Anda di halaman 1dari 103

ASUHAN KEBIDANAN BERKELANJUTAN PADA NY.

R
G3P2A0 HAMIL 36 MINGGU DI PMB NINA MELIANA
KABUPATEN SUKABUMI TAHUN 2024

LAPORAN CONTINUITY OF CARE

Diajukan Untuk Menyelesaikan Mata Ajar Asuhan Continuity Of Care


Pendidikan Profesi Bidan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Sukabumi

NINA MELIANA
EIAC23031

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI BIDAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SUKABUMI
2024
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Kehamilan adalah suatu keadaan fisiologis yang normal, dan selama
kehamilan berlangsung banyak perubahan yang terjadi dalam tubuh seorang
wanita untuk itu diperlukan waktu untuk beradaptasi dengan berbagai perubahan
yang terjadi dalam dirinya. Perubahan-perubahan yang terjadi selama kehamilan
umumnya menimbulkan ketidaknyamanan dan kekhawatiran bagi sebagian besar
ibu hamil. Kekhawatiran dan ketakutan yang sering terjadi pada ibu hamil dapat
membawa ibu hamil menjadi tidak siap dalam menghadapi kehamilannya sehingga
memungkinkan untuk terjadinya kehamilan yang bermasalah yang ditandai
dengan munculnya tandatanda bahaya kehamilan yang dapat berakhir dengan
kematian. (Kusmiaty dkk. 2019).
Kehamilan mengalami perubahan fisiologis, dan psikologis. Perubahan
fisiologis diantaranya perubahan organ reproduksi, sistem kardiovaskuler,
pernafasan ginjal, integumen, mukuloskeletal, neurologi, pencernaan, dan
endokrin. Perubahan psikologis merupakan respon emosional yang terjadi akibat
perubahan organ tubuh dan peningkatan tanggung jawab menghadapi kehamilan
dan masa perawatan anak selanjutnya (Lestari, 2020).
WHO (World Health Organization) mengatakan bahwa setiap hari di dunia
ada kematian 830 ibu. Berdasarkan data hasil Rakerkesnas (Rapat Kerja Kesehatan
Nasional) tahun 2020, bahwa di Indonesia setiap hari ada 38 ibu yang meninggal
yang diakibatkan oleh penyakit atau komplikasi terkait kehamilan persalinan dan
nifas. Sebagian besar kematian tersebut seharusnya bisa dicegah dan diselamatkan.
Ibu meninggal disebabkan oleh karena komplikasi kebidanan yang tidak ditangani
dengan baik dan tepat waktu. Sekitar 15% dari kehamilan atau persalinan
mengalami komplikasi dan 85% adalah normal (Putra,Y.,&Siregar,E.S, 2020).

1
2

Ketidaknyamanan kehamilan trimester III meliputi sering buang air kecil


sekitar 50%, keputihan 15%, konstipasi 40%, perut kembung 30 %, edema
(bengkak) kaki 20%, kram kaki 10%, sakit kepala 20%, striaegravidarum
50%,hemoroid 60%, sesak nafas 60%dan sakit punggng 70% ( Marharani, 2021),
Berdasarkan penelitian Sukorini, 2020 sekitar 36 ibu hamil yang melakukan
pemeriksaan pada trimesterIII 78%ibu hamil mempunyai keluhan seperti ibu hamil
merasakan sakit punggung, kram atau kesemutan kaki, dan kaki bengkak yang
sering terjadi di malam hari dan mengganggu kualitas tidur ibu hamil.

Berdasarkan data dari Kementrian Kesehatan Republik Indonesia pada


tahun 2021 ibu hamil yang mengalami edema kaki di Indonesia berkisar 80%, 45%
bengak pada kaki karena penyakit penyerta misalnya hipertensi, 35% karena faktor
fisiologis pada kehamilan. Bengkak kaki adalah pembengkakan dibagian kaki atau
tungkai bawah karena akibat dari sikulasi darah (pembuluh darah vena ) yang
terhambat dan peningkatan tekanan vena pada ekskremitas.terganggunya sirkulasi
darah ini disebabkan oleh peningkatan tekanan karena pembesaran uterus pada
vena pelvi. Dampak yang ditimbulkan dari edema kaki pada ibu hamil bisa
menunjukkan adanya tanda-tanda bahaya dalam kehamilan seperti pre-eklamsi.
Edema juga cukup berbahaya bagi ibu hamil karena bisa menyebabkan gangguan
pada jantung, ginjal, dan lain sebagainya sehingga menyebabkan organ tubuh
tersebut tidak berfungsi sebagaimana mestinya (Putra & Ega, 2020).

Salah satu yang dapat mengurangi edema dengan cara memperlancar


sirkulasi darah adalah dengan melakukan senam hamil. Senam hamil salah satu
manfaatnya adalah memperbaiki sirkulasi darah yang tidak lancar pada ibu hamil,
sirkulasi darah yang tidak lancar dapat menyebabkan bengkak pada kaki. Dengan
teratur melakukan senam hamil cairan yang semulanya tertahan di kaki dapat
dibuang melalui air kencing atau keringat. Senam hamil merupakan latihan fisik
ringan yang diperuntukkan bagi ibu hamil, latihan fisik ini dapat membantu
3

mengurangi keluhan selama masa kehamilan, secara rutin melakukan senam hamil
dapat menurunkan stress atau kawatir ibu pada proses persalinan. (Ayu Sekar,
2021).
Selaim Senan Hamil, terapi rendam air hangat merupakan salah satu
pengobatan farmakologi untuk mengurangi bengkak pada kaki, yang bekerja
membantu meningkatkan sirkulasi darah dengan mempelebar pembuluh darah
sehingga lebih banyak oksigen dipasok ke jaringan yang mengalami
pembengkakan dan meningkatkan sirkulasi darah kembali ke antung sehingga
mengurangi edema. (Liana, 2021). Air hangat dapat mengalirkan aliran listrik
dibandingkan dengan air tawar dan mengurangi unsur air ion negatif. Senyawa itu
akan masuk kedalam tubuh manusia dari kaki melalui jaringan meridian yang
melintasi jaringan kulit kaki. Terapi air hangat sebagai alternatif dalam mengatasi
edema dalam kehamilan dan menghindari komplikasi dari terapi farmakologis
(diuretikum) yang jika digunakan secara tidak hati - hati dapat menyebabkan
kehilangan volume cairan, hingga mempurburuk perfusi utero plasenta,
meningkatkan hemokosentrasi, menimbulkan dehidrasi janin dan menurunkan
berat janin (Khotimah, 2020).

Hal ini sejalam penelitian yang dilakukan Kristiova oleh Endang (2022),
bahwa kehamilan dengan adanya edema pada tungkai ada hubungannya dengan
melakukan rendam kaki dengan air hangat dapat meningkatkan pengurangan
edema pada kaki dengan nilai p-value (0,023), karena kaki yang direndam air
hangat akan terjadi perpindahan panas dari air hangat ke tubuh sehingga
menyebabkan pembuluh darah menjadi lebar dan ketegangan otot menurun maka
peredaran darah lancar.

Maka dari itu perlu adanya peningkatan pelayanan kebidanan yang


menyeluruh dan bermutu serta berkesinambungan. Pelayanan tersebut yaitu
pelayanan kebidanan secara berkelanjutan yang sesuai dengan standar pelayanan
kebidanan dan kewenangan Bidan yang tercantum pada Permenkes nomor 28
4

tahun 2017 pasal 19 yaitu menangani kasus-kasus yang sifatnya normal atau
fisiologis. Sesuai dengan program pemerintah Peran Bidan sebagai pendidik, dan
pelaksana aspek sosial obstetri dan ginekologi sehingga diagnosis dini dapat
ditegakkan dengan memberikan pelayanan antenatal, pertolongan persalinan,
pelayanan nifas dan perawatan bayi baru lahir serta mampu membantu masyarakat
mengatasi masalah yang mungkin dijumpai selama masa tersebut (Mahmud et al.,
2020).
Upaya untuk menangani terjadinya ketidaknyamanan dan komplikasi
kehamilan dengan melakukan Antenatal Care (ANC) secara teratur sesuai dengan
standar yang sudah ditentukan. Upaya lain yang di lakukan dengan Continuity of
care (COC). Continuity of care merupakan asuhan secara berkesinambungan dan
komprehensif yang diberikan pada saat ibu hamil, bersalin, nifas, bayi baru lahir
(Kemenkes RI, 2020). Tujuan Berkelanjutan ini adalah untuk menurunkan Angka
Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) supaya kesehatan ibu dan
bayi terus meningkat dengan cara memberikan asuhan kebidanan secara berkala
mulai dari masa kehamilan, bersalin, nifas, bayi baru lahir dan KB. (Ayana, 2020)
Berdasarkan data dan uraian diatas, maka kami tertarik untuk melakukan
studi kasus asuhan kebidanan berkelanjutan”Pada Ny. R G3P2A0 Hamil 36
Minggu Di PMB Nina Mekliana Kabupaten Sukabumi Tahun 2024”.
1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Memberikan asuhan kebidanan secara berkelanjuta pada “Asuhan
Kebidanan Berkelanjutan Pada Ny. R G3P2A0 Hamil 36 Minggu Di PMB
Nina Meliana Kabupaten Sukabumi Tahun 2024”..
5

1.2.2 Tujuan Khusus


a. Memberikan asuhan Mampu melakukan asuhan kebidanan kehamilan
pada Ny. R G3P2A0 Hamil 36 Minggu Di PMB Nina Meliana
Kabupaten Sukabumi Tahun 2024.
b. Mampu melakukan asuhan kebidanan persalinan pada Ny.R Di PMB
Revi Puspasari Kabupaten Sukabumi Tahun 2024.
c. Mampu melakukan asuhan kebidanan nifas pada pada Ny. R G3P2A0
Hamil 36 Minggu Di PMB Nina Meliana Kabupaten Sukabumi Tahun
2024.
d. Mampu melakukan asuhan kebidanan bayi baru lahir pada bayi pada
Ny. R G3P2A0 Hamil 36 Minggu Di PMB Nina Meliana Kabupaten
Sukabumi Tahun 2024.
e. Mampu melakukan asuhan kebidanan keluarga berencana pada Ny.
Ny.R Di PMB Nina Meliana Kabupaten Sukabumi Tahun 2024.

1.3 Manfaat
1.3.1 Manfaat Teoritis
Askeb berkelanjutan ini diharapkan menjadi bahan masukan untuk
perkembangan ilmu dan wawasan terutama dalam memberikan asuhan
kebidanan kompheresif dan penelitian pada kehamilan, persalinan, nifas,
bayi baru lahir dan keluarga berencana, Juga sebagai referensi bagi
pengambilan keputusan dalam memberikan asuhan kebidanan
kompherensif.

1.3.2 Manfaat Praktis


1. Bagi Tempat Praktek
Askeb berkelanjutan ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan
masukan bagi tempat praktek Bidan dalam melaksanakan praktek
pelayanan kebidanan dalam rangka meningkatkan mutu pelayanan dan
6

pengembangan ilmu pengetahuan pada kehamilan, persalinan, nifas dan


bayi baru lahir dengan pendekatan manajemen kebidanan serta
berdasarkan evidenced based .
2. Bagi Bidan
Diharapkan dapat dijadikan acuan untuk meningkatkan pengetahuan,
keterampilan bagi Bidan dalam menerapkan asuhan kebidanan
berkelanjutan serta dapat mendeteksi dini, antisipasi atau mencegah
faktor-faktor resiko yang dapat mengakibatkan kegawatdaruratan
kebidanan juga mengetahui wewenang dan perannya di masing-masing
tatanan pelayanan.
3. Bagi Pasien
Diharapkan Klien mendapatkan asuhan kebidanan berkelanjutan dari
bidan serta menambah wawasan ibu tentang peran nya selama
kehamilan, persalinan, nifas, neonatus, dan selama menggunakan
kontrasepsi
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Dasar Teori


2.1.1 Kehamilan
A. Pengertian Kehamilan
Kehamilan adalah fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan ovum
dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari saat fertilisasi
hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 40
minggu atau 10 bulan lunar atau 9 bulan menurut kalender internasional. Masa
kehamilan dimulai dari konsepsi sampai lahirnya janin. Lamanya hamil normal
adalah 280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) dihitung dari hari pertama haid
terakhir. Kehamilan dibagi dalam 3 triwulan yaitu triwulan pertama dimulai
dari konsepsi sampai 3 bulan, triwulan kedua dari bulan keempat sampai 6
bulan, triwulan ketiga dari bulan ketujuh sampai sembilan (Saifuddin, 2020).
Kehamilan adalah suatu proses pembentukan janin yang dimulai dari
masa konsepsi sampai lahirnya janin. Lama masa kehamilan yang aterm adalah
280 hari (40 minggu atau 9 bulan 7 hari) yang dihitung mulai dari hari pertama
haid terakhir ibu. Kehamilan dibagi dalam 3 trimester yang masing-masing
dibagi dalam 13 minggu atau 3 bulan kalender (Manuaba, 2014).
B. Perubahan anatomis dan fisiologis pada kehamilan
Perubahan anatomi dan fisiologis pada ibu hamil sebagian besar sudah
terjadi segera setelah fertilisasi dan terus berlanjut selama kehamilan. Hampir
semua perubahan ini akan kembali seperti keadaan sebelum hamil setelah
proses persalinan dan menyusui selesai (Saifuddin, 2020).
1. Uterus
Selama kehamilan uterus akan beradaptasi untuk menerima dan
melindungi hasil konsepsi (janin, plasenta, amnion) sampai persalinan.
Uterus mempunyai kemampuan yang luar biasa untuk bertambah besar

7
8

dengan cepat selama kehamilan dan pulih kembali seperti keadaan semula
dalam beberapa minggu setelah persalinan. Pada perempuan tidak hamil
berat uterus 70 gram dan kapasitas 10 ml atau kurang. Pada kehamilan,
uterus akan berubah menjadi suatu organ yang mampu menampung janin,
plasenta dan cairan amnion rata –rata pada akhir kehamilan volume
totalnya mencapai 5 liter bahkan dapat mencapai 20 liter atau lebih dengan
berat rata-rata 1100 gram (Saifuddin, 2020). Pertumbuhan uterus yang
fenomenal pada trimester pertama berlanjut sebagai respon terhadap
stimulus kadar hormone estrogen dan progesterone yang tinggi (Bobak,
2017). Pembesaran terjadi akibat :
a. Peningkatan vaskularisasi dan dilatasi pembuluh darah;
b. Hyperplasia ( produksi serabut otot dan jaringan fibroelastis baru) dan
hipertropi ( pembesaran serabut otot dan jaringan fibroelastis yang
sudah ada;
c. Perkembangan decidua.
Selain bertambah besar uterus juga mengalami perubahan berat,
bentuk dan posisi. Dinding- dinding otot menguat dan menjadi lebih
elastis.Selama mingu- minggu awal kehamilan, peningkatan aliran darah
uterus dan limfe mengakibatkan edema dan kongesti panggul, akibatnya
uterus, serviks, dan isthmus melunak secara progresif dan serviks menjadi
agak kebiruan (tanda chadwik, tanda kemungkinan kehamilan). Pada
sekitar minggu ke 7 dan ke 8 terlihat pola pelunakan uterus sebagai berikut:
a. Isthmus melunak dan dapat di tekan (tanda hegar)
b. Serviks melunak (tanda goodel)
c. Fundus pada serviks mudah fleksi (tanda McDonald)
2. Vagina dan vulva
Akibat pengaruh estrogen dan progesterone, vagina dan vulva
mengalami peningkatan pembuluh darah sehingga tampak makin berwana
merah dan kebiru-biruan (Manuaba, 2014). Peningkatan vaskularisasi
9

menimbulkan warna ungu kebiruan pada mukosa vagina dan serviks (tanda
Chadwick). Selama hamil ph vagina menjadi lebih asam dari 4 menjadi 6,5.
Struktur eksterna vulva membesar akibat peningkatan vaskulatur,
hipertropi badan perineum dan deposisi lemak. Peningkatan vaskularisasi
vagina dan visera panggul lain menyebabkan peningkatan sensitivitas yang
encolok yang dapat meningkatkan keinginan dan bangkitan seksual pada
trimester kedua. Peningkatan kongesti, ditambah relaksasi dinsing
pembuluh darah dan uterus yang berat dapat menyebabkan edema dan
varises vulva (Bobak, 2017).
3. Payudara
Rasa penuh, peningkatan sensitivitas, rasa geli dan rasa berat di
payudara mulai timbul sejak minggu ke enam gestasi. Puting susu dan
areola lebih berpigmen. Hypertropi kelenjar sebasea yang muncul di areola
primer disebut tuberkel Montgomery. Kelenjar sebasea ini sebagai
pelumas putting susu. Peningkatan suplai darah membuat pembuluh darah
dibawah kulit berdilatasi, yqng sebelumnya tidak terlihat menjadi terlihat,
seringkali terlihat sebagai jalinan jaringan biru dibawah permukaan kulit.
Selama trimester kedua dan ketiga pertumbuhan kelenjar mamae membuat
ukuran payudara meningkat secara progresif. Walaupun perkembangan
kelenjar mamae secara fungsional lengkap pada pertengahan masa hamil
tetapi laktasi terhambat sampai kadar oestrogen menurun, yakni setelah
janin dan plasenta lahir. Namun sekresi prakolostrum yang cair, jernih dan
kental dapat dikeluarkan dari puting susu pada akhir minggu keenam.
Sekresi ini mengental saat kehamilan mendekati aterm dan kemudian
disebut kolostrum. Kolostrum cairan sebelum menjadi susu, yang berwarna
krem atau putih kekuningan dapat dikeluarkan selama trimester ketiga.
(Bobak, 2017)
10

4. Sistem kardiovaskuler
Menurut Saifuddin (2020), sejak pertengahan kehamilan pembesaran
uterus akan menekan vena kava inferior dan aorta bawah ketika berada
dalam posisi terlentang sehingga mengurangi darah balik vena ke jantung.
Akibatnya, terjadi hipotensi arterial yang dikenal dengan sindrom hipotensi
supine dan pada keadaan yang cukup berat akan mengakibatkan ibu
kehilangan kesadaran.
5. Traktus urinaria
Pada akhir kehamilan, kepala janin sudah mulai turun ke pintu atas
panggul sehingga akan menekan kandung kemih yang menyebabakan ibu
hamil sering berkemih.
6. Traktus digestivus, menurut Saifuddin (2020), perubahan yang nyata akan
terjadi pada penurunan motilitas otot polos pada traktus digesvitus dan
penurunan sekresi asam hidroklorid dan peptin di lambung sehingga akan
menimbulkan gejala berupa pyrosis (heartburn). Mual terjadi akibat
penurunan asam hidroklorid dan penurunan motilitas, serta konstipasi
sebagai akibat penurunan motilitas usus besar. Gusi akan menjadi lebih
hiperemesis dan lunak sehingga dengan trauma sedang saja bisa
menyebabkan perdarahan. Hemorrhoid juga merupakan suatu hal yang
sering terjadi akibat konstipasi dan peningkatan tekanan vena pada bagian
bawah karena pembesaran uterus.
7. Sistem respirasi
Selama kehamilan, sirkumferensia torak akan bertambah ± 6 cm,
tetapi tidak mencukupi penurunan kapasitas residu fungsional dan volume
residu paru – paru karena pengaruh diafragma yang naik ± 4 cm selama
kehamilan. Frekuensi pernapasan hanya mengalami sedikit perubahan
selama kehamilan, tetapi volume tidal, volume ventilasi per menit dan
pengambilan oksigen per menit akan bertambah secara signifikan pada
11

kehamilan lanjut hingga mencapai puncaknya pada minggu ke-37


(Saifuddin, 2020).
8. Metabolisme
Perubahan Metabolisme selama kehamilan menurut Manuaba (2014)
yaitu :
a. Metabolisme basal naik sebesar 15 – 20 % terutama pada trimester
ketiga.
b. Keseimbangan asam basa mengalami penurunan dari 155 mEq per liter
menjadi 145 mEq per liter disebabkan hemodilusi darah dan kebutuhan
mineral yang dibutuhkan janin.
c. Kebutuhan protein wanita hamil semakin tinggi untuk pertumbuhan dan
perkembangan janin. Dalam makanan diperlukan protein tinggi sekitar
0,5 g/kg berat badan sehari.
d. Kebutuhan kalori dapat didapat dari karbohidrat, protein dan lemak.
e. Kebutuhan zat mineral untuk ibu hamil :
1) Zat besi 800 mg atau 30 sampai 50 mg sehari .
2) Kalsium 1,5 gram setiap hari, 30 sampai 40 gram untuk
pembentukan tulang janin. Fosfor rata – rata 2 gram dalam sehari.
3) Ibu hamil memerlukan air cukup banyak dan dapat terjadi setensi
air.
9. Berat badan
Menurut Saifuddin (2020), pada trimester ke-2 dan ke-3 perempuan
dengan gizi baik dianjurkan menambahkan berat badan per minggu sebesar
0,4 kg, sementara pada perempuan dengan gizi kurang atau berlebih
dianjurkan menambah berat badan per minggu masing – masing sebesar
0,5 kg dan 0,3 kg.
10. Sistem Endokrin
Selama kemilan normal kelenjar hipofisis akan membesar ± 135 %.
Hormon prolaktin akan meningkat 10x lipat pada saat kehamilan aterm,
12

