Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

LABOR CONTROLLING

Disusun untuk memenuhi Tugas Kelompok Mata Kuliah Akuntansi Biaya

Dosen Pengampu:

Rendi Ardika, S.Pd., M.Akun.

Disusun oleh:

1. Mochamad Abdul Ghany (21404074)


2. Wulan Fitriya Khayatun Nufus (21404103)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI SYARIAH KELAS C

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN) KEDIRI

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT. atas rahmat dan karunia-Nya sehingga dapat
menyelesaikan makalah ini dengan keadaan sehat walafiat. Sholawat serta salam semoga tetap
tercurahkan kepada Nabi Besar Muhammad SAW. yang telah memberikan syafaat kepada
umat-Nya hingga akhir zaman. Tidak lupa kami ucapkan terima kasih kepada Bapak Rendi
Ardika, S.Pd., M.Akun. selaku dosen pengampu mata kuliah Akuntansi Biaya yang
senantiasa membimbing kami dalam menyelesaikan makalah ini.

Makalah yang berjudul Labor Controlling ini disusun untuk memenuhi tugas
kelompok pada mata kuliah Akuntansi Biaya. Kami telah berusaha semaksimal mungkin sesuai
dengan kemampuan kami, namun sebagai manusia biasa kami tidak luput dari kesalahan dan
kekhilafan, baik dari segi teknik penulisan maupun tata bahasa. Kami bersyukur telah berhasil
menyelesaikan makalah ini, meskipun tersusun dengan sangat sederhana.

Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca untuk menambah wawasan ilmu
pengetahuan, dan menjadi acuan untuk menulis makalah lainnya. Kami mengharapkan saran
serta kritik dari berbagai pihak yang bersifat membangun.

Kediri, 6 Mei 2023

Penyusun

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ............................................................................................................. ii

DAFTAR ISI ...........................................................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................................ 1

1.1. Latar Belakang .......................................................................................................... 1

1.2. Rumusan Masalah ..................................................................................................... 2

1.3. Tujuan......................................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN ......................................................................................................... 3

2.1. Pengertian Labor Controlling .................................................................................... 3

2.2. Produktivitas dan Tenaga Kerja ................................................................................ 3

2.3. Rencana Upah Insentif .............................................................................................. 5

2.4. Teori Kurva Pembelajaran ........................................................................................ 7

2.5. Organisasi atas Akuntansi Biaya Tenaga Kerja dan Pengendaliannya ..................... 8

2.6. Menghitung Tunjangan, Pajak Penghasilan dan Potongan lainnya ........................ 11

BAB III PENUTUP ............................................................................................................... 17

3.1. Kesimpulan .............................................................................................................. 17

3.2. Saran ........................................................................................................................ 17

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 18

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Tenaga kerja merupakan salah satu faktor penting dalam proses produksi.
Tenaga kerja, kontribusi manusia ke produksi, memiliki hubungan langsung dengan
produktivitas. Produktivitas yang baik memerlukan manajemen sumber daya yang baik.
Dalam akuntansi biaya dan pengendalian tenaga kerja memerlukan koordinasi dari
berbagai departemen. Dengan koordinasi yang baik antar departemen, maka proses
produksi akan berjalan dengan lancar. Hal yang sangat terkait dengan tenaga kerja
adalah biaya tenaga kerja. Penentuan biaya tenaga kerja yang tepat sangat penting
supaya mendapatkan tenaga kerja yang bermutu.
Sumber daya manusia atau karyawan perusahaan merupakan salah satu faktor
penting dalam kegiatan perusahaan karena karyawan memberikan sumbangan tenaga,
pikiran, dan keahliannya dalam operasi perusahaan. Keterlibatan karyawan dalam
perusahaan mulai dari awal kegiatan yaitu menyusun dan merencanakan tujuan
perusahaan yang akan dicapai baik untuk jangka pendek maupun jangka panjang,
melaksanakan kegiatan operasional perusahaan sampai pada tercapainya tujuan
perusahaan. Kompensasi yang diterima karyawan dari perusahaan adalah gaji dan upah
yang merupakan imbalan yang diberikan kepada karyawan sebagai balas jasa dari
sumbangan yang telah diberikannya kepada perusahaan. Bagi perusahaan, gaji dan
upah merupakan biaya yang cukup besar jumlahnya dan salah satu unsur yang memiliki
banyak risiko kemungkinan terjadinya manipulasi dan pemborosan, untuk itu
manajemen perusahaan harus terus memberikan perhatian terhadap sistem akuntansi
yang diterapkan, dalam hal ini sistem akuntansi penggajian.
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang sebagaimana tersebut di atas, rumusan masalah
dalam makalah ini sebagai berikut:
1. Apa produktivitas dan biaya tenaga kerja?
2. Bagaimana rencana upah insentif?
3. Bagaimana standar waktu dan teori kurva pembelajaran?
4. Bagaimana kebutuhan organisasi atas akuntansi biaya tenaga kerja dan
pengendaliannya?

