Anda di halaman 1dari 45

1

PROPOSAL PENELITIAN

PENGARUH LAMA PERENDAMAN AKTIVATOR HCl PADA


ARANG AKTIF CANGKANG KELAPA SAWIT (Elaeis
guineensis Jacq) TERHADAP EMISI GAS BUANG
HIDROKARBON DAN KARBON MONOKSIDA
KENDARAAN BERMOTOR

Oleh:

M. FATHUR RAHMAT BAHAR


NIM 1804015117

FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2022
2

PENGARUH LAMA PERENDAMAN AKTIVATOR HCl PADA


ARANG AKTIF CANGKANG KELAPA SAWIT (Elaeis
guineensis Jacq) TERHADAP EMISI GAS BUANG
HIDROKARBON DAN KARBON MONOKSIDA
KENDARAAN BERMOTOR

Oleh:

M. FATHUR RAHMAT BAHAR


NIM 1804015117

FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS MULAWARMAN
SAMARINDA
2022
3

HALAMAN PENGESAHAN PROPOSAL

Judul : Pengaruh Lama Perendaman Aktivator HCl Pada Arang Aktif


Cangkang Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq) Terhadap
Emisi Gas Buang Hidrokarbon dan Karbon Monoksida
Kendaraan Bermotor
Nama : M. Fathur Rahmat Bahar
NIM : 1804015117
Program Studi : Kehutanan
Fakultas : Kehutanan

Menyetujui:

Pembimbing I Pembimbing II

Agus Nur Fahmi, S.Hut.,MP. Irvin Dayadi, S.Hut., MP.


NIP 197808202005011002 NIP 197402162000031001

Mengetahui:
Ketua Program Studi Kehutanan
Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman

Dr. Yuliansyah, S.Hut., M.P.


NIP 197407122002121001

Tanggal Disetujui: 3 April


2022
4

DAFTAR ISI

Hal
HALAMAN SAMPUL............................................................................................i
HALAMAN JUDUL.............................................................................................ii
HALAMAN PENGESAHAN..............................................................................iii
DAFTAR ISI..........................................................................................................iv
DAFTAR TABEL..................................................................................................v
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................vi
I. PENDAHULUAN...........................................................................................1
1.1 Latar Belakang...................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................3
1.3 Tujuan Penelitian................................................................................................3
1.4 Hasil Yang Diharapkan......................................................................................4
1.5 Kerangka Pemikiran...........................................................................................4
II. TINJAUAN PUSTAKA..................................................................................6
2.1 Arang..................................................................................................................6
2.2 Pengertian Arang Aktif......................................................................................7
2.3 Manfaat Arang Aktif..........................................................................................8
2.4 Pembuatan Arang Aktif....................................................................................10
2.5 Emisi Kendaraan Bermotor..............................................................................14
2.6 Risalah Bahan Baku.........................................................................................17
III. METODE PENELITIAN.............................................................................22
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian...........................................................................22
3.2 Bahan dan Peralatan Penelitian........................................................................22
3.3 Prosedur Penelitian...........................................................................................23
3.4 Analisis Data....................................................................................................32
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................34
5

DAFTAR TABEL

Nomor Tubuh Utama


Hal
2.1 Persyaratan Arang Aktif Standar Nasional Indonesia (SNI) 16
2.2. Komponen Kimia Cangkang Kelapa Sawit 21
2.3 Sifat Fisika Asam Klorida (HCl) 22
2.4 Sifat Kimia Asam Klorida (HCl) 22
3.1 Analisis Sidik Ragam 33
6

DAFTAR GAMBAR

Nomor Tubuh Utama


Hal
1.1 Kerangka Pemikiran 5
2.1 Tungku Pengarangan dari Modifikasi Drum Oli 13
3.1 Bagan Alur Penelitian 26
3.2 Tabung Penyerap Emisi Kendaraan Tampak Depan 31
3.3 Tabung Penyerap Emisi Kendaraan Tampak Atas 31
3.4 Tabung Penyerap Emisi Kendaraan Tampak Dalam 31
1

I. PENDAHULUAN

I.1 Latar Belakang

Indonesia memiliki kualitas udara yang semakin menurun dampak dari

meningkatnya jumlah kendaraan bermotor, emisi gas buang yang keluar melalui

knalpot telah mencemari udara. Emisi transportasi terbukti sebagai penyumbang

pencemaran udara di Indonesia, yaitu 85 persen. Hal ini disebabkan oleh

meningkatnya angka kepemilikan kendaraan bermotor yang menghasilkan emisi

gas buang yang buruk atau akibat perawatan yang kurang memadai (Gusnita,

2012).

Menurut BPS Kalimantan Timur (2020) jumlah kendaraan bermotor di

kota Samarinda pada tahun 2019 sebesar 2.295.145 unit meningkat sekitar 2,40%

dari tahun 2018. Menurut Wicaksana (2016) meningkatnya kebutuhan masyarakat

akan transportasi darat memunculkan berbagai problem, diantaranya

menyebabkan pencemaran udara atau polusi. Emisi gas buang antara lain NOx,

CO, HC, dan debu. Emisi gas buang ini berdampak pada kerusakan lingkungan

dan termasuk gas yang berbahaya bagi manusia.

Beberapa jenis emisi yaitu CO, NO dan NOx merupakan kelompok gas

berbahaya (Budiyono, 2010). NO dan NOx (Oksida Nitrogen) dapat

menyebabkan gangguan jaringan paru seperti, melemahkan sistem pertahanan

paru, asma, infeksi saluran nafas (Winarno, 2014), sedangkan gas CO dapat

menyebabkan rasa sakit pada mata, gangguan saluran pernapasan, dan paru-paru

(Arisma, 2010).
2

Pengolahan emisi pada saluran gas buang dapat dilakukan dengan proses

adsorpsi. Adsorpsi atau partikel gas buangan adalah proses penyerapan molekul-

molekul adsorbat di permukaan adsorben. Proses adsorpsi ini dilakukan sebelum

gas buang keluar dari saluran buang atau knalpot. Ada banyak adsorben yang

dapat digunakan untuk menyerap gas buang, contohnya seperti zeolit dan arang

aktif (Wicaksana, 2016).

Kalimantan merupakan salah satu pulau dengan hasil produksi kelapa

sawit terbesar di Indonesia. Berdasarkan data statistik perkebunan Indonesia pada

tahun 2015 total luas areal perkebunan kelapa sawit di Kalimantan mencapai 3,47

juta ha dengan produksi 8,12 juta ton per tahun (Rahman, 2017). Cangkang kelapa

sawit merupakan salah satu limbah pengolahan minyak kelapa sawit yang cukup

besar, yaitu mencapai 60% dari produksi minyak. Tempurung ini bisa

dimanfaatkan sebagai bahan untuk membuat karbon aktif. Karbon aktif dapat

dimanfaatkan oleh berbagai industri, antara lain industri minyak, karet, gula dan

farmasi (Faiz, 2015 dalam Wahyuni, 2019).

Arang aktif merupakan karbon yang memiliki kemampuan daya serap

yang baik terhadap anion, kation, dan molekul dalam bentuk senyawa organik dan

anorganik, baik berupa larutan maupun gas (Lempang, 2014). Karbon aktif adalah

senyawa karbon yang telah ditingkatkan adsorpsinya dengan melakukan proses

aktivasi. Penggunaan karbon aktif sebagai adsorben emisi gas CO, NO, dan NOx

karena memiliki harga yang terjangkau dan mudah didapatkan (Febryanti dkk.,

2014). Arang aktif dapat diproduksi dengan bahan baku yang mengandung karbon

seperti kayu, tempurung kelapa, limbah batu bara, limbah pengolahan kayu, dan
3

limbah pertanian seperti kulit buah kopi, kulit buah coklat, sekam padi, jerami,

tongkol dan pelepah jagung (Aworn dkk., 2009).

