmas. Observasi langsung
memungkinkan evaluasi langsung terhadap kemampuan mereka
dalam mengaplikasikan pembelajaran ke dalam praktik sehari-
hari. Bandingkan kinerja staf sebelum dan setelah mengikuti
Diklat. Identifikasi perubahan positif dalam kinerja mereka,
seperti peningkatan produktivitas, penerapan prosedur yang lebih
baik, pelayanan yang lebih baik kepada pasien, atau perbaikan
dalam penanganan kasus-kasus tertentu”.

“Kepala puskesmas perlu mengidentifikasi kebutuhan Diklat


berdasarkan analisis gap kompetensi pegawai Puskesmas dan
arah pengembangan yang diinginkan. Pertimbangkan program
Diklat yang sesuai dengan peran dan tanggung jawab pegawai,
serta isu-isu kesehatan yang relevan dengan wilayah kerja
puskesmas Kepala puskesmas berkomunikasi dengan dinas
kesehatan atau instansi yang menawarkan Diklat untuk
mendapatkan informasi lebih lanjut mengenai program,
persyaratan, dan jadwal pelaksanaan Diklat. Jalin kerjasama yang
baik dengan dinas kesehatan Kepala puskesmas akan
mengidentifikasi calon peserta Diklat berdasarkan analisis
kebutuhan Diklat dan prioritas pengembangan pegawai.
Pertimbangkan kualifikasi, pengalaman, dan minat pegawai”.

“Pelatihan meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan


pemahaman tenaga kesehatan di puskesmas. Mereka menjadi lebih
kompeten dalam mendiagnosis, merawat, dan memberikan
pelayanan kesehatan kepada pasien. Peningkatan kompetensi ini
dapat menghasilkan hasil yang lebih baik dalam pencegahan,
pengobatan, dan pemantauan kondisi kesehatan pasien .Pelatihan
membantu tenaga kesehatan di puskesmas memperbarui
pengetahuan mereka tentang perkembangan terbaru dalam bidang
kesehatan Pelatihan membantu meningkatkan kualitas pelayanan
yang diberikan oleh tenaga kesehatan di puskesmas. Mereka
belajar tentang komunikasi yang efektif dengan pasien, etika
profesional, manajemen kasus, penggunaan peralatan medis, dan
prosedur-prosedur penting lainnya”.

Anda mungkin juga menyukai