hormon paratiroid berfungsi untuk memasok kalsium yang adekuat bagi


janin juga mempunyai peran dalam produksi peptide pada janin, plasenta
dan ibu hamil (Saifuddin, 2020)
11. Sistem Muskuloskeletal Pada kehamilan, lordosis yang progresif akan
menjadi bentuk yang umum akibat kompensasi dari pembesaran uterus ke
posisi anterior, lordosis menggeser pusat daya berat ke belakang ke arah
dua tungkai (Saifuddin, 2020). Jaringan ikat dan jaringan kolagen saat
kehamilan mengalami perlunakan dan elastisitas berlebihan sehingga
mobilitas sendi panggul mengalami peningkatan dan relaksasi. Derajat
relaksasi bervariasi, simfisis pubis merenggang 4 mm, tulang pubik
melunak seperti tulang sendi, sambungan sendi sakrokoksigis mengendur
membuat tulang koksigis bergeser kebelakang untuk persiapan persalinan.
C. Tanda dan Gejala Kehamilan
Beberapa perubahan fisiologis yang timbul selama masa hamil dikenal
sebagai tanda kehamilan. Ada tiga kategori (Bobak, 2017) yaitu:
1. Tanda Dugaan Hamil Presumsi yaitu perubahan yang dirasakan
wanita, misalnya amenorhoe, keletihan, perubahan payudara, morning
sickness, quickening.
2. Kemungkinan, yaitu perubahan yang diobservasi oleh pemeriksa
(tanda hegar, tanda goodel, ballottement, chadwick, piskacek,
balltement dan test kehamilan).
3. Tanda Pasti , yaitu ultrasonografi, bunyi denyut jantung janin, gerakan
janin
D. Perubahan Psikologis Kehamilan
1. Trimester Pertama
Trimester pertama sering dianggap sebagai periode
penyesuaian. Penyesuaian yang dilakukan wanita adalah terhadap
kenyataan bahwa ia sedang mengandung. Penerimaan kenyataan ini dan
arti semua ini bagi dirinya merupakan tugas psikologis yang paling
13

penting pada trimester pertama kehamilan. Sebagian besar wanita


merasa sedih dan ambivalen tentang kenyataan bahwa ia hamil. Kurang
lebih 80% wanita mengalami kekecewaan, penolakan, kecemasan,
depresi dan kesedihan. Hingga kini masih diragukan bahwa seorang
wanita lajang yang bahkan telah merencanakan dan menginginkan
kehamilan atau telah berusaha keras untuk tidak hamil mengatakan pada
dirinya sendiri sedikitnya satu kali bahwa ia sebenarnya berharap tidak
hamil.
Keseragaman kebutuhan ini perlu dibicarakan dengan wanita karena
ia cenderung menyembunyikan ambivalensi atau perasaan negatifnya
ini karena perasaan tersebut bertentangan dengan apa menurutnya
semestinya ia rasakan. Jika ia tidak dibantu memahami dan menerima
ambivalensi dan perasaan negatif tersebut sebagai suatu hal yang
normal dalam kehamilan, maka ia akan merasa sangat bersalah jika
nantinya bayi yang dikandungnya meninggal saat dilahirkan atau
terlahir cacat atau abnormal. Ia akan mengingat pikiran-pikiran yang ia
miliki selama trimester pertama dan merasa bahwa ialah penyebab
tragedi tersebut. Hal ini dapat dihindari bila ia dapat menerima pikiran-
pikiran tersebut dengan baik.
Beberapa wanita, terutama mereka yang telah merencanakan
kehamilan atau telah berusaha keras untuk hamil, merasa suka cita
sekaligus tidak percaya bahwa dirinya telah hamil dan mencari bukti
kehamilan pada setiap jengkal tubuhnya. Trimester pertama sering
menjadi waktu yang sangat menyenangkan untuk melihat apakah
kehamilan akan dapat berkembang dengan baik.
Hasrat seksual pada trimester pertama sangat bervariasi antara
wanita yang satu dengan yang lain. Meski beberapa wanita mengalami
peningkatan seksual, tetapi secara umum trimester pertama merupakan
waktu terjadinya penurunan libido dan hal ini memerlukan komunikasi
14

yang jujur dan terbuka terhadap pasangan masing-masing. Banyak


wanita merasakan kebutuhan kasih sayang yang besar dan cinta kasih
tanpa seks. Libido secara umum sangat dipengaruhi oleh keletihan,
nausea, depresi, payudara yang membesar dan nyeri, kecemasan,
kekhawatiran, dan masalah-masalah lain yang merupakan normal pada
trimester pertama.
2. Trimester Kedua
Trimester kedua sering dikenal sebagai periode kesehatan yang
baik, yakni ketika wanita merasa nyaman dan bebas dari segala
ketidaknyamanan yang normal dialami saat hamil. Namun, trimester
kedua juga merupakan fase ketika wanita menelusur ke dalam dan
paling banyak mengalami kemunduran. Trimester kedua sebenarnya
terbagi atas dua fase; praquickening dan pascaquickening. Quickening
menunjukkan kenyataan adanya kehidupan yang terpisah, yang menjadi
dorongan bagi wanita dalam melaksanakan tugas psikologis utamanya
pada trimester kedua, yakni mengembangkan identitas sebagai ibu bagi
dirinya sendiri, yang berbeda dari ibunya.
Menjelang akhir trimester pertama dan selama porsi pra-
quickening trimester kedua berlangsung, wanita tersebut akan
mengalami lagi, sekaligus mengevaluasi kembali, semua aspek
hubungan yang ia jalani dengan ibunya sendiri. Wanita tersebut
mencermati semua perasaan ini dan menghidupkan kembali beberapa
hal yang mendasar bagi dirinya. Semua masalah interpersonal yang
dahulu pernah dialami oleh wanita dan ibunya, atau mungkin masih
dirasakan hingga kini, dianalisis.
Dengan timbulnya quickening, muncul sejumlah perubahan
karena kehamilan telah menjadi jelas dalam pikirannya. Kontak
sosialnya berubah. Ia lebih banyak bersosialisasi dengan wanita hamil
atau ibu baru lainnya, dan minat serta aktivitasnya berfokus pada
15

kehamilan , cara membesarkan anak, dan persiapan untuk menerima


peran yang baru.
3. Trimester Ketiga
Trimester tiga sering disebut periode penantian dengan penuh
kewaspadaan. Pada periode ini wanita mulai menyadari kehadiran bari
sebagai makhluk yang terpisah sehingga ia menjadi tidak sabar menanti
kehadiran sang bayi. Ada perasaan was-was mengingat bayi dapat lahir
kapan pun. Hal ini membuatnya berjaga-jaga sementara ia
memperhatikan dan menunggu tanda dan gejala persalinan muncul.
Trimester ketiga merupakan waktu, persiapan yang aktif terlihat
dalam menanti kelahiran bayi dan menjadi orang tua sementara
perhatian utama wanita terfokus pada bayi yang akan dilahirkan.
Pergerakan janin dan pembesaran uterus, keduanya menjadi hal yang
terus menerus tentang keberadaan bayi. Orang-orang di sekitarnya kini
mulai membuat rencana untuk bayi yang dinantikan. Wanita tersebut
menjadi wanita lebih protektif terhadap bayi, mulai menghindari
keramaian atau seseorang atau apapun yang ia anggap berbahaya. Ia
membayangkan bahaya mengintip dalam dunia di luar sana. Memilih
nama untuk bayinya merupakan persiapan menanti kelahiran bayi. Ia
menghadiri kelas-kelas sebagai persiapan menjadi orang tua. Pakaian-
pakaian bayi mulai dibuat atau dibeli. Kamar-kamar disusun atau
dirapikan. Sebagian besar pemikiran difokuskan pada perawatan bayi.
Sejumlah kekhawatiran muncul pada trimester ketiga. Wanita
mungkin merasa cemas dengan kehidupan bayi dan kehidupannya
sendiri, seperti: apakah nanti bayinya akan lahir abnormal, terkait
persalinan dan kelahiran, apakah ia akan menyadari bahwa ia akan
bersalin, atau bayinya tidak mampu keluar karena perutnya sudah luar
biasa besar; apakah organ vitalnya akan mengalami cidera akibat
16

tendangan bayi. Ia kemudian menyibukkan diri agar tidak memikirkan


hal-hal lain yang tidak diketahuinya.
Ibu juga mengalami proses duka lain ketika ia mengantisipasi
hilangnya perhatian dan hak istimewa khusus lain selama ia hamil,
perpisahan antara ia dan bayinya yang tidak dapat dihindarkan , dan
perasaan kehilangan karena uterusnya yang penuh tiba-tiba akan
mengempis dan ruang tersebut menjadi kosong.
Wanita akan kembali merasakan ketidaknyamanan fisik yang
semakin kuat menjelang akhir kehamilan. Ia akan merasa canggung,
jelek, berantakan, dan memerlukan dukungan yang sangat besar dan
konsisten dari pasangannya. Pada pertengahan trimester ketiga,
peningkatan hasrat seksual yang terjadi pada trimester sebelumnya akan
menghilang karena abdomennya yang semakin besar menjadi halangan.
Alternatif posisi dalam berhubungan seksual dan metode alternatif
untuk mencapai kepuasan dapat membantu atau dapat menimbulkan
perasaan bersalah jika ia merasa tidak nyaman dengan cara-cara
tersebut. Berbagi perasaan secara jujur dengan perasaan dan konsultasi
mereka dengan bidan menjadi sangat penting.
E. Ketidaknyamanan Selama Kehamilan
1. Trimester I
a. Mual dan muntah
Dari hasil penelitian Lacasse (2009) dari 367 wanita hamil, 78,47%
mual muntah terjadi pada trimester pertama, dengan derajat mual
muntah yaitu 52,2% mengalami mual ringan, sebanyak 43,3%
mengalami mula muntah sedang dan 2,5% mengalami mual muntah
berat. Pada trimester dua, 40,1% wanita masih mengalami mual muntah
dengan rincian 63,3% mengalami mual muntah ringan, 35,9%
mengalami mual muntah sedang, dan 0,8% mengalami mual muntah
17

berat. Penyebab pasti morning sickness belum diketahui dengan jelas,


akan tetapi mual dan muntah dianggap sebagai masalah multifaktoral.
1) Hipersaliva
2) Pusing
3) Mudah lelah
4) Heartburn
5) Sering kencing
6) Konstipasi
2. Trimester II
a. Pusing
b. Sering berkemih
c. Nyeri perut bagian bawah
d. Nyeri punggung
e. Flek kecoklatan pada wajah dan sikatrik
f. Sekret vagina berlebih
g. Konstipasi\
3. Trimester III
a. Sering kencing
b. Varises dan wasir
c. Sesak napas
d. Bengkak dan kram pada kaki
e. Gangguan tidur dan mudah lelah
f. Nyeri perut bawah
g. Heartburn
F. Tanda-Tanda Bahaya Kehamilan
Menurut Winjosastro (2014) ada 7 tanda bahaya kehamilan, yaitu:
1. Pendarahan pervaginam
2. Sakit kepala yang hebat
3. Penglihatan kabur
18

4. Bengkak di wajah dan jari-jari tangan


5. Keluar cairan pervaginam
6. Gerakan janin tidak terasa
7. Nyeri abdomen yang hebat
G. Penatalaksanaan Standar Asuhan pada kehamilan (antenatal care)
1. Pengertian
Antenatal care merupakan pelayanan yang diberikan pada ibu
hamil untuk memonitor, mendukung kesehatan ibu dan mendeteksi ibu
apakah ibu hamil normal atau bermasalah. Kehamilan melibatkan
perubahan fisik maupun emosional dari ibu serta perubahan sosial
dalam keluarga, memantau perubahan-perubahan sosial dalam
keluarga, memantau perubahan-perubahan fisik yang normal yang
dialami ibu serta tumbuh kembang janin, juga mendeteksi dan serta
menatalaksana kondisi yang tidak normal. Pada umumnya kehamilan
berkembang dengan normal dan menghasilkan kelahiran bayi sehat
cukup bulan melalui jalan lahir namun kadang-kadang tidak sesuai
dengan yang diharapkan (Saifuddin, 2014).
Perawatan antenatal adalah perawatan yang diberikan kepada
seorang wanita hamil sejak konsepsi sampai awal persalinan. Bidan
memfasilitasi perawatan yang berpusat pada wanita dengan
menyediakan informasi yang dapat diakses dan relevan untuk bantu dia
membuat pilihan berdasarkan informasi kehamilan. Dasar dari proses
ini adalah pengembangan hubungan saling percaya di mana bidan
terlibat dengan wanita itu dan mendengarkan ceritanya.
2. Tujuan perawatan prenatal
Tujuan perawatan prenatal adalah untuk mengoptimalkan
kesehatan wanita dan perkembangan janin. Lima komponen dasar
kunjungan prenatal, adalah
a. Identifikasi usia kehamilan dini dan akurat
19

b. Identifikasi wanita yang berisiko mengalami komplikasi dan


penilaian risiko yang sedang berlangsung
c. Penilaian berkelanjutan terhadap pertumbuhan dan kesejahteraan
janin
d. Promosi kesehatan dalam bentuk penyuluhan, pendidikan, dan
penyediaan sumber daya
e. Intervensi dan tindak lanjut untuk penyakit fisik dan/atau psikososial
yang ada dan/atau konsultasi dengan penyedia khusus sesuai
kebutuhan (Varney, 2019)
3. Pelayanan antenatal terpadu
Pelayanan antenatal adalah setiap kegiatan dan/atau serangkaian
kegiatan yang dilakukan sejak terjadinya masa konsepsi hingga sebelum
mulainya proses persalinan yang komprehensif dan berkualitas dan
diberikan kepada seluruh ibu hamil. Tujuannya agar semua ibu hamil
memperoleh layanan antenatal yang komprehensif dan berkualitas
sehingga ibu hamil dapat menjalani kehamilan dan persalinan dengan
pengalaman yang bersifat positif serta melahirkan bayi yang sehat dan
berkualitas.
a. Kunjungan pertama (K1)
K1 adalah kontak pertama ibu hamil dengan tenaga kesehatan
yang memiliki kompetensi klinis/kebidanan dan interpersonal yang
baik, untuk mendapatkan pelayanan terpadu dan komprehensif sesuai
standar. Kontak pertama harus dilakukan sedini mungkin pada
trimester pertama, sebaiknya sebelum minggu ke 8. Kontak pertama
dapat dibagi menjadi K1 murni dan K1 akses. K1 murni adalah
kontak pertama ibu hamil dengan tenaga kesehatan pada kurun waktu
trimester 1 kehamilan. Sedangkan K1 akses adalah kontak pertama
ibu hamil dengan tenaga kesehatan pada usia kehamilan berapapun.
Ibu hamil seharusnya melakukan K1 murni, sehingga apabila
20

terdapat komplikasi atau faktor risiko dapat ditemukan dan ditangani


sedini mungkin.
b. Kunjungan ke-4 (K4).
K4 adalah kontak ibu hamil dengan tenaga kesehatan yang
memiliki kompetensi klinis/kebidanan untuk mendapatkan
pelayanan antenatal terpadu dan komprehensif sesuai standar selama
kehamilannya minimal 4 kali dengan distribusi waktu: 1 kali pada
trimester pertama (0-12 minggu), 1 kali pada trimester kedua
(>12minggu -24 minggu), dan 2 kali pada trimester ketiga (>24
minggu sampai dengan kelahiran). Kunjungan antenatal bisa lebih
dari 4 kali sesuai kebutuhan (jika ada keluhan, penyakit atau
gangguan kehamilan)
c. Kunjungan ke-6 (K6)
K6 adalah kontak ibu hamil dengan tenaga kesehatan yang
memiliki kompetensi klinis/kebidanan untuk mendapatkan
pelayanan antenatal terpadu dan komprehensif sesuai standar selama
kehamilannya minimal 6 kali selama kehamilannya dengan distribusi
waktu: 2 kali pada trimester kesatu (0-12 minggu), 1 kali pada
trimester kedua (>12minggu - 24 minggu), dan 3 kali pada trimester
ketiga (>24 minggu sampai dengan kelahiran), dimana minimal 2
kali ibu hamil harus kontak dengan dokter (1 kali di trimester 1 dan
1 kali di trimester 3). Kunjungan antenatal bisa lebih dari 6 (enam)
kali sesuai kebutuhan dan jika ada keluhan, penyakit atau gangguan
kehamilan. Jika kehamilan sudah mencapai 40 minggu, maka harus
dirujuk untuk diputuskan terminasi kehamilannya. Pemeriksaan
dokter pada ibu hamil dilakukan saat : Kunjungan 1 di trimester 1
(satu) dengan usia kehamilan kurang dari 12 minggu atau dari kontak
pertama Dokter melakukan skrining kemungkinan adanya faktor
risiko kehamilan atau penyakit penyerta pada ibu hamil termasuk
21

didalamnya pemeriksaan Ultrasonografi (USG). Apabila saat K1 ibu


hamil datang ke bidan, maka bidan tetap melakukan ANC sesuai
standar, kemudian merujuk ke dokter. Kunjungan 5 di trimester 3
Dokter melakukan perencanaan persalinan, skrining faktor risiko
persalinan termasuk pemeriksaan Ultrasonografi (USG) dan rujukan
terencana bila diperlukan.
Dalam pelayanan antenatal terpadu, tenaga kesehatan harus
mampu melakukan deteksi dini masalah gizi, faktor risiko,
komplikasi kebidanan, gangguan jiwa, penyakit menular dan tidak
menular yang dialami ibu hamil serta melakukan tata laksana secara
adekuat sehingga ibu hamil siap untuk menjalani persalinan bersih
dan aman.
Masalah yang mungkin dialami ibu hamil antara lain:
1) Masalah gizi: anemia, KEK, obesitas, kenaikan berat badan tidak
sesuai standar.
2) Faktor risiko: usia ibu ≤16 tahun, usia ibu ≥35 tahun, anak
terkecil ≤2 tahun, hamil pertama ≥4 tahun, interval kehamilan
>10 tahun, persalinan ≥4 kali, gemeli/kehamilan ganda, kelainan
letak dan posisi janin, kelainan besar janin, riwayat obstetrik
jelek (keguguran/gagal kehamilan),
3) Komplikasi pada persalinan yang lalu (riwayat vakum/forsep,
perdarahan pasca persalinan dan atau transfusi), riwayat bedah
sesar, hipertensi, kehamilan lebih dari 40 minggu.
4) Komplikasi kebidanan: ketuban pecah dini, perdarahan
pervaginam, hipertensi dalam kehamilan/pre
eklampsia/eklampsia, ancaman persalinan prematur, distosia,
plasenta previa, dll.
5) Penyakit tidak menular, hipertensi, diabetes mellitus, kelainan
jantung, ginjal, asma, kanker, epilepsy, dll
22

6) Penyalit menular : HIV, Sifilis, hepatitis B, tetanus maternal,


malaria, TB, demam berdarah, tifus abdominalis, dll
7) Masalah kesehatan jiwa : depresi, gangguan kecemasan,
psikosis, skizofrenia.
Pelayanan antenatal terpadu adalah diberikan kepada semua ibu
hamil dengan cara:
1) Menyediakan kesempatan pengalaman positif bagi setiap ibu
hamil untuk mendapatkan pelayanan antenatal terpadu.
2) Melakukan pemeriksaan antenatal pada setiap kontak.
3) Memberikan konseling kesehatan dan gizi ibu hamil, termasuk
konseling KB dan pemberian ASI.
4) Memberikan dukungan emosi dan psikososial sesuai dengan
kebutuhan/keadaan ibu hamil serta membantu ibu hamil agar
tetap dapat melakukan aktivitas sehari-hari dengan nyaman
selama masa kehamilan dan menyusui.
5) Melakukan pemantauan tumbuh kembang janin.
6) Mendeteksi secara dini kelainan/penyakit/gangguan yang
diderita ibu hamil.
7) Melakukan tatalaksana terhadap kelainan/penyakit/gangguan
pada ibu hamil sedini mungkin atau melakukan rujukan kasus ke
fasilitas pelayanan kesehatan sesuai dengan sistem rujukan.
8) Mempersiapkan persalinan yang bersih dan aman.
9) Melakukan rencana antisipasi dan persiapan dini untuk
melakukan rujukan jika terjadi penyulit/komplikasi pada proses
persalinan.
10) Melakukan tatalaksana kasus serta rujukan tepat waktu pada
kasus kegawatdaruratan maternal neonatal.
23

