Anda di halaman 1dari 63

SEMINAR PROPOSAL

STRATEGI KEBIJAKAN PELAYANAN CETAK DOKUMEN


KARTU TANDA PENDUDUK ELEKTRONIK
(KTP-EL) SECARA MANDIRI
PADA DINAS KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL
PROVINSI DKI JAKARTA

GARRY ADRIAN PUTRA, S.STP


NPM. 206301918036

UNIVERSITAS NASIONAL
SEKOLAH PASCASARJANA
PROGRAM MAGISTER ADMINISTRASI PUBLIK
JAKARTA
2023
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI............................................................................................................ii
BAB 1......................................................................................................................1
PENDAHULUAN...................................................................................................1
1.1 Latar Belakang Masalah............................................................................1
1.2 Identifikasi Masalah..................................................................................9
1.3 Rumusan Masalah.....................................................................................9
1.4 Maksud dan Tujuan Penelitian................................................................10
1.5 Manfaat Penelitian...................................................................................10
1.6 Sistematika Penulisan..............................................................................11
BAB II....................................................................................................................13
LANDASAN TEORI PENELITIAN.....................................................................13
2.1 Penelitian Terdahulu................................................................................13
2.2 Tinjauan Pustaka.....................................................................................17
2.2.1 Konsep Strategi................................................................................17
2.2.2 Kebijakan Publik..............................................................................19
2.2.3 Konsep Pelayanan Publik.................................................................23
2.2.4 Kartu Tanda Penduduk Elektronik (KTP-EL).................................33
2.2.5 Kerangka Pemikiran.........................................................................37
BAB III..................................................................................................................41
METODOLOGI PENELITIAN.............................................................................41
3.1 Pendekatan Penelitian..............................................................................41
3.2 Subyek dan Obyek Penelitian..................................................................43
3.2.1 Subyek Penelitian.............................................................................43
3.2.2 Obyek Penelitian..............................................................................43
3.3 Jenis dan Sumber Data............................................................................44
3.3.1 Sumber Data.....................................................................................44
3.3.2 Informan...........................................................................................46
3.4 Teknik Pengumpulan Data......................................................................47
3.4.1. Observasi (Penelitian)......................................................................47
3.4.2. Wawancara (interview)....................................................................51
3.4.3. Dokumentasi....................................................................................52
3.5 Teknik Analisis Data...............................................................................53
3.5.1. Pendekatan Induktif.........................................................................53
3.5.2. Teknik Triangulasi...........................................................................54
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................57
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Menurut Undang – Undang Nomor 24 Tahun 2013 perubahan atas Undang

– Undang Nomor 23 Tahun 2006, Administrasi Kependudukan bertujuan untuk

memberikan pengakuan, perlindungan, penentuan identitas pribadi dan status

hukum setiap peristiwa kependudukan dan peristiwa penting setiap penduduk

Indonesia dan Warga Negara Indonesia yang berada di luar wilayah Negara

Indonesia1. Pengelolaan peristiwa kependudukan dan peristiwa penting penduduk

tersebut kemudian dibagi proses penyelenggaraannya melalui pendaftaran

penduduk dan pencatatan sipil.

1. Pendaftaran penduduk adalah pencatatan biodata, pelaporan peristiwa

kependudukan dan pendataan penduduk rentan administrasi kependudukan

serta penerbitan dokumen kependudukan berupa kartu identitas. Peristiwa

kependudukan meliputi pindah datang, perubahan alamat, serta status

tinggal.

2. Peristiwa pencatatan sipil merupakan pencatatan penting seseorang

meliputi kelahiran, kematian, lahir mati, perkawinan, perceraian,

pengesahan anak, pengakuan anak, pengangkatan anak, perubahan nama,

dan perubahan status kewarganegaraan.

Berdasarkan pendapat ahli Pengertian Administrasi Kependudukan

berdasarkan undang-undang No 23 Tahun 2006 adalah rangkaian kegiatan

penataan dan penertiban dalam penerbitan dokumen dan data kependdukan


1
Undang – Undang Nomor 24 Tahun 2013 perubahan atas Undang – Undang Nomor 23 Tahun
2006
melalui penaftaran penduduk, pencatatan sipil, pengelolaan informasi

administrasi kependudukan serta pendayagunaan hasil untuk pelyanan publik dan

pembangunan sektor lain. Berdasarkan pengertian tersebut maka Data dan

Dokumen kependudukan yang di hasilkan dari pendaftaran penduduk dan

pencatatan sipil haruslah Valid dan di Mutakhirkan secara terus menerus melalui

pelayanan2.

Untuk Mendukung perolehan data yang valid yang terekam dalam

Database Kependudukan, maka Verivikasi dan Validasi data penduduk secara

berjenjang serta penggunaan teknnologi informasi berupa sistem informasi

administrasi kependudukan (SIAK), baik aplikasi maupun infrastruktur penunjang

(Hardware, Software, Sumberdaya Manusia) menjadi penting untuk di

implementasikan secara berkelanjutan. Berkaitan dengan pelaksanaan penertiban

KTP-EL dalam Surat Edaran Mendagri No. 470/327/SJ Th 20143 Tentang

Perubahan Kebijakan dalam Penyelenggaraan Administrasi Kependudukan yaitu:

1). Masa berlaku KTP Elektronik berubah dari 5 (lima) tahun menjadi seumur

hidup.

2). Pada tahun 2014 dan seterusnya direncanakan Penerbitan KTP dilaksanakan

oleh Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil, sehingga perlu pengembangan

layanan berupa layanan pencetakan KTP Elektronik.

3). Penegakan hukum dan Pencegahan kriminal.

Hal ini adalah sebagai fungsi untuk memudahkan pencarian pelaku kriminal,

2
Soemartono. Triyuni. Hendrastuti. 2011:12-13. Administrasi Kependudukan Berbasis Registrasi,
cetakan pertama Jakarta : Yayasan Bina Profesi Mandiri
3
Surat Edaran Mendagri No. 470/327/SJ Th 2014 Tentang Perubahan Kebijakan dalam
Penyelenggaraan Administrasi Kependudukan
2
mencegah perdagangan ilegal dan mencegah pekerjaan ilegal. Namun yang terjadi

di lapangan saat ini kenyataannya masih banyak permasalahan yang timbul terkait

pelaksanaan kebijakan KTP-EL di Indonesia. Menyebabkan jutaan anak Indonesia

tumbuh tanpa akta kelahiran, yang berakibat anak-anak tersebut kesulitan untuk

mendaftar sekolah, kemudian jika anak usia mulai 17 tahun hingga usia diatas 17

tahun yang sudah lulus SMA tapi tidak memiliki Kartu Tanda Penduduk

elektronik (KTP-EL), mereka juga akan kesulitan untuk dapat mengakses jika

ingin melanjutkan bekerja dalam pekerjaan formal baik Swasta, BUMN maupun

ASN, dimana setiap seleksi penerimaan akan membutuhkan kartu identitas

sebagai bukti bahwa yang bersangkutan adalah Warga Negara yang sah dan

dilindungi hukum.

Berdasarkan Peraturan Presiden RI Nomor 26 Tahun 2009 tentang

Pelaksanaan Kartu Tanda Penduduk berbasis Nomor Induk Kependudukan secara

nasional bahwa Kartu Tanda Penduduk (KTP) adalah identitas resmi penduduk

sebagai bukti diri yang diterbitkan oleh instansi pelaksana yang berlaku di seluruh

wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI)4. Nomor Induk

Kependudukan (NIK) adalah nomor identitas penduduk yang bersifat unik atau

khas, tunggal dan melekat pada seseorang yang terdaftar sebagai penduduk

Indonesia. Penduduk wajib KTP adalah warga negara Indonesia yang telah

berumur 17 (tujuh belas) tahun, dengan kepemilikan KTP, seseorang dapat

mengurus berbagai perijinan seperti pembuatan SIM, STNK, Pajak dll. Pemberian

NIK kepada setiap penduduk diawali tahun 2011 silam, penerapan KTP berbasis

4
Peraturan Presiden RI Nomor 26 Tahun 2009 tentang Pelaksanaan Kartu Tanda Penduduk
berbasis Nomor Induk Kependudukan secara nasional bahwa Kartu Tanda Penduduk (KTP).
3
NIK secara Nasional yang dilengkapi dengan rekam biometric, sidik jari dan

tanda tangan. Peraturan Gubernur DKI Jakarta Nomor 110 Tahun 2018 tentang

Peningkatan Kualitas Layanan Administrasi Kependudukan yang menjelaskan

bahwa untuk pemenuhan kepemilikan identitas penduduk bagi setiap penduduk

melalui penerbitan dokumen kependudukan secara cepat dan tepat serta dalam

rangka mewujudkan akurasi data penduduk, perlu dilakukan peningkatan kualitas

layanan administrasi kependudukan5.

Adanya dasar hukum yang mengatur tentang administrasi kependudukan

semakin menegaskan pentingnya suatu masyarakat dalam melengkapi

administrasi kependudukannya. Oleh Karena itu masyarakat dan pemerintah dapat

berperan aktif untuk melaporkan dan mendata peristiwa penting terkait dengan

diri masyarakat tersebut di Dinas Kependudukan.

Dalam penerbitan NIK sebagai data tunggal seorang penduduk, Kementerian

Dalam Negeri juga bekerja sama dengan BPPT pada tahun 2012 untuk

mendapatkan perlindungan siber dalam melindungi data penduduk didalam Kartu

Tanda Penduduk Elektronik (KTP-EL).

Di dalam lingkup kehidupan bernegara maka sudah menjadi tugas

pemerintah yang seharusnya memberikan pelayanan publik yang berkualitas demi

terciptanya kesejahteraan masyarakat. Saat ini pelayanan publik di Indonesia

sudah mulai bergerak kearah yang lebih baik, karna pelayanan publik selalu

menjadi sorotan masyarakat terhadap kinerja pemerintah. Hal ini ditandai dengan

masih adanya berbagai keluhan masyarakat luas, keluhan yang muncul dari

masyarakat antara lain adalah sebagai berikut:


5

4
1. Kurang responsif. Kondisi ini terjadi pada hampir semua tingkatan unsur

pelayanan, mulai dari tingkatan petugas pelayanan sampai dengan

tingkatan penanggung jawab instansi. Respon terhadap berbagai keluhan,

aspirasi, maupun harapan masyarakat seringkali lambat atau bahkan

diabaikan sama sekali.

2. Kurang informatif. Berbagai informasi yang seharusnya disampaikan

kepada masyarakat, lambat atau bahkan tidak sampai kepada masyarakat.

3. Kurang accessible. Berbagai unit pelaksana pelayanan terletak jauh dari

jangkauan masyarakat, sehingga menyulitkan bagi mereka yang

memerlukan pelayanan tersebut.

4. Kurang koordinasi. Berbagai unit pelayanan yang terkait satu dengan

lainnya sangat kurang berkoordinasi. Akibatnya, sering terjadi tumpang

tindih antara satu instansi pelayanan dengan instansi pelayanan lain yang

terkait.

5. Birokrasi Pelayanan yang panjang, khususnya pelayanan perijinan pada

umumnya dilakukan dengan melalui proses yang terdiri dari berbagai

level, sehingga menyebabkan penyelesaian pelayanan yang terlalu lama.

6. Kurang mau mendengar saran masyarakat.

Pada umumnya aparatur sumber daya teknis kurang memiliki kemauan

untuk mendengar saran dari masyarakat. Akibatnya, pelayanan dilaksanakan

dengan apa adanya, tanpa perbaikan dari waktu ke waktu, seperti alur birokrasi

yang berbelit yang menjadikan pelayanan sangat memakan banyak waktu. Saat ini

masyarakat menilai bahwa aparatur pelaksana cenderung kurang memperhatikan

5
dan mengabaikan masyarakat dalam pelayanan, dikarenakan jumlah sumber daya

aparatur pelaksana yang juga terbatas dan tidak imbang dengan jumlah

masyarakat yang melakukan pengurusan dokumen kependudukan. Di kota besar

seperti Jakarta semua orang datang untuk mencari pekerjaan, mulai dari berbagai

kalangan strata Pendidikan hingga berbagai golongan kehidupan datang untuk

mengadu nasib ke Jakarta. Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Provinsi

DKI Jakarta juga mengalami kesulitan dalam mensosialisasikan KTP-EL kepada

masyarakat, terutama bagi masyarakat yang dalam keadaan sakit dengan tidak

adanya keluarga yang membantu merawat, juga seperti pendatang yang tinggal di

pemukiman tidak selayaknya, yang juga tidak memungkinkannya petugas aparatur

untuk mendata jumlah penduduk yang wajib memiliki dokumen kependudukan.

