Anda di halaman 1dari 16

MAKALAH STASE FARMASI KLINIK

PERMANTAUAN TERAPI OBAT PADA PASIEN BRONKOPNEUMONIA DAN


ANEMIA DI BANGSAL ASTER
RSUD PROF DR. MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO

Disusun Oleh :

Nur Hanafi, S.Farm K110225070 UMS

PRAKTEK KERJA PROFESI APOTEKER


RSUD PROF DR. MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO PERIODE
DESEMBER 2022 - JANUARI 2023
BAB I
PENDAHULUAN

A. Bronkopneumonia
1. Definisi Bronkopneumonia
Bronkopenumonia merupakan radang dari saluran pernapasan yang terjadi
pada bronkus sampai dengan alveolus paru. Bronkopneumonia lebih sering
dijumpai pada anak kecil dan bayi, biasanya sering disebabkan oleh bakteri
streptokokus pneumonia dan Hemofilus influenza yang sering ditemukan pada dua
pertiga dari hasil isolasi. Berdasarkan data WHO, kejadian infeksi pneumonia di
Indonesia pada balita diperkirakan antara 10- 20% pertahun.

2. Patofisiologi Bronkopneumonia
Bronkopneumonia merupakan peradangan pada parenkim paru yang
disebabkan oleh bakteri, virus, jamur ataupun benda asing (Hidayat, 2008). Suhu
tubuh meningkat sampai 39-40oC dan dapat disertai kejang karena demam yang
sangat tinggi. Anak yang mengalami bronkopneumonia sangat gelisah, dipsnea,
pernafasan cepat, dan dangkal disertai pernapasan cuping hidung, serta sianosis
disekitar hidung dan mulut, merintih dan sianosis (Riyadi, 2009).

Bakteri yang masuk ke paru-paru menuju ke bronkioli dan alveoli melalui


saluran napas yang menimbulkan reaksi peradangan hebat dan menghasilkan
cairan edema yang kaya protein dalam alveoli dan jaringan interstitial. Alveoli dan
septa menjadi penuh dengan cairan edema yang berisi eritrosit dan fibrin serta
relative sedikit leukosit sehingga kapiler alveoli 8 menjadi melebar. Apabila
proses konsolidasi tidak dapat berlangsung dengan baik maka setelah edema dan
terdapatnya eksudat pada alveolus maka membran dari alveolus akan mengalami
kerusakan. Perubahan tersebut akan berdampak pada pada penurunan jumlah
oksigen yang dibawa oleh darah. Sehingga berakibat pada hipoksia dan kerja
jantung meningkat akibat saturasi oksigen yang menurun dan hiperkapnia.
Penurunan itu yang secara klinis menyebabkan penderita mengalami pucat sampai
sianosis (Riyadi, 2009).
3. Tatalaksana Terapi

Gambar 1.1 tatalaksana terapi


B. Anemia
1. Definisi Anemia

Anemia secara umum didefinisikan sebagai berkurangnya konsentrasi


hemoglobin didalam tubuh. Anemia bukan suatu keadaan spesifik, melainkan
dapat disebabkan oleh bermacam macam reaksi patologis dan fisiologis. Anemia
ringan hingga sedang mungkin tidak menimbulkan gejala objektif, namun dapat
berlanjut ke keadaan anemia berat dengan gejala-gejala keletihan, takipnea, napas
pendek saat beraktivitas, takikardia, dilatasi jantung, dan gagal jantung.