Pada penelitian ini pembuatan arang aktif akan menggunakan bahan baku

limbah cangkang sawit dengan menggunakan aktivator Asam Klorida (HCl) yang

akan digunakan sebagai adsorben pada pencemaran emisi gas buang kendaraan

bermotor. Semakin lama perendaman menggunakan aktivator HCl ini diharapkan

mampu memperluas pori-pori karbon yang dapat meningkatkan nilai kadar karbon

terikat pada serbuk arang yang juga akan meningkatkan daya serap pada proses

adsorpsi emisi gas buang kendaraan bermotor.

1.2 Hipotesa Penelitian

Berdasarkan pemaparan diatas diduga arang yang berasal dari

cangkang kelapa sawit yang diaktifkan menggunakan aktivator asam klorida

(HCl) dapat menjadi adsorben pada emisi gas buang kendaraan bermotor dan

lama perendaman selama 7 jam menggunakan bahan kimia asam klorida

diduga menjadi waktu yang optimal dalam penelitian ini dikarenakan bahan

kimia yang terkandung dapat bekerja secara maksimal untuk proses

pemutusan rantai karbon dari senyawa organik dan menghilangkan partikel-

partikel atau kandungan debu yang menempel pada arang sehingga pori-pori

pada arang aktif terbuka dan meningkatkan daya adsorpsi.

1.3 Rumusan Masalah

1) Bagaimana pengaruh berapa lama perendaman HCl terbaik pada arang dari

cangkang kelapa sawit yang berpengaruh terhadap penyerapan emisi gas

buang kendaraan bermotor CO dan HC.


4

2) Apakah pengujian kualitas arang aktif cangkang kelapa sawit memenuhi

Standar Nasional Indonesia (SNI).

1.4 Tujuan Penelitian

1) Menentukan pengaruh lama perendaman konsentrasi HCl terhadap arang

aktif cangkang kelapa sawit terhadap persentase penurunan emisi CO dan

HC kendaraan bermotor.

2) Menguji kualitas arang aktif cangkang kelapa sawit sesuai Standar

Nasional Indonesia (SNI).

1.5 Hasil Yang Diharapkan

1) Diketahuinya informasi pemanfaatan cangkang sawit sebagai pengurang

emisi gas buang kendaraan bermotor

2) Diketahuinya pengaruh lama perendaman arang aktif dengan aktivator

HCl.

3) Membantu usaha dalam mengembangkan ilmu pengetahuan dibidang

penyerapan polusi udara.

1.6 Penelitian Rujukan

1) Peneliti, Tahun : Baktiriani Banda Padang, 2019


Judul : Kemampuan Adsorpsi Arang Aktif Sebagai
Adsorben Air Yang Tercemar Oli Bekas
Berdasarkan Waktu Perendaman Serbuk Arang
Dalam Larutan Asam Klorida.
Tujuan : Mengetahui kemampuan adsorpsi arang aktif
sebagai adsorben air yang tercemar oli bekas
berdasarkan waktu perendaman serbuk arang
dalam larutan asam klorida yang mampu
meningkatkan nilai adsorpsinya terhadap air yang
tercemar oli bekas.
Metode : Penelitian ini dilakukan dengan pola
5

rancangan acak lengkap dengan 3 perlakuan dan 3


kali ulangan pada pengujian kadar karbon terikat
dan uji daya serap
Pengujian : Pengujian kadar karbon terikat, dan uji penyerapan
oli bekas.
Hasil : Hasil penelitian ini memberikan nilai rata-rata
adsorpsi dan karbon terikat pada masing-masing
bahan baku dengan nilai adsorpsi sekam padi
sebesar 2.913- 3.270 dengan nilai kadar karbon
terikat berkisar antara 42.667%-44.5%, cangkang
kelapa sawit denngna nilai adsorpsi 1.253-1.505
dengan nilai karbon terikat berkisar antara
90.16%-90.667%, serbuk sengon dengan
kemampuan adsorpsi sebesar 3.148-3.623 dan nilai
karbon terikatnya berkisar antara 85.833%-
88.333%, serta pada bahan baku serbuk meranti
merah didapatkan nilai adsorpsi 3.955-4.053
dengan nilai kadar karbon terikatnya 90.667-91%

2) Peneliti, Tahun : Wa Ode Veby Verlina, 2014


Judul : Potensi Arang Aktif Tempurung Kelapa Sebagai
Adsorben Emisi Gas Co, No, Dan Nox Pada
Kendaraan Bermotor
Tujuan : 1. Membuat arang aktif tempurung kelapa yang
berpotensi sebagai media adsorben
2. Menguji kualitas arang aktif tempurung kelapa
Berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI)
3. Menentukan pengaruh konsentrasi pengaktif
arang aktif tempurung kelapa terhadap persentase
penurunan emisi CO, NO, dan NOx kendaraan
bermotor menggunakan PEM Analyzer
Metode : Penelitian ini dilakukan dengan pola rancangkan
acak lengkap dengan 5 perlakuan dan 5 kali
ulangan untuk pengujian pengukuran emisi gas.
Pengujian : Pengujian kadar karbon terikat, dan uji penyerapan
emisi.
Hasil : 1. Arang aktif tempurung kelapa yang teraktivasi
ZnCl2 10% memiliki potensi sebagai media
adsorben untuk mengadsorpsi gas buang CO, NO,
dan Nox.
2. Pengujian kualitas arang aktif
tempurung kelapa aktivasi ZnCl2 10% telah
memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI).
3. Konsentrasi ZnCl2 10% sangat berpengaruh
6

terhadap kemampuan adsorpsi arang aktif terhadap


emisi gas buang yang penyerapannya mencapai
100% pada NO dan NOx sedangkan penyerapan
terhadap gas CO sebesar 81% ditunjukkan dengan
hasil adsorpsi gas NO dan NOx dari 3 ppm
menjadi 0 ppm dan besar penyerapan gas CO dari
1560 ppm menjadi 990 ppm.

1.7 Kerangka Pemeikiran

Kerangka pemikiran merupakan pemaparan pola pikir yang mendasari

metode yang akan dilakukan pada penelitian ini. Kerangka pemikiran

disajikan dalam Gambar 1.1.


7

Gambar 1.1 Kerangka Pemikiran.


8

II. TINJAUAN PUSTAKA

II.1 Arang

Arang adalah residu yang berbentuk padatan yang merupakan sisa dari

proses pengkarbonan bahan berkarbon dengan kondisi terkendali di dalam

nuangan tertutup seperti dapur arang. Arang merupakan hasil pembakaran bahan

yang mengandung karbon yang berbentuk padat dan berpori, Sebagian besar

porinya masih tertutup oleh hidrogen, senyawa organik lain yang komponennya

terdiri dari abu, air, nitrogen dan sulfur (Wijayanti 2009).

Arang diketahui memiliki prospek pengembangan dan penggunaan yang

sangat luas sebagai bahan baku industri. Manfaat dan Penggunaan arang tidak

hanya sebagai bahan bakar, penghilang bau, dan penyaring tetapi telah

dikembangkan lebih luas menjadi bahan yang dapat berfungsi sebagai penghasil

energi (baterai, panel surya), media seni rupa, bahan pengisi, pewarna dan lain-

lain. Sumber-sumber penghasil arang dapat berasal dari limbah pertanian berupa

kulit buah, kulit batang, batok/tempurung, sekam, kayu dan limbah industri seperti

sisa olahan kayu dan produk sampingan lainnya (Elisa, 2016).

Karakteristik arang ditentukan oleh jenis bahan, komponen utama

penyusun bahan baku yang akan dipirolisis dan metode pirolisis. Arang yang

berkualitas dapat ditentukan dengan syarat-syarat sebagai berikut:

a. Cukup keras dan tidak mudah hancur


9

b. Mempunyai kandungan arang lebih dari 75%

c. Kadar abu 5 %,

d. Kadar air maks.15%

e. Kadar zat menguap maksimal 15 %

f. Tidak tercemar oleh unsur-unsur yang membahayakan atau kotoran

(Pari dkk., 2006).