11) Melibatkan ibu hamil, suami dan keluarga dalam menjaga


kesehatan dan gizi ibu hamil, mempersiapkan persalinan dan
kesiagaan apabila terjadi komplikasi.
Standar pelayanan antenatal terpadu minimal adalah sebagai
berikut (10T):
1) Timbang berat badan dan ukur tinggi badan
2) Ukur tekanan darah
3) Nilai status gizi (ukur lingkar lengan atas/LILA)
4) Ukur tinggi fundus uteri
5) Tentukan presentasi janin dan denyut jantung janin (DJJ)
6) Skrining status imunisasi tetanus dan berikan imunisasi tetanus
difteri (Td) bila diperlukan
7) Pemberian tablet tambah darah minimal 90 tablet selama masa
kehamilan
8) Tes laboratorium: tes kehamilan, kadar hemoglobin darah,
golongan darah, tes triple eliminasi (HIV, Sifilis dan Hepatitis
B) dan malaria pada daerah endemis. Tes lainnya dapat
dilakukan sesuai indikasi seperti: gluko-protein urin, gula darah
sewaktu, sputum Basil Tahan Asam (BTA), kusta, malaria
daerah non endemis, pemeriksaan feses untuk kecacingan,
pemeriksaan darah lengkap untuk deteksi dini thalasemia dan
pemeriksaan lainnya.
9) Tata laksana/penanganan kasus sesuai kewenangan
10) Temu wicara (konseling) Informasi yang disampaikan saat
konseling minimal meliputi hasil pemeriksaan, perawatan sesuai
usia kehamilan dan usia ibu, gizi ibu hamil, kesiapan mental,
mengenali tanda bahaya kehamilan, persalinan, dan nifas,
persiapan persalinan, kontrasepsi pascapersalinan, perawatan
24

bayi baru lahir, inisiasi menyusu dini, ASI eksklusif. (Sumber :


Kemenkes, 2020)
H. Asuhan Komplementer Pada Kehamilan
1. Bengkak Kaki pada Kehamilan
a. Pengertian Edem Kaki Pada Kehamilan

Edema kaki pada ibu hamil merupakan kelebihan cairan


yang dapat terjadi di berbagai tempat dalam tubuh kita khususnya
kaki, dan edema kaki bisa juga dikenal sebagai pembengkakan yang
biasanya terjadi di kaki. (Nurchasanah, 2019) Hampir separuh dari
ibu hamil akan mengalami bengkak yang normal pada kaki, yang
biasanya muncul pada sore hari, bengkak ini menunjukkan adanya
masalah serius bila muncul pada muka dan tangan, tidak hilang
setelah beristirahat, dan disertai dengan keluhan fisik lain. Paling
sering timbul pada kaki dan tungkai bawah. Harus selalu diperiksa
apakah tidak disebabkan oleh toxaemia gravidarum. Kalau
disebabkan oleh tekanan dari rahim yang membesar pada vena-vena
panggul, maka hilang dengan istirahat, jadi nyata pada malam hari
dan hilang pada pagi hari. (Nurchasanah, 2019)
h. Etiologi
1) karena adanya penimbunan cairan akibat penurunan aliran balik
vena dari ekstermitas bawah.
2) tekanan pada vena kava akibat uterus yang membesar
3) meningkatnya tekanan vena dan volume darah saat kehamilan
merupakan penyebab terjadinya oedema kaki.
4) kadar estrogen yang tinggi menyebabkan pembuluh darah
mudah rapuh dan pecah. (Asrinah, dkk.2020)
25

b. Tanda-tanda odema kaki


1) Bertambahnya berat badan
2) Kaki terlihat lebih besar atau bengkak
Turgor kulitberubah(Asrinah, dkk.2010)
c. Patofisiologi oedema kaki
Edema kaki yang timbul pada wanita hamil timbul akibat
gangguan sirkulasi vena dan peningkatan tekanan vena pada
ekstremitas bagian bawah. Gangguan sirkulasi ini disebabkan oleh
tekanan uterus yang membesar pada vena-vena panggul saat wanita
tersebut duduk atau berdiri pada vena kava inferior saat ia berada
dalam posisi terlentang ini bisa jadi merupakan petanda anemia,
gagal jantung atau pre eklamsi. (Asrinah, dkk. 2020)
d. Penatalaksanaan
1) Tidur dengan meninggikan kaki slama 10 hingga 20 menit
2) Ibu di anjurkan untuk diet konsumsi yang mengandung natrium
tinngi
3) Hindari pakaian dan aksesoris yang ketat
4) Oahraga rinagan dan teratur seperti senam hamil
5) Rendam air hangat atau kompres air hangat
6) Anjurkan ibu untuk miring kiri pada saat tidur agar tidak
menekan vena kava inferior. (Asrinah, dkk.2020)
e. Resiko oedema pada kehamilan
1) Kram pada sebagian tubuh ibu hamil di bagian kaki/tangan
2) Pembesaran pada kaki tangan sampai kemuka
3) pola aktifitas terganggu
4) preeklamsi (Asrinah, dkk.2020)
f. Diagnosao edema kaki
1) Edema fisiologis merupakan edema dependen
26

2) Biasanya terlihat di kaki dan pergelangan kaki setelah


berdiri, dan berkurang dengan meninggikan kaki atau tirah
baring
3) Mungkin terlihat pada sacrum saat tirah baring
4) Jarang terlihat pada wajah atau tangan
5) Sangat umum terjadi pada kehamilan dan mungkin sutau
tanda kondisi sehat karena menunjukkan volume darah
yang meningkat (Morgan,Geri dkk.2019)
6) Bengkak pada kaki dapat dikenal dengan menekan daerah
mata kaki dengan jari. Bila pada tekanan, terjadi cekungan
yang tak lekas pulih kembali, maka ini merupakan tanda
adanya bengkak. (Dainur.2020)
2. Asuhan komplementer penatalaksanaan bengkak pada Kaki
a. Senam Hamil
1) Definisi Senam Hamil
Senam hamil adalah suatu bentuk latihan guna
memperkuat dan mempertahankan elastisitas otot-otot dinding
perut, ligament ligamen (penggantung otot), serta otot dasar
panggul yang berhubungan dengan proses persalinan. Latihan
ini berfungsi untuk memperkuat stabilitas inti tubuh yang
membantu memelihara kesehatan tulang belakang. Mempunyai
kekuatan tubuh yang baik dapat meningkatkan keseimbangan
dan kestabilan individu serta meminimalkan risiko trauma
tulang belakang ataupun jatuh pada saat hamil.
27

Senam hamil dapat meringankan keluhan bengkak pada


kaki karen apada senam hamil terdapat gerakan yang dapat
memperlancar peredarah darah pada kaki(Yosefa et al.,
2021).Senam hamil adalah program kebugaran yang
diperuntukkan bagi ibu hamil. Oleh karena itu senam hamil
memiliki prinsip gerakan khusus yang disesuaikan dengan
kondisi ibu hamil. Latihan pada senam hamil dirancang khusus
untuk menyehatkan dan membugarkan ibu hamil, mengurangi
keluhan yang timbul selama kehamilan serta mempersiapkan
fisik dan psikis ibu dalam menghadapi persalinan. Tujuan dari
program senam hamil adalah membantu ibu hamil agar
nyaman, aman dari sejak bayi dalam kandungan hingga lahir.
Senam hamil merupakan latihan relaksasi yang dilakukan oleh
ibu yang mengalami kehamilan sejak 23 minggu sampai
dengan masa kelahiran dan senam hamil ini merupakan salah
satu kegiatan dalam pelayanan selama kehamilan (prenatal
care) (Manuaba, 2018).
Senam hamil adalah suatu bentuk latihan guna
memperkuat dan mempertahankan elastisitas dinding perut,
ligamen-ligamen, otot-otot dasar panggul yang berhubungan
dengan proses persalinan (Yuliarti, 2020).
2) Tujuan Senam Hamil
Tujuan umum senam hamil adalah dapat menjaga
kondisi otot-otot dan persendian yang berperan dalam proses
mekanisme persalinan. Mempertinggi kesehatan fisik dan psikis
serta kepercayaan pada diri sendiri dan penolong dalam
menghadapi persalinan, membimbing wanita menuju suatu
persalinan yang fisiologis, serta mengurangi beberapa
ketidaknayamanan pada ibu hamil (Rukiyah, 2014).
28

a) Tujuan khusus senam hamil


1) Memperkuat dan mempertahankan elastisitas otot-otot
dinding perut, otot dasar panggul, ligament dan jaringan
serta fasia yang berperan dalam mekanisme persalinan.
2) Melonggarkan persendian-persendian yang berhubungan
dengan proses persalinan.
3) Membentuk sikap tubuh yang prima, sehingga dapat
membantu mengatasi keluhan-keluhan, letak janin dan
mengurangi sesak nafas.
4) Memperoleh bagaimana teknik melakukan kontraksi dan
relaksasi yang sempurna. Menguasai teknik-teknik
pernafasan dalam persalinan dan dapat mengatur diri
kepada ketenangan.
5) Selain tujuan diatas senam hamil juga bisa memberikan
dorongan serta melatih jasmani dan rohani dari ibu secara
bertahap agar ibu dapat menghadapi persalinan dengan
tenang (Fitriani et al., 2021).
3) Manfaat Senam Hamil
Manfaat senam hamil secara teratur dan terukur menurut
(Fitriani et al., 2021) diantaranya:
a) Memperbaiki sirkulasi dalam darah.
b) Mengurangi terjadinya pembengkakan.
c) Memperbaiki keseimbangan pada otot
d) Mengurangi resiko gangguan gastrointerstinal.
e) Mengurangi kram pada kaki.
f) Menguatkan otot pada perut
g) Mempercepat proses penyembuhan setelah proses
melahirkan.
29

h) Senam hamil yang dilakukan secara teratur bermanfaat


membantu menjaga kesehatan dan kelancaran proses
persalinan dan nifas, senam hamil membuat tubuh menjadi
lentur terutama pada otot-otot jalan lahir. Kelenturan otot ini
sangat diperlukan karena saat menghadapi persalinan ibu
mengalami kecemasan dan panik. Sehinggan keadaan ini
membuat otot menjadi tegang (Tanjungbalai, 2022).
4) Kontraindikasi Senam Hamil.
Ada kriteria ibu hamil yang tidak diperkenankan untuk
mengikuti latihan senam hamil (Indria Sari, 2020), diantaranya:
a) Preeklamsia
b) KPD (Ketuban Pecah Dini)
c) Perdarahan trimester II dan trimester II
d) Kemungkinan lahir premature
e) Diabetes
f) Anemia
g) Thyroid
h) Aritmia, palpitas
i) Riwayat perdaraha
j) Penurunan dan kenaikan berat badan yang berlebiha
5) Teknik –Teknik Senam Hamil (Kumalasari et al., 2020)
a) Gerakan dasar senam hamil
Langkah-langkah senam hamil sebagai berikut:
(1) Duduk bersila dan tegak, kedua lengan mengarah ke
depan dan santai. Lakukan sebanyak mungkin dalam
posisi sehari-hari.
30

(2) Sikap merangkak, jarak antara kedua tangan sama


dengan jarak antara kedua bahu. Keempat anggota
tubuh lurus pada lantai dengan badan sejajar lantai.
Lakukan gerakan:
(3) Tundukkan kepala, lihat perut bagian bawah dan
pinggang diangkat sambil mengempiskan perut dan
mengerutkan lubang anus.
(4) Selanjutnya turunkan pinggang dengan mengangkat
kepala sambil melemaskan otot-otot dinding perut dan
otot dasar panggul.
(5) Lakukan gerakkan ini sebanyak 8 kali.
(6) Lakukan sikap merangkak dengan meletakkan kepala di
antara kedua tangan lalu menoleh ke samping
kanan/kiri, selanjutnya turunkan badan hingga dada
menyentuh kaser dengan menggeser siku sejauh
mungkin ke samping. Bertahanlah pada posisi tersebut
selama 1 menit, kemudian tingkatkan menjadi 5-10
menit atau sesuai kekuatan ibu hamil.
(7) Berbaring miring ke kiri (lebih baik kearah punggung
bayi), lutut kanan diletakkan di depan lutut kiri (ganjal
dengan bantal). Lengan kanan ditekuk didepan dan
lengan kiri lekakkan di belakang.
(8) Berbaring miring, kedua lutut dan kedua lengan ditekuk,
di bawah kepala diberi bantal, demikian juga bawah
perut. Tutup mata, tenang, atur nafas dengan berirama.
(9) Berbaring terlentang, pegang kedua lutut dengan kedua
tangan dan rileks. Lakukan kegiatan berikut :
(10) Buka mulut secukupnya, Tarik nafas dalam semaksimal
mungkin, ketupkan.
31

(11) Mengejanlah seperti buang air besar, gerakkan badan ke


bawah dan kedepan.
(12) Setelah merasa lelah, kembali ke posis awal
(13) Ulangi gerakkan ini 3-4 kali dengan interval 2 menit.
(14) Tempat dilakukannya senam hamil
Senam hamil bisa dilakukan dimana saja
termasuk di rumah, tetapi cara atau tahapan harus
disesuaikan dengan kondisi tubuh, umur kandungan dan
sesuai aturan yang sudah dianjurkan oleh instruktur
(Manuaba, 2016.)
b) Latihan senam hamil
(1) Latihan I
(a) Duduk relaks dan badan ditopang tangan di
belakang.
(b) Kaki diluruskan dengan sedikit terbuka.
(c) Gerakan latihan: gerakan kaki kanan dan kiri ke
depan dan ke belakang, putar persendian kaki
melingkar kedalam dan keluar, bila mungkin angkat
bokong dengan bantuan kedua tangan dan ujung
telapak tangan, kembangkan dan kempiskan otot
dinding perut, kerutkan dan kendorkan otot dubur.
(d) Lakukan gerakan ini sedikitnya 8-10 setiap gerakan.
32

Gambar 2.5 Latihan


Sumber: Liana, 2020
(2) Latihan II
(1) Sikap duduk tegak dengan badan disangga oleh
tangan dibelakang badan.
(2) Kedua tungkai bawah lurus dalam posisi rapat.
(3) Bentuk latihan: kanan di atas tungkai bawah kiri
silih berganti, kembangkan dan kempiskan otot
dinding perut bagian bawah, kerutkan dan
kendurkan otot dubur.
(4) Lakukan gerakan ini sedikitnya 8-10 kali.
(5) Tujuan latihan: melatih otot dasar panggul agar
dapat berfungsi optimal saat persalinan,
meningkatkan peredaran darah ke alat kelamin
bagian dalam sehingga sirkulasi menuju plasenta
makin sempurna
(3) Latihan III
(a) Sikap duduk dengan badan disangga kedua tangan
di belakang, tungkai dirapatkan.
(b) Tidur terlentang dengan kedua kaki merapat.
33

(c) Bentuk latihan: pada sikap duduk, angkat tungkai


bawah silih berganti ke atas dengan tinggi
semaksimal mungkin, angkat tungkai bawah silih
berganti kanan dan kiri dengan tinggi semaksimal
mungkin.
(d) Lakukan latihan ini sedikitnya 8-10 kali.
(e) Tujuan latihan: memperkuat otot dinding perut
sehingga dapat berfungsi saat persalinan,
meningkatkan sirkulasi darah menuju kelamin
bawah, sehingga darah menuju janin dapat
ditingkatkan.
(4) Latihan IV
(a) Sikap duduk bersila dengan tegak.
(b) Tangan di atas bahu sedangkan siku di samping
badan
(c) Bentuk latihan: lengan diletakkan di depan dada,
putar lengan ke atas dan ke samping, ke belakang,
dan selanjutnya ke depan tubuh.
(d) Lakukan latihan ini sedikitnya 8-10 kali.
(e) Tujuan latihan: melatih otot perut bagian atas,
meningkatkan kemampuan.
34

Gambar 2.6 Latihan IV


Sumber: Liana, 2020
(5) Latihan V
(a) Sikap duduk bersila dengan tumit berdekatan satu
sama lain.
(b) Badan agak relaks dan paha lemas.
(c) Kedua tangan di persendian lutut.
(d) Bentuk latihan: tekan persendian lutut dengan berat
badan sebanyak 20 kali.
(e) Badan diturunkan ke depan semaksimal mungkin.
(f) Tujuan latihan: melatih otot punggung agar
berfungsi dengan baik, melatih agar persendian
tulang punggung tidak kaku.

Gambar 2.7 Latihan V


Sumber: Liana, 2020
35

(6) Latihan VI
(a) Sikap latihan tidur di atas tempat tidur datar.
(b) Tangan di samping badan.
(c) Tungkai bawah ditekuk pada persendian lutut
dengan sudut tungkai bagian bawah sekitar 80-90
derajat.
(d) Bentuk latihan: angkat badan dengan topangan pada
ujung telapak kedua kaki dan bahu, pertahankan
selama mungkin di atas dan selanjutnya turunkan
perlahan-lahan.
(e) Tujuan latihan: melatih persendian tulang punggung
bagian atas melatih otot perut dan otot tulang
belakang.
(7) Latihan VII
(a) Sikap tidur terlentang di tempat tidur mendatar.
(b) Badan seluruhnya relaks.
(c) Tangan dan tungkai bawah harus rileks
(d) Bentuk latihan: badan dilemaskan pada tempat tdur,
tangan dan tungkai bawah membujur lurus, pinggul
diangkat ke kanan dan ke kiri sambil melatih otot
dubur, kembang kempiskan otot bagian bawah.
(e) Lakukan latihan ini sedikitnya 10-15 kali.
(f) Tujuan latihan: melatih persendian tulang punggung
dan pinggul, meningkatkan peredaran darah menuju
janin melalui plasenta.
(8) Latihan pernapasan
(a) Sikap tubuh tidur terlentang di tempat tidur atau
matras yang datar
36

(b) Kedua tangan di samping badan dan tungkai bawah


ditekuk pada lutut dan santai.
(c) Satu tangan dilekatkan di atas perut.
(d) Bentuk latihan: tarik napas perlahan dari hidung
serta pertahankan dalam paru beberapa saat,
bersamaan dengan tarikan napas tersebut, tangan
yang berada di atas perut ikut serta diangkat
mencapai kepala, keluarkan napas melalui perut
secara perlahan, tangan yang diangkat ikut serta
diturunkan.
(e) Lakukan gerakan latihan ini sekitar 8-10 kali dengan
tangan silih berganti.
(f) Bentuk gerakan lain: tangan yang berada di atas
perut dibiarkan mengikuti gerakan saat melakukan
tarikan dan saat mengeluarkan napas, tangan
tersebut seolah-olah memberikan pemberat pada
perut untuk memperkuat diafragma.
(g) Tujuan latihan: meningkatkan penerimaan konsumsi
oksigen ibu dan janin, menghilangkan rasa takut dan
tertekan, mengurangi nyeri saat kontraksi
(h) Latihan relaksasi Latihan relaksasi dapat dilakukan
bersamaan dengan latihan otot tulang belakang, otot
dinding perut dan otot dubur atau dengan relaksasi
total. Teknik relaksasi antara lain:
(1) Sikap tubuh seperti merangkak.
(2) Bersikap tenang dan relaks.
(3) Badan disangga pada persendian bahu dan tulang
paha.
37

(4) Bentuk latihan: tubuh disangga persendian bahu


dan tulang paha, lengkungkan dan kendurkan
tulang belakang, kembangkan dan kempiskan
otot dinding perut, kerutkan dan kendorkan otot
dubur.
(5) Lakukan latihan ini 8-10 kali.
(6) Bentuk latihan yang lain: tidur miring dengan
kaki membujur, terlentang dengan disangga
bantal pada bagian bawah lutut, tidur terlentang
dengan kaki ditekuk, tidur miring dengan kaki
ditekuk.
(7) Tujuan latihan kombinasi: melatih dan
melemaskan persendian pinggul dan persendian
tulang paha, melatih otot tulang belakang, otot
dinding perut.
(8) Latihan relaksasi dengan posisi duduk telungkup
(9) Tujuan latihan: meningkatkan ketenangan,
mengendalikan dan mengurangi rasa nyeri,
latihan ini dapat dilakukan pada kala I (masa
pembukaan pada proses persalinan) sehingga
mengurangi nyeri.
38

Gambar 2.7 Latihan Relaksas


Sumber: Liama 2020
b. Rendam air hangat
Hindari mengenakan pakaian ketat yang mengganggu aliran
balik vena, ubah posisi sesering mungkin, minimalkan berdiri dalam
waktu lama, jangan dudukan barang diatas pangkuan atau paha akan
menghambat sirkulasi, istirahat berbaring miring kiri untuk
memaksimalkan pembuluh darah kedua tungkai, lakukan olahraga
atau senam hamil, menganjurkan massage atau pijat kaki, rendam air
hangat. (Tri Endah Widi Lestari, 2019)
Menurut Flona, meredakan ketegangan otot dan menstimulus
produksi kelenjar otak yang membuat tubuh merasa lebih tenang dan
rileks adalah dengan cara berendam dengan air hangat yang suhu 38
derajat selama minimal 10 menit dengan menggunakan
aromatherapy. Terapi rendam kaki membantu meningkatkan
sirkulasi darah dengan mempelebar pembuluh darah sehingga lebih
banyak oksigen masuk ke jaringan yang mengalami pembengkakan.
(Flona, 2010)
39