2. Patofisiologi anemia

Pada tahap deplesi besi di sumsum tulang, gambaran darah tepi masih dalam
batas normal. Pada tahap defisiensi besi kadar Hb mulai berkurang tapi gambaran
eritrosit masih normal. Oksigenasi yang berkurang akibat anemia
menyebabkan kebutuhan eritropoetin yang besar dan merangsang sumsum tulang
untuk memproduksi eritrosit, Peningkatan Jumlah lekosit pada anemia defisiensi
besi t sangat jarang terjadi, paling sering dijumpai nilai Mean Corpuscular
volume (MCV) yang rendah dari eritrosit. Pada morfologi darah tepi dijumpai
anisositosis dan poikilositosis (target sel). Nilai feritin serum yang rendah
merupakan diagnosis untuk defisiensi besi, tapi kadang beberapa kasus nilai
feritin serum masih dijumpai normal, Feritin serum dapat meningkat pada kondisi
inflamasi akut. Serum besi yang rendah dapat ditemui pada beberapa penyakit,
sehingga serum besi, transferrin tidak bisa menjadi indikator yang tetap untuk
defisiensi besi. Khasnya bila serum besi berkurang maka TIBC di serum juga
akan meningkat. Rasio besi dan TIBC kurang dari 20% ditemukan pada tahap
defisiensai besi tapi akan meningkat pada tahap anemia defisiensi besi.
Soluble Transferrin reseptor (sTfR) akan dilepaskan oleh prekursor erythroid dan
meningkat pada tahap defisiensi besi. Rasio yang tinggi antara TfR terhadap
ferritin bisa memprediksi defisiensi besi karena ferritin merupakan nilai diagnosis
yang kecil. Pemantauan respon hematologi untuk terapi dengan pemberian
suplemen besi, biopsi sumsum tulang hanya dilakukan untuk konfirmasi dalam
menegakkan diagnosa defisiensi besi.
3. Algoritma terapi
BAB II
KASUS
A. Gambaran Kasus
Pada tanggal 3 Januari 2023 pasien baru datang dari poli anak jam 13.30 dengan inisial
BY.NY I pasien dirujuk dari PKM wangon, karena BB rendah ke RS akimah namun
karena ditemukan leukosit tinggi kemudian dirujuk ke poli anak RSMS. Pasien saat lahir
anemia, pneumonia keluhan saat ini berupa batuk berdahak
B. Rekonsiliasi Obat
RSUD Prof. Dr. MARGONO SOEKARJO Nama : BY.NY I
PURWOKERTO RM : 022xxx
INSTALASI FARMASI Tgl Lahir :
Usia : 1 tahun
RUANG ASTER Kelas : I/II/III/Utama/VIP/VVIP L/P Alergi : -
REKONSILIASI OBAT
SAAT ADMISI
Dari : Rumah

Aturan pakai/terakhir Tindak Lanjut Keterangan


Nama Obat
penggunaan Aturan Pakai oleh DPJP Perubahan
Tiddak ada Lanjut/Ada perubahan/Stop*) -
Lanjut/Ada perubahan/Stop*) -
SAAT TRANSFER (Dari Ruang: poli) (Ke: aster) Tgl: 3/1/2023
Nama Obat Aturan pakai/terakhir Tindak Lanjut Aturan Pakai Keterangan
penggunaan oleh DPJP Perubahan
Tidak ada Lanjut/Ada perubahan/Stop*) -
Lanjut/Ada perubahan/Stop*) -
SAAT DISCHARGE Tgl: 7/1/2023 Pulang
Nama Obat Aturan pakai/terakhir Tindak Lanjut Aturan Keterangan
penggunaan Pakai oleh DPJP Perubahan
PO Paracetamol Sr 3 x 1,5 ml prn Lanjut/Ada perubahan/Stop*) -
PO Asam 3 x 20 mg Lanjut/Ada perubahan/Stop*) -
Ursodeoksikolat
PO Cefixim 2 x 10 mg Lanjut/Ada perubahan/Stop*) -
NAC 2 x 20 mg Lanjut/Ada perubahan/Stop*) -
PO Sangobion drop 1 x 0,3 ml Lanjut/Ada perubahan/Stop*) -
C. Pemantauan Terapi Obat
RSUD Prof. Dr. MARGONO SOEKARJO PURWOKERTOINSTALASI
FARMASI RM
Nama PasienUmur : BY. NY I Nomor RM : 0062xxx
: 1 thn BB : 3 kg; TB : 49 cm
Diagnosis
: Bronkopneumonia meningokele kolestasis
anemia
RPD :-
RPM :Batuk berdahak
DPJP : dr. S. SPA