II.2 Pengertian Arang Aktif

Arang aktif adalah karbon tidak berbentuk yang diolah secara khusus

untuk menghasilkan luas permukaan berkisar antara 300-2000 m3/gr. Luas

permukaan yang besar dari struktur dalam pori-pori karbon aktif dapat

dikembangkan, struktur karbon aktif ini memiliki kemampuan menyerap gas atau

uap dan dapat mengurangi zat-zat dari liquida (Kirk Othmer, 1992 dalam Elly,

2008).

Arang aktif didapatkan dari berbagai macam bahan baku yang

mengandung karbon seperti kayu, tempurung kelapa, limbah batu bara, limbah

pengolahan kayu dan limbah pertanian (Aworn dkk., 2009). Menurut Lempang

(2014), arang aktif dan arang dibedakan berdasarkan sifat pada permukaannya.

Arang memiliki permukaan yang masih ditutupi oleh deposit hidrokarbon yang

menghambat keaktifannya sedangkan permukaan arang aktif cenderung lebih

bebas dari deposit, permukaannya luas dan berpori terbuka, sehingga memiliki

daya serap tinggi. Proses aktivasi berfungsi untuk meningkatkan daya serap arang

dengan cara merubahnya menjadi arang aktif.


10

Arang aktif adalah suatu karbon yang mempunyai kemampuan daya serap

yang baik terhadap anion, kation, dan molekul dalam bentuk senyawa organik dan

anorganik, baik berupa larutan maupun gas (Lempang, 2014). Karbon aktif

merupakan senyawa karbon yang telah dilakukan proses karbonisasi dan aktivasi

untuk meningkatkan adsorpsi emisi gas CO, NO, dan NOx hal ini dikarenakan

ketersediaan jumlahnya besar dan memiliki harga yang murah (Febryanti dkk.,

2014).

II.3 Manfaat Arang Aktif

Hartoyo (1999) dalam Padang (2019) menyatakan bahwa manfaat dari arang

aktif sebagai berikut:

a. Arang aktif untuk keperluan adsorpsi cairan dalam industri:

1) Industri gula: untuk menghilangkan warna keabu-abuan dan kotoran lainnya

dalam larutan gula, sehingga berwarna putih bersih.

2) Industri minyak goreng : adanya komponen-komponen kimia dalam minyak

seperti: asam lemak bebas, peroksida-peroksida, zat-zat warna lain-lain akan

menimbulkan rasa dan bau yang tidak tahan lama disimpan, sehingga perlu

dimurnikan. Selain itu arang aktif juga dapat menghilangkan racun yang

ditimbulkan oleh penggunaan katalisator dalam proses hidrogenasi

pembuatan minyak.

3) Bahan makanan: karena arang aktif mempunyai sifat tidak berasa, tidak

berbau, tidak larut, dan tidak menimbulkan reaksi-reaksi kimia dengan

bahan makanan, maka dapat digunakan sebagai bahan yang baik untuk
11

menyempurnakan rasa, bau, warna dalam bahan makanan seperti : gelatin,

soup, cuka dan sebagainya.

4) Minuman alkohol: Pada pembuatan minuman alkohol seperti : wisky,

anggur, bier dan lain-lain, masih ada rasa yang tidak disukai. Dengan

menambahkan arang aktif maka rasa tersebut dapat dihilangkan.

5) Industi kimia dan farmasi: pemakaian arang aktif dalam proses pembuatan

bahan kimia dan obat-obatan seperti: acetanilide, atabrine, saffein, asam

citric, glycerin sehingga bahan-bahan tersebut dapat dipasarkan.

6) Air minum: air minum yang dihasilkan dari sumber air bersih sering kali

memerlukan arang aktif untuk menghilangkan rasa dan bau.

7) Menarik zat-zat yang berharga dari campuran/persenyawaan: arang aktif

dapat digunakan untuk mendapatkan emas dari bijinya dan proses

pembuatan emas dari cyanide dan mendapatkan jodium dari minyak bumi

dan lain-lain.

8) Katalisator: penambahan arang aktif akan berpengaruh terhadap kecepatan

reaksi.

b. Arang aktif yang digunakan untuk adsorpsi gas dalam prakteknya:

1) Topeng gas: Untuk melindungi terhadap gas-gas racun bahan organik.

2) Mendapatkan kembali pelarut yang mudah menguap: ini merupakan

pemakaian terbesar secara komersil yaitu penyerapan kembali pelarut uap

dari udara. Uap yang diserap diikat oleh arang aktif pada suhu biasa,

selanjutnya akan dikeluarkan kembali apabila tekanan uap rendah.


12

3) Air conditioner room: penambahan arang aktif untuk menghilangkan gas

bau-bau yang dapat mengganggu kesehatan.

4) Industri rokok: arang aktif yang dimasukkan dalam filter rokok akan

mencegah atau mengurangi zat beracun yang dikeluarkan bersama-sama

asap rokok

5) kitchen hood atang penyaring asap kompor dapur: penambahan arang aktif

untuk menyaring asap kompor yang dapat mengganggu kesehatan.

II.4 Pembuatan Arang Aktif

Karbon aktif dapat dibuat melalui dua tahap, yaitu tahap karbonisasi dan

aktivasi (Herlandien, 2013).

a. Karbonisasi

Karbonisasi merupakan proses pengarangan dalam ruangan tanpa

adanya oksigen dan bahan kimia lainnya, sehingga pada proses ini mulai terjadi

pembentukan struktur pori.

Proses pengarangan atau karbonisasi terbagi menjadi empat tahap yaitu:

1. Tahap penguapan air terjadi pada suhu 100-105̊C.

2. Tahap penguraian hemiselulosa dan selulosa pada suhu 200-240̊C

3. Tahap proses depolimerasi dan pemutusan ikatan C-O dan C-C terjadi pada

suhu 240-400̊C. Pada tahap ini juga terjadi penguraian lignin menghasilkan

tar.

4. Tahap pembentukan lapisan aromatik yang terjadi pada suhu lebih dari

400̊C sampai pada suhu 500̊C lignin masih terurai, sedangkan pada suhu

lebih dari 600̊C terjadi proses pembesaran luas permukaan arang.


13

Selanjutnya arang dapat dimurnikan atau dijadikan arang aktif pada suhu

500-1000˚C (Siahaan dkk., 2013).

Faktor-faktor yang mempengaruhi karbonisasi adalah

1. Waktu karbonisasi

Semakin lama waktu karbonisasi maka reaksi pirolisis akan semakin

sempurna sehingga arang yang diperoleh semakin menurun namun cairan

dan gas semakin meningkat. Waktu karbonisasi berbeda-beda tergantung

pada jenis-jenis dan jumlah bahan yang diolah.

2. Suhu pemanasan

Pada suhu 100-200̊C akan terjadi reaksi endotermis yang mengakibatkan

terurainya bahan organik yang mudah menguap selanjutnya pada 225-275̊C

akan menjadi reaksi eksotermis sehingga lignoselulosa akan terurai.

Semakin tinggi suhu maka arang yang diperoleh akan semakin menurun

namun hasil cairan dan gas semakin meningkat. Hal ini disebabkan oleh

makin banyaknya zat-zat terurai dan yang teruapkan.

3. Kadar air

Semakin tinggi kadar air pada bahan baku maka proses pembakaran akan

semakin lama.

4. Ukuran bahan

Semakin kecil ukuran bahan maka semakin cepat proses pembakaran

sehingga proses pirolisis berjalan lebih sempurna (Turmuzi dkk., 2015).

