Anda di halaman 1dari 43

1

BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Program pembangunan kesehatan di Indonesia dewasa ini masih

diprioritaskan pada upaya peningkatan derajat kesehatan Ibu dan anak,

terutama pada kelompok yang paling rentan kesehatan yaitu ibu hamil,

bersalin dan bayi pada masa perinatal. Hal ini ditandai dengan tingginya

Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka Kematian Bayi (AKB) (Kementerian

Kesehatan Republik Indonesia, 2014a).

Berdasarkan Laporan World Health Organization (WHO) tahun 2017,

dalam sehari ada empat ibu  yang meninggal akibat melahirkan. Dengan kata

lain ada satu ibu yang meninggal setiap enam jam. Data dari ASEAN tahun

2017 dalam Millenium Development Goals (MDGs) pada tahun 2015

kematian ibu di Indonesia masih mencapai 305 per 100 ribu. Angka ini

menempatkan Indonesia sebagai negara dengan angka kematian tertinggi

kedua di Asia Tenggara. Urutan pertama ditempat oleh Laos dengan angka

kematian 357 per 100 ribu, sedangkan Singapura pada tahun 2015 memiliki

angka kematian ibu melahirkan 7 per 100 ribu, dan Malaysia di angka 24 per

100 ribu (Priyambodo, 2018).

Data capaian kinerja Kemenkes RI tahun 2015-2017 menunjukkan telah

terjadi penurunan jumlah kasus kematian ibu. Pada tahun 2015 AKI mencapai

4.999 kasus, di tahun 2016 sedikit mengalami penurunan menjadi 4.912 kasus

dan di tahun 2017 mengalami penurunan tajam menjadi sebanyak 1.712 kasus

IKES PriNus Bukittinggi


2

AKI (Agung, 2019) yang diakibatkan gangguan hipertensi sebanyak 33,07%,

perdarahan obstetrik 27.03%, komplikasi non obstetric 15.7%, komplikasi

obstetric lainnya 12.04% infeksi pada kehamilan 6.06% dan penyebab lainnya

4.81% (Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat, 2019). Untuk provinsi

Sumatera Barat Kasus pada tahun 2017, kasus kematian Ibu berjumlah 107

orang, menurun jika dibanding tahun 2015 (111 orang) (Dinas Kesehatan

Provinsi Sumatera Barat, 2018).

Salah satu tool (alat) program kesehatan yang diharapkan turut berperan

dalam menurunkan angka kesakitan dan kematian akibat kehamilan,

persalinan dan nifas adalah buku kesehatan ibu dan anak (buku KIA)

(Trisnamansyah & Fitriani, 2015) yang merupakan kumpulan materi standar

penyuluhan, informasi serta catatan tentang gizi, kesehatan ibu dan anak.

Manfaat buku KIA (Kesehatan Ibu Anak) diantaranya adalah sebagai alat

komunikasi dan penyuluhan bagi ibu, keluarga dan masyarakat (Kementerian

Kesehatan Republik Indonesia, 2014a). Penggunaan buku Kesehatan Ibu dan

Anak (KIA) merupakan strategi pemberdayaan masyarakat terutama keluarga

untuk memelihara kesehatannya dan mendapatkan pelayanan kesehatan ibu

dan anak yang berkualitas (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia,

2015).

Untuk dapat meningkatkan pengetahuan ibu hamil tentang kesehatan

ibu dan anak tersebut, maka dapat dilakukan suatu penyuluhan kesehatan ibu

dan anak pada saat pemeriksaan antenatal atau pada kegiatan posyandu

seperti kelas ibu hamil (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2014a).

Kelas Ibu Hamil adalah kegiatan bagi ibu hamil, berdiskusi dan tukar

IKES PriNus Bukittinggi


3

pengalaman untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan tentang

kehamilan, persalinan, perawatan nifas dan perawatan bayi baru lahir melalui

praktek dengan menggunakan Buku KIA (Kesehatan Ibu Anak) yg difasilitasi

petugas kesehatan (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2017).

Program kelas ibu hamil adalah salah satu bentuk pendidikan prenatal

yang dapat meningkatkan pengetahuan ibu hamil, terjadi perubahan perilaku

positif sehingga ibu memeriksakan kehamilan dan melahirkan ke tenaga

kesehatan dengan demikian akan meningkatkan persalinan ke tenaga

kesehatan dan menurunkan angka kematian ibu dan anak (Kementerian

Kesehatan Republik Indonesia, 2014a). Kegiatan kelas ibu hamil merupakan

sarana untuk belajar kelompok bagi ibu hamil, dalam bentuk tatap muka yang

bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan dan ketrampilan ibu-ibu

mengenai kehamilan, persalinan, perawatan nifas dan perawatan bayi baru

lahir, melalui praktek dengan menggunakan buku KIA (Kesehatan Ibu Anak).

Penelitian yang dilakukan Linarsih (2012) tentang pengaruh kelas ibu

hamil terhadap peningkatan pengetahuan dan keterampilan ibu mengenai KIA

di puskesmas Sempor II Kabupaten Kebumen mengungkapkan bahwa setelah

dilakukan intervensi pada masing – masing ibu hamil terjadi peningkatan

pengetahuan dan keterampilan ibu hamil mengenai KIA. Namun berdasarkan

hasil penelitian Pandori, Kartasurya, dan Winarni (2018) diketahui bahwa tidak

tda hubungan penggunaan buku KIA dengan pengetahuan ibu hamil tentang

kesehatan. Sedangkan dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Hati dan

Aryani (2018) diketahui bahwa Kelas ibu hamil efektif dalam upaya mengubah

IKES PriNus Bukittinggi


4

sikap dan pengetahuan ibu dalam deteksi dini dan pencegahan post partum

blues.

Dengan kegiatan kelas ibu hamil ini suami dan keluarga akan dilibatkan

sehingga dapat memahami kondisi ibu hamil sampai dengan melahirkan dan

merawat bayi. Salah satu Keuntungan kelas ibu hamil adalah Penyuluhan /

pengetahuan yang diberikan bersifat menyeluruh dan terencana sesuai dengan

skenario yang berisikan perawatan kehamilan, persalinan, nifas dan perawatan

bayi baru lahir, Adanya interaksi antara petugas kesehatan dan ibu hamil pada

saat penyuluhan dilaksanakan dan penyuluhan dilaksanakan secara berkala dan

berkesinambungan. Dengan kegiatan ini diharapkan akan muncul kelompok-

kelompok ibu hamil yang benar-benar memahami kesehatan diri dan bayinya,

mampu menyiapkan diri dan keluarganya menghadapi proses kehamilan,

persalinan, nifas dan perawatan bayi baru lahir secara baik (Linarsih, 2012).

Dengan adanya kelas ini, ibu hamil akan mengetahui kronologis

kejadian seseorang hamil hingga persiapan sebelum dan sesudah persalinan.

Para ibu hamil yang akan memiliki anak dapat saling berdiskusi, bertukar

informasi dan konsultasi seputar masalah kehamilan. Sehingga ibu hamil dapat

mengatasi rasa cemas pada proses persalinan hingga nifas. Dalam kelas ini

selain persiapan dalam masa persalinan akan disiapkan pula mental para ibu

hamil (Hati & Aryani, 2018).

Kabupaten Tanah Datar merupakan salah satu wilayah di Provinsi

Sumatera Barat yang terdiri dari 14 kecamatan dengan 23 Puskesmas.

Jumlah AKI Di tahun 2017 terdapat 6 (enam) kasus kematian ibu (Profil

Kesehatan Kabupaten Tanah Datar, 2017). Salah satu Puskesmas di wilayah

IKES PriNus Bukittinggi


5

kerja Kabupaten tanah datar adalah Puskesmas X Koto I dengan 4 Nagari

Cakupan. Salah Satu Nagari dengan Jumlah Ibu Hamil terbanyak yaitu

sebanyak 36 orang Ibu hamil yaitu Nagari Pandai Sikek. Nagari Pandai Sikek

terdiri dari 4 jorong cakupan yaitu Jorong Baruah, Tanjung, Pagu- Pagu dan

Jorong Koto Tinggi. Kelas ibu hamil ini biasa dilakukan satu kali dalam

sebulan (setiap minggu per jorongnya) dilakukan di posyandu yang ada di

masing-masing jorong.