RIWAYAT PENGGUNAAN OBAT

Parameter Penyakit / Tanggal Nilai Normal 3 4/1/23 5/ 6/1/23 7/1/23


/ 1/
1 2
/ 3
2
3
Tanda Vital

Tekanan Darah (mm Hg) 120/80 mmHg - - - - -


Nadi (kali per menit) 60-100x/mnt 120 110 105 107 104
Suhu Badan (oC) 36.6-37.2⁰C 37 36,70 37 37 36
Respirasi (kali per menit) 20x/mnt 40 40 40 40 40
Batuk Berdahak +++ ++ ++ + + membaik + membaik
KELUHAN

Laboratorium Rutin / Tanggal Nilai Normal 3


/
1
/
2
3
Bilirubin Direk 0 – 0,2 1.52
Bilirubin Total 0,1 – 1,2 1.78
Akali Phosphatase 53 - 128 311
Hematokrit 30 -54 28
Hb 9 – 16.6
9
.
1
MCV 94,9
81 -
125
Laboratorium Rutin

Leukosit 22600
5000 -
19600
Granulosit 1500 - 8500
1
1
1
8
7
Terapi (Nama, Kekuatan) Aturan Pakai 3 4/1/23 5/ 6/1/23 7/1/23
/ 1/
1 2
/ 3
2
3
PARENTERAL

Inj ampi - sulbact 2 x 150 mg √ √ √ √ Stop


RUTE

Inj Gentamicine 1 x 12 mg √ √ √ √ Stop


Inj dexametason 2 x 0,1 ml - √ √ √ Stop

Asam Urso 3 x 20 mg - √ √ √ Lanjut pulang


Paracetamol Sr 3 x 1,5 ml PRN √ √ √ √
RUTE ORAL

Lanjut pulang
Sangobion drop 1 x 0,3 ml - - - - Obat pulang
NAC 2 x 20 mg - - √ √ NAC lanjut
pulang
Inf Kaen 1 B 8 mikro 8 tpm √ √ √ √ stop
I.V.F.D

Nebula Ventolin 0,5 ml - - √ √ Stop


NAC 1 ml/12 jam - - √ √ Stop
INHALASI

Diisi oleh Apoteker yang merawat :

BB : Berat Badan; TB : Tinggi Badan; RPM : Riwayat Penyakit saat MRS; RPD : Riwayat Penyakit Dahulu

D. Asuhan Kefarmasian

RSUD Prof. Dr. MARGONO SOEKARJO PURWOKERTO


INSTALASI FARMASI RM

Nama Pasien : BY. NY I Nomor RM : 022xxx


Umur : 1 thn BB : 3 kg; TB : 49 cm;
Diagnosis : Bronkopneumonia meningokele kolestasis anemia
Diisi oleh Apoteker yang merawat :
Asuhan Kefarmasian
Tgl
Subjective Objective Assesment Planning
3/1/23 Pasien baru dari poli Diagnosis DPJP Indikasi tanpa terapi  Mengusulkan untuk
anak datang dengan Bronkopneumonia meningokele menambahkan terapi
Kenaikan Bilirubin direk, asam ursodeoksikolat
keluhan batuk kolestasis dan alakli posphatase
berdahak TTV : 20 mg/kgbb/hari
belum mendapatkan
dalam 2-3 dosis
Tekanan Darah = terapi
terbagi 2-3 x 20 mg
Nadi = 120x/menit  Monitoring TTV dan
Suhu = 37 KU pasien
Respirasi = 40 x
Hasil Lab (3/1/23):
Bilirubin Direk 1.52(H)
Bilirubin Total 1.78 (H)
Akali Phosphatase 311 (H)
Hematokrit 28 (L)
Hb 9.1(L)
MCV 94,9 (H)
Leukosit 22600 (H)
Terapi DPJP : sesuai
instruksi dari DPJP
4/ Batuk berkurang, Diagnosis DPJP Tidak ada  Monitoring TTV dan
1/ keadaan masih Bronkopneumonia meningokele potensial KU pasien
2 batuk tapi sudah kolestasis anemia DRP dan
3 membaik TTV : interaksi obat
Tekanan Darah =
Nadi = 110x/menit
Suhu = 36.70
Respirasi = 40 x
Hasil Lab (3/1/23):
Bilirubin Direk 1.52(H)
Bilirubin Total 1.78 (H)
Akali Phosphatase 311 (H)
Hematokrit 28 (L)
Hb 9.1(L)
MCV 94,9 (H)
Leukosit 22600 (H)
Terapi DPJP : sesuai instruksi
dari DPJP