1
5. Bagaimana cara membuat perhitungan tunjangan, pajak penghasilan dan
potongan lainnya?
1.3. Tujuan
Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui produktivitas dan biaya tenaga kerja.
2. Untuk mengetahui rencana upah insentif.
3. Untuk mengetahui standar waktu dan teori kurva pembelajaran.
4. Untuk mengetahui kebutuhan organisasi atas akuntansi biaya tenaga kerja dan
pengendaliannya.
5. Untuk mengetahui cara membuat perhitungan tunjangan, pajak penghasilan dan
potongan lainnya.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Labor Controlling


Pengendalian diperlukan untuk mengidentifikasi penyimpangan-penyimpangan
yang tidak sesuai dengan anggaran (budget) yang telah disetujui, atau dengan kata lain
pengendalian merupakan koreksi terhadap bagaimana anggaran dilaksanakan dengan
benar. Perusahaan tergolong sebagai perusahaan manufaktur yang mengolah input
menjadi output. Tujuannya adalah untuk menghasilkan pendapatan atau keuntungan.
Pendapatan harus lebih besar dari total biaya yang dikeluarkan.
Menurut Mulyadi (2009: 8) menyatakan bahwa biaya dalam arti luas, adalah
biaya yang diukur dalam satuan uang (moneter) sebagai pengorbanan sumber keuangan
yang akan terjadi untuk tujuan tertentu. Labor (tenaga kerja) : faktor produksi yang
terdiri dari semua kontribusi fisik dan mental yang disediakan orang. Dalam suatu
perusahaan, biaya tenaga kerja pada umumnya merupakan biaya produksi yang cukup
tinggi, sehingga diperlukan pengendalian biaya produksi yang cukup tinggi sehingga
pengendalian biaya tenaga kerja diperlukan. Tujuannya adalah untuk mengendalikan
efisiensi tenaga kerja, termasuk kompensasi gaji dan upah yang memadai, sehingga
kualitas produk yang diproduksi memenuhi standar dan kualitas layanan yang
memuaskan dapat dicapai.1
2.2. Produktivitas dan Tenaga Kerja
Produktivitas tenaga kerja dapat didefinisikan sebagai suatu ukuran kinerja
produksi dengan menggunakan pengeluaran atau usaha manusia sebagai tolak ukur.
Dalam hal ini adalah jumlah barang dan jasa yang diproduksi oleh pekerja. Dalam arti
yang lebih luas, produktivitas dapat dijelaskan dengan efisiensi sumber daya yang
diubah menjadi barang dan/atau jasa. Produktivitas yang lebih baik dapat dicapai
dengan membuat proses produksi yang efisien dengan cara menghilangkan kegiatan
yang tidak mempunyai nilai tambah; dengan memodernisasi atau mengganti peralatan;
atau dengan cara lain yang meningkatkan pemanfaatan sumber daya. Mempekerjakan

1
Andi Rustami dan Arifwangsa Adiningrat, ANALISIS EFISIENSI BIAYA TENAGA KERJA LANGSUNG PADA PT.
ADINATA SUNGGUMINASA, AMNESTY: Jurnal Riset Perpajakan, Vol 2 No. 1, 2019, hal 16.

3
tenaga kerja sering kali membutuhkan perubahan dalam metode kompensasi, diikuti
dengan perubahan dalam akuntansi biaya tenaga kerja.2
2.2.1. Merencanakan Produktivitas
Dalam merencanakan untuk memperbaiki produktivitas sebaiknya
memberikan tanggung jawab kepada menejer dalam penerapannya. Selain itu,
rencana tersebut sebaiknya konsisten dengan rencana-rencana yang telah ada,
seperti anggaran operasi dan rencana untuk investasi modal, riset, teknologi dan
pengembangan karyawan.
2.2.2. Mengukur Produktivitas
Setelah rencana dibuat, produktivitas harus diukur, dianalisis,
diinterpretasikan, dan dipahami. Tujuan mengukur produktivitas adalah untuk
memberikan indeks yang kuat dan akurat untuk membandingkan hasilnya.
Kinerja aktual dengan target atau kinerja standar. Pengukuran yang paling
umum digunakan adalah outputnya, yaitu bekerja.
Menetapkan standar kinerja tidak mudah karena sering terjadi perselisihan
antara manajer dan tenaga kerja. Kecepatan seseorang yang terlihat pada saat
seseorang sedang bekerja dicatat dan diambil sebagai rating pekerja tersebut.
Rating yang berbeda dari tugas yang dipilih digabungkan, agar menghasilkan
waktu normal, yaitu waktu yang dibutuhkan seseorang untuk menyelesaikan
pekerjaan saat bekerja dengan kecepatan normal. Waktu tambahan diberikan
untuk waktu pribadi, istirahat, kelelahan dan keterlambatan karena kerusakan
mesin dan kekurangan bahan baku. Hasilnya adalah waktu standar untuk
pekerjaan tersebut, dinyatakan dalam menit per unit atau total unit yang dapat
diproduksi per jam. Rasio Produktivitas-Efisiensi mengukur efektivitas
seseorang relatif terhadap standar kinerja.
2.2.3. Dampak Ekonomi dari Produktivitas
Dengan produktivitas yang meningkat, keuntungan perusahaan dan
pendapatan riil karyawan juga meningkat. Selain itu, peningkatan produktivitas
memberi kesempatan masyarakat untuk memperoleh manfaat yang lebih
banyak dan lebih baik dari sumber daya ekonomi yang tersedia. Produktivitas
juga umumnya meningkat dalam beberapa tahun terakhir, yang menyebabkan

