Anda di halaman 1dari 12

Makalah

“Model Paradigma dan Kepemimpinan Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan”

(DiajukanUntukMemenuhi Salah Satu PersyaratanTugas Pada Mata Kuliah Sistem


Penjaminan Mutu Pendidikan)

DosenPengampu:

Dr. Arten H. Mobonggi, S.Ag, M.Pd

Oleh :

Kelompok 4

Sri Raflin Hadiu


Ardi R. Suma
Widyaningsi S. Bulonggong
Kurnia

JURUSAN MANAJEMEN PENDIDIKAN ISLAM


FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SULTAN AMAI GORONTALO
GORONTALO
2022
KATA PENGANTAR
Dengan mengucap syukur atas Kehadirat Tuhan Yang Maha Esa Allah SWT.
Akhirnya makalah dengan judul “Model Paradigma dan Kepemimpinan Sistem
Penjaminan Mutu Pendidikan” ini dapat diselesaikan. Pembuatan makalah ini
dimaksudkan sebagai tugas kami pada mata kuliah Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan.

Dalam penyusunan makalah ini kami menyadari bahwa makalah ini jatuh dari
kesempurnaan baik dalam bentuk penyajian, kelengkapan isi, dan lainnya. Untuk itu
dengan senang hati kami akan menerima segala saran dan kritik dari para pembaca guna
perbaikan makalah ini dikemudian hari. Pembuatan makalah ini diharapkan dapat
berguna bagi para mahasiswa/mahasiswi yang ingin mempelajari materi ini dengan lebih
dalam lagi. Semoga makalah ini bermanfaat bagi setiap orang yang membacanya.

Gorontalo, 11 Maret 2022

Kelompok 4
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional
menggariskan, bahwa pendidikan dilaksanakan melalui satu system pendidikan nasional
yaitu untuk mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu kehidupan dan
martabat manusia Indonesia. Implikasinya dari berlakunya undang-undang ini
diantaranya adalah perlu adanya suatu standar mutu pendiikan yang bersifat nasional.
Diantara upaya menentukan standar secara nasional adalah adanya Standar Nasional
Pendidikan (Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional
Pendidikan) untuk berbagai jenis dan jenjang satuan pendidikan. Dalam upaya
meningkatkan mutu pendidikan nasional, pada tanggal 25 September 2009 yang lalu,
pemerintah melalui Mendiknas telah menerbitkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
Nomor 63 Tahun 2009 tentang Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan. Dalam peraturan ini
disebutkan bahwa  “Penjaminan mutu pendidikan adalah kegiatan sistemik dan terpadu
oleh satuan atau program pendidikan, penyelenggara satuan atau program pendidikan,
pemerintah daerah, Pemerintah, dan masyarakat untuk menaikkan tingkat kecerdasan
kehidupan bangsa melalui pendidikan”. Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan yang
selanjutnya disebut SPMP adalah “subsistem dari Sistem Pendidikan Nasional yang
fungsi utamanya meningkatkan mutu pendidika”.

B. Rumusan masalah
1. Bagaimana Model Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan ?
2. Bagaimana Paradigma Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan ?
3. Bagaimana Kepemimpinan Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan ?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Model Sistem Penjamin Mutu Pendidikan Tinggi
Model didefinisikan sebagai suatu representasi atau formalisasi dalam bahasa
tertentu yang disepakati dari suatu sistem yang nyata. Sedangkan yang dimaksud dengan
sistem adalah komponen yang sedang berlangsung dalam kehidupan dan saling terkait.
Ssistem yang dijadikan titik atau fokus perhatian dan /atau dipermasalahkan. Secara
umum dapat dikatakan bahwa penjaminan mutu adalah serangkaian proses sitematis dan
berkelanjutan untuk mengumpulkan, menganalisis, dan melaporkan data terkait kinerja
sebuah organisasi untuk kemudian ditindaklanjuti dengan program peningkatan mutu.
Rangkayan proses tersebut akan terselenggara dengan benar apabila seluruh pemangku
kewajiban melaksanakan berbagai program peningkatan mutu dengan konsisten dan
mampu berkomitmen.
Dalam Value Chain Model (model mata rantai), terdapat 2 (dau) area yaitu
primary activities dan supporting activities.

