Anda di halaman 1dari 48

PROPOSAL INTERNSHIP

ANALISIS PROGRAM PUSKESMAS KLAMPIS NGASEM

DISUSUN OLEH:

LAILA MUFIDA 132114153014


CHANDRA RAHMADI 132114153017
YULIA YUNARA 132114153025
WA ODE DEWI HIDAYATI 132114153031
MARIA NORBERTA BWARIAT 132114153033
NIA PRISTINA 132114153039
NEISYA PRATIWINDYA SUDARSIWI 132114153046
NANIK LESTARI 132114153049

PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS AIRLANGGA
SURABAYA
2022

1
2

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami haturkan ke hadirat Allah SWT atas segala rahmat dan

karuniaNya yang diberikan sehingga makalah ini dapat diselesaikan dengan baik.

Terima kasih kepada seluruh teman-teman kelompok yang sangat berkonstribusi

dalam penyusunan makalah ini. Tak lupa kami ucapkan kepada dosen fasilititator

yang telah memberikan bimbingan dan arahan dalam penyusunan makalah ini.

Terima kasih juga penulis sampaikan kepada Kepala Puskesmas Klampis Ngasem

beserta Staf yang mana telah membantu kami dalam penyusunan makalah yang

berjudul “Analisis Program Puskesmas Klampis Ngasem”.

Penulis berharap makalah ini dapat memberikan kontribusi dalam

perkembangan ilmu pengetahuan. Kami sadar bahwa dalam proses penyusunan

makalah ini masih terdapat banyak kekurangan. Oleh karena itu, kami

mengharapkan kritik dan saran dari pembaca sekalian.

Surabaya, Juni 2022

Penulis
3

DAFTAR ISI

PROPOSAL INTERNSHIP ANALISIS PROGRAM PUSKESMAS KLAMPIS

NGASEM .............................................................................................................. 1

KATA PENGANTAR .......................................................................................... 2

DAFTAR ISI ......................................................................................................... 3

BAB 1 PENDAHULUAN .................................................................................... 5

1.1 LATAR BELAKANG ............................................................................ 5

1.2 Rumusan Masalah .................................................................................. 7

1.3 Tujuan ..................................................................................................... 7

1.3.1 Tujuan Umum .................................................................................... 7

1.3.2 Tujuan Khusus .................................................................................... 7

1.3.3 Manfaat ............................................................................................... 7

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................... 8

2.1 Konsep Diabetes Mellitus....................................................................... 8

2.1.1 Definisi ............................................................................................ 8

2.1.2 Jenis Diabetes Melitus..................................................................... 8

2.1.3 Manifestasi Klinis Diabetes Melitus ............................................... 9

2.1.4 Faktor Resiko Diabetes Melitus .................................................... 11

2.1.5 Pemeriksaan Fisik ......................................................................... 11

2.1.6 Pengendalian Diabetes Meilitus Infodatin- Situasi dan Analisis

Diabetes 12

2.1.7 Pilar Penatalaksanaan Diabetes Melitus........................................ 14


4

2.1.8 Komplikasi Diabetes Melitus ........................................................ 27

1) Komplikasi Diabetes Melitus Akut...................................................... 27

2) Komplikasi Diabetes Melitus Kronis................................................... 28

2.2 Konsep Dasar Kader ............................................................................. 31

2.2.1 Pengertian Kades Posyandu .......................................................... 31

2.2.4 Syarat-Syarat Menjadi kader Posyandu ........................................ 33

BAB 3.................................................................................................................. 34

3.1 Rancangan Pengembangan Produk ...................................................... 34

3.1.1 Judul/ Nama ...................................................................................... 34

3.1.2 Tujuan ............................................................................................... 34

1.1.4 Algoritma ...................................................................................... 35

3.1.5 Use Case Diagram ......................................................................... 36

3.1.6 Fitur dan Interface ............................................................................... 37

3.2 Analisis Rancangan Pengembangan Produk ........................................ 39

3.2.1 Kelebihan ...................................................................................... 39

3.2.2 Kekurangan ................................................................................... 40

BAB 4 PENUTUP.............................................................................................. 41

4.1 KESIMPULAN ......................................................................................... 41

4.2 SARAN...................................................................................................... 41
5

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Pembangunan di bidang kesehatan adalah bagian integral dari

pembangunan nasional yang meiliki tujuan meningkatkan kesadaran, kemauan

dan kapasitas hidup sehat sehingga setiap orang agar menyadari tingkat kesehatan

masyarakat semaksimal mungkin. Dalam Peraturan Menteri Kesehatan

(Permenkes) Nomor 8 Tahun 2019 tentang Pemberdayaan Masyarakat Bidang

Kesehatan diuraikan bahwa Pemberdayaan Masyarakat adalah proses untuk

meningkatkan pengetahuan, kesadaran dan kemampuan individu, keluarga serta

masyarakat untuk berperan aktif dalam upaya kesehatan yang dilaksanakan

dengan cara fasilitasi proses pemecahan masalah melalui pendekatan edukatif dan

partisipatif serta memperhatikan kebutuhan potensi dan sosial budaya setempat

(Kemkes RI, 2019).

Hari Diabetes Nasional selalu diperingati pada tanggal 18 April yang

diresmikan oleh Kementrian Kesehatan Republik Indonesia guna menyadarkan

masyarakat untuk menjaga kesehatan agar terhindar dari penyakit Diabetes

Melitus. Hal ini dilakukan karena diketahui bahwa Indonesia selalu menempati

posisi tertinggi di dunia. Di lansir dari data International Diabetes Federation

(IDF) 2021, saat ini Indonesia menempati posisi kelima dalam daftar. Penyakit

Diabetes ini merupakan pintu masuk bagi penyakit-penyakit lainnya seperti

stroke, penyakit jantung, infeksi kaki, kerusakan kulit atau gangrene yang dapat

mengakibatkan amputasi, gagal ginjal dan bahkan disfungsi seksual sekalipun.

Begitu juga dengan penyakit Hipertensi menyerang siapa saja baik muda

maupun tua. Hipertensi merupakan salah satu penyakit paling mematikan didunia.
6

Hipertensi atau tekanan. Diperkirakan 1,28 Miliar orang dewasa berusia

30-79 tahun di seluruh dunia menderita hipertensi, sebagian besar (dua pertiga)

tinggal di negara berpenghasilan rendah dan menengah. Diperkirakan 46% orang

dewasa dengan hipertensi tidak menyadari bahwa mereka memiliki kondisi

tersebut. Kurang dari setengah orang dewasa (42%) dengan hipertensi didiagnosis

dan diobati. Sekitar 1 dari 5 orang dewasa (21%) dengan hipertensi dapat

mengontrolnya. Hipertensi merupakan penyebab utama kematian dini di seluruh

dunia. Salah satu target global penyakit tidak menular adalah menurunkan

prevalensi hipertensi sebesar 33% antara tahun 2010 dan 2030 (WHO 2022). Kota

Surabaya termasuk ke dua tertinggi kota atau kabupaten di Jawa Timur yang

memiliki jumlah penderita hipertensi, yaitu sebanyak 724.582 orang (Dinas

Kesehatan Provinsi Jawa Timur,2020)

Diera globalisasi saat ini teknologi semakin canggih dan sangat membantu

manusia dalam beraktivitas, mengerjakan segala macam pekerjaan maupun

berkomunikasi. Contoh kemajuan teknologi yang dapat kita gunakan sehari-hari

yaitu melalui internet. Jaringan internet dapat menghubungan ke seluruh dunia.

Dengan teknologi website melalui internet masyarakat dapat memberi maupun

mengambil data secara mudah (Ma’arif,2019)

Berdasarkan hasil dari wawancara dengan kader yang ada diwilayah kerja

puskesmas klampis ngasem bahwa setiap kader ikut mendampingi semua

kegiatan yang ada yaitu posyandu balita, posyandu lansia dan kegiatan pendataan

lainnya, selama ini dalam melakukan pendataan semua kader masih melakukan

secara manual dengan mengisi format yang telah diberikan dari pihak puskesmas,.