Pentingnya Kartu Tanda Penduduk Elektronik saat ini sudah menjadi

kebutuhan dasar bagi sebagian besar masyarakat Indonesia dalam kegiatan sehari

hari, seperti pelayanan perbankan, pajak, hingga asuransi, semakin banyaknya

kebutuhaan masyarakat dalam penggunaan dokumen kependudukan saat ini, ini

akan menimbulkan masalah baru dalam pelayanan kependudukan dan pencatatan

sipil kedepannya.

Secara administratif wilayah Provinsi DKI Jakarta merupakan Provinsi

kecil dengan luas daratan hanya 661 Km2 namun memiliki jumlah penduduk

sebanyak 11.249.585 Juta Jiwa berdasarkan data GIS Dukcapil Kemendagri pada

tanggal 30 Juni 2022 (data semester I tahun 2022). Provinsi DKI Jakarta memiliki

5 Kota dan 1 Kabupaten Administrasi, dengan 44 kecamatan dan 267 kelurahan.

Letak geografis berada diantara 60° 8'' Lintang Selatan dan 106° 0' 48'' Bujur

6
Timur, mempunyai batas-batas: - Batas Utara : Laut Jawa, Batas Barat : Provinsi

Banten, Batas Selatan dan Timur : Provinsi Jawa Barat. Adapun Perkembangan

Data Penduduk Provinsi DKI Jakarta pada tahun 2020 ke tahun 2022,

sebagai berikut pada Tabel 1.1 :

Tabel 1.1
Data Penduduk
Provinsi DKI Jakarta Tahun 2020-2022
No Tahun Perkembangan Jumlah Penduduk

1 2020 10.560.000 Juta Jiwa

2 2021 10.950.000 Juta Jiwa

3 2022 11.249.585 Juta Jiwa

Kenaikan Jumlah 689.585 Juta Jiwa


2020 s.d 2022
Sumber: gis.dukcapil.kemendagri.go.id (Juni 2022)

Pelayanan publik yang dilakukan oleh Pemerintah Daerah Provinsi DKI

Jakarta, yakni Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Provinsi DKI Jakarta

diantaranya dengan melakukan transformasi layanan administrasi kependudukan

sesuai dengan instruksi dari Direktorat Jenderal Kependudukan dan Pencatatan

Sipil Kementerian Dalam Negeri yaitu program Anjungan Dukcapil Mandiri

(ADM). Program Anjungan Dukcapil Mandiri (ADM) di launching langsung oleh

Menteri Dalam Negeri Prof. M. Tito Karnavian pada November tahun 2019 saat

acara Rapat Koordinasi Nasional Dukcapil di Hotel Discovery Ancol, Jakarta.

Pelaksanaan program tersebut dilaksanakan di tahun yang sama yaitu tahun 2019

sejak dikeluarkannya Permendagri No.7 tahun 2019 tentang Pelayanan

7
Administrasi Kependudukan secara Daring6, program tersebut menjadi salah satu

cara mewujudkan upaya transformasi birokrasi dalam integrasi dengan dunia

online dengan lini produk pelayanan publik era Revolusi 4.0 dengan internet

sebagai penopang utamanya. Juga mendorong masyarakat Provinsi DKI Jakarta

untuk tertib administrasi kependudukan secara mandiri. Anjungan Dukcapil

Mandiri (ADM) juga diperuntukan dalam menunjang proses pencetakan KTP-EL

secara nasional, tentunya mengurangi aparatur Sumber Daya Manusia yang harus

berkutat dengan masyarakat langsung untuk melayani penduduk dalam proses

pencetakan KTP-EL. Selain itu sarana dan prasarana seperti perangkat ADM

tersebut harus ditempatkan pada lokasi yang mudah dijangkau masyarakat seperti,

Mall Pelayanan Publik (MPP) dan tempat pusat perbelanjaan, dimana mesin

ADM aktif selama 24/7, sehingga guna dari mesin ADM menjadi lebih akurat dan

berfungsi sebagai alat untuk mempermudah akses masyarakat yang tidak dapat

mengurus dokumen kependudukan di hari kerja.

Dengan ditunjangnya peralatan tersebut diharapkan Dinas Kependudukan

dan Pencatatan Sipil Provinsi DKI Jakarta dapat mengoptimalkan Pelayanan

KTP-EL bagi masyarakat Jakarta maupun pendatang di Jakarta dan untuk tertib

Administrasi Kependudukan sehingga menghindari oknum - oknum petugas yang

menjadi calo untuk mempercepat proses pencetakan dokumen administrasi

kependudukan.

Berdasarkan penjelasan diatas peneliti mengambil permasalahan yang ada

terkait pelayanan administrasi kependudukan di Dinas Kependudukan dan

Pencatatan Sipil Provinsi DKI Jakarta, dengan judul “STRATEGI KEBIJAKAN


6
Permendagri No.7 tahun 2019 tentang Pelayanan Administrasi Kependudukan secara Daring
8
PELAYANAN CETAK DOKUMEN KARTU TANDA PENDUDUK

ELEKTRONIK (KTP-EL) SECARA MANDIRI PADA DINAS

KEPENDUDUKAN DAN PENCATATAN SIPIL PROVINSI DKI

JAKARTA”.

1.2 Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah tersebut diatas, maka penulis

mengindentifikasi masalah sebagai berikut :

1. Rumitnya proses layanan cetak KTP-EL (baru dan pergantian)

menggunakan ADM (Anjungan Dukcapil Mandiri) di wilayah kerja

Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Provinsi DKI Jakarta;

2. Kurangnya informasi kepada warga yang ingin melakukan layanan cetak

KTP-EL menggunakan ADM (Anjungan Dukcapil Mandiri) di Dinas

Kependudukan dan Pencatatan Sipil Provinsi DKI Jakarta;

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan Identifikasi masalah penelitian diatas, maka dapat

dirumuskan masalah sebagai berikut :

1. Apa strategi kebijakan dan upaya yang dilakukan agar cetak dokumen

KTP-EL secara mandiri berjalan optimal di Dinas Kependudukan dan

Pencatatan Sipil Provinsi DKI Jakarta ?

2. Faktor apa saja yang mendukung, menghambat dan apa pendukung

kebijakan strategi layanan cetak dokumen KTP-EL di Dinas

Kependudukan dan Pencatatan Sipil Provinsi DKI Jakarta ?

9
1.4 Maksud dan Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui apa saja strategi kebijakan dan menganalisa upaya apa

saja yang dilakukan oleh Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil

Provinsi DKI Jakarta agar layanan dapat berjalan optimal.

2. Untuk mengetahui apa saja yang menjadi pendukung, penghambat dan apa

pendukung kebijakan dari strategi layanan Dinas Kependudukan dan

Pencatatan Sipil Provinsi DKI Jakarta dalam memberikan layanan cetak

dokumen KTP-EL kepada masyarakat.

1.5 Manfaat Penelitian

1. Penelitian yang dilakukan penulis di Dinas Kependudukan dan Pencatatan

Sipil Provinsi DKI Jakarta diharapkan dapat memberikan manfaat secara

teoritis maupun secara praktis terutama kepada masyarakat jakarta dan

Kantor Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Provinsi DKI Jakarta.

2. Hasil penelitian dalam bidang akademik diharapkan dapat menjadi

masukan dan bahan kajian dalam pendidikan dan sebagai ilmu yang dapat

dikembangkan untuk pengembangan ilmu administrasi publik dengan

peningkatan layanan publik di Pemprov DKI Jakarta, terutama yang

berkaitan dengan pengembangan konsep strategi dalam membuat

kebijakan pelayanan publik untuk masyarakat dan peningkatan kinerja

10
pemerintah menjadi lebih optimal.

3. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan dan solusi

dalam peningkatan layanan administrasi kependudukan, sehingga dalam

pelaksanaannya tercipta ruang terbuka yang informatif, responsif dan

mudah di akses masyarakat dalam melakukan layanan administrasi

kependudukan yang profesional, akuntabilitas dan berintegritas.

1.6 Sistematika Penulisan

Untuk memberikan gambaran yang jelas tentang sistematika penulisan,

dalam penelitian ini menggunakan Metode Penelitian Kualitatif Deskriptif dimana

penulis akan melakukan penelitian yang dipandu dalam rumusan masalah untuk

mengeksplorasi atau melihat kondisi social secara langsung, menyeluruh, luas dan

mendalam. Dan membagi dalam V (lima) bab, dimana masing – masing bab

terdiri dari sub dan permasalahan yang penulis temukan dan amati, dengan

susunan sebagai berikut:

1. BAB I PENDAHULUAN

Sistematika penulisan bab ini berisi Latar Belakang, Identifikasi Masalah,

Rumusan Masalah, Maksud dan Tujuan Penelitian, Manfaat Penelitian hingga

Sistematika Penulisan.

2. BAB II LANDASAN TEORI PENELITIAN

Landasan Teori dalam hal penulisan ini berisi tentang Deskripsi Teori yang

berhubungan dengan Judul Tesis ini, landasan teori tersebut berisi tentang

Penelitian Terdahulu, Deskripsi Teori, penelitian terdahulu yang pernah

11
ditulis dan diteliti dan Kerangka Pemikiran dalam penelitian ini.

3. BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Metodologi Penelitian ini menjelaskan tentang Teknik dalam penulisan

penelitiian, mencakup tempat dan waktu penelitian, Paradigma dan Perspektif

Penelitian, Metode Penelitian, Sumber Data, Unit Analisis dan Informan

Penelitian, Teknik Pengumpulan dan Pengolahan data, serta Teknik Analisi

Data.

4. BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab ini menjelaskan tentang pendeskripsian objek penelitian serta

pembahasan hasil penelitian yang didasarkan pada teori yang dipakai dalam

penelitian ini.

5. BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini menjelaskan kesimpulan tentang hasil penelitian dan implikasi

terhadap jawaban dan masalah - masalah yang ada serta saran dan peneliti

terhadap hasil penelitian tesis tersebut.

BAB II
LANDASAN TEORI PENELITIAN
12
2.1 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu yang pernah dilakukan sebagai bahan perbandingan

dan kajian. Adapun hasil-hasil penelitian yang dijadikan perbandingan berkaitan

dengan topik penelitian yaitu :

Tahu
Judul/Nama Obyek Metode Kesimpulan
n Penelitian

2018 Implementasi Studi Pada Kualitatif Masih banyaknya kekurangan


Kebijakan Dinas seperti jumlah loket yang
Pelayanan Dukcapil disemaratakan padahal jumlah
Administrasi Kota
penduduk disetiap kecamatan tidak
Kependudukan Malang
Terpadu sama sehingga apabila system
yang lama dibuat sama dengan
Didik Fakthur yang sekarang maka daerah
Rohman, penduduk banyak seperti
Imam Lokokwaru dan Klojen akan lebih
HanafiMinto lama waktu pelayananya.
Hadi
Administrasi public merupakan
system Kerjasama anta individu
yang berada dalam organisasi
public seehingga hubungan anatar
administrasi public dan kebijakan
public merupakan landasan bagi
individu yang ada dalam organisasi
public untuk mencapai tujuan
Negara dan dalam prespektif
seperti kepuasan masyarakat
merupaan suatu yang bersifat
sangat mutlak sehingga diharapkan
kedepannya hal-hal yang bersifat
menghambat sebuah kebijakan bisa
diminimalisir.

