Anda di halaman 1dari 74

LAPORAN CASE BASED DISCUSSION (CBD)

ASUHAN KEBIDANAN IBU BERSALIN NORMAL PADA NY. F USIA 24


TAHUN G1P0A0 UK 39+6 MINGGU DENGAN KALA 1 FASE AKTIF
DI RS PKU MUHAMMADIYAH BANTUL
TAHUN AKADEMIK 2022/2023

Disusun oleh :
Susi Wahyuningsih
2210106110

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN PROGRAM PROFESI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH YOGYAKARTA
2022/2023
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN CASE BASED DISCUSSION (CBD)
ASUHAN KEBIDANAN IBU BERSALIN NORMAL PADA NY. F USIA 24
TAHUN G1P0A0 UK 39+6 MINGGU DENGAN KALA I FASE AKTIF
DI RS PKU MUHAMMADIYAH BANTUL
TAHUN AKADEMIK 2022/2023

Disusun oleh :
Susi Wahyuningsih
2210106110

Yogyakarta, Januari 2023

Pembimbing Pendidikan Pembimbing Lahan Mahasiswa

Bdn.,Sulistya Dewi S.ST Susi Wahyuningsih


Dewi Rokhanawati, S.SiT., MPH

i
DAFTAR ISI

HALAMAN PENGESAHAN ................................................................................... i


DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN .........................................................................................1
A. Latar Belakang ...................................................................................................1
B. Tujuan umum .....................................................................................................3
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ...............................................................................4
A. Pengertian Persalinan .........................................................................................4
B. Macam-Macam Persalinan .................................................................................4
C. Sebab-Sebab Mulainya Persalinan .....................................................................4
D. Tanda dan gejala ................................................................................................6
E. Tahapan persalinan kala I, II, III dan IV 1. .........................................................8
F. Perubahan Fisiologis Persalinan .........................................................................9
G. Perubahan Psikologis Persalinan ...................................................................... 15
H. Kebutuhan Dasar Ibu Bersalin ......................................................................... 17
I. Mekanisme persalinan normal .......................................................................... 24
J. Faktor-faktor yang berperan dalam persalinan .................................................. 24
K. Pemantauan partograf ...................................................................................... 26
L. 60 LANGKAH APN ........................................................................................ 28
M. Konsep Manajemen Asuhan Kebidanan Persalinan ....................................... 37
BAB III Dokumentasi Soap dan Rencana Tindakan .. Error! Bookmark not defined.
A. SUBYEKTIF ............................................................................................... 55
B. OBYEKTIF..................................................................................................58
C. ANALISA .................................................................................................... 59
D. PENATALAKSANAAN.............................................................................. 59
BAB IV PEMBAHASAN ....................................................................................... 65
A. KALA I ........................................................................................................ 65
B. KALA II ...................................................................................................... 66
C. KALA III ..................................................................................................... 66
D. KALA IV ..................................................................................................... 67
BAB V PENUTUP ................................................................................................. 68
A. Kesimpulan ..................................................................................................68
B. Saran ............................................................................................................ 68
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................. 69

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Persalinan normal adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput
ketubankeluar dari uterus ibu. Persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi
pada usia kehamilan cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai penyulit.
Persalinan dimulai (inpartu) sejak uterus berkontraksi dan menyebabkan
perubahan pada serviks (membuka dan menipis) dan berakhir dengan lahirnya
plasenta secara lengkap. Ibu belum dapat dikategorikan inpartu jika kontraksi
uterus tidak mengakibatkan perubahan atau pembukaan serviks (JNPK-KR, 2017).
Angka Kematian Ibu (AKI) merupakan salah satu indikator untuk melihat
keberhasilan upaya kesehatan ibu. AKI merupakan rasio kematian ibu selama masa
kehamilan, persalinan dan nifas yang disebabkan oleh kehamilan, persalinan, dan
nifas atau pengelolaannya tetapi bukan karena sebab-sebab lain seperti kecelakaan
atau terjatuh di setiap 100.000 kelahiran hidup. Selain untuk menilai program
kesehatan ibu, indicator ini juga mampu menilai derajat kesehatan masyarakat,
karena sensitifitasnya terhadap perbaikan pelayanan kesehatan, baik dari sisi
aksesbilitas maupun kualitas. Secara umum terjadi penurunan kematian ibu selama
periode 2017-2019nnamun pada tahun 2020 ini terlihat mulai naik lagi dan tahun
2021 sudah mencapai 199 per 100.000 kelahiran hidup (Dinkes Jateng, 2021).
Menurut WHO (2019) Angka Kematian Ibu (AKI) didunia yaitu sebanyak
303.000 jiwa. Angka Kematian Ibu (AKI) di ASEAN yaitu sebesar 235 per
100.000 kelahiran hidup (ASEAN Secretariat, 2020). Menurut Data Survey
Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) Angka Kematian Ibu (AKI)
diIndonesia meningkat dari 228 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2002-
2007 menjadi 359 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2007-2012. Angka
Kematian Ibu (AKI) mengalami penurunan pada tahun 2012-2015 menjadi 305 per
100.000 kelahiran hidup dan jumlah kematian ibu di Indonesia pada tahun 2019
yaitu sebanyak 4.221 kasus. Walaupun terjadi kecenderungan penurunan angka
kematian ibu, namun tidak berhsil mencapai target MDGs yang harus dicapai yaitu
sebesar 102 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2015. Hasil supas tahun 2015
memperlihatkan angka kematian ibu tiga kali lipat dibandingkan target MDGs
(Kemenkes RI, 2020).
1
Menurut (Kemenkes, 2020) di Provinsi Jawa Tengah jumlah lahir hidup
sebanyak 522.802 dan jumlah kematian ibu sebanyak 530. Kabupaten atau kota
dengan jumlah kasus kematian ibu tertinggi adalah Kabupaten Brebes sebanyak
105 kasus, diikuti grobogan 84 kasus, dan klaten 45 kasus. Kabupaten atau kota
dengan jumlah kasus kematian ibu terendahi adalah kota magelang dengan 2 kasus,
diikuti kota tegal dengan 3 kasus. Penyebab kematian ibu terbanyak akibat covid
19 (55,2%), hipertensi dalam kehamilan (16,0%), perdarahan 10,7%), gangguan
system peredaran darah (4,4%), infeksi (1,7%), gangguan metabolik (0,6%), dan
lain lain (11,5%) (Dinkes Jateng, 2021).
Upaya lain yang dilakukan untuk menurunkan kematian ibu dan kematian
bayi yaitu dengan mendorong agar setiap persalinan ditolong oleh tenaga
kesehatan terlatih yaitu dokter spesialis kebidanan dan dokter kandungan (SpOG),
dokter umum, dan bidan, serta diupayakan dilakukan di fasilitas pelayanan
kesehatan. Pertolongan persalinan adalah proses pelayanan persalinan yang
dimulai pada kala I sampai dengan kala IV persalinan. Dalam rangka menjamin
ibu bersalin mendapatkan pelayanan kesehatan sesuai standar (Dinkes Jateng,
2021).
Dalam Islam segala hal yang berkaitan dengan kehidupan baik di dunia
maupun di akhirat telah diberikan penjelasan, ketetapan dan perumpamaan.
Berikut ayat yang menjelaskan tentang setiap melahirkan pasti akan merasakan
rasa sakit yang hebat. Firman Allah dalam Q.S Maryam Ayat 23:
Artinya : Kemudian rasa sakit akan melahirkan memaksanya (bersandar)
pada pangkal pohon kurma, dia (Maryam) berkata, "Wahai, betapa (baiknya) aku
mati sebelum ini, dan aku menjadi seorang yang tidak diperhatikan dan
dilupakan"
Proses persalinan atau melahirkan merupakan momen yang dinantikan
sekaligus mendebarkan bagi seorang ibu. Di momen ini, seorang ibu berjuang
untuk melahirkan buah hatinya dengan harapan baik bayi dan sang ibu bisa
melewati masa persalinan dengan lancar dan selamat. Rasulullah SAW
memberikan tuntunan kepada orang-orang Muslim dalam menyiapkan generasi,
termasuk dalam proses mealahirkan. Dianjurkan bagi seorang ibu melantunkan
doa-doa ketika akan dan sedang melahirkan. Rasulullah SAW kemudian bersabda,
"Doa-doa di saat genting adalah, "Ya Allah, aku memohon rahmat-Mu, maka

2
jangan Engkau serahkan diriku kepada diriku walau sekejap. Perbaikilah urusanku
semuanya! Tidak ada sesembahan yang hak, kecuali Engkau.
B. Tujuan umum
Untuk Menetahui Asuhan Kebidanan Ibu Bersalin Normal Pada Ny. F
Usia 24 Tahun G1P0A0 Uk 39+6 Minggu Dengan Kala I Fase Aktif

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian Persalinan
Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta, dan selaput ketuban keluar
dari uterus ibu. Persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi pada usia
kehamilan cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai adanya penyulit.
Persalinan normal menurut IBI adalah persalinan dengan presentasi janin janin
belakang kepala yang berlangsung secara spontan dengan lama persalinan dalam
batas normal, tanpa intervensi (pengguna narkotik, epidural, percepatan
persalinan, memecah ketubah dan episisotomi), beresiko rendah sejak awal
persalinan hingga partus dengan masa gestasi 37-42 minggu (Damayanti, dkk,
2014).
B. Macam-Macam Persalinan
1. Persalinan Spontan : yaitu persalinan yang berlangsung dengan kekuatan ibu
sendiri, melalui jalan lahir ibu tersebut.
2. Persalinan Buatan : yaitu bila persalinan dibantu dengan tenaga dari luar
misalnya ekstraksi forceps, atau dilakukan operasi Sectio Caesaria.
3. Persalinan Anjuran : adalah persalinan yang tidak dimulai dengan sendirinya
tetapi baru berlangsung setelah pemecahan ketuban, pemberian pitocin atau
prostaglandin (Kurniarum, A.,2016).
C. Sebab-Sebab Mulainya Persalinan
Sebab mulainya persalinan belum diketahui dengan jelas. Agaknya banyak
faktor yang memegang peranan dan bekerjasama sehingga terjadi persalinan.
Beberapa teori yang dikemukakan adalah: penurunan kadar progesteron, teori
oxitosin, keregangan otot-otot, pengaruh janin, dan teori prostaglandin. Menurut
Kurniarum, A (2016), yang menyebabkan mulainya persalinan adalah sebagai
berikut :
1. Penurunan Kadar Progesteron
Progesterone menimbulkan relaxasi otot-otot rahim, sebaliknya estrogen
meninggikan kerentanan otot rahim. Selama kehamilan terdapat keseimbangan
antara kadar progesteron dan estrogen dalam darah, tetapi pada akhir kehamilan
kadar progesteron menurun sehingga timbul his. Proses penuaan plasenta terjadi
mulai umur kehamilan 28 minggu, dimana terjadi penimbunan jaringan ikat,
4
dan pembuluh darah mengalami penyempitan dan buntu. Produksi progesterone
mengalami penurunan, sehingga otot rahim lebih sensitive terhadap oxitosin.
Akibatnya otot rahim mulai berkontraksi setelah tercapai tingkat penurunan
progesterone tertentu.
2. Teori Oxitosin
Oksitosin dikeluarkan oleh kelenjar hipofisis parst posterior. Perubahan
keseimbangan estrogen dan progesterone dapat mengubah sensitivitas otot
rahim, sehingga sering terjadi kontraksi Braxton Hicks. Di akhir kehamilan
kadar progesteron menurun sehingga oxitocin bertambah dan meningkatkan
aktivitas otot-otot rahim yang memicu terjadinya kontraksi sehingga terdapat
tanda-tanda persalinan.
3. Keregangan Otot-otot.
Otot rahim mempunyai kemampuan meregang dalam batas tertentu.
Setelah melewati batas tertentu terjadi kontraksi sehingga persalinan dapat
dimulai. Seperti halnya dengan Bladder dan Lambung, bila dindingnya teregang
oleh isi yang bertambah maka timbul kontraksi untuk mengeluarkan isinya.
Demikian pula dengan rahim, maka dengan majunya kehamilan makin teregang
otot-otot dan otot-otot rahim makin rentan. Contoh, pada kehamilan ganda
sering terjadi kontraksi setelah keregangan tertentu sehingga menimbulkan
proses persalinan.
4. Pengaruh Janin
Hipofise dan kelenjar suprarenal janin rupa-rupanya juga memegang
peranan karena pada anencephalus kehamilan sering lebih lama dari biasa,
karena tidak terbentuk hipotalamus. Pemberian kortikosteroid dapat
menyebabkan maturasi janin, dan induksi (mulainya ) persalinan.
5. Teori Prostaglandin
Konsentrasi prostaglandin meningkat sejak umur kehamilan 15 minggu
yang dikeluarkan oleh desidua. Prostaglandin yang dihasilkan oleh desidua
diduga menjadi salah satu sebab permulaan persalinan. Hasil dari percobaan
menunjukkan bahwa prostaglandin F2 atau E2 yang diberikan secara intravena,
intra dan extra amnial menimbulkan kontraksi miometrium pada setiap umur
kehamilan. Pemberian prostaglandin saat hamil dapat menimbulkan kontraksi
otot rahim sehingga hasil konsepsi dapat keluar. Prostaglandin dapat dianggap
sebagai pemicu terjadinya persalinan. Hal ini juga didukung dengan adanya

5
kadar prostaglandin yang tinggi baik dalam air ketuban maupun daerah perifer
pada ibu hamil, sebelum melahirkan atau selama persalinan.
D. Tanda dan gejala
Menurut Kurniarum, A (2016), tentang tanda dan gejala persalinan, akan dibahas
materi sebagai berikut :
1. Tanda-tanda bahwa persalinan sudah dekat
a. Lightening
Beberapa minggu sebelum persalinan, calon ibu merasa bahwa keadaannya
menjadi lebih enteng. Ia merasa kurang sesak, tetapi sebaliknya ia merasa
bahwa berjalan sedikit lebih sukar, dan sering diganggu oleh perasaan nyeri
pada anggota bawah.
b. Pollikasuria
Pada akhir bulan ke-IX hasil pemeriksaan didapatkan epigastrium kendor,
fundus uteri lebih rendah dari pada kedudukannya dan kepala janin sudah
mulai masuk ke dalam pintu atas panggul. Keadaan ini menyebabkan kandung
kencing tertekan sehingga merangsang ibu untuk sering kencing yang disebut
Pollakisuria.
c. False labor Tiga (3) atau empat (4) minggu sebelum persalinan, calon ibu
diganggu oleh his pendahuluan yang sebetulnya hanya merupakan
peningkatan dari kontraksi Braxton Hicks. His pendahuluan ini bersifat:
1) Nyeri yang hanya terasa di perut bagian bawah
2) Tidak teratur
3) Lamanya his pendek, tidak bertambah kuat dengan majunya waktu dan bila
dibawa jalan malah sering berkurang
4) Tidak ada pengaruh pada pendataran atau pembukaan cervix
d. Perubahan cervix
Pada akhir bulan ke 9 hasil pemeriksaan cervix menunjukkan bahwa cervix
yang tadinya tertutup, panjang dan kurang lunak, kemudian menjadi lebih
lembut, dan beberapa menunjukkan telah terjadi pembukaan dan penipisan.
Perubahan ini berbeda untuk masing-masing ibu, misalnya pada multipara
sudah terjadi pembukaan 2 cm namun pada primipara sebagian besar masih
dalam keadaan tertutup.
e. Energy sport

6
Beberapa ibu akan mengalami peningkatan energi kira-kira 24-28 jam
sebelum persalinan mulai. Setelah beberapa hari sebelumnya merasa
kelelahan fisik karena tuanya kehamilan maka ibu mendapati satu hari
sebelum persalinan dengan energi yang penuh. Peningkatan energi ibu ini
tampak dari aktifitas yang dilakukannya seperti membersihkan rumah,
mengepel, mencuci perabot rumah, dan pekerjaan rumah lainnya sehingga ibu
akan kehabisan tenaga menjelang kelahiran bayi, sehingga persalinan menjadi
panjang dan sulit.
f. Gastrointestinal Upsets
Beberapa ibu mungkin akan mengalami tanda-tanda seperti diare, obstipasi,
mual dan muntah karena efek penurunan hormon terhadap sistem pencernaan.
2. Tanda-tanda persalinan
Yang merupakan tanda pasti dari persalinan adalah :
a. Timbulnya kontraksi uterus
Biasa juga disebut dengan his persalinan yaitu his pembukaan yang
mempunyai sifat sebagai berikut:
1) Nyeri melingkar dari punggung memancar ke perut bagian depan.
2) Pinggang terasa sakit dan menjalar kedepan
3) Sifatnya teratur, inerval makin lama makin pendek dan kekuatannya makin
besar.
4) Mempunyai pengaruh pada pendataran dan atau pembukaan cervix.
5) Makin beraktifitas ibu akan menambah kekuatan kontraksi. Kontraksi uterus
yang mengakibatkan perubahan pada servix (frekuensi minimal 2 kali dalam
10 menit).
b. Penipisan dan pembukaan servix
Penipisan dan pembukaan servix ditandai dengan adanya pengeluaran lendir
dan darah sebagai tanda pemula.
c. Bloody Show (lendir disertai darah dari jalan lahir)
Dengan pendataran dan pembukaan, lendir dari canalis cervicalis keluar
disertai dengan sedikit darah. Perdarahan yang sedikit ini disebabkan karena
lepasnya selaput janin pada bagian bawah segmen bawah rahim hingga
beberapa capillair darah terputus.
d. Premature Rupture of Membrane

7
Keluarnya cairan banyak dengan sekonyong-konyong dari jalan lahir. Hal ini
terjadi akibat ketuban pecah atau selaput janin robek. Ketuban biasanya pecah
kalau pembukaan lengkap atau hampir lengkap dan dalam hal ini keluarnya
cairan merupakan tanda yang lambat sekali. Tetapi kadang-kadang ketuban
pecah pada pembukaan kecil, malahan kadang-kadang selaput janin robek
sebelum persalinan. Walaupun demikian persalinan diharapkan akan mulai
dalam 24 jam setelah air ketuban keluar.
E. Tahapan persalinan kala I, II, III dan IV 1.
1. Kala I (pembukaan)
a. Jika sudah terjadi pembukaan serviks dan kontraksi terjadi teratur minimal 2x
dalam 10 menit selama 40 detik.
b. Kala I adalah kala pembukaan yang berlangsung antara pembukaan 0-10 cm
(pembukaan lengkap). Proses pada kala I terbagi menjadi dua fase, yaitu:
1) Fase laten (8 jam) dari pembukaan 0 cm sampai pembukaan 3 cm.
2) Fase aktif (7 jam) dari pembukaan serviks 3 cm sampai pembukaan 10
cm,dibagi lagi menjadi 3 fase yaitu:
a) Fase akselerasi (2 jam), dari pembukaan serviks 3 cm sampai 4 cm.
b) Fase dilatasi maksimal (2 jam), dari pembukaan 4 cm sampai 9 cm.
c) fase deselarasi (2 jam), dari pembukaan 9 cm sampai 10 cm.
c. Lamanya untuk primigravida berlangsung 12-14 jam sedangkan
padamultigravida sekitar 6-8 jam.
d. Berdasarkan kurve Friedman, diperhitungkan pembukaan primigravida 1 cm
per jam dan pembukaan multigravida 2 cm per jam.
2. Kala II (pengeluaran bayi)
a. Kala II adalah kala pengeluaran bayi, dimulai dari pemmbukaan lengkap
sampai bayi lahir.
b. Uterus dengan kekuatan hisnya ditambah kekuatan meneran akan
mendoronng bayi hingga lahir.
c. Lamanya proses ini berlangsung selama 1½ – 2 jam pada primigravida dan
½ - 1 jam pada multigravida.
d. Diagnosis persalinan kala II ditegakkan dengan melakukan pemeriksaan
dalam untuk memastikan pembukaan sudah lengkap kepala janin sudah
tampak di vulva dengan diameter 5-6 cm.