Dan mereka juga menyampaikan untuk yang terbaru mereka sudah mulai

menggunakan google form dalam melakukan pendokumentasian Mereka juga


7

mengatakan jika selalu mengikuti kegiatan pelatihan yang diadakan oleh

puskesmas terkait keterbaruan informasi, sejauh ini tidak ada kesulitan dalam

pelaksanaan tugas sebagai kader.

Dari hasil wawancara tersebut, maka harapannya aplikasi ini dapat

membantu meningkatkan pengetahuan dan keterampilan kepada kader agar kader

dalam mempelajari dan mengakses WEB.

1.2 Rumusan Masalah

Bagaimanakah Pemberdayaan Kader Melalui Edukasi Berbasis WEB ?

1.3 Tujuan

1.3.1 Tujuan Umum

Untuk mengetahui tingkat pengetahuan dan penggunaan berbasis WEB

berupa Diabetes Mellitus dan Hipertensi

1.3.2 Tujuan Khusus

1. Mengetahui Konsep Diabetes Mellitus

2. Mengetahui Konsep Hipertensi

3. Mengetahui Konsep Kader Kesehatan

1.3.3 Manfaat

1. Untuk meningkatkan pengetahuan kader tentang Diabetes Mellitus

2. Untuk meningkatkan pengetahuan kader tentang Hipertensi

3. Untuk meningkatkan pengetahuan kader tengtang penggunaaan edukasi

berbasis wEB
BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep Diabetes Mellitus

2.1.1 Definisi

Diabetes merupakan penyakit menahun (kronis) berupa gangguan

metabolik yang ditandai dengan kadar gula darah yang melebihi batas normal.

Penyebab kenaikan kadar gula darah tersebut menjadi landasan pengelompokan

jenis diabetes mellitus (Pangribowo, 2020)

2.1.2 Jenis Diabetes Melitus

Diabetes melitus tipe 1

Diabetes yang disebabkan kenaikan gula darah karena kerusakan sel beta pankreas

sehingga produksi insulin tidak ada sama sekali. Insulin adalah hormon yang

dihasilkan oleh pankreas untuk mencerna gula dalam darah. Penderita diabetes

tipe 1 membutuhkan asupan insulin dari luar tubuhnya.

8
9

Gambar 1 Diabetes melitus tipe 1

Diabetes Melitus tipe 2

Disebebakan kenaikan gula darah karena penurunan sekresi insulin yang rendah

oleh kelenjar pankreas

Gambar 2 Diabetes melitus tipe 1

Diabetes melitus tipe gestasional

Diabetes tipe ini ditandai dengan kenaikan gula darah selama masa kehamilan.

Gangguan ini biasanya terjadi pada minggu ke 24 kehamilan dan kadar gula

ddarah kembali normal setelah persalinan.

2.1.3 Manifestasi Klinis Diabetes Melitus

Gaya hidup yang tidak baik menyumbang terjadinya faktor risiko terjadinya

diabetes melitus. Secara umum, penderita diabetes melitus ditandai dengan

merasakan haus, lapar, buang air kecil yang berlebihan hingga menurunnya berat

badan secara drastis. Gejala diabetes dibagi menjadi dua, yaitu gejala akut dan

gejala kronik (Tandra, 2017). Masing-masing diuraikan sebagai berikut:


10

1) Gejala Akut

Gejala ini umum ditemui pada mayoritas penderita DM, dan porsinya tidak

selalu sama. Bahkan ada penderita DM yang tidak menunjukkan gejala ini.

Tahapan gejala akut pada penderita DM dikelompokkan menjadi beberapa

fase, diantaranya:

a. Dimulai dengan gejala yang dikenal dengan 3P-serba-banyak yaitu

banyak makan (polifagia), banyak minum (polidipsia), dan banyak

kencing (poliuria). Pada fase ini ditandai dengan berat badan yang

bertambah naik atau gemuk.

b. Fase selanjutnya merupakan dampak dari tidak terobatinya fase pertama.

Pada fase ini, penderita tidak lagi mengalami 3P, melainkan hanya 2P,

yaitu polidipsia dan poliuria. Biasanya juga disertai dengan berat badan

yang turun drastis dalam kurun waktu 2-4 minggu, mudah lelah, hingga

timbul rasa mual hingga rasa ingin jatuh.

2) Gejala Kronik

Gejala ini merupakan gejala yang timbul pada penderita yang terdiagnosis DM

setelah beberapa bulan atau beberapa. Penderita cenderung menyadari dirinya

menderita DM setelah mengalami gejala. Beberapa yang termasuk gejala

kronik diantaranya kesemutan lebih sering, kulit penderita terasa panas, seperti

tertusuk jarum, mudah lelah, mengantuk, kulit merasa tebal, kram, pandangan

mata mulai kabur, gatal di area kemaluan, gigi mudah goyah, kemampuan

seksual yang menurun atau impoten, hingga keguguran yang dialami oleh ibu

hamil (Tandra, 2017)

Pada fase awal penderita diabetes melitus sering kali tidak menyadari gejala-

gejala yang timbul. Ini karena beberapa orang memiliki tingkat pengetahuan yang
11

berbeda. Beberapa gejala seperti mudah lelah sering kali diartikan sebagai respon

tubuh yang kurang tidur atau depresi. Dalam mengidentifikasi gejala DM,

penderita hanya perlu mengenali dua kondisi utama yaitu (1) gula darah tinggi

akan membuat seseorang mudah buang air kecil (poliuria), dan (2) melalui

poliuria, seseorang akan merasa mudah haus (polidipsia) (Tandra, 2017)

2.1.4 Faktor Resiko Diabetes Melitus

Diabetes memiliki faktor resiko yang berkontribusi terhadap kejadian

penyakit. Faktor tersebut dibagi menjadi faktor yang dapat dimodifikasi dan faktor

yang tidak dapat dimodifikasi. Faktor yang tidak dapat dimodifikasi antara lain ras,

etnik, umur, jenis kelamin, riwayat keluarga dengan diabetes melitus, riwayat

melahirkan bayi >4.000 gram, riwayat lahir dengan berat badan lahir rendah (BBLR

<2.500 gram). Faktor resiko yang dapat dimodifikasi yaitu berat badan lebih,

oberitas abdominal/ sentral, kurangnya aktivitas fisik, hipertensi, displidenia, diet

tidak sehat dan tidak seimbang (tinggi kalori), kondisi prediabetes yang ditandai

dengan toleransi glukosa terganggu (TGT 140-199 mm/dl) atau gula darah puasa

terganggu (GDPT <140 mg/dl) dan merokok (Pangribowo, 2020)

2.1.5 Pemeriksaan Fisik

1) Keadaan umum

Penderita post debridement ulkus dm biasanya timbul nyeri akibat

pembedahan skala nyeri (0 - 10), luka kemungkinan rembes pada balutan.

Tanda-tanda vital pasien (peningkatan suhu, takikardi), kelemahan akibat

sisa reaksi obat anestesi.

2) Sistem pernapasan

Ada gangguan dalam pola napas pasien, biasanya pada pasien post

pembedahan pola pernafasannya sedikit terganggu akibat pengaruh obat


12

anesthesia yang diberikan di ruang bedah dan pasien diposisikan semi

fowler untuk mengurangi atau menghilangkan sesak napas.

3) Sistem kardiovaskuler

Denyut jantung, pemeriksaan meliputi inspeksi, palpasi, perkusi dan

auskultasi pada permukaan jantung, tekanan darah dan nadi meningkat.

4) Sistem pencernaan

Pada penderita post pembedahan biasanya ada rasa mual akibat sisa bius,

setelahnya normal dan dilakukan pengkajian tentang nafsu makan, bising

usus, berat badan.