13
2018 Evaluasi Kota Kualitatf Mekanisme Pelayanan Pembuatan
Program Cilegon KIA (kartu Identitas Anak)
Kartu merupakan suatu bentuk
Identitas Anak
Implementasi Kebijakan
Jaka Permana Pemerintah kemudian anjan
penghambatyaitu kurangnya
Sumber Daya Manusia, didalam
Mekanisme Pelayanan Pembuatan
KIA (Kartu Identitas Anak)
merupakan suatu bentuk
Implementasi Kebijakan
Pemerintah, Kurangnya alat
Blanko dan Fasilitas Pendukung
lainnya, Kurangnya Sosialisasi
secara langsung kepada
masyarakat oleh Pemerintah Kota
Cilegon.

2019 Implementasi Kabupaten Kualitatif Mekanisme Pelayanan Pembuatan


Program Sintang KTP Elektronik merupakan suatu
Kartu Tanda bentuk Implementasi Kebijakan
Penduduk
Pemerintah kemudian factor
Elektronik
penghambat dari tesis ini yaitu
Ade Hasan Kurang adanya komunikasi dan
koordinasi yang baik antara
Pemerintah Kabupaten dan
Pemerintah Kecamatan, Sumber
Daya Manusia, didalam
Mekanisme Pelayanan Pembuatan
KTP Elektronik merupakan suatu
bentuk Implementasi Kebijakan
Pemerintah, Kurangnya alat
Perekaman KTP Elektronik dan
Fasilitas Pendukung lainnya,
Kurangnya Sosialisasi secara
langsung kepada masyarakat oleh
Pemerintah Kabupaten Kapuas
Hulu dan Pemerintah Kecamatan.
14
2019 Kualitas Kecamatan Kualitatif Kantor Kecamatan Pasirjambu
Penyelenggara Pasirjambu belum memenuhi fasilitas
Pelayanan pelayanan yang memadai untuk
Publik Bidang memberikan pelayanan kepada
Adminduk masyarakat seperti masih
sedikitnya kursi diruang tunggu,
Yayat belum adanyameja untuk menulis
Rukhayat di ruang tersedia. Fasilitas seperti
gengset kurang dioptimalkan
sehinngga Ketika listrik mati maka
proses pelayanan pun juga kan
berhenti total artinya, masyarakat
tidak dapat mendapatkan
pelayanan. Masyrakat kecamatan
pasirjambu berikan bagian
pelayanan umum Kecamatan
Pasirjambu dalam aspek reliability
jurnal ilmiah Magister Ilmu
Administrasi (JIMIA) No. 2 Tahun
XI Juni 2017 | 65 (Kehandalan)
Mengenai Kehandalan dalam
Menangani keluhan Masyrakat,
handal dalam segi waktu dan
ketepatan proses pelayanan. Daya
tanggap (Resnponsiveeness)
pegawai dalam hal membantu
masyarakat yang membutuhkan
pelayanan khususnya keamanan
dikantor Kecamatan Pasirjambu
Kabupaten Bandung sudah
menunjukan upaya meningkatkan
kualitas pelayanannya terkait
memberikan rasa aman bagi
masyarakat yaitu dengan
menempatkan tukang parkir yang
ikut mengamankan keadaan
diparkiran. Kemudian ada barang
yang tertinggal diruang pelayanan
akan disisipkan oleh petugas
sampai pemiliknya mengambil.
Empati yang diberikan pihak
kecamatan Pasirjambu yaitu
denagn memberikan kesan yang
menyenangkan.

15
2020 Implementasi Kabupaten Kualitattif Mekanisme Pelayanan Dokumen
Kebijakan Sintang Kependudukan seperti pembuatan
Pelayanan KTP Konvensional yang belum
Kependudukan
menggunakan data Biometrik dan
dan
Pencatatan Pelayanan Dokumen Akta seperti
Sipil Akta Kelahiran dan Akta
Kematian. Adapum rekomendasi
H. Abdurani dari hasil penelitian ini sebagai
tindak lanjut pelimpahan
kewenangan Bupati kepada Camat
sebagai perangkat daerah,
Pemerintah Daerah dimohon
memberikan bantuan dana dalam
APBD Kabupaten Sintang dan
dapat dilakukan melalui Simpikasi
proses dan prosedur pelayanan,
misalkan melibatkan bidan desa,
bidan puskesmas dalam
pengurusan Akta Kelahiran, serta
perlu mempermudah persyaratan
pelayanan pembuatan KTP
Konvensional.

Kesimpulan dari hasil peneilitian terdahulu dengan penelitian ini adalah:

Persamaan penelitian terdahulu diatas dengan penelitian ini adalah sebagai

berikut:

- Objek yang diteliti sama-sama tentang Layanan Publik (Dokumen

Kependudukan).

- Dalam penelitian ini sama-sama menggunakan metode penelitian deskriptif

kualitatif.

Sedangkan perbedaan penelitian sebelumnya dengan penelitian ini adalah sebagai

berikut:

16
- Lokasi penelitian sebelumnya adalah lingkup Dinas Dukcapil tingkat

Kabupaten/Kota sedangkan objek dalam penelitian ini adalah Lingkup Dinas

Dukcapil tingkat Provinsi.

- Fokus dalam penelitian sebelumnya adalah tentang Implementasi program,

sedangkan pada penelitian ini fokus penelitiannya adalah tentang Strategi

kebijakan tentang layanan dokumen kependudukan secara mandiri.

2.2 Tinjauan Pustaka

1.

2.

2.2

1.

2.

2.2.

2.2.1 Konsep Strategi

Sebuah organisasi atau instansi pasti memiliki tujuan yang harus di capai,

baik dalam jangka pendek, menengah hingga jangka Panjang. Tujuan jangka

Panjang organisasi biasanya dituangkan dalam rencana strategis organisasi.

Strategi ini diperlukan untuk membantu organisasi dalam mempercepat tujuannya.

Istilah strategi dalam KBBI adalah ilmu dan seni menggunakan sumber daya

untuk melaksanakan kebijaksanaan tertentu dalam perang dan damai. Strategi

dapat juga dikatakan sebagai rencana rencana yang cermat mengenai kegiatan

untuk mencapai sasaran-sasaran khusus. (Kamus Besar Bahasa Indonesia, dalam

17
https://kbbi.web.id/ diakses tanggal 20 Oktober 2022)7. Strategi sebagai penentuan

dari tujuan dasar jangka Panjang dan sasaran sebuah organisasi dan penerimaan

dari serangkaian Tindakan, serta alokasi dan sumber-sumber yang dibutuhkan

untuk melaksanakan tujuan tersebut. Strategi juga sebagai arah dan lingkup

organisasi dalam jangka panjang untuk mencapai keuntungan organisasi melalui

konfigurasi semua sumber daya yang dimiliki untuk mengatasi masalah

lingkungan sekaligus memenuhi kebutuhan lingkungan bisnis dan harapan pihak-

pihak yang berkepentingan, dinyatakan bahwa strategi merupakan perencanaan

yang menyeluruh yang menyatakan bagaimana korporasi mewujudkan misi dan

obyektifnya. Mendefinisikan strategi sebagai pemikiran secara konseptual,

realistis dan komprehensif tentang Langkah-langkah yang diperlukan untuk

mencapai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan. Strategi sebagai suatu

penetapan dari tujuan dan sasaran jangka panjang suatu organisasi serta

penggunaan serangkaian Tindakan dan alokasi sumber daya yang diperlukan

untuk mencapai tujuan. Berdasarkan beberapa pendapat ahli tersebut diatas dapat

disimpulkan bahwa strategi merupakan cara suatu organisasi untuk mencapai

tujuan. Terdapat beberapa dimensi strategi antara lain :

1. Dimensi Waktu dan Orientasi Masa Depan

Manajemen Strategi dalam mempertahankan dan mengembangkan eksistensi

suatu organisasi berpandangan jauh ke masa depan.

2. Dimensi Internal dan Eksternal

Dimensi Internal adalah kondisi organisasi non profit (pendidikan) pada saat

sekarang, berupa kekuatan, kelemahan, peluang dan hambatan yang harus


7
Kamus Besar Bahasa Indonesia, dalam https://kbbi.web.id/ diakses tanggal 20 Oktober 2022
18
duketahui secara tepat.

3. Dimensi Pendayagunaan Sumber-sumber

Manajemen Strategi sebagai kegiatan manajemen tidak dapat melepaskan diri dari

kemampuan mendayagunakan berbagai sumber daya yang dimiliki.

4. Dimensi Keikutsertaan Manajemen Puncak (Pemimpin)

Manajemen Strategi yang dimulai dengan menyusun Rencana Strategi merupakan

pengendalian masa depan organisasi, agar eksistensi sesuai dengan visinya dapat

diwujudkan.

5. Dimensi Multi Bidang

Manajemen Strategi sebagai Sistem. Pengimplementasiannya harus didasari

dengan menempatkan organisasi sebagai suatu sistem.

Hadari Nawawi. (2012:153). Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta:

Gajahmada University Press8.

2.2.2 Kebijakan Publik

Konsep Kebijakan publik dalam literatur yang ada memiliki arti yang

beraneka ragam, Pada dasarnya hampir semua terdapat makna yang sama dalam

mengartikan Konsep Kebijakan Publik. Untuk memahami Konsep Kebijakan

Publik, selanjutnya dapat kita lihat pengertian kebijakan publik sebagai berikut :

Thomas R Dye dalam Syafri dan Setyoko (2010:19)9 mengatakan bahwa

Kebijakan Publik adalah “whatever government choose to do or not to do”.

Berdasarkan pengertian ini maka kebijakan publik mencakup semua tindakan

8
Hadari Nawawi. (2012:153). Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gajahmada
University Press
9
Syafri, W., & Setyoko, I. (2010). Implementasi Kebijakan Publik dan Etika Profesi Pamong
Praja. Bandung, Alqaprint Jatinagor.
19
yang dilakukan oleh pemerintah maupun yang tidak dilakukan. Dalam pandangan

Dye tindakan yang tidak dilakukan oleh pemerintah juga merupakan suatu

kebijakan, karena untuk memilih tindak melakukan apapun juga memerlukan

suatu pertimbangan – pertimbangan politis maupun administratif. Bahkan pilihan

untuk tidak melakukan suatu tindakan, seringkali justru mempunyai dampak

(pengaruh) yang sangat besar bagi masyarakat.

Berdasarkan definisi di atas bahwa dapat dipahami bahwa kebijakan publik

merupakan suatu pilihan atau tindakan yang menghasilkan suatu keputusan yang

diambil oleh pemerintah untuk melakukan atau tidak melakukan sesuatu hal untuk

mencapai tujuan yang telah ditetapkan untuk kepentingan masyarakat.

Definisi lain kebijakan publik menurut Lasweel dan Kaplan dalam

Nugroho (2012:119)10 adalah “Kebijakan publik adalah suatu program yang

diproyeksikan dengan tujuan-tujuan tertentu, nilai-nilai tertentu, dan praktik-

praktik tertentu”. (a projected program of goals, values, and practices).

Terdapat beberapa ahli yang mendefinisikan kebijakan publik sebagai

tidakan yang diambil oleh pemerintah dalam merespon suatu masalah publik.

Begitupun menurut David Easton dalam Agustino (2009:19) 11 memberikan

definisi kebijakan publik sebagai “the autorative allocation of values for the

ehole society”. Definisi ini menegaskan bahwa hanya pemilik otoritas dalam

sistem politik (pemerintah) yang secara sah dapat berbuat sesuatu pada

masyarakatnya dan pilihan pemerintah untuk melakukan sesuatu atau tidak

melakukan sesuatu diwujudkan dalam bentuk pengalokasian nilai-nilai. Hal ini


10
Nugroho D, Riant. 2012:119. Kebijakan Publik, Formulasi, Implementasi, dan evaluasi.jakarta:
gramedia.
11
Agustino, Leo. 2008:19. Dasar-dasar Kebijakan Publik. Alfabeta: Bandung.
20
disebabkan karena pemerintah termasuk ke dalam “athorities in a political

system” yaitu para penguasa dalam sistem politik yang terlibat dalam urusan

sistem politik sehari- hari dan mempunyai tanggung jawab dalam suatu masalah

tertentu dimana pada suatu titik mereka diminta untuk mengambil keputusan

dikemudian hari.