8
e. Tanda gejala kala II: dorongan meneran, tekanan anus, perineum menonjol,
vulva membuka.
3. Kala III (pelepasan plasenta)
Kala III adalah waktu untuk pelepasan dan pengeluaran plasenta.
Berlangsung setelah kala II yang tidak lebih dari sekitar 30 menit, kontraksi
uterus berhenti sekitar 5-10 menit. Dengan lahirnya bayi dan proses retraksi
uterus, maka plasenta lepas dari dari lapisan Nitabusch. Tanda-tanda lepasnya
plasenta, sebagai berikut :
a. Uterus menjadi berbentuk bundar.
b. Uterus terdorong ke atas, karena plasenta terlepas ke segmen bawah rahim.
c. Tali pusat semakin panjang.Terjadinya perdarahan.
4. Kala IV (observasi)
Kala IV dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir dua jam setelah
itu masa paling kritis karena proses perdarahan yang berlangsung. Observasi
intensif karena perdarahan yang terjadi pada masa ini. Observasi yang
dilakukan meliputi tingkat kesadaran, pemeriksaan tanda vital, kontraksi uterus
dan perdarahan dianggap masih normal bila jumlahnya tidak melebihi 400-
500cc. Hal penting yang harus diperhatikan pada kala IV persalinan :
a. Kontraksi uterus baik.
b. Tidak ada perdarahan pervaginam atau dari alat genital lain.
c. Plasenta dan selaput ketuban harus sudah lahir lengkap.
d. Kandung kemih harus kosong.
e. Luka-luka di perineum harus dirawat dan tidak ada hematoma.
f. Resume keadaan umum ibu dan bayi (Damayanti, dkk, 2014).
F. Perubahan Fisiologis Persalinan
1. Perubahan uterus Di uterus terjadi perubahan saat masa persalinan, perubahan
yang terjadi sebagai berikut:
a. Kontraksi uterus yang dimulai dari fundus uteri dan menyebar ke depan dan
ke bawah abdomen.
b. Segmen Atas Rahim (SAR) dan Segmen Bawah Rahim (SBR)
1) SAR dibentuk oleh corpus uteri yang bersifat aktif dan berkontraksi
Dinding akan bertambah tebal dengan majunya persalinan sehingga
mendorong bayi keluar.

9
2) SBR dibentuk oleh istmus uteri bersifat aktif relokasi dan dilatasi. Dilatasi
makin tipis karena terus diregang dengan majunya persalinan.
2. Perubahan bentuk rahim
Setiap terjadi kontraksi, sumbu panjang rahim bertambah panjang sedangkan
ukuran melintang dan ukuran muka belakang berkurang. Pengaruh perubahan
bentuk rahim ini:
a. Ukuran melintang menjadi turun, akibatnya lengkungan punggung bayi
turun menjadi lurus, bagian atas bayi tertekan fundus, dan bagian tertekan
Pintu Atas Panggul.
b. Rahim bertambah panjang sehingga otot-otot memanjang diregang dan
menarik. Segmen bawah rahim dan serviks akibatnya menimbulkan
terjadinya pembukaan serviks sehingga Segmen Atas Rahim (SAR) dan
Segmen Bawah Rahim (SBR).
3. Faal Ligamentum Rotundum
Pada kontraksi, fundus yang tadinya bersandar pada tulang punggung
berpindah ke depan mendesak dinding perut depan kearah depan. Perubahan
letak uterus pada waktu kontraksi ini penting karena menyebabkan sumbu
rahim menjadi searah dengan sumbu jalan lahir.
Dengan adanya kontraksi dari ligamentum rotundum, fundus uteri
tertambat sehingga waktu kontraksi fundus tidak dapat naik ke atas.
4. Perubahan serviks
a. Pendataran serviks/Effasement Pendataran serviks adalah pemendekan
kanalis servikalis dari 1-2 cm menjadi satu lubang saja dengan pinggir yang
tipis.
b. Pembukaan serviks adalah pembesaran dari ostium eksternum yang tadinya
berupa suatu lubang dengan diameter beberapa milimeter menjadi lubang
dengan diameter kira-kira 10 cm yang dapat dilalui bayi. Saat pembukaan
lengkap, bibir portio tidak teraba lagi. SBR, serviks dan vagina telah
merupakan satu saluran.
5. Perubahan pada sistem urinaria
Pada akhir bulan ke 9, pemeriksaan fundus uteri menjadi lebih rendah,
kepala janin mulai masuk Pintu Atas Panggul dan menyebabkan kandung
kencing tertekan sehingga merangsang ibu untuk sering kencing. Pada kala I,
adanya kontraksi uterus/his menyebabkan kandung kencing semakin tertekan.

10
Poliuria sering terjadi selama persalinan, hal ini kemungkinan
disebabkan karena peningkatan cardiac output, peningkatan filtrasi glomerolus,
dan peningkatan aliran plasma ginjal. Poliuri akan berkurang pada posisi
terlentang. Proteinuri sedikit dianggap normal dalam persalinan.
Wanita bersalin mungkin tidak menyadari bahwa kandung kemihnya
penuh karena intensitas kontraksi uterus dan tekanan bagian presentasi janin
atau efek anestesia lokal. Bagaimanapun juga kandung kemih yang penuh dapat
menahan penurunan kepala janin dan dapat memicu trauma mukosa kandung
kemih selama proses persalinan. Pencegahan (dengan mengingatkan ibu untuk
berkemih di sepanjang kala I) adalah penting. Sistem adaptasi ginjal mencakup
diaforesis dan peningkatan IWL (Insensible Water Loss) melalui respirasi.
6. Perubahan pada vagina dan dasar panggul
Pada kala I ketuban ikut meregangkan bagian atas vagina sehingga dapat
dilalui bayi. Setelah ketuban pecah, segala perubahan terutama pada dasar
panggul yang ditimbulkan oleh bagian depan bayi menjadi saluran dengan
dinding yang tipis. Saat kepala sampai di vulva, lubang vulva menghadap ke
depan atas. Dari luar peregangan oleh bagian depan nampak pada perineum
yang menonjol dan menjadi tipis sedangkan anus menjadi terbuka. Regangan
yang kuat ini dimungkinkan karena bertambahnya pembuluh darah pada bagian
vagina dan dasar panggul, tetapi kalau jaringan tersebut robek akan
menimbulkan perdarahan banyak.
7. Perubahan sistem kardiovaskuler
Selama persalinan, curah jantung meningkat 40 % sampai 50 %
dibandingkan dengan kadar sebelum persalinan dan sekitar 80% sampai 100 %
dibandingkan dengan kadar sebelumnya. Peningkatan curah jantung ini terjadi
karena pelepasan katekolamin akibat nyeri dan karena kontraksi otot abdomen
dan uterus. Seiring dengan kontraksi uterus sekitar 300 sampai 500 ml darah
dipindahkan ke volume darah sentral.
Pada setiap kontaksi uterus, aliran darah di cabang-cabang arteri uterus
yang menyuplai ruang intervillli menurun dengan cepat sesuai dengan besarnya
kontraksi. Penurunan ini tidak berhubungan dengan perubahan yang bermakna
dalam tekanan perfusi sistemik, tetapi lebih berhubungan dengan peningkatan
tahanan vaskuler lokal di dalam uterus. Tekanan vena istemik meningkat saat
darah kembali dari vena uterus yang membengkak. Pada kala I, sistolik rata-

11
rata meningkat 10 mm hg dan tekanan diastolik ratarata meningkat sebesar 5-
19 mmhg selama kontraksi, tetapi tekanan tidak banyak berubah. Diantara
waktu kontraksi kala II terdapat peningkatan 30/25 mmhg selama kontraksi dari
10/5 sampai 10 mmhg. Jika wanita mengejan dengan kuat, terjadi kompensasi
tekanan darah, seringkali terjadi penurunan tekanan darah secara dramatis saat
wanita berhenti mengejan di akhir kontaksi.
Perubahan lain dalam persalinan mencakup peningkatan denyut nadi
secara perlahan tapi pasti sampai sekitar 100 kali per menit pada persalinan kala
II. Frekuensi denyut nadi dapat ditingkatkan lebih jauh oleh dehidrasi,
perdarahan, ansietas, nyeri dan obat-obatan tertentu, seperti terbutalin. Karena
perubahan kardiovaskuler yang terjadi selama kontraksi uterus, pengkajian
paling akurat untuk mengkaji tanda tanda vital maternal adalah diantara waktu
kontraksi. Pengaturan posisi memiliki efek yang besar pada curah jantung.
Membalikkan posisi wanita bersalin dari miring ke telentang
menurunkan curah jantung sebesar 30% Tekanan darah meningkat selama
kontraksi, kenaikan sistole 15 (10-20) mmhg, kenaikan diastole 5-10 mmhg,
diantara kontraksi tekanan kembali pada level sebelum persalinan. Posisi
berbaring miring akan mengurangi terjadinya perubahan tekanan darah selama
proses kontraksi. Rasa sakit/nyeri, takut dan cemas juga dapat meningkatkan
tekanan darah. Kenaikan detak jantung berkaitan dengan peningkatan
metabolisme. Secara dramatis detak jantung naik selama uterus berkontraksi.
Antara kontraksi sedikit meningkat dibandingkan sebelum persalinan.
8. Perubahan pada sistem metabolisme karbohidrat dan basal metabolisme rate
Pada saat mulai persalinan, terjadi penurunan hormon progesteron yang
mengakibatkan perubahan pada sistem pencernaan menjadi lebih lambat
sehingga makanan lebih lama tinggal di lambung, akibatnya banyak ibu bersalin
yang mengalami obstivasi atau peningkatan getah lambung sehingga terjadi
mual dan muntah.
Metabolisme karbohidrat aerob dan anaerob meningkat secara perlahan
yang terjadi akibat aktivitas otot rangka dan kecemasan ibu. Peningkatan ini
ditandai dengan adanya peningkatan suhu badan ibu, nadi, pernafasan, cardiac
out put dan hilangnya cairan.
Pada Basal Metabolisme Rate (BMR), dengan adanya kontraksi dan
tenaga mengejan yang membutuhkan energi yang besar, maka pembuangan

12
juga akan lebih tinggi dan suhu tubuh meningkat. Suhu tubuh akan sedikit
meningkat (0,5-1 0 C) selama proses persalinan dan akan segera turun setelah
proses persalinan selesai. Hal ini disebabkan karena adanya peningkatan
metabolisme tubuh. Peningkatan suhu tubuh tidak boleh lebih dari 10 C.
9. Perubahan sistem pernafasan
Dalam persalinan, ibu mengeluarkan lebih banyak CO2 dalam setiap
nafas. Selama kontraksi uterus yang kuat, frekuensi dan kedalaman pernafasan
meningkat sebagai responns terhadap peningkatan kebutuhan oksigen akibat
pertambahan laju metabolik. Rata rata PaCO2 menurun dari 32 mm hg pada
awal persalinan menjadi 22 mm hg pada akhir kala I (Beischer et al, 1986).
Menahan nafas saat mengejan selama kala II persalinan dapat mengurangi
pengeluaran CO2.
Masalah yang umum terjadi adalah hiperventilasi maternal, yang
menyebabkan kadar PaCO2 menurun dibawah 16 sampai 18 mm hg (Beischer
et al, 1986). Kondisi ini dapat dimanifestasikan dengan kesemutan pada tangan
dan kaki, kebas dan pusing. Jika pernafasan dangkal dan berlebihan, situasi
kebalikan dapat terjadi karena volume rendah. Mengejan yang berlebihan atau
berkepanjangan selama Kala II dapat menyebabkan penurunan oksigen sebagai
akibat sekunder dari menahan nafas.
Pernafasan sedikit meningkat karena adanya kontraksi uterus dan
peningkatan metabolisme dan diafragma tertekan oleh janin. Hiperventilasi
yang lama dianggap tidak normal dan dapat menyebabkan terjadinya alkalosis.
10. Perubahan sistem gastrointestinal
Motilitas lambung dan absorbsi makanan padat secara substansial
berkurang banyak sekali selama persalinan aktif dan waktu pengosongan
lambung. Efek ini dapat memburuk setelah pemberian narkotik. Banyak wanita
mengalami mual muntah saat persalinan berlangsung, khususnya selama fase
transisi pada kala I persalinan. Selain itu pengeluaran getah lambung yang
berkurang menyebabkan aktifitas pencernaan berhenti dan pengosongan
lambung menjadi sangat lamban. Cairan meninggalkan perut dalam tempo yang
biasa. Mual atau muntah terjadi sampai ibu mencapai akhir kala I.
Ketidaknyamanan lain mencakup dehidrasi dan bibir kering akibat
bernafas melalui mulut. Karena resiko mual dan muntah, beberapa fasilitas
pelayanan bersalin membatasi asupan oral selama persalinan. Es batu biasanya

13
diberikan untuk mengurangi ketidaknyaman akibat kekeringan mulut dan bibir.
Beberapa fasilitas layanan lain mengijinkan minum air putih, jus dan ice pop.
Banyak fasilitas lain memberikan asupan cairan melalui intravena.
Kadar natrium dan klorida dalam plasma dapat menurun sebagai akibat
absorbsi gastrointestinal, nafas terengah-engah, dan diaforesis (perspirasi)
selama persalinan dan kelahiran. Poliuri (sering berkemih) merupakan hal yang
biasa terjadi. Penurunan asupan cairan oral akibat mual dan muntah,
ketidaknyamanan dan pemberian analgetik atau anestesi dapat lebih jauh
mengubah kesimbangan cairan dan elektrolit.
11. Perubahan pada hematologi
Haemoglobin akan meningkat selama persalinan sebesar 1,2 gr % dan
akan kembali pada tingkat seperti sebelum persalinan pada hari pertama pasca
persalinan kecuali terjadi perdarahan.
Peningkatan leukosit secara progresif pada awal kala I (5.000) hingga
mencapai ukuran jumlah maksimal pada pembukaan lengkap (15.000).
Haemoglobin akan meningkat selama persalinan sebesar 1,2 gr % dan akan
kembali pada tingkat seperti sebelum persalinan pada hari pertama pasca
persalinan kecuali terjadi perdarahan. Peningkatan leukosit terjadi secara
progresif pada awal kala I (5.000) hingga mencapai ukuran jumlah maksimal
pada pembukaan lengkap (15.000). Selama persalinan waktu pembekuan darah
sedikit menurun, tetapi kadar fibrinogen plasma meningkat. Gula darah akan
turun selama persalinan dan semakin menurun pada persalinan lama, hal ini
disebabkan karena aktifitas uterus dan muskulus skeletal.
12. Nyeri
Nyeri dalam persalinan dan kelahiran adalah bagian dari respon fisiologis
yang normal terhadap beberapa faktor. Selama Kala I persalinan, nyeri yang
terjadi pada kala I terutama disebabkan oleh dilatasi serviks dan distensi segmen
uterus bawah. Pada awal kala I, fase laten kontraksi pendek dan lemah, 5 sampai
10 menit atau lebih dan berangsung selama 20 sampai 30 detik. Wanita mungkin
tidak mengalami ketidaknyamanan yang bermakna dan mungkin dapat berjalan
ke sekeliling secara nyaman diantara waktu kontraksi. Pada awal kala I, sensasi
biasanya berlokasi di punggung bawah, tetapi seiring dengan waktu nyeri
menjalar ke sekelilingnya seperti korset/ikat pinggang, sampai ke bagian

14
anterior abdomen. Interval kontraksi makin memendek, setiap 3 sampai 5 menit
menjadi lebih kuat dan lebih lama.
Pada Kala II, nyeri yang terjadi disebabkan oleh distensi dan
kemungkinan gangguan pada bagian bawah vagina dan perineum. Persepsi
nyeri dipengaruhi oleh berbagai faktor. Mekanisme nyeri dan metode
penurunan nyeri yang terjadi pada wanita yang bersalin beragam kejadiannya.
Saat persalinan berkembang ke fase aktif, wanita seringkali memilih
untuk tetap di tempat tidur, ambulasi mungkin tidak terasa nyaman lagi. Ia
menjadi sangat terpengaruh dengan sensasi di dalam tubuhnya dan cenderung
menarik diri dari lingkungan sekitar. Lama setiap kontraksi berkisar antara 30
– 90 detik, rata-rata sekitar 1 menit.
Saat dilatasi serviks mencapai 8-9 cm, kontraksi mencapai intensitas
puncak, dan wanita memasuki fase transisi. Pada fase transisi biasanya pendek,
tetapi sering kali merupakan waktu yang paling sulit dan sangat nyeri bagi
wanita karena frekuensi (setiap 2 sampai 3 menit) dan lama (seringkali
berlangsung sampai 90 detik kontraksi). Wanita menjadi sensitif dan kehilangan
kontrol. Biasanya ditandai dengan meningkatnya jumlah show akibat ruptur
pembuluh darah kapiler di serviks dan segmen uterus bawah.
G. Perubahan Psikologis Persalinan
1. Perubahan Psikologis Pada Ibu Bersalin Kala I
Pada persalinan Kala I selain pada saat kontraksi uterus, umumnya ibu dalam
keadaan santai, tenang dan tidak terlalu pucat. Kondisi psikologis yang sering
terjadi pada wanita dalam persalinan kala I adalah :
a. Kecemasan dan ketakutan pada dosa-dosa atau kesalahan-kesalahan
sendiri. Ketakutan tersebut berupa rasa takut jika bayi yang yang akan
dilahirkan dalam keadaan cacat, serta takhayul lain. Walaupun pada jaman
ini kepercayaan pada ketakutan-ketakutan gaib selama proses reproduksi
sudah sangat berkurang sebab secara biologis, anatomis, dan fisiologis
kesulitan-kesulitan pada peristiwa partus bisa dijelaskan dengan alasan-
alasan patologis atau sebab abnormalitas (keluarbiasaan). Tetapi masih ada
perempuan yang diliputi rasa ketakutan akan takhayul.
b. Timbulnya rasa tegang, takut, kesakitan, kecemasan dan konflik batin. Hal
ini disebabkan oleh semakin membesarnya janin dalam kandungan yang
dapat mengakibatkan calon ibu mudah capek, tidak nyaman badan, dan

15
tidak bisa tidur nyenyak, sering kesulitan bernafas dan macam-macam
beban jasmaniah lainnya diwaktu kehamilannya.
c. Sering timbul rasa jengkel, tidak nyaman dan selalu kegerahan serta tidak
sabaran sehingga harmoni antara ibu dan janin yang dikandungnya menjadi
terganggu. Ini disebabkan karena kepala bayi sudah memasuki panggul dan
timbulnya kontraksikontraksi pada rahim sehingga bayi yang semula
diharapkan dan dicintai secara psikologis selama berbulan-bulan itu kini
dirasakan sebagai beban yang amat berat.
d. Ketakutan menghadapi kesulitan dan resiko bahaya melahirkan bayi yang
merupakan hambatan dalam proses persalinan :
1) Adanya rasa takut dan gelisah terjadi dalam waktu singkat dan tanpa
sebab sebab yang jelas.
2) Ada keluhan sesak nafas atau rasa tercekik, jantung berdebar-debar
3) Takut mati atau merasa tidak dapat tertolong saat persalinan
4) Muka pucat, pandangan liar, pernafasan pendek, cepat dan takikardi
e. Adanya harapan harapan mengenai jenis kelamin bayi yang akan
dilahirkan.
Relasi ibu dengan calon anaknya terpecah, sehingga popularitas AKU-
KAMU (akusebagai pribadi ibu dan kamu sebagai bayi) menjadi semakin
jelas. Timbullah dualitas perasaan yaitu:
1) Harapan cinta kasih
2) Impuls bermusuhan dan kebencian
f. Sikap bermusuhan terhadap bayinya
1) Keinginan untuk memiliki janin yang unggul
2) Cemas kalau bayinya tidak aman di luar rahim
3) Belum mampu bertanggung jawab sebagai seorang ibu
g. Kegelisahan dan ketakutan menjelang kelahiran bayi:
1) Takut mati
2) Trauma kelahiran
3) Perasaan bersalah
4) Ketakutan riil
2. Perubahan Psikologis Ibu Bersalin Kala II