Tungku pengarangan dapat kita lihat pada gambar 2.1 dibawah ini
14

Gambar 2.1 Tungku Pengarangan Dari Modifikasi Drum Oli.


Sumber: Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman.
b. Aktivasi

Aktivasi adalah suatu perlakuan yang bertujuan untuk memperbesar

pori sehingga adsorben mengalami perubahan secara fisik dimana luas

permukaan dari karbon meningkat dengan tajam dikarenakan terjadinya

penghilangan senyawa tar dan senyawa sisa-sisa pengarangan Aktivasi dapat

dilakukan dengan pemanasan menggunakan temperatur tinggi dan dengan

penambahan larutan kimia (Turmuzi dkk., 2015).

Proses pembuatan karbon aktif dapat dilakukan dengan menggunakan 2

tahap yaitu aktivasi kimia dan aktivasi fisika (Tounsadi, 2016 dalam Wirani,

2017).

1. Aktivasi Kimia (chemical activation) merupakan proses pemutusan rantai

karbon dari senyawa organik menggunakan bahan-bahan kimia.


15

Penggunaan proses aktivasi kimia dilakukan dengan cara perendaman bahan

baku ke dalam aktivator seperti asam fosfor (H3PO4), kalium hidroksida

(KOH) dan seng klorida (ZnCl2). Agen kimia ini merupakan agen

pengdehidrasi yang mempengaruhi penguraian pirolisis dan mencegah

pembentukan tar dan senyawa organik yang volatil pada aktivasi

menggunakan suhu tinggi untuk menghasilkan karbon aktif dengan efisiensi

yang tinggi.

2. Aktivasi Fisika (physical activation) merupakan tahap pembuatan karbon

melalui proses karbonisasi menggunakan aktivator berupa gas. Kemudian,

reaksi oksidasi terjadi di antara atom karbon dan gas tersebut, sehingga

meningkatkan jumlah pori-pori dalam struktur karbon. Proses aktivasi fisika

biasanya dilakukan pada suhu 800- 1000̊C.

Faktor-faktor yang mempengaruhi aktivasi (Adinata, 2013).

1. Waktu perendaman

Perendaman dilakukan untuk menghilangkan atau membatasi pembentukan

lignin karena adanya lignin dapat membentuk senyawa tar yang dapat

menutup pori-pori sehingga mengurangi daya serap karbon aktif.

2. Konsentrasi larutan kimia

Semakin tinggi konsentrasi larutan kimia maka semakin kuat pengaruh

larutan kimia tersebut mengikat senyawa-senyawa tar sisa karbonisasi untuk

keluar melewati mikro pori-pori dari karbon sehingga permukaan karbon

semakin porous, dimana mengakibatkan semakin besar daya adsorpsi

karbon aktif tersebut.


16

3. Ukuran bahan baku

Semakin kecil ukuran bahan baku yang diaktivasi maka akan semakin baik

kualitas karbon aktif yang dihasilkan karena luas kontak antara bahan baku

dengan larutan aktivasi semakin besar.

4. Suhu dan waktu aktivasi

Suhu dan lama aktivasi untuk tiap jenis bahan baku berbeda satu dengan

yang lain.

Kualitas arang aktif dinilai berdasarkan persyaratan Standar Nasional

Indonesia (SNI) dapat kita lihat pada tabel 2.1 dibawah ini.

Tabel 2.1 Persyaratan Arang Aktif Standar Nasional Indonesia (SNI)

Jenis Persyaratan Parameter


Kadar air Maksimum 15%
Kadar abu Maksimum 10%
Kadar zat menguap Maksimum 25%
Kadar karbon terikat Minimum 65%
Sumber: Badan Standar Nasional Indonesia 06-3730-1995

II.5 Emisi Kendaraan Bermotor

Gas buang kendaraan (emisi) atau yang biasa kita sebut asap knalpot

adalah hasil sisa pembakaran mesin yang tidak sempurna. Gas yang terbuang

memiliki berbagai zat kimia dan dengan sangat mudah terhirup siapa saja yang

berada disekitar kendaraan yang membuang emisi. Tanpa kita sadari paparan

tersebut masuk kedalam system pernapasan atau para-paru dan peredaran darah

sehingga mengakibatkan kerusakan tubuh walau membutuhkan waktu tidak

singkat (Sudarwanto, 2020)


17

Adapun unsur gas yang dihasilkan dari emisi kendaraan bermotor adalah

sebagai berikut:

II.5.1 Karbon Monoksida (CO)

Karbon Monoksida adalah suatu gas yang tak berwarna, tidak

berbau dan juga tidak berasa. Gas CO dapat berbentuk cairan pada suhu di

bawah -1920̊C. Gas CO sebagian besar berasal dari pembakaran bahan

bakar fosil dengan udara, berupa gas buangan. Kota besar yang padat lalu

lintasnya akan banyak menghasilkan gas CO sehingga kadar CO dalam

udara relatif tinggi dibandingkan dengan daerah pedesaan. Selain dari itu

gas CO dapat pula terbentuk dari proses industri. Secara alamiah gas CO

juga dapat terbentuk, walaupun jumlahnya relatif sedikit, seperti gas hasil

kegiatan gunung berapi, proses biologi dan lain-lainnya (Wardhana, 2004

dalam Damara, 2017).

II.5.2 Karbon Dioksida (CO2)

Senyawa CO2 sebenarnya merupakan komponen yang secara

alamiah banyak terdapat di udara. Oleh karena itu CO2 dahulunya tidak

menempati urutan pencemaran udara yang menjadi perhatian lebih dari

normalnya akibat penggunaan bahan bakar yang berlebihan setiap

tahunnya. Pengaruh CO2 disebut efek rumah kaca dimana CO2 di

Atmosfer dapat menyerap energi panas dan menghalangi jalannya energi

panas tersebut dari atmosfer ke permukaan yang lebih tinggi. Keadaan ini

menyebabkan meningkatnya suhu rata -rata di permukaan bumi dan dapat

mengakibatkan meningginya permukaan air laut akibat melelehnya


18

gunung-gunung es, yang pada akhirnya akan mengubah berbagai siklus

alamiah (Tugaswati, 2004).

II.5.3 Nitrogen Oksida (NOx)

Oksida nitrogen cepat terurai dengan bereaksi dengan zat lain yang

ditemukan di udara. Nitrogen dioksida dapat membentuk asam nitrat di

bawah sinar matahari, dan merupakan unsur utama hujan asam, ozon

troposfer, dan kabut asap. Nitrogen oksida bereaksi di tanah dan air

menjadi asam nitrat (Sudarwanto, 2020).

NOx (Oksida Nitrogen) bisa menimbulkan gangguan jaringan paru

seperti, melemahkan sistem pertahan paru, asma, infeksi saluran nafas

(Winarno, 2014).

II.5.4 Hidrokarbon (HC)

Hidrokarbon adalah senyawa yang mengandung unsur C (karbon)

dan H (hidrogen). Gas hidrokarbon merupakan pencemar udara terbesar di

Indonesia dengan persentase sebesar 18,34%. Gas hidrokarbon yang

berwujud gas memiliki sifat beracun yang lebih berbahaya dibandingkan

dengan wujud padatan dan cairan Selanjutnya dijelaskan pula bahwa

hidrokarbon dalam jumlah sedikit tidak membahayakan manusia, kecuali

dalam jumlah banyak di udara. Dalam keadaan gas, hidrokarbon dapat

menyebabkan iritasi pada membran mukosa dan menimbulkan infeksi

paru–paru (Sugiarti, 2009 dalam Putra, 2016).

Hidrokarbon dapat bereaksi dengan nitrogen oksida membentuk

ozon permukaan, komponen utama dari smog yang menyebabkan iritasi


19

pada mata dan paru–paru. Selanjutnya dijelaskan pula bahwa emisi

hidrokarbon merupakan pencemar udara yang paling mudah menyebar dan

sulit untuk diatasi (Epa, 2012 dalam Putra 2016).