5/ Ibu pasien Diagnosis DPJP Tidak ada potensial  Monitoring TTV dan
1/ mengatakan baruk Bronkopneumonia meningokele DRP dan interaksi KU pasien
2 obat
berdahak pasien kolestasis anemia
3 sudah berkurang, TTV :
tidak ada sesak Tekanan Darah =
napas Nadi = 105x/menit
Suhu = 37
Respirasi = 40 x
Hasil Lab (3/1/23):
Bilirubin Direk 1.52(H)
Bilirubin Total 1.78 (H)
Akali Phosphatase 311 (H)
Hematokrit 28 (L)
Hb 9.1(L)
MCV 94,9 (H)
Leukosit 22600 (H)
Terapi DPJP : sesuai instruksi
dari DPJP
Keadaan pasien Diagnosis DPJP Tidak ada  Monitoring TTV dan
6/1/23 mulai Bronkopneumonia meningokele potensial DRP KU pasien
membaik,batuk kolestasis anemia dan interaksi
berdahak sudah TTV : obat
jarang Tekanan Darah =
Nadi = 107x/menit
Suhu = 37
Respirasi = 40 x
Hasil Lab (3/1/23):
Bilirubin Direk 1.52(H)
Bilirubin Total 1.78 (H)
Akali Phosphatase 311 (H)
Hematokrit 28 (L)
Hb 9.1(L)
MCV 94,9 (H)
Leukosit 22600 (H)
Terapi DPJP : sesuai instruksi
dari DPJP
7/ Kondisi umum Diagnosis DPJP Butuh tambahan  Mengusulkan
1/ pasien mulai Bronkopneumonia meningokele zat besi, sangobion drop 1x
2 membaik, batuk kolestasis anemia 0,3 ml
3 berdak berkurang  Monitoring TTV dan
TTV :
KU pasien
Tekanan Darah =
Nadi = 104x/menit
Suhu = 36
Respirasi = 40 x
Hasil Lab (3/1/23):
Bilirubin Direk 1.52(H)
Bilirubin Total 1.78 (H)
Akali Phosphatase 311 (H)
Hematokrit 28 (L)
Hb 9.1(L)
MCV 94,9 (H)
Leukosit 22600 (H)
Terapi DPJP : sesuai instruksi
dari DPJP

E. Perhitungan Dosis
Nama Obat Dosis Kesimpulan
Inf KAEN 1 B Resep : 8 tpm Sesuai
Perhitungan dosis anak 3 kg
=100 x 3
= 300
=300 70%
=210 ml
Tpm= 210ml x 60 tetes/24 x 60
= 12600/1440= 8,75 tpm

Inj Gentamisin Resep = 1 x 12 mg Sesuai


Literatur = 3- 6mg/kgbb/hari x 3 kg = 9-18mg/hari
Inj Dexametason Resep = 2 x 0,1 ml Sesuai
Literatur = 0,6mg/kgbb x 3kg = 1.8 mg/hari
Inj ampi - Sulbact Resep = 2 x 150 mg
Literatur = 150 mg/kgbb/hari x 3= 450 mg/hari Sesuai
Sangobion drop Resep = 1 x 0,3 ml Sesuai
Literatur = 0,1 – 0,25 mg/kgbb/hari x 3 kg = 0,3 – 0,75
mg/hari
Asam Urso Resep = 3 x 20 mg Sesuai
Literatue = 5-10mg/kgbb/hari x 3 = 15-30 mg/hari
Paracetamol Sr Resep 3 x 5 ml Sesuai