16
Pada masa persalinan seorang wanita ada yang tenang dan bangga akan
kelahiran bayinya, tapi ada juga yang merasa takut. Adapun perubahan
psikologis yang terjadi adalah sebagai berikut:
a. Panik dan terkejut dengan apa yang terjadi pada saat pembukaan lengkap
b. Bingung dengan adanya apa yang terjadi pada saat pembukaan lengkap
c. Frustasi dan marah
d. Tidak memperdulikan apa saja dan siapa saja yang ada di kamar bersalin
e. Rasa lelah dan sulit mengikuti perintah
f. Fokus pada dirinya sendiri
3. Perubahan psikologis ibu bersalin kala III
Menurut Kuswanti dan Melina (2013), perubahan psikologis Ibu bersalin Kala
III adalah sebagai berikut:
a. Bahagia Karena saat – saat yang telah lama di tunggu akhirnya datang
juga yaitu kelahiran bayinya dan ia merasa bahagia karena merasa sudah
menjadi wanita yang sempurna (bisa melahirkan, memberikanan aku ntuk
suami dan memberikan anggota keluarga yang baru), bahagia karena bisa
melihat anaknya.
b. Cemas dan takut Ibu merasa cemas dan takut terjadi bahaya atas dirinya
saat persalinan karena persalinan di anggap sebagai suatu keadaan antara
hidup dan mati. Cemas dan takut kini juga bias terjadi karena pengalaman
yang lalu.
4. Pada persalinan kala IV
Segera setelah kelahiran plasenta, sejumlah perubahan maternal terjadi
pada saat stress fisik dan emosional akibat persalinan dan kelahiran mereda
dan ibu memasuki penyembuhan pascapartum dan bonding (ikatan). Terjadi
intimasi dan kontak yang lama antara ibu dan anak. Ibu memperhatikan
anaknya dan menciptakan hubungan yang baru (Kuswanti dan Melina, 2013)
H. Kebutuhan Dasar Ibu Bersalin
1. Kebutuhan Fisiologis Ibu Bersalin
Kebutuhan fisiologis ibu bersalin merupakan suatu kebutuhan dasar pada
ibu bersalin yang harus dipenuhi agar proses persalinan dapat berjalan dengan
lancar. Kebutuhan dasar ibu bersalin yang harus diperhatikan bidan untuk
dipenuhi yaitu kebutuhan oksigen, cairan dan nutrisi, eliminasi, hygiene
(kebersihan personal), istirahat, posisi dan ambulasi, pengurangan rasa nyeri,

17
penjahitan perineum (jika diperlukan), serta kebutuhan akan pertolongan
persalinan yang terstandar. Pemenuhan kebutuhan dasar ini berbeda-beda,
tergantung pada tahapan persalinan, kala I, II, III atau IV (Kurniarum,
A.,2016).
Adapun kebutuhan fisiologis ibu bersalin adalah sebagai berikut:
a. Kebutuhan Oksigen
Pemenuhan kebutuhan oksigen selama proses persalinan perlu
diperhatikan oleh bidan, terutama pada kala I dan kala II, dimana oksigen
yang ibu hirup sangat penting artinya untuk oksigenasi janin melalui
plasenta. Suplai oksigen yang tidak adekuat, dapat menghambat
kemajuan persalinan dan dapat mengganggu kesejahteraan janin. Oksigen
yang adekuat dapat diupayakan dengan pengaturan sirkulasi udara yang
baik selama persalinan. Ventilasi udara perlu diperhatikan, apabila
ruangan tertutup karena menggunakan AC, maka pastikan bahwa dalam
ruangan tersebut tidak terdapat banyak orang. Hindari menggunakan
pakaian yang ketat, sebaiknya penopang payudara/BH dapat
dilepas/dikurangi kekencangannya. Indikasi pemenuhan kebutuhan
oksigen adekuat adalah Denyut Jantung Janin (DJJ) baik dan stabil
(Kurniarum, A.,2016).
b. Kebutuhan Cairan Dan Nutrisi
Kebutuhan cairan dan nutrisi (makan dan minum) merupakan
kebutuhan yang harus dipenuhi dengan baik oleh ibu selama proses
persalinan. Pastikan bahwa pada setiap tahapan persalinan (kala I, II, III,
maupun IV), ibu mendapatkan asupan makan dan minum yang cukup.
Asupan makanan yang cukup (makanan utama maupun makanan ringan),
merupakan sumber dari glukosa darah, yang merupakan sumber utama
energi untuk sel-sel tubuh. Kadar gula darah yang rendah akan
mengakibatkan hipoglikemia. Sedangkan asupan cairan yang kurang,
akan mengakibatkan dehidrasi pada ibi bersalin.
Pada ibu bersalin, hipoglikemia dapat mengakibatkan komplikasi
persalinan baik ibu maupun janin. Pada ibu, akan mempengaruhi
kontraksi/his, sehingga akan menghambat kemajuan persalinan dan
meningkatkan insiden persalinan dengan tindakan, serta dapat
meningkatkan risiko perdarahan postpartum. Ibu yang mengalami

18
dehidrasi dapat diamati dari bibir yang kering, peningkatan suhu tubuh,
dan eliminasi yang sedikit. Dalam memberikan asuhan, bidan dapat
dibantu oleh anggota keluarga yang mendampingi ibu. Selama kala I,
anjurkan ibu untuk cukup makan dan minum, untuk mendukung
kemajuan persalinan.
Pada kala II, ibu bersalin mudah sekali mengalami dehidrasi, karena
terjadi peningkatan suhu tubuh dan terjadinya kelelahan karena proses
mengejan. Untuk itu disela-sela kontraksi, pastikan ibu mencukupi
kebutuhan cairannya (minum). Pada kala III dan IV, setelah ibu berjuang
melahirkan bayi, maka bidan juga harus memastikan bahwa ibu
mencukupi kebutuhan nutrisi dan cairannya, untuk mencegah hilangnya
energi setelah mengeluarkan banyak tenaga selama kelahiran bayi (pada
kala II) (Kurniarum, A.,2016).
c. Kebutuhan Eliminasi
Pemenuhan kebutuhan eliminasi selama persalinan perlu difasilitasi oleh
bidan, untuk membantu kemajuan persalinan dan meningkatkan
kenyamanan pasien. Anjurkan ibu untuk berkemih secara spontan
sesering mungkin atau minimal setiap 2 jam sekali selama persalinan.
Kandung kemih yang penuh, dapat mengakibatkan:
1) Menghambat proses penurunan bagian terendah janin ke dalam
rongga panggul,terutama apabila berada di atas spina isciadika
2) Menurunkan efisiensi kontraksi uterus/his
3) Mengingkatkan rasa tidak nyaman yang tidak dikenali ibu karena
bersama dengan munculnya kontraksi uterus
4) Meneteskan urin selama kontraksi yang kuat pada kala II
5) Memperlambat kelahiran plasenta
6) Mencetuskan perdarahan pasca persalinan, karena kandung kemih
yang penuh menghambat kontraksi uterus.
Sebelum memasuki proses persalinan, sebaiknya pastikan
bahwa ibu sudah BAB. Rektum yang penuh dapat mengganggu
dalam proses kelahiran janin. Namun apabila pada kala I fase aktif
ibu mengatakan ingin BAB, bidan harus memastikan kemungkinan
adanya tanda dan gejala kala II. Apabila diperlukan sesuai indikasi,

19
dapat dilakukan lavement pada saat ibu masih berada pada kala I fase
latent (Kurniarum, A.,2016).
d. Kebutuhan Hygiene (Kebersihan Personal)
Kebutuhan hygiene (kebersihan) ibu bersalin perlu diperhatikan
bidan dalam memberikan asuhan pada ibu bersalin, karena personal
hygiene yang baik dapat membuat ibu merasa aman dan relax,
mengurangi kelelahan, mencegah infeksi, mencegah gangguan sirkulasi
darah, mempertahankan integritas pada jaringan dan memelihara
kesejahteraan fisik dan psikis. Tindakan personal hygiene pada ibu
bersalin yang dapat dilakukan bidan diantaranya: membersihkan daerah
genetalia (vulva-vagina, anus), dan memfasilitasi ibu untuk menjaga
kebersihan badan dengan mandi (Kurniarum, A.,2016).
e. Kebutuhan Istirahat
Selama proses persalinan berlangsung, kebutuhan istirahat pada ibu
bersalin tetap harus dipenuhi. Istirahat selama proses persalinan (kala I,
II, III maupun IV) yang dimaksud adalah bidan memberikan kesempatan
pada ibu untuk mencoba relaks tanpa adanya tekanan emosional dan fisik.
Hal ini dilakukan selama tidak ada his (disela-sela his). Ibu bisa berhenti
sejenak untuk melepas rasa sakit akibat his, makan atau minum, atau
melakukan hal menyenangkan yang lain untuk melepas lelah, atau apabila
memungkinkan ibu dapat tidur. Namun pada kala II, sebaiknya ibu
diusahakan untuk tidak mengantuk (Kurniarum, A.,2016).
f. Posisi Dan Ambulasi
Posisi persalinan yang akan dibahas adalah posisi persalinan pada
kala I dan posisi meneran pada kala II. Ambulasi yang dimaksud adalah
mobilisasi ibu yang dilakukan pada kala I. Persalinan merupakan suatu
peristiwa fisiologis tanpa disadari dan terus berlangsung/progresif. Bidan
dapat membantu ibu agar tetap tenang dan rileks, maka bidan sebaiknya
tidak mengatur posisi persalinan dan posisi meneran ibu. Bidan harus
memfasilitasi ibu dalam memilih sendiri posisi persalinan dan posisi
meneran, serta menjelaskan alternatif-alternatif posisi persalinan dan
posisi meneran bila posisi yang dipilih ibu tidak efektif. Bidan harus
memahami posisi-posisi melahirkan, bertujuan untuk menjaga agar
proses kelahiran bayi dapat berjalan senormal mungkin. Dengan

20
memahami posisi persalinan yang tepat, maka diharapkan dapat
menghindari intervensi yang tidak perlu, sehingga meningkatkan
persalinan normal.
Menurut (Kurniarum, A.,2016), Macam-macam posisi meneran
diantaranya:
1) Duduk atau setengah duduk, posisi ini memudahkan bidan dalam
membantu kelahiran kepala janin dan memperhatikan keadaan
perineum.
2) Merangkak, posisi merangkak sangat cocok untuk persalinan dengan
rasa sakit pada punggung, mempermudah janin dalam melakukan
rotasi serta peregangan pada perineum berkurang.
3) Jongkok atau berdiri, posisi jongkok atau berdiri memudahkan
penurunan kepala janin, memperluas panggul sebesar 28% lebih
besar pada pintu bawah panggul, dan memperkuat dorongan
meneran. Namun posisi ini beresiko memperbesar terjadinya laserasi
(perlukaan) jalan lahir.
4) Berbaring miring, posisi berbaring miring dapat mengurangi
penekanan pada vena cava inverior, sehingga dapat mengurangi
kemungkinan terjadinya hipoksia janin karena suplai oksigen tidak
terganggu, dapat memberi suasana rileks bagi ibu yang mengalami
kecapekan, dan dapat mencegah terjadinya robekan jalan lahir.
5) Hindari posisi telentang (dorsal recumbent), posisi ini dapat
mengakibatkan: hipotensi (beresiko terjadinya syok dan
berkurangnya suplai oksigen dalam sirkulasi uteroplacenter,
sehingga mengakibatkan hipoksia bagi janin), rasa nyeri yang
bertambah, kemajuan persalinan bertambah lama, ibu mengalami
gangguan untuk bernafas, buang air kecil terganggu, mobilisasi ibu
kurang bebas, ibu kurang semangat, dan dapat mengakibatkan
kerusakan pada syaraf kaki dan punggung.
g. Pengurangan Rasa Nyeri
Nyeri persalinan merupakan pengalaman subjektif tentang sensasi
fisik yang terkait dengan kontraksi uterus, dilatasi dan penipisan serviks,
serta penurunan janin selama persalinan. Respons fisiologis terhadap
nyeri meliputi: peningkatan tekanan darah, denyut nadi, pernafasan,

21
keringat, diameter pupil, dan ketegangan otot. Rasa nyeri ini apabila tidak
diatasi dengan tepat, dapat meningkatkan rasa khawatir, tegang, takut dan
stres, yang pada akhirnya dapat menyebabkan terjadinya persalinan lama
(Kurniarum, A.,2016)
2. Kebutuhan Psikologis
Kebutuhan psikologis pada ibu bersalin merupakan salah satu kebutuhan
dasar pada ibu bersalin yang perlu diperhatikan bidan. Keadaan psikologis ibu
bersalin sangat berpengaruh pada proses dan hasil akhir persalinan.
Kebutuhan ini berupa dukungan emosional dari bidan sebagai pemberi
asuhan, maupun dari pendamping persalinan baik suami/anggota keluarga ibu.
Dukungan psikologis yang baik dapat mengurangi tingkat kecemasan pada ibu
bersalin yang cenderung meningkat. Dukungan psikologis yang dapat
diberikan bidan untuk dapat mengurangi tingkat kecemasan ibu adalah dengan
membuatnya merasa nyaman.
Hal ini dapat dilakukan dengan: membantu ibu untuk berpartisipasi
dalam proses persalinannya dengan tetap melakukan komunikasi yang baik,
memenuhi harapan ibu akan hasil akhir persalinan, membantu ibu untuk
menghemat tenaga dan mengendalikan rasa nyeri, serta mempersiapkan
tempat persalinan yang mendukung dengan memperhatikan privasi ibu.
Secara terperinci, dukungan psikologis pada ibu bersalin dapat diberikan
dengan cara: memberikan sugesti positif, mengalihkan perhatian terhadap rasa
sakit dan ketidaknyamanan selama persalinan, dan membangun kepercayaan
dengan komunikasi yang efektif (Kurniarum, A.,2016).
a. Pemberian Sugesti
Pemberian sugesti bertujuan untuk memberikan pengaruh pada ibu
dengan pemikiran yang dapat diterima secara logis. Sugesti yang
diberikan berupa sugesti positif yang mengarah pada tindakan
memotivasi ibu untuk melalui proses persalinan sebagaimana mestinya.
Menurut psikologis sosial individu, orang yang mempunyai keadaan
psikis labil akan lebih mudah dipengaruhi/mendapatkan sugesti.
Demikian juga pada wanita bersalin yang mana keadaan psikisnya dalam
keadaan kurang stabil, mudah sekali menerima sugesti/pengaruh. Sugesti
positif yang dapat diberikan bidan pada ibu bersalin diantaranya adalah
dengan mengatakan pada ibu bahwa proses persalinan yang ibu hadapi

22
akan berjalan lancar dan normal, ucapkan hal tersebut berulang kali untuk
memberikan keyakinan pada ibu bahwa segalanya akan baikbaik saja
(Kurniarum, A.,2016).
b. Mengalihkan Perhatian
Mengalihkan perhatian dari rasa sakit yang dihadapi selama proses
persalinan berlangsung dapat mengurangi rasa sakit yang sebenarnya.
Secara psikologis, apabila ibu merasakan sakit, dan bidan tetap fokus pada
rasa sakit itu dengan menaruh rasa empati/belas kasihan yang berlebihan,
maka rasa sakit justru akan bertambah. Upaya yang dapat dilakukan bidan
dan pendamping persalinan untuk mengalihkan perhatian ibu dari rasa
sakit selama persalinan misalnya adalah dengan mengajaknya berbicara,
sedikit bersenda gurau, mendengarkan musik kesukaannya atau
menonton televisi/film. Saat kontraksi berlangsung dan ibu masih tetap
merasakan nyeri pada ambang yang tinggi, maka upaya-upaya
mengurangi rasa nyeri misal dengan teknik relaksasi, pengeluaran suara,
dan atau pijatan harus tetap dilakukan (Kurniarum, A.,2016).
c. Membangun Kepercayaan
Kepercayaan merupakan salah satu poin yang penting dalam
membangun citra diri positif ibu dan membangun sugesti positif dari
bidan. Ibu bersalin yang memiliki kepercayaan diri yang baik, bahwa dia
mampu melahirkan secara normal, dan dia percaya bahwa proses
persalinan yang dihadapi akan berjalan dengan lancar, maka secara
psikologis telah mengafirmasi alam bawah sadar ibu untuk bersikap dan
berperilaku positif selama proses persalinan berlangsung sehingga hasil
akhir persalinan sesuai dengan harapan ibu. Untuk membangun sugesti
yang baik, ibu harus mempunyai kepercayaan pada bidan sebagai
penolongnya, bahwa bidan mampu melakukan pertolongan persalinan
dengan baik sesuai standar, didasari pengetahuan dasar dan keterampilan
yang baik serta mempunyai pengalaman yang cukup. Dengan
kepercayaan tersebut, maka dengan sendirinya ibu bersalin akan merasa
aman dan nyaman selama proses persalinan berlangsung (Kurniarum,
A.,2016).

23
I. Mekanisme persalinan normal
Menurut Lockhart, Anita dan Lyndon Saputra, 2014 Mekanisme
persalinan merupakan gerakan janin dalam menyesuaikan dengan ukuran dirinya
dengan ukuran panggul saat kepala melewati panggul.mekanisme ini sangat
di[erlukan mengingat diameter janin yang lebih besar harus berada pada satu garis
lurus dengan diameter paling besar dari panggul. Adapun gerakan – gerakan dalam
mekanisme persalinan adalah sebagai berikut :
1. Engagement : janin berada setinggi spina iskiadika ibu.
2. Desent : gerakan janin ke bawah.
3. Fleksi : gerakan kepala janin yang menduduki ke depan sehingga dagunya
merapat pada dada.
4. Rotasi interna : gerakan rotasi kepala yang memudahkan pelintasan kepala
melewati spina iskiadika atau setelah melewati Hodge III (setinggi spina) atau
setelah didasar panggul.
5. Ekstensi : gerakan ekstensi merupakan gerakan dimana oksiput berhimpi
langsung pada margo inferior simpisis pubis.
6. Rotasi eksterna : kepala janin melakukan gerakan rotasi dari posisi anteropos
terior kembali ke posisi diagonal atau melintang.
7. Ekspulsi : kelahiran bagian tubuh janin lainnya (Anita Lockhart, 2014:52).
J. Faktor-faktor yang berperan dalam persalinan
Pada setiap persalinan harus diperhatikan faktor-faktor yang
mempengaruhinya. Tiga faktor utama yang menentukan prognosis persalinan
adalah jalan lahir(passage), janin (passanger), dan kekuatan (power).
1. Passage (jalan lahir)
Jalan lahir terdiri dari panggul ibu, yakni bagian tulang padat, dasar
panggul, dan introitus (lubang luar vagina). Meskipun jaringan lunak,
khususnya lapisan-lapisan otot dasar panggul ikut menunjang keluarnya bayi,
tetapi panggul ibu jauh lebih berperan dalam proses persalinan, janin harus
berhasil menyesuaikandirinya terhadap jalan lahir yang relatif kaku. Oleh
karena itu, ukuran dan bentuk panggul harus ditentukan sebelum persalinan.
2. Passanger (janin)
Passanger atau janin bergerak sepanjang jalan lahir merupakan akibat
interaksi beberapa faktor, yakni ukuran kepala janin, presentasi, letak, sikap,
dan posisi janin. Karena plasenta juga harus melewati jalan lahir, maka ia

