Disusun Oleh :
A. Bronkopneumonia
1. Definisi Bronkopneumonia
Bronkopenumonia merupakan radang dari saluran pernapasan yang terjadi
pada bronkus sampai dengan alveolus paru. Bronkopneumonia lebih sering
dijumpai pada anak kecil dan bayi, biasanya sering disebabkan oleh bakteri
streptokokus pneumonia dan Hemofilus influenza yang sering ditemukan pada dua
pertiga dari hasil isolasi. Berdasarkan data WHO, kejadian infeksi pneumonia di
Indonesia pada balita diperkirakan antara 10- 20% pertahun.
2. Patofisiologi Bronkopneumonia
Bronkopneumonia merupakan peradangan pada parenkim paru yang
disebabkan oleh bakteri, virus, jamur ataupun benda asing (Hidayat, 2008). Suhu
tubuh meningkat sampai 39-40oC dan dapat disertai kejang karena demam yang
sangat tinggi. Anak yang mengalami bronkopneumonia sangat gelisah, dipsnea,
pernafasan cepat, dan dangkal disertai pernapasan cuping hidung, serta sianosis
disekitar hidung dan mulut, merintih dan sianosis (Riyadi, 2009).
2. Patofisiologi anemia
Pada tahap deplesi besi di sumsum tulang, gambaran darah tepi masih dalam
batas normal. Pada tahap defisiensi besi kadar Hb mulai berkurang tapi gambaran
eritrosit masih normal. Oksigenasi yang berkurang akibat anemia
menyebabkan kebutuhan eritropoetin yang besar dan merangsang sumsum tulang
untuk memproduksi eritrosit, Peningkatan Jumlah lekosit pada anemia defisiensi
besi t sangat jarang terjadi, paling sering dijumpai nilai Mean Corpuscular
volume (MCV) yang rendah dari eritrosit. Pada morfologi darah tepi dijumpai
anisositosis dan poikilositosis (target sel). Nilai feritin serum yang rendah
merupakan diagnosis untuk defisiensi besi, tapi kadang beberapa kasus nilai
feritin serum masih dijumpai normal, Feritin serum dapat meningkat pada kondisi
inflamasi akut. Serum besi yang rendah dapat ditemui pada beberapa penyakit,
sehingga serum besi, transferrin tidak bisa menjadi indikator yang tetap untuk
defisiensi besi. Khasnya bila serum besi berkurang maka TIBC di serum juga
akan meningkat. Rasio besi dan TIBC kurang dari 20% ditemukan pada tahap
defisiensai besi tapi akan meningkat pada tahap anemia defisiensi besi.
Soluble Transferrin reseptor (sTfR) akan dilepaskan oleh prekursor erythroid dan
meningkat pada tahap defisiensi besi. Rasio yang tinggi antara TfR terhadap
ferritin bisa memprediksi defisiensi besi karena ferritin merupakan nilai diagnosis
yang kecil. Pemantauan respon hematologi untuk terapi dengan pemberian
suplemen besi, biopsi sumsum tulang hanya dilakukan untuk konfirmasi dalam
menegakkan diagnosa defisiensi besi.