Secara ilmiah terapi rendam kaki air hangat mempunyai dampak


fisiologis bagi tubuh, yaitu membuat sirkulasi darah menjadi lancar
karena hangatnya air. Air hangat yang memiliki dampak fisiologis
pada tubuh berupa peningkatan sirkulasi darah dengan memperlebar
pembuluh darah sehingga lebih banyak oksigen yang dipasok ke
jaringan serta
Menguatkan otot-otot dan ligamen. Terapi redam kaki air hangat
ini mampu menurunkan frekuensi nadi dan menurunkan tekanan
darah 19 dengan cara pelebaran pembuluh darah, meningkatkan
sirkulasi darah kembali ke jantung sehingga mengurangi edema.
(Yuhendri Putra, 2019)
Menurut Aprilita Resnuningtyas, adanya pengaruh terapi
rendam air hangat terhadap edema pada tungkai bawah ibu hamil
disebabkan karena kaki yang direndam air hangat akan terjadi
perpindahan panas dari airhangat ke tubuh sehingga menyebabkan
pembuluh darah menjadi lebar dan ketegangan otot menurun maka
peredaran darah lancar. Dengan adanya pelebaran pembuluh darah
maka aliran darah akan lancar sehingga mudah mendorong darah
masuk ke jantung. Keadaan ini menyebabkan aliran darah semakin
lancar maka hasil akhirnya sirkulasi darah kembali ke jantung
sehingga lebih mudah untuk tubuh menarik kembali cairan yang
berada dalam ekstra seluler dan akan mengurangi edema tungkai.
(Restuningtyas, 2022)
Rendam air hangat bisa dicampur dengan kencur sebagai
aromatherapy, kencur juga sering digunakan sebagai obat tradisional
salah satunya yaitu berkhasiat sebagai obat pengompres bengkak
atau radang. (Ariani, 2021)
40

2.1.2 Persalinan
A. Pengertian
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan plasenta)
yang telah cukup bulan atau dapat hidup di luar kandungan melalui jalan lahir
atau melalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri)
(Manuaba 2014).
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi yang dapat hidup
dari dalam uterus melalui vagina ke dunia luar. Persalinan dan kelahiran normal
adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-
42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung
selama 18 jam, tanpa komplikasi baik pada ibu maupun pada janin
(Saifuddin,2020).
Persalinan adalah rangkaian proses yang berakhir dengan pengeluaran
hasil konsepsi oleh ibu. Proses ini dimulai dengan kontraksi persalinan sejati,
yang ditandai oleh perubahan progresif pada serviks, yang diakhiri dengan
lahirnya plasenta (Varney, 2019).
B. Jenis Persalinan
Menurut (Saifuddin, 2020) Ada 2 jenis-jenis persalinan, yaitu
berdasarkan bentuk persalinan dan menurut usia kehamilan:
1. Jenis persalinan berdasarkan bentuk persalinan:
a. Pesalinan spontan, jika persalinan berlangsung dengan kekuatan ibunya
sendiri dan melalui jalan lahir.
b. Persalinan buatan, persalinan yang berlangsung dengan bantuan tenaga
dari luar misalnya ekstraksi dengan forceps/ dilakukan operasi section
caesaria.
c. Persalinan anjuran, bila kekuatan yang diperlukan untuk persalinan
ditimbulkan dari luar dengan jalan rangsangan misalnya pemberian
pitocin dan prostaglandin.
2. Jenis persalinan menurut usia kehamilan
41

a. Abortus
Pengeluaran buah kehamilan sebelum usia kehamilan 20 minggu atau
berat badan janin kurang dari 500 gram
b. Partus immatur
Pengeluaran buah kehamilan antara usia kehamilan 20 minggu dan 28
minggu atau berat badan janin antara 500 gram dan kurang dari 1000
gram.
c. Partus prematur
Pengeluaran buah kehamilan antara usia kehamilan 28 minggu dan < 37
minggu atau berat badan janin antara 1000 gram dan kurang dari 2500
gram.
d. Partus matur atau partus aterm
Pengeluaran buah kehamilan antara usia kehamilan 37 minggu dan 42
minggu atau berat badan janin lebih dari 2500 gram
e. Partus serotinus atau partus postmatur.
Pengeluaran buah kehamilan lebih dari 42 minggu.
C. Faktor yang Mempengaruhi Persalinan
Menurut Bobak (2017) ada 5 faktor esensial yang mempengaruhi proses
persalinan dan kelahiran. Factor-faktor ini yaitu
1. Passanger (penumpang) yaitu janin dan plasenta
Cara penumpang (passanger) atau janin bergerak disepanjang jalan lahir
merupakan akibat interaksi beberapa faktor yaitu ukuran kepala janin,
presentasi, letak, sikap dan posisi janin.

2. Passageaway (jalan lahir)


Passage atau jalan lahir terdiri dari bagian keras (tulang-tulang panggul
dan sendi-sendinya) dan bagian lunak (otot-otot, jaringan, dan ligamen).
42

Tulang-tulang panggul meliputi 2 tulang pangkal paha, 1 tulang


kelangkang, dan 1 tulang tungging. Pembagian bidang panggul meliputi :
a. Pintu atas panggul (PAP) atau pelvic inlet
b. Bidang luas panggul
c. Bidang sempit panggul (midpelvis)
d. Pintu bawah panggul (PBP)
3. Power (kekuatan)
Ibu melakukan kontraksi volunter dan involunter secara bersamaan untuk
mengeluarkan janin dan plasenta dari uterus.
a. Kontraksi uterus involunter disebut kekuatan primer, menandai
dimulainya persalinan. Istilah yang digunakan untuk mneggambarkan
kontraksi involunter ialah frekuensi (waktu antara awal suatu kontraksi
dan awal kontraksi berikutnya), durasi (lamanya kontraksi), dan
intesitas (kekuatan kontraksi)
b. Kekuatan sekunder atau kontraksi volunter, segera setelah bagian
presentasi mencapai dasar panggul, sifat kontraksi berubah yakni
bersifat mendorong keluar, wanita merasa ingin mengedan. Kekuatan
sekunder tidak amempengaruhi dilatasi serviks, tetapi setelah dilatasi
serviks lengkap kekuatan ini cukup penting untuk mendorong bayi lahir.
4. Posisi ibu
Posisi ibu mempengaruhi adaptasi anatomi dan fisiologi persalinan. Posisi
tegak memberi sejumlah keuntungan. Mengubah posisi membuat rasa letih
hilang, memberi rasa nyaman dan memperbaiki sirkulasi.
5. Psikologi ibu
Keadaan psikologis adalah keadaan emosi, jiwa, pengalaman, adat istiadat,
dan dukungan dari orang-orang tertentu yang dapat mempengaruhi proses
persalinan.
43

D. Penyebab Persalinan
Sebab mulainya persalinan belum diketahui dengan jelas. Agaknya
banyak faktor yang memegang peranan dan bekerjasama sehingga terjadi
persalinan. Beberapa teori yang dikemukakan adalah: penurunan kadar
progesteron, teori oxitosin, keregangan otot-otot, pengaruh janin, dan teori
prostaglandin. Beberapa teori yang menyebabkan mulainya persalinan adalah
sebagai berikut :
1. Penurunan kadar progesterone
2. Teori Oksitoksin
3. Pengaruh Janin
4. Teori Prostaglandin

E. Tanda-Tanda Awal Persalinan


1. Lightening yaitu turunnya janin ke panggul yang sebenarnya dapat terjadi
sejak dini yaitu 4 minggu sebelum permulaan persalinan. Turunnya janin
terjadi setelah pelunakan isthmus uteri (segmen bawah rahim) secara
bertahap. Perubahan anatomi pada posisi janin, yang dapat diukur secara
objektif dengan penurunan tinggi fundus, disertai dengan tanda dan gejala
yang khas pada ibu, termasuk berkurangnya sebagian tekanan pada
diafragma, yang menyebabkan kemudahan bernapas dan penurunan refluks
(Varney, 2019). Akan tetapi pergeseran ini biasanya terjadi peningkatan
tekanan pada kandung kemih, sehingga wanita akan lebih sering berkemih.
Pada kehamilan multipara, lightening mungkin tidak terjadi sampai setelah
Rahim berkontraksi dan proses persalinan yang sesungguhnya
berlangsung.(Bobak, 2017)
44

A B
Gambar 2.1 A. Prelightening dan B. Postlightening
“Sumber : King TL, Brucker MC, Osborne K, Jevitt CM, Editors. Varney’s Midwifery.
6th ed. Burlington : Jones & Bartlett Learning ; 2019”

a. Pematangan serviks, penipisan dan pelebaran


Serviks yang biasanya panjang, tertutup, dan agak keras selama
kehamilan menjadi lunak ini yang disebut pematangan.pematangan
serviks terjadi akibat pengaruh prostaglandin, suatu hormone yang
bekerja secara local untuk menciptakan perubahan matriks kolagen dan
peningkatan kandungan air ekstraseluler. Pematangan serviks dapat
terjadi dengan atau tanpa kontraksi uterus. (Varney, 2019)
b. His palsu
Kontraksi ini sebenarnya intensifikasi dari kontraksi brakton hicks.
Kontraksi prapersalinan ini tidak meningkat dari waktu ke waktu dan
dapat dikurangi dengan berjalan atau perubahan posisi, sedangkan
kontraksi persalinan yang sebenarnya akan meningkat dari waktu ke
waktu, menjadi lebih lama, lebih kuat, dan lebih dekat. Kontraksi
sebelum persalinan dapat terjadi selama berhari-hari atau sebentar-
sebentar selama bermingu-minggu sebelum dimulainya persalinan yang
sebenarnya.(Varney, 2019)
Kontraksi uterus saat tidak terjadi perubahan pada serviks bukanlah
persalinan (Kennedy, Betsy. B, 2013)
45

c. Pengeluaran lendir dan darah


Sumbatan lendir yang dibuat oleh sekresi serviks dari proliperasi
kelenjar mukosa serviks di awal kehamilan, menutup saluran serviks
selama kehamilan berfungi sebagai penghalang dan pelindung. Serviks
matang, kapiler kecil bisa pecah, mencampurkan darah dengan lendir.
Biasanya lendir dikeluarkan selama beberapa hari.
d. Pecahnya selaput ketuban
Pecahnya selaput ketuban sebelum persalinan terjadi pada sekitar 8%
sampai 10% wanita dengan kehamilan aterm, 95% diantarnya akan mulai
melahirkan secara spontan dalam waktu 33 jam sampai 107 jam setelah
pecah ketuban.
F. Tahapan persalinan
1. Kala I
Kala I adalah pembukaan yang berlangsung antara pembukaan nol sampai
pembukaan lengkap. Pada permulaan his, pembukaan berlangsung tidak
begitu kuat sehingga praturien masih dapat berjalan-jalan.
(Manuaba,2014).
Kala I di bagi menjadi 2 fase yaitu :
a. Fase laten: pembukaan serviks yang berlangsung lambat sampai
pembukaan 3 cm, lamanya 7-8 jam.
b. Fase aktif: berlangsung selama 6 jam dan dibagi atas 3 subfase:
1) Periode akselerasi, berlangsung selama2 jam, pembukaan menjadi
4 cm.
2) Periode dilatasi maksimal, selama 2 jam, pembukaan berlangsung
cepat menjadi 9 cm.
3) Periode deselerasi, berlangsung lambat, dalam waktu 2 jam
pembukaan menjadi 10 cm (lengkap).
Lamanya kala I untuk primigravida berlangsung 12 jam sedangkan
multigravida sekitar 8 jam. Berdasarkan kurva Friedman, diperhitungkan
46

pembukaan primigravida 1 cm/jam dan pembukaan multigravida 2 cm/jam.


Dengan penghitungan tersebut maka waktu pembukaan lengkap dapat
diperkirakan. (Manuaba, 2014).
2. Kala II
Menurut (Manuaba, 2014) Kala II atau disebut juga kala pengusiran gejala
utama kala II adalah sebagai berikut :
a. His semakin kuat, dengan interval 2-3 menit, dengan durasi 50 sampai
100 detik.
b. Menjelang akhir kala I, ketuban pecah dan ditandai keluar cairan secara
mendadak.
c. Ketuban pecah pada pembukaan mendekati lengkap diikuti keinginan
mengejan, karena tertekannya pleksus frankenhauser.
d. Kedua kekuatan, his dan mengejan lebih mendorong kepala bayi
sehingga terjadi kepala membuka pintu, suboksiput bertindak sebagai
hipomoglion berturut-turut lahir ubun-ubun besa, dahi, hidung, muka
dan kepala seluruhnya. Kepala lahir seluruhnya dan diikuti oleh putar
paksi luar, yaitu penyesuaian kepala terhadap punggung.
e. Setelah putar paksi luar berlangsung, maka persalinan bayi ditolong
dangan jalan : kepala dipegang pada oksiput dan dibawah dagu, ditarik
curam ke bawah untuk melahirkan bahu depan dan curam ke atas untuk
melahirkan bahu belakang, setelah kedua bahu lahir, ketika dikait untuk
melahirkan sisa badan bayi, bayi lahir diikuti oleh sisa air ketuban.
Lamanya kala II untuk primigravida 50 menit dan multigravida 30
menit.
3. Kala III
Menurut (Manuaba, 2014) Kala III disebut juga dengan kala pelepasan uri.
Setelah kala II kontraksi uterus berhenti sampai 10 menit. Dengan lahirnya
bayi,mulai berlangsung pelepasan plasenta pada lapisan Nitabusch, karena
sifat retraksi otot rahim. Lepasnya plasenta sudah dapat diperkirakan
47

dengan memerhatikan tanda-tandanya yaitu, uterus menjadi bundar, uterus


terdorong ke atas karena plasenta dilepas kesegmen bawah rahim, tali pusat
bertambah panjang, terjadi perdarahan.
4. Kala IV
Tahap ini digunakan untuk melakukan pengawasan terhadap bahaya
pendarahan.Pengawasan ini dilakukan selama kurang lebih dua jam. Dalam
tahap ini ibu masih mengeluarkan darah dari vagina, tapi tidak banyak,
yang berasal dari pembuluh darah yang ada di dinding rahim tempat
terlepasnya plasenta, dan setelah beberapa hari anda akan mengeluarkan
cairan sedikit darah yang disebut lokia yang berasal dari sisa-sisa jaringan
pada beberapa keadaan, pengeluaran darah setelah proses kelahiran
menjadi banyak. Ini disebabkan beberapa faktor seperti lemahnya
kontraksi atau tidak berkontraksi otot-otot rahim.
G. Mekanisme Persalinan
Bentuk dan diameter panggul wanita berbeda pada ketinggian yang
berbeda dan bagian presentasi janin menempati jalan lahir dalam proporsi yang
besar. Supaya dapat dilahirkan, janin harus beradaptasi dengan jalan lahir
selama proses penurunan. Putaran dan penyesuaian lain yang terjadi pada
proses kelahiran disebut mekanisme persalinan.
1. Engagement
Apabila diameter biparietal kepalamelewati pintu atas panggul, kepala
dikatakan menancap (engagement) pada pintu atas panggul. Pada
kebanyakan nulipara, hal ini terjadi sebelum persalinan aktif dimulai
karena otot-otot abdomen masih tegang, sehingga bagian presentasi
terdorong ke dalam panggul. Pada wanita multipara yang otot-otot
abdomennya lebih kendur kepala serigkali tetap dapat digerakkan di atas
permukaan panggul sampai persalinan di mulai. (Bobak, 2017)
2. Penurunan
48

Penurunan adalah gerakan bagian presentasi melewati panggul. Penurunan


terjadi akibat tiga kekuatan :
a. Tekanan dari cairan amnion
b. Tekanan langsung kontraksi fundus pada janin
c. Kontraksi diafragma dan otot-otot abdomen ibu pada tahap kedua
persalinan.
Efek ketiga kekuatan ini dimodifikasi oleh ukuran dan bentuk bidang
panggul ibu dan kapasitas kepala janin untuk bermolase.
Tingkat penurunan diukur menggunakan stasiun bagian presentasi. Laju
penurunan meningkat pada tahap ke dua persalinan. Pada kehamilan pertama,
penurunan berlangsung lambat, tetapi kecepatannya sama. Pada kehamilan
berikutnya penurunan dapat berlangsung cepat. Kemajuan penurunan bagian
presentasi dapat diketahui melalui palpasi abdomen (perasat leopold) dan
pemeriksaan dalam sampai bagian presentasi terlihat pada introitus.

Gambar 2.2 Stasion Bagian Presentasi atau Derajat Penurunan


“Sumber : King TL, Brucker MC, Osborne K, Jevitt CM, Editors. Varney’s
Midwifery. 6th ed. Burlington : Jones & Bartlett Learning ; 2019”
49

3. Fleksi
Segera setelah kepala turun tertahan oleh serviks, dinding panggul, atau
dasar panggul, dalam keadaan normal fleksi terjadi dan dagu didekatkan
kearah dada janin. Dengan fleksi, suboksipitobregmatika yang berdiameter
lebih kecil (9,5cm) dapat masuk ke dalam pintu bawah panggul.
4. Putaran paksi dalam
Pintu atas panggul ibu memiliki bidang paling luas pada diameter
tranversanya. Dengan demikia, kepalajanin melalui pintu atas dan masuk
ke dalam panggul dengan posisi eksipitotransversa. Akan tetapi pintu
bawah panggul yang terluas idalah diameter anteroposterior. Supaya dapat
keluar, kepala janin harus berotasi (berputar pada sumbunya). Putaran
paksi dalam dimulai pada bidang setinggi spina ischiadika, tetapi putaran
ini belum selesai sampai bagian presentasi mencapai panggul bagian
bawah. Ketika oksiput berputar kearah anterior, wajah berputar kearah
posterior. Setiap kali terjadi kontrkasi, kepala janin diarahkan oleh tulang
panggul dan otot-otot dasar panggul. Akhirnya oksiput berada di garis
tengah dibawah lengkung pubis. Kepala hampir selalu berputar saat
mencapai dasar panggul.
5. Ekstensi
Saat kepala janin mencapai perineum, kepala akan defleksi kearah anterior
oleh perineum. Mula-mula oksiput melewati permukaan bawah simfisis
pubis, kemudian kepala muncul keluar akibat ekstensi: pertama-tama
oksiput, kemudian wajah dan akhirnya dagu.
6. Restitusi / Putaran paksi luar
Setelah kepala lahir, bayi berputar hingga mencapai posisi yang sama
dengan saat ia memasuki pintu atas. Gerakan ini dikenal dengan restitusi.
Putaran 45 derajat membuat kepala janin kembali sejajar dengan punggung
dan bahunya. Dengan demikian, kepala dapat terlihat berputar lebih lanjut.
Putaran paksi luar terjadi saat bahu engaged dan turun dengan gerakan yang
50

mirip dengan gerakan kepala. Seperti telah diketahui bahu anterior turun
terlebih dahulu. Ketika ia mencapai pintu bawah, bahu berputar kearah
garis tengah dan dilahirkan dibawah lengkung pubis. Bahu posterior
diarahkan kearah perineum sampai ia bebas keluar dari intoitus vagina.
7. Ekspulsi
Setelah bahu keluar, kepala dan bahu diangkat ke atas tulang pubis ibu dan
badan bayi dikeluarkan dengan gerakan fleksi lateral kea rah simpisis
pubis. Ketika seluruh tubuh bayi keluar, persalinan bayi selesai. Ini
merupakan akhir tahap kedua persalinan dan waktu saat tubuh bayi keluar
seluruhnya, dicatat dalam catatan medis.