Berdasarkan pendapat para ahli yang telah dipaparkan dapat disimpulkan

bahwa kebijakan publik merupakan suatu keputusan yang diambil oleh

pemerintah dari berbagai pilihan yang ada untuk dilakukan atau tidak dilakukan

oleh pemerintah yang berorientasi pada tujuan tertentu guna memecahkan

masalah-masalah publik atau demi kepentingan publik. Dengan melalui tiga

kegiatan pokok yaitu perumusan, implementasi dan evaluasi kebijakan dengan

tujuan menciptakan kesejahteraan bagi orang banyak. Kebijakan untuk melakukan

sesuatu biasanya tertuang dalam ketentuan-ketentuan atau peraturan perundang-

undangan yang dibuat pemerintah sehingga bersifat mengikat dan memaksa.

Adapun proses kebijakan yang ideal dapat dilihat pada gambar 2.1 berikut:

Gambar 2.1
Proses Kebijakan yang Ideal

Proses Kebijakan

Proses Evaluasi
Kebijakan

Isu Kebijakan Formulasi Implementasi Kinerja


(Agenda Kebijakan Kebijakan Kebijakan
Pemerintah)

21
Input Proses Output

Sumber : (Nugroho, 2012:533)

Berdasarkan gambar 2.1 dapat dipahami sebuah proses kebijakan, bahwa

kebijakan berawal dari sebuah isu kebijakan yang menjadi agenda pemerintah,

kemudian masuk kedalam tahap perumusan kebijakan, menurut Nugroho

(2012:539)12 mendefinisikan perumusan kebijakan publik sebagai inti dari

kebijakan publik, karena disini dirumuskan batas-batas kebijakan itu sendiri.

Proses selanjutnya yaitu pelaksanaan kebijakan atau implementasi kebijakan.

Menurut Nugroho (2012:674)13 implementasi kebijakan pada prinsipnya adalah

cara agar sebuah kebijakan dapat mencapai tujuannya. Tidak lebih tidak kurang.

Untuk mengimplementasikan kebijakan publik, ada dua langkah yang ada, yaitu

langsung mengimplementasikan dalam bentuk program atau melalui formulasi

kebijakan derivate atau turunan dari kebijakan publik tersebut. Secara umum

dapat digambarkan sebagai berikut :

Gambar 2.2
Implementasi Kebijakan

Kebijakan Publik

Kebijakan Publik
Program
Penjelas

Proyek

12 Kegiatan
Nugroho D, Riant. 2012:539. Kebijakan Publik, Formulasi, Implementasi, dan evaluasi.jakarta:
gramedia
13
Nugroho D, Riant. 2012:674. Kebijakan Publik, Formulasi, Implementasi, dan evaluasi.jakarta:
gramedia
22
Pemanfaat (beneficiaries)

Sumber : (Nugroho, 2012:675)

Berdasarkan gambar 2.2 dapat diketahui turunan dari kebijakan publik,

dimulai dari program-program, kemudian diturunkan kembali menjadi proyek-

proyek, dan akhirnya diwujudkan dalam bentuk kegiatan-kegiatan. Ketiganya

merupakan bagian dari sebuah implementasi kebijakan.

2.2.3 Konsep Pelayanan Publik

a. Pengertian Pelayanan Publik

Pengertian pelayanan dalam bahasa Inggris adalah “service” A.S. Moenir

(2002:26-27)14 mendefinisikan “pelayanan sebagai kegiatan yang dilakukan oleh

seseorang atau sekelompok orang dengan landasan tertentu dimana tingkat

pemuasannya hanya dapat dirasakan oleh orang yang melayani atau dilayani,

tergantung kepada kemampuan penyedia jasa dalam memenuhi harapan

pengguna.”

Pelayanan pada hakikatnya adalah serangkaian kegiatan, karena itu proses

pelayanan berlangsung secara rutin dan berkesinambungan, meliputi seluruh

kehidupan organisasi dalam masyarakat. Proses yang dimaksudkan dilakukan

sehubungan dengan saling memenuhi kebutuhan antara penerima dan pemberi

pelayanan.

Selanjutnya A.S. Moenir A (2002:16)15 menyatakan bahwa proses

14
Moenir, A.S.2008:26-27. Manajemen pelayanan Umum di Indonesia, Jakarta: Bumi Aksara.
15
Moenir, A.S.2008:16. Manajemen pelayanan Umum di Indonesia, Jakarta: Bumi Aksara.
23
pemenuhan kebutuhan melalui aktivitas orang lain yang langsung inilah yang

dinamakan pelayanan. Jadi dapat dikatakan pelayanan adalah kegiatan yang

bertujuan untuk membantu menyiapkan atau mengurus apa yang diperlukan orang

lain. Definisi tersebut dapat dimaknai bahwa pelayanan adalah aktivitas yang

dapat dirasakan melalui hubungan antara penerima dan pemberi pelayanan yang

menggunakan peralatan berupa organisasi atau lembaga perusahaan.

Pengertian Pelayanan Publik dalam kamus Besar Bahasa Indonesia,

pelayanan publik dirumuskan sebagai berikut :

a. Pelayanan adalah perihal atau cara melayani.

b. Pelayanan adalah kemudahan yang diberikan sehubungan dengan jual

beli barang dan jasa.

c. Pelayanan medis merupakan pelayanan yang diterima seseorang

dalam hubungannya dengan pensegahan, diagnosa dan pengobatan

suatu gangguan kesehatan tertentu.

d. Publik berarti orang banyak (umum).

Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI),hal.50516

Pelayanan merupakan kegiatan utama pada orang yang bergerak di

bidang jasa, baik itu orang yang bersifat komersial ataupun yang bersifat non

komersial. Namun dalam pelaksanaannya terdapat perbedaan antara pelayanan

yang dilakukan oleh orang yang bersifat komersial yang biasanya dikelola oleh

pihak swasta dengan pelayanan yang dilaksanakan oleh organisasi non komersial

yang biasanya adalah pemerintah. Kegiatan pelayanan yang bersifat komersial

melaksanakan kegiatan dengan berlandaskan mencari keuntungan, sedangkan


16
Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI),hal.505
24
kegiatan pelayanan yang bersifat non- komersial kegiatannya lebih tertuju pada

pemberian layanan kepada masyarakat (layanan publik atau umum) yang sifatnya

tidak mencari keuntungan akan tetapi berorientasikan kepada pengabdian.

Jadi dapat disimpulkan bahwa pelayanan publik adalah segala bentuk

jasa pelayanan baik dalam bentuk barang publik maupun jasa publik yang pada

prinsipnya menjadi tanggung jawab dan dilaksanakan oleh Instansi pemerintah di

Pusat, di daerah, dan di lingkungan Badan Usaha Milik Negara atau Badan Usaha

Milik Daerah, dalam rangka pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-

undangan.

b. Unsur-Unsur Pelayanan Publik

Proses kegiatan pelayanan publik terdapat beberapa faktor atau unsur yang

mendukung jalannya kegiatan. Menurut A.S. Moenir (1995:8)17, unsur-unsur

tersebut antara lain :

a. Sistem, Prosedur dan Metode

Yaitu di dalam pelayanan publik perlu adanya sistem informasi , prosedur

dan metode yang mendukung kelancaran dalam memberikan pelayanan.

b. Personil, terutama ditekankan pada perilaku aparatur; dalam pelayanan

publik aparatur pemerintah selaku personil pelayanan harus profesional,

disiplin dan terbuka terhadap kritik dari pelanggan atau masyarakat.

c. Sarana dan prasarana

Dalam pelayanan publik diperlukan peralatan dan ruang kerja serta

fasilitas pelayanan publik. Misalnya ruang tunggu, tempat parker yang

memadai.
17
Moenir, A.S.2008:8. Manajemen pelayanan Umum di Indonesia, Jakarta: Bumi Aksara.
25
d. Masyarakat sebagai pelanggan

Dalam pelayanan publik masyarakat sebagai pelanggan sangatlah

heterogen baik tingkat pendidikan maupun perilakunya.

1. Asas, prinsip dan standar pelayanan publik

Secara teoritis, tujuan pelayanan publik pada dasarnya adalah memuaskan

masyarakat. Untuk mencapai kepuasan itu dituntut kualitas pelayanan publik yang

profesional, kemudian Lijan Poltak Sinambela (2008:6) 18 mengemukakan azas-

azas dalam pelayanan publik tercermin dari:

a. Transparansi

Bersifat terbuka, mudah dan dapat diakses oleh semua pihak yang

membutuhkan dan disediakan secara memadai serta mudah dimengerti.

b. Akuntabilitas

Dapat dipertanggungjawabkan sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang- undangan.

c. Kondisional

Sesuai dengan kondisi dan kemampuan pemberi dan penerima pelayanan

dengan tetap berpegang pada prinsip efisiensi dan efektivitas.

d. Partisipatif

Mendorong peran serta masyarakat dalam penyelenggaraan pelayanan

publik dengan memperhatikan aspirasi, kebutuhan dan harapan

masyarakat.

e. Keamanan Hak

18
Sinambela, L.P. 2010. Reformasi Pelayanan Publik; Teori, Kebijakan dan Implementasi,
Cetakan V Jakarta: PT. Bumi Aksara.
26
Tidak diskriminatif dalam arti tidak membedakan suku, agama, ras,

golongan, gender dan status ekonomi.

f. Keseimbangan Hak dan kewajiban

Pemberi dan penerima pelayanan publik harus memenuhi hak dan

kewajiban masing- masing pihak.

Proses kegiatan pelayanan diatur juga mengenai prinsip pelayanan

sebagai pegangan dalam mendukung jalannya kegiatan. Adapun prinsip pelayanan

publik menurut keputusan MENPAN No. 63/ KEP/ M. PAN/ 7/ 2003 tentang

Pedoman Umum Penyelenggaraan Pelayanan Publik sebagai penyempurnaan

Keputusan Men. PAN Nomor 81 Tahun 1993 tentang Pedoman Tatalaksana

Pelayanan Umum. antara lain adalah :

a. Kesederhanaan

Prosedur pelayanan publik tidak berbelit- belit, mudah dipahami dan

mudah dilaksanakan.

b. Kejelasan

Persyaratan teknis dan administrative pelayanan publik; unit kerja atau

pejabat yang berwenang dan bertanggung jawab dalam memberikan

pelayanan dan penyelesaian keluhan atau persoalan dan sengketa dalam

pelaksanaan pelayanan publik; rincian biaya pelayanan publik dan tata

cara pembayaran.

c. Kepastian waktu

Pelaksanaan pelayanan publik dapat diselesaikan dalam kurun waktu yang

telah ditentukan.

27
d. Akurasi

Produk pelayanan publik diterima dengan benar, tepat dan sah.

e. Keamanan

Proses dan produk pelayanan publik memberikan rasa aman dan kepastian

hukum.

f. Tanggung jawab

Pimpinan penyelenggara pelayanan publik atau pejabat yang ditunjuk

bertanggung jawab atas penyelenggaraan pelayanan dan penyelesaian

keluhan atau persoalan dalam pelaksanaan pelayanan publik.

g. Kelengkapan sarana dan prasarana

Tersedianya sarana dan prasarana kerja dan pendukung lainnya yang

memadai termasuk penyediaan sarana teknologi telekomunikasi dan

informatika.

h. Kemudahan akses

Tempat dan lokasi serta sarana pelayanan yang memadai, mudah

dijangkau oleh masyarakat, dan dapat memanfaatkan teknologi

telekomunikasi dan informatika.

i. Kedisiplinan, kesopan dan keramahan

Pemberi pelayanan harus bersikap disiplin, sopan dan santun, ramah, serta

memberikan pelayanan dengan ikhlas.

j. Kenyamanan

Lingkungan pelayanan harus tertib, teratur, disediakan ruang tunggu yang

nyaman, bersih, rapi, lingkungan yang indah dan sehat serta dilengkapi

28
dengan fasilitas pendukung pelayanan seperti parker, toilet, tempat ibadah,

dan lain- lain.19

Penyelenggaraan pelayanan publik harus memiliki standar pelayanan dan

dipublikasikan sebagai jaminan adanya kepastian bagi penerima pelayanan.