Dari survey awal yang dilakukan pada tanggal 2 Agustus 2019 terhadap

6 orang Ibu Hamil di Nagari Pandai Sikek melakukan pemeriksaan ANC di

Puskesmas X Koto I, di dapatkan 4 ibu hamil belum mengetahui tentang

persiapan persalinan, 2 ibu mengatakan sudah mengetahui tetapi belum

memahami tentang persiapan persalinan dari kelas ibu hamil yang diadakan

di jorong tempat tinggal (posyandu).

Tujuan diselenggarakannya kelas ibu hamil adalah dapat dijadikan

sarana belajar untuk meningkatkan pengetahuan tentang perilaku positif ibu

hamil yang dibuktikan dengan meningkatnya kunjungan pemeriksaan ke KIA

serta pencapaian persalinan oleh tenaga kesehatan (Kementerian Kesehatan

Republik Indonesia, 2014a). Berdasarkan data tersebut diatas penulis tertarik

ingin melakukan penelitian mengenai “Pengaruh Pelaksanaan Kelas Ibu

Hamil Terhadap Tingkat Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Kesehatan Ibu di

Nagari Pandai Sikek Wilayah Kerja Puskesmas X Koto I tahun 2019”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah pada

penelitian ini adalah adakah pengaruh pelaksanaan kelas ibu hamil terhadap

IKES PriNus Bukittinggi


6

tingkat pengetahuan ibu hamil tentang Kesehatan Ibu di Nagari Pandai Sikek

Wilayah Kerja Puskesmas X Koto I tahun 2019?

C. Tujuan Penelitian

1. Tujuan Umum

Diketahuinya pengaruh pelaksanaan kelas ibu hamil terhadap tingkat

pengetahuan Ibu Hamil Tentang Kesehatan Ibu di Nagari Pandai Sikek

Wilayah Kerja Puskesmas X Koto I tahun 2019.

2. Tujuan Khusus

a. Diketahuinya nilai rerata pengetahuan ibu hamil tentang kesehatan ibu

sebelum pelaksanaan kelas ibu hamil di Nagari Pandai Sikek Wilayah

Kerja Puskesmas X Koto I tahun 2019.

b. Diketahuinya nilai rerata pengetahuan ibu hamil tentang kesehatan ibu

sesudah pelaksanaan kelas ibu hamil di Nagari Pandai Sikek Wilayah

Kerja Puskesmas X Koto I tahun 2019.

c. Diketahuinya pengaruh pengetahuan ibu hamil tentang kesehatan ibu

sebelum dan sesudah pelaksanaan kelas ibu hamil di Nagari Pandai Sikek

Wilayah Kerja Puskesmas X Koto I tahun 2019.

D. Manfaat Penelitian

1. Manfaat Bagi Institusi

a. Memperoleh gambaran, informasi, masukan mengenai apa yang telah

dicapai sehingga dapat dievaluasi lebih lanjut dan menemukan upaya –

upaya baru yang dapat dilakukan oleh program KIA yang dapat

meningatkan pengetahuan dan keterampilan ibu hamil tentang kesehatan

IKES PriNus Bukittinggi


7

ibu dan anak sebelum dan sesudah pelaksanaan kelas ibu hamil di Nagari

Pandai Sikek Wilayah Kerja Puskesmas X Koto I.

b. Hasil penelitian dapat bermanfaat untuk membantu meningkatkan

kwalitas pelatihan dan penyuluhan terhadap ibu hamil di Nagari Pandai

Sikek Wilayah Kerja Puskesmas X Koto I.

2. Manfaat Bagi Keilmuan

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan bahan pustaka bagi

STIKes Prima Nusantara dalam pengembangan ilmu kesehatan

khususnya Program Studi Sarjana Terapan Kebidanan yang berkaitan

dengan kegiatan penyuluhan di Puskesmas.

b. Sebagai masukan bagi penelitian lebih lanjut dan dapat memperluas

wawasan berfikir sebagai usaha penggalian terhadap ilmu pengetahuan

dibidang kesehatan.

IKES PriNus Bukittinggi


8

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Kelas Ibu Hamil

Kegiatan kelas ibu hamil merupakan sarana untuk belajar kelompok

tentang kesehatan bagi ibu hamil, dalam bentuk tatap muka yang bertujuan

meningkatkan pengetahuan dan keterampilan ibu – ibu hamil mengenai

kehamilan, persalinan, perawatan nifas dan perawatan bayi baru lahir, melalui

praktik dengan menggunakan Buku KIA (Kementerian Kesehatan Republik

Indonesia, 2014b). Pendidikan KIA yang diberikan kepada ibu hamil yang

lazim dilaksanakan sampai sekarang lebih banyak berupa penyuluhan melalui

konsultasi perorangan atau per kasus yang diberikan pada waktu ibu hamil

datang memeriksakan kandungan atau memeriksakan bayi dan balita.

Penyuluhan seperti diatas baik untuk menangani kasus per kasus namun,

masih memiliki beberapa kelemahan antara lain :

1. Pengetahuan yang diperoleh terbatas pada masalah kesehatan yang dialami

pada saat itu.

2. Penyuluhan yang diberikan tidak terkodinir sehingga ilmu kesehatan yang

diberikan kepada ibu hamil hanyalah pengetahuan yang dimiliki oleh

petugas saja.

3. Tidak ada rencana kerja sehingga tidak ada kunjungan dari lintas sektor

dan lintas program.

4. Pelaksanaan penyuluhan tidak berkala dan tidak berkesinambungan.

IKES PriNus Bukittinggi


9

Untuk mengatasi kelemahan-kelemahan diatas direncanakan pendidikan

untuk ibu hamil yang lebih menyeluruh dan sistematis serta dapat

dilaksanakan secara berkala dan berkesinambungan. Kegiatan yang

direncanakan ialah pendidikan dalam bentuk tatap muka dalam kelas yang

diikuti dengan diskusi antara ibu dan petugas, yang dinamakan dengan Kelas

Ibu Hamil. Keuntungan kelas ibu hamil adalah :

1. Penyuluhan / pengetahuan yang diberikan bersifat menyeluruh dan

terencana sesuai dengan skenario yang berisikan perawatan kehamilan dan

perawatan bayi balita.

2. Penyuluhan menjadi lebih sempurna karena adanya persiapan oleh petugas

sebelum memberikan penyuluhan.

3. Dapat didatangkan tenaga ahli untuk mennjelaskan penyuluhan mengenai

bidang tertentu.

4. Waktu penyuluhan menjadi lebih efektif karena pola penyuluhan

terstruktur dengan baik.

5. Adanya interaksi antara petugas kesehatan dan ibu hamil pada saat

penyuluhan dilaksanakan.

6. Dilaksanakan secara berkala dan berkesinambungan.

7. Dilakukan evaluasi terhadap petugas kesehatan dan ibu hamil dalam

memberikan penyajian meteri dan menerima materi sehingga dapat

meningkatkan kwalitas sistem pembelajaran.

Fasilitator pada pelaksanaan kelas ibu hamil adalah bidan atau petugas

kesehatan lainnya yang telah mendapatkan pelatihan fasilitator pada

IKES PriNus Bukittinggi


10

pelaksanaan kelas ibu hamil atau melalui on the jo training (Kementerian

Kesehatan Republik Indonesia, 2014a).

1. Tujuan Kelas Ibu Hamil

a. Tujuan Umum Kelas Ibu Hamil

Meningkatkan pengetahuan, merubah sikap dan prilaku ibu hamil

agar memahami tentang kehamilan, perubahan tubuh dan keluhan

selama kehamilan, perawatan kehamilan, persalinan, perawatan nifas,

KB pasca persalinan, perawatan bayi baru lahir, mitos/kepercayaan/adat

istiadat setempat, penyakit menular dan akte kelahiran (Kementerian

Kesehatan Republik Indonesia, 2014b).

b. Tujuan Khusus Kelas Ibu Hamil

1) Terjadinya interaksi dan berbagai pengalaman antar peserta (ibu

hamil dengan ibu hamil lainnya) dan antar ibu hamil dan petugas

kesehatan/ bidan tentang kehamilan, perubahan tubuh dan keluhan

selama kehamilan, perawatna kehamilan, persalinan, perawatan

nifas, KB pasca persalinan, perawatan bayi baru lahir,

mitos/kepercayaan/adat istiadat setempat, penyakit menular dan akte

kelahiran.