Literatur = 10- 15 mg/kgbb/hari x 3 kg = 30 – 45 mg


NAC Resep 2 x 20 mg Sesuai
Literatur = 10 mg/kgbb x 3 kg = 30 mg

Cefixim Resep 2 x 10 mg Sesuai


Literatur = 5 mg/kgbb/hari x 3kg = 15 mg/hari
BAB III
PEMBAHASAN

Pada tanggal 3 Januari 2023 pasien baru datang dari poli anak jam 13.30 dengan
inisial BY.NY I pasien dirujuk dari PKM wangon, karena BB rendah ke RS akimah
namun karena ditemukan leukosit tinggi kemudian dirujuk ke poli anak RSMS. Pasien
saat lahir anemia, pneumonia keluhan saat ini berupa batuk berdahak, kemudian pasien
di sarankan untuk melalukan rawat inap dan di pindahkan dari poli anak ke bangsal Aster
untuk mendaptkan mendapatkan perawaran.
Rekonsiliasi obat pada saat admisi maupun transfer ibu pasien menyatakan bahwa
belum ada obat yang di konsumsi sebelumnya dari RS rujukan maupun dari rumah.
Pasien mendapatkan terapi ketika dirawat di aster, terapi yang diberikan yaitu infus KA-
EN 1B micro 8 tpm, injeksi ampi-sulbact 2 x 150 mg, injeksi gentamisin 1 x 12 mg dan
sirup paracetamol diminum jika diperlukan. Infus KA-EN 1B terkandung sodium
chloride dan juga dextrose anhydrous. KA-EN 1B digunakan untuk membantu
menyalurkan atau mengganti cairan dan elektrolit pada kondisi, seperti dehidrasi pada
pasien yang kekurangan karbohidrat, sebagai pengganti darah dan juga cairan yang
hilang. Pasien diberikan injeksi ampi – sulbact 2 x 150 mg bertujuan untuk terapi
alternatif empiris pneumonia (Prasetyo, E. Y., & Kusumaratni, D. A, 2019).
Pasien diberikan injeksi gentamisin dengan dosis 1 x 12 mg bertujuan untuk terapi
bronkopneumonia. Penggunaan antibiotik gentamisin intravena kombinasi betalaktam
seperti ampisilin menjadi pilihan terapi rasional yang direkomendasikan WHO untuk
pneumonia berat pada anak, dibandingkan golongan aminoglikosida lainnya seperti
kanamisin, amikasin, maupun netilmisin, antibiotik gentamisin lebih mudah diperoleh
serta harganya lebih terjangkau (Soegijanto, 2010). Gentamisin merupakan antibiotik
golongan aminoglikosida yang digunakan pada infeksi berat yang disebabkan oleh
bakteri negatif aerob terutama aktivitas bakterisidal terhadap Pseudomonas aeroginosa
dan spesies Enterobacter (Endriastuti, N. E., 2015).
Berdasrkan hasil PTO dan analisi SOAP terdapat DRP yaitu adanya indikasi tanpa
terapi dimana kenaikan bilirubin direk, dan alakli posphatase belum mendapatkan terapi
sehingga mengusulkan untuk menambahkan terapi asam ursodeoksikolat 20
mg/kgbb/hari dalam 2-3 dosis terbagi 2-3 x 20 mg, pemberian asam usodeoksikolat
bertujuan untuk menurunkan kadar bilirubin direk dan alkali posphatase yang dapat
menyebakan hal-hal yang tidak diinginkan seperti batu empedu, penyakit kuning atau
penyakit hepatitis.