a. Pada area primary activities, leading sector penjaminan mutu adalah LPM. Tugas
utama LPM adalah mengawal proses pelayanan pendidikan yang bersifat
akademik, mulai dari kualitas sumber daya pendidikan (input), proses pelayanan
pendidikan (PBM, pembimbingan, dan pendampingan kepada mahasiswa)
(process), dan mengevaluasi kualitas lulusan (output), serta mengontrol
pemanfaatan lulusan oleh pengguna lulusan (outcome). Keluaran dari tugas LPM
adalah kinerja akademik.
b. Pada area supporting activities, leading sector penjaminan mutu adalah SPI.
Tugas utama SPI adalah mengawal pelaksanaan manajemen perguruan tinggi atau
proses penyelenggaraan pendididikann tinggi yang bersifat manajerial. Keluaran
dari kinerja SPI adalah terwujudnya GUG dan kinerja manajemen perguruan
tinggi yang efektif, efisien, dan produktif.
Adapun pendekatan yang harus digunakan dalam melaksanakan terwujudnya
kualitas penyelenggaraan pendidikan tinggi baik pada area primary activities maupun
supporting activities adalah QA dan QC. Sementara, parameter pengukuran kualitas
pelayanan pendidikan dan manajemen perguruan tinggi dapat mengadaptasi SERQUAL
THEORY yang dikembangkan Parasuraman, yaitu tangible, reliablity, responsiveness,
assurance, dan empathy.

B. Paradigma Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan

Setiap kegiatan atau usaha manusia membutuhkan landasan yang fundamental


berupa paradigm dan prinsip. Paradigma adalah cara pandang manusia dalam melihat
sesuatu. Paradigma menduduki posisi yang tinggi dalam pelaksanaan segala kegiatan.

1. Pendidikan inklusif
Paradigma penjaminan mutu pendidikan yang pertama ialah pendidikan inklusif.
Inklusif merupakan kata yang berasal dari Bahasa Inggris sinclusive yang artinya
“termasuk didalamnya”. Orang yang bersikap inklusif adalah orang yang cenderung
memandang positif atas segala perbedaan yang ada. Pendidikan inklusif merupakan
pendidikan yang mengusung persamaan hak dalam pendidikan. Paradigma
pendidikan ini memandang bahwa tidak boleh ada diskriminasi atas siswa yang
kelainan dan keistimewaan. Istilah inklusif menjadi paradigm dalam pendidikan di
Indonesia karena pendidikan inklusif merupakan penjelmaan dari semboyan Bhineka
Tunggal Ika. Semboyan tersebut mengisyaratkan saling membutuhkan.
Manfaat atau keuntungan penyelenggaraan Pendidikan yang berparadigma inklusif
- Prestasi akademik siswa pada sekolah inklulif sama dengan atau lebih baik dari
pada siswa yang berada disekolah yang tidak menerap kan prinsip
- Adanya peran penerapan belajar co-teaching, siswa yang memiliki ketidak
mampuan tertentu dan siswa yang lambat dalam meneyerap informasi
mengalami peningkatan dalam keterampilan social dan semua siswa mengalami
peningkatan harga diri dalam kaitan dengan kemampuan dan kecerdasan
- Siswa yang memiliki ketidak mampuan tertentu mengalami peningkatan harga
diri atau kepercayaan diri semata-mata hanya karena belajar di sekolah regular
dari pada sekolah
- Siswa yang tidak memiliki ketidak mampuan tertentu mengalami pertumbuhan
dalam pemahaman social dan memiliki pemahaman dan penerimaan yang lebih
besar terhadap siswa yang memiliki ketidak mampuan tertentu Karena mereka
mengalami program inklusif.
2. Pembelajaran sepanjang hayat berpusat pada peserta didik
Paradigma penjaminan mutu pendidikan yang kedua ialah pembelajaran
sepanjang hayat. Paradigma ini mengarah manusia untuk belajar di sepanjang
hidupnya. Pembelajaran sepanjang hayat diselenggarakan secara terbuka sejak lahir
sampai akhir hayat. Pembelajaran sepanjang hayat berlangsung melalui jalur
pendidikan formal, non formal dan informal. Pembelajaran seperti ini tidak dibatasi
oleh waktu, tempat dan usia. Sifatnya fleksibel, lintas jalur dan multi makna.

3. Pendidikan untuk mengembangkan manusia menjadi rahmat sekalian alam


Paradigma penjaminan mutu pendidikan yang ketiga ialah Pendidikan untuk
mengembangkan manusia menjadi rahmat sekalian alam (rahmatanlil ‘alamin). Kata
rahmatan berasal dari akar kata rahima-yarhamu-rahmatan,yang artinya antara lain
berarti mengasihi atau menyayangi. Upaya penjaminan atau peningkatan mutu
pendidikan harus dilakukan dalam rangka menciptakan manusia yang rahmatanlil
‘alamin. Manusia yang dapat memberikan rasa aman kepada semua unsur
kehidupan. Manusia memberikan kelembutan dengan penuh kasih dan sayang
kepada semua manusia yang ada di bumi. Manusia yang tidak menjadi perbedaan
sebagai alasan untuk menindas orang lain, makhluk lain dan tidak merusak
lingkungan.