2) Meningkatkan pemahaman, sikap dan perilaku ibu hamil tentang :

a) Kehamilan, perubahan tubuh dan keluhan (apakah kehamilan itu?,

perubahan tubuh selama kehamilan, keluhan umum saat hamil

dan cara mengatasinya, apa saja yang perlu dilakukan oleh ibu

hamil dan pengaturan gizi termasuk pemberian tablet tambah

darah untuk penanggulangan anemia).

IKES PriNus Bukittinggi


11

b) Perawatan kehamilan (kesiapan psikologis menghadapi

kehamilan, hubungan suami isteri selama kehamilan, obat yang

boleh dan tidak boleh dikonsumsi ibu hamil, tanda bahaya

kehamilan, dan P4K (perencanaan persalinan, dan pencegahan

komplikasi)

c) Persalinan (tanda – tanda persalinan, tanda bahaya persalinan, dan

proses persalinan).

d) Perawatn nifas (apa saja yang dilakukan ibu nifas agar dapat

menyusui eksklusif ?, bagaimana menjaga kesehatan ibu nifas,

tanda – tanda bahaya dan penyakit ibu nifas).

e) KB pasca persalinan.

f) Perawatan bayi baru lahir (perawatan bayi baru lahir, injeksi vit.

K1, tanda bahaya baru lahir, pengamatan perkembangan bayi, dan

pemberian imunisasi pada bayibaru lahir).

g) Mitos/kepercayaan/ adat istiadat setempat yang berkaitan dengan

KIA.

h) Penyakit menular (IMS, informasi dasar HIV – AIDS, dan

pencegahan, penanganan malaria pada ibu hamil).

i) Akte kelahiran (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia,

2014b)

2. Hasil Yang Diharapkan

a. Adanya interaksi dan berbagai pengalaman antar peserta (ibu hamil

dengan ibu hamil lainnya) dan antar ibu hamil dan petugas kesehatan/

bidan tentang kehamilan, perubahan tubuh dan keluhan selama

IKES PriNus Bukittinggi


12

kehamilan, perawatan kehamilan, persalinan, perawatan nifas, KB

pasca persalinan, perawatan bayi baru lahir, mitos/kepercayaan/adat

istiadat setempat, penyakit menular dan akte kelahiran.

b. Adanya pemahaman, sikap dan perilaku ibu hamil tentang :

1) Kehamilan, perubahan tubuh dan keluhan (apakah kehamilan itu?,

perubahan tubuh selama kehamilan, keluhan umum saat hamil dan

cara mengatasinya, apa saja yang perlu dilakukan oleh ibu hamil dan

pengaturan gizi termasuk pemberian tablet tambah darah untuk

penanggulangan anemia).

2) Perawatan kehamilan (kesiapan psikologis menghadapi kehamilan,

hubungan suami isteri selama kehamilan, obat yang boleh dan tidak

boleh dikonsumsi ibu hamil, tanda bahaya kehamilan, dan P4K

(perencanaan persalinan, dan pencegahan komplikasi)

3) Persalinan (tanda – tanda persalinan, tanda bahaya persalinan, dan

proses persalinan).

4) Perawatan nifas (apa saja yang dilakukan ibu nifas agar dapat

menyusui eksklusif ?, bagaimana menjaga kesehatanibu nifas, tanda

– tanda bahaya dan penyakit ibu nifas).

5) KB pasca persalinan.

6) Perawatan bayi baru lahir (perawatan bayi baru lahir, injeksi vit. K1,

tanda bahaya baru lahir, pengamatan perkembangan bayi, dan

pemberian imunisasi pada bayibaru lahir).

7) Mitos/kepercayaan/ adat istiadat setempat yang berkaitan dengan

KIA.

IKES PriNus Bukittinggi


13

8) Penyakit menular (IMS, informasi dasar HIV – AIDS, dan

pencegahan, penanganan malaria pada ibu hamil).

9) Akte kelahiran (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia, 2014b)

3. Sasaran Kelas Ibu Hamil

Peserta kelas ibu hamil sebaiknya ibu hamil pada usia kehamilan 20

Minggu – 32 Minggu, karena pada umur kehamilan ini kondisi fisik ibu

sudah kuat, tidak takut terjadinya abortus, efektif untuk melakukan senam

hamil, jumlah peserta ibu hamil maksimal sebanyak 20 orang pada tiap

kelasnya perbandingan pelatih dan peserta adalah 1:10. Suami atau

keluarga ikut serta menimal 1 kali pertemuan sehingga dapat mengikuti

berbagai meteri yang penting, misalnya materi tentang persiapan

persalinan atau materi yang lainnya (Departemen Kesehatan RI, 2009).

4. Pelaksanaan Kelas Ibu Hamil

Penyelenggaraan kelas ibu hamil dapat dilaksanakan oleh pemerintah,

swasta, LSM dan masyarakat.

a. Fungsi dan peran (provinsi, kabupaten, puskesmas).

Pelaksanaan kelas ibu hamil di kembangkan sesuai dengan fungsi dan

peran pada masing- masig level yaitu provinsi, kabupaten, dan

puskesmas

1) Provinsi

a) Menyiapkan tenaga terlatih

b) Mendukung pelaksanaan kelas ibu hamil (sarana dan

prasarana)

c) Monitoring dan evaluasi

IKES PriNus Bukittinggi


14

2) Kabupaten

a) Menyiapkan tenaga vasilitator kelas ibu hamil

b) Bertanggungjawab atas terlaksananya kelas ibu hamil (dana,

sarana, dan prasarana)

c) Monitoring dan evaluasi.

3) Puskesmas

a) Kepala puskesmas sebagai penanggungjawab dan

mengkoordinir pelaksanaan kelas ibu hamil diwilayahnya

b) Bidan/tenaga kesehatan bertanggung jawab dalam

pelaksanaan kelas ibu hamil (identifikasi calon peserta,

koordinasi dengan stake holder, fasilitasi pertemuan,

monitoring, evaluasi dan pelaporan)

b. Fasilitator dan nara sumber

Fasilitator dalam kelas ibu hamil adalah bidan atau petugas kesehatan

yang telah mendapatkan pelatihan fasilitator tentang pelaksanaan

kelas ibu hamil dan setelah itu diperbolehkan untuk melakukan

fasilitasi kelas ibu hamil. Dalam pelaksanaan kelas ibu hamil,

fasilitator dapat meminta bantuan nara sumber untuk menyampaikan

materi bidang tertentu. Nara sumber adalah tenaga kesehatan yang

memiliki keahlian dibidang tertentu untuk mendukung kelas ibu

hamil.

c. Sarana dan prasarana

Sarana dan prasarana yang diperlukan dalam pelaksanaan kelas ibu

hamil adalah

IKES PriNus Bukittinggi


15

1) Ruangan belajar untuk kapasitas 10 – 20 orang ibu hamil dengan

fentilasi dan pencahayaan yang cukup.

2) Alat tulis menulis (papan tulis, kertas, spidol,bolpoin) jika ada

3) Buki KIA dan lembar balik kelas ibu hamil

4) Buku pedoman fasilitator

5) Buku pedoman pelaksanaan kelas ibu hamil

6) Alat peraga (KB kit, food model, boneka, metode kanguru dll)

7) Tikar/karpet atau (matras)

8) Bantal, kursi ( jika ada)

9) Buku senam hamil / CD senam hamil (jika ada)

d. Tahapan pelaksanaan kelas ibu hamil

1) Pelatihan bagi pelatih

2) Pelatihan bagi fasilitator

3) Sosialisasi kelas ibu hamil pada tokoh agama, tokoh masyarakat

dan stake holder.