“Standar pelayanan merupakan ukuran yang dibakukan dalam penyelenggaraan

pelayanan publik yang wajib diataati oleh pemberi dan atau penerima pelayanan.”

Kep. MENPAN No. 63 Th 2003:VB20, meliputi :

1) Prosedur pelayanan

Prosedur pelayanan yang dibakukan bagi pemberi dan penerima

pelayanan termasuk pengadaan.

2) Waktu penyelesaian

Waktu penyelesaian yang ditetapkan sejak saat pengajuan permohonan

sampai dengan penyelesaian pelayanan termasuk pengaduan.

3) Biaya pelayanan

Biaya atau tarif pelayanan termasuk rinciannya yang dititipkan dalam

proses pemberian pelayanan.

4) Produk Pelayanan

Hasil pelayanan yang akan diterima sesuai dengan ketentuan yang telah

ditetapkan.

5) Sarana dan prasarana

Penyedia sarana dan prasarana pelayanan yang memadai oleh

19 19
Keputusan MENPAN No. 63/ KEP/ M. PAN/ 7/ 2003 tentang Pedoman Umum
Penyelenggaraan Pelayanan Publik sebagai penyempurnaan Keputusan Men. PAN Nomor 81
Tahun 1993 tentang Pedoman Tatalaksana Pelayanan Umum.
20

29
penyelenggara pelayanan publik.

6) Kompetensi petugas pemberi pelayanan

Kompetensi petugas pemberi pelayanan harus ditetapkan dengan tepat

berdasarkan pengetahuan, keahlian, keterampilan, sikap dan perilaku

yang dibutuhkan.

Asas, prinsip, dan standar pelayanan tersebut diatas merupakan pedoman

dalam penyelenggaraan pelayanan publik oleh instansi pemerintah dan juga

berfungsi sebagai indikator dalam penilaian serta evaluasi kinerja bagi

penyelenggara pelayanan publik. Dengan adanya standar dalam kegiatan

pelayanan publik ini diharapkan masyarakat bisa mendapatkan pelayanan yang

sesuai dengan kebutuhan dan prosesnya memuaskan dan tidak menyulitkan

masyarakat.

2. Jenis- jenis Pelayanan Publik

Timbulnya pelayanan umum atau publik dikarenakan adanya kepentingan,

dan kepentingan tersebut bermacam- macam bentuknya sehingga pelayanan

publik yang dilakukan juga ada beberapa macam. Berdasarkan keputusan

MENPAN No. 63/ KEP/ M. PAN/ 7/ 2003 21 kegiatan pelayanan umum atau

publik antara lain :

a. Pelayanan administratif

Yaitu pelayanan yang menghasilkan berbagai bentuk dokumen resmi yang

dibutuhkan oleh publik, misalnya status kewarganegaraan, sertifikat

kompetensi, kepemilikan atau penguasaan terhadap suatu barang dan


21
Keputusan MENPAN No. 63/ KEP/ M. PAN/ 7/ 2003 tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan
Pelayanan Publik sebagai penyempurnaan Keputusan Men. PAN Nomor 81 Tahun 1993 tentang
Pedoman Tatalaksana Pelayanan Umum.
30
sebagainya. Dokumen- dokumen ini antara lain Kartu Tanda Pendudukan

(KTP), akta Kelahiran, Akta Kematian, Buku Pemilik Kendaraan

Bermotor (BPKB), Surat Ijin Mengemudi (SIM), Surat Tanda Kendaraan

Bermotor (STNK), Ijin Mendirikan Bangunan (IMB), Paspor, Sertifikat

kepemilikan atau penguasaan Tanah dan sebagainya.

b. Pelayanan barang

Yaitu pelayanan yang menghasilkan berbagai bentuk atau jenis barang

yang digunakan oleh publik, misalnya jaringan telepon, penyediaan tenaga

listrik, air bersih dan sebagainya.

c. Pelayanan jasa

Yaitu pelayanan yang menghasikan berbagai bentuk jasa yang dibutuhkan

oleh publik, misalnya pendidikan, pemeliharaan kesehatan,

penyelenggaraan transportasi, pos dan sebagainya.

3. Penyelenggaraan Pelayanan Publik

Kegiatan pelayanan publik diselenggarakan oleh instansi pemerintah.

Instansi pemerintah merupakan sebutan kolektif meliputi satuan kerja atau satuan

orang kementrian, departemen, lembaga, pemerintahan non departemen,

kesekertariatan lembaga tertinggi dan tinggi negara, dan instansi pemerintah

lainnya, baik pusat maupun daerah termasuk Badan Usaha Milik Daerah. Sebagai

penerima pelayanan publik adalah orang, masyarakat, instansi pemerintah dan

badan hukum.

Kegiatan pelayanan publik atau disebut juga dengan pelayanan umum,

yang biasanya menempel di tubuh lembaga pemerintahan dinilai kurang dapat

31
memenuhi tugasnya sesuai dengan harapan masyarakat, sebagai konsumen

mereka. Salah satu yang dianggap sebagai biang keladinya adalah bentuk orang

birokrasi,

Dengan adanya otonomi daerah, diharapkan memberikan dampak nyata yang luas

terhadap peningkatan pelayanan terhadap masyarakat. Dengan demikian

pelimpahan wewenang dari pemerintah pusat ke daerah memungkinkan terjadinya

penyelenggaraan pelayanan dengan jalur birokrasi yang lebih ringkas dan

membuka peluang bagi pemerintah daerah untuk melakukan inovasi dalam

pemberian dan peningkatan kualitas pelayanan.

Untuk menciptakan kegiatan pelayanan publik yang berkualitas, maka

Menteri Pendayagunaan Negara menerbitkan keputusan No. 63/ KEP/ M. PAN/ 7/

200322 mengenai pola penyelenggaraan pelayanan publik, yang antara lain :

a. Fungsional

Pola pelayanan publik diberikan oleh penyelenggara pelayanan, sesuai

dengan tugas, fungsi dan kewenangannya.

b. Terpusat

Pola pelayanan publik diberikan secara tunggal oleh penyelenggara

pelayanan berdasarkan pelimpahan wewenang dari penyelenggara

pelayanan terkait lainnya yang bersangkutan.

c. Terpadu

1) Terpadu Satu Atap

Pola pelayanan terpadu satu atap diselenggarakan dalam satu tempat


22
Keputusan MENPAN No. 63/ KEP/ M. PAN/ 7/ 2003 tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan
Pelayanan Publik sebagai penyempurnaan Keputusan Men. PAN Nomor 81 Tahun 1993 tentang
Pedoman Tatalaksana Pelayanan Umum.
32
yang meliputi berbagai jenis pelayanan yang tidak mempunyai

keterkaitan proses dan dilayani melelui beberapa pintu. Terhadap jenis

pelayanan yang sudah dekat dengan masyarakat tidak perlu disatu

atapkan.

2) Terpadu Satu pintu

Pola pelayanan terpadu satu pintu diselenggarakan pada satu tempat

yang meliputi berbagai jenis pelayanan yang memiliki keterkaitan

proses dan dilayani melalui satu pintu.

3) Gugus Tugas

Petugas pelayanan secara perorangan atau dalam bentuk gugus tugas

ditempatkan pada instansi pemberi pelayanan dan lokasi pemberian

pelayanan tertentu.

1.

2.

2.2

2.2.4 Kartu Tanda Penduduk Elektronik (KTP-EL)

KTP Elektronik (KTP-EL) adalah Kartu Tanda Penduduk yang dibuat

secara elektronik, dalam artian baik dari segi fisik maupun penggunaannya

berfungsi secara komputerisasi. KTP-EL atau KTP Elektronik adalah dokumen

kependudukan yang memuat sistem keamanan pengendalian baik dari sisi

administrasi ataupun teknologi informasi dengan berbasis pada database

33
kependudukan nasional. Penduduk hanya diperbolehkan memiliki 1 (satu) KTP

yang tercantum Nomor Induk Kependudukan (NIK). NIK merupakan identitas

tunggal setiap penduduk dan berlaku seumur hidup.

Nomor NIK yang ada di KTP-EL nantinya akan dijadikan dasar dalam

penerbitan Paspor, Surat Izin Mengemudi (SIM), Nomor Pokok Wajib Pajak

(NPWP), Polis Asuransi, Sertifikat atas Hak Tanah dan penerbitan dokumen

identitas lainnya. Autentikasi Kartu Identitas (e-ID) biasanya menggunakan

biometrik yaitu verifikasi dan validasi sistem melalui pengenalan karaktaristik

fisik atau tingkah laku manusia. Ada banyak jenis pengamanan dengan cara ini,

antara lain sidik jari (fingerprint), retina mata, DNA, bentuk wajah, dan bentuk

gigi. Pada KTP-EL, yang digunakan adalah sidik jari.

Struktur KTP-EL terdiri dari sembilan layer yang akan meningkatkan

pengamanan dari KTP konvensional. Chip ditanam di antara plastik putih dan

transparan pada dua layer teratas (dilihat dari depan). Chip ini memiliki antena

didalamnya yang akan mengeluarkan gelombang jika digesek. Gelombang inilah

yang akan dikenali oleh alat pendeteksi KTP-EL sehingga dapat diketahui apakah

KTP tersebut berada di tangan orang yang benar atau tidak. Untuk menciptakan

KTP-EL dengan sembilan layer, tahap pembuatannya cukup banyak,

diantaranya:

1. Hole punching, yaitu melubangi kartu sebagai tempat meletakkan chip

2. Pick and pressure, yaitu menempatkan chip di kartu

3. Implanter, yaitu pemasangan antenna (pola melingkar berulang

menyerupai spiral)

34
4. Printing, yaitu pencetakan kartu

5. Spot welding, yaitu pengepresan kartu dengan aliran listrik

6. Laminating, yaitu penutupan kartu dengan plastik pengaman

KTP-EL dilindungi dengan keamanan pencetakan seperti relief text,

microtext, filter image, invisible ink dan warna yang berpendar di bawah sinar

ultra violet serta anti copy design. Penyimpanan data di dalam chip sesuai dengan

standar internasional NISTIR 7123 dan Machine Readable Travel Documents

ICAO 9303 serta EU Passport Specification 2006. Bentuk KTP elektronik sesuai

dengan ISO 7810 dengan form factor ukuran kartu kredit yaitu 53,98 mm x 85,60

mm.

Adapun tujuan Pelaksanaan KTP-EL yaitu :

1. Memberikan keabsahan identitas dan kepastian hukum atas dokumen

kependudukan.

2. Memberikan perlindungan status hak sipil setiap penduduk.

3. Merupakan bentuk pengakuan Negara bagi setiap penduduk.

Manfaat Pelaksanaan KTP-EL dengan biometric dan chip berbasis NIK

diantaranya :

1. Identifikasi jati diri, data dalam KTP-EL benar-benar menunjukkan identitas

diri pemegang KTP-EL. Mencegah terjadinya pemalsuan dokumen maupun

dokumen ganda serta mempunyai pengamanan data yang dapat diandalkan;

2. Untuk mendukung terwujudnya database kependudukan yg akurat, khususnya

yg berkaitan dengan data penduduk wajib KTP yang identik dengan DPT

Pemilu yg selama ini sering bermasalah tidak akan terjadi lagi, sehingga

35
semua warga negara Indonesia yang berhak memilih terjamin hak pilihnya;

3. Dapat mendukung peningkatan keamanan negara sebagai dampak positif dari

tertutupnya peluang KTP ganda & KTP palsu, dimana selama ini para pelaku

kriminal termasuk teroris selalu menggunakan KTP ganda dan KTP palsu;

4. Bahwa KTP-EL merupakan KTP Nasional yang sudah memenuhi semua

ketentuan yang diatur dalam UU No. 24 Thn 2013 & Perpres No.26 Thn

200923. Dengan demikian mempermudah masyarakat untuk mendapatkan

pelayanan dari Lembaga Pemerintah dan Swasta, karena tidak lagi

memerlukan KTP setempat.