Prinsip-prinsip Penjaminan Mutu Pendidikan


Prinsip berasal dari kata principle yang berarti dasar, aturan pokok, atau asas.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia disebutkan bahwa prinsip adalah asas, kebenaaran
yang jadi pokok dasar orang berfikir, bertindak dan sebagainya. Prinsip dapat dikatakan
sebagai pertanyaan dasar atau kebenaran umum atau pun individual yang dijadikan
pedoman berfikir dan bertindak. Prinsip merupakan pengagan untuk mencapai tujuan
yang diinginkan. Prinsip membimbing manusia untuk tegas dalam berfikir dan bertindak.
Prinsip itu terkadang pahit, tetapi sangat sangat penting untuk mencapai kesuksesan.
Permendiknas 63 tahun 2009 pasal 3
Penjaminan mutu pendidikan dilakukan atas dasar prinsip
- Keberlanjutan
- Terencana dan sistematis
- Menghormati otonomi sekolah
- Memfasilitasi pembelajaran informal
- Keterbukaan
1. Prinsip keberlanjutan
Penjaminan mutu pendidikan harus dilaksanakan dengan prinsip keberlanjutan.
Nama lain dari keberlanjutan ialah berkesinambungan atau terus menerus. Kegiatan
yang berkelanjutan berarti suatu kegiatan yang berlangsung tanpa berhenti. Prinsip
ini memperhatikan segala sesuatu dimasa sekarang dan segala sesuatu yang akan
datang. Penjaminan mutu bermula dari akhir dan berakhir diawal. Dikandungan
maksud bahwa hasil akhir dari proses penjaminan mutu digunakan sebagai masukan
awal untuk mengembangkan program jaminan mutu berikutnya.
2. Prinsip terencana dan sistematis
Penjaminan mutu pendidikan harus dilaksanakan dengan prinsip terencana dan
sistematis. Prinsip ini mengandung maksud bahwa penjaminan mutu yang dilakukan
dengan kerangka waktu dan target-target capaian mutu yang jelas dan terukur.
Capaian mutu ditargetkan dalam tiap-tiap rentan waktu tertentu. Berbagai
kemungkinan yang dapat menghalangi tujuan mutu senantiasa dipikirkan. Selain
itu,solusi-solusi yang dibutuhkan dicari sesuai dengan persoalan yang kemungkinan
muncul.
3. Prinsip Menghormati Otonomi Sekolah
Penjaminan mutu pendidikan dilaksanakan dengan tetap menghormati otonomi
sekolah. Otonomi sekolah berarti kewenangan sekolah untuk mengatur dan
mengurus kepentingan warga sekolah menurut pemrakasa sendiri berdasarkan
aspirasi nasional yang berlaku. Meskipun otonomi sekolah memegang prinsip
demokratis. Cara pengambilan keputusan dilakukan secara partisipasi. Pengambilan
keputusan secara partisipatif adalah cara pengambilan keputusan dengan
menciptakan lingkungan yang terbuka dan demokratis dimana warga sekolah
didorong untuk terlibat secara langsung dalam proses pengambilan keputusan yang
akan dapat berkontribusi terhadap pencapaian tujuan sekolah.
Keuntungan Prinsip menghormati otonomi sekolah
- Kebijakan dan kewenangan sekolah membawa pengaruh langsung kepadasiswa,
orangtua dan guru.
- Bertujuan untuk memanfaatkan sumber daya local
- Efektif dalam melakukan pembinaan siswa, seperti kehadiran, hasil belajar, tingkat
pengulangan, tingkat putus sekolah, moral guru dan iklim sekolah.
- Adanya perhatian bersama untuk mengambil keputsan, memperdayakan guru,
manajemen sekolah, rancangan ulang sekolah dan perubahan perencanaan.
4. Prinsip fasilitas pembelajaran informal
Upaya penjaminan mutu pendidikan berpedoman pada penerapan prinsip bahwa
sekolah memberikan fasilitas pembelajaran informal untuk berkelanjutan.
Pembelajaran informal merupakan pembelajaran yang dilakukan dilingkungan
keluarga dan lingkungan sekitar berupa kegiatan belajar mandiri. Pembelajaran ini
dilakukan secara sadar dan teratur tetapi tidak terlalu ketat dengan peraturan-
peraturan tetap seperti pada pembelajaran formal. Pembelajaran informal perlu
diperhatikan karena ikut menentukan keberhasilan pembelajaran dalam pendidikan
formal. Sekolah perlu berperan dalam mewarnai lingkungan informal siswa.
Lingkungan informal perlu diintervensikan agar selaras dengan tujuan pendidikan