2
Carter William K. & Usry Milton F. 2009. Akuntansi Biaya, Edisi 14. Terjemahan oleh Krista.
Jakarta: Salemba Empat.

4
peningkatan barang dan jasa. Namun suatu keterlambatan menyebabkan
meningkatnya biaya. Ketika pertumbuhan produksi tidak dapat mengimbangi
kenaikan biaya, biaya unit dan harga jual akan meningkat.
2.2.4. Meningkatkan Produktivitas dengan Manajer yang Lebih Baik Atas
Sumber Daya Manusia
Manajemen sumber daya manusia yang lebih baik menawarkan kesempatan
untuk meningkatkan produktivitas dan kualitas produk dengan memberikan
kesempatan kepada karyawan untuk lebih terlibat langsung dalam pengelolaan
pekerjaan mereka. Manajemen membutuhkan perspektif jangka panjang dan
berkelanjutan, bukan perspektif jangka pendek, sesekali. Manajemen orang
manusia yang lebih baik dicirikan oleh empat asumsi dasar:
1. Orang yang melakukan pekerjaan adalah yang paling memenuhi syarat
untuk memperbaikinya
2. Pengambilan keputusan harus dilakukan pada tingkat yang paling bawah
3. Partisipasi karyawan meningkatkan kepuasan kerja dan komitmen
terhadap tujuan perusahaan
4. Karyawan memiliki banyak ide yang menunggu untuk dieksploitasi.
Produktivitas dan biaya yang terkait memerlukan perencanaan dan pengukuran
yang cermat untuk mengelola dampak ekonomi secara efektif. Manajemen
sumber daya manusia yang lebih baik merupakan prasyarat penting untuk
meningkatkan produktivitas.
2.3. Rencana Upah Insentif
Rencana pemberian insentif adalah memberikan imbalan bagi pekerja sesuai
dengan peningkatan outputnya yang berkualitas tinggi. Agar dapat berhasil, rencana
pemberian insentif harus:
1. dapat diterapkan dalam situasi di mana pekerja dapat meninggalkan output,
2. menyediakan lebih banyak upah yang besarnya proporsional terhadap output
yang melebihi standar,
3. menetapkan standar yang adil sehingga usaha tambahan akan menghasilkan
pembayaran bonus.
Tujuan utama rencana upah intensif adalah untuk mendorong pekerja
memproduksi lebih banyak, memperoleh upah yang lebih tinggi, dan sekaligus

5
mengurangi biaya per unit.3 Perusahaan berusaha untuk meningkatkan produktivitas
karyawan setiap tingkatan. Pada suatu perusahaan, memproduksi lebih banyak dalam
suatu periode waktu tertentu sebaiknya menghasilkan upah yang lebih besar. Semakin
banyak jumlah unit yang diproduksi seharusnya semakin kecil biaya per unit untuk
gabungan antara biaya overhead pabrik dan biaya tenaga kerja.
Rencana pemberian insentif dapat mending terciptanya lingkungan kerja di
mana setiap orang harus berkinerja. Sebaliknya, ada seni yang harus dipelajari guna
menetapkan tingkat upah yang sesuai dan rencana pemberian insentif yang berarti.
Bahayanya dalam jangka panjang adalah bahwa gaji poko dan insentif akan kehilangan
identitasnya ketika karyawan mulai memandang insentif sebagai bagian dari gaji pokok
mereka. Oleh karena itu, standar harus ditetapkan dengan jelas dan dikomunikasikan
ke pekerja, agar rencana pemberian insentif dapat menghasilkan dampak
yang diinginkan.
Jenis rencana upah insentif:
a. Rencana unit kerja langsung (straight piecework Plan)
Rencana unit kerja langsung merupakan salah satu rencana pemberian insentif
yang paling sederhana, yaitu membayar upah di atas tarif dasar untuk
memproduksi di atas standar.
b. Rencana Bonus Seratus Persen (One-Hundred Bonus Plan)
Rencana bonus seratus persen merupakan suatu variasi dari rencana unit kerja
langsung. Rencana ini berbeda dalam hal di mana standar tidak dinyatakan
dalam uang, tetapi dalam waktu per unit output. Bukannya menggunakan suatu
harga per unit, melainkan menggunakan waktu standar yang diperbolehkan
untuk menyelesaikan satu unit, dan pekerja dibayar berdasarkan waktu standar
dikalikan tarif oer jam jika unit diselesaikan sesuai dengan standar atau lebih
sedikit. Sedangkan, ratio standar harus dihitung untuk setiap pekerja sebelum
pendapatan dihitung. Jumlah jam yang dilaporkan dikalikan dengan jumlah unit
produksi stabdar per jam untuk menentukan jumlah unit standar. Produksi
pekerja tersebut kemudian dibagi dengan jumlah init standar, sehingga
menghasilkan rasio efisiensi. Ratio efisiensi dikalikan dengan tarif dasar pekerja
tersebut menghasilkan pendapatan per jam untuk periode tersebut.
c. Rencana Bonus Kelompok