4) Persiapan pelaksanaan kelas ibu hamil

5) Pelaksanaan kelas ibu hamil

6) Monitoring, evaluasi, dan pelaporan

5. Kegiatan Pelaksanaan Kelas Ibu Hamil

Pertemuan kelas ibu hamil dilakukan 3 kali selama kehamilan, atau

sesuai kesepakatan fasilitator dengan peserta. Materi kelas ibu hamil yang

akan disampaikan sesuai dengan kebutuhan dan kondisi ibu hamil, tetapi

tetap mengutamakan materi pokok. Pada setiap akhir pertemuan dilakukan

senam ibu hamil. Senam ibu hamil merupakan kegiatan/materi ekstra

IKES PriNus Bukittinggi


16

dikelas ibu hamil yang jika dilaksanakan, maka dapat langsung

dipraktekan oleh ibu hamil dirumahnya masing – masing, waktu

pertemuan disesuaikan dengan kesiapan para ibu hamil bisa dilakukan

pagi hari maupun sore harinya dengan lama waktu pertemuan 120 menit

termasuk senam hamil 15 – 20 menit (Kementerian Kesehatan Republik

Indonesia, 2014b).

6. Metode penyuluhan kelas ibu hamil

Metode yang dipakai adalah metode penyuluhan kelompok.dalam

memilih metode penyuluhan kelompok, harus mengingat besarnya

kelompok sasaran serta tingkat pendidikan formal pada sasaran. Untuk

kelompok yang besar, metodenya akan berbeda dengan kelompok kecil.

Efektifitas suatu metode akan tergantung pula pada besarnya sasaran

penyuluhan (S Notoatmodjo, 2012).

a. Kelompok besar

Yaitu apabila peserta penyuluhan lebih dari 15 orang. Metode yang

baik untuk kelompok ini adalah ceramah dan seminar.

1) Ceramah, metode ini baik untuk sasaran yang berpendidikan

tinggi ataupun rendah.

2) Seminar, metode ini hanya cocok untuk kelompok besar dengan

pendidikan menengah ke atas

b. Kelompok kecil

Yaitu apabila peserta penyuluhan kurang dari 15 orang. Metode yang

cocok untuk kelompok ini adalah :

1) Diskusi kelompok

IKES PriNus Bukittinggi


17

2) Curah pendapat (brain storming)

3) Bola salju

4) Kelompok – kelompok kecil

5) Role play (memainkan peran)

6) Permainan simulasi

7. Komunikasi

a. Pengertian Komunikasi

Komunikasi adalah suatu proses pengiriman pesan dari pengirim

kepaa penerima pesan untuk mencapai tujuan tertentu. Komunikasi

disini lebih menekankan pada aspek mempengaruhi orang lain agar

maksud dan tujuan pengiriman pesan dapat terwujud dalam waktu

yang relatif singkat. Untuk itu isi pesan harus jelas, singkat, dan

mudah dimengerti oleh penerima pesan dalam arti isi pesan menyatu

dengan situasi penerima pesan (Kementerian Kesehatan Republik

Indonesia, 2014b).

b. Proses Komunikasi

Proses komuniksi merupakan suatu proses interaksi timbal balik

antara pengirim dan penerima pesan yang menghasilkan pengertian

dan penerimaan yang sama yaitu mengahasilkan suatu tindakan yang

saama untuk mencapai tujuan. Tahap paling awal penerimaan

informasi adalah sensasi. Sensasi berasal dari kata “sense” yang

artinya alat penginderaan yaang menghubungkan tubuh dengan

lingkungannya. Bila alat penginderaan mengubah informasi menjadi

simpul – simpul syaraf dengan bahasa yang dimengerti oleh otak

IKES PriNus Bukittinggi


18

manusia maka terjadilah proses sensasi. Kemampuan sensasi pada alat

indera dalam menerima informasi dari lingkungan dimana dia berada

merupakan hal yang sangat penting. Melalui inderalah manusia

memperoleh pengetahuan dan kemampuan untuk berinteraksi dengan

dunia sekitarnya (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia,

2014b).

c. Tahapan Komunikasi

1) Tahap ide/gagasan

Tahap pertama dalam suatu penciptaan gagasan atau idealition

yaitu prosespenciptaan gagasan atau informasi yang akan

disampaikan oleh komunikator. Pada tahapini seseorang yang

memiliki ide atau gagasan diawali terjadinya proses dalam fikiran

dimana orang tersebut mengumpulkan berbagai data atau

informasi, selanjutnya muncul keinginan atau harapan untuk

membulatkan berbagai dan beragam ide untuk disampaikan

kepada orang lain atau sekelompok orang.

2) Tahap encoding

Pada tahap ini gagasan atau informasi telah terbentuk menjadi

simbol atau sandi yang dirancang untuk dikirimkan kepada orang

lain. Pemilihan saluran atau media komunikasi yang tersedia atau

yang telah ditetapkan. Pengiriman persan dapat dilakukan dengan

lisan, tulisan, gambar, poster, grafik atau berupa tindakan lainnya.

IKES PriNus Bukittinggi


19

3) Tahap pengiriman

Pada tahap ini terjadi suatu proses pengiriman gagasan atau ide

dalam bentuk pesan yang disimbolkan melalui saluran dan media

komunikasi yang tersedia atau yang telah ditetapkan.pengiriman

pesan dapat melalui lisan, tilisan, gambar atau bertindak. Media

komunikasi yang dijaadikan sebagai saluran dapat berbentuk

telepon, tatap muka, papan pengumuman,poster, buku dan

sebagainya.

4) Tahap penerimaan

Setelah proses pengiriman melalui media komunikasi maka isi

pesan diterima orang lain atau penerimaan pesan ini dapat melalui

proses mendengarkan, melihat atau mengamati, hal ini tergantung

pada saluran atau media yang digunakan dalam proses pengiriman

pesan. Bila inforrmasi atau pesan berbentuk komuniksi lisan

maka seringkali mengalami kegagalan,halini biasanya disebabkan

oleh berbagai faktor diantaranya, kesehatan pendengaran,

konsentras, kegaduhan atau faktor lain yang memungkinkan

hilangnya atau kaburnya pesan yang diterima oleh

lain/komunikan.

5) Tahap decoding

Secara singkat, memori melewati tiga proses yaitu perekaman,

penyimpanan, dan pemanggilan. Encoding disebut juga

perekaman yang merupakan pencatatan informasi melalui

reseptor indera dan simpul syaraf. Proses kedua yaitu

IKES PriNus Bukittinggi


20

penyimpanan informasi yang telah diterima yang lazim disebut

stronge, dimana untuk menentukan berapa lama informasi ini

dapat disimpan dalam bentuk aktif ataau pasif. Menyimpan secara

aktif, bila kita menambahkan informasi tambahan kita mengisi

informasi yang tidak lengkap dengan kesimpulan kitaa sendiri,

hal yang menyebabkan desas – desus, kabar angin yang menyebar

lebih banyak dari pada informasi yang sebenarnya. Tetapi

mungkin juga secara pasif yaitu penyimpanan informasi tanpa

penambahan. Pada tahap kelima ini seluruh isi pesan atau

informasi yang diterima di interpretasikan, dibaca, diartikan dan

diuraikan secara langsung atau tidak langsung melalui proses

perfikir.

6) Tahap proses

Tindakan yang dilakukan oleh komunikan sebagai respon

terhadap pesan yang diterima sebagai tahap akhir dalam proses

komunikasi. Pada tahap ini respon komunikasi dapat berbentuk

usaha untuk melengkapi informasi, meminta informasi tambahan

atau melakukan tindakan – tindakan lain. Bila setiap pesan yang

dikirim komunikator menghasilkan respon atau tindakan dari

komunikan sebagaimana yang diharapkan, maka telah terjadi

komunikasi yang efektif (Kementerian Kesehatan Republik

Indonesia, 2014b).

IKES PriNus Bukittinggi


21

d. Faktor Yang Mempengaruhi Berkomunikasi Dengan Ibu Hamil

1) Perbedaan persepsi

Persepsi pada dasarnya adalah penilaian atu tafsiran seseorang

terhadaap suatu objek, peristiwa tau hubungan – hubungan yang

diperoleh dengan menyimpulkan informasi atau penafsiran pesan.