Pada tanggal 4 Januari 2023 pasien kemudian mendaptakan obat asam


usodeoksikolat debgan dosis 3 x 20 mg untuk menurunkan kadar kadar bilirubin direk
dan alkali posphatase. Asam Ursodeoksikolat dapat meluruhkan atau melarutkan batu
empedu, mencegah batu empedu terbentuk pada pasien obesitas yang kehilangan berat
badan dengan cepat, dan untuk mengobati penyakit hati. Asam Ursodeoksikolat
merupakan asam empedu yang berada secara alami di dalam tubuh, sehingga mekanisme
yang dihasilkan untuk meluruhkan batu empedu adalah dengan mengurangi sekresi
kolesterol dari hati dan mengurangi reabsorpsi kolesterol oleh usus halus.
Pada hari dan tanggal sama pasien juga mendaptkan obat injeksi dexamethason
dengan dosis 2 x 0,1 ml mg, pemberian dexametasone bertujuan untuk mengatasi
pradangan pada pasien yang mengalamai bronkopenumonia. Dexamethasone merupakan
kortikosteroid dengan aktivitas utama glukokortikoid, merupakan kortikosteroid sintesis
terampuh dalam mengatasi peradangan. Dexamethasone sebagai antiinflamasi berkerja
dengan menekan proses migrasi neutrofil dalam proses peradangan, mengurangi
produksi prostaglandin dan menyebabkan terjadinya dilatasi kapiler darah, sehingga
dapat mengurangi respon imun terhadap inflamasi yang terjadi. (Erlangga,
SItanggang&Bisri 2015). Pasien juga mendaptkan terapi N-acetylcysteine yang bertujuan
untuk mengatasi batuk berdahak pada pasien, N-acetylcysteine adalah obat yang
digunakan sebagai terapi pada orang dengan kondisi paru-paru tertentu sepaerti cystic
fibrosis,emfisema, bronkitis, pneumonia, atau tuberkulosis. Acetylcysteine adalah obat
golongan mukolitik yang berfungsi untuk mengencerkan dahak yang menghalangi
saluran pernapasan (Seran Lo’o, F. S, 2019). Pasien juga mendapatkan nebula ventolin
dengan dosis 0,5 ml, pemberian nebula bertujuan untuk membuka saluran pernafasan
bronkus (bronkodilator) dengan melemaskan otot-otot di sepanjang saluran pernafasan.
Ventolin nebulizer adalah obat yang digunakan untuk mengobati penyakit pada saluran
pernafasan, ventolin nebulizer termasuk obat golongan agonis adrenoreseptor beta-2
selektif kerja pendek pada otot-otot bronkus short acting beta-adrenergic receptor
agonist. Obat ini bekerja dengan cara merangsang secara selektif reseptor beta-2
adrenergik terutama pada otot  bronkus. hal ini menyebabkan terjadinya pelebaran otot
bronkus karena otot bronkus mengalami relaksasi.
Pada tanggal 5 hingga 6 Januari 2023 pasien masih mendaptkan terapi yang sama yaitu
infus KA-EN 1B micro 8 tpm, injeksi ampi-sulbact 2 x 150 mg, injeksi gentamisin 1 x 12
mg, dexamethason dengan dosis 2 x 0,1 ml, asam usodeoksikolat debgan dosis 3 x 20
mg, N-acetylcysteine, dan sirup paracetamol diminum jika diperlukan. Keadaan pasien
mulai membaik keluhan batuk berdahak pasien mulai berkurang, dalam hal ini tidak
ditemukan adanya potensial interaksi obat sehingga yang perlu dilakukan yaitu memonitoring
tanda -tanda vital dan keadaan umum pasien .
Pada tanggal 7 Januari 2023 keadan umum pasien berangsur-angsur mulai membaik
sehingga pasien diperbolehkan untuk pulang, batuk berhadah pasien sudah mulai mereda.
Pasien pulang diresepkan obat untuk rawat jalan yaitu asam usodeoksikolat dengan dosis
3 x 20 mg, N-acetylcysteine dengan dosis 2 x 20 mg, cefixsim dengan dosis 2 x 10 mg,
sangobion drop dengan dosis 1 x 0,3 ml dan sirup paracetamol diminum jika diperlukan.
Asam usodeoksikolat dengan dosis 3 x 20 mg diberikan untuk mengontol kadar bilirubin
direk dan alkali posphatase selama masa rawat jalan, mencegah batu empedu terbentuk
dan untuk mengobati penyakit hati. Pemberian N-acetylcysteine dengan dosis 2 x 20
mg untuk dibawa pulang agar keluhan batuk berdahar pada pasien dapat terus terkontol
dan sembuh. Pemberian cefixsim dengan dosis 2 x 10 mg bertujuan untuk pengobatan
bronkopemonia sebagai antibiotik untuk pengobatan selama masa rawat jalan karena
pengobatan pneumonia itu 2 sampai 3 minggu . Pemberian sangobion drop dengan dosis
1 x 0,3 ml karena pasien membutuhkan tambahan zat besi untuk meningkatkan kadar hb
pasien, kemudian pemberian paracetamol untuk menunrukan panas pada pasien jika
diperlukan, jika tidak ada keluhan demam maka tidak perlu digunakan.
BAB IV
KESIMPULAN