formal disekolah.
5. Prinsip keterbukaan (transparansi)
Keterbukaan atau transparansi merupakan suatu keadaan yang tidak tertutup atau
tidak rahasia. Keadaan semacam ini memberikan peluang kepada semua pihak untuk
mengetahui informasi.Transparansi juga berarti jelas, mudah dipahami atau tidak
meragukan. Keterbukaan merujuk pada tindakan yang memungkinkan segala sesuatu
menjadi jelas, mudah dipahami dan tidak diragukan kebenarannya. Prinsip
keterbukaan sangat penting untuk penyempurnaan sistem. Dengan adanya
keterbukaan memungkinkan pemberian informasi untuk keperluan refleksi.
C. Kepemimpinan Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan Tinggi
Terdapat sejumlah tahap dalam proses penjaminan mutu pendidikan tinggi,
dimana terdapat beberapa tahap strategis yang berada dalam lingkup kepemimpinan
institusi, dan beberapa tahap yang lain berada pada lingkup kepemimpinan ketua program
studi (Kaprodi), sementara kepemimpinan dosen terdapat pada butir-butir mutu tertentu
yang lebih operasional, yang dalam pelaksanaannya harus dilakukan kendali mutu oleh
dan melalui kepemimpinan Kaprodi. Peran masing-masing dalam proses penjaminan
mutu pendidikan tinggi, adalah sebagai berikut:
1. Kepemimpinan Institusi
Inti dari kepemimpinan institusi adalah sejauhmana kesungguhannya dalam
meyakinkan, mengarahkan, memberdayakan, membangkitkan rasa percaya diri, dan
memberikan dukungan kepada seluruh pihak yang terlibat dalam pengelolaan perguruan
tinggi agar dapat bekerja maksimal untuk mencapai visi dan misi perguruan tinggi yang
telah ditetapkan. Dalam kerangka ini, maka tugas kepemimpinan yang harus diselesaikan
dalam proses penjaminan mutu pendidikan tinggi adalah:
- menetapkan visi dan misi perguruan tinggi yang bersangkutan dan bagaimana visi
dan misi ini dapat diinternalisir dengan baik oleh seluruh pihak yang terlibat dalam
penyelenggaraan perguruan tinggi.
- menetapkan organisasi dan tata kerja unit penjaminan mutu dan bagaimana
memberdayakanya secara sungguh-sungguh sehingga dapat bekerja secara efektif
- pemilihan dan penentuan model manajemen kendali mutu dan menggerakan seluruh
pihak untuk dapat menerapkannya secara efektif.
- melakukan evaluasi dan revisi standar mutu melalui benchmarking secara
berkelanjutan
- melaksanakan sosialisasi tentang sistem penjaminan mutu pendidikan tinggi kepada
seluruh pelaksana pendidikan secara terprogram agar sistem penjaminan mutu dapat
dipahami secara substantif dan bukan secara administratif seperti yang selama ini
terjadi.
2. Kepemimpinan Ketua Program Studi (Kaprodi)
Inti dari kepemimpinan Ketua Program Studi (Kaprodi) adalah sejauhmana
kesungguhannya dalam meyakinkan, mengarahkan, memberdayakan, membangkitkan
rasa percaya diri, dan memberikan dukungan kepada seluruh dosen pada prodinya agar
dapat bekerja maksimal untuk mencapai visi dan misi program studi yang telah
ditetapkan. Tugas kepemimpinan yang harus diselesaikan dalam proses penjaminan mutu
pendidikan tinggi adalah:
- menyusun dan menetapkan visi dan misi program studi berdasarkan visi dan misi
perguruan tinggi. Artinya, visi dan misi perguruan tinggi yang telah ditetapkan,
harus dijabarkan menjadi lebih operasional dan spesifik untuk visi dan misi program
studi yang bersangkutan.
- melakukan penjabaran terhadap visi dan misi program studi yang telah ditetapkan
menjadi serangkaian standar mutu pada setiap butir mutu, yaitu standar mutu pada
butir mutu: kurikulum program studi, sumber daya manusia, yakni dosen dan
karyawan, mahasiswa, proses pembelajaran, prasarana dan sarana, suasana
akademik, keuangan, penelitian dan publikasi, pengabdian kepada masyarakat, tata
pamong/governance, manajemen lembaga/institusional management, sistem
informasi, kerjasama dalam dan luar negeri
3. Kepemimpinan Dosen