Adapun untuk ambang batas emisi gas buang kendaraan bermotor diatur

dalam Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 05 Tahun 2006 tentang Ambang

Batas Gas Buang Kendaraan Bermotor Lama. Dapat kita lihat pada Tabel dibawah

ini.

Tabel 2.1 Persyaratan Arang Aktif Standar Nasional Indonesia (SNI)


Tahun Parameter Metode
Kategori
Pembuatan CO (%) HC (ppm) Uji
Sepeda motor 2 langkah ˂ 2010 4,5 12.000 Idle
Sepeda motor 4 langkah ˂ 2010 4,5 2.400 Idle
Sepeda motor (2 langkah dan 4
langkah  ≥ 2010 4,5 2.000 Idle
Sumber: Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 05 Tahun 2006

II.6 Risalah Bahan Baku

Bahan baku yang digunakan dalam pembuatan arang aktif dalam

skripsi ini adalah sebagai berikut:

II.6.1 Cangkang Kepala Sawit

Kalimantan merupakan salah satu pulau dengan hasil produksi

kelapa sawit terbesar di Indonesia. Berdasarkan data statistik perkebunan

Indonesia pada tahun 2015 total luas areal perkebunan kelapa sawit di

Kalimantan mencapai 3,47 juta Ha dengan produksi 8,12 juta ton per

tahun. Dengan besarnya angka produksi tersebut tentu saja limbah yang

dihasilkan juga banyak baik berupa limbah padat atau limbah cair. Limbah
20

padat itu berupa tandan buah segar dan cangkang kelapa sawit. Saat ini

limbah padat berupa cangkang kelapa sawit dimanfaatkan sebagai bahan

bakar boiler untuk mesin penggilingan minyak sawit (Rahman, 2017).

Kelapa Sawit (Elaeis guineensis Jacq)

Dalam ilmu tumbuhan, tanaman Kelapa sawit (Elaeis guineensis

Jacq) dapat diklasifikasikan sebagai berikut ini:

Kingdom : Plantae

Subkingdom : Tracheobionta

Super divisi : Spermatophyta

Divisi : Magnoliophyta

Kelas : Arecidae

Subkelas : Commelinidae

Ordo : Arecales

Famili : Aracaceae

Genus : Elaeis

Spesies : Elaeis guineensis

Nama Botani : Elaeis guineensis Jacq.

Limbah cangkang ini merupakan bagian terdalam pada buah kelapa

sawit dan memiliki tekstur yang keras oleh sebab itu dalam pengolahan

buah kelapa sawit cangkang ini tidak bisa di olah menjadi minyak dan

hanya menjadi limbah atau buangan pabrik, dan cangkang kelapa sawit ini

juga mempunyai kandungan yang baik untuk di manfaatkan sebagai bahan


21

bakar dan bisa untuk dilakukan pengolahan lebih lanjut agar

mempermudah penggunaannya dan lebih efektif yaitu dengan

mengolahnya menjadi briket arang sebagai bahan bakar alternatif (Arbi,

2018).

Cangkang kelapa sawit merupakan limbah yang dihasilkan dari

pengolahan industri minyak kelapa sawit, yang pemanfaatannya belum

maksimal. Pengolahan cangkang kelapa sawit sebagai arang aktif adalah

salah satu cara mudah untuk menambah nilai ekonomis (Elly, 2008).

Cangkang sawit memiliki banyak kegunaan serta manfaat bagi

bidang industri, usaha dan rumah tangga. Beberapa diantaranya adalah

produk bernilai ekonomi tinggi, yaitu karbon aktif, asap cair, fenol, briket

arang, dan tepung tempurung. Secara garis besar, cangkang sawit yang

sering di bicarakan orang memiliki kegunaan sebagai berikut:

a. Sebagai bahan baku arang (sawit) atau charcoal

b. Sebagai bahan bakar untuk boiler

c. Sebagai bahan campuran untuk makanan ternak

d. Cangkang sawit digunakan sebagai pengeras jalan atau pengganti

aspal, khususnya di perkebunan sawit.

Tabel 2.2. Komponen Kimia cangkang kelapa sawit


N
o Komponen Kadar ( % )
1 Selulosa 26,6
2 Hemiselulosa 27,7
3 Lignin 29,4
4 Abu 0,6
5 Komponen ekstraktif 4,2
22

6 Nitrogen 0,1
7 Posfat 0,9
8 Air 8
Sumber : Padang, 2019

II.6.2 Asam Klorida (HCl)

Asam klorida atau dapat juga disebut asam muriatik merupakan

senyawa yang dapat mengklorinasi bahan-bahan hidrokarbon. Larutan ini

jika murni merupakan cairan yang tidak berwarna, sangat korosif, asapnya

berbau sangat menyengat dan dapat mematikan jika dihirup dalam jumlah

yang banyak. Pada proses pelarutannya larutan ini terurai dalam air dan

mengeluarkan panas yang cukup besar. Kelarutan asam klorida di dalam

air pada tekanan atmosfer dan suhu kamar adalah sebesar 42% berat.

Warna larutan asam klorida akan berubah menjadi kekuningan jika

mengandung besi, klorin atau bahan-bahan organik yang lain. Larutan

asam klorida ini dapat bereaksi dengan logam (Pramono, 2010).

Asam klorida digunakan sebagai aktivator karena memiliki daya

serap iod yang lebih baik dari pada asam sulfat dan asam nitrat karena

asam klorida lebih dapat melarutkan pengotor sehingga pori-pori lebih

banyak terbentuk dan proses penyerapan adsorbat menjadi lebih maksimal

(Alfiany dkk., 2013). Asam klorida (HCl) sebagai zat aktivator kimia

bersifat higroskopis yang dapat mengurangi kadar air pada arang aktif

yang dihasilkan. Dibandingkan dengan aktivator lainnya seperti H2SO4

dan HNO3, arang aktif yang diaktivasi HCl memiliki daya serap ion yang

lebih baik karena HCl lebih dapat melarutkan pengotor sehingga pori-pori
23

lebih banyak terbentuk dan proses penjerapan adsorbat menjadi lebih

maksimal (Rizky, 2015).

Sifat Fisika Asam Klorida dapat dilihat pada Tabel 2.3 berikut ini:

Tabel 2.3 Sifat Fisika Asam Klorida (HCl)


Rumus molekul HCl
Berat molekul 36,461 gr/mol
Kemurnian 99%
Berat titik didih (1 atm) -85̊ C
Titik leleh -114,1̊ C
Temperatur kritis 51,5̊ C
Sumber : Pramono, 2010.

Sifat kimia Asam Klorida (HCl) dapat dilihat pada Tabel 2.4 berikut ini:

Tabel 2.4 Sifat Kimia Asam Klorida (HCl)


Rumus molekul HCl dalam air (H2O)
Massa molar 36,46 g/mol (HCl)
Cairan tak berwarna sampai
Penampilan dengan kuning pucat
Densitas 1,18 g/cm (variable)
Titik lebur 27,32 ̊C (247 K) larutan 38%
110 ̊C (383 K), larutan 20,2%;
Titik didih 48 ̊C (321K), larutan 38%
Kelarutan dalam air Tercampur penuh
Keasaman (pKa) 8
1,9 mPa s pada 25 ̊C, larutan
Viskositas 31,5%
Sumber : Abdillah, 2022.
24

III. METODE PENELITIAN

III.1 Waktu dan Tempat Penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di Laboratorium Industri dan Pengujian Hasil

Hutan, Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman, Laboratorium Sifat Kayu

dan Analisis Produk Politeknik Pertanian Negeri Samarinda dan Dinas

Perhubungan Kutai Kartanegara. Penelitian ini dilakukan selama 6 bulan yang

terdiri dari 2 bulan studi literatur, 3 bulan persiapan bahan baku untuk pembuatan

dan pengujian arang aktif dan 1 bulan untuk pengolahan data dan penyusunan

skripsi.