Salah satu sifat dari KTP elektronik yang harus dipahami oleh penduduk

adalah tidak bisa digandakan, adapun beberapa hal yang harus diketahui adalah :

1. Penduduk bisa membuat KTP elektronik bila telah melakukan perekaman

KTP elektronik, dimana melalui beberapa tahapan antara lain :

a. Perekaman Foto;

b. Perekaman Sidik Jari (10 Jari Tangan)

c. Perekaman Irish Mata

d. Perekaman Tanda Tangan

2. Walaupun perekaman bisa dilakukan kecamatan bahkan kelurahan, namun

pencetakan KTP elektronik merupakan kewenangan Dinas Kependudukan dan

Pencatatan Sipil Kota Administrasi Jakarta Timur, oleh karena itu untuk KTP

elektronik, peran Dinas dalam pembuatan KTP elektronik sangat erat.

3. Penduduk yang telah melakukan perekaman KTP elektronik atau telah

23
Peraturan Presiden RI Nomor 26 Tahun 2009 tentang Pelaksanaan Kartu Tanda Penduduk
berbasis Nomor Induk Kependudukan secara nasional bahwa Kartu Tanda Penduduk (KTP).
36
memiliki KTP elektronik akan memiliki Nomor Induk Kependudukan (NIK)

yang bersifat tunggal, tidak bisa berubah dan berlaku seumur hidup

4. Penduduk dimungkinkan memiliki NIK lebih dari satu, hal ini merupakan

imbas Pelaksanaan KTP konvensional (sebelum KTP elektronik diberlakukan)

5. Apabila penduduk memiliki lebih dari satu NIK, maka yang dapat dilakukan

pencetakan KTP elektroniknya adalah NIK yang pertama kali dilakukan

perekaman KTP elektronik.

6. Apabila penduduk melakukan perekaman lebih dari satu kali dengan NIK

yang berbeda, maka NIK KTP elektronik yang bukan pertama akan bersifat

“Duplicate Record”, hal ini dipastikan NIK penduduk tersebut tidak akan

tercetak KTP elektroniknya.

7. Apabila dalam proses pembuatan KTP elektronik, penduduk telah diketahui

NIK KTP elektroniknya berada di daerah lain (di luar domisili tempat yang

ditinggali saat ini), maka harus melakukan proses perpindahan di daerah asal

terlebih dahulu.

8. Operator KTP elektronik dapat melakukan pemeriksaan (apakah sudah

melakukan perekaman atau belum) dengan menggunakan iris mata dan sidik

jari penduduk, sehingga dapat dilakukan verifikasi, penduduk berapa kali

melakukan perekaman, dimana saja penduduk melakukan perekaman,

sehingga penyelewengan terkait duplikat data bisa dipastikan tidak ada.

2.2.5 Kerangka Pemikiran

Suria Sumantri dalam Sugiyono (2009:92)24 mengemukakan bahwa


24
Sugiyono,2009;92, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan r&d, Bandung: Alfabeta
37
seorang peneliti harus menguasai teori-teori ilmiah sebagai dasar menyusun

kerangka pemikiran yang membuahkan hipotesis. Kerangka pemikiran

merupakan penjelasan sementara terhadap gejala yang menjadi objek

permasalahan. Untuk menjawab permasalahan yang telah dirumuskan dalam

penelitian ini, diperlukan sebuah kerangka konsep atau model penelitian.

Kerangka berfikir juga merupakan alur berfikir dalam penelitian, untuk

mendeskripsikan dengan apa adanya sesuai temuan yang peneliti dapatkan di

lapangan. Dalam penelitian ini yang menjadi fokus penelitian adalah Strategi

Kebijakan Pelayanan Cetak Dokumen KTP-EL secara mandiri. Penelitian ini

dilatarbelakangi oleh masih belum optimalnya pelaksanaan pelayanan cetak KTP-

EL secara mandiri yang masih sangat sulit alur birokrasinya dan tetap

memerlukan waktu yang lama, sehingga masih banyaknya keluhan masyarakat

tentang adanya Anjungan Dukcapil Mandiri yang kurang berfungsi. Berdasarkan

observasi di awal yang peneliti lakukan, hal tersebut dikarenakan masih adanya

hambatan hambatan dalam pelaksanaan pelayanan cetak KTP-EL secara mandiri

ini.

Penelitian tentang Strategi Kebijakan Pelayanan cetak dokumen KTP-EL

secara mandiri di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Provinsi DKI

Jakarta, menggunakan teori model Hadari Nawawi. Adapun dalam penelitian ini

mengacu pada 5 kriteria untuk menjadi kerangka pemikiran, yang berpengaruh

pada keberhasilan atau kegagalan suatu program atau kebijakan.

Untuk menggambarkan strategi kebijakan pelayanan cetak dokumen

KTP-EL secara mandiri, peneliti harus mencari data dan informasi yang

38
mendukung bagi penelitian tentang strategi kebijakan pelayanan KTP-EL. Selain

itu peneliti juga melakukan observasi dan wawancara dengan informan maupun

pihak terkait. Apabila permasalahan-permasalahan dalam penelitian strategi

kebijakan pelayanan KTP-EL di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil

Provinsi DKI Jakarta yang telah dipaparkan pada latar belakang masalah, setelah

dikaitkan dengan 5 kriteria menurut Hadari Nawawi. Maka kemungkinan tidak

berhasilnya suatu program dapat terjadi, dan sebaliknya apabila kelima tipe

kriteria saling berkaitan satu sama lain, maka kemungkinan keberhasilan program

bisa terjadi. Sedangkan tujuan dari penelitian ini adalah untuk menilai program

cetak dokumen KTP-EL di Suku Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil

Provinsi DKI Jakarta berjalan sesuai kaidah pelayanan publik. Berikut adalah

skema kerangka berfikir dalam penelitian ini :

39
Gambar 2.3
Skema Kerangka Pemikiran

Isu Aksi Implementasi

Rumitnya proses
layanan cetak KTP-EL Melakukan analisa dan
Penelitian yang
(baru dan pergantian) melihat strategi apa dilakukan di Dinas
menggunakan ADM yang sudah dilakukan Dukcapil Provinsi DKI
(Anjungan Dukcapil agar Pelayanan Cetak Jakarta diharapkan
Mandiri)
Dokumen dapat memberikan
Kurangnya informasi Kartu Tanda Penduduk manfaat secara teoritis
kepada warga yang Elektronik maupun secara praktis
ingin melakukan (Ktp-El) berjalan terutama kepada
layanan cetak KTP-EL optimal masyarakat Jakarta dan
menggunakan ADM (Anjungan Dukcapil Dinas Dukcapil
(Anjungan Dukcapil Mandiri)
Mandiri)

Outcome Output Pendekatan

Dinas Dukcapil Masyarakat mudah


memperbaiki melakukan Teori Strategi
pandangan pengurusan Kebijakan
masyarakat karna Dokumen Adminduk (Berdasarkan
telah memberikan karna adanya Dimensi)
pelayanan dan alur informasi alur
Birokrasi yang baik. layanan yang jelas Hadari Nawawi,
40
2012.
Sumber : Peneliti, 2022

41
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Pendekatan Penelitian

Pada penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan penelitian kualitatif,

Menurut Moleong (2011:6)25, bahwa:

“Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami

fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek penelitian misalnya

perilaku, persepsi, motivasi, tindakan dan lain-lain secara holistik dan

dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada suatu

konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan berbagai metode

alamiah.”

Menurut Creswell (2011:8)26, menyatakan:

“Penelitian kualitatif adalah suatu proses penelitian ilmiah yang lebih

dimaksudkan untuk memahami masalah–masalah manusia dalam konteks

sosial dengan menciptakan gambaran menyeluruh dan kompleks yang

disajikan, melaporkan pandangan terperinci dari para sumber informasi,

serta dilakukan dalam setting yang alamiah tanpa adanya intervensi apa

pun dari peneliti.”

Penelitian kualitatif ini juga dimaknai dengan serangkaian kegiatan

penelitian yang mengembangkan pola pikir induktif dalam menarik suatu

kesimpulan dari suatu fenomena tertentu. Pola pikir induktif ini adalah cara

berpikir dalam rangka menarik kesimpulan dari sesuatu yang lengkap dari
25
Moleong, Lexy.2011:6. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja Rosdakarya.
26
Herdiansyah, Haris. 2011:8. Metodologi Penelitian Kualitatif Untuk Ilmu-Ilmu Sosial. Jakarta:
Salemba Humanika.

42
permasalahan yang bersifat umum. Dengan pendekatan ini peneliti dapat

memperoleh gambaran yang lengkap dari permasalahan yang bersifat khusus

kepada yang sifatnya khusus kepada yang sifatnya umum. Dengan pendekatan ini

peneliti dapat memperoleh gambar yang lengkap dari permasalahan yang

dirumuskan dengan memfokuskan pada proses pencarian makna dibalik fenomena

yang muncul dalam penelitian. Dengan harapan agar informasi yang dikaji lebih

bersifat komprehensif, mendalam, alamiah dan apa adanya. Menurut Nazir, Moh

(2009:89)27 mengemukakan bahwa “Penelitian Deskriptif adalah studi untuk

menemukan fakta dengan interpretasi yang tepat”.

Penelitian ini bersifat deskriptif, penelitian deskriptif merupakan penelitian

yang berusaha mendeskripsikan dan menginterpretasikan sesuatu, misalnya

kondisi atau hubungan yang ada, pendapat yang berkembang, proses yang sedang

berlangsung, akibat atau efek yang terjadi, atau tentang kecenderungan yang

tengah berlangsung. Penelitian deskriptif juga dapat diartikan sebagai suatu

penelitian yang dilakukan untuk melukiskan variabel demi variabel, satu demi

satu yang bertujuan untuk mengumpulkan informasi aktual secara rinci yang

melukiskan gejala yang ada (Rakhmat, 1999:45)28. Dalam penjelasan di atas

peneliti menggunakan metode deskriptif dan pendekatan secara induktif serta

paradigma kritis untuk menggambarkan secara faktual segala gejala–gejala

masalah yang timbul dilapangan serta dikaitkan dengan teori–teori yang relevan

guna mendapat kesimpulan yang rasional dan bersifat umum.

27
Nazir, Moh, Moh, Moh, Moh. PH. D. 2009. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia
28
Rackmat, Jalaludin. 1999. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung:Remaja Rosdakarya.
43
3.2 Subyek dan Obyek Penelitian

3.2.1 Subyek Penelitian

Subyek penelitian menurut Arikunto (2010)29, subjek penelitian adalah

tempat di mana data diperoleh. Subjek dalam penelitian ini adalah lokasi dimana

tempat masyarakat melakukan pelayanan administrasi kependudukan, yaitu semua

tempat pelayanan yang berada dibawah kinerja Dinas Kependudukan dan

Pencatatan Sipil Provinsi DKI Jakarta. Meliputi Sumber Daya Aparatur yaitu,

Kepala Satuan Pelayanan sebagai pejabat yang bertanggung jawab dalam

pelayanan dokumen kependudukan, Honorer sebagai tenaga bantu pelayanan dan

Masyarakat yang sedang melakukan pengurusan dokumen di Dinas

Kependudukan dan Pencatatan Sipil Provinsi DKI Jakarta

3.2.2 Obyek Penelitian

Objek penelitian merupakan permasalahan yang diteliti. Menurut

Sugiyono (2012)30, objek penelitian adalah suatu atribut dari orang, obyek atau

kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk

dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Objek penelitian dalam Strategi

kebijakan pelayanan cetak dokumen KTP-EL ini adalah untuk mengukur

keberhasilan suatu program kebijakan publik, program yang dilaksanakan oleh

Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Provinsi DKI Jakarta yang terdiri dari

5 aspek yaitu, Dimensi Waktu dan Orientasi Masa Depan, Dimensi Internal dan

Eksternal, Dimensi Pendayagunaan Sumber-sumber, Dimensi Keikutsertaan

Manajemen Puncak (Pemimpin), dan Dimensi Multi Bidang.