24
dianggap juga sebagai bagian dari passanger yang menyertai janin. Namun
plasenta jarang menghambat proses persalinan pada kehamilan normal.
3. Power (kekuatan)
Kekuatan terdiri dari kemampuan ibu melakukan kontraksi involunter
dan volunteer secara bersamaan untuk mengelurkan janin dan plasenta dari
uterus. Kontraksi involunter disebut juga kekuatan primer, memadai
dimulainya persalinan. Apabila serviks berdilatasi, usaha volunteer dimulai
untuk mendorong, yang disebut dengan kekuatan sekunder, dimana kekuatan
ini memperbesar kekuatan kontraksi involunter.
4. Psikologis
Kelahiran bayi merupakan peristiwa penting bagi kehidupan seorang ibu
dan keluarganya. Banyak ibu mengalami psikis (kecemasan, keadaan
emosional wanita) dalam menghadapi persalinan, hal ini perlu diperhatikan
oleh seseorang yang akan menolong persalinan. Perasaan cemas, khawatir
akan mempengaruhi hormone stress yang akan mengakibatkan komplikasi
persalinan. Tetapi sampai saat ini hampir tidak ada catatan yang menyebutkan
mengenai hormone stress terhadap fungsi uteri, juga tidak ada catatan
mengenai hubungan antara kecemasan ibu, pengaruh lingkungan, hormone
stress dan komplikasi persalinan. Namun demikian seseorang penolong
persalinan harus memperhatikan keadaan psikologis ibu yang akan
melahirkan karena keadaan psikologis mempunyai pengaruh terhadap
persalinan dan kelahiran.
5. Penolong
Penolong persalinan perlu kesiapan, dan menerapkan asuhan sayang ibu.
Asuhan sayang ibu adalah asuhan yang menghargai budaya, kepercayaan dan
keinginan sang ibu. Beberapa prinsip dasar asuhan sayang ibu adalah dengan
mengikut sertakan suami dan keluarga selama proses persalinan dan kelahiran
bayi. Banyak penelitian menunjukkan bahwa jika para ibu diperhatikan dan
diberi dukungan selama persalinan dan kelahiran bayi serta mengetahui
dengan baik mengenai proses persalinan dan asuhan yang akan mereka terima,
mereka akan mendapatkan rasa aman dan hasil yang lebih baik. Disebutkan
pula bahwa hal tersebut diatas dapat mengurangi terjadinya persalinan dengan
vakum, cunam, dan seksio sesar, dan persalinan berlangsung lebih cepat.
Prinsip umum dari asuhan sayang ibu yang harus diikuti oleh bidan adalah:

25
a. Rawat ibu dengan penuh hormat.
b. Mendengarkan dengan penuh perhatian apa yang dikatakan ibu. Hormati
pengetahuan dan pemahaman mengenai tubuhnya. Ingat bahwa
mendengar sama pentingnya dengan memberikan nasihat.
c. Menghargai hak-hak ibu dan memberikan asuhan yang bermutu serta
sopan.
d. Memberikan asuhan dengan memperhatikan privasi.
e. Selalu menjelaskan apa yang akan dikerjakan sebelum anda
melakukannya serta meminta izin dahulu.
f. Selalu mendiskusikan temuan-temuan kepada ibu, serta kepada siapa saja
yang ia inginkan untuk berbagi informasi ini.
g. Selalu mendiskusikan rencana dan intervensi serta pilihan yang sesuai dan
tersedia bersama ibu.
h. Mengizinkan ibu untuk memilih siapa yang akan menemaninya selama
persalinan, kelahiran dan pasca salin.
i. Mengizinkan ibu menggunakan posisi apa saja yang diinginkan selama
persalinan dan kelahiran.
j. Menghindari penggunaan suatu tindakan medis yang tidak perlu
(episiotomy, pencukuran dan enema).
k. Memfasilitasi hubungan dini antara ibu dan bayi baru lahir (Bounding and
attachment).
K. Pemantauan partograf
1. Pengertian
Partograf adalah alat bantu untuk memantau kemajuan persalinan dan
membantu petugas kesehatan dalam mengambil keputusan dalam
penatalaksanaan. Partograf dimulai pada pembukaan 4 cm (fase aktif).
Partograf sebaiknya dibuat untuk setiap ibu yang bersalin, tanpa
menghiraukan apakah persalinan tersebut normal atau dengan komplikasi.
Petugas harus mencatat kondisi ibu dan janin sebagai berikut:
2. Tujuan Penggunaan Partograf
a. Mencatat hasil observasi dan kemajuan persalinan dengan menilai
pembukaan servik melalui pemeriksaan dalam.
b. Mendeteksi apakah proses persalinan berjalan secara normal.

26
c. Data pelengkap yang terkait dengan pemantauan kondisi ibu, kondisi
bayi, grafik kemajuan proses persalinan, membuat keputusan klinik dan
asuhan atau tindakan yang diberikan dimana semua itu dicatatkan secara
rinci pada status atau rekam medik ibu bersalin.
3. Prosedur Partograf
a. Denyut jantung janin : Nilai dan catat denyut jantung janin (DJJ) setiap
30 menit (lebih sering jika ada tanda-tanda gawat janin). Setiap kotak
pada bagian ini, menunjukan waktu 30 menit. Skala angka disebelah kiri
menunjukan DJJ. Catat DJJ dengan member tanda titik pada garis yang
sesuai dengan angka yang menunjukan DJJ. Kemudian hubungkan tiitk
yang satu dengan titik lainnya dengan garis yang tidak terputus. Penolong
harus waspada bila DJJ dibawah 120 atau di atas 160.
b. Air ketuban : periksa warna air ketuban setiap melakukan pemeriksaan
vagina:
U : selaput ketuban utuh
J : selaput ketuban sudah pecah dan air ketuban jernih
M : air ketuban bercampur mekoneum
D : air ketuban bernoda darah
K : tidak ada cairan ketuban/kering.
c. Perubahan bentuk kepala janin/ penyusupan (molding atau molase):
Penyusupan adalah indikator penting tentang seberapa jauh kepala
bayi dapat menyesuaikan diri terhadap bagian keras (tulang) panggul ibu.
Tulang kepala yang saling menyusup atau tumpang tindih, menunjukan
kemungkinan adanya disproporsi tulang panggul (Cephalo Pelvic
Disproportion atau CPD). Ketidakmampuan akomodasi akan benar-benar
terjadi jika tulang kepala yang saling menyusup tidak dapat dipisahkan.
Setiap kali melakukan pemeriksaan dalam, nilai penyusupan kepala janin.
0: sutura terpisah
1: sutura (pertemuan dua tulang tengkorak) yang tepat/bersesuaian
2 : sutura tumpang tindih tetapi dapat diperbaiki
3 : sutura tumpang tindih dan tidak dapat diperbaiki.
d. Pembukaan mulut rahim (serviks) : dinilai setiap 4 jam dan diberi tanda
silang (x).

27
e. Penurunan: mengacu pada bagian kepala yang dibagi menjadi 5 bagian
yang teraba pada pemeriksaan abdomen di atas simfisis pubis (catat
dengan tanda lingkaran (O) pada setiap pemeriksaan dalam, pada posisi
0/5, sinsiput (S) atau paruh atas kepala berada di simfisis pubis).
f. Waktu: menyatakan berapa jam waktu yang telah dijalani sesudah pasien
diterima.
g. Jam : mencatat tindakan yang dilakukan sesuai dengan jamnya.
h. Kontraksi : memeriksa setiap setengah jam, melakukan palpasi untuk
menghitung banyaknya kontraksi dalam 10 menit dan lamanya tiap-tiap
kontraksi dalam hitungan detik:
1) kurang dari 20 detik
2) antara 20 dan 40 detik
3) lebih dari 40 detik.
i. Oksitosin : jika memakai oksitosin, catatlah banyaknya oksitosin per
volume cairan infus dan dalam tetesan per menit.
j. Obat yang diberikan : mencatat semua obat lain yang diberikan.
k. Nadi : catat setiap 30-60 menit dan tandai dengan sebuah titik besar (●).
l. Tekanan darah : catat setiap 4 jam dan tandai dengan anak panah.
m. Suhu badan : catat setiap dua jam.
n. Protein, aseton, dan volume urin : catat setiap kali ibu berkemih.
Jika temuan-temuan melintas ke arah kanan dari garis waspada,
petugas kesehatan harus melakukan penilaian terhadap kondisi ibu dan
janin dan segera mencari rujukan yang tepat. (Saifuddin, A.B., dkk.
2014).
L. 60 LANGKAH APN
MENGENALI GEJALA DAN TANDA KALA II
1. Mendengar dan melihat tanda Kala II
a. Ibu merasa ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi
b. Ibu merasa adanya tekanan pada rektum dan atau vaginanya
c. Terlihat perineum menonjol
d. Terlihat vulva dan anus membuka
e. Meningkatnya pengeluaran lendir bercampur darah pervaginam Doa akan
bersalin
MENYIAPKAN PERTOLONGAN PERSALINAN

28
2. Pastikan kelengkapan peralatan, bahan dan obat-obatan esensial untuk
menolong persalinan dan menatalaksana komplikasi segera pada ibu dan bayi
baru lahir siap digunakan
a. Untuk ibu :
1) Menyiapkan artus set, kain untuk alas bokong Menyiapkan oksitosin
10 unit
2) Patahkan ampul oksitosin 10 unit dan tempatkan spuit steril sekali
pakai didalam partus set .
3) Semua pakaian, handuk, selimut dan kain untuk bayi dalam kondisi
bersih dan hangat.
4) Persiapan bila terjadi kegawatdaruratan pada ibu : cairan kristaloid,
set infus, set darah.
b. Untuk bayi ;
1) Untuk resusitasi :tempat datar, rata, bersih, kering dan hangat, 3
handuk atau kain bersih dan kering, alat penghisap lendir, pengganjal
bahu, lampu sorot 60 watt dengan jarak 60 cm dari tubuh bayi.
2) Timbangan, pita ukur, stetoskop bayi dan termometer dalam kondisi
baik dan bersih
3. Kenakan baju penutup atau celemek plastik yang bersih, sepatu tertutup kedap
air, tutup kepala, masker dan kacamata
4. Melepaskan dan menyimpan semua perhiasan yang dipakai, cuci tangan
dengan sabun dan air bersih mengalir kemudian keringkan tangan dengan
tissue atau handuk pribadi yang bersih dan kering
5. Memakai sarung tangan DTT/steril untuk periksa dalam.
6. Mangambil spuit dengan satu tangan (one hand) yang sudah bersarung tangan,
isi dengan oksitosin 10 unit dan letakkan kembali spuit tersebut di partus set.
MEMASTIKAN PEMBUKAAN LENGKAP DAN KEADAAN JANIN
BAIK
7. Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati dari depan
ke belakang dengan menggunakan kapas atau kassa yang dibasahi air DTT.
a. Jika introitus vagina, perineum atau anus terkontaminasi tinja, bersihkan
dengan seksama dari arah depan ke belakang.
b. Buang kapas atau kassa pembersih (terkontaminasi) dalam wadah yang
tersedia

29
c. Lepas sarung tangan dan buang ketempat sampah infeksius jika
terkontaminasi, serta ganti sarung tangan DTT/ steril
8. Melakukan pemeriksaan dalam untuk memastikan pembukaan lengkap.
- Bila selaput ketuban belum pecah dan pembukaan sudah lengkap maka
lakukan amniotomi, perhatikan cairan ketuban
9. Buang sampah sesuai tempatnya dan dekontaminasi alat dengan larutan sabun.
Buang sarung tangan di tempat sampah infeksius. Cuci kedua tangan setelah
sarung tangan dilepaskan
10. Periksa DJJ segera setelah kontraksi uterus mereda (relaksasi) untuk
memastikan bahwa DJJ dalam batas normal (120-160x/menit). - Mengambil
tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal - Mendokumentasikan hasil-hasil
pemeriksaan dalam, DJJ dan semua hasil-hasil penilaian serta asuhan lainnya
pada partograf.
MENYIAPKAN IBU DAN KELUARGA UNTUK MEMBANTU PROSES
BIMBINGAN MENERAN
11. Beritahukan ibu bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan janin baik
kemudian bantu ibu dalam menemukan posisi yang nyaman dan sesuai dengan
keinginannya.
a. Tunggu hingga timbul rasa ingin meneran, lanjutkan pemantauan kondisi
dan kenyamanan ibu dan janin (ikuti pedoman penatalaksanaan fase aktif)
dan dokumentasikan semua temuan yang ada
b. Jelaskan pada anggota keluarga tentang bagaimana peran mereka untuk
mendukung dan memberi semangat pada ibu untuk meneran secara benar
12. Minta keluarga membantu menyiapkan posisi meneran. (Bila ada rasa ingin
meneran dan terjadi kontraksi yang kuat bantu ibu ke posisi setengah duduk
atau posisi lain yang diinginkan dan pastikan ibu merasa nyaman).
13. Laksanakan bimbingan meneran pada saat ibu merasa ingin meneran atau
timbul kontraksi yang kuat:
a. Bimbing ibu agar dapat meneran secara benar dan efektif
b. Dukung dan beri semangat pada saat meneran dan perbaiki cara meneran
apabila caranya tidak sesuai
c. Bantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai pilihannya (kecuali
posisi berbaring terlentang dalam waktu yang lama)
d. Anjurkan ibu untuk beristirahat di antara kontraksi

30
e. Anjurkan keluarga memberikan dukungan dan semangat untuk ibu
f. Beri cukup asupan cairan per oral (minum)
g. Menilai DJJ setiap kontraksi uterus selesai
h. Segera rujuk jika bayi belum atau tidak akan segera lahir setelah 120
menit (2 jam) meneran (primigravida) atau 60 menit (1 jam) meneran
(multigravida)
14. Anjurkan ibu untuk berjalan, berjongkok atau mengambil posisi yang nyaman,
jika ibu belum merasa ada dorongan untuk meneran dalam 60 menit
PERSIAPAN PERTOLONGAN KELAHIRAN JANIN
15. Letakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) di perut bawah ibu, jika
kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm.
16. Letakkan underpad di bawah bokong ibu
17. Buka tutup partus set dan perhatikan kembali kelengkapan alat dan bahan
(termasuk duk steril)
18. Pakai sarung tangan DTT pada kedua tangan, letakan kain/duk steril yang
dilipat 1/3 bagian dibawah bokong ibu
PERSIAPAN PERTOLONGAN KELAHIRAN BAYI
Lahirnya Kepala
19. Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6 cm membuka vulva maka
lindungi perineum dengan satu tangan yang ksin/dik ysng dilipst 1/3 bagian di
bawah bokong ibu. Tangan yang lain menahan kepala bayi untuk menahan
posisi defleksi dan membantu lahirnya kepala. Anjurkan ibu untuk meneran
perlahan sambil bernafas cepat dan dangkal.
20. Periksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat dan ambil tindakkan sesuai jika
hal itu terjadi, dan segera lanjutkan proses kelahiranbayi.
a. Jika tali pusat melilit leher secara longgar, lepaskan lewat bagian atas
kepala bayi
b. Jika tali pusat melilit leher secara kuat, klem tali pusat di dua tempat dan
potong di antara dua klem tersebut
21. Setelah kepala lahir, tunggu hingga kepala janin melakukan putaran paksi luar
secara spontan.
Lahirnya Bahu
22. Setelah kepala melakukan putar paksi luar, pegang secara biparietal. Anjurkan
ibu untuk meneran saat ada kontraksi. Dengan lembut gerakkan kepala ke arah

31
bawah dan distal hingga bahu depan muncul di bawah arkus pubis dan
kemudian gerakkan ke arah atas dan distal untuk melahirkan bahu belakang.
Lahir Badan dan Tungkai
23. Setelah bahu lahir, geser tangan yang berada dibawah ke arah perineum ibu
untuk menyangga kepala, lengan dan siku sebelah bawah. Gunakan tangan
yang berada diatas untuk menelusuri dan memegang lengan dan siku sebelah
atas.
24. Setelah tubuh dan lengan lahir,lanjutkan penelusuran tangan yang berada
diatas ke punggung, bokong, tungkai dan kaki. Pegang kedua mata kaki
(masukan telunjuk diantara kedua kaki dan pegang masigmasing mata kaki
dengan melingkarkan ibu jari pada satu sisi dan jarijari lainnya agar bertemu
dengan jari telunjuk).
PENANGANAN BAYI BARU LAHIR
25. Perhatikan dan Lakukan penilaian segera pada bayi (selintas):
a. Apakah bayi cukup bulan?
b. Apakah bayi menangis kuat dan/atau bernafas tanpa kesulitan?
c. Apakah bayi bergerak dengan aktif?
Jika bayi tidak menangis, tidak bernafas dan megap-megap segera
lakukan tindakkan resusitasi (-->langkah 25 ini berlanjut ke langkah-
langkah prosedur resusitasi bayi baru lahir dengan asfiksia) Bila semua
jawaban “Ya” lanjutkan ke langkah 26
26. Keringkan dan posisikan tubuh bayi di atas perut ibu
a. Keringkan bayi mulai dari muka, kepala dan bagian tubuh lainnya
(kecuali telapak tangan) tanpa membersihkan verniks.
b. Ganti handuk basah dengan handuk yang kering.
c. Pastikan bayi dalam kondisi mantap di atas perut ibu.
27. Periksa kembali uterus untuk memastikan tak ada janin kedua dalam uterus
(hamil tunggal).
28. Beritahukan ibu bahwa penolong akan menyuntikkan oksitosin (agar uterus
berkontraksi baik).
29. Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikan oksitosin 10 unit (IM) di 1/3
distal lateral paha (lakukan aspirasi sebelum menyuntikkan oksitosin).
30. Setelah 2 menit sejak bayi (cukup bulan) lahir, pegang tali pusat dengan satu
tangan pada sekitar 5 cm dari pusar bayi, kemudian jari telunjuk dan jari

32
tengah tangan lain menjepit tali pusat dan geser hingga 3 cm proksimal dari
pusar bayi, klem tali pusat pada titik tersebut kemudian tahan klem ini pada
posisinya, gunakan jari telunjuk dan jari tengah tangan lain untuk mendorong
isi tali pusat kearah ibu ±2 cm distal dari klem pertama. (langkah ini
dilewatkan apabila sebelumnya telah dilakukan pemotongan tali pusat karena
lilitan tali pusat pada leher yang ketat ketika kepala bayi lahir seluruhnya dan
sebelum putaran paksi)
31. Pemotongan dan Pengikatan Tali Pusat
a. Dengan satu tangan, pegang tali pusat yang telah dijepit kemudian dan
lakukan pengguntingan tali pusat (lindungi perut bayi) diantara 2 klem
tersebut.
b. Ikat tali pusat dengan benang DTT/steril pada satu sisi kemudian
lingkarkan kembali benang ke sisi berlawanan dan lakukan ikatan kedua
menggunakan simpul kunci
c. Lepaskan klem dan masukkan dalam wadah yang telah disediakan.
d. Jangan membungkus puntung tali pusat atau mengoleskan bahan apapun
ke putung tali pusat.
32. Tempatkan bayi untuk melakukan kontak kulit ibu ke kulit bayi. Letakkan bayi
denga posisi tengkurap di dada ibu. Luruskan bahu bayi sehingga bayi
menempel dengan baik di dinding dada-perut ibu. Usahakan kepala bayi
berada antara payudara ibu dengan posisi lebih rendah dari puting payudara
ibu atau areola mamae untuk inisiasi menyusu dini (IMD).
Selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi di kepala bayi.
a. Jangan segera menimang atau memandikan bayi baru lahir
b. Biarkan bayi melakukan kontak kulit ke kulit di dada ibu paling sedikit 1
jam
c. Sebagian besar bayi berhasil melakukan IMD dalam waktu 30 – 60 menit.
Menyusu untuk pertama kali akan berlangsung sekitar 10 – 15 menit, bayi
cukup menyusu dari satu payudara Biarkan bayi berada di dada ibu
selama 1 jam walaupun bayi sudah berhasil menyusu.
PENATALAKSANAAN AKTIF KALA TIGA
33. Pindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5–10 cm dari vulva.
34. Letakkan satu tangan diatas kain pada perut ibu, di tepi atas simfisis dan
tangan lain menegangkan klem untuk menegangkan tali pusat.