5) Sistem musculoskeletal

Pada penderita ulkus diabetic biasanya ada masalah pada sistem ini karena

pada bagian kaki biasannya jika sudah mencapai stadium 3 – 4 dapat

menyerang sampai otot. Dan adanya penurunan aktivitas pada bagian kaki

yang terkena ulkus karena nyeri post pembedahan.

6) Sistem intregumen

Turgor kulit biasanya normal atau menurun akibat input dan output yang

tidak seimbang. Pada luka post debridement kulit dikelupas untuk membuka

jaringan mati yang tersembunyi di bawah kulit tersebut.

2.1.6 Pengendalian Diabetes Meilitus Infodatin- Situasi dan Analisis

Diabetes

Program Pengendalian diabetes melitus dilaksanakan secara terintegrasi

dalam program pengendalian penyakit tidak menular terintegrasl yaitu antara lain

(Kemkes RI, 2014):

1) Pendekatan faktor risiko penyakit tidak menular terintegrasi di fasilitas

layanan primer (Pandu PTM)


13

a. Untuk peningkatan tatalaksana faktor risiko utama (konseling berhenti

merokok, hipertensi, dislipidemia, obesitas dan lainnya) di fasilitas

pelayanan dasar (puskesmas, dokter keluarga, praktik swasta)

b. Tata laksana terintegrasi hipertensi dan diabetes melalui pendekatan

faktor risiko

c. Prediksi risiko penyakit jantung dan stroke dengan charta WHO

2) Posbindu PTM (Pos Pembinaan Terpadu Penyakit Tidak Menular)

Pemberdayaan masyarakat dalam meningkatkan kewaspadaan dini dalam

memonitoring faktor risiko menjadi salah satu tujuan dalam program pengendalian

penyakit tidak menular termasuk diabetes melitus. Posbindu PTM merupakan

program pengendalian faktor risiko penyakit tidak menular berbasis masyarakat

yang bertujuan meningkatkan kewaspadaan masyarakat terhadap faktor risiko baik

terhadap dirinya, keluarga dan masyarakat lingkungan sekitarnya.

3) CERDIK dan PATUH di Posbindu PTM dan Balai Gaya Hidup Sehat

Program PATUH, yaitu:

P: Periksa kesehatan secara rutin dan ikuti anjuran dokter

A: Atasi penyakit dengan pengobatan yang tepat dan teratur

T: Tetap diet sehat dengan gizi seimbang

U: Upayakan beraktivitas fisik dengan aman

H: Hindari rokok, alkohol dan zat karsinogenik lainnya

Program CERDIK, pesan peningkatan gaya hidup sehat yang disampaikan

di lingkungan sekolah, yaitu:

C: Cek kondisi kesehatan secara berkala

E: Enyahkan asap rokok

R: Rajin aktifitas fisik


14

D: Diet sehat dengan kalori seimbang

I: lstirahat yang cukup

K: Kendalikan stress

Beban penyakit diabetes sangatlah besar apalagi bila telah terjadi

komplikasi. Upaya pengendalian diabetes menjadi tujuan yang sangat

penting dalam mengendalikan dampak komplikasi yang menyebabkan

beban yang sangat be rat baik bagi individu maupun keluarga juga

pemerintah.

2.1.7 Pilar Penatalaksanaan Diabetes Melitus

1) Edukasi

Edukasi dengan tujuan promosi hidup sehat, perlu selalu dilakukan sebagai

bagian dari upaya pencegahan dan merupakan bagian yang sangat penting dari

pengelolaan DM secara holistik. Materi edukasi terdiri dari materi edukasi tingkat

awal dan materi edukasi tingkat lanjutan.

a. Materi edukasi pada tingkat awal dilaksanakan di Pelayanan Kesehatan Primer

yang meliputi:

a) Materi tentang perjalanan penyakit DM.

b) Makna dan perlunya pengendalian dan pemantauan DM secara

berkelanjutan.

c) Penyulit DM dan risikonya.

d) Intervensi non-farmakologi dan farmakologis serta target pengobatan.

e) Interaksi antara asupan makanan, aktivitas fisik, dan obat anti hiperglikemia

oral atau insulin serta obat-obatan lain.

f) Cara pemantauan glukosa darah dan pemahaman hasil glukosa darah atau

urin mandiri (hanya jika alat pemantauan glukosa darah mandiri tidak
15

tersedia).

g) Mengenal gejala dan penanganan awal hipoglikemia.

h) Pentingnya latihan jasmani yang teratur

i) Pentingnya perawatan kaki.

j) Cara menggunakan fasilitas perawatan kesehatan

b. Materi edukasi pada tingkat lanjut dilaksanakan di Pelayanan Kesehatan

Sekunder dan/atau Tersier, yang meliputi:

a) Mengenal dan mencegah penyulit akut DM.

b) Pengetahuan mengenai penyulit menahun DM.

c) Penatalaksanaan DM selama menderita penyakit lain.

d) Rencana untuk kegiatan khusus (contoh : olahraga prestasi)

e) Kondisi khusus yang dihadapi (contoh : hamil, puasa, kondisi rawat inap)

f) Hasil penelitian dan pengetahuan masa kini dan teknologi mutakhir tentang

DM.

g) Pemerliharaan/perawatan kaki.

Berikut Edukasi Perawatan Kaki adalah sebagai berikut :

a) Tidak boleh berjalan tanpa alas kaki, termasuk di pasir dan air.

b) Periksa kaki setiap hari dan dilaporkan pada dokter apabila kulit terkelupas,

kemerahan, atau luka.

c) Periksa alas kaki dari benda asing sebelum memakainya

d) Selalu menjaga kaki dalam keadaan bersih, tidak basah, dan mengoleskan

krim pelembab pada kulit kaki yang kering

e) Potong kuku secara teratur

f) Keringkan kaki dan sela − sela jari kaki secara teratur setelah dari kamar

mandi.
16

g) Gunakan kaos kaki dari bahan katun yang tidak menyebabkan lipatan pada

ujung-

ujung jari kaki

h) Kalau ada kalus atau mata ikan, tipiskan secara teratur

i) Jika sudah ada kelainan bentuk kaki, gunakan alas kaki yang dibuat khusus

j) Sepatu tidak boleh terlalu sempit atau longgar, jangan gunakan hak tinggi.

k) Hindari penggunaan bantal atau botol berisi air panas/batu untuk

menghangatkan kaki.

Perilaku hidup sehat bagi pasien DM adalah memenuhi anjuran :

a) Mengikuti pola makan sehat.

b) Meningkatkan kegiatan jasmani dan latihan jasmani yang teratur

c) Menggunakan obat DM dan obat lainya pada keadaan khusus secara aman

dan teratur.

d) Melakukan Pemantauan Glukosa Darah Mandiri (PGDM) dan

memanfaatkan hasil pemantauan untuk menilai keberhasilan pengobatan.

e) Melakukan perawatan kaki secara berkala.

f) Memiliki kemampuan untuk mengenal dan menghadapi keadaan sakit akut

dengan tepat.

g) Mempunyai keterampilan mengatasi masalah yang sederhana, dan mau

bergabung dengan kelompok pasien diabetes serta mengajak keluarga untuk

mengerti pengelolaan pasien DM.

h) Mampu memanfaatkan fasilitas pelayanan kesehatan yang ada.

Prinsip yang perlu diperhatikan pada proses edukasi DM adalah:

a) Memberikan dukungan dan nasehat yang positif serta hindari terjadinya

kecemasan.
17

b) Memberikan informasi secara bertahap, dimulai dengan hal-hal yang

sederhana dan dengan cara yang mudah dimengerti.

c) Melakukan pendekatan untuk mengatasi masalah dengan melakukan

simulasi.

d) Mendiskusikan program pengobatan secara terbuka, perhatikan keinginan

pasien. Berikan penjelasan secara sederhana dan lengkap tentang program

pengobatan yang diperlukan oleh pasien dan diskusikan hasil pemeriksaan

laboratorium.

e) Melakukan kompromi dan negosiasi agar tujuan pengobatan dapat diterima.

f) Memberikan motivasi dengan memberikan penghargaan.

g) Melibatkan keluarga/pendamping dalam proses edukasi.

h) Perhatikan kondisi jasmani dan psikologis serta tingkat pendidikan pasien

dan keluarganya.

i) Gunakan alat bantu audio visual.