Pada tanggal 3 Januari 2023 pasien datang dari poli anak jam 13.30 dengan inisial
BY.NY I pasien dirujuk dari PKM wangon, karena BB rendah ke RS akimah namun
karena ditemukan leukosit tinggi kemudian dirujuk ke poli anak RSMS. Pasien saat lahir
anemia, pneumonia keluhan saat ini berupa batuk berdahak, kemudian pasien di
sarankan untuk melalukan rawat inap dan di pindahkan dari poli anak ke bangsal Aster
untuk mendaptkan mendapatkan perawaran. Pasien di diagnosa mengalami
Bronkopneumonia meningokele kolestasis anemia. Setelah dilakukan perawan selama 5
hari keadan umum pasien mulai membaik sehingga pasien diperbolehkan untuk pulang, batuk
berhadah pasien sudah mulai mereda. Pasien pulang diresepkan obat untuk rawat jalan yaitu
asam usodeoksikolat dengan dosis 3 x 20 mg, N-acetylcysteine dengan dosis 2 x 20 mg,
cefixsim dengan dosis 2 x 10 mg, sangobion drop dengan dosis 1 x0,3 ml dan sirup paracetamol
diminum jika diperlukan.
DAFTAR PUSTAKA

Erlangga, M. E., Sitanggang, R. H., & Bisri, T. (2015). Perbandingan pemberian


deksametason 10 mg dengan 15 mg intravena sebagai adjuvan analgetik terhadap skala
nyeri pascabedah pada pasien yang dilakukan radikal mastektomi termodifikasi. Jurnal
Anestesi Perioperatif, 3(3), 146-154.
Endriastuti, N. E., Wahyono, D., & Sukarno, R. (2015). Evaluation of Gentamicin Doses for
Treating Children with Severe Pneumonia. JURNAL MANAJEMEN DAN PELAYANAN
FARMASI (Journal of Management and Pharmacy Practice), 5(1), 27-32.
Prasetyo, E. Y., & Kusumaratni, D. A. (2019). Evaluasi Penggunaan Antibiotik Pada Pasien
Pneumonia Rawat Inap Di Rs Dkt Kota Kediri Dengan Metode Atc-Ddd Tahun 2018. In
Prosiding Artikel Seminar Nasional Farmasi.
Soegijanto, S., 2010, Kumpulan Makalah Penyakit Tropis Dan Infeksi Di Indonesia, 8th Ed,
Airlangga University Press, Surabaya.
Seran Lo’o, F. S. (2019). Asuhan keperawatan pada NY. MH Dengan Chronic Obstructive
Pulmonary Disease Rumah Sakit Bhayangkara Kupang (Doctoral dissertation, Poltekkes
Kemenkes Kupang).

Anda mungkin juga menyukai