33
35. Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat ke arah bawah sambil tangan
lain mendorong uterus ke arah belakang – atas (dorso-kranial) secara berhati-
hati (untuk mencegah inversio uteri). Jika plasenta tidak lahir setelah 30-40
detik, hentikan penegangan tali pusat dan tunggu hingga timbul kontraksi
berikutnya dan ulangi prosedur diatas.
Jika uterus tidak segera berkontraksi, minta ibu, suami atau anggota
keluarga untuk melakukan stimulasi puting susu.
MENGELUARKAN PLASENTA
36. Bila pada penekanan bagian bawah dinding depan uterus kearah dorsal,
ternyata diikuti pergeseran tali pusat ke arah distal maka lanjutkan dorongan
ke arah kranial hingga placenta dapat dilahirkan.
a. Ibu boleh meneran tetapi tali pusat hanya di tegangkan (jangan ditarik
secara kuat, terutama bila uterus tak berkontraksi) sesuai dengan sumbu
jalan lahir ke arah bawah sejajar lantai).
b. Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak sekitar
5-10 cm dari vulva dan lahirkan plasenta
c. Jika plasenta tidak lepas setelah 15 menit menegangkan tali pusat:
1) Beri dosis ulangan 10 unit okstosin IM
2) Lakukan kateterisasi (aseptik) jika kandung kemih penuh
3) Minta keluarga untuk menyiapkan merujuk
4) Ulangi penegangan tali pusat 15 menit berikutnya
5) Segera rujuk jika plasenta tidak lahir dalam 30 menit setelah bayi
lahir
6) Bila terjadi perdarahan, lakukan plasenta manual
37. Saat plasenta terlihat di introitus vagina, lahirkan plasenta dengan kedua
tangan. Pegang dan putar plasenta sesuai arah jarum jam hingga selaput
ketuban terpilin kemudian lahirkan dan tempatkan plasenta pada wadah yang
telah disediakan.
- Jika selaput ketuban robek, pakai sarung tangan DTT atau steril untuk
melakukan eksplorasi sisa selaput kemudian gunakan jari-jari tangan atau
klem ovum DTT atau steril untuk mengeluarkan bagian selaput yang
tertinggal
Rangsangan Taktil (Masase) Uterus

34
38. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan masase uterus,
letakkan kain untuk alas telapak tangan di fundus dan lakukan masase dengan
gerakan melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi (fundus teraba
keras)
- lakukan tindakan yang diperlukan (kompresi bimanual internal, kompresi
aorta abdominalis, tampon kondom-kateter) jika uterus tidak berkontraksi
setelah 15 detik melakukan rangsang taktil/masase
MENILAI PERDARAHAN
39. Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum. Lakukan
penjahitan bila laserasi luas dan menyebabkan perdarahan
40. Periksa kedua sisi plasenta baik bagian ibu maupun janin dan pastikan plasenta
telah dilahirkan selaputnya lengkap dan utuh. Masukkan plasenta kedalam
kantung plastik atau tempat khusus Bila ada robekan yang menimbulkan
perdarahan aktif,segera lakukan penjahitan
MELAKUKAN ASUHAN PASCA PERSALINAN
41. Pastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan
pervaginam
42. Pastikan kandung kemih kosong, jika penuh lakukan kateterisasi
EVALUASI
43. Bereskan partus dan heathing set letakkan dalam larutan air diterjen, buang
sampah sesuai tempatnya, lepas sarung tangan dan buang ditempat sampah
infeksius. Cuci tangan dengan sabun dan air bersih mengalir, keringkan tangan
dengan tissue atau handuk pribadi yang bersih dan kering. Ganti sarung tangan
yang bersih.
44. Ajarkan ibu/keluarga cara masase uterus dan menilai kontraksi
45. Memeriksa nadi ibu dan pastikan keadaan umum ibu baik
46. Evaluasi dan estimasi jumlah kehilangan darah
47. Pantau keadaan bayi dan pastikan bahwa bayi bernafas dengan baik (40- 60
kali/permenit)
a. jika bayi sulit bernafas, mrintih atau retraksi segera resusitasi dan segera
rujuk ke rumah sakit
b. jika bayi bernafas terlalu ceat atau sesak nafas, segera rujuk ke rumah
sakit

35
c. jika kaki bayi teraba dingin, pastikan ruangan hangat, lakukan kembali
kontak kulit ibu-bayi dan hangatkan ibu-bayi dalam satu selimut
KEBERSIHAN DAN KEAMANAN
48. Bersihkan badan ibu dari paparan darah dan cairan tubuh dengan air DTT.
Bersihkan sisa cairan ketuban, lendir dan darah di tempat tidur dan di sekitar
tempat ibu berbaring. Bantu ibu memakai pakaian yang bersih dan kering.
49. Pastikan ibu merasa nyaman. Bantu ibu dalam memberikan ASI. Anjurkan
keluarga untuk memberi ibu minuman atau makanan yang diinginkan
50. Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan diterjen. Cuci dan bilas
peralatan dan rendam dalam larutan enzimatik.
51. Buang bahan-bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang sesuai
52. Dekontaminasi tempat bersalin dengan menggunakan larutan klorin 0.5%.
53. Lepas sarung tangan dan buang ketempat sampah infeksius.
54. Cuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir kemudian keringkan dengan
tissu atau handuk pribadi yang kering dan bersih
55. Pakai sarung tangan bersih untuk memberikan salep/tetes amata profilaksis
infeksi, vitamin K1 1mg/IM di paha kiri bawah lateral dalam 1 jam kelahiran.
56. Lakukan pemeriksaan fisik bayi lanjutan (setelah 1 jam kelahiran bayi).
Pastikan kondisi bayi tetap baik (pernafasan 40-60 kali/menit, suhu 36.5 –
37.5) dilakukan setiap 15 menit.
57. Setelah 1 jam vitamin K1, berikan suntikan imunisasi hepatitis B di paha
kanan bawah lateral. Letakan bayi dalam jangkauan ibu agar sewaktu-waktu
dapat disusui.
58. Lepas sarung tangan dan buang ketempat sampah infeksius.
59. Cuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir kemudian keringkan dengan
tissue atau handuk pribadi yang bersih dan kering
60. Lengkapi partograf, periksa tanda vital dan asuhan kala IV Pemantauan kala
IV :
a. periksa kembali tanda-tanda vital
b. catat kondisi ibu dan membuat laporan
c. tulislah rencana pengobatan, tindakan yang masih diperlukan dalam
asuhan lanjutan

36
d. beritahu pada ibu dan keluarga bahwa tindakan telah selesai lanjutkan
pemantauan ibu hingga 2 jam pasca tindakan sebelum dipindahkan ke
ruang lain.
M. Konsep Manajemen Asuhan Kebidanan Persalinan
1. Data Subjektif (S)
Mengumpulkan semua informasi yang akurat, relevan dan lengkap dari
semua sumber yang berkaitan dengan kondisi pasien. Data subjektif merupakan
data fokus yang dibutuhkan untuk menilai keadaan ibu
a. Identitas Pasien
1) Nama : Nama klien dan suami diketahui agar dapat mengenal dan
mempermudah membedakan dengan klien yang lain (Norma, 2013).
2) Umur :Untuk mengetahui usia klien saat ini. Usia ≤ 20 tahun dan ≥ 35
tahun dalam kehamilan tergolong resiko tinggi yang harus diwaspadai
resiko kehamilannya. Walyani (2015)
3) Agama : Memudahkan pendekatan di dalam asuhan kebidanan,
menurut Donia Baldacchino (2015) dalam publikasinya yang berjudul
Spiritual Care Education of Health Care Professionals menyebutkan
bahwa dalam memberikan spiritual care, tenaga kesehatan (bidan)
berperan dalam upaya mengenali dan memenuhi kebutuhan spiritual
klien dengan memperhatikan aspek penghormatan pada klien.
4) Suku bangsa/ kewarganegaraan: Untuk mengetahui faktor bawaan atau
ras (Nursalam, 2017). Selain itu juga untuk mengetahui adat istiadat
atau kebiasaan sehari-hari.
5) Pendidikan :Untuk mengetahui tingkat pendidikan sehingga dalam
memberikan pendidikan kepada klien sesui dengan tingkat
pendidikannya (Nursalam, 2017).
6) Pekerjaan :Untuk mengetahui aktivitas yang dilakukan seharihari oleh
klien sehingga dapat memberi informasi agar terhindar dari factor
terjadinya keguguran. Selain itu juga untuk mengetahui keadaan social
ekonomi (Nursalam, 2017).
7) Alamat :Untuk mempermudah kunjungan rumah bila diperlukan.
b. Keluhan Utama
Pada kasus persalinan, informasi yang harus di dapat dari pasien adalah
kapan mulai tersa kenceng-kenceng di perut, bagaimana intensitas dan

37
frekuensinya, apakah ada pengeluaran cairan dari vagina yang berbeda dari
air kemih, apakah sudah ada pengeluaran lendir disertai darah, serta
pergerakan janin untuk memeastikan kesejahteraannya (Sulistyawati,
2013).
c. Riwayat Menstruasi Data menstruasi ini tidak secara langsung
berhubungan dengan kehamilan, tetapi dapat memberikan gambaran
tentang dasar dari organ reproduksinya. Beberapa data yang harus kita
peroleh dari riwayat menstruasi menurut Walyani (2015), meliputi:
1) Menarche : Usia wanita pertama haid bervariasi, antara 12-16 tahun.
2) Siklus : Siklus haid terhitung mulai hari pertama haid hingga hari
pertama haid berikutnya. Siklus normal haid adalah 28 hari.
3) Banyaknya : Normalnya yaitu 2-3 kali ganti pembalut.
4) HPHT : Untuk memperkirakan kapan bayi akan dilahirkan.
5) HPL : Dapat dijabarkan untuk memperhitungkan tanggal tafsiran
persalinan dengan rumus Naegle
d. Riwayat Persalinan
Menurut Kumalasari, (2015) mengatakan bahwa salah satu faktor risiko
dalam riwayat obstetrik kehamilan dengan jarak < 2 tahun kesehatan fisik
dan rahim ibu masih butuh cukup istirahat sehingga dapat menyebabkan
terjadinya penyulit, seperti anemia, gangguan kekuatan kontraksi, kelainan
letak janin dan posisi janin. Ada kemungkina ibu masih menyusui selain
itu anak sebelumnya masih butuh asupan dan perhatian orang tuanya.
Faktor risiko lain yang dapat mempengaruhi yaitu :
1) Pemah gagal kehamilan (keguguran/abortus) Wanita dengan riwayat
abortus mempunyai risiko yang lebih tinggi untuk terjadinya
persalinan prematur, abortus berulang, BBLR. Jarak yang dianjurkan
bagi wanita pasca abortus untuk hamil lagi yaitu 3 bulan (Ningrum,
2016)
2) Persalinan dengan tindakan :
a) Induksi persalinan yaitu tindakan ibu hamil untuk merangsang
timbulnya kontraksi rahim agar terjadi persalinan.
b) Sectio Caesaria (SC) merupakan tindakan untuk melahirkan bayi
melalui abdomen dengan membuka dinding uterus dengan cara
mengiris dinding perut dan dinding uterus.

38
c) plasenta manual
d) Perdarahan setelah melahirkan di beri infus
e) Pernah melahirkan dengan bantuan vacuum (Rochjati, 2011).
3) Berat Lahir Berat lahir sangat penting untuk mengetahui apakah Bayi
Kecil untuk Masa Kehamilan (BKMK) atau Bayi Besar untuk Masa
Kehamilan (BBMK). Pada ibu hamil dengan jarak < 2 tahun
komplikasi yang dapat terjadi kembali yaitu Bayi Berat Lahir Rendah
(BBLR) atau Bayi Lahir Prematur (Prihandini et al., 2016). 4)
4) Nifas : adakah panas atau perdarahan, bagaimana riwayat laktasi dan
ditanyakan adanya penyulit masa nifas (Rochjati, 2011).
e. Riwayat Kehamilan Sekarang
1) GPA : Mengkaji ini kehamilan yang keberapa, ibu pernah melahirkan
atau keguguran sebelumnya atau tidak. Untuk mengetahui riwayat
kehamilan, persalinan dan keguguran yang lalu dapat mempengaruhi
komplikasi bayi pada persalinan saat ini.
2) Umur Kehamilan : Mengkaji umur kehamilan ibu saat meahirkan bayi.
Untuk mengetahui perkembangan janin sesuai umur kehamilan dan
apakah sudah masuk dalam golongan preterm , aterm atau postterm.
3) ANC : Mengkaji berapa kali ibu melakukan ANC. Dan berapa kali ibu
memeriksakan kehamilannya untuk mengetahui ada atau tidaknya
kelainan pada kehamilan yang dapat mempengaruhi perkembangan
bayi pada waktu lahir dan mendeteksi adanya komplikasi yang
mungkin terjadi.
4) Imunisasi TT : Mengkaji sudah berapa kali ibu diimunisai TT dan
dimana dilakukan imunisasi TT, dan apakah ibu sudah di imuisasi TT
karena dapat mencegah bayi tertular tetanus.
5) Keluhan : mengkaji keluhan ibu selama hamil, adakah keluhan ibu
selama hamil, bila ada untuk segera ditindak lanjuti.
f. Riwayat kesehatan
1) Riwayat kesehatan yang pernah dan sedang diderita ibu Dikaji untuk
mengetahui apakah ibu pernah atau sedang memiliki penyakit seperti
rubella, HIV/AIDS, toxoplasma, kelahiran prematur bahkan
keguguran dan apakah ibu memiliki keturunan kembar. Sehingga
apabila ibu menderita penyakit tersebut bidan dapat menentukan

39
bagaimana sikap dan perilaku ibu dalam melakukan perawatan bayi
yang baik. Apakah ibu saat ini menderita penyakit menurun seperti
hipertensi , penyakit menahun seperti TBC dan apakah ibu pernah
menderita penyakit menular seperti hepatitis.
2) Riwayat kesehatan yang pernah dan sedang diderita keluarga Dikaji
untuk mengetahui apakah memiliki keluarga ibu dan suami memiliki
penyakit seperti rubella, HIV/AIDS, toxoplasma, kelahiran prematur
bahkan keguguran dan apakah ibu memiliki keturunan kembar.
Sehingga apabila ibu atau keluarga menderita penyakit tersebut bidan
dapat menentukan bagaimana sikap dan perilaku ibu dalam melakukan
perawatan bayi yang baik. Apakah keluarga menderita penyakit
menurun seperti hipertensi , penyakit menahun seperti TBC dan
apakah ibu pernah menderita penyakit menular seperti hepatitis.
g. Riwayat kehamilan sekarang
1) Trimester I : berisi tentang bagaimana awal mula terjadinya kehamilan,
ANC dimana dan berapa kali, keluhan selama hamil muda, obat yang
dikonsumsi, serta KIE yang didapat.
2) Trimester II : berisi tentang ANC dimana dan berapa kali, keluhan
selama hamil muda, obat yang dikonsumsi, serta KIE yang didapat.
Sudah atau belum merasakan gerakan janin, usia berapa merasakan
gerakan janin (gerakan pertama fetus pada primigravida dirasakan
pada usia 18 minggu dan pada multigravida 16 minggu), serta
imunisasi yang didapat.
3) Trimester III : berisi tentang ANC dimana dan berapa kali, keluhan
selama hamil, obat yang dikonsumsi, serta KIE yang didapat.
h. Riwayat pernikahan Dari data status perkawinan kita akan mendapatkan
gambaran mengenai suasana rumah tangga pasien. Hal yang perlu dikaji
adalah usia pertama menikah pertama kali, status pernikahan, lama
pernikahan, suami keberapa saat kehamilan ini (Sulistyawati, 2013).
i. Riwayat KB Apakah selama KB ibu tetap menggunakan KB, jika iya ibu
menggunakan KB jenis apa, sudah berhenti berapa lama, keluhan selama
ikut KB dan rencana penggunaan KB setelah melahirkan. Hal ini untuk
mengetahui apakah kehamilan ini karena faktor gagal KB atau tidak.
j. Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari

40
1) Makan dan Minum
Kebutuhan nutrisi menurut Permenkes No. 28 tahun 2019 kecukupan
gizi yang dianjurkan untuk ibu hamil sebagi berikut:
Nutrisi Waktu tidak hamil Hamil trimester 3
(19-29 tahun)
Energi (kkal) 2250 +300
Protein (gr) 60 +30
Lemak total (gr) 65 +2,3
Karbohidrat (gr) 360 +40
Serat (gr) 32 +4
Air (Ml) 2350 +300

2) Pola istirahat
Pada trimester 3 terjadi gangguan pola tidur karena peningkatan
frekuensi BAK. Hal ini disebabkan adanya perubahan hormon dan
peningkatan aliran darah yang ke ginjal. Beristirahat cukup, minimal 8
jam pada malam hari dan 2 jam pada siang hari (Saifuddin, 2014).
3) Pola Seksualitas
Pada kehamilan tua atau Trimester ke-3, hasrat atau hubungan
seks menurun. Dikarenakan adanya faktor fisiologis yang sangat
terlihat. Yaitu kehamilan yang sudah membesar, serta adanya
peningkatan cairan tubuh, akibatnya cairan vagina juga bertambah,
sehingga kontak seksual menjadi kurang memuaskan (Tunardy, 2014).
4) Personal Hygine
Mandi dianjurkan sedikitnya dua kali sehari karena ibu hamil
cenderung mengeluarkan banyak keringat. Mengganti pakaian min 2x
sehari dan celana dalam tidak lembab. Karena daerah yang lembab
dapat mengundang mikroorganisme yang pathogen dan dapat merusak
flora normal yang ada dalam daerah kemaluan (Saifuddin, 2014).
k. Riwayat Psikososial
Kecemasan menjelang persalinan umum dialami oleh ibu, meskipun
persalinan adalah suatu hal yang fisiologis. Efek dari kecemasan dalam
persalinan dapat mengakibatkan kadar katekolamin yang berlebihan pada
Kala 1 menyebabkan turunnya aliran darah ke rahim, turunnya kontraksi

41
rahim, turunnya aliran darah ke plasenta, turunnya oksigen yang tersedia
untuk janin serta dapat meningkatkan lamanya Persalinan Kala 1
(Saifuddin, 2012).
2. Data Obyektif (O)
a. Pemeriksaan umum
1) Keadaan umum: Untuk mengetahui data ini cukup dengan
mengamatan pasien secara keseluruhan. Hasil pengamatan kita
laporkan dengan kriteria sebagai berikut:
Baik, jika pasien memperlihatkan respons yang baik terhadap
lingkungan orang lain, serta secara fisik pasien tidak mengalami
ketergantungan dalam berjalan.
Lemah, pasien yang dimasukan dalam kriteria ini jika ia kurang atau
tidak memberikan respons yang baik terhadap lingkungan dan orang
lain, dan pasien sudah tidak mampu lagi untuk berjalan sendiri.
(Sulistyawati, 2013)
2) Kesadaran: Untuk mengetahui tingkat kesadaran ibu: Composmentis
adalah sadar sepenuhnya.
3) Tanda-tanda vital:
a) Tekanan darah : Tekanan darah dikatakan tinggi bila lebih dari
140/90 mmHg. Bila tekanan darah meningkat, yaitu sistolik 30
mmHg atau lebih, dan/atau diastolik 15 mmHg atau lebih,
kelainan ini dapat berlanjut menjadi pre eklamsi dan eklamsi jika
tidak ditangani dengan cepat.
b) Nadi :normalnya 70x/menit, ibu hamil 80-90x/menit
c) Suhu: normal 36,5oC-37,5oC, bila suhu tubuh ibu hamil > 37,5 C
dikatakan demam, berarti ada infeksi dalam kehamilan.
d) RR:untuk mengetahui fungsi sistem pernapasan. normalnya 16-
24 x/menit.
4) Antropometri
a) Berat Badan : Pertumbuhan berat badan ibu hamil perlu
mendapatkan perhatian karena terdapat hubungan yang jelas
dengan tumbuh kembang janin dalam uterus. Pertambahan berat
badan normal ibu hamil di Indonesia berkisar antara 10-12 kg
(Hardinsyah dan Supariasa, 2016).