3
Sri Mulyati Dkk, AKUNTANSI BIAYA, (Aceh: SEFA BUMI PERSADA, 2017), hlm. 91.

6
Operasi pabrik yang menggunakan mesin besar sering kali mengharuskan
karyawan bekerja dalam kelompok. Meskipun pekerjaan dari setiap karyawan
adalah penting bagi operasi mesin, sering kali adalah tidak mungkin untuk
memisahkan pekerjaan dari suatu kelompok. Misalnya, pekerja dari lini
perakitan tidak dapat meningkatkan output tanpa kerja sama dari seluruh
kelompok. Demikian pula, pekerja individual mungkin diharuskan untuk
fleksibel dalam penugasan kelompok. Dengan kemampuan untuk mengerjakan
sejumlah besar tugas. Rencana bonus kelompok telah membuktikan hasil dalam
situasi tersebut.4
2.4. Teori Kurva Pembelajaran
Rencana pemberian insentif berbasis waktu yang tetap tidak selalu memotivasi
karyawan secara efektif. Misalnya, jika tingkat produksi para pekerja terus meningkat,
standar waktu yang tetap segera menjadi usang karena tingkat produksi aktualnya telah
terlampaui. Karyawan kemudian dapat memenuhi dan melampaui standar yang
ditetapkan ini dengan sedikit usaha, sehingga mengalahkan tujuan dari insentif.
Teori kurva belajar (Learning Curve Theory) menyatakan bahwa setiap kali
kuantitas output kumulatif unit yang dihasilkan menjadi dua kali lipat, maka rata-rata
waktu kumulatif per unit akan berkurang sebesar persentase tertentu. Rumus kurva
belajar (learning curve) sebagai berikut:5
𝒀 = 𝒂𝒙𝒃
Keterangan:
Y = waktu rata-rata kumulatif jam kerja yang dibutuhkan per unit
a = unit waktu yang pertama kali
x = jumlah unit, dan
b = pangkat kurva belajar, yang dihitung sebagai berikut :
𝒍𝒐𝒈(% 𝒃𝒆𝒍𝒂𝒋𝒂𝒓)
𝒃=
𝒍𝒐𝒈 (𝟐)
Misalnya dengan asumsi presentase kritis sebesar 20%, maka kurva belajar
memprediksi bahwa rata-rata waktu per unit yang diperlukan untuk memproduksi dua
unit pertama hanyalah 80% dari waktu rata-rata kumulatif per unit yang diperlukan
untuk memproduksi unit pertama dan memproduksi total sebesar empat unit akan
memerlukan waktu rata-rata kumulatif sebesar 80% dari waktu rata-rata kumulatif yang

4
Mulyadi, Akuntansi Biaya, Edisi 5, (Yogyakarta : STIM YKPN, 2016).
5
Sri Mulyati Dkk, AKUNTANSI BIAYA, (Aceh: SEFA BUMI PERSADA, 2017), hlm. 92.

7
diperoleh oleh dua unit pertama dan seterusnya. Hal ini disebut model pembelajaran
waktu rata-rata kumulatif atau model Wright.
Tabel berikut ini mengilustrasikan dampak dari kurva belajar 80% dengan asumsi
diperlukan 10 jam tenaga kerja langsung untuk memproduksi unit pertama:
𝑈𝑛𝑖𝑡 𝑥 𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ 𝐽𝑎𝑚 𝑇𝑒𝑛𝑎𝑔𝑎 𝐾𝑒𝑟𝑗𝑎 𝑅𝑎𝑡𝑎 𝑟𝑎𝑡𝑎 𝐾𝑢𝑚𝑢𝑙𝑎𝑡𝑖𝑓 𝑌𝑎𝑛𝑔 𝐷𝑖𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢𝑘𝑎𝑛 𝑝𝑒𝑟 𝑈𝑛𝑖𝑡
= 𝐸𝑠𝑡𝑖𝑚𝑎𝑠𝑖 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝐽𝑎𝑚 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝐷𝑖𝑝𝑒𝑟𝑙𝑢𝑘𝑎𝑛 𝑢𝑛𝑡𝑢𝑘 𝑀𝑒𝑙𝑎𝑘𝑢𝑘𝑎𝑛 𝑇𝑢𝑔𝑎𝑠 𝑇𝑒𝑟𝑠𝑒𝑏𝑢𝑡
1 10,0 jam 10,0 jam
2 8,0 jam (10,0 x 80%) 16,0 jam
4 6,4 jam (8,0 x 80%) 25,6 jam
8 5,1 jam (6,4 x 80%) 40,8 jam
16 4,1 jam (5,1 x 80%) 65,6 jam
32 3,3 jam (4,1 x 80%) 105,6 jam
64 2,6 jam (3,3 x 80%) 166,4 jam