Persepsi ialah memberikan makna padaa stimulasi pada inderawi

(sensory stimuli). Hubungan sensasi dengan persepsi sudah jelas.

Sensasi adalah bagian dari persepsi.

2) Perbedaan bahasa

Kemampuan berbahasa merupakan salah satu kunci terjadinya

interaksi komunikasi. Perbedaan bahasa satu dengan yang lainnya

merupakan sumber utama perbedaan persepsi. Untuk itu gunakan

bahasa yang mudah dimengerti, bila perlu konsep diulang

beberapa kali terutama hal – hal pokok dan penting sehingga isi

pesan menjadi jelas dan dapat dipahami.

3) Kegaduhan

Kegaduhan atau kebisingan merupakan salah satu faktor yang

mengganggu, bahkan membingungkan pemahaman dalam proses

komunikasi lisan.

4) Reaksi emosional

Reaksi seseorang pada saat berkomunikasi seperti sedang marah,

sedih, gembira, cinta, menggoda, malu, gelisah sangat

mempengaruhi terhadap isi pesan yang disampaikan komunikator.

IKES PriNus Bukittinggi


22

e. Tekhnik Berkomuniksi Dengan Ibu Hamil

Pelaksanaan komunikasi dapat dilakukan berbagi cara tergantung

dari tujuan pesan dan efektif yang diharapkan. Tekhnik komunikasi

yang lazim dilakukan adalah :

1) Komunikasi informatif

Merupakan penyampaian pesan berupa pemberitahuan seseorang

kepada orang lain. Sifat komunikasi ini dapat berbersifat lisan

maupun tulisan.

2) Komunikasi persuasif

Merupakan suatu proses penyampaian dengan cara membujuk

sehingga komunikan dengan kesadaran sendiri dan sukarela

bersedia menerima dan melaksakan isi pesan. Komunikasi

persuasif lebih menekankan perubahan tingkah laku, maka

tekhnik yang dilakukan adalah komunikasi lisan secara langsung

atau tatap muka karena komunikator mengharapkan tanggapan

saat itu juga.

3) Komunikasi konversif

Merupakan proses penyampaian pesan dari komunikator kepada

komunikan dengan cara paksaan. Tekhnik komunikasi

mengandung sangsi dan apabila pesan tidak dilaksanakan akan

menanggung resiko dan akibatnya. Komunikasi ini biasanya

dalam bentik peraturan, instruksi, keputusan dan lain sebagainya.

Efektifitas komunikasi dengan ibu hamil :

IKES PriNus Bukittinggi


23

a) Ciptakan perhatian

b) Mulailah dengan 5S (salam, sapa, senyum, sopan dan santun)

c) Berbicaralah denganpenuh perhatian

d) Ciptakan kesediaan menerima

e) Ajukan pertanyaan bersifat pendapaat

f) Ciptakan suasana homor daan santai (Kementerian Kesehatan

Republik Indonesia, 2014b).

f. Materi Pelaksanaan Kelas Ibu Hamil

Materi pelaksanaan Kelas ibu hamil dalam penelitian ini yaitu:

1) Materi Pertemuan Pertama

a) Penjelasan umum kelas ibu hamil dan perkenalan peserta

b) Evaluasi awal (pre test) materi pertemuan I

c) Materi kelas ibu hamil (pertemuan I)

(1) Kehamilan, perubahan tubuh dan keluhan

(a) Apa kehamilan itu ?

(b) Perubahan tubuh ibu selama kehamilan

(c) Keluhan umum saat hamil dan cara mengatasinya

(kram kaki, wasir dan nyeri pinggang)

(d) Apa saja yang perlu dilakukan ibu hamil

(e) Pengaturan gizi, termasuk pemberian tablet tambah

darah untuk mencegah anemia

(2) Perawatan kehamilan

(a) Kesiapan psikologis dalam menghadapi kehamilan

(b) Hubungan suami isteri selama kehamilan

IKES PriNus Bukittinggi


24

(c) Obat yang boleh dan yang tidak boleh dikonsumsi

oleh ibu hamil

(d) Tanda – tanda bahaya kehamilan

(e) Perencanaan persalinan dan pencegahan komplikasi

(P4K)

d) Evaluasi harian dan evaluasi akhir (post test) materi pertemuan

I (peningkatan pengetahuan)

e) Kesimpulan

f) Senam ibu hamil

2) Materi Pertemuan Kedua

a) Review materi pertemuan I dan hasil evaluasi (pre test Idan

post test I)

b) Evaluasi awal (pre test) materi pertemuan II

c) Materi kelas ibu hamil (pertemuan II)

(1) Persalinan

(a) Tanda – tanda persalinan

(b) Tanda bahaya persalinan

(c) Proses persalinan

(d) Inisiasi menyusui dini (IMD)

(2) Perawatan nifas

(a) Apa saja yang dilakukan ibu nifas agar dapat

menyusui ekslusif?

(b) Bagaimana menjaga kesehatan ibu nifas ?

(c) Tanda – tanda bahaya dan penyakit ibu nifas

IKES PriNus Bukittinggi


25

(d) KB pasca bersalin

d) Evaluasi harian ke hari II dan evaluasi akhir (pasca test) materi

pertemuan ke II (peningkatan pengetahuan)

e) Kesimpulan

f) Senam ibu hamil (Kementerian Kesehatan Republik Indonesia,

2014b).

B. Perilaku Kesehatan

1. Pengertian

Keikutsertaan dalam Kelas Ibu Hamil adalah suatu bentuk perilaku

kesehatan. Perilaku kesehatan menurut Achmadi (2014) adalah aksi yang

dilakukan oleh orang untuk memelihara atau mencapai kesehatan dan/

atau mencegah penyakit. Perilaku kesehatan menurut Notoatmodjo

(2005) adalah suatu respons seseorang (organisme) terhadap stimulus

atau objek yang berkaitan dengan sakit atau penyakit, system pelayanan

kesehatan, makanan, dan minuman, serta lingkungan.

Perilaku kesehatan dibentuk oleh faktor-faktor, yaitu (Achmadi,

2014):

a. Faktor Internal, faktor yang berada dalam diri individu itu sendiri,

yaitu berupa kecerdasan, persepsi, motivasi, minat, emosi, dan

sebagainya untuk mengolah pengaruh-pengaruh dari luar. Motivasi

merupakan penggerak perilaku, hubungan antara kedua konstruksi

ini sangat kompleks.

b. Faktor Eksternal, Faktor yang berada di luar individu yang

bersangkutan yang meliputi objek, orang, kelompok dan hasil-hasil

IKES PriNus Bukittinggi


26

kebudayaan yang disajikan sasaran dalam mewujudkan bentuk

perilakunya.

Selanjutnya perilaku itu sendiri dipengaruhi oleh tiga faktor utama,

yakni:

a. Faktor-faktor predisposisi (Predisposing factors), yang terwujud

dalam pengetahuan, sikap, pendidikan, kepercayaan, keyakinan,

usia, paritas nilai-nilai dan sebagainya (Notoatmodjo, 2005).

Menurut Achmadi (2014), faktor-faktor ini mencakup pengetahuan

dan sikap masyarakat terhadap kesehatan, tradisi dan kepercayaan

masyarakat terhadap hal-hal yang berkaitan dengan kesehatan,

system nilai yang dianut masyarakat, tingkat pendidikan, tingkat

sosial ekonomi dan sebagainya.

b. Faktor Pemungkin (Enabling factor) yang terwujud dalam

lingkungan fisik, tersedia atau tidak tersedianya fasilitas-fasilitas

atau sarana-sarana kesehatan dan keterjangkauan jarak

(Notoatmodjo, 2005). Menurut Achmadi (2014), faktor-faktor ini

mencakup ketersediaan sarana dan prasarana atau fasilitas keshatan

bagi masyarakat.

c. Faktor Penguat (Reinforcing factors) yang terwujud dalam sikap dan

perilaku petugas kesehatan atau petugas lain, yang merupakan

kelompok referensi dari perilaku masyarakat (Notoatmodjo, 2005).

