Anda di halaman 1dari 3

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Gangguan endokrin secara tradisional dikaitkan dengan faktor psikologis dan
sosial. Banyak penelitian neuroendokrin telah menjelaskan mekanisme biologis penting
yang mendasari interaksi psikis dan somatis dan disertai konsekuensi klinis dari
interaksi ini. Ada beberapa gangguan hormonal utama yang berpengaruh terhadap
gangguan psikologis salah satunya yaitu hipertiroid. Hipertiroidisme (penyakit Graves)
atau juga disebut tirotoksikosis adalah suatu keadaan medis akibat dari peningkatan
kadar hormon tiroid bebas di dalam darah, dimana serum bebas triiodothyronine (FT3)
dan tiroksin bebas (FT4) yang berlebihan dan Thyroid Stimulating Hormone (TSH)
yang menurun. Hipertiroid merupakan salah satu penyakit endokrin yang paling umum
dengan presentasi gejala berupa takiaritmia, intoleransi panas dan penurunan berat
badan, serta gejala kejiwaan berupa kecemasan, mudah marah, kelelahan berlebihan,
dan insomnia (Bunevicious and Prange, 2006).
Prevalensi gangguan hipertiroidisme di dunia berkisar antara 0,2% hingga
1,3%, sementara di Amerika serikat dan eropa antara 05% - 0,7% dari jumlah populasi
(Taylor et al, 2018), sementara prevalensi gangguan hipertiroidisme di indonesia
berdasarkan Riskesdas tahun 2013 penderita hipertiroid ≥ 15 tahun mencapai 0,3% atau
700.000 jiwa (Infodatin, 2015) dan prevalensi gangguan endokrin di Amerika serikat
menyebabkan gangguan kecemasan sekitar 29,8% dan gangguan depresi sekitar 45,5%
(Kalinin, 2011; Javed and Fountoulakis, 2019) dan prevalensi spesifik untuk gangguan
kecemasan akibat gangguan tiroiditis autoimun sekitar 5,4% (± 17,5 juta orang)
memiliki gangguan kecemasan dan 3% (± 9,7 juta orang) mengalami depresi dan dari
seluruh populasi AS. dan Dua pertiga pasien dengan penyakit tiroid dilaporkan
memiliki gangguan kejiwaan (Roca et al, 2002).
Banyak pasien gangguan hipertiroidisme mengalami kesulitan
mempertahankan beban perawatan diri dari waktu ke waktu. Beban stres dalam
mengatasi penyakit kronis merupakan faktor risiko utama untuk menimbulkan
psikopatologi dan ketidakpatuhan terhadap rekomendasi perawatan yang kompleks.

1
Menurut hasil systematic review yang dilakukan oleh Cosci et al (2015), gejala psikiatri
berupa gangguan anxietas, depresi, iritabilitas dan gangguan mood merupakan
manifestasi klinis awal dari gangguan medis umum terutama pada gangguan endokrin
seperti gangguan hipertiroidisme dan sekaligus memperberat gejala gangguan
hipertiroidisme itu sendiri sehingga penatalaksanaan gangguan psikiatri pada pasien
gangguan hipertiroidisme harus menjadi perhatian penting, dimana berdasarkan tinjauan
literatur ditemukan adanya korelasi yang lebih baik dalam meningkatkan prognosis dan
menurunkan angka rekurensi pasien gangguan hipertiroidisme dengan penambahan
terapi adjuvan berupa psikoterapi untuk memperbaiki rasionalisasi bentuk pikir pasien
dalam mengelola Stressful Life Events selama menjalani pengobatan untuk
mempertahankan keadaan eutiroid selama pengobatan berlangsung sehingga penulis
tertarik untuk melakukan penelitian tentang pengaruh pemberian psikoterapi Cognitive
Behaviour Therapy (CBT) sebagai terapi adjuvan untuk menurunkan gejala ansietas dan
depresi pasien hipertiroidisme, dengan harapan kolaborasi antara endokrinologis dan
psikiater dalam penatalaksanaan pasien gangguan hipertiroidisme dengan gangguan
kecemasan dapat dilakukan secara lebih komprehensif untuk menurunkan angka
komorbiditas dan mortalitas pada pasien gangguan hipertiroidisme.

B. Rumusan Masalah
Penelitian ini memiliki rumusan masalah sebagai berikut :
1. Apakah pemberian psikoterapi Cognitive Behavior Therapy (CBT) berpengaruh
terhadap penurunan gejala kecemasan pada pasien gangguan hipertiroidisme?
2. Apakah pemberian psikoterapi Cognitive Behavior Therapy (CBT) berpengaruh
terhadap penurunan gejala depresi pada pasien gangguan hipertiroidisme?

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan umum
a. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pemberian psikoterapi
Cognitive Behaviour Therapy (CBT) sebagai terapi adjuvan untuk
menurunkan gejala kecemasan dan depresi pasien gangguan
hipertiroidisme.

2
2. Tujuan khusus
a. Mengetahui adanya pengaruh pemberian psikoterapi Cognitive Behavior
Therapy (CBT) terhadap penurunan gejala kecemasan pada pasien
gangguan hipertiroidisme.
b. Mengetahui adanya pengaruh pemberian psikoterapi Cognitive Behavior
Therapy (CBT) terhadap penurunan gejala depresi pada pasien gangguan
hipertiroidisme.

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
a. Menambah bukti empiris pengaruh psikoterapi Cognitive Behavior
Therapy (CBT) dalam penatalaksanaan gangguan ansietas dan depresi
pada pasien gangguan hipertiroidisme di poli Penyakit Dalam RSUD dr.
Moewardi Surakarta.
b. Sebagai landasan pengembangan dibidang Consultation Liaison
Psychiatry (CLP) dalam penanganan pasien gangguan hipertiroidisme
dengan gangguan psikiatri.
2. Manfaat Terapan
a. Menambah wawasan dibidang psikiatri khususnya mengenai pengaruh
pemberian psikoterapi Cognitive Behaviour Therapy (CBT) sebagai terapi
adjuvan untuk menurunkan gejala ansietas dan depresi pasien gangguan
hipertiroidisme di poli Penyakit Dalam RSUD dr. Moewardi Surakarta.
b. Memberikan keuntungan dalam hal penanganan yang lebih baik pada
pasien gangguan hipertiroidisme baik secara fisik maupun psikologis.

Anda mungkin juga menyukai