4.1 Tabel Hasil - Tabel perubahan fisik yang terjadi No Perlakuan Hasil pengamatan a. Pembuatan AgNO3 Warna AgNO3 : putih - Ditimbang AgNO3 9 gram Warna larutan : bening - Dilarutkan dalam 500 mL aquades b. Standarisasi larutan AgNO3 Warna larutan : bening - Diambil 25 mL larutan NaCl Warna larutan : bening - Ditambahkan 1 mL indicator Warna larutan : kuning susu da nada K2Cr2O4 5 % endapan putih - Dititrasi dengan AgNO3 c. Penetapan kadar NaCl dalam Warna larutan setelah titrasi : kuning sampel dengan endapan berwarna putih 1 gram garam dapur Dilarutkan hingga 250 mL Diambil 25 mL larutan + 1 mL indikator K2CrO4 2 % Dititrasi dengan AgNO3
- Tabel volume titran yang digunakan
No. Perlakuan Volume titran a. Standarisasi larutan AgNO3 15 mL b. Penetapan kadar NaCl dalam sampel 15,4 mL 4.2 Pembahasan
Argentometri atau titrasi pengendapan adalah penetapan kadar zat yang
didasarkan atas reaksi pembentukan endapan dari komponen zat uji dengan titran larutan perak nitrat (AgNO3). Hal dasar yang diperlukan dari titrasi jenis ini adalah pencapaian keseimbangan pembentukan yang cepat setiap kali titran ditambahkan pada analit, tidak adanya interferensi yang mengganggu titrasi dan titik akhir titrasi yang diamati. Pada argentometri ion perak memegang peranan penting dalam pembentukan endapan, cara ini dipakai untuk penetapan ion halida, anion yang dapat membentuk endapan garam perak, atau untuk penetapan kadar perak tersebut. Pada praktikum kali ini bertujuan untuk menstandarisasi larutan AgNO3, dengan NaCl, dan penetapan kadar NaCl dalam sampel garam dapur. Dalam praktikum kali ini memiliki tujuan sebagai berikut: membuat larutan AgNO3 0,1 N, standarisasi larutan AgNO3 dengan NaCl, dan penetapan kadar NaCl dalam sampe garam dapur. Pada percobaan pertama yaitu membuat larutan AgNO 3 0,1 N. dimana 9 gram AgNO3.xH2O ditimbang, kemudian dioven selama 1 jam. Proses pengovenan bertujuan untuk memisahkan hidratnya yang terperangkat pada butiran/Kristal AgNO3.xH2O, dimana air (hidratnya) dan pengotor yang terperangkap pada hidratnya menguap, sehingga didapatkan AgNO3 yang murni. Namun percobaan pertama tidak dilakukan pada praktikum kali ini. Pada percobaan kedua yaitu, standarisasi larutan AgNO3 dengan NaCl. Standarisasi larutan AgNO3 bertujuan untuk mengetahui konsentrasi larutan AgNO3 agar dapat dijadikan larutan baku sekunder. Meskipun pada percobaan pertama telah dilakukan pembuatan larutan AgNO3 0,1 N, namun supaya konsentrasi AgNO 3 lebih tepat dan akurat sehingga diperlukan standarisasi. Dalam hal ini, larutan AgNO 3 distandarisasi dengan larutan standar primer NaCl 0,1 N. Kemudian untuk dapat mengetahui titik akhir titrasi, digunakan larutan kalium kromat (K 2CrO4) encer. Indicator kalium kromat digunakan karena beberapa hal diantaranya, dapat berlangsung pada suasana netral, nilai Ksp (hasil kali kelarutan). Jika indicator kalium kromat digunakan dalam suasana asam, maka ion CrO 4, sebagian akan berubah menjadi Cr2O72- menurut reaksi; 2 H+(aq) + 2CrO4 2+(aq) Cr2O72-(aq) + H2O(l) Dan