III.2 Bahan dan Peralatan Penelitian

III.2.1 Bahan Penelitian

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah limbah kelapa sawit

yaitu cangkang kelapa sawit yang diperoleh dari PT. Tanto Inti Line Kel. Bukuan

Kec. Palaran Kota Samarinda, Kalimantan Timur, Asam klorida (HCl) sebagai

aktivator dan aquadest.

III.2.2 Peralatan Penelitian

Peralatan yang digunakan dalam pembuatan arang aktif ini terdiri dari

tungku pengarangan, sendok, korek api, alat penumbuk (lumpang dan alu), terpal,

saringan 20 mesh dan 40 mesh, neraca digital, oven, desikator, cawan krusible,

baker gelas, gelas ukur, batang pengaduk, mangkok, kertas saring, corong, pH

paper universal, masker, sarung tangan (handscoon), plastik pembungkus, alat

tulis, dan kertas label. Sedangkan peralatan yang digunakan dalam pengujian
25

arang adalah alat penyeimbang panas (desicator), timbangan digital, alat

pengabuan (thermolyne furnace), cawan pengabuan, penjepit cawan, baskom,

kain, benang, kalkulator, kertas label, tabung penyerap emisi kendaraan dan alat

uji emisi.

III.3 Prosedur Penelitian

Bagan alir proses pembuatan arang aktif secara garis besar dapat dilihat pada

gambar 3.1 sebagai berikut:


26

Gambar 3.1 Bagan Alur Penelitian.


III.3.1 Proses Pembuatan Arang Aktif

a. Persiapan bahan baku

Bahan baku yang digunakan dalam penelitian ini adalah sisa limbah kelapa

sawit berupa cangkang buah sawit. Bahan baku yang terkumpul dikering
27

udarakan terlebih dahulu selama 2 minggu setelah itu di uji kadar airnya

dan didapatkan hasil kadar air <14% . Kadar air tersebut telah sesuai

dengan Standar Nasional Indonesia yaitu maksimum 15% agar

pengarangan dapat berlangsung lebih cepat dan merata.

b. Pengarangan bahan baku

Bahan baku yang telah diproses pengeringan kemudian dilakukan proses

pengarangan. Bahan baku dimasukkan ke tungku pengarangan lalu

dilakukan pembakaran tidak langsung dengan bahan bakar kayu. Ventilasi

udara dibiarkan terbuka agar asap dapat keluar. Kurangi udara yang masuk

ke tungku. Semua lubang ventilasi ditutup rapat apabila asap yang keluar

telah sedikit dan tipis. Arang diambil setelah tanur dalam keadaan dingin.

c. Pembuatan Serbuk Arang

Arang yang telah didinginkan kemudian dihancurkan menjadi serbuk

arang dengan cara menumbuk arang hingga diperoleh serbuk arang.

Penumbukan arang menggunakan alat penumbuk berupa lumpang dan alu.

d. Pengayakan serbuk arang

Pengayakan serbuk arang dilakukan untuk mendapatkan ukuran serbuk

arang yang seragam, menggunakan alat penyaring ukuran 20 mesh dan 40

mesh. Serbuk arang yang digunakan yakni serbuk yang lolos di 20 mesh

dan tertahan di 40 mesh.

e. Perendaman serbuk arang dalam aktivator

Serbuk arang cangkang sawit yang dihasilkan dari proses pengayakan

selanjutnya direndam dalam larutan aktivator HCl dengan konsentrasi 5%


28

selama 3 jam, 5 jam, dan 7 jam sesuai dengan perlakuan perendaman ini

bertujuan untuk memperluas permukaan maupun volume pori-pori karbon

aktif yang dihasilkan.

f. Pencucian serbuk arang dengan Aquadest

Pencucian serbuk arang yang telah direndam dalam aktivator

menggunakan kertas saring Whatmann No. 42 dan dicuci dengan aquadest

ini bertujuan untuk menghilangkan sisa garam dan kemungkinan kotoran

yang masih menempel pada arang sisa proses karbonisasi.

g. Penguapan sebuk arang aktif

Serbuk arang aktif yang telah dicuci sampai netral menggunakan aquadest

selanjutnya melalui tahap penguapan yaitu dengan di oven menggunakan

suhu 100˚C selama 60 menit. Hal ini bertujuan untuk melakukan

penguapan air yang masih ada pada serbuk setelah melalui proses

pencucian (Verlina, 2014).

h. Pengovenan serbuk arang aktif

Pengovenan serbuk arang yang sudah diaktivasi ini bertujuan untuk

mengeringkan serbuk arang serta untuk memperbesar pori-pori pada arang

dengan bantuan panas pengovenan serbuk arang aktif ini dilakukan pada

suhu 500˚C selama 1 jam (Verlina, 2014).

i. Pengkondisian

Serbuk arang aktif yang sudah dikeringkan selanjutnya dimasukkan

kedalam desikator selama 1 jam agar arang aktif yang telah dibuat tidak

mengalami perubahan awal dan selanjutnya dilakukan pengujian.


29

III.3.2 Pengujian Arang Aktif

Pengujian arang aktif yang dilakukan meliputi pengujian kadar karbon

terikat, dan uji penyerapan emisi gas buang kendaraan bermotor. Pengujian kadar

karbon dan uji penyerapan emisi gas buang kendaraan bermotor dilakukan

sebanyak 3 percobaan dan 3 kali pengulangan.

Pengujian dan pengukuran yang dilakukan sesuai dengan standar ASTM

(American Society for Testing and Material).

III.3.2.1 Pengujian Kadar Karbon Terikat

Kadar karbon terikat adalah fraksi karbon terikat arang, selain dari fraksi air,

zat mudah menguap dan abu. Untuk menentukan kadar karbon terikat dihitung

dengan menggunakan persamaan sesuai ASTMD D3172-07a:

Fixes Carbon = 100−(M%+Ash%+VM%)

Keterangan:

Fixed Carbon = Kadar karbon terikat(%)

M = Kadar air (%)

VM = Kadar zat mudah menguap (%)

Ash = Kadar abu (%)

Pengujian kadar karbon terikat dilakukan dengan menggunakan prosedur

sebagai berikut:

1) Kadar air

a. Penimbang sampel serbuk arang sebanyak 2 g kemudian masukkan ke

dalam oven dengan suhu 105̊C selama 2 jam untuk mendapatkan kondisi

kering tanur.
30

b. Pendinginan sampel dalam desikator 1 jam.

c. Penimbangan cawan kosong

d. Penimbangan cawan dan 2 g sampel kering tanur

Kadar air dinyatakan dengan rumus (ASTM D 1762-84 )

A−B
M (%) = x 100%
A

Dimana :

M = Kadar air (%)

A = Berat sampel kering udara (g)

B = Berat sampel setelah dikeringkan pada suhu 105̊C (g)

2) Penentuan kadar zat mudah menguap Penentuan kandungan zat terbang yang

terkandung pada sampel sebanyak 2 g dilakukan dengan menghitung bobot

bahan baku yang hilang terhadap kandungan air yang dipanaskan pada suhu

950̊ C selama 6 menit dalam furnace tanpa kontak dengan udara. Dalam

keadaan cawan tertutup. Langkah-langkah yang dilakukan dalam penentuan

zat mudah menguap adalah:

a. Penimbang sampel serbuk arang sebanyak 2 g kemudian masukkan ke

dalam oven dengan suhu 105̊C selama 2 jam untuk mendapatkan kondisi

kering tanur.

b. Pendinginan sampel dalam desikator 1 jam.

c. Penimbangan cawan kosong.

d. Penimbangan cawan dan 2 g sampel kering tanur.