Tabel tersebut menunjukkan bahwa tarif 80% adalah konstan di setiap penggandaan
total output. Untuk mengestimasi total waktu yang diperlukan untuk melakukan tugas
untuk 32 kali pertama, maka dapat dihitung seperti ini 32 x 3,3 = 105,6 jam dan waktu
yang diperlukan untuk melakukan tugas untuk 64 jam pertama, perhitungannya adalah
64 x 2,6 = 166,4 jam. Perbandingan antara kedua jumlah tersebut menghasilkan selisih
sebesar 60,8 jam yang diprediksi sebagai total waktu yang diperlukan untuk
menyelesaikan 32 unit terakhir.
2.5. Organisasi atas Akuntansi Biaya Tenaga Kerja dan Pengendaliannya
Pengaturan Akuntansi untuk Biaya Tenaga Kerja dan Pengendalian Akuntansi
biaya tenaga kerja mencakup:
1. Sejarah kerja dari setiap pekerja.
2. Informasi yang diperlukan untuk memenuhi kontrak serikat kerja, hukum
jaminan sosial, peraturan upah dan jam kerja, pajak penghasilan yang dipungut,
dan persyaratan pemerintah federal, pemerintah Negara bagian, atau pemerintah
lokal lainnya.
3. Waktu kerja dan biaya standar.
4. Jam kerja setiap karyawan, tingkat upah, dan total pendapatan untuk setiap
periode penggajian.
5. Perhitungan potongan dari upah kotor untuk setiap karyawan.

8
6. Output atau pencapaian dari setiap karyawan.
7. Jumlah biaya atau tenaga kerja tidak langsung maupun langsung yang akan
dibebankan ke setiap pesanan, lot, proses atau departemen untuk setiap periode.
8. Total biaya kerja di setiap departemen untuk setiap periode.
9. Data kumulatif atas potongan pendapatan dan gaji untuk setiap karyawan.
Langkah-langkah dalam akuntansi untuk biaya tenaga kerja sebagai berikut:
Akuntansi Keuangan
• Catatan total waktu kerja dan total jumlah yang diperoleh oleh setiap pekerja
disimpan.
• Jumlah pendapatan harian atau mingguan yang diperoleh setiap pekerja
dimasukkan ke dalam catatan gaji.
• Setiap periode penggajian, total jumlah upah yang terutang ke pekerja
menghasilkan ayat jurnal berikut:
Debit Kredit
Beban gaji xxx
Utang PPh karyawan xxx
Utang Pajak FICA xxx
Gaji yang masih harus dibayar xxx
Akuntansi Biaya
• Catatan waktu kerja untuk setiap pesanan, proses atau departemen dari setiap
pekerja serta biaya yang terkait disimpan.
• Jumlah jam dan biaya tenaga kerja langsung dimasukkan dalam kartu biaya
pesanan atau laporan biaya produksi; biaya tenaga kerja tidak langsung
dimasukkan ke dalam kertas kerja analisis beban departemental.
• Jurnal mingguan atau bulanan untuk distribusi biaya tenaga kerja adalah
sebagai berikut:
Buku Pembantu
Debit Kredit
Barang dalam proses xxx
Pengendali overhead pabrik xxx
Tenaga kerja tidak langsung xxx
Beban gaji xxx

9
Untuk menetapkan rasio yang cukup akurat atas penggunaan tenaga kerja
terhadap penjualan dalam dolar untuk setiap produk atau lini produk. Dengan
menggunakan rasio-rasio tersebut dan perkiraan penjualan, kebutuhan tenaga kerja di
masa depan dapat diprediksi. Pengendalian biaya tenaga kerja dimulai dengan desain
produk dan terus berlanjut sampai waktu penjualan dan pelayanan purna jual.

Organisasi yang terlibat dalam perhitungan biaya tenaga kerja di antaranya:

1. Departemen Personalia
Departemen Personalia Fungsi utama dari sebuah departemen personalia adalah
menyediakan angkatan kerja yang efesien. Secara umum, departemen ini
bertanggung jawab untuk menjamin seluruh agar seluruh organisasi perusahaan
mengikuti kebijakan kepegawaian yang baik. Dan departemen personalia juga
berfungsi menangani sumber daya manusia dalam organisasi perusahaan,
mencakup prosedur penerimaan pegawai baru, program pendidikan/pelatihan,
penyusunan uraian tugas (job description),evaluasi kerja, dan telaah waktu dan
gerak.
2. Departemen Perencanaan
Produksi Departemen perusahaan produksi bertanggung jawab untuk menyusun
jadwal kerja, penyerahan pesanan kerja kepada masing-masing departemen
produksi, dan pengaturan pekerjaan dipabrik.
3. Departemen Pencataatan Waktu
Menjamin tersedianya catatan yang akurat mengenai waktu kerja yang dibeli dari
setiap karyawan merupakan langkah awal dalam penetapan biaya pekerja. Untuk
maksud ini perlu disediakan :
a. Kartu hadir (clock card) atau kartu jam kerja (time card) sebagai bukti yang
kuat tentang kehadiran karyawan dipabrik, mulai dari saat masuk pabrik
sampai meninggalkan pabrik.
b. Tiket jam kerja/pekerjaan (time ticket/job ticket) untuk mencatat informasi
tentang jenis pekerjaan yang dilaksanakan
4. Departemen Pembayaran Upah
a. Perhitungan Upah dan Penyiapan Pembayaran Daftar upah suatu
perusahaan disusun berdasarkan kartu hadir (clock card). Upah yang telah
dihitung dapat dicatat pada suatu jurnal pembayaran upah atau catatan
pembayaran upah. Catatan tersebut harus menunjukkan upah total, potongan