42
b) Tinggi badan : tinggi badan ibu berhubungan dengan proses
persalinan dimana ibu yang memiliki tinggi badan kurang dari
145cm dengan atau tanpa berat janin yang besar tidak disarankan
untuk melakukan persalinan karena menurut literatur ibu yang
memiliki tinggi badan kurang dari 145 memiliki panggul yang
sempit sehingga dikhawatirnya adanya disproposi sefalopelvik
yang akan membuat persalinan lama (Humaera, 2018)
c) Lingkar lengan atas : ubungan yang sangat signifikan antara status
gizi ibu hamil dengan berat badan lahir bayi. semakin kecil LILA
(< 23,5 cm/KEK) maka semakin rendah berat badan lahir bayi
yang dilahirkan dan sebaliknya semakin besar LILA (≥23,5
cm/Non KEK) semakin tinggi berat badan lahir bayi (Pratiwi,
2017)
5) Pemeriksaan Fisik:
a) Kepala
Kebersihan rambut, telinga dan hidung. Pemeriksaan mata berupa
konjungtiva, sklera, gangguan penglihatan (rabun dekat/jauh),
kebersihan mulut, lidah, gigi karies
b) Leher dan Dada
Normalnya tidak ada pembesaran kelenjar limfe, tyroid, vena
jugularis. Pemeriksaan bentuk dada, payudara, keadaan putting,
kolostrom, kebersihan, denyut jantung, gangguan pernapasan.
c) Abdomen
Bentuk, inspeksi bekas luka operasi, striae, linea, tinggi fundus
uteri, hasil pemeriksaan palpasi leopold, kontraksi uterus, taksiran
berat janin, denyut jantung janin dan palpasi kandung kemih
(pemantauan pengosongan kandung kemih).
(1) Leopold I Normal : tinggi fundus sesuai dengan usia
kehamilan Tujuan : untuk menentukan usia kehamilan
berdasarkan TFU dan bagian yang teraba di fundus uteri.
Pengukuran tinggi fundus uteri kusus nya pada trimester III
sebagai berikut:
(a) Tanda kepala : keras, bundar, melenting Tanda bokong:
lunak, kurang bundar, kurang melenting.

43
(b) TFU dapat digunakan untuk memperkirakan tafsiran berat
janin dan usia kehamilan. Menghitung tafsiran berat janin
menurut Johnson.
(c) TBJ = TFU – n x 155 n= 12 jika kepala bayi sudah masuk
PAP atau 11 jika kepala bayi belum masuk PAP.
(d) DJJ
Denyut jantung janin merupakan prediktor vital janin,
hasil DJJ normal berubah seiring dengan perkembangan
kehamilan, fluktuasi DJJ juga normal. Diawal kehamilan
DJJ berfluktuasi secara konstan tetapi selama trimester ke
III menjadi lebih stabil. Pedoman internasional
merekomendasikan bahwa baseline denyut jantung janin
normal berada di kisaran 110 dan 150 bpm. Menurut Pilder
rentang DJJ normal dapat diperkirakan terletak antara 120
dan 160 bpm. Pemeriksaan DJJ pemeriksaan dilakukan di
punctum maksimum Namun saat mencari punctum
maksimum DJJ dalam posisi berbaring maupun posisi
miring 48 hasilnya tetap sama hanya frekuensinya saja
yang bisa beruba (Hodijah S, 2018) (
(e) HIS
Kontraksi: Durasi kontraksi uterus sangat bervariasi,
tergantung pada kala persalinan ibu tersebut. Kontraksi
pada awal persalinan mungkin hanya berlangsung 15
sampai 20 detik sedangkan pada persalinan kala I fase aktif
berlangsung dari 45 sampai 90 detik dengan durasi rata-
rata 60 detik. Informasi mengenai kontraksi ini membantu
untuk membedakan antara konraksi persalinan sejati dan
persalinan palsu (Sulistyawati, 2013).
(2) Leopold II
Normal : Teraba bagian panjang, keras seperti papan
punggung) pada satu sisi uterus dan pada sisi lain teraba
bagian kecil janin. Tujuan : Menentukan letak pungung anak
pada letak memanjang dan menentukan letak kepala pada letak
lintang.

44
(3) Leopold III
Normal : Pada bagian bawah janin teraba bagian yang bulat,
keras, melenting (kepala). Tujuan : Menentukan bagian
terbawah janin, dan apakah bagian terbawah sudah masuk
PAP atau belum.
(4) Leopold IV
Jika jari-jari tangan masih bisa bertemu (konvergen), dan
belum masuk PAP. Jika posisi jari-jari tangan sejajar berarti
kepala sudah masuk rongga panggul. Jika jari kedua tangan
menjauh (divergen) berarti ukuran kepala sudah melewati
PAP.
Tujuan : Untuk mengetahui seberapa jauh bagian terendah
janin sudah masuk PAP (Tahir, 2015)
Bidang hodge
Menurut Prawirohardjo dalam Buku Ari Sulistyawati & Esti
Nugraheny (2013) bidang hodge terbagi menjadi:
- Hodge I : bidang yang dibentuk pada lingkaran PAP dengan bagian atas
simfisis promontorium.
- Hodge II : bidang yang sejajar hodge I setinggi bagian bawah simfisis.
- Hodge III : bidang yang sejajar hodge I setinggi spina ischiadica.
- Hodge IV : bidang yang sejajar hodge I setinggi tulang koksigis.
d) Genetalia
Periksa kebersihan, pengeluaran per vagina, kaji warna ketuban,
bau, tandatanda infeksi vagina, dan dilakukan pemeriksaan dalam
untuk menentukan :
(1) Dilatasi (cm) dan pendataran servik (prosentase).
(2) Keadaan selaput ketuban masih utuh atau sudah pecah, bila
sudah pecah tentukan warna, bau, dan jumlah air ketuban yang
mengalir keluar.
(3) Menentukan presentasi (bagian terendah) dan posisi
(berdasarkan denominator) serta derajat penurunan janin
berdasarkan stasion.

45
(4) Menentukan apakah terdapat bagian-bagian kecil janin lain
atau tali pusat yang berada disamping bagian terendah janin
(presentasi rangkap – compound presentation).
(5) Pada primigravida digunakan lebih lanjut untuk melakukan
pelvimetri klinik
- Pemeriksaan bentuk sacrum
- Menentukan apakah coccygeus menonjol atau tidak.
- Menentukan apakah spina ischiadica menonjol atau tidak.
- Mengukur distansia interspinarum.
- Memeriksa lengkungan dinding lateral panggul.
- Meraba promontorium, bila teraba maka dapat diduga adanya kesempitan
panggul (mengukur conjugata diagonalis).
- Menentukan jarak antara kedua tuber ischiadica.
e) Ekstremitas
Ekstremitas atas periksa gangguan/kelainan dan bentuk.
Sedangkan ekstremitas bawah periksa bentuk, oedema, dan
varises.
b. Data Penunjang
Pemeriksaan USG, pemeriksaan laboratorium seperti kadar
hemoglobin, golongan darah, kadar leukosit, hematokrit dan protein urin
dan sesuai kebutuhan (Sulistyawati,2013).
3. Assesment (A)
Diagnosa : G = gravida, P = parita, A = abortus, UK pada trimester III (37- 42
minggu) dan dituliskan dalam minggu, keadaan jalan normal (riwayat
persalinan yang lalu normal), keadaan umum ibu baik. (Mufdillah,2015). Janin
Hidup,Tunggal, Intrauterine, Presentasi Kepala, keadaan umum janin baik
(Hani, 2013).
Masalah potensial
Kala 1 : Antisipasi terjadinya infeksi jalan lahir
Kala 2 : Antisipasi terjadinya kala 2 lama
Kala 3 : Antisipasi terjadinya retensio plasenta
Kala 4 : Ibu merasa kelelahan dan antisipasi perdarahan (Sulfiani, 2017)
4. Planing (P)

46
Merencanakan asuhan kebidanan berdasarkan diagnosa dan masalah kebidanan
yang telah ditegakkan (Oktarina, 2016). Terapi berdasarkan teknologi tepat
guna diberikan sesuai dengan keluhan atau guna mmengurangi keluhan yang
dialami klien seperti hypnobirthing, pijat effelurage, birthing ball, pemberian
buah/ jus kurma, dll.
(Tanggal : ..Jam : ....Wib)
Ibu : Ny....Usia 20-35 tahun “GPAPIAH UK 37 – 42 minggu, keadaan janin
normal, keadaan umum ibu baik. (Hani,2013).
Janin : Tunggal, Hidup, Intrauterin, Presentasi Kepala, keadaan umum janin
baik.
Tujuan : Persalinan berjalan normal tanpa komplikasi
- TD : 110/80-120/90 mmHg Nadi:60-100 x/menit RR :16-24x/menit Suhu
:36,5-37,5ºC DJJ : 120-160x/menit TBJ :2500-4000 Gram
- TFU Sesuai usia kehamilan
- Usia kehamilan aterm 37 – 42 minggu
Intervensi Kala I
1. Menjelaskan pada ibu penyebab nyeri yang dirasakan yaitu adanya
penekanan pada ujung-ujung syaraf dan ketegangan uterus saat
berkontraksi.
Hasil : telah di jelaskan dan ibu mengerti
2. Mengajarkan ibu teknik relaksasi dan pengaturan nafas pada saat kontraksi
dengan cara ibu menarik nafas panjang melalui hidung dan dikeluarkan
melalui mulut.
Hasil : ibu bersedia melakukannya
3. Menganjurkan ibu untuk miring ke kiri agar suplai oksigen ke janin
menjadi lancar.
Hasil : ibu bersedia melakukannya yaitu dengan mengambil posisi miring
ke kiri.
4. Menganjurkan ibu untuk makan dan minum di sela-sela kontraksi agar ibu
memiliki tenaga untuk mengedan.
Hasil : ibu bersedia melakukan anjuran yang di berikan dan ibu makan dan
minum di sela-sela kontraksi.
5. Mengobservasi His, Nadi, DJJ setiap 30 menit, dan mengobservasi VT
setiap 4 jam atau jika ada indikasi.

47
Intervensi Kala II
1. Melihat tanda dan gejala kala II
Hasil : tampak tanda dan gejala kala II : Adanya dorongan kuat untuk
meneran, Ibu merasa tekanan yang semakin meningkat pada rectum dan
vagina, Perineum menonjol dan Vulva, vagina dan spingter ani membuka
2. Memastikan kelengkapan alat pertolongan persalinan termasuk
mematahkan 1 ampul oksitosin dan memasukkan alat suntik sekali pakai
ke dalam wadah partus set.
Hasil : alat dan bahan telah siap
3. Memakai celemek plastik
Hasil : celemek telah di pakai
4. Melepas semua perhiasan yang dipakai di tangan, lalu mencuci tangan di
bawah air mengalir dengan tekhnik 7 langkah
Hasil : tangan telah di cuci
5. Menggunakan sarung tangan desinfeksi tingkat tinggi pada tangan kanan
yang akan digunakan untuk pemeriksaan dalam.
Hasil : sarung tangan telah dipakai
6. Mengambil alat suntik dengan tangan yang bersarung tangan, isi dengan
oksitosin dan letakkan kembali kedalam wadah partus set.
Hasil : spuit telah di isi dengan oksitosin dan telah di letakkan kembali di
wadah partus set
7. Membersihkan vulva dan perineum, mengusapnya dengan hati-hati dari
depan kebelakang dengan menggunakan kapas DTT.
Hasil : vulva dan perineum telah dibersihkan
8. Lakukan pemeriksaan dalam (PD) untuk memastikan pembukaan lengkap
(bila selaput ketuban belum pecah dan pembukaan sudah lengkap, lakukan
amniotomi).
Hasil : pemeriksaan dalam Pembukaan : 10 cm Ketuban : Pecah Presentase
: Ubun-ubun kecil dibawah simpisis Penurunan : Hodge IV Pelepasan :
Lendir, darah bercampur dengan air ketuban
9. Mendekontaminasi sarung tangan kotor kedalam larutan clorin 0,5 % dan
membukanya secara terbalik, lalu rendam selama 10 menit
Hasil : sarung tangan telah dibuka secara terbalik dan didekontaminasi di
larutan clorin 0,5 % selama 10 menit.

48
10. Memeriksa DJJ setelah kontraksi, untuk memastikan DJJ dalam batas
normal yaitu 120-160 x/menit
Hasil : DJJ terdengar jelas, kuat, dan teratur pada kuadran kanan perut ibu
bagian bawah dengan frekuensi 150 x/menit.
11. Beritahu ibu dan keluarga bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan
janin serta ibu dalam keadaan baik.
Hasil : ibu dan keluarga telah di beritahu
12. Minta keluarga untuk membantu menyiapkan posisi meneran (Bila ada rasa
ingin meneran dan terjadi kontraksi yang kuat, bantu ibu keposisi setengah
duduk atau posisi lain yang diinginkan dan pastikan ibu merasa nyaman).
Hasil : keluarga bersedia membantu
13. Lakukan pimpinan meneran saat ibu mempunyai dorongan yang kuat untuk
meneran, diantaranya : bimbing ibu untuk meneran saat ibu mempunyai
keinginan untuk meneran, berikan dukungan dan semangat atas usaha ibu
untuk meneran, anjurkan ibu beristirahan diantara kontraksi dan anjurkan
ibu untuk minum di sela-sela kontaksi.
Hasil : telah dilakukan pimpinan meneran, ibu beristirahat dan minum
diantara kontraski, serta ibu telah diberi semangat.
14. Jika ibu tidak memiliki keinginan untuk meneran, anjurkan ibu untuk
berjalan, jongko, atau mengambil posisi yang dianggab nyaman.
Hasil : ibu telah memilih posisi yang nyaman yaitu dengan posisi miring
kiri
15. Jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5-6 cm, letakkan
handuk bersih diatas perut ibu.
Hasil : handuk bersih telah di letakkan diatas perut ibu
16. Meletakkan kain bersih yang dilipat 1/3 bagian dibawah bokong ibu
Hasil : telah dilakukan
17. Membuka partus set untuk memastikan kelengkapan alat dan bahan.
Hasil : alat dan bahan telah lengkap
18. Memakai sarung tangan steril pada kedua tangan
Hasil : sarung tangan steril telah dipakai
19. Setelah kepala bayi membuka vulva dengan diameter 5-6 cm, lakukan
penyokongan dengan melindungi perineum dengan satu tangan yang
dilapisi dengan kain bersih dan kering, kemudian letakkan tangan yang lain

49
pada kepala bayi dan lakukan tekanan yang lembut untuk mencegah
terjadinya gerakan difleksi maksimal.
Hasil : telah dilakukan penyokongan dan kepala bayi telah lahir.
20. Memeriksa adanya lilitan tali pusat dan ambil tindakan yang sesuai jika hal
itu terjadi, dan segera lanjutkan proses kelahiran bayi.
Hasil : tidak terjadi lilitan tali pusat
21. Tunggu kepala sampai melakukan putaran paksi luar secara spontan.
Hasil : kelapa telah melakukan putaran paksi luar secara spontan
22. Setelah kepala melakukan putaran paksi luar secara spontan, lakukan
pegangan secara biparietal, dengan menempatkan kedua tangan pada sisi
muka bayi. Anjurkan ibu menerang pada kontraksi berikutnya, dengan
lembut tarik bayi kebawah untuk mengeluarkan bahu depan, kemudian
tarik keatas untuk mengeluarkan bahu belakang.
Hasil : pegangan biparietal telah dilakukan, dan kedua bahu telah lahir.
23. Setelah kedua bahu bayi lahir, geser tangan bawah kearah perineum ibu
untuk menyangga kepala, lengan dan siku sebelah bawah, Gunakan tangan
atas untuk menelusuri dan memegang lengan dan siku sebelah atas.
Hasil : telah di lakukan bahu dan lengan bayi telah lahir.
24. Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan atas berlanjut ke
punggung, bokong, tungkai dan kaki serta pegang masing-masing kaki
dengan ibu jari dan jari-jari lainnya.
Hasil : telah dilakukan, dan bayi lahir spontan.
25. Lakukan penilaian sepintas, dengan menilai apakah bayi menangis kuat,
bernafas tanpa kesulitan, bayi bergerak aktif dan bagaimana warna
kulitnya.
Hasil : bayi lahir segera menangis, bernafas tanpa kesulitan, bergerak aktif
dan kulit tubuh kemerahan.
26. Bersihkan dan keringkan bayi mulai dari muka, kepala, bagian tubuh
lainnya kecuali bagian tangan tanpa membersihkan verniks caseosa. Ganti
handuk yang basah dengan handuk kering dan biarkan bayi di atas perut
ibu.
Hasil : bayi telah dibersihkan dan di keringkan
Intervensi Kala III

50
1. Periksa kembali uterus untuk memastikan tidak tidak ada lagi bayi dalam uterus.
Hasil : ibu hamil tunggal 2
2. Memberitahu ibu bahwa ia akan oksitosin agar uterus berkontraksi baik.
Hasil : ibu telah di beritahu dan ibu bersedia di suntik
3. Dalam waktu 1 menit setelah bayi lahir, suntikkan oksitosin 10 unit IM di 1/3
paha atas bagian distal lateral (lakukan aspirasi sebelum menuntikkan
oksitosin).
Hasil : oksitosin telah disuntikkan
4. Setelah 2 menit pasca persalinan, jepit tali pusat dengan klem kira-kira 3 cm
dari pusat bayi. Dengan mendorong tali pusat kearah distal (ibu) dan jepit
kembali tali pusat pada 2 cm distal dari klem pertama.
Hasil : tali pusat telah diklem
5. Dengan satu tangan, pegang tali pusat yang telah dijepit (lindungi perut bayi),
dan lakukan pengguntingan tali pusat diantara 2 klem tersebut.
Hasil : tali pusat telah digunting
6. Lakukan penjepitan tali pusat dengan penjepit tali pusat.
Hasil : tali pusat telah di jepit
7. Letakkan bayi secara tengkurap di dada ibu agar ada kontak kulit ibu dan bayi,
Luruskan bahu bayi sehingga bayi menempel di dada/perut ibu. Usahakan
kepala bayi berada diantara payudara ibu dengan posisi lebih rendah dari putting
payudara ibu.
Hasil : telah dilakukan
8. Menyelimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan bersih lalu pasamh topi
dikepala bayi.
Hasil : bayi dan ibu telah di selimuti dengan kain hangat dan bayi telah di
pasangkan topi
9. Pindahkan klem pada tali pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva.
Hasil : klem telah di pindahkan
10. Meletakkan satu tangan diatas kain pada perut ibu, di tepi atas simfisis, untuk
mendeteksi, sementara itu tangan lain meregangkan tali pusat.
Hasil : telah dilakukan
11. Setelah uterus berkontraksi, regangkan tali pusat kearah bawah sambil tangan
yang lain mendorong uterus kearah belakang-atas (dorso cranial) secara hati-
hati (untuk mencegah inversion uteri). Jika plasenta tidak lahir setelah 30 – 40

51
detik, hentikan peregangan tali pusat dan menunggu hingga timbul kontraksi
berikutnya dan mengulangi prosedur.
Hasil :telah dilakukan dorongan dorso cranial
12. Melakukan peregangan dan dorongan dorsokranial hingga plasenta terlepas,
minta ibu meneran sambil penolong meregangkan tali pusat dengan arah sejajar
lantai dan kemudian kearah atas, mengikuti poros jalan lahir (tetap lakukan
tekanan dorsokranial).
Hasil : telah dilakukan
13. Setelah plasenta tampak pada vulva, teruskan melahirkan plasenta dengan hati-
hati, pegang plasenta dengan kedua tangan dan lakukan putaran searah jarum
jam untuk membantu pengeluaran plasenta dan mencegah robeknya selaput
ketuban.
Hasil : palsenta telah lahir
14. Segera setelah plasenta lahir, lakukan masase pada fundus uteri dengan
menggosok fundus uteri secara sirkuler menggunakan bagian palmar 4 jari
tangan kiri hingga kontraksi uterus baik (fundus teraba keras).
Hasil : telah dilakukan masase uterus
15. Periksa bagian maternal dan bagian fetal plasenta dengan tangan kanan untuk
memastikan bahwa seluruh kotiledon dan selaput ketuban sudah lahir lengkap,
dan masukan kedalam kantong plastik yang tersedia.
Hasil : plasenta lahir lengkap kotiledon dan selaput ketubannya.
16. Mengevaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum.Melakukan
penjahitan bila laserasi menyebabkan perdarahan.
Hasil : telah dilakukan,dan tidak terjadi laserasi pada perineum.
17. Memastikan uterus berkontraksi dengan baik dan tidak terjadi perdarahan
pervaginam.
Hasil : telah dilakukan, dan uterus berkontraksi dengan baik teraba bundar dan
keras.
18. Biarkan bayi melakukan kontak kulit dengan ibu paling sedikit 1 jam
Hasil : telah dilakukan, dengan membiarkan bayi melakukan kontak kulit selam
1 jam.
19. Setelah satu jam, lakukan penimbangan/pengukuran bayi, beri tetes mata
antibiotik profilaksis, dan vitamin K1 1 mg secara intramuskuler (IM) di paha
kiri anterolateral.