Menurut Achmadi (2014), faktor-faktor ini meliputi faktor sikap dan

perilaku tokoh masyarakat, tokoh agama dan perilaku petugas

IKES PriNus Bukittinggi


27

termasuk petugas kesehatan, suami dalam memberikan

dukungannya.

Dari faktor- faktor diatas, dalam penelitian ini yang akan diteliti

secara mendalam adalah terkait pengetahuan ibu hamil sebelum ikut serta

dalam Kelas Ibu Hamil dan sesudahnya.

C. Pengetahuan (Knowledge)

1. Defenisi Pengetahuan

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting

dalam membentuk tindakan seseorang (over bahavior), karena

pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seseorang

melakukan penginderaan terhadap objek tertentu melalui indera yang

dimiliki dan sangat dipengaruhi oleh intensitas, perhatian dan persepsi

terhadap objek. Pengetahuan dapat diperoleh melalui pengalaman sendiri

atau dari orang lain (Notoatmodjo, 2012). Karena dalam pengalaman dan

penelitian ternyata perilaku yanga didasari oleh pengetahuan akan lebih

langgeng (long lasting) dari pada perilaku yang tidak didasari oleh

pengetahuan. Menurut Lukman dalam (Linarsih, 2012), pengetahuan dapat

dipengaruhi oleh faktor umur, lingkungan, pengalaman, pendidikan,

informasi/massa media, sosial budaya, ekonomi, intelegensi, penelitian

Rogers pada tahun 1974 dalam Notoatmodjo (2011) mengungkapkan

bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru, didalam diri orang

tersebut terjadi proses yang berurutan yakni :

a. Awarenes (kesadaran), dimana orang tersebut menyadari dalam arti

mengetahui stimulus terlebih dahulu.


IKES PriNus Bukittinggi
28

b. Interest (merasa tertarik) terhadap stimulasi atau objek tertentu.

c. Evaluation yaitu menimbang – nimbang terhadap baik tidaknya

stimulasi terhadap dirinya.

d. Trial (mencoba) dimana subjek mulai mencoba melakukan sesuatu

sesuai apa yang dikehendaki oleh stimulus

e. Adoption (adopsi) dimana subjek telah berprilaku baru sesuai dengan

pengetahuan, kesadaran dan sikap terhadap stimulus

Penyaluran pengetahuan dapat diberikan melalui beberapa jalur antara

lain :

a. Dalam lingkungan keluarga

b. Dalam lingkungan sekolah

c. Dalam lingkungan masyarakat

2. Tingkat Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2012), pengetahuan yang tercakup dalam

domain kognitif mempunyai 6 tingkat yaitu :

a. Tahu (know) :

Tahu berarti mengingat suatu materi yang telah dipelajari atau

rangsangan yang telah diterima sebelumnya. Tahu merupakan

tingkatan pengetahuan yang paaling rendah. Kata kerja untuk

mengukur bahwa seseorang itu tahu adalah ia dapat menyebutkan,

menguraikan, mendefenisikan dan menyatakan.

b. Memahami (comprehension) :

Memahami berarti kemampuan untuk menjelaskan secara benar

tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi

IKES PriNus Bukittinggi


29

tersebut secara benar. Orang yang paham harus dapat menjelaskan,

menyebutkan contoh, menyimpulkan, dan meramalkan.

c. Penerapan (aplication) :

Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang

dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang

diketahui tersebut pada situasi yang lain.

d. Analisis (analysis) :

Analisis adalah kemampuan seseoraang untuk menjabarkan atau

memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponon –

komponen yang terdapat dalam suatu masalah atau objek yang

diketahui. Indikasi bahwa pengetahuan seseorang sudah sampai pada

tahap analisis adalah apabila orang tersebut telah dapat membedakan

atau memisahkan, mengelompokkan, membuat diagram (bagan)

terhadap pengetahuan atas objek tersebut.

e. Sintesis (synthesis) :

Sintesis menunjuk suatu kemampuan seseorang untuk merangkum

atau meletakkan dalam satu hubungan yang logis dari komponen –

komponen pengetahuan yang dimiliki. Dengan kata lain sintesis

adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari

formulasi – formulasi yang telah ada.

f. Evaluasi (evaluation) :

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan

justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek tertentu. Penilaian ini

IKES PriNus Bukittinggi


30

dengan sendirinya didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan

sendiri atau norma – norma yang berlaku di masyarakat.

3. Cara Memperoleh Pengetahuan

Menurut Notoatmodjo (2011), cara memperoleh pengetahuan dapat

dikelompokkan menjadi dua yaitu :

a. Cara tradisional atau non alamiah

1) Trial and error

Cara coba – coba ini dilakukan dengan menggunakan

kemungkinan dalam memecahkan masalah dan apabila

kemungkinan tersebut tidak berhasil, dicoba kemungkinan yang

lain dan begitu seterusnya sampai masalah tersebut terpecahkan.

2) Cara kekuasaan atau otoritas

Pada cara ini prinsipnya adaalah orang lain menerima pendapat

yang dikemukakan orang yang mempunyai otoritas tanpa terlebih

dahulu menguji dan membuktikan kebenaran baik berdasarkan

empiris atau berdasarkan penalaran sendiri. Dengan kata lain

pengetahuan tersebut diperoleh berdasarkan otoritas atau

kekuasaan, baik tradisi, otoritas pemerintah, otoritas atau ahli

ilmu pengetahuan. Hal ini disebabkan karena orang yang

menerima pendapat tersebut menganggap bahwa apa yang

dikemukakannya adalah sudah benar.

3) Pengalaman pribadi

Pengalaman adalah guru yang baik, demikian bunyi pepatah. Ini

mengandung maksud bahwa pengalaman itu merupakan satu cara

IKES PriNus Bukittinggi


31

untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Oleh sebab itu

pengalaman pribadinya dapat digunakan sebagai upaya

memperoleh pengetahuan.

4) Melalui jalan fikiran

Sejalan dengan perkembangan kebudayaan manusia, cara

berfikirnya pun juga ikut berkembang. Dalam memperoleh ilmu

dengan kata lain memperoleh pengetahuan, manusia telah

menggunakan jalan fikirannya masing – masing yaitu dengan

menggunakan penalaran dalam memperoleh kebenaran

pengetahuan.

b. Cara modern atau cara ilmiah

Dalam memperoleh pengetahuan dewasa ini lebih sistematis,

logis dan ilmiah. Cara ini disebut penelitian ilmiah atau populer

disebut metode penelitian (research methodology). Metode ilmiah

adalah suatu cara menerapkan prinsip –prinsip logis terhadap

penemuan, pengesahan, dan penjelasan kebenaran, pengetahuan

seseorang dengan prilaku tidakdapat dipisahkan karena pengetahuan

merupakan bentuk intervensi terhadap prilaku (Notoatmodjo, 2012).

4. Kriteria Tingkat Pengetahuan

Menurut Arikunto (2010) pengetahuan seseorang dapat diketahui

dan diinterprestasikan dengan skala yang bersifat kualitatif, yaitu :

a. Baik : Hasil presentase 76% - 100%

b. Cukup : Hasil presentase 56% – 75%

c. Kurang : Hasil presentase <56%

IKES PriNus Bukittinggi


32

D. Kerangka Teori

Berdasarkan teori sebelumnya, kerangka teori yang dipakai

mengacu pada teori PRECEDE Framework Green, et al (1980) dalam

Notoatmodjo (2007) dan Achmadi (2014). Kerangka teori tersebut dapat

dilihat pada skema 2.1 dibawah ini

Faktor predisposisi Perilaku

o Usia
o Paritas
o Pengetahuan
o Sikap
o Motivasi
o Kepercayaan
o Persepsi

Faktor pendukung
Perilaku kesehatan
o Sarana dan dalam keikutsertaan
prasarana kesehatan Kelas Ibu Hamil
o Jarak Prasarana
kesehatan

Faktor pendorong
o Keterpaparan media
informasi
o Dukungan keluarga
o Dukungan Tokoh
masyarakat
o Dukungan Petugas

Skema 2.1
Kerangka Teori
(Sumber: Modifikasi Notoatmodjo (2005), Achmadi (2014))

IKES PriNus Bukittinggi


33

BAB III
KERANGKA KONSEP

A. Kerangka Konsep

Penelitian ini berupaya untuk mengetahui pengaruh intervensi pelatihan

kelas ibu hamil terhadap peningkatan pengetahuan ibu hamil tentang

Kesehatan Ibu dan Anak, maka dibuat kerangka konsep sebagai berikut :

Pelatihan kelas ibu hamil


2 kali pertemuan

Sebelum: Setelah:
Pengetahuan ibu hamil Pengetahuan ibu hamil
mengenai kesehatan Ibu mengenai kesehatan Ibu
yang meliputi: kehamilan, yang meliputi: kehamilan,
perubahan tubuh dan keluhan, perubahan tubuh dan keluhan,
perawatan kehamilan, perawatan kehamilan,
persalinan dan perawatan persalinan dan perawatan
nifas. nifas.