10
upah, dan upah bersih. Perlu pula diselenggarakan catatan mengenai
penghasilan dan potongan upah masing-masing karyawan.
b. Distribusi Pembebanan Upah (Payroll Distribution) tiket jam kerja disortir
menurut pekerjaan, departemen, dan jenis upah pekerja tidak langsung, agar
dapat dilakukan distribusi beban upah tersebut ke perkiraan barang dalam
proses dan ke kartu analisis beban
5. Departemen Biaya
Berdasarkan ikhtisar distribusi upah ataupun tiket jam kerja, departemen biaya
mencatat biaya pekerja langsung pada kartu biaya produksi atau pada laporan
produksi, sedangkan biaya pekerja tidak langsung dicatat pada kartu analisis beban
departemen yang bersangkutan.6
2.6. Menghitung Tunjangan, Pajak Penghasilan dan Potongan lainnya

Akuntansi untuk biaya-biaya yang berkaitan dengan Tenaga Kerja di dalamnya


terdapat biaya seperti:

1. Penghasilan lembur
Pendapatan lembur terdiri atas dua elemen, yaitu tarif upah reguler dan
premium lembur yang merupakan jumlah tambahan untuk jam kerja yang melebihi
batas tertentu. Pembebanan premium lembur akan dibebankan ke pengendali
overhead. Jika lembur dianggarkan di awal tahun maka total biaya anggarannya
dimasukkan dalam perhitungan tarif overhead yang telah ditentukan sebelumnya.
Jumlah pembayaran bonus dapat dihitung per karyawan untuk setiap klasifikasi
perkerjaan.

Misalnya seorang karyawan dibayar sebesar $8 perjam untuk pekerjaan yang


dilakukan dalam waktu 40 jam kerja perminggu, tetapi bekerja selama 45 jam di
suatu minggu, pendapatan kotornya adalah sebagai berikut:
Minggu kerja reguler 40 jam @ $8 = $ 320
lembur 5 jam @ $8 = $ 40
Premium lembur 5 jam @ $4 = $ 20
Pendapatan kotor $380

Pembebanan premium lembur ke pesanan atau produk tertentu atau overhead

6
Sri Mulyati Dkk, AKUNTANSI BIAYA, (Aceh: SEFA BUMI PERSADA, 2017), hlm. 92-94.

11
pabrik, sangat bergantung pada alasan dilakukannya lembur. Apabila suatu pesanan
adalah pesanan kilat dengan pengetahuan sebelumnya bahwa lembur akan
diperlukan, harga yang disetujui untuk pesanan tersebut kemungkinan ditetapkan
cukup tinggi untuk menutupi premium lembur. Dalam kasus tersebut, premium
lembut itu sebaiknya dibebankan ke pesanan tersebut. Tetapi jika lembur digunakan
karena volume dari pesanan reguler tidak dapat diselesaikan dalam jam kerja
reguler, maka premium lembur sebaiknya dibebankan ke pengendali overhead
pabrik, karena lembur itu tidak disebabkan oleh pekerjaan yang dikerjakan selama
jam kerja lembur. Hal ini disebabkan karena elemen random dalam penjadwalan
biasanya menentukan pesanan atau pesanan mana saja yang dijadwalkan untuk
dikerjakan dalam jam lembur, sehingga premiumnya tidak dapat ditelusuri ke
pesanan-pesanan tersebut melainkan ke total volume pekerjaan yang tinggi. Jika
lembur dianggarkan di awal tahun, maka total biaya anggarannya dimasukkan
dalam perhitungan tarif overhead yang telah ditentukan sebelumnya.
2. Pembayaran Bonus dan kompensasi yang ditunda
Jumlah pembayaran bonus dapat dihitung per karyawan untuk setiap
klasifikasi pekerjaan. Klasifikasi tersebut dapat didefinisikan sebagai perentase
laba, sebagian dari upah satu bulan, atau jumlah terhitung lainnya. Jumlah bonus
dapat merupakan tradisi yang sudah lama dijalankan di suatu perusahaan, atau
umlahnya dapat bervariasi dari tahun ke tahun. Pembayaran bonus adalah biaya
produksi, beban pemasaran, atau beban administras, bergantung pada di mana
pekerjaan ditugaskan
Sebagai ilustrasi jika pendapatan rata-rata per minggu dari seorang
karyawan yang merupakan tenaga kerja langsung adalah $250 dan perusahaan
bermaksud membayar upah dua minggu sebagai bonus di akhir tahun maka
pendapatan aktualnya adalah $260 per minggu. Tambahan $10 per minggu
dibayarkan sekaligus sebesar $500 ($10 x 50 minggu, dengan asumsi waktu cuti
selama 2 minggu) di akhir tahun. Biaya bonus dibagi ke produksi selama tahun
tersebut melalui overhead yang telah ditentukan sebelumnya. Bonus ini dibebankan
ke overhead pabrik sebagai berikut:

Barang dalam proses 250

Pengendali Overhead Pabrik 10

12
Beban Gaji 250

Utang Bonus 10

Ketika bonus dibayarkan maka akun utang didebit dan akun kas dibuat ke
kredit. Secara teoritis, bonus dan biaya lain yang berkaitan dengan tenaga kerja
langsung merupakan tambaha biaya tenaga kerja yang dibebankan ke barang dalam
proses secara tidak langsung melalui tarif overhead.