52
Hasil : bayi telah di beri tetes mata/salep mata antibiotic profilaksis, dan telah
di suntikkan vitamin K secara intramuskuler di paha kiri anterolateral.
20. Setelah satu jam pemberian suntikkan vitamin K, lakukan penyuntikan
imunisasi hepatitis B pada paha kanan antero lateral secara intramuscular.
Hasil : telah dilakukan penyuntikkan hepatitis B di paha kanan antero lateral
secara intramuscular.
Intervensi Kala IV
1. Lanjutkan pemantauan kontraksi dan pencegahan perdarahan pervaginam, 15
menit pada jam pertama pasca persalinan, dan 30 menit pada jam kedua pasca
persalinan
Hasil : telah dilakukan pemantauan dan tidak terjadi perdarahan pervaginam,
serta kontraksi uterus baik teraba bundar dan keras.
2. Mengajarkan ibu/keluarga cara melakukan masase uterus dan menilai
kontraksi.
Hasil : telah dilakukan dan ibu mengerti yang diajarkan.
3. Mengevaluasi dan mengstimulasi jumlah kehilangan darah setiap 15 menit
selama 1 jam pasca persalinan, dan setiap 30 menit pada jam kedua pasca
persalinan.
Hasil : sudah dilakukan
4. Melakukan pemeriksaan tanda-tanda vital ibu (kecuali pernapasan), tinggi
fundus uteri, kontraksi uterus dan kandung kemih setiap 15 menit selama 1 jam
pasca persalinan dan setiap 30 menit pada jam ke 2 pasca persalinan.
Hasil : sudah dilakukan
5. Periksa kembali bayi untukmemeasikan bahwa bayi bernafas dengan baik (40-
60 x/menit) serta suhu tubuh normal yaitu (36.5o c - 37.5o c)
Hasil : telah dilakukan pemeriksaan dan bayi bernafas normal dan suhu tubuh
normal.
6. Tempatkan semua peralatan bekas pakai kedalam larutan klorin 0.5 % untuk
didekontaminasi (selama 10 menit). Cuci dan bilas setelah didekontaminasi.
Hasil : telah dilakukan, dan peralatan telah direndam dilarutan klorin untuk
didekontaminasi.
7. Buang bahan-bahan yang terkontaminasi kedalam tempat sampah yang sesuai.
Hasil : telah dilakukan

53
8. Bersihkan ibu dengan menggunakan air DTT. Bersihkan sisa cairan ketuban,
lendir dan darah. dan bantu ibu memakai pakaian bersih dan kering.
Hasil : ibu telah dibersihkan, dan ibu telah memakai pakaian bersih dan kering.
9. Pastikan ibu merasa aman dan nyaman. Bantu ibu untuk memberikan ASI
kepada bayinya, dan anjurkan keluarga untuk member ibu minuman dan
makanan yang diinginkan.
Hasil : ibu telah merasa nyaman, ibu telah menyusui bayinya, dan ibu telah
makan dan minum di bantu oleh keluarga.
10. Dekontaminasi tempat bersalin dengan larutan klorin 0.5 %
Hasil : telah dilakukan
11. Cuci kedua tangan dengan sabun dibawah air mengalir dengan menggunakan
teknik cuci tangan 7 langkah.
Hasil : telah dilakukan dan tengan telah di cuci.
12. Lengkapi partograf (halaman depan dan belakang)
Hasil : partograf telah di lengkapi. (Salfiani, 2017)

54
BAB III
DOKUMENTASI SOAP DAN RENCANA TINDAKAN

ASUHAN KEBIDANAN IBU BERSALIN NORMAL


PADA NY. F USIA 24 TAHUN G1P0A0 UK 39+6 MINGGU
DENGAN KALA 1 FASE AKTIF
DI RSUD MUNTILAN

No. RM : 368767
Tanggal pengkajian : 17 November 2022
IDENTITAS PASIEN

IBU SUAMI
Nama : Ny. F Tn. J

Umur : 24 Tahun 27 Tahun


Suku /bangsa : Jawa/ Indonesia Jawa/ Indonesia
Agama : Islam Islam

Pendidikan : SMA SMA


Pekerjaan : Karyawan Swasta Karyawan swasta

Alamat : Bangunharjo sewon bantul


No.hp : 081779XXXXX

A. SUBYEKTIF
1. Keluhan
Ibu mengatakan kenceng kenceng dari jam 05.00 pagi, kenceng kenceng
teratur tapi belum adekuat, gerakan janin aktif, dan ketuban belum rembes,
sudah keluar lendir darah .
2. Riwayat Menstruasi :
Menarche usia : 13 tahun
Siklus : 28 hari
Banyak : 2-3 kali ganti pembalut
Lama :7 hari
Warna : merah darah segar
Dismenorrhea : ibu mengatakan tidak mengalami dismenorea
Flour albus : tidak ada
HPHT : 12 Februari 2022
HPL : 17 November 2022

55
3. Riwayat Pernikahan
Menikah :1 kali
Usia menikah : 24 tahun
Lama pernikahan :6 tahun

4. Riwayat Kehamilan, Persalinan, dan Nifas yang lalu :


Hamil Persalinan Nifas
Ke- lahir Jenis Penolong kompli JK BB Laktasi Komplikasi
persalinan kasi
I H a m i l i n i

5. Riwayat kehamilan saat ini


G1 P0 A0
UK: 39+6 Minggu
Trimester I : ibu mengatakan mual dan pusing, terapi asam folat 1x1
Trimester II : ibu mengatakan tidak ada keluhan, terapi tablet Fe 1x1, kalk
1x1
Trimester III : ibu mengatakan tidak ada keluhan, terapi tablet Fe 1x1, kalk
1x1
Imunisasi TT : 3 kali
ANC : 7 kali
Frekuensi gerakan janin: ibu mengatakan gerakan janin selama 24 jam
terakhir ± 20 kali

6. Riwayat Kontrasepsi yang digunakan


No Jenis Pasang Lepas
kontrasepsi
Tahun oleh Tempat Keluhan Tanggal Oleh Tempat Keluhan
1 - - - - - - - - -
Rencana Kontrasepsi yang akan digunakan : ibu mengatakan setelah selesai
nifas akan menggunakan KB Suntik 3 bulan
7. Riwayat kesehatan
a. Kesehatan ibu
Ibu mengatakan tidak pernah atau sedang menderita penyakit menular,
menahun, serta menurun, seperti HIV/AIDS, hepatitis, jantung, hipertensi
b. Kesehatan suami dan keluarga
Ibu mengatakan keluarga tidak pernah atau sedang menderita penyakit
menular, menahun, serta menurun, seperti HIV/AIDS, hepatitis, jantung,
hipertensi, DM, asma
c. Alergi
Ibu mengatakan tidak ada alergi terhadap makanan atau obat
8. Pola Pemenuhan Kebutuhan Sehari-hari
a. Nutrisi :

56
 Makan Terakhir
Porsi : sedang
Macam : nasi, sayur, lauk
Jam : 19.00 WIB
Keluhan : tidak ada
 Minum Terakhir
Porsi : 1 botol 600 ml
Macam : air putih
Jam : 20.30 WIB
Keluhan : tidak ada
b. Istirahat terakhir
Lamanya : ± 2 jam
Jam : 13.00 WIB
Keluhan : tidak ada
c. Aktifitas terakhir
Pekerjaan : ibu mengatakan hanya membereskan rumah seperti
masak, dan menyapu.
Keluahan : tidak ada
d. Eliminasi
 BAK Terakhir
Konsistensi : cair
Warna : kuning jernih
Bau : khas urine
Jam : 20.00 WIB
Keluhan : tidak ada
 BAB Terakhir
Konsistensi : lembek
Warna : kecoklatan
Bau : khas tinja
Jam : 08.00 WIB
Keluhan : tidak ada
e. Personal hygiene : ibu mengatakan mandi 2 kali sehari, gosok gigi 2 kali
sehari, keramas 2 hari sekali, ganti pembalut 2-3 kali sehari, dan
mengganti pakaian setiap selesai mandi.
f. Kebutuhan Seksual : ibu mengatakan setelah persalinan hingga untuk saat
ini belum melakukan hubungan seksual
Keluhan : tidak ada
g. Pola Kebiasaan
Merokok : ibu mengatakan tidak merokok
Alkohol : ibu mengatakan tidak minum alkohol
Narkoba : ibu mengatakan tidak menggunakan narkoba
Obat-obatan : ibu mengatakan tidak meminum obat obatan
Jamu-jamuan : ibu mengatakan tidak meminum jamu jamuan
9. Riwayat Psikososial dan spiritual
57
a. Penerimaan klien terhadap kehamilan ini
Ibu mengatakan merasa senang akan kehamilannya
b. Sosial support
Ibu mengatakan keluarganya selalu memberikan dukungan dan support
kepada ibu
c. Kegiatan klien dan keluarga dalam keagamaan
Ibu mengatakan menjalankan ibadah sesuai syariat islam
d. Persiapan dalam persalinan
Ibu mengatakan belum mempersiapkan apapun
e. Binatang piaraan
Ibu mengatakan tidak memelihara hewan apapun

B. OBYEKTIF
1. Pemeriksaan Umum
KU : baik KS : Compos mentis
Antropometri : BB sebelum hamil : 59 kg, BB sekarang : 68 kg, TB: 160
cm, lila : 25 cm
Vital sign : TD : 130/80 mmHg, N : 96 x/mnt, R : 20 x/ mnt, SPO2 :
98%, S : 36,5 oC

2. Pemeriksaan Fisik
 Kepala dan leher
Wajah : tidak odema, tidak pucat
Mata : simetris, sclera putih, konjungtiva merah muda, tidak ada
tanda-tanda ikterus
Mulut : bibir lembab, tidak pucat, tidak ada stomatitis, gigi bersih
tidak ada caries, tidak ada lesi.
Leher : tidak ada pembengkakan kelenjar limfe, pembesaran tyroid
maupun pelebaran vena jugularis
 Dada dan payudara
Bentuk : simetris
Benjolan : tidak ada
Putting susu : menonjol
Pengeluaran :-
Keluhan : tidak ada
 Abdomen
Bekas luka : tidak ada
Palpasi :
Pemeriksaan leopold:
Leopold I : Bagian Fundus teraba bulat, lunak, tidak melenting kesimpulan
bokong
Leopold II : Bagian kiri perut ibu teraba keras memanjang seperti papan
kesimpulan punggung (puki) dan bagian kanan perut ibu teraba bagian
bagian kecil (ekstermitas)
58
Leopold III : Bagian terbawah perut ibu teraba bulat keras melenting
kesimpulan kepala
Leopold IV: Tangan pemeriksa tidak bisa bertemu (divergen) kepala
sudah masuk PAP
Perlimaan :4/5
TFU : 30 cm
TBJ : 2900 gram
DJJ : 145 x/menit
HIS : 3x10’20”
 Tangan dan kaki
Oedem : tidak ada
Varices : tidak ada
Reflek patella : kanan (+ ), kiri (+ )
Kuku : bersih, tidak sianosis
 Genetalia
Tidak ada varises, tidak odem, tidak ada tanda tanda infeksi
Pemeriksaan dalam, Tanggal: 17 November 2022 jam : 22.00 WIB
Vulva uterus tenang, dinding vagina teraba licin, serviks tipis lunak,
pembukaan 5 cm, selaput ketuban utuh, air ketuban (+), presentasi kepala,
UUK jam 11, tidak ada molase, penurunan kepala dihodge II, Tidak ada
bagian yang menumbung, STLD (+).
 Anus : tidak ada hemoroid

3. Pemeriksaan penunjang
Hb : 13 gr/dl
Gol. Darah : A
HbsAg : Negatif
Sifilis : Negatif
HIV : Non reaktif
Glukosa urine: Negatif
Protein urine : Negatif

C. ANALISA
Ny. F Usia 24 tahun G1P0A0 Uk 39+6 Minggu intra uterine janin tunggal, hidup,
presentasi kepala Dalam Persalinan kala 1 fase aktif
D. PENATALAKSANAAN
Tanggal / jam : 17 November 2022/22.00 WIB

1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan, keadaan ibu baik, janin baik, dan sudah
dalam persalinan pembukaan 5 cm
Evaluasi : ibu sudah mengetahui kondisi ibu dan bayinya baik dan
Pembukaan 5 cm.
2. Menganjurkan ibu untuk makan dan minum saat tidak ada kontraksi

59
Evaluasi : ibu sudah makan dan minum
3. Melakukan massase punggung dan menganjarkan suami melakukan
massase
Evaluasi : suami melakukan massase punggung
4. Memberitahu ibu untuk tetap tenang dan tidak khawatir
Evaluasi : ibu mengerti
5. Menyiapkan partus set dan kebutuhan persalinan
Evaluasi : telah disiapkan partus set dalam bak instrument (2 klem tali
pusat, ½ kokher, gunting tali pusat, gunting episiotomi, needle, kapas,
kom kecil) umbilical klem, bengkok, spuit 3 cc, spuit 5 cc, oxytoxin,
metergin, lidokain, underpad, handscoon medis dan steril,infus RL,Catgut
chromic, baju ibu dan bayi dan kebutuhan lainnya.
6. Melakukan pemantauan kesejahteraan ibu dan janin
Evaluasi : telah terlampir dipartograf

CATATAN PERKEMBANGAN
Tanggal pengkajian : 17 Nov 2022
Jam : 00.00 WIB

Subjektif Ibu mengatakan ketuban sudah rembes, kenceng


kenceng semakin sering dan ingin mengejan

Objektif Vital sign : TD : 125/80 mmHg, N : 97 x/mnt, R :


20 x/ mnt, SPO2 : 98%, S : 36,6 oC
DJJ : 145 x/menit,
His: 4x/10 menit lama 45 detik,
Perlimaan : 1/5
Periksa dalam : v/u tenang, dinding vagina licin,
serviks tidak teraba. Pembukaan 8 cm , selket (-),air
ketuban (+) jernih, presentasi kepala, UUK jam 12,
molase (0), penurunan kepala di hodge III, Tidak ada
bagian yang menumbung, STLD (+).

Assessment Ny. F Usia 24 tahun G1P0A0 Uk 39+6 Minggu Dalam


Persalinan kala 1 fase aktif

Penatalaksanaan 1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan, keadaan ibu


baik, janin baik, dan sudah dalam persalinan
pembukaan 8 cm
Evaluasi : ibu sudah mengetahui kondisi ibu
dan bayinya baik dan Pembukaan 8 cm.
2. Menganjurkan ibu untuk minum saat tidak ada
kontraksi
Evaluasi : ibu sudah makan dan minum

60
3. Menganjurkan ibu untuk miring kiri agar
penurunan kepala cepat turun
Evaluasi : ibu mengerti dan sudah miring ke
kiri
4. Melakukan massase punggung dan
menganjarkan suami melakukan massase
Evaluasi : suami melakukan massase
punggung
5. Memberitahu ibu untuk tetap tenang dan tidak
khawatir
Evaluasi : ibu mengerti
7. Melakukan pemantauan kesejahteraan ibu dan
janin
Evaluasi : telah terlampir dipartograf

KALA II Tanggal: 17 Nov 2022, Jam : 01.00 WIB


Subjektif :
Ibu mengatakan, ketuban sudah pecah, kenceng kenceng semakin sering dan
ingin mengejan seperti pingin BAB
Objektif:
KU : baik KS : Compos mentis
Vital sign : TD : 121/83 mmHg, N : 85 x/mnt, R : 23 x/ mnt, SPO2 : 98%, S :
36,5 oC.
DJJ : 140 x/menit, His: 4x/10 menit lama 45 detik, Perlimaan 0/5
Periksa dalam : v/u tenang, dinding vagina licin, serviks tidak teraba.
Pembukaan lengkap, selket (-),air ketuban (+) jernih, presentasi kepala, UUK
jam 12, molase (0), penurunan kepala di hodge III, Tidak ada bagian yang
menumbung, STLD (+).
Analisa :
Ny. F umur 24 tahun G1P0A0 UK 39+6 Minggu dalam persalinan kala II.
Penatalaksanaan :
1. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan pembukaan sudah lengkap
Evaluasi : ibu mengetahui hasil pemeriksaan
2. Memberitahu ibu untuk memposisikan kakinya senyaman ibu
Evaluasi : ibu sudah dalam posisi dorsal recumbent
3. Melihat tanda tanda persalinan kala II
a. Ibu merasa ada dorongan kuat dan ingin meneran
b. Ibu merasa tekanan yang semakin meningkat pada rectum dan vagina

61
c. Perineum menonjol
d. Vulva dan sfingter ani membuka
Evaluasi : sudah ada tanda tanda tersebut
4. Mengajarkan ibu cara mengejan dengan cara tarik nafas panjang lewat hidung
kemudian mengedan tidak bersuara seperti orang BAB
Evaluasi : ibu sudah mengetahui cara mengejan
5. Memantau DJJ ibu
Evaluasi :
JAM DJJ
01.00 125x/menit
01.05 130x/menit
01.15 126x/menit
01.25 128x/menit

6. Meletakkan handuk bersih diperut ibu, jika kepala bayi sudah tampak 5-6 cm
letakkan duk dilipat 1/3 bagian alas bokong ibu
Evaluasi : handuk sudah diletakkan
7. Buka tutup partus set dan periksa kelengkapan peralatan dan memakai sarung
tangan steril
Evaluasi : alat lengkap
8. Setelah kepala bayi tampak 5-6 cm lindungi perineum dengan satu tangan yang
dilapisi duk dan tangan yang lain menahan kepala bayi agar tetap dalam posisi
fleksi dan membantu lahirnya kepala. Anjurkan ibu untuk meneran perlahan
sambil bernapas dangkal dan cepat.
Evaluasi : kepala bayi telah lahir
9. Setelah kepala lahir, cek lilitan tali pusat dan tunggu kepala bayi melakukan putar
paksi luar secara spontan. Setelah terjadi putar paksi luar, pegang kepala secara
biparietal. Dengan lembut gerakkan kepala kearah bawah dan distal hingga bahu
depan muncul dibawah ulkus pubis dan kemudian gerakkan keatas dan distal
untuk melahirkan bahu belakang.
Evaluasi : bahu telah lahir
10. Setelah bahu lahir lakukan sangga susur dari tangan punggung, bokong tungkai
dan kaki
Evaluasi : bayi telah lahir menangis kuat, warna kulit kemerahan, tonus otot baik,
lahir jam 01.30, JK: laki laki.
11. Mengeringkan bayi dari muka hingga kaki dan mengganti dengan handuk yang
lain
Evaluasi : bayi sudah kering

KALA III Tanggal: 17 Nov 2022, Jam : 01.35 WIB


Subjektif :
Ibu mengatakan masih merasa mules
Objektif:
Bayi lahir spontan, menangis kuat, warna kulit kemerahan, tonus otot baik, lahir jam

62
01.30, JK: laki laki

KU : baik KS : Compos mentis


TFU : 2 jari di bawah pusat, Kontraksi : Keras, Perdarahan : 50 cc
Tanda tanda pelepasan plasenta:
- Adanya semburan darah
- Tali pusat memanjang
- Uterus globuler
-
Analisa :
Ny. F umur 24 tahun P1A0Ah1 dalam persalinan kala III.
Penatalaksanaan:
1. Melakukan pengecekan janin tunggal.
Evaluasi : Janin tunggal
2. Memberitahu ibu bahwa akan disuntik oxytocin 10 IU di 1/3 distal lateral paha,
agar uterus berkontraksi dengan baik.
Evaluasi : Ibu mengerti dan bersedia untuk diberikan suntik oxytocin, dan telah
disuntikkan.
3. Melakukan penjepitan dan pemotongan tali pusat ditunggu sampai tidak berdenyut
serta dilakukan IMD.
Evaluasi : Tali pusat sudah dipotong dan IMD sedang dilakukan.
4. Melakukan peregangan tali pusat terkendali, dengan cara pindahkan klem pada tali
pusat hingga berjarak 5-10 cm dari vulva, letakkan satu tangan diatas perut ibu
dengan kain dibawahnya, tepatnya tangan diatas sympisis untuk mendeteksi
kontraksi dan tangan lain melakukan penegangan tali pusat. Setelah uterus
berkontraksi, tegangkan tali pusat kearah bawah sambil tangan yang lain
mendorong uterus kearah belakang atas (dorso cranial) secara hati-hati untuk
mencegah inversio uteri.
Evaluasi : PTT dilakukan.
5. Saat plasenta terlihat di introitus vagina, lahirkan plasenta dengan kedua tangan.
Pegang dan putar plasenta sesuai arah jarum jam hingga selaput ketuban terpilin
kemudian lahirkan.
Evaluasi : Plasenta telah lahir spontan lengkap, eksplorasi.
6. Segera setelah plasenta lahir lakukan massase uterus.
Evaluasi : Uterus berkontraksi dengan baik/keras.
7. Evaluasi kelengkapan plasenta, perdarahan dan laserasi jalan lahir
Evaluasi : Plasenta lahir lengkap, Perdarahan ±20 cc, perineum rupture grade II

KALA IV Tanggal: 17 Nov 2022, Jam : 01.45 WIB

Subjektif :
Ibu merasa lega dan masih merasa mules

Objektif:

63
Plasenta lahir spontan lengkap, Perdarahan ±20 cc, perineum rupture grade II

KU : baik KS : Compos mentis


TFU : 2 jari di bawah pusat, Kontraksi : Keras
Analisa :
Ny. N umur 22 tahun P1A0Ah1 dalam persalinan kala IV.