2) Terapi Nutrisi Medis

Terapi nutrisi medis merupakan bagian penting dari penatalaksanaan DM

secara komprehensif. Kunci keberhasilannya adalah keterlibatan secara

menyeluruh dari anggota tim (dokter, ahli gizi, petugas kesehatan yang lain serta

pasien dan keluarganya). Terapi Nutrisi Medis sebaiknya diberikan sesuai dengan

kebutuhan setiap pasien DM agar mencapai sasaran.

Prinsip pengaturan makan pada pasien DM hampir sama dengan anjuran

makan untuk masyarakat umum, yaitu makanan yang seimbang dan sesuai dengan

kebutuhan kalori dan zat gizi masing-masing individu. Pasien DM perlu diberikan

penekanan mengenai pentingnya keteraturan jadwal makan, jenis dan jumlah


18

kandungan kalori, terutama pada mereka yang menggunakan obat yang

meningkatkan sekresi insulin atau terapi insulin itu sendiri (Kemenkes RI, 2019).

a. Komposisi Makanan yang Dianjurkan terdiri dari :

▪ Karbohidrat

- Karbohidrat yang dianjurkan sebesar 45 − 65% total asupan energi.

Terutama karbohidrat yang berserat tinggi.

- Pembatasan karbohidrat total < 130 g/hari tidak dianjurkan.

- Glukosa dalam bumbu diperbolehkan sehingga pasien diabetes dapat

makan sama dengan makanan keluarga yang lain.

- Sukrosa tidak boleh lebih dari 5% total asupan energi.

- Dianjurkan makan tiga kali sehari dan bila perlu dapat diberikan

makanan selingan seperti buah atau makanan lain sebagai bagian dari

kebutuhan kalori sehari.

▪ Lemak

- Asupan lemak dianjurkan sekitar 20 − 25% kebutuhan kalori, dan

tidak diperkenankan melebihi 30% total asupan energi.

- Komposisi yang dianjurkan:

o lemak jenuh (SAFA) < 7 % kebutuhan kalori.

o lemak tidak jenuh ganda (PUFA) < 10 %.

o selebihnya dari lemak tidak jenuh tunggal (MUFA) sebanyak 12-

15%

o Rekomendasi perbandingan lemak jenuh: lemak tak jenuh

tunggal : lemak tak jenuh ganda = 0.8 : 1.2: 1.

- Bahan makanan yang perlu dibatasi adalah yang banyak

mengandung lemak jenuh dan lemak trans antara lain:


19

- Daging berlemak dan susu full cream.

- Konsumsi kolesterol yang dianjurkan adalah < 200 mg/hari.

▪ Protein

- Pada pasien dengan nefropati diabetik perlu penurunan asupan protein

menjadi 0,8 g/kg BB perhari atau 10% dari kebutuhan energi, dengan

65% diantaranya bernilai biologik tinggi.

- Pasien DM yang sudah menjalani hemodialisis asupan protein menjadi

1−

1,2 g/kg BB perhari.

Sumber protein yang baik adalah ikan, udang, cumi, daging tanpa lemak,

ayam tanpa kulit, produk susu rendah lemak, kacang-kacangan, tahu dan tempe.

Sumber bahan makanan protein dengan kandungan saturated fatty acid (SAFA)

yang tinggi seperti daging sapi, daging babi, daging kambing dan produk hewani

olahan sebaiknya dikurangi untuk dikonsumsi.

▪ Natrium

- Anjuran asupan natrium untuk pasien DM sama dengan orang sehat

yaitu

< 1500 mg per hari.

- Pasien DM yang juga menderita hipertensi perlu dilakukan

pengurangan natrium secara individual.

- Pada upaya pembatasan asupan natrium ini, perlu juga memperhatikan

bahan makanan yang mengandung tinggi natrium antara lain adalah

garam dapur, monosodium glutamat, soda, dan bahan pengawet seperti

natrium benzoat dan natrium nitrit.


20

▪ Serat

- Pasien DM dianjurkan mengonsumsi serat dari kacang-kacangan, buah

dan sayuran serta sumber karbohidrat yang tinggi serat.

- Jumlah konsumsi serat yang disarankan adalah 20 − 35 gram per hari.

▪ Pemanis Alternatif

- Pemanis alternatif aman digunakan sepanjang tidak melebihi batas

aman (Accepted Daily Intake/ADI). Pemanis alternatif dikelompokkan

menjadi pemanis berkalori dan pemanis tak berkalori.

- Pemanis berkalori perlu diperhitungkan kandungan kalorinya sebagai

bagian dari kebutuhan kalori, seperti glukosa alkohol dan fruktosa.

- Glukosa alkohol antara lain isomalt, lactitol, maltitol, mannitol,

sorbitol dan xylitol.

- Fruktosa tidak dianjurkan digunakan pada pasien DM karena dapat

meningkatkan kadar LDL, namun tidak ada alasan menghindari

makanan seperti buah dan sayuran yang mengandung fruktosa alami.

- Pemanis tak berkalori termasuk aspartam, sakarin, acesulfame

potasium, sukrose, neotame.

b. Kebutuhan Kalori

Ada beberapa cara untuk menentukan jumlah kalori yang dibutuhkan pasien

DM, antara lain dengan memperhitungkan kebutuhan kalori basal yang besarnya 25

− 30 kal/kgBB ideal. Jumlah kebutuhan tersebut ditambah atau dikurangi

bergantung pada beberapa faktor yaitu: jenis kelamin, umur, aktivitas, berat badan,

dan lain-lain. Beberapa cara perhitungan berat badan ideal adalah sebagai berikut :

Perhitungan berat badan ideal (BBI) menggunakan rumus Broca yang

dimodifikasi :
21

Berat badan ideal = 90% x (TB dalam cm - 100) x 1 kg

Bagi pria dengan tinggi badan di bawah 160 cm dan wanita di bawah 150 cm, rumus

dimodifikasi menjadi:

Berat badan ideal (BBI) = (TB dalam cm − 100) x 1 kg

BB normal : BB ideal ± 10 %

Kurus : kurang dari BB ideal − 10%

Gemuk : lebih dari BB ideal + 10%

Perhitungan berat badan ideal menurut Indeks Massa Tubuh (IMT). Indeks massa

tubuh dapat dihitung dengan rumus :

IMT = BB (kg)/TB (m2)

Klasifikasi IMT :

o BB kurang < 18,5

o BB normal 18,5 − 22,9

o BB lebih ≥ 23,0

- Dengan risiko 23,0 − 24,9

- Obese I 25,0 − 29,9

- Obese II ≥ 30

c. Faktor-faktor yang menentukan kebutuhan kalori antara lain :

a) Jenis Kelamin

Kebutuhan kalori basal perhari untuk perempuan sebesar 25 kal/kgBB

sedangkan untuk pria sebesar 30 kal/kgBB.

b) Umur

• Pasien usia di atas 40 tahun, kebutuhan kalori dikurangi 5% untuk setiap

dekade antara 40 dan 59 tahun.

• Pasien usia di antara 60 dan 69 tahun, dikurangi 10%.


22

• Pasien usia di atas usia 70 tahun, dikurangi 20%.

c) Aktivitas Fisik atau Pekerjaan

• Kebutuhan kalori dapat ditambah sesuai dengan intensitas aktivitas fisik.

• Penambahan sejumlah 10% dari kebutuhan basal diberikan pada

keadaan istirahat.