3. Tunjangan Cuti
Tunjangan cuti mewakili masalah biaya yang serupa dngan pembayaran
bonus. Ketika seorang karyawan berhak untuk menambil cuti selama dua minggu
dengan tetap dibayar, tunjangan cuti diakrual selama 50 minggu masa produktif.
Misalnya diasumsikan, seorang pekerja langsung memiliki upah dasar sbesar $300,
dan berhak atas cuti dengan tetap dibayar selama dua minggu. Dalam 50 minggu
dengan tarif $12 per minggu, pembayaran yang ditunda adalah sebesar $600, yang
merupakan pekiraan akan tunjangan cuti. Ayat jurnal untuk mencatat biaya tenaga
kerja per minggu adalah:
Buku pembantu Debit Kredit
Baran dalam proses 300
Pengendali overhead pabrik 12
Tunjangan cuti 12
Beban gaji 300
Utang tunjangan cuti 12
Ketika cuti diambil, akun utang didebit dan akun kas serta berbagai akun
pajak ditahan dikredit. Dengan serupa, akrual dimasukkan untuk utang pemberi
kerja yang berkaitan dengan jenis ketidakhadiran lain yang dikompensasikan,
termasuk izi sakit, hari libur, dan latihan militer. Jika perusahaan menyewa
pengganti temporer untuk pekerja yan absen, tambahan biaya ini dibebankan ke
departemen yang menggunakan pengganti tersebut.
4. Rencana upah tahunan dan program pensiun
Meskipun upah tahunan terjamin untuk pekerja industrial adalah jauh dari
kenyataan, ada satu langkah ke arah tersebut dalam kontrak tenaga kerja yang
menjanjikan untuk membayar pekerja yang diberhentikan. Pembayaran ini
dimaksudkan untuk menambah asuransi pengangguran. Misalnya, asumsikan

13
seorang pekerja yang menganggur dijamin 60 persen dari gaji bersih normal,
dimulai dari minggu kedua pemutusan hubungan kerja dan terus sampai 26 minggu.
Untuk mengakui kewajiban untuk pembayaran yang akan dilaksanakan selama
pemutusan hubungan kerja, suatu jumlah estimasi, 15 sen per jam per pekerja
diakrual.
Dengan asumsi bahwa pemutusan hubungan kerja pada akhirnya akan
terjadi, karyawan yang bekerja memperoleh hak atas 15 sen per jam yang tidak
dimasukkan dalam pembayaran gaji sekarang. Prusahaan mengakui kewajiban
dalam jumlah yang sama. Untuk karyawan tenaga kerja langsung yang upah
dasarnya adalah $8 per jam, dampak dari tunjangan pengangguran untuk 40 jam
kerja per minggu diilustrasikan oleh ayat jurnal berikut ini:
Buku pembantu Debit Kredit
Barang dalam proses 320
Pengendali overhead pabrik 6
Tunjangan pengangguran 6
Beban gaji 320
Utang tunjangan pengangguran 6
Rencana pensiun merupakan pengaturan untuk pembayaran ke karyawan
untuk tahun-tahun setelah pensiun. Rencana pensiun mungkin saja merupakan
faktor yang paling penting dan paling rumit dalam hubungannya dengan karyawan,
pembiayaan perusahaan, penentuan laba, pertimbangan pajak penghasilan, dan
kondisi perekonomian secara umum. Rencana pensiun juga harus tunduk pada
hukum dan peraturan. 7

Perhitungan Pajak Penghasilan

Misalnya perusahaan UKIR memperkerjakan 2 Orang karyawan yaitu Ali dan


Badu. Berdasarkan kartu hadir minggu pertama bulan September 2005, bagian pembuat
daftar gaji dan upah membuat daftar gaji dan upah untuk periode yang bersangkutan.
Menurut kartu hadir, karyawan Ali bekerja selama 40 jam dengan upah per jam Rp
1.000, sedangkan karyawan Badu selama periode yang sama bekerja selam 40 jam

7
Herliana Vivi A.P, “ Resume Materi Perkuliahan WILLIAM K. CARTER”, Chapter 11: Labor (Controlling &
Accounting for Cost), 2019, hal.11.

14
dengan tarif upah Rp 750 per jam. Menurut kartu jam kerja, penggunaan jam hadir tiap
karyawan adalah sebagai berikut :

Penggunaan waktu kerja Ali Badu

Untuk pesanan 110 15 jam 20 jam

Untuk pesanan 115 20 jam 10 jam

Untuk menunggu persiapan pekerjaan 5 jam 10 jam

Maka distribusi upah tenaga kerja langsung adalah :

Distribusi Biaya tenaga kerja Ali Badu

Dibebankan biaya tenaga kerja langsung :

Pesanan 110 Rp 15.000 Rp 15.000

Pesanan 115 Rp 20.000 Rp 7.500

Dibebankan sebagai BOP Rp 5.000 Rp 7.500

Jumlah upah minggu I bulan sep 2005 Rp 40.000 Rp 30.000

Pph yang dipotong perusahaan 15 % Rp 6.000 Rp 4.500

Jumlah upah bersih diterima karyawan Rp 34.000 Rp 25.500

Akuntansi biaya gaji dan upah atas dasar diatas dilakukan sebagai berikut : 8

Tahap 1 : Jurnal distribusi gaji dan upah

BDP BTK Rp 57.500

BOP Rp 12.500

Gaji dan upah Rp 70.000

Tahap 2 : Jurnal untuk membuat bukti kas keluar.