29
Arikunto, S. 2010.P Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
30
Sugiyono,2009, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan r&d, Bandung: Alfabeta
44
3.3 Jenis dan Sumber Data

3.3.1 Sumber Data

Menurut Lofland dan Lofland dalam Moleong (2013:157) 31, menjelaskan

sumber data utama dalam penelitian kualitatif ialah kata – kata, dan tindakan,

selebihnya adalah data tambahan seperti dokumen dan lain – lain.

Suharsimi dalam Arikunto (2010:172)32, Sumber data dalam penelitian

adalah subjek dari mana data dapat diperoleh. Arikunto mengklasifikasikan

menjadi tiga tingkatan yakni : Person, Place, dan Paper. Sumber data yang

digunakan dalam penelitian ini adalah :

1. Person (orang)

Person yaitu sumber data yang bisa memberikan data berupa jawaban lisan

melalui wawancara atau jawaban tertulis. Teknik yang digunakan dalam

menghimpun data oleh person yakni dengan wawancara. Dalam penelitian ini

yang menjadi sumber data orang yakni :

a. Kepala Dinas

b. Sekretaris Dinas

c. Kepala Bidang

d. Masyarakat yang melakukan pelayanan administrasi kependudukan

2. Place (tempat)

Place, yaitu sumber data yang menyajikan tampilan berupa keadaan diam

dan bergerak. Keduanya merupakan objek untuk penggunaan metode observasi.

Dalam hal ini peneliti mencari sumber data di wilayah kerja Kantor Dinas

31
Moleong, Lexy.2013. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja Rosdakarya.
32
Arikunto, S. 2010.P Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
45
Kependudukan dan Pencatatan Sipil Provinsi DKI Jakarta.

3. Paper (kertas)

Paper, yaitu sumber data yang menyajikan tanda-tanda berupa huruf, angka,

atau simbol-simbol lain. Sumber data ini cocok untuk penggunaan metode

dokumentasi. Dalam penelitian ini, yang akan dijadikan sumber data paper dapat

berupa arsip-arsip, buku-buku, pedoman-pedoman, dan peraturan-peraturan yang

relevan.

Menurut Nazir, Moh (2013:174)33, “Pengumpulan data adalah prosedur yang

sistematis dan standar untuk memperoleh data yang diperlukan.” Menurut Silalahi

(2012:291)34, “Metode pengumpulan data adalah cara yang dapat digunakan untuk

mengumpulkan atau mendapatkan data dari fenomena empiris.” Paradigma

penelitian, tingkat data atau bentuk data yang akan diperoleh dan subjek penelitian

menentukan pilihan atas metode pengumpulan data.

Berdasarkan definisi tersebut maka metode pengumpulan data merupakan

cara atau teknik yang akan digunakan untuk mengumpulkan data-data sesuai

dengan masalah yang ingin dipecahkan. Pemilihan teknik ini harus tepat karena

sangat berpengaruh terhadap ketepatan data yang akan diperoleh.

Sugiyono (2012:224)35, mengemukakan bahwa teknik pengumpulan data

merupakan langkah paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari

penelitian adalah untuk mendapatkan data. Berdasarkan uraian diatas, maka cara

memperoleh data dibagi menjadi dua jenis, yaitu : Data Primer dan Data

Sekunder. Menurut Nazir, Moh (2011:50), “Data primer merupakan sumber–


33
Nazir, Moh. PH. D. 2009. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia
34
Silalahi, Ulber. 2012. Metode Penelitian Sosial. Bandung: Refika Aditama.
35
Sugiyono,2009, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan r&d, Bandung: Alfabeta
46
sumber dasar yang merupakan bukti atau saksi utama dari kejadian yang lalu.

Sedangkan sumber sekunder adalah catatan tentang adanya suatu peristiwa,

ataupun catatan–catatan yang “jaraknya” telah jauh dari sumber orisinil”36

3.3.2 Informan

Arikunto (2006:145)37, “informan adalah orang yang memberikan

informasi”. Sedangkan menurut Lexy J. Moleong dalam buku “Metodologi

Penelitian Kualitatif”. Meleong (2013:132)38 juga menjelaskan Informan adalah

orang yang dimanfaatkan untuk memberikan informasi tentang situasi dan kondisi

latar penelitian. Penelitian ini diperlukannya Informan sebagai salah satu sumber

untuk memperkuat isi dari penelitian ini. Informan dalam penelitian ini yakni:

Tabel 3.1
Informan Penelitian
No Jabatan Jumlah

Kepala Dinas
1. Kependudukan dan Pencatatan Sipil Provinsi 1 orang
DKI Jakarta
Sekretaris Dinas
2. Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil 1 orang
Provinsi DKI Jakarta
3. Kepala Bidang 4 orang
Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil
36
Nazir,Moh. PH. D. 2009. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia
37
Arikunto, S. 2010.P Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
38
Moleong, Lexy.2013. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja Rosdakarya.

47
Provinsi DKI Jakarta
Masyarakat yang melakukan pelayanan
4. 4 orang
administrasi kependudukan
Sumber: Diolah oleh peneliti, 2023

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Sugiyono (2012:224)39 mengemukakan bahwa teknik pengumpulan data

merupakan langkah paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari

penelitian adalah untuk mendapatkan data. Untuk mendapatkan data guna

menunjang pelaksanaan magang, maka penulis menggunakan teknik

pengumpulan data sebagai berikut :

3.4.1. Observasi (Penelitian)

Menurut Nazir, Moh (2013:175)40, pengumpulan data dengan observasi

langsung atau dengan penelitian langsung adalah cara pengambilan data dengan

menggunakan mata tanpa ada pertolongan alat standar lain untuk keperluan

tersebut.

Marshall (1990) dalam Sugiyono (2012:226)41 menyatakan bahwa “through

observation, the researcher learn about behavior and the meaning attached to

those behavior”. Melalui observasi, peneliti belajar tentang perilaku, dan makna

dari perilaku tersebut. Sementara itu Flick dalam Gunawan (2015:146)42 terkait

dengan observasi berpendapat:

Besides the competencies of speaking and listening which are used in

39
Sugiyono,2009, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan r&d, Bandung: Alfabeta
40
Nazir, Moh. PH. D. 2009. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia Indonesia
41
Sugiyono,2009, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan r&d, Bandung: Alfabeta
42
Gunawan, I. 2015. Metode Penelitian Kualitatif.(suryani, ed.) (1st ed.). Jakarta: Bumi Aksara.

48
interview, observing is another everyday skill which skill which is

methodologically systematized and applied in qualitative research. Not

only visual perceptions but also those based on hearing, feeling an

smelling are integrated.

(Observasi disamping memerlukan kemampuan berbicara dan

mendengarkan sebagaimana digunakan dalam wawancara-wawancara, observasi

merupakan keterampilan harian lain sebagai secara metodelogis disistematisir dan

diterapkan dalam penelitian kualitatif. Tidak hanya persepsi visual tetapi juga

persepsi berdasarkan pendengaran, perasaan dan penciuman yang diingtegrasi).

Observasi awal ditemukan masalah mendasar yaitu belum optimalnya pelayanan

cetak dokumen KTP-EL. Oleh karena itu, untuk melihat lebih jauh lagi diperlukan

analisis untuk membuat strategi kebijakan dalam pelaksanaan pelayanan cetak

dokumen KTP-EL di Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Provinsi DKI

Jakarta, dengan menggunakan:

1. Dimensi Waktu dan Orientasi Masa Depan

Manajemen Strategi dalam mempertahankan dan mengembangkan

eksistensi suatu organisasi berpandangan jauh ke masa depan.

2. Dimensi Internal dan Eksternal

Dimensi Internal adalah kondisi organisasi non profit (pendidikan) pada

saat sekarang, berupa kekuatan, kelemahan, peluang dan hambatan

yang harus duketahui secara tepat.

3. Dimensi Pendayagunaan Sumber-sumber

49
Manajemen Strategi sebagai kegiatan manajemen tidak dapat

melepaskan diri dari kemampuan mendayagunakan berbagai sumber

daya yang dimiliki.

4. Dimensi Keikutsertaan Manajemen Puncak (Pemimpin)

Manajemen Strategi yang dimulai dengan menyusun Rencana

Strategi merupakan pengendalian masa depan organisasi, agar

eksistensi sesuai dengan visinya dapat diwujudkan.

5. Dimensi Multi Bidang

Manajemen Strategi sebagai Sistem. Pengimplementasiannya harus

didasari dengan menempatkan organisasi sebagai suatu sistem.

Peneliti menggunakan teori strategi dari Hadari Nawawi tersebut, karena

paling tepat untuk menjawab pertanyaan rumusan masalah penelitian.

Berikut adalah pedoman wawancara berdasarkan teori yang digunakan

dalam penelitian ini,yaitu:

Tabel 3.2
Pedoman Wawancara

No Tipe Pertanyaan Informan


Kriteria
1 Dimensi Waktu dan Apa strategi yang akan dilakukan 1. Kepala Dinas
Orientasi Masa untuk menuju pelayanan public 2. Sekretaris Dinas
Depan yang lebih baik dalam kasus 3. Kepala Bidang
cetak dokumen KTP-EL ? 4. Masyarakat yang
melakukan
Bagaimana caranya pengurusan
mendapatkan solusi terbaik dokumen
untuk membuat pelayanan
menjadi lebih baik ? (Pada wilayah
kerja Dinas
Dukcapil

50
Provinsi DKI
Jakarta)

2 Dimensi Apakah budaya kerja aparatur 1. Kepala Dinas


Internal dan pelayanan sudah berjalan 2. Sekretaris Dinas
Eksternal optimal ? 3. Kepala Bidang
Kenapa masih banyak ditemukan 4. Masyarakat yang
oknum calo dalam setiap melakukan
pelayanan adminduk ? pengurusan
dokumen
(Pada wilayah kerja
Dinas Dukcapil Provinsi
DKI Jakarta)

3 Dimensi Apakah sarana dan prasarana bagi 1. Kepala Dinas


Pendayagunaan aparatur yang melaksanakan tugas 2. Sekretaris Dinas
Sumber-sumber pelayanan sudah cukup memadai ? 3. Kepala Bidang
4. Masyarakat yang
Apakah aparatur pelayanan sudah melakukan
dibekali dengan Bimtek seperti pengurusan
pemahaman dalam masalah dokumen
teknologi jika bermasalah ?
(Pada wilayah kerja
Dinas Dukcapil Provinsi
DKI Jakarta)

Tipe
No Kisi-Kisi Pertanyaan Informan
Kriteria
4 Dimensi Apakah dalam hal ini Pimpinan 1. Kepala Dinas
Keikutsertaan rutin mengontrol seluruh 2. Sekretaris Dinas
Manajemen Puncak kegiatan bawahan dalam setiap 3. Kepala Bidang
(Pemimpin) tugasnya ?

Kenapa masih banyak ditemukan


Aparatur pelayanan yang
melakukan Tindakan pungli ?
5 Dimensi Multi Apakah ada Kerjasama dengan 1. Kepala Dinas
Bidang pihak/instansi lain yang 2. Sekretaris Dinas
dilakukan untuk membuat suatu 3. Kepala Bidang

51
terobosan dalam mempercepat
pelayanan ?