• Penambahan sejumlah 20% pada pasein dengan aktivitas ringan :

pegawai kantor, guru, ibu rumah tangga

• Penambahan sejumlah 30% pada aktivitas sedang : pegawai industri

ringan, mahasiswa, militer yang sedang tidak perang

• Penambahan sejumlah 40% pada aktivitas berat: petani, buruh, atlet,

militer dalam keadaan latihan

• Penambahan sejumlah 50% pada aktivitas sangat berat : tukang becak,

tukang gali.

d) Stres Metabolik

Penambahan 10 − 30% tergantung dari beratnya stress metabolik (sepsis,

operasi, trauma).

e) Berat Badan

Pasien DM yang gemuk, kebutuhan kalori dikurangi sekitar 20 − 30%

tergantung kepada tingkat kegemukan.

Pasien DM kurus, kebutuhan kalori ditambah sekitar 20 − 30% sesuai

dengan kebutuhan untuk meningkatkan BB.

Jumlah kalori yang diberikan paling sedikit 1000 − 1200 kal perhari untuk

wanita dan 1200 − 1600 kal perhari untuk pria.

Secara umum, makanan siap saji dengan jumlah kalori yang terhitung dan

komposisi tersebut di atas, dibagi dalam 3 porsi besar untuk makan pagi (20%),
23

siang (30%), dan sore (25%), serta 2-3 porsi makanan ringan (10 - 15%) di

antaranya. Tetapi pada kelompok tertentu perubahan jadwal, jumlah dan jenis

makanan dilakukan sesuai dengan kebiasaan. Untuk pasien DM yang mengidap

penyakit lain, pola pengaturan makan disesuaikan dengan penyakit penyerta.

3) Latihan Fisik

Latihan fisik merupakan salah satu pilar dalam pengelolaan DM tipe 2.

Program latihan fisik secara teratur dilakukan 3 − 5 hari seminggu selama sekitar

30 − 45 menit, dengan total 150 menit per minggu, dengan jeda antar latihan tidak

lebih dari 2 hari berturut-turut. Kegiatan sehari-hari atau aktivitas sehari-hari bukan

termasuk dalam latihan fisik. Latihan fisik selain untuk menjaga kebugaran juga

dapat menurunkan berat badan dan memperbaiki sensitivitas insulin, sehingga akan

memperbaiki kendali glukosa darah. Latihan fisik yang dianjurkan berupa latihan

fisik yang bersifat aerobik dengan intensitas sedang (50 − 70% denyut jantung

maksimal) seperti jalan cepat, bersepeda santai, jogging, dan berenang. Denyut

jantung maksimal dihitung dengan cara mengurangi 220 dengan usia pasien.

Pasien diabetes dengan usia muda dan bugar dapat melakukan 90

menit/minggu dengan latihan aerobik berat, mencapai > 70% denyut jantung

maksimal. Pemeriksaan glukosa darah dianjurkan sebelum latihan fisik. Pasien

dengan kadar glukosa darah < 100 mg/dL harus mengkonsumsi karbohidrat terlebih

dahulu dan bila > 250 mg/dL dianjurkan untuk menunda latihan fisik. Pasien diabetes

asimptomatik tidak diperlukan pemeriksaan medis khusus sebelum memulai

aktivitas fisik intensitas ringan-sedang, seperti berjalan cepat. Subyek yang akan

melakukan latihan intensitas tinggi atau memiliki kriteria risiko tinggi harus

dilakukan pemeriksaan medis dan uji latih sebelum latihan fisik.

Pada pasien DM tanpa kontraindikasi (contoh: osteoartritis, hipertensi yang


24

tidak terkontrol, retinopati, nefropati) dianjurkan juga melakukan resistance training

(latihan beban) 2 − 3 kali/perminggu sesuai dengan petunjuk dokter. Latihan fisik

sebaiknya disesuaikan dengan umur dan status kesegaran fisik. Intensitas latihan

fisik pada pasien DM yang relatif sehat bisa ditingkatkan, sedangkan pada pasien

DM yang disertai komplikasi intesitas latihan perlu dikurangi dan disesuaikan

dengan masing-masing individu.

4) Terapi Farmakologis

Terapi farmakologis diberikan bersama dengan pengaturan makan dan

latihan jasmani (gaya hidup sehat). Terapi farmakologis terdiri dari obat oral dan

bentuk suntikan.

a. Obat Antihiperglikemia Oral

Berdasarkan cara kerjanya, obat anti-hiperglikemia oral dibagi menjadi 6

golongan:

a) Pemacu Sekresi Insulin (Insulin Secretagogue)

• Sulfonilurea

Obat golongan ini mempunyai efek utama meningkatkan sekresi insulin

oleh sel beta pankreas. Efek samping utama adalah hipoglikemia dan

peningkatan berat badan. Hati-hati menggunakan sulfonilurea pada

pasien dengan risiko tinggi hipoglikemia (orang tua, gangguan fungsi hati

dan ginjal). Contoh obat dalam golongan ini adalah glibenclamide,

glipizide, glimepiride, gliquidone dan gliclazide.

• Glinid

Glinid merupakan obat yang cara kerjanya mirip dengan sulfonilurea,

namun berbeda lokasi reseptor, dengan hasil akhir berupa penekanan pada

peningkatan sekresi insulin fase pertama.


25

Golongan ini terdiri dari 2 macam obat yaitu Repaglinid (derivat asam

benzoat) dan Nateglinid (derivat fenilalanin). Obat ini diabsorbsi dengan

cepat setelah pemberian secara oral dan diekskresi secara cepat melalui

hati. Obat ini dapat mengatasi hiperglikemia postprandial. Efek

samping yang mungkin terjadi adalah hipoglikemia. Obat golongan glinid

sudah tidak tersedia di Indonesia.

b. Peningkat Sensitivitas terhadap Insulin (Insulin Sensitizers).

• Metformin

Metformin mempunyai efek utama mengurangi produksi glukosa hati

(glukoneogenesis), dan memperbaiki ambilan glukosa di jaringan

perifer. Metformin merupakan pilihan pertama pada sebagian besar

kasus DM tipe 2. Dosis metformin diturunkan pada pasien dengan

gangguan fungsi ginjal (LFG 30 − 60 ml/menit/1,73 m 2). Metformin

tidak boleh diberikan pada beberapa keadaan seperti LFG < 30

mL/menit/1,73 m2, adanya gangguan hati berat, serta pasien-pasien

dengan kecenderungan hipoksemia (misalnya penyakit

serebrovaskular, sepsis, renjatan, PPOK (Penyakit Paru Obstruktif

Kronik), gagal jantung NYHA (New York Heart Association)

fungsional kelas III-IV. Efek samping yang mungkin terjadi adalah

gangguan saluran pencernaan seperti dispepsia, diare, dan lain-lain.

• Tiazolidinedion (TZD)

Tiazolidinedion merupakan agonis dari Peroxisome Proliferator

Activated Receptor Gamma (PPAR-gamma), suatu reseptor inti yang

terdapat antara lain di sel otot, lemak, dan hati. Golongan ini

mempunyai efek menurunkan resistensi insulin dengan meningkatkan


26

jumlah protein pengangkut glukosa, sehingga meningkatkan ambilan

glukosa di jaringan perifer. Tiazolidinedion menyebabkan retensi

cairan tubuh sehingga dikontraindikasikan pada pasien dengan gagal

jantung (NYHA fungsional kelas III-IV) karena dapat memperberat

edema/retensi cairan. Hati-hati pada gangguan faal hati, dan bila

diberikan perlu pemantauan faal hati secara berkala. Obat yang masuk

dalam golongan ini adalah pioglitazone.

• Penghambat Alfa Glukosidase

Obat ini bekerja dengan menghambat kerja enzim alfa glukosidase di

saluran pencernaan sehingga menghambat absorpsi glukosa dalam

usus halus. Penghambat glukosidase alfa tidak digunakan pada

keadaan LFG ≤ 30 ml/min/1,73 m2, gangguan faal hati yang berat,

irritable bowel syndrome (IBS). Efek samping yang mungkin terjadi

berupa bloating (penumpukan gas dalam usus) sehingga sering

menimbulkan flatus.

c. Obat Antihiperglikemia Suntik

Termasuk anti hiperglikemia suntik, yaitu insulin, GLP-1 RA dan

kombinasi insulin dan GLP-1 RA.