jika pada suasana basa maka akan terbentuk endapan AgOH yang selanjutnya teruari menjadi Ag2O sehingga titran terlalu banyak terpakai. Menurut reaksi 2Ag+(aq) + 2OH–(aq) AgOH(s) + Ag2O(s) + H2O(l) Reaksi tersebutlah yang mengurangi konsentrasi indicator dan menyebabkan tidak timbul endapannya atau sangat terlambat. Namun jika suasananya netral antara (6 dan 10) pada saat titrasi akan terbentuk endapan putih AgCl dan indikasi titik akhir tercapai terbentuknya endapan berwarna putih yang berasal dari . Kemudian ditinjau dari hasil kali kelarutannya, Ksp AgCl lebih rendah dibandingkan Ag 2CrO4. Dimana Ksp yang lebih rendah akan lebih mudah bereaksi dan membentuk endapan, dimana pada praktikum ini terbentuk endapan putih AgCl, dan volume yang dibutuhkan mencapai titik akhir titrasi adalah 15 ml, sehingga didapatkan normalitas AgNO 3 sebesar 0,1198 N. Pada percobaan ketiga, prinsipnya sama dengan pada percobaan kedua. Namun, pada percobaan ketiga ini larutan AgNO 3 yang telah distandarisasi digunakan untuk menentukan kadar NaCl dari sampel garam dapur. Berdasarkan hasil percobaan volume titrasi yang digunakan adalah 15,4 ml, hal yang sama juga terjadi antara percobaan kedua dan ketiga. Kemudian kadar NaCl dalam sampel sebesar 1,8 %. BAB V KESIMPULAN - Berdasarkan hasil percobaan yang telah dilakukan, maka dapat kesimpulan bahwa: Untuk membuat larutan AgNO3 0,1 N dapat dilakukan dengan mengoven AgNO3.xH2O selama 1 jam untuk memurnikan AgNO3 dari pengotor-pengotornya kemudian dilarutkan dalam aquades. - Pada standarisasi AgNO3 digunakan indicator K2CrO4 , karena lebih dan untuk mengetahui titik akhir titrasi yang ditandai terbentuknya endapan putih yang berasal dari AgCl dan indicator K2CrO4 juga bereaksi pada suasana netral. Sehingga didapatkan normalitas AgNO3 sebesar 0,1 N. - Penentuan kadar NaCl dalam garam dapur dilakukan dengan cara titrasi argentometri dimana diperoleh kadarnya 1,8 %. DAFTAR PUSTAKA
Brahmana, Satyanarayan, dkk. 2008. Spatial Variation in Hydrologycal
Characteristics of Chilika – A Coastal Lagoon of Indi. India : Depatment of Marine Sciences, Berhampur University. Chang, Raymond. 2005. Kimia Dasar Konsep-Konsep Inti Edisi Ketiga Jilid 1. Jakarta : Erlangga. Harjadi, W. 1986. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta : Gramedia. Khopkar, S. M. 1990. Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta : Universitas Indonesia Press. Tilawati, Wahyu, dkk. 2015. Identifikasi dan Penetapan Kadar Klorin (Cl 2) dalam Beras Putih di Pasar Tradisional Klepu dengan Metode Argentometri. Klaten : Prodi D III Farmasi, STIKES Muhammadiyah Klaten. LAMPIRAN PERHITUNGAN Standarisasi Larutan AgNO3 Vtitrasi x NAgNO3 = VNaCl x NNaCl 15 mL x NAgNO3 = 25 mL x 0,1 N 25 mL x 0,1 N NAgNO3 = 15 mL = 0,1 N
Penentuan Kadar NaCl
( V x N ) AgNO 3 x BE NaCl % NaCl = x 100% mg sampel ( 15,4 mL x 0,1 N ) AgNO 3 x 58,5 = x 100% 5000 mg = 1,8 % Dokumentasi
Sebelum dititrasi dengan AgNO3 Kanan: Indikator K2CrO4 Sesudah dititrasi dengan AgNO3 Kiri: Larutan/sampel NaCl