Skema 3.1
Kerangka Konsep

B. Hipotesis

Ha: Ada pengaruh perlakuan kelas ibu hamil terhadap tingkat pengetahuan

ibu hamil tentang Kesehatan Ibu pada ibu hamil di Nagari Pandai Sikek

Wilayah kerja Puskesmas X Koto I.

IKES PriNus Bukittinggi


34

C. Definisi Operasional

Variabel Definisi Cara Alat Hasil Ukur Skala


operasional Ukur Ukur Ukur
1 Pelaksanaan Penyampaian Observasi Pelaksanaan
Kelas Ibu informasi yang Kelas Ibu
Hamil berisi materi Hamil Melalui
tentang Penyuluhan
kesehatan Ibu
yang meliputi:
kehamilan,
perubahan
tubuh dan
keluhan,
perawatan
kehamilan,
persalinan dan
perawatan
nifas.
2 Peng Segala sesuatu Wawancara Kuesioner 0= Rendah Interval
etah yang diketahui jika nilai
uan oleh ibu hamil < 75%
ibu tentang 1= Tinggi,
men kesehatan Ibu jika nilai
gena sebelum dan > 75%
i sesudah kelas
keha ibu hamil
mila dilakukan
n, dengan nilai
Pers dari skor
alina jawaban
n terhadap 30
dan pertanyaan
nifas tertutup

IKES PriNus Bukittinggi


35

BAB IV
METODOLOGI PENELITIAN

A. Desain Penelitian

Rancangan studi yang digunakan pada penelitian ini adalah eksperimen

semu (Quasi Experiment). Menurut Campbell dan Stanley kuasi eksperimen

design sering kali dipandang sebagai eksperimen yang tidak sebenarnya. Oleh

karena itu sering juga disebut quasi experiment atau eksperimen semu.

(Arikunto, 2010). Dalam penelitian ini observasi dilakukan sebanyak 2 kali

yaitu pre test sebelum perlakuan dan post test setelah perlakuan untuk

mengetahui pengaruh intervensi kelas ibu hamil terhadap perubahan

pengetuan ibu hamil tentang kesehatan ibu

O1 X O2

Skema 4.1
Bentuk Rancangan Pre Test Dan Post Test

Keterangan:

O1 : Pengukuran pertama/pre test

X : Perlakuan atau eksperimen merupakan intervensi pelatihan kelas

ibu hamil yang dilakukan selama dua Minggu .

O2 : Pengukuran kedua/post test data yang diambil setelah intervensi

dilakukan.

Intervensi dilakukan dalam bentuk pelatihan menggunakan media buku KIA,

lembar balik, food model, stiker P4K dan LCD.

IKES PriNus Bukittinggi


36

Tabel 4.1
Materi kelas ibu hamil

N Materi kelas ibu hamil Pengetahuan

1 Pre test/post test I a) Kehamilan, perubahan

bentuk tubuh dan keluhan

b) Perawatan kehamilan

2 Pre test/post test II a) Persalinan

b) Perawatan nifas

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian akan dilakukan di Nagari Pandai Sikek di wilayah kerja

puskesmas X Koto I pada bulan September 2019.

C. Populasi dan Sampel

1. Populasi

Populasi penelitian ini adalah seluruh ibu hamil yang ada di Nagari

Pandai Sikek di wilayah kerja puskesmas X Koto I sebanyak 36 orang

2. Sampel

Jumlah sampel dalam penelitian ini adalah 36 orang ibu hamil.

Sedangkan untuk pengambilan sampel dilakukan dengan cara total

sampling dengan kriteria sebagai berikut:

a. Kriteria Inklusi

1) Dapat berkomunikasi dengan baik

2) Bertempat tinggal di Nagari Pandai Sikek

IKES PriNus Bukittinggi


37

3) Mau menjadi responden

4) Usia kehamilan >20 minggu

5) Mengikuti pelatihan kelas ibu hamil sebanyak dua kali

6) Menjawab seluruh item pertanyaan pada kuesioner tentang

pengetahuan Ibu tentang kehamilan, persalinan dan nifas pada

pre test dan post test

b. Kriteria Eksklusi

1) Tidak dapat berkomunikasi dengan baik

2) Tidak bertempat tinggal di Nagari Pandai Sikek Tidak mau

menjadi responden

3) Mengikuti pelatihan kelas ibu hamil sebanyak satu kali

4) Tidak menjawab seluruh item pertanyaan pada kuesioner

pengetahuan Ibu tentang kehamilan, persalinan dan nifas pada

pre test dan post test.

D. Teknik Pengumpulan Data

1. Sumber Data

Pada penelitian ini peneliti menggunakan beberapa sumber data

yaitu data primer dan data sekunder :

a. Data primer

Data primer ini didapat oleh peneliti melalui wawancara langsung

oleh bidan dengan responden melalui pengisian kuesioner.

b. Data sekunder

Data yang diperoleh peneliti melalui observasi langsung dan

wawancara dengan bidan pemegang program di puskesmas. Data

IKES PriNus Bukittinggi


38

tersebut berupa profil puskesmas X Koto I dan kohort ibu hamil

yang meliputi gambaran umum puskesmas X Koto I dengan data

Nagari Pandai Sikek, jumlah ibu hamil dan usia kehamilan.

2. Instrumen Penelitian

Instrumen penelitian adalah berupa kuesioner, daftar pertanyaan dan

ceklist yang akan dibagikan pada responden yaitu ibu hamil di Nagari

Pandai Sikek wilayah puskesmas X Koto I. Instrumen ini tidak dilakukan

uji coba karena telah menggunakan daftar pertanyaan yang baku dari

Kementerian Kesehatan Republik Indonesia tahun 2014 (Kementerian

Kesehatan Republik Indonesia, 2014a) pada buku pedoman pelaksanaan

kelas ibu hamil dan pertanyaan ini telah digunakan pada kelas ibu hamil

di seluruh wilayah Indonesia sedang untuk ceklist keterampilan

menggunakan daftar asuhan bayi baru lahir yang digunakan untuk

pendidikan bagi tenaga kesehatan.

E. Etika Penelitian

a. Pengambilan Data

Pengambilan data dilakukan melalui pembagian Kuesioner pada

masing-masing ibu hamil dan dikembalikan setelah di isi. Pengisian

kuesioner dilakukan oleh ibu hamil itu sendiri yang dipandu dan diawasi

oleh peneliti. Hal ini dilakukan agar apabila ada pertanyaan yang kurang

dapat dimengerti, responden dapat langsung bertanya pada peneliti.

Pengambilan data penelitian mengenai pengetahuan ibu hamil tentang

KIA dilakukan sebanyak dua kali yaitu pada saat sebelum / pre test dan

sesudah/post test perlakuan kelas ibu hamil.