Gambar 2.3 Mekanisme Persalinan


“Sumber : King TL, Brucker MC, Osborne K, Jevitt CM, Editors. Varney’s Midwifery.
6th ed. Burlington : Jones & Bartlett Learning ; 2019”
51

H. Asuhan Persalinan Normal


Tujuan asuhan persalinan normal adalah mengupayakan kelangsungan
hidup dan mencapai derajat kesehatan yang tinggi bagi ibu dan bayinya, melalui
berbagai upaya yang terintegrasi dan lengkap serta intervensi minimal sehingga
prinsip keamanan dan kualitas pelayanan dapat terjaga pada tingkat yang
optimal (Saifuddin, 2020).
60 Langkah Asuhan Persalinan Normal
1. Mengenali Gejala dan Tanda Kala Dua
a. Mendengar dan melihat tanda Kala II persalinan
1) Ibu merasa ada dorongan kuat dan meneran
2) Ibu merasa tekanan yang semakin meningkat pada rektum dan
vagina.
3) Perineum tampak menonjol.
4) Vulva dan sfingter ani membuka
2. Menyiapkan Pertolongan Persalinan
b. Pastikan kelengkapan peralatan, bahan dan obat – obatan esensial untuk
menolong persalinan dan menatalaksana komplikasi segera pada ibu dan
bayi baru lahir.
Untuk asuhan bayi baru lahir atau resusitasi siapkan:
1) Tempat datar, rata, bersih, kering dan hangat,
2) 3 handuk/kain bersih dan kering (termasuk ganjal bahu bayi
3) Alat penghisap lendir,
4) Lampu sorot 60 watt dengan jarak 60 cm dari tubuh bayi
Untuk ibu:
1) Menggelar kain diperut bawah ibu
2) Menyiapkan oksitosin 10 unit minimal 8 ampul
3) Alat suntik steril sekali pakai di dalam partus set
c. Pakai celemek plastik atau dari bahan yang tidak tembus cairan
52

d. Melepaskan dan menyimpan semua perhiasan yang dipakai,cuci tangan


dengan sabun dan air besih yang mengalir kemudian keringkan tangan
dengan tissue atau handuk pribadi yang bersih dan kering.
e. Pakai sarung tangan DTT pada tangan yang akan digunakan untuk
periksa dalam
f. Masukkan oksitosin ke dalam tabung suntik (gunakan tangan yang
memakai sarung tangan DTT atau steril dan pastikan tidak terjadi
kontaminasi jarum suntik)
3. Memastikan pembukaan lengkap dan kondisi janin
a. Membersihkan vulva dan perineum, menyekanya dengan hati-hati dari
anterior (depan) ke posterior (belakang), menggunakan kapas atau kasa
yang dibasahi air DTT. x Jika introitus vagina, perineum atau anus
terkontaminasi tinja, bersihkan dengan seksama dari arah depan ke
belakang. x Jika terkontaminasi, lakukan dekontaminasi, lepaskan dan
rendam sarung tangan tersebut tersebut dalam larutan klorin 0,5%
b. Lakukan periksa dalam untuk memastikan pembukaan lengkap. Bila
selaput ketuban masih utuh saat pembukaan sudah lengkap, maka
lakukan amniotomi.
c. Dekontaminasi sarung tangan (mencelupkan tangan yang masih
memakai sarung tanganr ke dalam larutan klorin 0,5%, lepaskan sarung
tangan dalam keadaan terbalik dan rendam dalam klorin 0,5% selama
10 menit). Cuci tangan setelah sarung tangan dilepaskan dan setelah itu
tutup kembali partus set.
d. Periksa denyut jantung janin (DJJ) setelah kontraksi uterus mereda
(relaksasi) untuk memastikan DJJ masih dalam batas normal ( 120 – 160
kali / menit ). Mengambil tindakan yang sesuai jika DJJ tidak normal.
Mendokumentasikan hasil-hasil periksa dalam, DJJ, semua temuan
pemeriksaan dan asuhan yang diberikan ke dalam partograph.
4. Menyiapkan Ibu dan Keluarga untuk Membantu Proses Meneran
53

a. Memberitahu pada ibu bahwa pembukaan sudah lengkap dan keadaan


janin cukup baik, kemudia bantu ibu menemukan posisi yang nyaman
dan sesuai dengan keinginanya.
1) Tunggu hingga timbul kontraksi atau rasa ingin meneran,lanjutkan
pemantauan kondisi dan kenyaman ibu dan janin (ikuti pedoman
penatalaksanaan fase aktif) dan dokumentasikan semua temuan
yang ada.
2) Jelaskan pada anggota keluarga tentang peran mereka untuk
mendukung dan memberi semangat pada ibu dan meneran secara
benar.
b. Minta keluarga membantu menyiapkan posisi meneran jika ada rasa
ingin meneran atau kontraksi yang kuat. Pada kondisi itu, ibu
diposisikan setengah duduk atau posisi lain yang diinginkan dan
pastikan ibu merasa nyaman.
c. Laksanakan bimbingan meneran pada saat ibu merasa ingin meneran
atau timbul kontraksi yang kuat :
1) Bimbing ibu agar dapat meneran secara benar dan efektif
2) Dukung dan beri semangat pada saat meneran dan perbaiki cara
meneran apabila caranya tidak sesuai.
3) Bantu ibu mengambil posisi yang nyaman sesuai pilihannya
(kecuali posisi berbaring terlentang dalam waktu yang lama)
4) Anjurkan ibu untuk beristirahat di antara kontraksi.
5) Anjurkan keluarga memberi dukungan dan semangat untuk ibu.
6) Berikan cukup asupan cairan per-oral (minum)
7) Menilai DJJ setiap kontraksi uterus selesai
8) Segera rujuk jika bayi belum atau tidak akan segera lahir setelah
pembukaan lengkap dan dipimpin meneran ≥120 menit (2 jam)
pada primigravida atau ≥60 menit (1 jam) pada multigravida.
54

5. Persiapan untuk Melahirkan Bayi


a. Letakkan handuk bersih (untuk mengeringkan bayi) diperut bawah ibu,
jika kepala bayi telah membuka vulva dengan diameter 5 – 6 cm
b. Letakkan kain yang bersih dilipat 1/3 bagian sebagai alas bokong ibu.
c. Buka tutup partus set dan periksa kembali kelengkapan peralatan dan
bahan
d. Pakai sarung tangan DTT/Steril pada kedua tangan.
6. Pertolongan untuk Melahirkan Bayi Lahirnya Kepala
a. Setelah tampak kepala bayi dengan diameter 5-6cm membuka vulva
maka lindungi perineum dengan satu tangan dilapisi dengan kain bersih
dan kering, tangan yang lain menahan belakang kepala untuk
mempertahankan posisi defleksi dan membantu lahirnya kepala.
Anjurkan ibu meneran secara efektif atau bernafas cepat dan dangkal
b. Menggunakan kain/kasa bersih untuk membersihkan muka janin dari
lendir dan darah
c. Periksa kemungkinan adanya lilitan tali pusat (ambil tindakan yang
sesuai jika hal itu terjadi), segera lanjutkan proses kelahiran bayi
1) Jika tali pusat melilit leher secara longgar, lepaskan lilitan lewat
bagian atas kepala bayi.
2) Jika tali pusat melilit leher secara kuat, klem tali pusat di dua tempat
dan potong tali pusat di antara dua klem tersebut
d. Tunggu kepala bayi melakukan putaran paksi luar secara spontan
Lahirnya bahu
e. Setelah putaran paksi luar selesai, pegang kepala bayi secara biparietal.
Anjurkan ibu untuk meneran saat kontraksi. Dengan lembut gerakkan
kepala ke arah bawah dan distal hingga bahu depan muncul di bawah
arkus pubis dan kemudian gerakkan ke atas dan distal untuk melahirkan
bahu belakang.
55

f. Lahirnya Badan dan Tungkai


Setelah kedua bahu lahir, geser tangan kearah perineum ibu untuk
menyanggah kepala, lengan dan siku sebelah bawah. Gunakan tangan
atas untuk menulusuri dan memegang lengan dan siku sebelah atas.
g. Setelah tubuh dan lengan lahir, penelusuran tangan atas berlanjut ke
punggung, bokong, tungkai, dan kaki. Pegang kedua mata kaki
(masukkan telunjuk diantara kedua kaki dan pegang kedua kaki dengan
melingkar ibu jari pada satu sisi dan jari – jari lainnya pada sisi yang
lain agar bertemu dengan jari telunjuk).
7. Asuhan Bayi Baru Lahir
a. Lakukan penilaian selintas
Apakah bayi cukup bulan?
1) Apakah bayi menangis kuat dan/atau bernapas tanpa kesulitan?
2) Apakah bayi bergerak dengan aktif? Bila salah satu jawaban
adalah “TIDAK” lanjut ke langkah resusitasi pada bayi baru lahir
dengan asfiksia (lihat Penuntun Belajar Resusitasi Bayi Asfiksia).
Bila semua jawaban “YA”, lanjut ke-26
b. Keringkan tubuh bayi Keringkan tubuh bayi mulai dari muka, kepala
dan bagian tubuh lainnya (kecuali kedua tangan) tanpa membersihkan
verniks. Ganti handuk basah dengan handuk/lain yang kering. Pastikan
bayi dalam posisi dan kondisi aman di perut bagian bawah ibu.
c. Menjepit tali pusat menggunakan klem kira-kira 3 cm dari pusat bayi.
Melakukan urutan pada tali pusat mulai dari klem ke arah ibu dan
memasang klem kedua 2 cm dari klem pertama.
d. Memegang tali pusat dengan satu tangan, melindungi bayi dari gunting
dan memotong tali pusat diantara 2 klem tersebut.
e. Mengganti handuk yang basah dan menyelimuti bayi dengan kain atau
selimut yang bersih dan kering, menutupi bagian kepala membiarkan
tali pusat terbuka.
56

f. Memberikan bayi kepada ibunya dan menganjurkan ibu untuk


memeluk bayinya dan memulai pemberian ASI jika ibu
menghendakinya.
g. Meletakkan kain yang berish dan kering. Melakukan palpasai
abdomen untuk menghilangkan kemungkinan adanya bayi kedua.
h. Beritahu ibu bahwa ia akan disuntik
i. Dalam waktu 2 menit setelah bayi lahir, suntikkan oksitosin 10 unit
(intramuskuler) di 1/3 distal lateral paha (lakukan aspirasi sebelum
menyuntikkan oksitosin).
j. Memindahkan klem pada tali pusat.
k. Meletakkan satu tangan diatas kain yang ada diperut ibu, tepat diatas
tulang pubis dan menggunakan tangan ini untuk melakukan palpasi
kontraksi dan menstabilkan uterus. Memegang tali pusat dan klem
dengan tangan yang lain.
l. Setelah uterus berkontraksi, tegangkan tali pusat ke arah bawah sambil
tangan yang lain mendorong uterus ke arah belakang atas(dorso
cranial) secara berhati-hati (untuk mencegah inversio uteri). Jika
plasenta tidak lahir setelah 30-40 detik, hentikan penegangan tali pusat
dan tunggu hingga timbul kontraksi berikutnya dan ulangi kembali
prosedur diatas.
m. Setelah plasenta terlepas, meminta ibu untuk meneran sambal menarik
tali pusat ke arah bawah dan kemudian ke arah atas, mengikuti kurve
jalan lahir sambil meneruskan tekanan berlawanan arah pada uterus.
Jika tali pusat bertambah panjang, pindahkan klem hingga berjarak
sekitar 5 – 10 cm dari vulva. Jika plasenta tidak lepas setelah
melakukan penegangan tali pusat selama 15 menit : Mengulangi
pemberian oksitosin 10 unit IM, Menilai kandung kemih dan
mengkateterisasi kandung kemih dengan menggunakan teknik aseptik
jika perlu., Meminta keluarga untuk menyiapkan rujukan, Mengulangi
57

penegangan tali pusat selama 15 menit berikutnya, Merujuk ibu jika


plasenta tidak lahir dalam waktu 30 menit sejak kelahiran bayi.
n. Saat plasenta muncul di introitus vagina, lahirkan plasenta dengan
kedua tangan. Pegang dan putar plasenta hingga selaput ketuban
terpilin kemudian lahirkan dan tempatkan plasenta pada wadah yang
telah disediakan. Jika selaput ketuban robek, pakai sarung tangan
DTT/Steril untuk melakukan eksplorasi sisa selaput kemudian
gunakan jarijari tangan atau klem ovum DTT/Steril untuk
mengeluarkan selaput yang tertinggal
o. Segera setelah plasenta dan selaput ketuban lahir, lakukan ,masase
uterus, letakkan telapak tangan di fundus dan lakukan masase dengan
gerakan melingkar dengan lembut hingga uterus berkontraksi (fundus
teraba keras).
p. Periksa kedua sisi plasenta (maternal - fetal) pastikan plasenta telah
dilahirkan lengkap. Masukkan plasenta ke dalam kantung plastik atau
tempat khusus
q. Evaluasi kemungkinan laserasi pada vagina dan perineum. Lakukan
penjahitan bila terjadi laserasi yang luas dan menimbulkan perdarahan.
Bila ada robekan yang menimbulkan perdarahan aktif, segera lakukan
penjahitan.
r. Menilai ulang uterus dan memastikannya berkontraksi dengan baik
s. Celupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5%, membilas
kedua tangan yang masih bersarungtangan dengan air DTTdan
mengeringkannya dengan kain yang bersih dan kering.
t. Menempatkan klem tali pusat DTT atau steril atau mengikatkan tali
DTT dengan simpul mati sekeliling tali pusat sekitar 1 cm dari pusat.
u. Mengikatkan lagi simpul mati di bagian pusat yang bersebrangan
dengan simpul mati yang pertama
v. Melepaskan klem dan meletakannya kedalam larutan klorin 0.5%.
58

w. Menyelimuti Kembali bayi dan menutuoi bagian kepalanya.


Memastikan handuk atau kainnya bersih dan kering
x. Menganjurkan ibu untuk memulai pemberian ASI
y. Melanjutkan pemantauan kontraksi dan mencegah perdarahan per
vaginam.
1) 2-3 kali dalam 15 menit pertama pasca persalinan
2) Setiap 15 menit pada 1 jam pertama pasca persalinan
3) Setiap 20-30 menit sekali pada jam kedua persalinan
4) Jika uterus tidak berkontraksi dengan baik, melakukan asuhan
yang sesuai umtuk tata laksana atonia uteri.
z. Menganjurkan kepada ibu/ keluarga bagaimana melakukan masase
uterus dan memeriksa kontraksi uterus
aa. Mengevaluasi kehilangan darah
bb. Memeriksa nadi ibu dan keadaan kandung kemih setiap 15 menit
selama 1 jam pertama pasca persalinan dan setiap 30 menit selama jam
kedua pasca persalinan
1) Memeriksa temperature tubuh ibu setiap jam selam 2 jam pertama
pasca persalinan
2) Melakukan tindakan yang sesuai untuk temuan tidak normal
8. Kebersihan dan Keamanan
a. Tempatkan semua peralatan bekas pakai dalam larutan klorin 0,5%
untuk dekontaminasi (10 menit). Cuci dan bilas peralatan setelah
didekontaminasi
b. Buang bahan – bahan yang terkontaminasi ke tempat sampah yang
sesuai.
c. Bersihkan ibu dari paparan darah dan cairan tubuh dengan
menggunakan air DTT. dengan menggunakan air DTT. Bersihkan
cairan ketuban, lendir dan darah di ranjang atau sekitar ibu berbaring,
bantu ibu memakai pakaian yang bersih dan kering.
59

d. Pastikan ibu merasa nyaman. Bantu ibu memberikan ASI. Anjurkan


keluarga untuk memberi ibu minuman dan makanan yang
diinginkannya.
e. Dekontaminasi tempat bersalin dengan larutan klorin 0,5%
f. Celupkan sarung tangan kotor ke dalam larutan klorin 0,5%, balikkan
bagian dalam keluar dan rendam dalam larutan klorin 0,5% selama 10
menit.
g. Cuci kedua tangan dengan sabun dan air mengalir kemudian keringkan
tangan dengan tissue atau handuk pribadi yang bersih dan kering.
9. Dokumentasi
Lengkapi partograf (halaman depan dan belakang), periksa tanda vital dan
asuhan kala IV Persalinan (JNPK-KR, 2014).
I. Partograf
Partograf dipakai untuk memantau kemajuan persalinan dan membantu
petugas kesehatan dalam mengambil keputusan dalam pelaksanaan. Partograf
dimulai pada pembukaan 4 cm (fase aktif). Partograf sebaiknya dibuat untuk
setiap ibu yang bersalin, tanpa menghiraukan apakah persalinan tersebut
normal atau dengan komplikasi (Saifuddin, 2014). Halaman depan partograf
untuk mencantumkan bahwa observasi yang dimulai pada fase aktif persalinan
dan menyediakan lajut kolom untuk mencatat hasil pemeriksaan selama fase
aktif persalinan (Saifuddin, 2014).
1. Informasi tentang ibu:
a. Nama, umur
b. Gravida, para, abortus (keguguran)
c. Nomor catatan medik/nomor puskesmas
d. Tanggal dan waktu mulai dirawat (atau jika dirumah tanggal dan waktu
penolong persalinan mulai merawat ibu.
2. Waktu pecahnya selaput ketuban
3. Kondisi janin
60

a. DJJ (denyut jantung janin)


b. Warna dan adanya air ketuban
c. Penyusupan (molase) kepala janin
4. Kemajuan persalinan
a. Pembukaan serviks
b. Penurunan bagian terbawah janinatau presentasi janin
c. Garis waspada atau garis bertindak
5. Jam dan waktu
a. Waktu mulainya fase aktif persalinan
b. Waktu aktual saat pemeriksaan atau penilaian
c. Kontraksi uterus
d. Frekuansi dan lamanya
6. Obat-obatan dan cairan yang diberikan
a. Oksitosin
b. Obat-obatan lainnya dan cairan I.V yang diberikan
7. Kondisi ibu
a. Nadi, tekanan darah dan temperatur tubuh
b. Urin (voume, aseton, atau protein)
8. Asuhan pengamatan, dan keputusan klinik lainnya (dicatat dalam kolom
tersedia di partograf atau dicatatan kemajuan persalinan) Menurut
(Saifuddin,2020), petugas harus mencatat kondisi ibu dan janin sebagai
berikut :
a. Denyut jantung janin, catat setiap 30 menit.
b. Air ketuban, catat warna air ketuban setiap melakukan pemeriksaan
dalam.
U : selaput utuh
J : selaput pecah, air ketuban jernih
M : air ketuban bercampur mekoneum
D : air ketuban bernoda darah
61

K : tidak ada cairan ktuban atau kering


c. Perubahan bentuk kepala janin (molding atau molase)
0 : sutura terpisah
1 : sutura (pertemuan dua tulang tengkorak) yang tepat/ bersesuaian 2 :
sutura tumpang tindih tetapi dapat diperbaiki
3 : sutura tumpang tindih dan tidak dapat diperbaiki
d. Pembukaan mulut Rahim (serviks), dinilai setiap 4 jam dan diberi tanda
silang (x). Penurunan mengacu pada bagian kepala (dibagi 5 bagian)
yang teraba (pada pemeriksaan abdomen /luar) di atas simpisis pubis,
catat dengan tanda lingkaran (O) pada setiap pemeriksaan dalam. Pada
posisi 0/5, sinsiput (S) atau separuh atas kepala berada di simpisis pubis.
e. Waktu, menyatakan berapa jam waktu yang telah dijalani sesudah
pasien diterima.
f. Kontraksi, catat setiap setengah jam. Lakukan palpasi untuk menghitung
banyaknya kontraksi dalam 10 menit dan lamanya tiap tiap kontraksi
dalam hitungan detik.
1) Kurang dari 20 detik
2) Antara 20 – 40 detik
3) Lebih dari 40 detik
g. Oksitosin, jika memakai oksitosin catatlah banyaknya oksitosin
pervolume cairan infus dan dalam tetesan permenit.
h. Obat yang diberikan, catat semua obat yang lain yang diberikan.
i. Nadi, catatlah setiap 30-60 menit dan tandai dengan sebuah titik besar.
j. Tekanan darah, catatlah setiap 4 jam dan tandai dengan anak panah.
k. Suhu badan, catatlah setiap 2 jam.
l. Protein, aseton, dan volume urin, catatlah setiap kali ibu berkemih.
62

J. Penapisan Persalinan
Penolong persalinan harus selalu waspada terhadap kemungkinan
timbulnya masalah atau penyulit. Lakukan anamnesa dan pemeriksaan untuk
seleksi adanya risiko kegawatdaruratan dan penyulit, antara lain:
1. Riwayat bedah caesar
2. Perdarahan pervaginam
3. Persalinan kurang bulan (usia kehamilan kurang dari 37 minggu)
4. Ketuban pecah dengan mekonium
5. Ketuban pecah lama (>24 jam)
6. Ketuban pecah pada persalinan kurang bulan.
7. Ikterus
8. Anemia berat
9. Tanda/ gejala infeksi
10. Pre-eklampsia/ hipertensi dalam kehamilan
11. Tinggi fudus uteri 40 cm atau lebih
12. Gawat janin
13. Primipara dalam fase aktif kala I persalinan dengan palpasi kepala masih
5/5
14. Presentasi bukan belakang kepala
15. Presentasi majemuk
16. Kehamilan gemeli
17. Tali pusat menumbung
18. Syok
19. Penyakit yang menyertai
20. Tinggi badan < 140 cm
63

K. Standar Asuhan Persalinan


Persalinan dilakukan sesuai dengan standar persalinan normal atau standar
persalinan komplikasi. Standar persalinan normal adalah Asuhan Persalinan
Normal (APN) sesuai standar dan memenuhi persyaratan, meliputi:
1. Dilakukan di fasilitas pelayanan kesehatan
2. Tenaga adalah tim penolong persalinan, terdiri dari dokter, bidan dan
perawat, apabila ada keterbatasan akses dan tenaga medis, persalinan
dilakukan oleh tim minimal 2 orang tenaga kesehatan yang terdiri dari
bidan-bidan, atau bidan-perawat.
3. Tim penolong mampu melakukan tata laksana awal penanganan
kegawatdaruratan maternal dan neonatal.
Pelayanan persalinan harus memenuhi 7 (tujuh) aspek yang meliputi:
a. Membuat keputusan klinik;
b. Asuhan sayang ibu dan sayang bayi, termasuk Inisiasi Menyusu Dini
(IMD) dan resusitasi bayi baru lahir;
c. Pencegahan infeksi;
d. Pencegahan penularan penyakit dari ibu ke anak;
e. Persalinan bersih dan aman;
f. Pencatatan atau rekam medis asuhan persalinan; dan
g. Rujukan pada kasus komplikasi ibu dan bayi baru lahir.
(Kemennkes, 2021).