Bagaimana cara itu dilakukan


agar rencana di awal berjalan
sesuai rencana ?
Sumber: Diolah oleh peneliti, 2023

3.4.2. Wawancara (interview)

Wawancara adalah bentuk komunikasi langsung antara peneliti dengan

responden. Komunikasi berlangsung dalam bentuk tanya jawab dalam hubungan

tatap muka, sehingga gerak dan mimik responden merupakan pola media yang

melengkapi kata-kata secara verbal. Karena itu wawancara tidak hanya

menangkap pemahaman atau ide, tetapi juga dapat menangkap perasaan,

pengalaman, emosi, motif, yang dimiliki oleh responden yang bersangkutan

(Gulo, 2003:119)43.

Wawancara dalam Penelitian yang digunakan peneliti adalah wawancara

terstruktur dengan menetapkan sendiri pertanyaan – pertanyaan dan permasalahan

yang akan diajukan guna mendapatkan hipotesis strategi Kebijakan Pelayanan

cetak dokumen KTP-EL. (studi pada Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil

Provinsi DKI Jakarta).

3.4.3. Dokumentasi

Dokumen ini dalam artian catatan yang menuliskan atau menceritakan

mengenai suatu peristiwa yang lebih terjadi dan dapat terekam dalam bentuk

dokumen. Menurut Bogdan dalam Sugiyono (2012:240)44 mengungkapkan

bahwa:

43
Gulo, W. 2003. Metodologi Penelitian. Jakarta: Grasindo.
44
Sugiyono,2009, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan r&d, Bandung: Alfabeta
52
“in most tradition of qualitative research, the phrase personal document

is used broadly to refer to any first person narrative produced by an

individual which describe his or her own actions, experience and belief”

Menurut Arikunto (2010:274)45, mengemukakan bahwa “metode dokumentasi

yaitu mencari data mengenai hal-hal atau variable yang berupa catatan, transkrip,

buku, surat kabar, majalah, prastasi, notulen rapat, lengger, agenda dan

sebagainya”

Menurut Suharsimi Arikunto, (2010: 274)46 adalah yaitu “mencari data

mengenai hal-hal atau variabel berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar,

majalah, prasasti, notulen rapat, agenda dan sebagainya”. Dalam penelitian ini

peneliti menggunakan literatur – literatur, catatan – catatan, arsip – arsip, dan

produk hukum serta dokumen lain untuk memperoleh data yang berhubungan

dengan Evaluasi Pelayananan KTP Elektronik dan KIA berbasis registrasi (studi

pada Suku Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil Kota Administrasi Jakarta

Timur).

3.5 Teknik Analisis Data

Menurut Silalahi (2012:332)47, “Analisis data adalah suatu proses

penyederhanaan data dan penyajian data dengan mengelompokkannya dalam

suatu bentuk yang mudah dibaca dan diinterpretasi. Sedikit berbeda dengan

45 45
Arikunto, S. 2010.P Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
46

47
Silalahi, Ulber. 2012. Metode Penelitian Sosial. Bandung: Refika Aditama.
53
definisi yang telah dikemukakan di atas, Susan Stainback dalam Sugiyono

(2012:244)48 mengemukakan bahwa :

“Data analysis is critical to the qualitative research process. It is so

recognition, study, and understanding of interrelationship and concept in

your data that hypotheses and assertions can be developed and

evaluated”. (Analisis data merupakan hal yang kritis dalam proses

penelitian kualitatif. Analisis digunakan untuk memahami hubungan dan

konsep dalam data sehingga hipotesis dapat dikembangkan dan

dievaluasi).

Berdasarkan definisi tersebut, analisis data merupakan suatu proses yang

dilakukan untuk mengkategorikan data untuk mengetahui hubungan-hubungan

yang ada dan menafsirkan apa yang bermakna. Pada dasarnya analisis data sangat

penting sehingga dibutuhkan teknik yang tepat untuk menganalisis data.

3.5.1. Pendekatan Induktif

Mengingat pendekatan yang digunakan yaitu pendekatan induktif maka,

analisis data yang digunakan adalah analisis data induktif dalam metode kualitatif.

Menurut Bogdan dan Biklen dalam Moleong (2012:248)49, mengemukakan bahwa

analisis data kualitatif adalah :

Upaya yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data,

mengorganisasikan data, memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola,

mensitesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa yang penting

48
Sugiyono,2009, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R&D, Bandung: Alfabeta
49
Moleong, Lexy.2013. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja Rosdakarya.
54
dan apa yang dipelajari, dan memutuskan apa yang dapat diceriterakan kepada

orang lain.

3.5.2. Teknik Triangulasi

Dalam penelitian dengan teknik trianggulasi. Menurut Sutopo, triangulasi

merupakan cara yang paling umum digunakan bagi peningkatan validitas dalam

penelitian kualitatif. Dalam kaitan ini Patton (dalam Sutopo, 2002:78)50

menyatakan bahwa ada empat macam teknik triangulasi, yaitu:

1. Trianggulasi data (data triangulation) yaitu peneliti dalam

mengumpulkan data harus menggunakan beragam sumber data yang

berbeda.

2. Triangulasi metode (methodological triangulation) yaitu cara peneliti

menguji keabsahan data dengan mengumpulkan data sejenis tetapi

dengan menggunakan teknik atau metode pengumpulan data yang

berbeda.

3. Triangulasi peneliti (investigator triangulation) yaitu hasil penelitian

baik data ataupun simpulan mengenai bagian tertentu atau

keseluruhannya bisa diuji validitasnya dari beberapa peneliti, dan

4. Triangulasi teori yaitu dalam menguji keabsahan data menggunakan

perspektif lebih dari satu teori dalam membahas permasalahan-

permasalahan yang dikaji, sehingga dapat dianalisis dan ditarik

kesimpulan yang lebih utuh dan menyeluruh.

50
Sutopo, HB. 2002. Metode Penelitian Kualitatif. Surakarta: UNS Press.

55
Dan peneliti memilih teknik analisis data dalam penelitian ini

menggunakan teknik triangulasi teori. Teknik triangulasi teori dilakukan dalam

menguji keabsahan data menggunakan perspektif lebih dari satu dalam membahas

permasalahan-permasalahan yang dikaji, sehingga dapat dianalisis dan ditarik

kesimpulan yang lebih utuh dan menyeluruh. Aktivitas dalam analisis data ada

tiga aktivitas yaitu :

1. Reduksi data (data reduction) yaitu merangkum, memilih hal-hal pokok,

memfokuskan pada hal-hal penting, kemudian mencari tema dan polanya.

2. Penyajian data (data display) yaitu menampilkan data dimana di dalam

penelitian kualitatif, secara umum data disajikan dalam bentuk teks yang

bersifat naratif.

3. Penarikan kesimpulan (conclusion drawing) dan verifikasi (verification),

kesimpulan dalam penelitian kualitatif adalah temuan baru yang

sebelumnya belum pernah ada. Temuan dapat berupa deskripsi atau

gambaran suatu objek yang sebelumnya masih remang-remang atau gelap

sehingg setelah diteliti menjadi jelas, dapat berupa hubungan kausal atau

interaktif, maupun hipotesis atau teori.

Analisis data dimulai dari mereduksi data, data yang diperoleh selama

magang semakin lama semakin banyak, kompleks, dan rumit sehingga perlu

dilakukan perangkuman, pemilihan data-data pokok, dan membuang yang tidak

perlu. Hal ini dimaksudkan untuk memberikan gambaran yang lebih jelas,

mempermudah dalam pengumpulan data selanjutnya, dan mencarinya bila

diperlukan.

56
Langkah selanjutnya adalah menyajikan data, penyajian data disajikan

dalam bentuk uraian singkat, bagan, dan hubungan antar kategori. Penyajian data

ini akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi karena data sudah

terorganisasi dan tersusun dalam pola hubungan sehingga dapat merencanakan

kerja selanjutnya.

Langkah ketiga adalah penarikan kesimpulan atau verifikasi. Data display

yang ada kemudian didukung oleh data-data yang mantap, berdasarkan hal itulah

dapat diambil kesimpulan mengenai rumusan masalah yang ada. Kesimpulan

dalam penelitian kualitatif merupakan temuan baru yang belum ada sebelumnya.

Kesimpulan ini merupakan hipotesis dari masalah ini.

Analisis data di atas apabila telah lengkap kemudian peneliti

menginterpretasi atau melakukan pembahasan. Pembahasan atas hasil analisis

tersebut sesuai dengan pertanyaan-pertanyaan dalam rumusan masalah.

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode penelitian kualitatif

dengan teknik analisis data meliputi : Data reduction (Reduksi Data), Data

display (Penyajian Data), dan Conclution Drawing (Verifikasi).

DAFTAR PUSTAKA

A. Pustaka Buku

Agustino, Leo. 2008. Dasar-dasar Kebijakan Publik. Alfabeta: Bandung.

Arikunto, S. 2010.P Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta:

57
Rineka Cipta.

Gunawan, I. 2015. Metode Penelitian Kualitatif.(suryani, ed.) (1st ed.). Jakarta:

Bumi Aksara.

Gulo, W. 2003. Metodologi Penelitian. Jakarta: Grasindo.

Hasan, Erlina 2005. Komunikasi Pemerintahan .Bandung: Rafika Aditama.

Kencana Syafiie, Inu.2006. Ilmu Administrasi Publik, Jakarta: Rineka Cipta.

Moenir, A.S.2008. Manajemen pelayanan Umum di Indonesia, Jakarta: Bumi

Aksara.

Moleong, Lexy.2013. Metode Penelitian Kualitatif. Bandung : Remaja

Rosdakarya. Nazir, Moh. PH. D. 2009. Metode Penelitian. Jakarta: Ghalia

Indonesia

Nugroho D, Riant. 2012. Kebijakan Publik, Formulasi, Implementasi, dan

evaluasi.jakarta: gramedia.

Silalahi, Ulber. 2012. Metode Penelitian Sosial. Bandung: Refika Aditama.

Sinambela, L.P. 2010. Reformasi Pelayanan Publik; Teori, Kebijakan dan

Implementasi, Cetakan kelima Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Soemartono. Triyuni. Hendrastuti. 2011. Administrasi Kependudukan Berbasis

Registrasi, cetakan pertama Jakarta : Yayasan Bina Profesi Mandiri

Sugiyono, 2009, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan r&d, Bandung:

58
Alfabeta

Sutopo, HB. (2002). Metode Penelitian Kualitatif. Surakarta: UNS Press.

Syafri, Wirman dan Setyoko, Ismawan. 2008. Implementasi Kebijakan Publik

Dan Etika Profesi Pamong Praja. Jatinangor:Alqa Prisma Interdelta.

B. Pustaka Hukum dan Perundang-Undangan

Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2013 tentang Perubahan atas Undang-undang

Nomor 23 tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan.

Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 26 tahun 2009 tentang Penerapan

Kartu Tanda Penduduk berbasis Nomor Induk Kependudukan Secara

Nasional.

Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 2019

tentang Pelayanan Administrasi Kependudukan Secara Daring

Peraturan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi

Republik Indonesia Nomor 63 tahun 2003 tentang Pedoman Penyelenggaraan

Pelayanan Publik

Peraturan Gubernur DKI Jakarta Nomor 110 Tahun 2018 tentang Peningkatan

Kualitas Layanan Administrasi Kependudukan

C. Jurnal/Tesis

Implementasi Kebijakan Pelayanan Administrasi Kependudukan Terpadu,


59
Didik Fakhtur Rohman, Ima Hanafi, Minto Hadi. (2018)

Evaluasi Program Kartu Identitas Anak (KIA)


Jaka Permana. (2018)

Implementasi Program Kartu Tanda Penduduk Elektronik


Ade Hasan Ashari. 2019

Kualitas Penyelenggara Pelayanan Publik Bidang Adminduk


Yayat Rukayat. (2019)

Implementasi Kebijakan Pelayanan Kependudukan dan Pencatatan Sipil


H. Abdurani. (2020)

D. Internet
Kamus Besar Bahasa Indonesia, dalam https://kbbi.web.id/ diakses tanggal
20 Oktober 2022

60

Anda mungkin juga menyukai