Penatalaksanaan:
1. Melakukan heating pada laserasi jalan lahir
Evaluasi : telah dilakukan heating jelujur terkunci dan satu satu
2. Membersihkan ibu dan mengganti pakaian ibu serta memakaikan pembalut
Evaluasi : ibu sudah bersih
3. Memberitahu ibu bahwa rasa mulas yang dirasakan adalah hal yang wajar karena
proses pengembalian uterus atau rahin ke keadaan semula.
Evaluasi : Ibu mengetahui informasi yang diberikan
4. Memberitahu ibu bahwa akan dilakukan pemantauan selama 2 jam, pada 1 jam
pertama setiap 15 menit sekali dan 1 jam kedua setiap 30 menit sekali.
Evaluasi : Ibu mengerti dan bersedia dilakukan pemantauan, serta pemantauan
terlampir di partograf.
5. Menganjurkan ibu untuk makan dan minum supaya tenaganya pulih kembali.
Evaluasi : Ibu mengerti dan bersedia melakukannya.
6. Membersihkan alat dan melakukan dekontaminasi alat
Evaluasi: telah dilakukan
7. Melakukan pendokumentasian .
Evaluasi : Telah dilakukan.

BAB IV

64
PEMBAHASAN

A. KALA I
Berdasarkan hasil pengkajian data subjektif Ny.F usia 24 tahun mengatakan
mengatakan kenceng kenceng. Hasil pengkajian data objektif Didapatkan hasil
pemeriksaan keadaan ibu dengan: TD : 130/80 mmHg, N : 96 x/mnt, R : 20 x/
mnt, SPO2 : 98%, S : 36,5 oC, DJJ: 145x/menit. Dilakukan pemeriksaan dalam
Vulva uterus tenang, dinding vagina teraba licin, serviks tipis lunak, pembukaan 5
cm, selaput ketuban utuh, air ketuban (+), presentasi kepala UUK jam 12, tidak
ada molase, penurunan kepala dihodge II, STLD (+).
Pada penelitian Fatriyani, I & Nugraheny, E., (2020) dijelaskan usia 20-35
tahun merupakan usia yang sehat yang mana pada usia tersebut organ reproduksi
sudah matang, dapat menekan resiko gangguan kesehatan baik pada ibu maupun
janin, sedangkan pada usia yang kurang dari 20 tahun dan lebih dari 35 tahun ibu
melahirkan pada primigravida dapat terjadi resiko seperti perineum kaku dan tidak
elastis, hal tersebut akan menghambat lama persalinan pada kala II dan dapat
meningkatkan resiko pada janin. Faktor umur dapat menjadi penyebab terjadinya
berbagai komplikasi yang terjadi pada kehamilan dan persalinan, antara lain
penyebab kelainan his, atonia uteri, plasenta previa dan yang lainnya
Didalam penelitian Purwanti, A.,& Rayani, T.A., (2020) Proses kemajuan
persalinan kala I fase aktif dipengaruhi oleh dilatasi servik dan penurunan kepala
janin ke dalam dasar panggul. Nyeri persalinan disebabkan oleh adanya kontraksi
uterus yang berlangsung secara regular dengan intensitas yang semakin lama
semakin kuat dan semakin sering (adekuat).
Darma, I.Y.,& Abdilah,N., (2020) Ada 2 fase pada kala satu persalinan
dimana fase laten adalah saat serviks melebar dari 0 cm menjadi 3-4cm dan fase
aktif dimulai saat serviks berdilatasi 3-4cm menjadi 8-10cm.
Pada penelitian Fatriyani, I & Nugraheny, E., (2020) menjelaskan Pada
multigravida lama persalinan kala I fase aktif terjadi selama 8,5 jam dengan
pembukaan satu cm per 72,8 menit (1,2 jam), lebih cepat dibandingkan dengan
primigravida yang lama persalinan kala I fase aktif mencapai 10 jam dengan
pembukaan satu cm per 85,7 menit (1,4 jam).

65
B. KALA II
Kala 2 diperoleh dari data subyektif yaitu ibu mengeluh perutnya sangat
mules dan ingin meneran seperti BAB, merupakan kondisi fisiologi, karena
timbulnya his terdapat tekanan otot-otot dasar panggul reflek sehingga terjadi rasa
ingin meneran. Dijelaskan dalam penelitian Sulfianti (2021) tanda-tanda
persalinan yaitu his semakin kuat, perineum tampak menonjol dan terlihat lebar,
labia terbuka dan kepala janin tampak di vulva ketika adanya his. Kekuatan his dan
meneran yang baik maka kepala dilahirkan suboksiput di bawah simfisis, muka
dengan dagu melewati perineum, sehabis itu lahir anggota badan bayi.
Pada penelitian Fatriyani, I & Nugraheny, E., (2020) menjelaskan Pada
multigravida lama persalinan kala II terjadi selama 1,5 jam sampai maksimal 2
jam, lebih cepat dibandingkan dengan primigravida yang mengalami persalinana
kala II dengan lama persalinan 0,5 jam sampai maksimal satu jam.
Didalam penelitian Darwis, D.G.,& Ristica, O.D, (2022) Proses fisiologis
kala II persalinan diartikan sebagai serangkaian peristiwa yang terjadi sepanjang
periode tersebut dan di akhiri dengan lahirnya bayi secara normal. Dalam
persalinan yang lancar terdapat beberapa factor yang mendukung, salah satunya
adalah posisi meneran yang tepat. Posisi meneran itu sendiri merupakan posisi
yang nyaman bagi ibu bersalin. Ibu bersalin dapat berganti posisi secara teratur
selama persalinan kala II karena hal ini seringkali mempercepat kemajuan
persalinan dan ibu mungkin dapat meneran secara efektif pada posisi tertentu yang
dianggap nyaman bagi ibu, selain itu instruksi yang sesuai untuk memimpin ibu
meneran, serta posisi yang memfasilitasi kemajuan mencegah trauma.
C. KALA III
Kala III berlangsung normal, ibu mengatakan perutnya masih mules.
kondisi yang dialami merupakan sesuatu hal fisiologis, dikarenakan pada kala III
uterus berkontraksi menyebabkan plasenta lahir secara spontan disebabkan
tekanan dari fundus uteri. Sama dengan teori Sulfianti (2021) kala III dimulai dari
bayi lahir sampai lahirnya plasenta yang berlangsung tidak lebih dari 30 menit.
Didalam penelitian Sisca Alviani et al., (2018) Faktor yang
mempengaruhi lamanya kala III diantaranya umur dan paritas, dimana umur
yang belum produktif sangat mempengaruhi proses persalinan, sedangkan pada

66
paritas mempengaruhi efektifitas uterus dalam semua tahapan persalinan.
Lamanya kala III normal adalah 5 sampai 15 menit .
Didalam penelitian Kurniasih, N.I.D., et al, (2021) Penegangan Tali pusat
Terkendali PTT dengan cara satu tangan diletakan pada korpus uterus tepat di
atas simfisis pubis, jika menggunakan mangemen aktif kala III tetap tidak
ada tanda pelepasan plasenta setelah 15 menit, maka ulangi pemberian
oksitosin 10 unit IM dosis kedua, dalam jarak waktu 15 menit dari
pemberian oksitoksin dosis pertama
D. KALA IV
Kala IV berlangsung selama 2 jam jumlah darah ± 50 cc. Menurut penulis
dilihat dari hasil pemeriksaan observasi di kala IV dimulai dari lahirnya plasenta
sampai 2 jam post partum berjalan baik karena setelah dilakukan pengawasan tidak
terdapat tanda bahaya pada kala IV. Didalam Penelitian Porouw, H.S., (2020) Kala
IV dimulai sejak plasenta lahir sampai dengan 2 jam sesudahnya, adapun observasi
yang harus dilakukan pada kala IV yaitu tingkat kesadaran, pemeriksaan tanda-
tanda vital (tekanan darah,nadi, pernafasan dan suhu), kontraksi uterus dan
perdarahan. Hal ini sesuai dengan teori mengenai kala IV persalinan normal

67
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta, dan selaput ketuban
keluar dari uterus ibu. Persalinan dianggap normal jika prosesnya terjadi pada
usia kehamilan cukup bulan (setelah 37 minggu) tanpa disertai adanya penyulit.
Didalam kasus pada Ny.F usia 27 tahun pada ibu bersalin dengan kala I fase
aktif. Kala I adalah kala pembukaan yang berlangsung antara pembukaan 0-10
cm, Kala II adalah kala pengeluaran bayi, dimulai dari pemmbukaan lengkap
sampai bayi lahir. Kala III adalah waktu untuk pelepasan dan pengeluaran
plasenta. Berlangsung setelah kala II yang tidak lebih dari sekitar 30 menit,
kontraksi uterus berhenti sekitar 5-10 menit. Kala IV dimulai setelah lahirnya
plasenta dan berakhir dua jam setelah itu masa paling kritis karena proses
perdarahan yang berlangsung.
B. Saran
Diharapkan asuhan kebidanan sesuai standar dapat dilakukan dengan
baik dan benar kepada klien, serta dalam menghadapi pasien harus lebih
menguasai teori, praktik dan program-program yang tersedia bagi setiap asuhan
yang diberikan, sehingga asuhan yang diberikan berkualitas dan memenuhi
standar yang telah ditetapkan.

68
DAFTAR PUSTAKA

Ambarwati, K. (2014). Kualitas Penggunaan E - Partograf Sebagai Alat Pemantauan


Pelaporan Pencatatan Persalinan. Semarang : Universitas Diponegoro Semarang.
Baldacchino, D. R. (2015). Spiritual care education of health care professionals.
Religions, 6, 594-613

Barokah, L., & Agustina,S.A (2021). aktor Internal Kejadian Ketuban Pecah Dini di
Kabupaten Kulonprogo. Window of Health : Jurnal Kesehatan. Vol 04 No. 02.
URL artikel: http://jurnal.fkmumi.ac.id/index.php/woh/article/view/woh 4201
Damayanti, Ika Putri, dkk. Buku Ajar: Asuhan Keebidanan Komprehensif Pada Ibu
Bersalin dan Bayi Baru Lahir. Yogyakarta: Deepublish.2014.

Darma, I.Y.,& Abdilah,N., (2020). Penerapan Teknik Active Birth Menggunakan


Birth Ball Terhadap Kemajuan Persalinan Kala I Pada Ibu Bersalin. (Jurnal Ilmu
Kesehatan. Vol 4(2).

Darwis, D.G.,& Ristica, O.D, (2022). Posisi Meneran Pada Ibu Bersalin Untuk
Memperlancar Proses Kala Ii Persalnan. Jurnal Kebidanan Terkini (Current
Midwifery Journal). Vol 2 (1)
Dewi, S.S.S.,& Batubara, N.S. (2018). Pengetahuan ibu tentang mobilisasi dini pasca
persalinan normal pervaginam di Wilayah Kerja Puskesmas Labuhan Rasoki
Kecamatan Padangsidimpuan Tenggara Tahun 2018. Jurnal Kesehatan Ilmiah
Indonesia. Vol 3 No. 2
Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Tengah. (2021). Dinas Kesehat Provinsi Jawa Tengah.

Evelyn Indradjaja Tunardy . 2014. Perubahan Fungsi Seksual Pada Masa Kehamilan
Primigravida. Bagian Obstetri dan Ginekologi Fakultas Kedokteran Universitas
Hasanuddin, Makassar
Fatriyani, I & Nugraheny, E., (2020). Perbedaan Lama Persalinan Pada Primigravida
Dan Multigravida. Jurnal Ilmu Kebidanan Vol 6 (2).

Fitriana, K.R. (2019) ‘Efek Konsumsi Alkohol dan Merokok Pada Wanita Hamil.
Jurnal Ilmiah Kesehatan Sandi Husada. 8(2). pp. 233–237.
Hani, Ummi dkk.2013.Asuhan Kebidanan Fisiologis.Jakarta:EGC

Hodijah, S . (2018). Perbedaan Posisi Berbaring dan Miring terhadap Pungtum


Maksimum Denyut Jantung Janin (DJJ) Primigravida. artikel penelitian.
Vol.8.(2).
International classificaton of Diseases (ICD)-10. Application of ICD-10 to deaths
during pregnancy, childbirth and the puerperium: ICD maternal mortality(ICD-

69
MM). Geneva: World Health Organization. 2012

JNPK-KR. 2017. Asuhan Persalinan Normal & Inisiasi Menyusui Dini. Jakarta:
Depkes RI
Kemenkes. (2020). Profil Kesehatan Indonesia tahun 2020. Jakarta: Kementrian
Kesehatan Republik Indonesia.
Kurniarum, A. (2016). Asuhan kebidanan persalinan dan bayi baru lahir. Jakarta: Buku
Pendidikan Deepublish.

Kurniasih, N.I.D., et al, (2021). Hubungan Lama Kalaiii Persalinan Dengan


Kejadianperdarahan Pada Ibu Post Partumdi Rsud 45 Kuningan. Journal Of
Public Health Innovationvol.Vol. 01 (2).
Kuswanti,I., & Melina, F. (2013). ASKEB II Persalinan. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Lockhart, Anita dan Lyndon Saputra. 2014. Asuhan Kebidanan Kehamilan


Fisiologis& Patologis. Tangerang Selatan: Binarupa Aksara.
Manuaba, I.B.G. Gawat-Darurat Obstetri-Ginekologi & Obstetri Ginekologi sosial
Profesi Bidan. Jakarta : EGC. 2014.

Mufdillah, A., dkk. 2012. Konsep Kebidanan. Yogyakarta: Nuha Medika


Ningrum,E. W. (2016). Hasil luaran janin pada ibu dengan riwayat abortus. Bidan
Prada: Jurnal Publikasi Kebidanan Akbid YLPP Purwokerto. 7(1).

Norma, Nita. Dwi Mustika. (2013). Asuhan Kebidanan Patologi. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Nursalam. (2017). Manajemen keperawatan: Aplikasi dalam praktik keperawatan
profesional Edisi 5. Jakarta: Salemba Medika.
Oktarina, M. 2016. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Persalinan Dan Bayi Baru Lahir.
Yogyakarta: Deepublish.

Permenkes, 2019. Peraturan Menteri Kesehatan tentang Angka Kecukupan Gizi yang
Dianjurkan untuk Masyarakat Indonesia. Sumber : BN.2019/NO.956,
PERATURAN.GO.ID : 5 HLM
Pradana, M.A.R.A. and Asshiddiq, M.R.F. (2021) ‘Hubungan Antara Paritas dengan
Kejadian Perdarahan Post Partum’, Jurnal Ilmiah Kesehatan Sandi Husada, 10(1),
pp. 326–331.
Prawirohardjo, S. 2014. Ilmu Kebidanan. Jakarta :PT Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo.

Prihandini et al (2016) “Usia Reproduksi Tidak Sehat Dan Jarak Kehamilan Yang
Terlalu Dekat Meningkatkan Kejadian Abortus di Rumah Sakit Tentaradokter
Soedjono Magelang”, Jurnal Kebidanan, 5(9)

70
Putri, N.A. (2019) ‘Plasenta Previa Sebagai Faktor Protektif Kejadian Preeklamsia
Pada Ibu Hamil’, Jurnal Ilmiah Kesehatan Sandi Husada, 8(2), pp. 79–84.
Ririn Widyastuti, S. S. T. M. K., & Indonesia, M. S. (2021). Asuhan Kebidanan
Persalinan dan Bayi Baru Lahir. Media Sains Indonesia.

Rochati P (2011). Skrining antenatal pada ibu hamil pengenalan faktor risiko.
Surabaya : Airlangga University Press.
Rohani. 2011. Asuhan Kebidanan Pada Masa Persalinan. Jakarta: Salemba Medika

Saifuddin, A.B., Wiknjosastro, G.H., Affandi, B., dan Waspodo, D. (2014). Buku
Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal (1st ed.). PT Bina
Pustaka Sarwono Prawirohadjo
Saifuddin, AB. 2014. Ilmu Kebidanan, Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo

Sulfianti, dkk. (2021). Asuhan Kebidanan Pada Masa Nifas. Yayasan Kita Menulis.
Sulfiani. 2017. Manajemen Asuhan Kebidanan Intranatal Care Pada Ny “F”Gestasi
38– 40 Minggu Dengan Asuhan Persalinan Normal Di Puskesmas Jumpandang
Baru Makassar. Karya Tulis Ilmiah Uin Alauddin Makasar.
Sulistyawati dan Nugraheny. 2013. Asuhan Kebidanan pada Ibu Bersalin. Yogyakarta:
Salemba Medika

Sulistyawati, Ari.2012. Asuhan Kebidanan pada Masa Kehamilan. Jakarta: Salemba


Medika
Sulistyorini, D.,& Rofingah, W.,(2021). Nyeri Dan Lama Persalinan Kala I Di
Puskesmas Banjarnegara 1 Kabupaten Banjarnegara. Jurnal Ilmiah Medsains.
Vol 7(1).
Susilowati, D., Prastika,D.A.,& Martanti, L.E. (2021). Faktor Persalinan Kala 1 Lama
Di Puskesmas Ketuwan Blora. Midwifery Care Journal, Vol. 2 No.4.
Walyani. (2015). Perawatan kehamilan & menyusui anak pertama agar bayi lahir dan
tumbuh sehat. Yogyakarta: Pustaka Baru Press
Yulifah, Rita. dan Tri Johan Agus Yuswanto. 2014. Asuhan Kebidanan Komunitas.
Jakarta: Salemba Medika

71

Anda mungkin juga menyukai