2.1.3. Bayi baru lahir


A. Definisi
Bayi baru lahir normal adalah bayi yang baru lahir dengan kehamilan atau
masa gestasi dinyatakan cukup bulan (aterm) yaitu 37-40 minggu. Bayi baru
lahir harus menjalani proses adaptasi dari kehidupan di dalam Rahim ke
kehidupan di luar Rahim (Muzayyaroh, 2019).
64

B. Adaptasi Bayi Baru Lahir


Adaptasi bayi baru lahir adalah proses penyesuaian fungsional neonates
dari kehidupan didalam uterus ke kehidupan di luar uterus. Kemampuan
adaptasi fisiologis ini disebut juga homeostatis. Beberapa perubahan fisiologis
yang dialami bayi baru lahir :
1. Sistem pernafasan
Selama dalam uterus, janin mendapatkan oksigen dari pertukaran gas
melalui plasenta. Setelah bayi lahir pertukaran gas harus melalui paru-paru.
a. Perkembangan paru paru berlanjut hingga usia 8 tahun sampai jumlah
bronkus dan alveolus akan sepenuhnya berkembang, walau pun janin
memperlihatakan gerakan nafas sepanjang trimester 2 dan 3. Paru paru
yang tidak matang akan mengurangi kelangsungan hidup BBL sebelum
usia 24 minggu. Hal ini di sebabkan keterbatasan permukaan alveolus,
ketidakmatangan system kapiler dan tidak tercukupinya jumlah
surfaktan.
b. Awal adanya nafas.
c. Surpaktan dan upaya respirasi untuk bernafas.
d. Dari cairan menuju udara.
e. Fungsi system pernafasan dan kaitanya dengan fungsi kardio veskuler.
2. Sistem kardiovaskuler.
Untuk membuat sirkulasi yang baik, kehidupan diluar Rahim harus
terjadi dua perubahan besar :
a. Penutupan Foramen Ovale pada atrium jantung.
b. Perubahan Dutus Arteriosus antara paru paru dan aorta.
3. Sistem termoregulasi
Bayi baru lahir belum dapat mengatur suhu tubuhnya, sehingga akan
mengalami stress dengan adanya perubahan lingkungan dari dalam Rahim
ibu kelingkungan luar yang suhunya lebih tinggi. Terdapat kemungkinan
mekanisme yang dapat menyebabkan bayi kehilangan panas yaitu :
65

a. Konduksi
b. Radiasi
c. Konveksi
d. Evaporasi
4. Sistem pencernaan
Pada BBL hubungan antara esophagus bawah dan lambung masih
belum sempurna yang mengakibatkan gumoh, kapasitas lambung masih
terbatas kurang dari 30cc. kapasitas lambung ini akan bertambah secara
lambat bersamaan dengan tumbuhnya bayi.
5. Sistem ginjal dan keseimbangan cairan
Tubuh BBL relatif mengandung lebih banyak air dan kadar natrium
relative lebih besar dari kalium karena ruangan ekstra seluler lebih luas.
Fungsi ginjal lebih sempurna, jumlah nepron masih belum sebanyak orang
dewasa. Pada waktu lahir terjadi perubahan fisiologik yang mengakibatkan
berkurangnya cairan ekstra seluler.
6. Sistem metabolisme
BBL harus menyesuaikan diri dengan lingkungan baru sehingga
energy diperoleh dari metabolisme kabohidrat dan lemak. Pada jam-jam
pertama energy didapatkan dari perubahan karbohidrat.pada hari kedua,
energy berasal dari pembakaran lemak. Setelah mendapatkan susu kurang
lebih pada hari ke enam, pemenuhan kebutuhan energy bayi 60%
didapatkan dari lemak 40% dan didapatkan dari karbohidrat.
7. Sistem imunologi
Sistem imunitas bayi baru lahir belum matang, sehingga menyebabkan
neonates rentan terhadap berbagai infeksi dan alergi. Kekebalan alami pada
bayi yaitu :
a. Perlindungan oleh kulit membrane mukosa
b. Fungsi saringan saluran nafas
c. Pembentukan koloni mikroba oleh kulit dan usus
66

d. Perlindungan kimia oleh lingkungan asam lambung.


Kekebalan yang didapat akan muncul kemudian. Defisiensi kekebalan
alami bayi menyebabkan bayi rentan sekali terjadi infeksi dan reaksi bayi
terhadap infeksi masih lemah. Oleh karena itu pencegahan terhadap
mikroba (seperti pada praktek persalinan yang aman dan menyusi ASI dini
terutama kolostrum) dan deteksi dini serta pengobatan dini infeksi menjadi
sangat penting.
C. Penilaian Awal Pada Bayi Segera Setelah Lahir
Evaluasi awal bayi baru lahir dilaksanakan segera setelah bayi baru lahir
(menit pertama) dengan menilai dua indicator kesejahteraan janin yaitu:
a. Pernafasan
b. Frekuensi denyut jantung bayi
Evaluasi nilai APGAR digunakan mulai 5 menit pertama sampai 10
menit. Hasil pengamatan masing-masing aspek dituliskan dalam skala 0-2.

Tabel 2.1 Penilaian APGAR Score

Aspek pengamatan BBL Skor


0 1 2
Appeareance/ warna kulit Seluruh tubuh Warna kulit Warna kulit
bayi berwarna tubuh seluruh tubuh
kebiruan normal,tetapi normal
tangan dan
kaki berwarna
kebiruan
Pulse/nadi Denyut jantung Denyut Denyut jantung >
tidak ada jantung < 100 100 kali per menit
kali per menit
Grimace/ respon reflex Tidak ada Wajah Meringis,
respon terhadap meringis menarik,batuk
Stimulasi saatdi atau bersin saat
stimulasi stimulasi
Activity/ tonut otot Lemah, tidak Lengan dan Bergerak aktif dan
ada gerakan kaki dalam spontan
posisi fleksi
dengan sedikit
gerakan
67

Respiratory/pernafasan Tidak bernafas, Menangis Menangis kuat,


pernafasan lemah pernafasan , baik
lambat dan tidak terdengar dan teratur
teratur seperti merinti

Sumber: Kemenkes, 2014”

Penilaian APGAR 5 menit pertama dilakukan saat kala III persalinan


dengan menempatkan bayi baru lahir diatas perut ibu dan ditutupi dengan
selimut atau handuk kering yang hangat. Selanjutnya hasil pengamatan BBL
berdasarkan kriteria diatas dituliskan dalam tabel.

Tabel 2.2 Penanganan BBL berdasarkan APGAR Score

Nilai APGAR lima menit pertama Penanganan


0-3 - tempatkan ditempat hangat dengan lampu
sebagai sumber penghangat
- pemberian oksigen
- resusitasi
- Stimulasi
- Rujuk
4-6 - tempatkan dalam tempat yang hangat
- pemberian oksigen
-Stimulasi taktil

7-10 Dilakukan penatalaksanaan sesuai bayi


normal
“Sumber : Varney, 2019”

D. Asuhan Bayi Baru Lahir


Perawatan neonatal esensial pada saat lahir berdasarakan permenkes no
53 tahun 2014 yaitu :
1. Kewaspadaan Umum
2. Penilaian awal
Untuk semua BBL, lakukan penilaian awal dengan menjawab 4
pertanyaan: Sebelum bayi lahir:
a. Apakah kehamilan cukup bulan?
68

b. Apakah air ketuban jernih, tidak bercampur mekonium? Segera setelah


bayi lahir, sambil meletakkan bayi di atas kain bersih dan kering yang
telah disiapkan pada perut bawah ibu, segera lakukan penilaian berikut:
c. Apakah bayi menangis atau bernapas/tidak megap-megap?
d. Apakah tonus otot bayi baik/bayi bergerak aktif? Dalam Bagan Alur
Manajemen BBL dapat dilihat alur penatalaksanaan BBL mulai dari
persiapan, penilaian dan keputusan serta alternatif tindakan yang sesuai
dengan hasil penilaian keadaan BBL. Untuk BBL cukup bulan dengan
air ketuban jernih yang langsung menangis atau bernapas spontan dan
bergerak aktif cukup dilakukan manajemen BBL normal. Jika bayi
kurang bulan (< 37 minggu/259 hari) atau bayi lebih bulan (≥ 42
minggu/283 hari) dan atau air ketuban bercampur mekonium dan atau
tidak bernapas atau megap-megap dan atau tonus otot tidak baik lakukan
manajemenBBL dengan Asfiksia.

Gambar 2.4 Bagan Alur Manajemen Bayi Baru Lahir


“Sumber : Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Pelayanan Kesehatan Neonatal
Esensial. Jakarta: Kemenkes RI; 2014”
69

Gambar 2.5 Bagan Alur Manajemen Bayi Baru Lahir Normal


“Sumber : Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Pelayanan Kesehatan
Neonatal Esensial. Jakarta: Kemenkes RI; 2014

a. Pencegahan Kehilangan Panas


b. Inisiasi Menyusu Dini
c. Gunakan pakaian yang sesuai untuk mencegah kehilangan panas
70

d. Selimuti tubuh ibu dan bayi dengan kain hangat yang sama dan pasang
topi di kepala bayi. Bagian kepala bayi memiliki permukaan yang relatif
luas dan bayi akan dengan cepat kehilangan panas jika bagian tersebut
tidak tertutup.
e. Jangan segera menimbang atau memandikan bayi baru lahir Lakukan
penimbangan setelah satu jam kontak kulit ibu ke kulit bayi dan bayi
selesai menyusu. Karena BBL cepat dan mudah kehilangan panas
tubuhnya (terutama jika tidak berpakaian), sebelum melakukan
penimbangan, terlebih dulu selimuti bayi dengan kain atau selimut
bersih dan kering. Berat bayi dapat dinilai dari selisih berat bayi pada
saat berpakaian atau diselimuti dikurangi dengan berat pakaian atau
selimut. Bayi sebaiknya dimandikan pada waktu yang tepat yaitu tidak
kurang dari enam jam setelah lahir dan setelah kondisi stabil.
Memandikan bayi dalam beberapa jam pertama setelah lahir dapat
menyebabkan hipotermia yang sangat membahayakan kesehatan BBL.
f. Rawat gabung ibu dan bayi harus tidur dalam satu ruangan selama 24
jam. Idealnya BBL ditempatkan di tempat tidur yang sama dengan
ibunya. Ini adalah cara yang paling mudah untuk menjaga agar bayi
tetap hangat, mendorong ibu segera menyusui bayinya dan mencegah
paparan infeksi pada bayi.
g. Resusitasi dalam lingkungan yang hangat apabila bayi baru lahir
memerlukan resusitasi harus dilakukan dalam lingkungan yang hangat.
h. Transportasi hangat bayi yang perlu dirujuk, harus dijaga agar tetap
hangat selama dalam perjalanan.
i. Pelatihan untuk petugas kesehatan dan konseling untuk keluarga
Meningkatkan pengetahuan petugas kesehatan dan keluarga tentang
hipotermia meliputi tanda-tanda dan bahayanya.
Berdasarkan Permenkes No 53 Tahun 2014, pelayanan kesehatan
neonatal esensial minimal dilakukan dalam 3 kali kunjungan selama periode 0-
71

28 hari setelah lahir, baik di fasilitas kesehatan maupun melalui kunjungan


rumah.
Kunjungan neonatal bertujuan untuk meningkatkan akses neonatus
terhadap pelayanan kesehatan dasar, mengetahui sedini mungkin bila terdapat
kelainan atau masalah kesehatan pada neonatus. Resiko terbesar kematian
neonatus terjadi pada 24 jam pertama kehidupan, minggu pertama, dan bulan
pertama kehidupan. Pelayanan neonatal esensial paling sedikit tiga kali
kunjungan, yang meliputi:
1. Kunjungan ke-1 (KN-1) dilakukan pada kurun waktu 6-48 jam setelah
lahir:
a. Mempertahankan suhu tubuh bayi
b. Hindari memandikan bayi hingga sedikitnya enam jam dan hanya
setelah itu jika tidak terjadi masalah medis dan jika suhunya 36,5
c. Bungkus bayi dengan kain yang kering hangat, kepala bayi harus
tertutup.
d. Pemeriksaan fisik bayi
e. Konseling pemberian ASI
f. Perawatan tali pusat
g. Pencegahan infeksi dan konseling kepada ibu untuk mengawasi tanda-
tanda bahaya pada bayi.
2. Kunjungan neonatal ke-2 (KN 2) dilakukan pada kurun waktu hari ke- 3
sampai dengan hari ke 7 setelah lahir :
a. Menjaga tali pusat dalam keadaan bersih dan kering
b. Menjaga kebersihan bayi
c. Pemeriksaan tanda bahaya seperti kemungkinan infeksi bakteri, ikterus,
diare, berat badan rendah dan masalah pemberian ASI
d. Memberikan ASI bayi harus disusukan minimal 10-15 kali dalam 24
jam dalam 2 minggu pasca persalinan
e. Menjaga keamanan bayi
72

f. Menjaga suhu tubuh bayi


g. Konseling terhadap ibu dan keluarga untuk memberikan ASI eksklusif,
pencegahan hipotermi, dan melaksanakan perawatan bayi baru lahir
dirumah dengan menggunakan buku KIA
h. Penanganan dan rujukan kasus bila diperlukan
3. Kunjungan neonatal ke-3 (KN 3) dilakukan pada kurun waktu hari ke 8
sampai dengan hari ke 28 setelah lahir:
a. Pemeriksaan fisik
b. Menjaga kebersihan bayi
c. Memberitahu ibu tentang tanda-tanda bahaya bayi baru lahir
d. Konseling pada ibu untuk memberikan ASI pada bayi harus minimal 10-
15 kali dalam 24 jam dalam 2 minggu pasca persalinan
e. Menjaga keamanan bayi
f. Menjaga suhu tubuh bayi
g. Konseling terhadap ibu dan keluarga untuk memberikan ASI eksklusif,
pencegahan hipotermi, dan melaksanakan perawatan bayi baru lahir
dirumah dengan menggunakan buku KIA
h. Memberitahu ibu tentang imunisasi BCG
i. Penanganan dan rujukan kasus bila diperlukan.

2.1.4. Nifas
A. Pengertian Masa Nifas
Masa nifas dimulai sejak 1 jam setelah kelahiran plasenta sampai dengan 6
minggu (40 hari) setelah itu (Saifuddin, 2020). Periode pascapartum ialah masa
enam minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ reproduksi kembali ke
keadaan normal sebelum hamil (Bobak, 2019).
73

B. Tahapan Masa Nifas


1. Puerperium dini, yaitu kepulihan ketika ibu telah diperbolehkan berdiri dan
berjalan
2. Puerperium intermedial, yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genital yang
lamanya 6-8 minggu
3. Remote puerperium, yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih kembali dan
sehat sempurna baik selama hamilatau sempurna bermingu-
minggu,berbulan-bulan atau tahunan (Walyani, 2020)
C. Perubahan Fisiologis Ibu Nifas
1. Uterus
Kembalinya uterus ke keadaan normal setelah melahirkan disebut
involusi. Proses ini dimulai segera setelah ekpulsi plasenta akibat kontraksi
otot-otot polos uterus. Pada akhir kala tiga persalinan, uterus akan berada
di tengah, kira-kira 2 cm dibawah umbilicus, dengan fundusnya berada di
promontorium sacrum. Dalam waktu 12 jam fundus menjadi setinggi
umbilicus atau sedikit dibawah atau diatas umbilicus, kemudian fundus
akan turun sekitar 1 cm setiap hari. Seminggu setelah melahirkan, fundus
biasanya 4-5 jari dibawah umbilicus. Dan uterus tidak bisa di palpasi
setelah 2 minggu dan kembali ke keadaan normal sebelum hamil setelah 6
minggu (Bobak, 2019).
Cairan dari uterus setelah melahirkan disebut lochea. Macam-macam
lochea (Walyani, 2019) yaitu :
a. Lochea rubra (cruenta): berisi darah segar dan sisa-sisa selaput ketuban,
sel-sel decidua, verniks kaseosa, lanugo, dan meconium, selam 2 hari
postpartum
b. Lokia sanguinolenta, berwarna kuning berisi darah dan lendir, hari 3-7
postpartum
c. Lokia serosa, berwarna kuning, cairan tidak berdarah lagi, pada hari ke
7 – 14 postpartum
74

d. Lochea alba, cairan putih, setelah 2 minggu


e. Lochea purulenta, terjadi infeksi, keluar cairan seperti nanah berbau
busuk
f. Locheastatis : lochea tidak lancar keluarnya
2. Serviks
Serviks menjadi lunak segera setelah ibu melahirkan. 18 jam
pascapartum, serviks memendek dan konsistensinya menjadi lebih padat
dan kembali ke bentuk semula. Servik setinggi segmen bawah rahim tetap
edematosa, tipis dan rapuh selama beberapa hari setelah melahirkan.
Ektoservik (bagian serviks yang menonjol ke vagina) terlihat memar dan
ada sedikit lacerasi kecil. Muara serviks yang berdilatasi 10 cm sewaktu
melahirkan menutup secara bertahap.
a. Vagina dan perineum
Vagina yang semula sangat teregang akan kembali secara bertahap ke
ukuran sebelum hamil 6-8 minggu setelah bayi lahir. Rugae akan terlihat
pada sekitar minggu ke empat, walaupun tidak akan semenonjol pada
wanita nulipara. Mukosa tetap atropik pada wanita yang menyusi
sampai mendapatkan menstruasi kembali. Proses penyembukan luka
perineum sama sepeti luka operasi lainnya. Biasanya penyembuhan
berlangsung dalm 2-3 minggu. Hemoroid pada wanita yang melahirkan
biasanya akan mengecil beberapa minggu setelah melahirkan (Bobak,
2019).
b. Payudara
Kadar prolaktin yang disekresi oleh kelenjar hypofisis anterior
meningkat secara stabil selama kehamilan, tetapi hormone plasenta
menghambat produksi ASI. Setelah pelahiran plasenta, konsentrasi
estrogen dan progesterone menurun, prolactin dilepaskan dan sintesis
ASI dimulai. Suplai darah ke payudara meningkat menyebabkan
pembengkakan vascular sementara. Air susu saat diproduksi disimpan
75

di alveoli dan harus dikeluarkan dengan efektif dengan cara diisap oleh
bayi untuk pengadaan dan keberlangsungan laktasi.
Pelepasan okstitoksin dari kelenjar hipofisis posteriotr distimulasi
oleh isapan bayi. ASI dapat dihasilkan oleh ibu pada setiap harinya 150-
300 ml.ASI dapat dihasilkan oleh kelenjar susu yang dipengaruhi oleh
kerja hormone laktogen. ASI yang pertama muncul pada awal nifas
adalah ASI yang berwarna kekuningan yang dikenal dengan kolostrum
(Walyani, 2020).
Selama 24 jam pertama setelah melahirkan terjadi sedikit
perubahan dijaringan payudara. Kolostrum, cairan kuning jernih dapat
keluar dari payudara. Payudara perlahan akan menjadi lebih penuh dan
berat ketika kolostrum berubah menjadi susu 72 sampai 96 jam setelah
melahirkan. Payudara akan terasa hangat, keras dan agak nyeri. Ketika
kelenjar air susu dan salurannya penuh dengan susu, jaringan payudara
akan terasa bernodul atau berbenjol. Beberapa ibu akan mengalami
pembengkakan, namun dengan menyusui secara teratur dan perawatan
yag tepat, kondisi ini bersifat sementara dan biasanya hanya
berlangsung selama 24-48 jam (Bobak, 2017)
c. Sistem kardiovaskuler
Denyut jantung, volume darah dan curah jantung meningkat
segera setelah melahirkan karena terhentinya aliran darah ke plasenta
yang mengakibatkan beban jantung meningkat yang dapat diatasi
dengan hemokonsentrasi sampai volume darah kembali normal, dan
pembuluh darah kembali ke ukuran semula. Hipervolemia akibat
kehamilan menyebabkan kebanyakan ibu bisa menoleransi kehilangan
darah saat melahirkan sebanyak 300-400 ml darah untuk persalinan
normal dan 2x lipatnya saat operasi sesaria. Penyesuaian pembuluh
darah setelah postpartum berlangsung dramatis dan cepat. 3 perubahan
fisiologis pascapartum yang melindungi Wanita adalah : 1. Hilangnya
76

sirkulasi uteroplasenter yang mengurangi ukuran pembuluh darah


maternal, 2. Hilangnya fungsi endokrin plasenta yang menghilangkan
stimulus vasodilatasi, 3. Mobilisasi air ekstravaskular yang disimpan
selama hamil karena hal ini syok hipovolemik tidak terjadi pada
kehilangan darah normal.
d. Sistem hematologi
1) Hari pertama kadar fibrinogen dan plasma sedikit menurun, tetapi
darah lebih kental dengan peningkatan viskositas sehingga
meningkatkan pembekuan darah. Hematocrit dan hemoglobin akan
kembali normal pada 4-5 minggu pospatum (Walyani, 2019).
International of Women’s Health, 2012, dalam penelitian Ebina
Satoko yang berjudul Pengaruh pemberian ASI terhadap tekanan
darah ibu satu bulan pasca melahirkan, mendapatkan bahwa
menyusui menghasilkan tekanan darah sistolik yang lebih rendah
pada ibu satu bulan pascapersalinan dibandingkan pemberian susu
formula sehingga penelitian ini menunjukkan adanya pengaruh
menyusui terhadap tekanan darah ibu, hal ini juga dipengaruhi oleh
IMT sebelum hamil, BB saat melahirkan dan 1 bulan potpartum,
pola makan, paritas, merokok dan usia. Kadar oksitocin pada ibu
menyusui lebih tingi dari yang tidak menyusui, keadaan ini
membuat ibu lebih tenang dan nyaman sehingga tekanan darah
lebih rendah dibanding yang tidak.
2) Leukositosis meningkat dpat mencapai 15.000/mm³ selama
persalinan dan tetaptinggi dalam beberapa hari postpartum.
3) Faktor pembekuan, yakni aktivasi faktor pembekuan darah terjadi
setelah persalinan
4) Kaki ibu diperiksa setiap hari untuk mnmgetahui adanya tanda-
tanda thrombosis (nyeri, hangat, lemas, vena bengkak kemerahan
yang dirasakan keras atau padat ketika disentuh)
77