5) Monitoring Kadar Gula Darah

Tujuan utama pengobatan penderita diabetes adalah kemampuan untuk

mengelola penyakitnya secara mandiri, dan penderita diabetes beserta keluarganya

dapat mengukur kadar gula darahnya dengan cepat dan akurat karena insulin

bergantung pada mereka.

Komponen penatalaksanaan diabetes militus antara lain pemberian insulin,

penyiapan makan, olah raga, dan pelatihan yang didukung dengan swa-monitor
27

(home monitoring). Semua komponen harus diterapkan secara terintegrasi untuk

regulasi metabolisme yang baik. Faktor pendidikan, sosial ekonomi dan

kepercayaan merupakan beberapa faktor yang perlu diperhatikan ketikaberhadapan

dengan pasien, terutama dalam hal pendidikan.

Pemantauan gula darah mandiri adalah pemeriksaan guladarah berkala yang

dilakukan oleh individu dan / atau keluarganya menggunakan pengukur glukosa

darah. Swa-monitor (pemantauan glukosa mandiri) gula darah dapat dilakukan oleh

orang-orang yang telah dididik oleh staf medis yang terlatih. Penggunaan

glukometer yang tidak tepat dapat menyebabkan kadar gula darah tidak akurat

hingga 91-97%. Swa-monitor glukosa darah terstruktur adalah pemeriksaan diri

dan pencatatan hasil glukosa darah yang dilakukan pada waktu tertentusepanjang

hari, dalam kurun waktutertentu, tergantung pada rejimenpengobatan setiap pasien

diabetes untuk analisis selanjutnya guna merencanakan penyesuaian rejimen

pengobatan dan / atau gaya hidup .

2.1.8 Komplikasi Diabetes Melitus

Komplikasi diabetes melitus terbagi menjadi 2 jenis, yaitu jangka pendek

(akut) dan jangka panjang (kronis). Hipoglikemia dan ketoasidosis adalah bentuk

komplikasi diabetes akut, sedangkan komplikasi diabetes kronis terjadi ketika

diabetes melitus sudah memengaruhi fungsi mata, jantung, ginjal, kulit, saluran

pencernaan, saraf dan impoten (Sulistyowati, 2017).

1) Komplikasi Diabetes Melitus Akut

Komplikasi diabetes melitus akut bisa disebabkan oleh 2 hal, yaitu

peningkatan dan penurunan kadar gula darah yang drastis. Kondisi ini memerlukan

penanganan medis segera. Jika terlambat ditangani, bisa menyebabkan hilangnya

kesadaran, kejang, hingga kematian.


28

Komplikasi diabetes melitus akut terbagi menjadi 3 macam, yaitu:

a. Hipoglikemia

Hipoglikemia adalah kondisi ketika terjadi penurunan kadar gula darah

secara drastis akibat tingginya kadar insulin dalam tubuh, terlalu banyak

mengonsumsi obat penurun gula darah, atau terlambat makan.

Gejalanya meliputi penglihatan kabur, jantung berdetak cepat, sakit kepala, tubuh

gemetar, keringat dingin, dan pusing. Kadar gula darah yang terlalu rendah, bahkan

bisa menyebabkan pingsan, kejang, dan koma.

b. Ketosiadosis diabetik (KAD)

Ketosiadosis diabetik adalah kondisi kegawatan medis akibat peningkatan

kadar gula darah yang terlalu tinggi. Ini adalah komplikasi diabetes melitus yang

terjadi ketika tubuh tidak dapat menggunakan gula atau glukosa sebagai sumber

bahan bakar, sehingga tubuh mengolah lemak dan menghasilkan zat keton sebagai

sumber energi.

Jika tidak segera mendapat penanganan medis, kondisi ini dapat menimbulkan

penumpukan zat asam yang berbahaya di dalam darah, sehingga menyebabkan

dehidrasi, koma, sesak napas, atau bahkan kematian.

c. Hyperosmolar hyperglycemic state (HHS)

Kondisi ini juga merupakan salah satu kegawatan medis pada penyakit

kencing manis, dengan tingkat kematian mencapai 20%. HHS terjadi akibat adanya

lonjakan kadar gula darah yang sangat tinggi dalam waktu tertentu. Gejala HHS

ditandai dengan haus yang berat, kejang, lemas, gangguan kesadaran, hingga koma.

2) Komplikasi Diabetes Melitus Kronis


29

Komplikasi jangka panjang biasanya berkembang secara bertahap saat

diabetes tidak dikelola dengan baik. Tingginya kadar gula darah yang tidak

terkontrol dari waktu ke waktu akan meningkatkan risiko komplikasi, yaitu

kerusakan serius pada seluruh organ tubuh.

Beberapa komplikasi jangka panjang pada penyakit diabetes melitus adalah:

a. Gangguan pada mata (retinopati diabetik)

Diabetes dapat merusak pembuluh darah di retina. Kondisi ini

disebut retinopati diabetik dan berpotensi menyebabkan kebutaan. Pembuluh darah

di mata yang rusak karena diabetes juga meningkatkan risiko gangguan

penglihatan, seperti katarak dan glaukoma.

Deteksi dini dan pengobatan retinopati secepatnya dapat mencegah atau menunda

kebutaan. Oleh karena itu, penderita diabetes dianjurkan untuk

melakukan pemeriksaan mata secara teratur.

b. Kerusakan ginjal (nefropati diabetik)

Komplikasi diabetes melitus yang menyebabkan gangguan pada ginjal

disebut nefropati diabetik. Kondisi ini bisa menyebabkan gagal ginjal, bahkan bisa

berujung kematian jika tidak ditangani dengan baik. Saat terjadi gagal ginjal,

penderita harus melakukan cuci darah rutin atau transplantasi ginjal.

Diagnosis sejak dini, mengontrol glukosa darah dan tekanan darah, pemberian obat-

obatan pada tahap awal kerusakan ginjal, serta membatasi asupan protein adalah

cara yang bisa dilakukan untuk menghambat perkembangan diabetes yang

mengarah kepada gagal ginjal.

c. Kerusakan saraf (neuropati diabetik)

Tingginya kadar gula dalam darah dapat merusak pembuluh darah dan saraf

di tubuh, terutama kaki. Kondisi yang biasa disebut neuropati diabetik ini terjadi
30

ketika saraf mengalami kerusakan, baik secara langsung akibat tingginya gula darah

maupun karena penurunan aliran darah menuju saraf. Rusaknya saraf akan

menyebabkan gangguan sensorik dengan gejala berupa kesemutan, mati rasa, atau

nyeri. Kerusakan saraf juga dapat memengaruhi saluran pencernaan dan

menyebabkan gastroparesis. Gejalanya berupa mual, muntah, dan merasa cepat

kenyang saat makan. Komplikasi ini juga dapat menyebabkan disfungsi ereksi atau

impotensi pada pria. Sebenarnya, kerusakan saraf bisa dicegah dan ditunda jika

diabetes terdeteksi sejak dini. Dengan demikian, kadar gula darah bisa dikendalikan

dengan menerapkan pola makan dan pola hidup sehat, serta mengonsumsi obat

sesuai anjuran dokter.

d. Masalah kaki dan kulit

Masalah pada kulit dan luka pada kaki juga umum terjadi jika mengalami

komplikasi diabetes. Hal ini disebabkan oleh kerusakan pembuluh darah dan saraf,

serta terbatasnya aliran darah ke kaki. Gula darah yang tinggi juga memudahkan

bakteri dan jamur berkembang biak. Terlebih jika adanya penurunan kemampuan

tubuh untuk menyembuhkan diri sebagai akibat dari diabetes. Dengan demikian,

masalah pada kulit dan kaki pun tak dapat terelakkan. Jika tidak dirawat dengan

baik, kaki penderita diabetes berisiko mudah luka dan terinfeksi sehingga

menimbulkan gangren dan ulkus diabetikum. Penanganan luka pada kaki penderita

diabetes adalah dengan pemberian antibiotik, perawatan luka dengan benar, atau

bahkan amputasi bila kerusakan jaringan sudah parah.

e. Penyakit kardiovaskular

Kadar gula darah yang tinggi dapat menyebabkan kerusakan pada pembuluh

darah. Ini dapat menyebabkan gangguan sirkulasi darah di seluruh tubuh, termasuk

jantung. Komplikasi diabetes melitus yang menyerang jantung dan pembuluh


31

darah, meliputi penyakit jantung, stroke, serangan jantung, dan penyempitan arteri

(aterosklerosis).