IKES PriNus Bukittinggi


39

b. Pelaksanaan Penelitian

Dalam penelitian ini peneliti, dalam pelaksanaan penelitian terdiri

dari beberapa tahap yaitu :

a. Pengambilan Data Awal / Pre Test

Pengambilan data awal (pre test) dilakukan selama kurang dari

30 menit, kuesioner yang terdiri dari pertanyaan pengetahuan

dibagikan oleh peneliti langsung kepada ibu hamil. Mendampingi

dan membimbing ibu hamil selama pengisian kuesioner.

b. Pelaksanaan Intervensi / Perlakuan

Setelah pengambilan data awal / pre test selanjutnya dilakukan

intervensi oleh peneliti. Intervensi yang dilakukan dalam penelitian

ini adalah memberikan pendidikan pada kelas ibu hamil

menggunakan prinsip belajar orang dewasa (BOD) dengan

menggunakan lembar balik, KB kit, sedangkan metode yang

digunakan adalah ceramah, tanya jawab, curah pendapat dan

penugasan (peseta ditugaskan untuk membaca buku KIA) yang

dilakukan sebanyak dua kali yang dilakukan setiap satu kali dalam

se-Minggu dengan waktu tiap kali pertemuan 120 menit.

c. Pengambilan Data Akhir / Post Test

Pengambilan data akhir/post test dilakukan setelah selesai

intervensi kelas ibu hamil, kuesioner yang digunakan sama dengan

kuesioner pada pengambilan data pre test untuk mengukur

pengetahuan. Waktu pelaksanaan post test lebih kurang 30 menit.

IKES PriNus Bukittinggi


40

Kuesioner dibagikan dan langsung di isi oleh ibu hamil pada waktu

yang bersamaan. Selanjutnya peneliti memeriksa kelengkapan

jawaban kuesioner dan ceklist setiap ibu hamil yang telah

dikumpulkan.

c. Sumber Media KIE

Media yang digunakan adalah perlengkapan yang sudah ada dalam

paket ibu hamil antara lain buku KIA, lembar balik, buku pegangan

fasilitator kelas ibu hamil, buku pelatihan kelas ibu dan buku pedoman

pelaksanaan kelas ibu hamil dll.

F. Pengolahan Data

Sebelum data dianalisa terlebih dahulu dilakukan pengolahan data

dengan cara sebagai berikut :

1. Editing

Editing merupakan kegiatan untuk melakukan pengecekan lembar

observasi atau formulir.

2. Coding

Coding merupakan kegiatan merubah data dalam bentuk huruf menjadi

angka.

3. Entry

Setelah lembar observasi terisi penuh dan benar, data diproses dengan

memasukkan data dari lembar observasi ke paket komputer yaitu dengan

program komputerisasi.

4. Cleaning

IKES PriNus Bukittinggi


41

Pembersihan data merupakan kegiatan pengecekan kembali data yang

sudah di entry.

5. Processing

Kemudian selanjutnya data diproses dengan mengelompokkan data ke

dalam variabel yang sesuai dengan menggunakan program komputerisasi.

G. Analisa Data

1. Analisa Univariat

Bertujuan untuk melihat distribusi frekuensi dari variabel

pengetahuan dengan nilai skor pengetahuan ibu hamil sebelum dan

sesudah perlakuan.

2. Analisa Bivariat

Analisis yang digunakan yaitu uji T-Test namun jika distribusi data

tidak normal yang dibuktikan dengan uji normalitas menggunakan

shapiro wilk dimana nilai p < 0,05. maka dipakai uji wilcoxon dengan

menggunakan uji non parametric. Uji non parametrik digunakan untuk

melihat rerata skor pengetahuan ibu mengenai KIA sebelum dan sesudah

intervensi. uji ini menggunakan uji wilcoxon yaitu membandingkan dua

jenis data sebelum dan sesudah intervensi dari subjek yang sama.

IKES PriNus Bukittinggi


42

DAFTAR PUSTAKA

Achmadi, F. U. (2014). Kesehatan Masyarakat Teori dan Aplikasi (Vol. 2).


Jakarta: PT. RajaGrafindo.
Agung. (2019). AKI di Indonesia Masih Tinggi. Diambil dari Universitas Gadjah
Mada website: https://www.ugm.ac.id/id/berita/17548-aki-di-indonesia-
masih-tinggi
Departemen Kesehatan RI. (2009). PELATIHAN BAGI PELATIH KELAS IBU
Kelas Ibu Hamil dan Kelas Ibu Balita. In Buku Pegangan Pelatih. Jakarta:
Direktorat Jenderal Bina Ind Kesehatan Masyarakat.
Dinas Kesehatan Provinsi Sumatera Barat. (2018). Profil Dinas Kesehatan
Provinsi Sumatera Barat 2017. Diambil dari www.dinkes.sumbarprov.go.id
Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat. (2019). Di Rakesnas 2019, Dirjen
Kesmas Paparkan Strategi Penurunan AKI dan Neonatal. Diambil dari
kesmas.kemkes website:
http://www.kesmas.kemkes.go.id/portal/konten/~rilis-berita/021517-di-
rakesnas-2019_-dirjen-kesmas-paparkan-strategi-penurunan-aki-dan-
neonatal
Hati, F. S., & Aryani, F. (2018). Efektifitas Kelas Ibu Hamil sebagai Upaya
Peningkatan Sikap dan Pengetahuan Ibu Tentang Post Partum Blues.
Prosiding Seminar Nasional Vokasi Indonesia, 1(2654–6493). Diambil dari
https://www.researchgate.net/publication/328926817_Efektifitas_Kelas_Ibu_
Hamil_sebagai_Upaya_Peningkatan_Sikap_dan_Pengetahuan_Ibu_Tentang_
Post_Partum_Blues
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2014a). Pedoman Pelaksanaan
Kelas Ibu Hamil (Revisi). Jakarta: Direktorat Jenderal BIna Gizi Dan KIA.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2014b). Pegangan Fasilitator Kelas
Ibu Hamil. Diambil dari kesga.kemkes.go.id/.../Pegangan Fasilitator Kelas
Ibu Hamil...
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2015). PETUNJUK TEKNIS
PENGGUNAAN BUKU KESEHATAN IBU DAN ANAK. Jakarta:
Departemen Kesehatan dan JICA (Japan International Cooperation Agency),.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. (2017). Pendekatan Keluarga dengan
Kelas Ibu. www.kesmas.kemkes.go.id. Diambil dari
http://www.kesmas.kemkes.go.id/portal/konten/~rilis-berita/010615-kelas-

IKES PriNus Bukittinggi


43

ibu
Linarsih. (2012). pengaruh kelas ibu hamil terhadap peningkatan pengetahuan
dan keterampilan ibu mengenai KIA di puskesmas Sempor II kabupaten
Kebumen. Diambil dari lib.ui.ac.id/file?file=digital/20321795-S-Linarsih.pdf
%0A%0A
Notoatmodjo, S. (2012). Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan d. Jakarta: Rineka
Cipta.
Notoatmodjo, Soekidjo. (2011). Kesehatan Masyarkat Ilmu dan Seni. Jakarta:
Rineka Cipta.
Pandori, J., Kartasurya, M. I., & Winarni, S. (2018). PENGGUNAAN BUKU
KIA SEBAGAI MEDIA EDUKASI PADA IBU HAMIL (Studi di Wilayah
Kerja Puskesmas Tlogosari Kulon, Tahun 2018). JURNAL KESEHATAN
MASYARAKAT (e-Journal), 6(April). Diambil dari
http://ejournal3.undip.ac.id/index.php/jkm
Priyambodo, U. (2018). Angka Kematian Ibu dan Bayi Indonesia Tertinggi Kedua
di Asia Tenggara - kumparan. Kumparan.com. Diambil dari
https://kumparan.com/@kumparansains/angka-kematian-ibu-dan-bayi-
indonesia-tertinggi-kedua-di-asia-tenggara
Trisnamansyah, S., & Fitriani, T. J. (2015). PERAN SERTA MASYARAKAT
UNTUK MEWUJUDKAN MILLENIUM DEVELOPMENT GOALs 2015
BIDANG KESEHATAN ( TUJUAN KE 4 DAN KE 5 ) MELALUI
PENDEKATAN KELAS IBU ( Studi Kasus di Desa Mekarsari Kecamatan
Ciparay Kabupaten Bandung ). Jurnal EMPOWERMENT, 1(2252), 77–84.
Diambil dari
http://e-journal.stkipsiliwangi.ac.id/index.php/empowerment/article/view/
618/448

IKES PriNus Bukittinggi

Anda mungkin juga menyukai