5) Varises pada kaki atau sekitar anus (haemoroid) adalah umum pada
kehamilan. Varises pada vulva umumnya kurang dan akan segera
kembali setelah persalinan (Walyani, 2019)
e. Sistem Perkemihan
Buang air kecil sering sulit selama 24 jam pertama kemungkinan spasine
sfingter dan edema leher buli-buli akibat kompresi antara kepala janin
dan tulang pubis selama persalinan. Urine dalam jumlah yang besar
akan dihasilkan dalam waktu 12-36 jam sesudah melahirkan. Setelah
plasenta di lahirkan, kadar hormone estrogen yang bersifas menahan air
akan mengalami penurunan yang mencolok. Keadaan ini menyebabkan
diuresis. Ureter yang berdilatasi akan kembali normal dalam tempo 6
minggu.
f. Sistem gastrointestinal
Kerap kali diperlukan waktu 3-4 hari sebelum faal usus kembali normal.
Meskipun kadar progesteron menurun setelah melahirkan, namun
asupan makanan juga mengalami penurunan selama satu atau dua hari,
gerak tubuh berkurang dan usus bagian bawah sering kosong jika
sebelum melahirkan diberikan enema. Rasa sakit didaerah perineum
dapat menghalangi keinginan ke belakang (Walyani, 2019)
g. Sistem endokrin
Kadar estrogen menurun 10% dalam waktu sekitar 3 jam postpartum.
Progesterone turun pada hari ke 3 postpartum. Kadar prolactin dalam
darah berangsur-angsur hilang (Walyani, 2019)

h. Sistem Muskuloskeletal
78

Ambulasi pada umumnya dimulai 4-8 jam postpartum. Ambulasi dini


sangat membantu untuk mencegah komplikasi dan mempercepat proses
involusi
i. Sistem integument
1) Penurunan melanin umumnya setelah ,melahirkan menyebabkan
berkuranganya hyperpigmentasi kulit.
2) Perubahan pembuluh darah yang tampak pada kulit karena
kehamilan akan menghilang pada saat estrogen menurun
D. Perubahan Psikologi Ibu Nifas
Pada primipara, menjadi orang tua merupakan pengalaman tersendiri dan
dapat menimbulkan stress apabila tidak ditangani dengan segera, fase-fase yang
akan dialami oleh ibu pada masa nifas antara lain adalah sebagai berikut :
1. Fase taking in
Merupakan fase ketergantungan yang berlangsung dari hari pertama
sampai hari ke dua setelah melahirkan. Ibu terfokus pada dirinya sendiri
sehingga cenderung pasif terhadap lingkungannya. Ketidaknyaman yang
dialami ibu lebih disebabkan karena proses persalinan yang baru saja
dilaluinya. Rasa mules, nyeri pada jalan lahir, kurang tidur atau kelelahan,
merupakan hal yang sering dikeluhkan ibu. Pada fase ini, kebutuhan
istirahat, asupan nutrisi dan komunikasi yang baik harus dapat terpenuhi.
2. Fase taking hold
Merupakan fase yang berlangsung antara 3-10 hari setelah melahirkan.
Ibu merasa khawatir akan ketidakmampuan dan rasa tanggung jawab dalam
perawatan bayinya. Perasaan ibu lebih sensitif sehingga mudah
tersinggung. Hal yang perlu diperhatikan adalah komunikasi yang baik,
dukungan dan pemberian penyuluhan atau pendidikan kesehatan tentang
perawatan diri dan bayinya.Penuhi kebutuhan ibu tentang perawatan diri
dan bayinya, cara menyusui yang baik dan benar, cara perawatan luka jalan
79

lahir, mobilisasi postpartum, senam nifas,nutrisi, istirahat, kebersihkan diri


dan lain-lain.
3. Fase letting go
Fase ini merupakan fase menerima tanggung jawab akan peran
barunya sebagai seorang ibu. Fase ini berlangsungan 10 hari setelah
melahirkan. Ibu sudah mulai dapat menyesuaikan diri dengan
ketergantungan bayinya dan siap menjadi pelindung bayi bayinya.
Perawatan ibu terhadap diri dan bayinya semakin meningkat. Rasa percaya
diri ibu terhadap diri dan bayinya semakin meningkat.
E. Kebutuhan Masa Nifas
1. Nutrisi dan cairan
2. Ambulasi dan mobilisasi dini
3. Kebersihan diri (perineum)
4. Seksual
5. Keluarga berencana
6. Latihan senam nifas
F. Standar Asuhan Masa Nifas
1. Tujuan asuhan masa nifas
Pelayanan pasca persalinan diperlukan karena dalam periode ini
merupakan masa kritis, baik pada ibu maupun bayinya yang bertujuan:
a. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik secara fisik maupun
psikologis.
b. Deteksi dini masalah, penyakit dan penyulit pasca persalinan.
c. Memberikan KIE, memastikan pemahaman serta kepentingan
kesehatan, kebersihan diri, nutrisi, Keluarga Berencana (KB),
menyusui, pemberian imunisasi dan asuhan bayi baru lahir pada ibu
beserta keluarganya.
d. Melibatkan ibu, suami, dan keluarga dalam menjaga kesehatan ibu nifas
dan bayi baru lahir
80

e. Memberikan pelayanan KB sesegera mungkin setelah bersalin.


(Kemenkes, 2021)
2. Program dan kebijakan teknis
Paling sedikit 4 kali kunjungan masa nifas dilakukan untuk menilai status
ibu dan bayi dan untuk mencegah, mendeteksi dan mennagani masalah-
masalah yang terjadi.
Tabel 2. 3 Program dan Kebijakan Teknis Kunjungan Nifas

Kunjungan Waktu Tujuan


Pertama 6-8 jam setelah a. Mencegah perdarahan masa nifas karena
persalinan atonia uteri
b. Mendeteksi dan merawat penyebab lain
perdarahan, merujuk bila perdarahan
berlanjut
c. Memberikan konseling pada ibu atau salah
satu anggota keluarga bagaimana
mencegah perdarahan masa nifas karena
atonia uteri
d. Pemberian ASI awal
e. Melakukan hubungan antara ibu dan bayi
f. Menjaga bayi tetap sehat dengan cara
mencegah hipotermi

Kedua 6 hari setelah a. Memastikan invlolusi uterus berjalan


persalinan normal : uterus berkontraksi, fundus di
bawah umbilicus, tidak ada perdarahan
abnormal, tidak ada bau
b. Menilai adanya tanda-tanda demam
infeksi atau perdarahan abnormal
c. Memastikan ibu mendapat cukup
makanan, minuman dan istirahat
d. Memastikan ibu menyusui dengan
memperhatikan tanda-tanda penyulit
e. Memberikan konseling kepada ibu
mengenai asuhan pada bayi, tali pusat,
menjaga bayi tetap hangat, dan merawat
bayi sehari-hari
Ketiga 2 minggu a. Memastikan invlolusi uterus berjalan
setelah normal : uterus berkontraksi, fundus di
persalinan bawah umbilicus, tidak ada perdarahan
abnormal, tidak ada bau
b. Menilai adanya tanda-tanda demam
infeksi atau perdarahan abnormal
81

Kunjungan Waktu Tujuan


c. Memastikan ibu mendapat cukup
makanan, minuman dan istirahat
d. Memastikan ibu menyusui dengan
memperhatikan tanda-tanda penyulit
e. Memberikan konseling kepada ibu
mengenai asuhan pada bayi, tali pusat,
menjaga bayi tetap hangat, dan merawat
bayi sehari-hari
Keempat 6 minggu a. Menanyakan ibu tentang penulit-penyulit
setelah yang ia dan bayi alami
persalinan b. Memberikan konseling untuk KB secara
dini
“Sumber : Kemenkes, 2021”

Lingkup pelayanan pascapersalinan bagi ibu meliputi:


a. Anamnesis
b. Pemeriksaan tekanan darah, nadi, respirasi dan suhu
c. Pemeriksaan tanda-tanda anemia
d. Pemeriksaan tinggi fundus uteri
e. Pemeriksaan kontraksi uteri
f. Pemeriksaan kandung kemih dan saluran kencing
g. Pemeriksaan lokhia dan perdarahan
h. Pemeriksaan jalan lahir
i. Pemeriksaan payudara dan pendampingan pemberian ASI Ekslusif
j. Identifikasi risiko tinggi dan komplikasi pada masa nifas
k. Pemeriksaan status mental ibu
l. Pelayanan kontrasepsi pascapersalinan
m. Pemberian KIE dan konseling
n. Pemberian kapsul vitamin A
3. Peran bidan
Bidan memiliki peranan yang sangat penting dalam pemberian
asuhan postpartum. Adapun peran dan tanggung jawab dalam masa nifas
(Walyani,2019) antara lain:
82

a. Memberikan dukungan secara berkesinambungan selama masa nifas


sesuai dengan kebutuhan ibu untuk mengurangi ketegangan fisik dan
psikologis selama masa nifas
b. Sebagai promotor hubungan ibu dan bayi serta keluarga
c. Mendorong ibu untuk menyusui bayinya dengan meningkatkan rasa
nyaman.
d. Membuat kebijakan, perencana program kesehatan yang berkaitan ibu
dan anak dan mampu melakukan kegiatan administrasi.
e. Mendeteksi komplikasi dan perlunya rujukan.
f. Memberikan konseling untuk ibu dan keluarganya mengenai cara
mencegah perdarahan, mengenali tanda-tanda bahaya, menjaga gizi
yang baik, serta mempraktekkan kebersihan yang aman.
g. Melakukan manajemen asuhan dengan cara mengumpulkan data,
menetapkan diagnose dan rencana tindakan serta melaksanakannya
untuk mempercepat proses pemulihan, mencegah komplikasi dengan
memenuhi kebutuhan ibu dan bayi selama periode nifas.
h. Memberikan asuhan secara professional.
G. Tanda Bahaya Nifas
Berikut ini adalah beberapa tanda bahaya dalam masa nifas yang dapat
dijadikan sebagai pedoman untuk mendeteksi secara dini komplikasi yang
mungkin terjadi (Sutanto, 2022) :
1. Adanya tanda-tanda infeksi puerperalis
2. Demam, muntah, rasa sakit waktu berkemih
3. Sembelit/haemoroid
4. Sakit kepala, nyeri epigastrium dan penglihatan kabur
5. Perdarahan vagina yang luar biasa
6. Lochea berbau busuk dan disertai nyeri abdomen atau punggung
7. Puting susu lecet
8. Bendungan ASI
83

9. Edema, sakit dan panas pada tungkai


10. Pembengkakan diwajah dan ditangan
11. Kehilangan nafsu makan dalam waktu yang lama
12. Merasa sangat sedih atau tidak mampu mengasuh sendiri
2.1.5. Konsep Dasar Keluarga Berencana
A. Defenisi Keluarga Berencana
Keluarga berencana merupakan usaha suami-istri untuk mengukur jumlah
dan jarak anak yang diinginkan.Usaha yang dimaksud termasuk kontrasepsi
atau pencegahan kehamilan dan perencanaan keluarga.Prisip dasar metode
kontrasepsi adalah mencegah sperma laki-laki mencapai dan membuahi telur
wanita (fertilisasi) atau mencegah telur yang sudah dibuahi untuk berimplantasi
(melekat) dan berkembang di dalam rahim (Moegni, 2020).
B. Fisiologi Keluarga Berencana
Pelayanan kontrasepsi mempunyai dua tujuan, yaitu tujuan umum dan
tujuan khusus.Tujuan umum yaitu meningkatkan kesejahteraan ibu dan anak
dalam rangka mewujudkan NKKBS (Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera)
yang menjadi dasar terwujudnya masyarakat yang sejahtera dengan
mengendalikan kelahiran sekaligus menjamin terkendalinya pertambahan
penduduk. Tujuan khusus yaitu meningkatkan penggunaan alat kontrasepsi dan
kesehatan keluarga berencana dengan cara pengaturan jarak kehamilan
(Prijatni, 2016).
C. Panduan Pemilihan Kontrasepsi
Prinsip pelayanan kontrasepsi adalah memberikan kemandirian pada ibu
dan pasangan untuk memilih metode yang diinginkan. Pemberi pelayanan
sebagai konselor dan fasilitator, sesuai langkah- langkah dibawah ini (Moegni,
2020) :
a. Jalin komunikasi yang baik dengan ibu, beri salam, tersenyum dan
perkenalkan diri. Gunakan komunikasi verbal dan non verbal sebagai awal
84

interaksi 2 arah, tanya ibu tentang identitas dan keinginannya pada


kunjungan tersebut.
b. Nilai kebutuhan dan kondisi ibu, tanyakan tujuan ibu berkontrasepsi dan
jelaskan pilihan metode yang dapat digunakan untuk tujuan tersebut.
c. Berikan informasi mengenai metode kontrasepsi yang dapat digunakan ibu.
Berikan informasi objektif dan lengkap tentang bebagai metode
kontrasepsi, efektifitas, cara kerja, efek samping dan komplikasi yang
dapat terjadi serta Upaya untuk menghilangkan atau mengurangi berbagai
efek yang merugikan tersebut.
Tabel 2.4 Pilihan Metode Kontrasepsi Berdasarkan Tujuan Pemakaiannya

Urutan Fase menunda Fase Menjarangkan Fase Tidak Hamil Lagi


Prioritas Kehamilan Kehamilan (Anak <2 ) (anak >3 )

1 Pil AKDR Steril

2 AKDR Suntikan AKDR

3 Kondom Minipil Implant

4 Implant Pil Suntikan

5 Suntikan Implant Kondom

6 Kondom Pil

D. Macam-Macam Metode Alat Kontrasepsi


Macam-macam Metode dan Alat Kontrasepsi. (Saifuddin, 2020).
a. Metode Amenore Laktasi (MAL)
Adalah kontrasepsi yang mengandalkan pemberian air susu ibu (ASI)
secara eksklusif.Cara kerja :
1) Penundaan atau penundaan ovulasi
2) Setelah bayi berumur 6 bulan, kembalinya kesuburan mungkin
didahului haid, tetapi dapat juga tanpa didahului haid. Efek ketidak
suburan karena menyusui sangat dipengaruhi oleh aspek– aspek : yaitu
85

cara menyusui, seringnya menyusui, lamanya menyusui, jarak antara


menyusui dan kesungguhan menyusui.
Indikasi
1) Ibu yang menyusui secara eksklusif
2) Bayinya berumur kurang dari 6 bulan
Kontra Indikasi
1) Tidak menyusui secara eksklusif
2) Bayinya sudah berumur lebih dari 6 bulan
b. Senggama terputus
Adalah metode keluarga berencana tradisional, dimana pria
mengeluarkan alat kelaminnya (penis) dari vagina sebelum pria
mencapa i ejakulasi.
Indikasi
1) Pasangan yang memerlukan kontrasepsi segera
2) Pasangan yang memerlukan metode sementara sambil menunggu
metode yang lain
3) Suami yang sulit melakukan senggama terputus
Efek samping
Efektifitas sangat bergantung pada kesediaan pasangan untuk
melakukan senggama terputus setiap melaksanakannya (angka
kegagalan 4-27 kehamilan per 100 perempuan pertahun).
c. Kontrasepsi Kombinasi (Hormon Estrogen dan Progesterone)
1) Pil kombinasi
Pil monofasik adalah pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet
mengandung hormone aktif estrogen/progestin dalam dosis yang
masa, dalam 7 tablet tanpa hormon aktif.
Pil bifasik adalah pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet
mengandung hormone aktif estrogen/progestin dengan 2 dosis yang
berbeda dengan 7 tablet tanpa hormone aktif.
86

Pil trifasik adalah pil yang tersedia dalam kemasan 21 tablet


mengandung hormone aktif estrogen/progestin dengan 3 dosis yang
berbeda, dengan 7 tablet hormone aktif.
Cara kerja
a) Menekan ovulasi
b) Mencegah inplantasi
c) Lendir serviks mengental sehingga sulit dilalui oleh sperma
d) Pergerakan tuba terganggu sehngga transpotasi telur dengan
sendirinya akan terganggu pula.
Efek samping
Mual, perdarahan bercak terutama 3 bulan pertama, pusing,
nyeri payudara, mengurangi ASI, meningkatkan tekanan darah dan
retensi cairan
2) Suntikan kombinasi
Jenis suntikan kombinasi adalah 25 mg Depo medroksip
progesterone asetat dan 5 mg estradiol sipionat yang diberikan injeksi
I.M. sebulan sekali (Cyclofem) dan 50 mg Nerotindron enantat dan 5
mg Estradol Valerat yang diberikan injeksi I.M. sebulan sekali.
Cara kerja
a) Menekan ovulasi
b) Membuat lendir serviks menjadi kental sehingga penetrasi sperma
terganggu
c) Perubahan pada endometrium (atrofi) sehingga implantasi
terganggu
d) Menghambat transportasi gamet oleh tuba
Indikasi
a) Usia reproduksi
b) Telah memiliki anak, ataupun yang belum memiliki anak
c) Ingin mendapatkan kontrasepsi dengan efektifitas yang tinggi
87

d) Menyusu ASI pasca persalinan > 6 bulan


e) Pasca persalinan tidak menyusui
f) Anemia, nyeri haid hebat dan haid teratur
Kontraindikasi
a) Hamil atau diduga hamil
b) Menyusui dibawah 6 minggu pasca persalinan
c) Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya
d) Riwayat penyakit jantung, stroke, atau dengan tekanan darah
tinggi > 180/110 mmHg. Penyakit hati akut (virus hepatitis) dan
kanker payudara
Efek samping
Terjadinya perubahan pada pola haid, seperti tidak teratur,
perdarahan bercak/spooting atau perdarahan selama 10 hari mual, sakit
kepala, nyeri payudara, nyeri payudara ringan dan keluhan ini akan
hilang ketika setelah suntikan kedua dan ketiga.
d. Kontrasepsi progestin
1) Kontrasepsi Suntikan Progestin
Tersedia 2 jenis kontrasepsi suntikan yang hanya mengandung
progestin :
a) Depo medroksiprogeston Asete (Depo provera, mengandung 150
mg DMPA, yang diberikan setiap 3 bulan dengan cara disuntik
intramuscular (didaerah bokong)
b) Depo noristerat yang mengandung 200 mg noretindron enentat,
diberikan setiap 2 bulan dengan cara disuntik intramuscular
Cara kerja
a) Mencegah ovulasi
b) Mengentalkan lendir serviks sehingga menurunkan kemampuan
penetrasi sperma
c) Menjadikan selaput lendir tipis dan atrofi
88

d) Menghambat transfortasi gamet ke tuba


Indikasi
a) Usia reproduksi
b) Nulipara dan yang telah memiliki anak
c) Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi yang sesuai
d) Setelah melahirkan dan menyusui
e) Tekanan darah < 180/110
Kontraindikasi
a) Hamil atau dicurigai hamil
b) Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya
c) Menderita kanker peyudara atau riwayat kanker payudara
Efek samping
Meningkatnya atau menurunnya berat bada
2) Kontrasepsi Pil Progestin (Minipil)
Jenis minipil :
a) kemasan dengan isi 35 pil
b) kemasan dengan isi 28 pil
Cara kerja :
a) Menekan sekresi gonadotropin dan sintesis steroid seks diovarium
(tidak begitu kuat)
b) Endometrium mengalami transformasi lebih awal sehingga
implantasi lebih sulit
c) Mengentalkan lendir serviks sehingga menghambat penetrasi
sperma
Indikasi
a) Usia reproduksi, telah memiliki anak
b) Pasca persalinan dan tidak menyusui
c) Pasca keguguran, perokok untuk segala usia
89

d) Mempunyai tekanan darah tinggi (selama, 180x/menit) atau dengan


masalah pembekuan darah
Kontraindikasi
a) Hamil atau diduga hamil
b) Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya
c) Tidak dapat menerima terjadinya gangguan haid
d) Menggunakan obat tuberculosis (rifampisin)
e) Sering lupa menggunakan pil
Efek samping
Amenorhoe dan perdarahan tidak teratur
3) Kontrasepsi Implant
Norplan terdiri dari 6 batang silastik lembut berongga dengan
panjang 3,4 cm dengan diameter 2,4 mm yang diisi dengan 36 mg
Levonorgestrel dan lama kerjanya 5 tahun.
Implanon terdiri dari 1 batang putih lentur dengan panjang kira–
kira 40 mm dan diameter 2 mm yang diisi dengan 68 mg 3
ketodesogestrel dan lama kerjanya 3 tahun.
Indoplant terdiri dari 2 batang yang diisi dengan 75 mg levonorgestrol
demgan lama kerja 3 tahun.
Cara kerja
1) Lendir serviks menjadi kental
2) Menggangu proses pembentukan endometrium sehingga sulit
terjadi implantasi
3) Mengurangi transportasi sperma
4) Menekan ovulasi
Indikasi
1) Usia reproduksi
2) Menyusui dan membutuhkan kontrasepsi
3) Paska persalinan tidak menyusui
90