2.2 Konsep Dasar Kader

2.2.1 Pengertian Kades Posyandu

Kader adalah setiap orang yang dipilih oleh masyarakat dan dilatih untuk

menggerakkan masyarakat berpartisipasi dalam pemberdayaan masyarakat bidang

kesehatan. Pemberdayaan Masyarakat adalah proses untuk meningkatkan

pengetahuan, kesadaran dan kemampuan individu, keluarga serta masyarakat untuk

berperan aktif dalam upaya kesehatan yang dilaksanakan dengan cara fasilitasi

proses pemecahan masalah melalui pendekatan edukatif dan partisipatif serta

memperhatikan kebutuhan potensi dan sosial budaya setempat (Kemkes RI, 2019).

Kader kesehatan masyarakat adalah laki-laki atau wanita yang dipilih oleh

masyarakat dan dilatih untuk menangani masalah-masalah kesehatan perseorangan

maupun masyarakat serta untuk bekerja dalam hubungan yang amat dekat dengan

tempat-tempat pemberian pelayanan kesehatan. Para kader kesehatan masyarakat

itu seyogyanya memiliki latar belakang pendidikan yang cukup sehingga

memungkinkan mereka untuk membaca, menulis dan menghitung secara

sederhana.

2.2.2 Strategi Pemberdayaan Masyarakat (Kader)

1) Peningkatan pengetahuan dan kemampuan masyarakat dalam

mengenali dan mengatasi permasalahan kesehatan yang dihadapi;

2) Peningkatan kesadaran masyarakat melalui penggerakan masyarakat;

3) Pengembangan dan pengorganisasian masyarakat;

4) Penguatan dan peningkatan advokasi kepada pemangku kepentingan;


32

5) Peningkatan kemitraan dan partisipasi lintas sektor, lembaga

kemasyarakatan, organisasi kemasyarakatan, dan swasta;

6) Peningkatan pemanfaatan potensi dan sumber daya berbasis kearifan

lokal; dan

7) Pengintegrasian program, kegiatan, dan/atau kelembagaan

Pemberdayaan Masyarakat yang sudah ada sesuai dengan kebutuhan

dan kesepakatan masyarakat (Kemkes RI, 2019).

2.2.3 Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat

Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat dilaksanakan dengan mengutamakan

pendekatan promotif dan preventif. Kegiatan pemberdayaan masyarakat (Kader)

menurut (Kemkes RI, 2019) yaitu meliputi:

1) Kesehatan ibu, bayi dan balita;

2) Kesehatan anak usia sekolah dan remaja;

3) Kesehatan usia produktif;

4) Kesehatan lanjut usia;

5) Kesehatan kerja;

6) Perbaikan gizi masyarakat;

7) Penyehatan lingkungan;

8) Penanggulangan penyakit menular dan tidak menular;

9) Kesehatan tradisional;

10) Kesehatan jiwa;

11) Kesiapsiagaan bencana dan krisis kesehatan; dan kegiatan peningkatan

kesehatan lainnya yang dibutuhkan oleh masyarakat setempat.


33

2.2.4 Syarat-Syarat Menjadi kader Posyandu

Menurut Sulistyorini, C.I dkk, 2010, seorang warga masyarakat dapat

diangkat menjadi seorang kader psoyandu apabila memenuhi persyaratan sebagai

berikut:

1) Dapat membaca dan menulis

2) Berjiwa sosial dan mau bekerja secara relawan

3) Mengetahui adat istiadat serta kebiasaan masyarakat

4) Mempunyai waktu yang cukup

5) Bertempat tinggal di wilayah posyandu

6) Berpenampilan ramah dan simpatik

7) Mengikuti pelatihan-pelatihan sebelum menjadi kader posyandu.


BAB 3

RANCANGAN PENGEMBANGAN INOVASI

3.1 Rancangan Pengembangan Produk

3.1.1 Judul/ Nama

Rancangan pengembangan produk inovasi yang dikembangkan melalui

teknologi yaitu dengan membuat web yang berisi video edukasi tentang diabetes

mellitus, termasuk cara pemeriksaan gula darah dan tekanan darah. Web edukasi

sebagai karya hasil dari kerjasama antara mahasiswa Magister Keperawatan

Peminatan Komunitas dengan Puskesmas Klampis Ngasem ini diberi nama “Kader

Hebat” yang berfokus memberikan informasi kesehatan.

3.1.2 Tujuan

Tujuan dari pengembangan web Kader Hebat ini adalah sebagai upaya

untuk meningkatkan dan memberdayakan kapasitas kader yaitu meningkatkan

pengetahuan dan keterampilan kader kesehatan yang ada di wilayah kerja

Puskesmas Klampis Ngasem.

1.1.3 Sasaran

Sasaran yang ditargetkan sebagai pengguna telegram bot “StuntBot” ini

adalah kader kesehatan wilayah kerja Puskesmas Klampis Ngasem. Pengembang

mengharapkan web Kader Hebat ini dapat digunakan oleh kader ketika melakukan

kegiatan-kegiatan kesehatan yang dapat membantu kader memberikan informasi

dan edukasi kepada masyarakat. Selain itu web Kader Hebat juga dirancang untuk

dapat terintegrasi dengan Puskesmas, sehingga Puskesmas dapat memberdayakan

dan memantau perkembangan performa kader.

34
35

1.1.4 Algoritma

Algoritma bertujuan untuk menggambarkan alur dan fungsi dalam web.

Berikut adalah algoritma dari web Kader Hebat:

Mulai

Tampilan Tampilan
selamat datang Klik “Daftar” data yang
harus diisi

Pilih “Masuk” Tampilan username


dan password

Tampilan halaman utama


Halaman 1. Performa kader
utama 2. Konten kelas

Isi kode untuk


Pilih “Konten Kelas” masuk konten

Fungsi Web
Kader Hebat 1. Tampilan materi:
Pilih “Edukasi” 1. Pengertian Tampil
2. Jenis an
3. Faktor risiko video
4. Tanda gejala dan
5. Komplikasi kuis
6. 5 Pilar
Penatalaksanaan
7. Pencegahan

Pilih “Pemeriksaan Tampilan


tekanan darah” video dan kuis

Tampilan
Pilih “Pemeriksaan gula video dan
darah” kuis

Pilih “logout” untuk


Gambar 3.1 Algoritma Web Kader Hebat
keluar

Finish
36

3.1.5 Use Case Diagram

Use Case Diagram bertujuan untuk menggambarkan siapa saja aktor yang

terlibat dan fungsi-fungsi apa saja yang bisa dilakukan dalam sebuah web. Aktor

dan fungsi-fungsi yang dirancang adalah sebagai berikut:

Menampilk Kuis
Edukasi Diabetes Pengertian an video masing-
ketika di masing
Jenis klik sub materi

Tanda dan gejala

Faktor Resiko

Pencegahan

5 Pilar
Penatalaksanaan
DM

Komplikasi
Menampilkan video prosedur

pemeriksaan tekanan darah


Pemeriksaan Menampilkan prosedur Kuis

tekanan darah pemeriksaan gula darah

Menampilkan informasi web


Tentang Kader
Pemeriksaan
Kuis
dan pengembang
Hebat
Gula Darah

Gambar 3.2 Use Case Diagram Web Kader Hebat


37

3.1.6 Fitur dan Interface

1. Tampilan rancangan halam masuk

Gambar 3.3 Tampilan rancangan masuk

2. Tampilan rancangan halaman tentang TB

Gambar 3.4 Halaman menu utama


38

3. Tampilan halaman kelas saya

Gambar 3.5 Tampilan halaman kelas saya

4. Halaman tentang kader hebat dan hubungi kami

Gambar 3.6 Halaman tentang kader hebat dan hubungi kami


39

3.2 Analisis Rancangan Pengembangan Produk

3.2.1 Kelebihan

Rancangan pengembangan produk web Kader Hebat ini memiliki beberapa

kelebihan yang bermanfaat, seperti:

1. Memberikan informasi dan edukasi tentang diabetes mellitus dan

pemeriksaannya guna meningkatkan pengetahuan dan keterampilan kader

kesehatan di wilayah kerja Puskesmas Klampis Ngasem.