31

e. Letakkan cawan berisi sampel selama 6 menit kedalam alat pengabuan

(termolyne furnace) yang telah dipanaskan pada suhu 950̊C.

f. Mengeluarkan sampel dan pendinginan sampel dalam desikator selama 1

jam, kemudian di timbang.

Kadar zat mudah menguap dinyatakan dengan rumus (ASTM D 1762-84 )

B−C
VM (%) = x 100%
B

Dimana :

VM = Volatile metter (Kadar zat mudah menguap)

B = Berat sampel setelah dikeringkan pada suhu 105̊C (g)

C = Berat sampel setelah dikeringkan pada suhu 950̊C (g)

3) Kadar Abu

Cara penentuan kandungan kadar abu adalah sebagai berikut:

a. Sampel uji kadar zat menguap digunakan kembali untuk pengujian kadar

abu dengan memasukkan sampel ke dalam thermolyne furnace pada suhu

750 ̊C selama 6 jam.

b. Pendinginan di dalam desikator selama 1 jam, kemudian di timbang.

Kadar abu dihitung dengan menggunakan persamaan sesuai ASTM D1762-84:

D
Ash %= x 100 %
B

Keterangan:

Ash = Kadar abu (%)


32

D = Berat residu (g)

B = Berat sampel setelah dikeringkan pada suhu 105̊C (g)

III.3.2.2 Pengujian Penyerapan Emisi Gas Buang Kendaraan Bermotor

Pengukuran gas oleh arang aktif cangkang kelapa sawit dapat dilakukan

dengan adanya media adsorben. Media adsorben ini berfungsi sebagai perantara

pengaliran gas dari knalpot kendaraan bermotor menuju arang aktif sebagai media

penyerap emisi gas buang. Pada penelitian kali ini, media adsorben yang

digunakan adalah kaleng bekas lem fox yang telah di modifkasi sehingga dapat

dijadikan sebagai media adsorben. Kaleng tersebut diisi arang aktif cangkang

kelapa sawit yang sebelumnya telah dimasukkan kedalam kain agar serbuk arang

aktif tidak tumpah.

Pembuatan media adsorben yang dirakit pada penelitian ini, dinamakan

dengan tabung penyerap emisi kendaraan. Sebagai gambaran dapat kita lihat pada

Gambar dibawah ini.

Gambar 3.2 Tabung Penyerap Gambar 3.3 Tabung Penyerap


Emisi Kendaraan tampak depan Emisi Kendaraan tampak atas
33

Gambar 3.4 Tabung Penyerap


Emisi Kendaraan tampak dalam

Pengujian penyerapan emisi gas buang kendaraan bermotor oleh serbuk

arang aktif dilakukan untuk mengetahui seberapa besar emisi gas buang

kendaraan bermotor dapat diserap oleh arang aktif cangkang kelapa sawit.

Langkah-langkah yang dilakukan dalam penentuan penyerapan emisi gas buang

kendaraan sebangai berikut:

a. Serbuk arang aktif dimasukkan kedalam kain kasa sebanyak 2 kantong.

b. Tiap kantong berisi serbuk arang aktif sebanyak 25 gram.

c. Kain dimasukkan kedalam tabung penyerap emisi kendaraan.

d. Tabung penyerap emisi kendaraan kita tempelkan ke ujung lubang knalpot

motor.

e. Kemudian dilakukan pengujian emisi kendaraan dengan memasukkan alat uji

emisi ke tabung penyerap emisi kendaraan selama 1 menit.


34

f. Catat emisi kendaraan bermotor yang di hasilkan yaitu hidrokarbon dan

karbon monoksida

III.4 Analisis Data

Model rancangan percobaan yang digunakan adalah rancangan acak lengkap

dengan 3 perlakuan dan 3 kali ulangan pada pengujian kadar karbon terikat dan

untuk pengujian emisi gas buang kendaraan bermotor yaitu 3 perlakuan dan 5 kali

ulangan. Perlakuan dalam penelitian ini adalah perbedaan lama perendaman

dalam aktivator HCl pada masing-masing bahan baku. Pengujian ini dibuat dalam

3 variasi perendaman masing-masing bahan baku dalam aktivator sebagai berikut:

a. Perendaman dalam aktivator selama 3 jam (perlakuan A).

b. Perendaman dalam aktivator selama 5 jam (perlakuan B).

c. Perendaman dalam aktivator selama 7 jam (perlakuan C).

Untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh perlakuan lama

perendaman dalam larutan aktivator yang dihasilkan terhadap kualitas arang aktif,

dilakukan analisis sidik ragam ANOVA (Analysis of Variance).

Tabel 3.1 Analisis sidik ragam


Derajat Jumlah Kuadrat F Tabel
Sumber
Bebas Kuadrat Rataan F Hitung
Variasi (SV)
(DB) (JK) (KR)a 0,05 0,01

Perlakuan (t-1) JKP JKP / DBP KRP / KRG


Galat t (r-1) JKG JKG / DBG -
Total (tr-1) JKT - -
Keterangan :
t = perlakuan
r = ulangan
35

Jika terdapat perbedaan yang signifikan dimana F hitung > F tabel maka

dilakukan uji lanjut dengan uji beda nyata terkecil LSD (Least Significant

Difference). Adapun perhitungan untuk mengetahui perbedaan nilai rataan antar

perlakuan dengan menggunakan rumus sebagai berikut (Siahaya, 1987 dalam

Safiera, 2017):

LSD = t ×
√ 2 × KRE
r

Dimana :
LSD = Beda nyata terkecil tingkat nyata 5%
t = nilai t dapat diketahui pada tabel
KRE = Kuadrat tengah error
r = Banyaknya ulangan

Data yang diperoleh dari hasil penelitian ini, selanjutnya disajikan dalam

bentuk tabel dan grafik, untuk memudahkan dalam menganalisis.


36

DAFTAR PUSTAKA

Abdillah. 2022. Rumus Kimia Asam Klorida dan Kegunaannya. Tersedia pada
laman https://rumusrumus.com/rumus-kimia-asam-klorida/ Diakses Pada
14 April 2022.
Adinata, M. R. (2013). Pemanfaatan Limbah Kulit Pisang Sebagai Karbon
Aktif. [Disertasi]. Universitas Pembangunan Nasional "Veteran". Jawa
Timur.
Alfiany, H., Bahri, S., & Nurakhirawati, N. (2013). Kajian Penggunaan Arang
Aktif Tongkol Jagung Sebagai Adsorben Logam Pb Dengan Beberapa
Aktivator Asam. Natural Science: Journal of Science and
Technology, 2(3).
Arbi, Y., & Irsad, M. (2018). Pemanfaatan Limbah Cangkang Kelapa Sawit
Menjadi Briket Arang Sebagai Bahan Bakar Alternatif. CIVED (Journal
of Civil Engineering and Vocational Education). 5(4).
Arisma, D. (2010). Pengaruh Penambahan Reheater pada Knalpot terhadap
Emisi Gas Buang CO Sepeda Motor Yamaha Jupiter Z Tahun 2004.
[Skripsi]. Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan. Universitas Sebelas
Maret Surakarta. Surakarta.
ASTM International. 2007. ASTM D1762-84 Standard Test Method for Chemical
Analysis of Wood Charcoal. West Conshohocken, PA.
ASTM International. 2007. ASTM D3172-07 Standard Practice for Proximate
Analysis of Coal and Coke. West Conshohocken, PA.
Aworn, A., Thiravetyan, P., & Nakbanpote, W. (2009). Preparation of CO2
activated carbon from corncob for monoethylene glycol
adsorption. Colloids and Surfaces A: Physicochemical and Engineering
Aspects, 333(1-3), 19-25.
Badan Pusat Statistik Samarinda. 2020. Kota Samarinda dalam Angka. Badan
Pusat Statistik Kota Samarinda.
Badan Standar Nasional Indonesia. 1995. SNI 06-3730-1995. Arang Aktif Teknis.
Basuki, H. W., Yuniarti, Y., & Fatriani, F. (2020). Analisa Sifat Fisik Dan Kimia
Briket Arang Dari Campuran Tandan Kosong Aren (Arenga Pinnata
Merr) Dan Cangkang Kemiri (Aleurites trisperma). Jurnal Sylva
Scienteae, 3(4), 626-636. Fakultas Kehutanan,Universitas Lambung
Mangkurat.
Budiyono, A. (2010). Pencemaran udara: dampak pencemaran udara pada
lingkungan. Berita Dirgantara. 2(1).
37