4) Paska keguguran
Kontraindikasi
1) Hamil atau diduga hmil
2) Perdarahan pervaginam yang belum jelas penyebabnya
3) Benjolan/kanker payudara atau riwayat kanker payudara
Efek samping
1) Perdarahan tidak teratur, dan perdarahan bercak
2) Nyeri kepala, mual, dan gelisah
d. AKDR Cut – 380A
Kecil, kerangka dari plastic yang fleksibel, berbentuk huruf T
diselubungi oleh kawat halus yang terbuat dari tembaga (Cu).
Cara kerja
1) Menghambat kemampuan sperma untuk masuk ketuba fallopi
2) Mempengaruhi fertilitas sebelum ovum mencapai kavum uteri
3) AKDR bekerja terutama mencegah sperma dan ovum bertemu,
walaupun AKDR membuat sperma sulit masuk ke dalam alat
reproduksi perempuan dan mengurangi kemampuan sperma untuk
fertilisasi
Indikasi
1) Usia reproduktif
2) Keadaan nulipara
3) Menginginkan menggunakan kontrasepsi jangka panjang
4) Menyusui yang menginginkan menggunakan kontrasepsi
5) Hamil atau kemungkinan hamil
6) Perdarahan vagina yang belum diketahui penyebabnya
Efek samping
1) Perubahan siklus haid (umumnya dalam 3 bulan pertama dan akan
berkurang setelah 3 bulan)
2) Haid lebih lama dan banyak
91

3) Perdarahan (spotting) antar menstruasi


4) Saat haid lebih sakit
3. Kontrasepsi MANTAP
Tubektomi
Tubektomi adalah prosedur bedah sukarela untuk menghentikan vertilitas
(kesuburan) seorang perempuan.
Cara kerja
Dengan mengoklusi tuba fallopi (mengikat dan memotong atau
memasang cincin), sehingga sperma tidak dapat bertemu dengan ovum.
Indikasi
1) Usia > 26 tahun
2) Paritas > 2
3) Yakin telah mempunyai besar keluarga yang sesuai dengan
kehendaknya
4) Paham dan secara sukarela setuju dengan prosedur ini
Kontraindikasi
1) Hamil dan dicurigai hamil
2) Perdarahan pervaginam yang belum jelas
3) Infeksi sistemik atau velvik yang akut
4) Belum memberikan persetujuan yang tertulis
Efek samping
1) Infeksi luka
2) Demam pasca operasi (> 38º C)
3) Luka pada kandung kemih, intensial (jarang terjadi)
4) Rasa sakit pada lokasi pembedahan
5) Perdarahan suferpisial (tepi – tepi kulit atau subkutan)
4. Vasektomi
Vasektomi adalah prosedur klinik untuk menghentikan kapasitas
reproduksi pria dengan jalan melakukan oklsi vasa deferensia sehingga alur
92

transportasi sperma terhambat dan proses vertilisasi penyatuan dalam


ovum tidak terjadi.
Cara kerja
Vasektomi merupakan upaya untuk menghentikan vertilitas dimana
fungsi reproduksi merupakan ancaman atau gangguan terhadap kesehatan
pria dan pasangannya serta melemahkan ketahanan dan kualitas keluarga
Kontraindikasi
1) Usia > 37 tahun
2) Tidak ada ovulasi (atau ada masalah dari faktor ovarium)
Komplikasi
1) Komplikasi bisa terjadi saat prosedur berlangsung atau beberapa saat
setelah tindakan
2) Komplikasi pasca tindakan dapat berupa hematoma skrotalis, infeksi
atau abses pada testis, otrifi testis.

2.2 Standar Asuhan Kebidanan


Menurut Astuti, dkk (2020), Standar asuhan kebidanan adalah acuan dalam
proses pengambilan keputusan dan tindakan yang dilakukan oleh bidan sesuai
kewenangan dan ruang lingkup praktiknya bedasarkan ilmu dan kiat kebidanan.
Mulai dari pengkajian, perumusan diagnosa, atau masalah kebidanan,
perencanaan, implementasi, evaluasi dan pencatatan asuhan kebidanan atau
dokumentasi. Tujuan dibuatnya standar asuhan adalah sebagai berikut:
1. Adanya standar sebagai acuan dan landasan dalam melaksanakan tindakan/
kegiatan dalam lingkup tanggungjawab bidan
2. Mendukung terlaksananya asuhan kebidanan berkualitas
3. Parameter tingkat kalitas dan keberhasilan asuhan yang diberikan bidan
4. Perlindungan hukum bagi bidan dan klien / pasien
5. Ruang lingkup standar asuhan kebidanan adalah:
93

a. Asuhan kebidanan pada ibu hamil


b. Asuhan kebidanan pada ibu bersalin
c. Asuhan kebidanan ibu nifas dan masa antara
d. Asuhan pada bayi
e. Asuhan pada anak balita sehat
f. Asuhan pada masa reproduksi
Sesuai dengan Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
No.938/Menkes/SK/VIII/2007, maka ditetapkanlah standar asuhan kebidanan,
adapun standar tersebut adalah sebagai berikut:
1. Standar I (Pengkajian)
a. Pernyataan standar
Bidan mengumpulkan semua informasi yang akurat, relevan dan lengkap
dan semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien.
b. Kriteria Pengkajian
1) Data tepat, akurat dan lengkap
2) Terdiri dari data subyektif (hasil anamnesa, biodata, keluhan utama,
riwayat obstetri,riwayat kesehatan dan latar belakang sosial budaya).
3) Data obyektif (hasil pemeriksaan fisik, fisiologi dan pemeriksaan
penunjang).
c. Definisi Operasional
1) Ada format pengumpulan data
2) Pengumpulan data dilakukan secara sistematis, terfokus yang meliputi
Demografi, identitas klien, riwayat penyakit terdahulu,riwayat
kesehatan reproduksi, keadaann kesehatan sat ini termasuk kesehatan
reproduksi, analisa data.
3) Data dikumpulkan dari klien/pasien dan sumber lain, tenaga kesehtan
dan individu dalam lingkungan terdekat
4) Data diperolah dengan cara : wawancara, observasi, pemeriksaan fisik
dan pemeriksan penunjang
94

2. Standar II (Perumusan Diagnosa dan atau Masalah Kebidanan)


a. Pernyataan Standar
Bidan menganalisa data yang diperolah pada pengkajian,
menginterpretasikannya secara akurat dan logis untuk menegakan diagnosa
dan masalah kebidana yang tepat.
b. Kriteria Perumusan Diagnosa dan atau Masalah
1) Diagnosa sesuai dengan nomenklatur kebidanan
2) Masalah dirumuskan sesuai dengan kondisi klien
3) Dapat diselesaikan dengan asuhan kebidanan secara mandiri,
kolaborasi dan rujukan
c. Definisi Operasional Diagonsa kebidanan dibuat sesuai dengan
kesenjangan yang dihadapi oleh klien atau suatu keadaa psikologis yang
ada pada tindakan kebidanna sesuai dengan kewaengan bidan dan
kebutuhan klien. Diagnosa kebidanan dirumuskan dengan padar, jelas,
sistematis mengarah pada asuhan kebidanan yang diperlukan oleh bidan.
3. Standar III (Perencanaan)
a. Pernyataan standar
Bidan merencanakan asuhan kebidanan berdasarkan diagnosa dan masalah
yang ditegakkan.
b. Kriteria Perencanaan
Perencanaan tindakan disusun prioritas masalah dan kondisi klien,
tindakan segera, tindakan antisipasi dan asuhan secara komprehensif.
1) Melibatkan klien / pasien dan atau keluarga
2) Mempertimbangkan kondisi dan sosial budaya klien/keluarga.
3) Memilih tindakan yang aman sesuai kondisi dan kebutuhan klien
berdasarkan evidance based dan memastikan bahwa asuhan yang
diberikan bermanfaatbagi klien.
4) Mempertimbangkan kebijakan dan peraturan yang berlaku
sumbedaya serta fasilitas yang ada.
95

c. Definisi Operasional
1) Ada format rencana asuhan kebidanan
2) Format rencana asuhan kebidanan terdiri dari diagnosa rencana
tindakan dan evaluasi
4. Standar IV (Implementasi)
a. Pernyataan standar
Bidan melaksanakan rencana asuhan kebidanan secara komprehensif,
efektif, efisien, dan aman berdasarkan evidansce based kepada
klien/pasien, dalam bentuk upaya promotif, preventif, kuratif dan
rehabilitatif. Dilaksanakan secara mandiri, kolaborasi dan rujukan.
b. Kriteria
1) Memperhatikan keunikan klien sebagai mahluk bio-psiko-sosial-
spiritual-kultural
2) Setiap tindakan asuhan harus mendapatkan persetujuan dariklien dan
atau keluarganya (Informed Consent)
3) Melaksanakan tindakan asuhan berdasarkan evidance based
4) Melibatkan klien/pasien dalam setiap tindakan
5) Menjaga privacy klien/pasien
6) Melaksanakan prinsip pencegahan infeksi
7) Mengikuti perkembangan kondisi klien secara berkesinambungan
8) Menggunkan sumber daya, saraa, prasaran dan fasilita yang ada dan
sesuai
9) Melakukan tindakan sesuai dengan standar
10) Mencatat semua tindakan yang telah dilakukan.
c. Definisi Operasional
1) Ada format tindakan kebidanan dan evaluasi
2) Format tindakan kebidan terdiri dari tindakan dan evaluasi
3) Tindakan kebidanan dilaksanakan sesuai dengan rencana dan
perkembangan klien.
96

4) Tindakan kebidanan dilaksanakan sesuai denga prosedur yang tetap


dan wewenang bidan atau tugas kolaborasi
5) Tindakan kebidanan dilaksanakan dengan menerapkan kode etik
kebdianan, etika kebdian serta mempertimbangan hak klien,aman dan
nyaman
6) Seluruh tindakan kebidan dicatat pada format yang terlah tersedia.
5. Standar V (Evaluasi)
a. Pernyataan standar
Bidan melakukan evaluasi secara sistematis dan berkesinambungan untuk
melihat keefektifan dariasuhan yang sudah diberikan, sesuai dengan
perubahan perkembangan kondisi klien.
b. Kriteria Evaluasi
1) Penilaian dilakukan segera setelah selesai melakukan asuhan sesuai
kondisi klien
2) Hasil evaluasi segera dicatat dan dikomunikasikan pada klien dan
keluarga
3) Evaluasi dilakukan sesuai dengan standar
4) Hasil evaluasi ditindaklanjuti sesuai dengan kondisi klien/pasien.
c. Definisi Operasional
1) Evaluasi dilaksanakan setelah dilaksanakan tindakan kebidanan klien
sesuai dengan standar ukuran yang telah diteteapkan
2) evaluasi dilaksanakan untuk mengukur rencana yang telah dirumuskan
3) hasil evaluasi dicatat pada format yang telah disediakan
6. Standar VI (Pencatatan Asuhan Kebidanan)
a. Pernyataan standar
Bidan melakukan pencatatan segera secara lengkap, akurat, singkat dan
jelas mengenai keadaan/kejadian yang telah ditemukan dan dilakukan
dalam memberikan asuhan kebidanan.
b. Kriteria Pencatatan
97

1) Pencatatan dilakukan segera setelah melaksankan asuhan pada


formulir yang tersedia (rekam medis/KMS/status pasien/buku KIA)
2) Ditulis dalam bentuk catatan perkembangan SOAP
3) S adalah data subjektif, mencatat hasil anamnesa
4) O adalah objektif, mencatat hasil pemeriksaan
5) A adalah hasil analisis, mencatat diagnose dan masalah kebidanan
6) P adalah penatalaksaan, mencatat seluruh perencanaan dan
penataksanaan yang sudah dilakukan seperti tindakan antisipatif,
tindakan segera secara komprehensif, penyuluhan, dukungan,
kolaborasi, evaluasi/follow up dan rujukan.
c. Definisi Operasional
1) Pencatatan/dokumentasi dilaksananakan untuk disetiap langkah
manajemen kebidanna
2) Dokumentasi dilaksanakan secara jujur sistematis jelas dan ada yang
bertanggung jawab
3) Dokumentasi merupakan bukti legal dari pelaksaanan asuhan
kebidanan.
98

2.3 . Kerangka Konsep Continuity Of Care (COC)

Continuity Of Care

Fisiologis Komplikasi Rujuk

1. Timbang BB dan TB
2. Ukur TD
1. TM I: 2X Kunjungan (UK ≤ 14 3. Ukur Lia
Standar ANC
Minggu ) 4. Ukur TFU
2. TM II 1X Kunjungan (UK 18-28
10T
5. Presentasi dan Djj
Minggu ) 6. Imunisasi TT
3. TM III: 2X Kunjungan (UK 28- 36 7. Beri TTD
Minggu )
8. Pemeriksaan Lab
Kunjungan 1 x seminggu umur
kehamilan 37-40 Minggu
9. Tatalaksana kasus
BAB III
METODE STUDI KASUS
3.1 Kerangka Asuhan Kasus

Standar Asuhan, Pengkajian,


Asuhan Berkelanjutan Pada Diagnosis, Rumusan Masalah, Asuhan Kebidanan Holistik
Ny.R Perencanaan, Implementasi,
Evaluasi, dan Dokumentasi

Kehamilan

Kunjungan 1 Kunjungan 2
36 Minggu 37 Minggu

Ketidaknyamanan TM III Keluhan kencang -kencang


Bengkak Pada Kaki pada perut bagian bawah
(his palsu)

1. Konseling 1. Dukungan keluarga


ketidaknyamanan TM 3 2. Evaluasi Tanda Bahaya
2. Memberitahu penyebab 3. Perhatikan pola makan,
bengkak Kaki pada Ibu minum dan istirahat
3. Memberitahu cara 4. Evaluasi Birth Plan
mengatasi keluhan 5. Konseling tanda awal
bengkak pada kaki persalinan
─ Menganjurkan dan
mengajarkan Ibu
untuk melakukan
senam hamil
─ Memganjurkan dan
mengajarkan ibu
untuk melakukan
rendam air hangat
4. Memberitahu ibu tanda
bahaya kehamilan
5. Kunjungan ulang

99
100

3.2 Desasin Studi Kasus


Rancangan penelitian dalam penelitian ini penulis menggunakan metode
deskriptif dengan menggunakan pendekatan studi kasus yang dilakukan dengan
melakukan asuhan kebidanan secara berkelanjutan. Studi kasus merupakan
rancangan yang mencakup pengkajian suatu unit secara intensif misalnya satu
klien, keluarga, kelompok, komunitas, atau institusi. (Nursalam, 2020).
Studi kasus ini akan dilakukan untuk mempelajari hal-hal yang berkaitan
denga asuhan kebidanan secara komprehensif, selain itu melalui studi kasus ini
diharapkan dapat memecahkan masalah menggunakan asuhan kebidanan secara
komprehensif. Dengan beberapa asuhann komplementer. Pendekatan yang
digunakan adalah pendekatan Asuhan Kebidanan menggunakan kerangka SOAP
Subyektif, Obyektif, Analisa, dan Penatalaksanaan.

3.3 Tempat Dan Waktu


3.3.1 Tempat
Tempat pengambilan asuhan dilakukan di PMB Nina Meliana S.Keb
Kabupaten Sukabumi
3.3.2 Waktu
Waktu pengambilan kasus bulan April-Mei 2024

3.4 Objek/ partisipan


0byek asuhan adalah sesuatu yang di teliti baik orang, benda ataupun lembaga
(Amirin, 2021). Objek yang digunakan dalam studi kasus ini adalah individu, ibu
Hamil Trimester III G3P2A0 hamil 36 minggu dengan ketidaknyamanan bengkak
kaki pada kehamilan. kemudian akan dilakukan asuhan yang berkelanjutan yang
meliputi asuhan pada ibu bersalin, asuhan pada ibu nifas, asuhan pada bayi baru
lahir serta asuhan keluarga berencana.
101

3.5 Etika Studi Kasus


Etika studi kasus ini bertujuan untuk melindungi hak-hak responden untuk
menjamin kerahasiaan identitas responden dan kemungkinan terjadinya ancaman
terhadap responden. Sebelum studi kasus ini dilakukan, responden akan dijelaskan
tujuan dan manfaat penelitian serta jaminan kerahasiaan responden. Menurut
Hidayat (2020) dalam studi kasus ini ini akan memperhatikan etika dalam
penelitian yang dilakukan dengan prinsip
1. Informed Concent (lembar persetujuan menjadi responden)
Lembar persetujuan merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dan
responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan yang telah
disiapkan oleh peneliti. Jika responden bersedia maka harus menandatangani
informed consent tersebut. Sebelum melakukan persetujuan (informed
content) peneliti juga melakukan izin terhadap Ny. R
2. Anonymity
Anonymity merupakan masalah etika dalam penelitian kesehatan dengan cara
tidak memberikan nama responden, didalam lembar pengumpulan data
peneliti hanya menuliskan kode untuk menjaga kerahasiaan identitas diri
responden. Dalam penelitian ini penulis tidak mencantumkan nama,
melainkan hanya huruf insial responden, yakni Ny. R
3. Confidentiality
Confidentiality yaitu jaminan kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi
maupun masalah-masalah lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan
dijamin kerahasiaanya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang
dilaporkan pada hasil riset. Pada penelitian ini peneliti tidak akan
menyebarluaskan data responden yang sangat privasi, hanya data tertentu saja
yang disajikan sebagai hasil asuhan
4. Beneficence dan non moleficence
Ny. R sebagai peserta dalam kegiatan asuhan kebidanan berkelanjutan ini
akan mendapatkan keuntungan berupa pengawasan dari tenaga kesehatan
102

sejak ibu hamil sampai dengan bersalin/nifas. Penulis juga pada saat
melakukan pengkajian dan pemeriksaan telah meminimalkan bahaya risiko
yang terjadi, yaitu melakukan mencuci tangan sebelum tindakan dan
menggunakan alat pelindung diri (APD) seperti handscoon.
2. Justice
Resiko dan ketidaknyamanan secara fisik yaitu akan menyita waktu ibu
selama memberiksan asuhan, mulai dari pengkajian yang dilakukan di rumah
klien sampai dengan pelaksanaan asuhan dengan perkiraan waktu 60-120
menit (atau sesuai dengan kebutuhan) pada saat kunjungan rumah atau
kunjungan ke fasilitas kesehatan. Seluruh kegiatan dalam memberikan asuhan
dilakukan dibawah bimbingan dari dosen yang telah ditunjuk sebagai
pembimbing dari Prodi Profesi Bidan Sekolah Tinngi Ilmu Kesehatan
Sukabumi.

Anda mungkin juga menyukai