Inti dari kepemimpinan dosen adalah sejauhmana kesungguhannya dalam
meyakinkan, mengarahkan, memberdayakan, membangkitkan rasa percaya diri, dan
memberikan dukungan kepada para mahasiswa dalam bimbingannya untuk mencapai
standar mutu yang telah ditetapkan dalam perencanaan pembelajaran. Dalam kerangka
ini, maka tugas kepemimpinan dosen yang harus diselesaikan dalam proses penjaminan
mutu pendidikan tinggi adalah:
- kemampuan membuat perencanaan pembelajaran (Plan) berupa silabus/satuan acara
perkuliahan (SAP) yang dapat dipertanggung jawabkan mutunya secara akademik,
dan harus dijelaskan kepada para mahasiswa sejak awal perkuliahan.
- kemampuan melaksanakan tugas pelayanan perkuliahan (Do) dengan baik dan
maksimal, baik secara subject matter, didaktik metodik, ketepatan waktu mengajar,
kesungguhan, maupun rasa tanggung jawab moral untuk memberikan kepuasan
maksimal terhadap seluruh mahasiswa.
- kemampuan dalam melaksanakan evaluasi terhadap proses pembelajaran (Check)
untuk mengetahui tercapai tidaknya tujuan dan sasaran atau standar mutu yang telah
ditetapkan dalam bentuk perencanaan pembelajaran (Plan).
- kemampuan dosen dalam melakukan tindakan (Action). Apabila dengan asumsi
bahwa perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi pembelajaran berada dalam kondisi
ideal, maka hasil yang diperoleh melalui evaluasi/UTS/UAS itu dapat digunakan
untuk melakukan tindakan-tindakan selanjutnya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pentingnya penjaminan mutu dalam pendidikan guna meningkatkan mutu
pendidikan di sekolah- sekolah. Selain itu dengan sistem penjaminan mutu para
stekeholders merasa puas dengan adanya sistem penjaminan mutu tersebut. Penjaminan
mutu diharapakan dapat terus dilaksanakan dengan kerjasama yang baik dari pihak
pemerintah dan dari pihak sekolah. Akan tetapi, penjaminan mutu akan sulit terwujud
bila tidak ada hubungan yang baik antara pemerintah dan sekolah, mereka harus saling
mendukung satu sama lain. Selain itu sangat diharapakan pihak pemerintah dapat
memberikan kebijakan-kebijakan yang mengenai penjaminan mutu dalam pendidikan,
sehingga dapat mempermudah terlaksananya sisitem ini. Penjaminan mutu memiliki
tujuan, menurut Yorke (1997) Saputra H. Perkembangan Penjaminan Mutu dalam
Pendidikan, tujuan penjaminan (Assurance) terhadap kualitas tersebut antara : Membantu
perbaikan dan peningkatan secara terus-menerus dan berkesinambungan melalui praktek
yang terbaik dan mau mengadakan inovasi, Memudahkan mendapatkan bantuan, baik
pinjaman uang atau fasilitas atau bantuan lain dari lembaga yang kuat clan dapat
dipercaya, Menyediakan informasi pada masyarakat sesuai sasaran dan waktu secara
konsisten, dan bila mungkin, membandingkan standar yang telah dicapai dengan standar
pesaing, Menjamin tidak akan adanya hal-hal yang tidak dikehendaki. Dengan demikian,
dapat kita simpulkan bahwa penjeminan mutu dalam pendidikan mempunyai peranan
yang sangat penting untuk mewujudkan pendidikan yang berkualitas dan bisa besaing
dengan sekolah-sekolah intenasional.

B. Saran
Kami sebagai penyusun makalah ini menyadari akan adanya kekurangan dalam
penyampaian materi untuk itu kami memohon maaf yang sebesar-besarnya serta
mengharpkan kritik dan saran dari pembaca agar makalah ini lebih baik kedepan.
DAFTAR PUSTAKA
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional. 2006. Panduan
Pelaksanaan Sistem Penjaminan Mutu Perguruan Tinggi (SPMPT): Bidang
Akademik. Jakarta: Kementerian Pendidikan Nasional.
Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor 63 Tahun 2009 Tentang Sistem
Penjaminan Mutu Pendidikan
Ali , M. 2000. Sistem Penjaminan Mutu dalam Manajemen Mutu Pendidikan. Jurnal
Mimbar Pendidikan. No.1 Tahun XIX
Fattah, Nanang. 2012. Sistem Penjaminan Mutu Pendidikan. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya

Anda mungkin juga menyukai