Damara, D. Y., Wardhana, I. W., & Sutrisno, E. (2017). Analisis Dampak


Kualitas Udara Karbon Monoksida (CO) di sekitar Jl. Pemuda akibat
kegiatan car free day menggunakan rogram caline4 dan surfer (studi
kasus: Kota Semarang). Jurnal Teknik Lingkungan. 6(1), 1-14.
Elisa, J. L. 2016. Karakteristik Arang Kulit Buah Kakao Yang Dihasilkan Dari
Berbagai Kondisi Pirolisis. Balai Besar Industri Hasil Perkebunan.
Makassar.
Elly, K. (2008). Pemanfaatan cangkang kelapa sawit sebagai arang aktif. Jurnal
Penelitian Ilmu-Ilmu Teknik. 8(2), 96-103.
Febryanti, A., Wahab, A. W., & Maming. (2014). Potensi Arang Aktif Sekam
Padi Sebagai Adsorben Emisi Gas Co, No, Dan Nox Pada Kendaraan
Bermotor. Jurusan Kimia FMIPA, Universitas Hasanuddin Makassar.
Gusnita, D. (2012). Pencemaran Logam Berat Timbal (Pb) di Udara dan Upaya
Penghapusan Bensin Bertimbal. Berita Dirgantara. 13(3), 95-101.
Hastuti, E., & Utami, T. (2008). Potensi Ruang Terbuka Hijau dalam Penyerapan
CO2 Di Permukiman Studi Kasus: Perumnas Sarijadi Bandung dan
Cirebon. Jurnal Permukiman. 3(2), 106-114.
Herlandien, Y. L. (2013). Pemanfaatan Arang Aktif Sebagai Absorban Logam
Berat Dalam Air Lindi Di TPA Pakusari Jember. [Skripsi]. Jurusan
Kimia. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Universitas
Jember. Jember.
Lempang, M. (2014). Pembuatan dan kegunaan arang aktif. Buletin Eboni, 11(2),
65-80.
Padang, B. B. (2019). Kemampuan Adsorpsi Arang Aktif Sebagai Adsorben Air
Yang Tercemar Oli Bekas Berdasarkan Waktu Perendaman Serbuk
Arang Dalam Larutan Asam Klorida. [Skripsi] Universitas Mulawarman.
Samarinda.
Pari, G., Hendra, D., Passaribu, R.A. 2006. Pengaruh Lama Waktu Aktivasi dan
Konsentrasi Asam Fosfat terhadap Mutu Arang Aktif Acacia mangium.
Jurnal Penelitian Hasil Hutan. 23(1): 33-36.
Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor 05 Tahun 2006. Tentang Ambang
Batas Gas Buang Kendaraan Bermotor Lama. Jakarta: diperbanyak oleh
PT. Armas Duta Jaya.
Pramono, U. (2010). Prarancangan Pabrik Diklorobutan dari Tetrahidrofuran
dan Asam Klorida Kapasitas 36.500 Ton Per Tahun. [Disertasi].
Univerversitas Muhammadiyah Surakarta. Surakarta.
Putra, M. R. (2016). Analisis Dispersi Emisi Hidrokarbon Pada Onshore
Receiving Facilities X Dan Y, Pt. Z [Disertasi] Institut Teknologi Sepuluh
Nopember. Surabaya.
38

Rahman, F., & Fathurrahman, F. (2017). Pemanfaatan Hasil Pembakaran Limbah


Cangkang Kelapa Sawit sebagai Bahan Pengganti Pasir pada Pembuatan
Beton Normal. Media Ilmiah Teknik Sipil, 6(1), 30-40.
Rizky, I. P., Susatyo, E. B., & Susilaningsih, E. (2016). Aktivasi Arang Tongkol
Jagung Menggunakan HCl Sebagai Adsorben Ion Cd (II). Indonesian
Journal of Chemical Science, 5(2).
Safariyanti, S. J., Rahmalia, W., & Shofiyani, A. (2018). Sintesis dan
Karakterisasi Karbon aktif dari Tempurung Buah Nipah (Nypa fruticans)
Menggunakan Aktivator Asam Klorida. Jurnal Kimia Khatulistiwa, 7(2).
Safiera, F. A. C. (2017). Kualitas Briket Arang Berdasarkan Komposisi
Campuran Arang Cangkang Sawit (Elaeis Guineensis J) Dan Sekam
Padi (Oryza Sativa L) Sebagai Bahan Baku Pembuatan Briket Arang.
[Skripsi] Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman. Samarinda.
Siahaan, S., Hutapea, M., & Hasibuan, R. (2013). Penentuan Kondisi Optimum
Suhu Dan Waktu Karbonisasi Pada Pembuatan Arang Dari Sekam
Padi. Jurnal Teknik Kimia USU, 2(1), 26-30.
Sudarwanto, H. W., Utami, I. W., Asmoro, R., & Wulandari, A. A. (2020).
Bahaya Emisi Gas Buang Kendaraan Berbahan Bakar Bensin Dan
Menumbuhkan Lingkungan Hijau Di Perkotaan. Prosiding
HUBISINTEK. 1, 101-101.
Tugaswati, A. T. (2004). Emisi gas buang kendaraan bermotor dan dampaknya
terhadap kesehatan. Health and Human Ecology Journal. 61, 261-275.
Turmuzi, M., & Syaputra, A. (2015). Pengaruh Suhu Dalam Pembuatan Karbon
Aktif Dari Kulit Salak (Salacca Edulis) Dengan Impregnasi Asam Fosfat
(H3PO4). Jurnal Teknik Kimia USU, 4(1), 42-46.
Verlina, W. O. V. (2014). Potensi Arang Aktif Tempurung Kelapa Sebagai
Adsorben Emisi Gas Co, No, Dan Nox Pada Kendaraan Bermotor.
[Skripsi] Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas
Hasanuddin. Makassar.
Wahyuni, I. (2019). Pembuatan Karbon Aktif Dari Cangkang Kelapa Sawit
Dengan Variasi Waktu Aktivasi. Jurnal Chemurgy. 3(1), 11-14.
Wicaksana, A. (2016). Pengaruh Penggunaan Karbon Aktif Pada Saluran
Buang Terhadap Emisi Gas Buang Sepeda Motor. [Skripsi] Universitas
Negeri Semarang. Semarang.
Wijayanti, D.S. (2009). Karakteristik Briket Arang dari Serbuk Gergaji dengan
Penambahan Arang Cangkang Kelapa Sawit. [Skripsi] Fakultas
Pertanian Universitas Sumatera Utara. Medan.
Winarno, J. (2014). Studi emisi gas buang kendaraan bermesin bensin pada
berbagai merk kendaraan dan tahun pembuatan. Jurnal Teknik
39

Mesin, 1(1), 1-9.
Wirani, L. I. (2017). Aktivasi Karbon Dari Sekam Padi Dengan Aktivator Asam
Klorida (HCl) Dan Pengaplikasiannya Pada Limbah Pengolahan
Baterai Mobil Untuk Mengurangi Kadar Timbal (Pb). [Skripsi].
Departemen Teknik Kimia Fakultas Teknik. Universitas Sumatera Utara.
Medan

Anda mungkin juga menyukai