3. Algoritma terapi
BAB II
KASUS
A. Gambaran Kasus
Pada tanggal 3 Januari 2023 pasien baru datang dari poli anak jam 13.30 dengan inisial
BY.NY I pasien dirujuk dari PKM wangon, karena BB rendah ke RS akimah namun
karena ditemukan leukosit tinggi kemudian dirujuk ke poli anak RSMS. Pasien saat lahir
anemia, pneumonia keluhan saat ini berupa batuk berdahak
B. Rekonsiliasi Obat
RSUD Prof. Dr. MARGONO SOEKARJO Nama : BY.NY I
PURWOKERTO RM : 022xxx
INSTALASI FARMASI Tgl Lahir :
Usia : 1 tahun
RUANG ASTER Kelas : I/II/III/Utama/VIP/VVIP L/P Alergi : -
REKONSILIASI OBAT
SAAT ADMISI
Dari : Rumah
Leukosit 22600
5000 -
19600
Granulosit 1500 - 8500
1
1
1
8
7
Terapi (Nama, Kekuatan) Aturan Pakai 3 4/1/23 5/ 6/1/23 7/1/23
/ 1/
1 2
/ 3
2
3
PARENTERAL
Lanjut pulang
Sangobion drop 1 x 0,3 ml - - - - Obat pulang
NAC 2 x 20 mg - - √ √ NAC lanjut
pulang
Inf Kaen 1 B 8 mikro 8 tpm √ √ √ √ stop
I.V.F.D
BB : Berat Badan; TB : Tinggi Badan; RPM : Riwayat Penyakit saat MRS; RPD : Riwayat Penyakit Dahulu
D. Asuhan Kefarmasian
5/ Ibu pasien Diagnosis DPJP Tidak ada potensial Monitoring TTV dan
1/ mengatakan baruk Bronkopneumonia meningokele DRP dan interaksi KU pasien
2 obat
berdahak pasien kolestasis anemia
3 sudah berkurang, TTV :
tidak ada sesak Tekanan Darah =
napas Nadi = 105x/menit
Suhu = 37
Respirasi = 40 x
Hasil Lab (3/1/23):
Bilirubin Direk 1.52(H)
Bilirubin Total 1.78 (H)
Akali Phosphatase 311 (H)
Hematokrit 28 (L)
Hb 9.1(L)
MCV 94,9 (H)
Leukosit 22600 (H)
Terapi DPJP : sesuai instruksi
dari DPJP
Keadaan pasien Diagnosis DPJP Tidak ada Monitoring TTV dan
6/1/23 mulai Bronkopneumonia meningokele potensial DRP KU pasien
membaik,batuk kolestasis anemia dan interaksi
berdahak sudah TTV : obat
jarang Tekanan Darah =
Nadi = 107x/menit
Suhu = 37
Respirasi = 40 x
Hasil Lab (3/1/23):
Bilirubin Direk 1.52(H)
Bilirubin Total 1.78 (H)
Akali Phosphatase 311 (H)
Hematokrit 28 (L)
Hb 9.1(L)
MCV 94,9 (H)
Leukosit 22600 (H)
Terapi DPJP : sesuai instruksi
dari DPJP
7/ Kondisi umum Diagnosis DPJP Butuh tambahan Mengusulkan
1/ pasien mulai Bronkopneumonia meningokele zat besi, sangobion drop 1x
2 membaik, batuk kolestasis anemia 0,3 ml
3 berdak berkurang Monitoring TTV dan
TTV :
KU pasien
Tekanan Darah =
Nadi = 104x/menit
Suhu = 36
Respirasi = 40 x
Hasil Lab (3/1/23):
Bilirubin Direk 1.52(H)
Bilirubin Total 1.78 (H)
Akali Phosphatase 311 (H)
Hematokrit 28 (L)
Hb 9.1(L)
MCV 94,9 (H)
Leukosit 22600 (H)
Terapi DPJP : sesuai instruksi
dari DPJP
E. Perhitungan Dosis
Nama Obat Dosis Kesimpulan
Inf KAEN 1 B Resep : 8 tpm Sesuai
Perhitungan dosis anak 3 kg
=100 x 3
= 300
=300 70%
=210 ml
Tpm= 210ml x 60 tetes/24 x 60
= 12600/1440= 8,75 tpm
Pada tanggal 3 Januari 2023 pasien baru datang dari poli anak jam 13.30 dengan
inisial BY.NY I pasien dirujuk dari PKM wangon, karena BB rendah ke RS akimah
namun karena ditemukan leukosit tinggi kemudian dirujuk ke poli anak RSMS. Pasien
saat lahir anemia, pneumonia keluhan saat ini berupa batuk berdahak, kemudian pasien
di sarankan untuk melalukan rawat inap dan di pindahkan dari poli anak ke bangsal Aster
untuk mendaptkan mendapatkan perawaran.