Gaji dan upah Rp 70.000

Utang Pph karyawan Rp 10.500

8
Yulia, “Modul Akuntansi Biaya”, 2018, https://bit.ly/3nHv4JX ,diakses 7 Mei 2023 pukul 17.37.hal.51.

15
Utang gaji dan upah Rp 59.500

Tahap 3 : Jurnal pembayaran Gaji dan upah

Utang Gaji dan upah Rp 59.500

Kas Rp 59.500

Tahap 4 : Jurnal pembayaran Pph ke kas negara

Utang Pph karyawan Rp 10.500

Kas Rp 10.500

Adapun potongan yang berkaitan dengan tenaga kerja dapat berupa asuransi,
iuran serikat kerja dan persekot gaji.

Asuransi

Banyak perusahaan menyediakan asuransi kesehatan, kecelakaan, rumah sakit,


dan asuransi jiwa untuk karyawan. Sering kali perusahaan dan karyawan sama-sama
menanggung biayanya, dan bagian karyawan dipotong dari upahnya secara berkala.
Jika perusahaan membayar premi asuransi dimuka, termasuk bagian karyawan, maka
akun aktiva seperti asuransi kesehatan dan kecelakaan dibayar dimuka didebit ketika
ke overhead, beban pemasaran, dan beban administrasi. Akun aktiva dikredit untuk
bagian karyawan atas premi ketika potongan pendapatan dibuat. Dalam potongan gaji
ini, seperti di semua kasus yang serupa, buku pembantu yang menunjukkan kontribusi
dari setiap karyawan diperlukan.

Iuran Serikat Kerja

Banyak perusahaan yang mempekerjakan karyawan anggota serikat kerja


menyetujui “iuran serikat kerja”, dimana iuran keanggotaan pertama kali dari iuran
periodik sebagai anggota dipotong dari pembayaran gaji setiap karyawan. Untuk
mempertanggungjawabkan potongan-potongan ini, akun buku besar berjudul Iuran
Serikat Kerja dikredit untuk jumlah iuran yang ditahan. Secara berkala, perusahaan
menyetorkan total iuran yang dikumpulkan ke serikat kerja.

Persekot Gaji

Persekot gaji dapat diberikan ke karyawan dalam bentuk uang tunai, bahan
baku, atau barang jadi. Untuk pengendalian, formulir otorisasi persekot dieksekusi oleh
16
manajer yang bertanggungjawab dan dikirim ke departemen penggajian. Akun aktiva
persekot gaji dan upah didebit untuk semua persekot. Bagi perusahaan, akun ini adalah
piutang.

17
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Atas dasar uraian makalah disimpulkan bahwa pada dasarnya Produktivitas dan
biaya yang terkait menuntut perencanaan dan pengukuran yang hati-hati jika ingin
mengendalikan dampak ekonominya secara efektif. Manajemen sumber daya manusia
yang lebih baik merupakan keharusan yang penting untuk meningkatkan produktivitas.
Rencana pemberian insentif mencerminkan imbalan berwujud atas kinerja yang
diinginkan pekerja. Akuntansi biaya dan pengendalian tenaga kerja memerlukan
koordinasi antara departemen personalia, departemen perencanaan, departemen
pencatatan waktu, departemen penggajian, dan departemen biaya.
B. Saran
Pembahasan makalah mengenai Labor Controling referensinya sangat terbatas.
Untuk itu diharapkan pembaca mencari referensi sebanyak-banyaknya. Penulis
makalah sangat terbuka apabila ada kritik maupun saran mengenai makalah yang kami
tulis karena kami menyadari terdapat banyak kesalahan dalam penulisan makalah ini.
Bilamana ada beberapa kesalahan yang terdapat dalam makalah ini, izinkan kami
menghaturkan permohonan maaf. Sebab, makalah ini tiada yang sempurna dan masih
memiliki banyak kelemahan. Kami juga berharap pembaca makalah ini dapat
memberikan kritik dan saran kepada kami.

18
DAFTAR PUSTAKA

Carter William K. & Usry Milton F. 2009. Akuntansi Biaya, Edisi 14. Terjemahan oleh
Krista. Jakarta: Salemba Empat.
Herliana Vivi A.P. 2019. Resume Materi Perkuliahan WILLIAM K. CARTER. Chapter 11:
Labor (Controlling & Accounting for Cost),.
Mulyadi. 2016. Akuntansi Biaya. Edisi 5. Yogyakarta : STIM YKPN.
Mulyati, Sri Dkk. AKUNTANSI BIAYA. Aceh: SEFA BUMI PERSADA.
Rustami, Andi., Adiningrat, Arifwangsa. 2019. ANALISIS EFISIENSI BIAYA TENAGA
KERJA LANGSUNG PADA PT. ADINATA SUNGGUMINASA, AMNESTY: Jurnal
Riset Perpajakan. Vol 2 No. 1.
Yulia. 2018. Modul Akuntansi Biaya. https://bit.ly/3nHv4JX. diakses 7 Mei 2023 pukul 17.37.

19

Anda mungkin juga menyukai