Rekonsiliasi obat pada saat admisi maupun transfer ibu pasien menyatakan bahwa
belum ada obat yang di konsumsi sebelumnya dari RS rujukan maupun dari rumah.
Pasien mendapatkan terapi ketika dirawat di aster, terapi yang diberikan yaitu infus KA-
EN 1B micro 8 tpm, injeksi ampi-sulbact 2 x 150 mg, injeksi gentamisin 1 x 12 mg dan
sirup paracetamol diminum jika diperlukan. Infus KA-EN 1B terkandung sodium
chloride dan juga dextrose anhydrous. KA-EN 1B digunakan untuk membantu
menyalurkan atau mengganti cairan dan elektrolit pada kondisi, seperti dehidrasi pada
pasien yang kekurangan karbohidrat, sebagai pengganti darah dan juga cairan yang
hilang. Pasien diberikan injeksi ampi – sulbact 2 x 150 mg bertujuan untuk terapi
alternatif empiris pneumonia (Prasetyo, E. Y., & Kusumaratni, D. A, 2019).
Pasien diberikan injeksi gentamisin dengan dosis 1 x 12 mg bertujuan untuk terapi
bronkopneumonia. Penggunaan antibiotik gentamisin intravena kombinasi betalaktam
seperti ampisilin menjadi pilihan terapi rasional yang direkomendasikan WHO untuk
pneumonia berat pada anak, dibandingkan golongan aminoglikosida lainnya seperti
kanamisin, amikasin, maupun netilmisin, antibiotik gentamisin lebih mudah diperoleh
serta harganya lebih terjangkau (Soegijanto, 2010). Gentamisin merupakan antibiotik
golongan aminoglikosida yang digunakan pada infeksi berat yang disebabkan oleh
bakteri negatif aerob terutama aktivitas bakterisidal terhadap Pseudomonas aeroginosa
dan spesies Enterobacter (Endriastuti, N. E., 2015).
Berdasrkan hasil PTO dan analisi SOAP terdapat DRP yaitu adanya indikasi tanpa
terapi dimana kenaikan bilirubin direk, dan alakli posphatase belum mendapatkan terapi
sehingga mengusulkan untuk menambahkan terapi asam ursodeoksikolat 20
mg/kgbb/hari dalam 2-3 dosis terbagi 2-3 x 20 mg, pemberian asam usodeoksikolat
bertujuan untuk menurunkan kadar bilirubin direk dan alkali posphatase yang dapat
menyebakan hal-hal yang tidak diinginkan seperti batu empedu, penyakit kuning atau
penyakit hepatitis.
Pada tanggal 3 Januari 2023 pasien datang dari poli anak jam 13.30 dengan inisial
BY.NY I pasien dirujuk dari PKM wangon, karena BB rendah ke RS akimah namun
karena ditemukan leukosit tinggi kemudian dirujuk ke poli anak RSMS. Pasien saat lahir
anemia, pneumonia keluhan saat ini berupa batuk berdahak, kemudian pasien di
sarankan untuk melalukan rawat inap dan di pindahkan dari poli anak ke bangsal Aster
untuk mendaptkan mendapatkan perawaran. Pasien di diagnosa mengalami
Bronkopneumonia meningokele kolestasis anemia. Setelah dilakukan perawan selama 5
hari keadan umum pasien mulai membaik sehingga pasien diperbolehkan untuk pulang, batuk
berhadah pasien sudah mulai mereda. Pasien pulang diresepkan obat untuk rawat jalan yaitu
asam usodeoksikolat dengan dosis 3 x 20 mg, N-acetylcysteine dengan dosis 2 x 20 mg,
cefixsim dengan dosis 2 x 10 mg, sangobion drop dengan dosis 1 x0,3 ml dan sirup paracetamol
diminum jika diperlukan.
DAFTAR PUSTAKA