2. Membantu pelaksanaan peningkatan kapasitas kader kesehatan sesuai

dengan program kader kesehatan oleh Wali Kota Surabaya.

3. Membantu pelaksanaan pencapaian peningkatan kesehatan demi

mewujudkan program SDGs pada goals ketiga yaitu kesehatan bagi seluruh

lapisan masyarakat.

4. Informasi yang disediakan ringkas dan mudah dimengerti oleh pengguna

terutama masyarakat luas, selain itu web ini juga terintegrasi dengan

Puskesmas, sehinga dapat dimanfaatkan dalam pendampingan dan

pemantauan perkembangan kader.

5. Kemudahan akses hanya dengan melakukan pencarian web.

6. Tidak memerlukan biaya. Alat yang dibutuhkan hanya perangkat seperti

handphone atau laptop serta jaringan internet.


40

3.2.2 Kekurangan

Rancangan pengembangan produk web Kader Hebat ini memiliki beberapa

kekurangan, seperti:

1. Pengguna harus memiliki perangkat dan jaringan internet yang dapat

mengakses web Kader Hebat.

2. Terdapat tantangan pada pemasaran produk karena masih banyak

masyarakat di Indonesia yang masih kurang dalam hal literasi digital

sehingga sosialisasi yang marak terkait produk sangat diperlukan.


41

BAB 4

PENUTUP

4.1 KESIMPULAN

Diabetes merupakan penyakit menahun (kronis) berupa gangguan

metabolik yang ditandai dengan kadar gula darah yang melebihi batas normal.

Peran Kader sangat penting dalam dalam pemberdayaan masyarakat bidang

Kesehatan. Oleh sebab itu pengembangan web Kader hebat ini di buat dengan

tujuan sebagai adalah sebagai upaya untuk meningkatkan dan memberdayakan

kapasitas kader yaitu meningkatkan pengetahuan dan keterampilan kader kesehatan

yang ada di wilayah kerja Puskesmas Klampis Ngasem. Pengembang

mengharapkan web Kader Hebat ini dapat digunakan oleh kader ketika melakukan

kegiatan-kegiatan kesehatan yang dapat membantu kader memberikan informasi

dan edukasi kepada masyarakat. Selain itu web Kader Hebat juga dirancang untuk

dapat terintegrasi dengan Puskesmas, sehingga Puskesmas dapat memberdayakan

dan memantau perkembangan performa kader.

4.2 SARAN

Selanjutnya dapat dilakukan sosialisasi tentang penyakit Diabetes Melitus di

masyarakat dan pengembangan web Kader hebat ini sehingga dapat membantu

kader dalam pelayanan kepada masyarakat.


42

PENJELASAN KEGIATAN SOSIALISASI DAN UJI COBA WEB KADER


HEBAT (INFORMATION FOR CONSENT)

Rancangan Produk: Web Kader Hebat


Tujuan
Menyusun pengembangan web kader hebat sebagai upaya meningkatkan kapasitas
kader kesehatan di Puskesmas Klampis Ngasem
Perlakuan yang diterapkan pada subjek
Adapun prosedur kegiatannya adalah sebagai berikut:
1. Bapak/Ibu/Saudara akan mendapatkan penjelasan tentang sosialisasi ini.
2. Jika Bapak/Ibu/Saudara berkenan ikut serta dalam sosialisasi, Anda akan
diminta secara sukarela menandatangani lembar persetujuan ikut serta dalam
sosialisasi
3. Responden yang dipilih merupakan kader kesehatan dan memiliki smartphone
4. Selanjutnya akan diberikan kuisioner pengetahuan tentang diabetes mellitus
5. Responden sosialisasi akan melakukan pengisian kuisioner
6. Selanjutnya mengikuti sosialisasi dan uji coba web kader hebat yang telah
dibuat oleh pengembang kemudian pengembang akan memfasilitasi pada
proses akses web kader hebat dan responden diajarkan cara penggunaannya.
7. Responden akan dinilai pengetahuan tentang diabetes mellitus sebelum dan
sesudah menggunakan web kader hebat yang diberikan oleh pengembang, serta
mengisi kuesioner feasibilitas.
8. Sosialisasi ini secara khusus tidak mempunyai dampak karena hanya pengisian
kuesioner dan pendampingan penggunaan web kader hebat.
Manfaat sosialisasi bagi subjek
Sosialisasi ini dapat memberikan manfaat pada responden yaitu mengetahui tentang
diabetes mellitus
Bahaya potensial
Sosialisasi ini tidak menimbulkan dampak yang berbahaya kepada responden
sosialisasi karena tindakan yang diberikan hanya mengisi kuesioner dan
pendampingan penggunaan web Tidak ada tindakan klinis sehingga tidak akan
mengakibatkan risiko luka fisik atau kematian.
Hak untuk undur diri
43

Keikutsertaan subjek dalam sosialisasi ini bersifat sukarela dan responden berhak
untuk mengundurkan diri kapanpun, tanpa menimbulkan konsekuensi merugikan
responden.
Adanya insentif untuk subjek sosialisasi
Seluruh subjek sosialisasi tidak mendapat insentif berupa uang tetapi akan
mendapatkan bingkisan/ cinderamata dan snack setiap kali kegiatan dari
pengembang
Informasi tambahan
Subjek sosialisasi dapat menanyakan semua hal yang berkaitan dengan sosialisasi
ini dengan menghubungi pengembang atau petugas Puskesmas Klampis Ngasem.
44

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI PARTISIPAN SOSIALISASI DAN


UJI COBA WEB KADER HEBAT (INFORMED CONSENT)

Yang bertandatangan di bawah ini:


Nama :
………………………………………………………………………………
Umur :
………………………………………………………………………………
Jenis kelamin :
………………………………………………………………………………
Alamat :
………………………………………………………………………………
No. Telp/ HP :
………………………………………………………………………………
Telah mendapat keterangan secara terinci dan jelas mengenai:
1. Kegiatan sosialisasi dan uji coba web kader hebat sebagai upaya untuk
meningkatkan kapasitas kader kesehatan di Puskesmas Klampis Ngasem
2. Prosedur sosialisasi dan uji coba
3. Kesempatan mengajukan pertanyaan mengenai segala sesuatu yang
berhubungan dengan sosialisasi tersebut. Oleh karena itu saya
bersedia/tidak bersedia*) secara sukarela untuk menjadi subjek sosialisasi
dengan penuh kesadaran serta tanpa keterpaksaan.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya tanpa tekanan dari
pihak manapun.

Surabaya,
Pengembang, Responden,

Mahasiwa M15 Peminatan Komunitas


45

KUISIONER FEASIBILITAS PENGEMBANGAN WEB KADER HEBAT


DALAM PENINGKATAN KAPASITAS KADER DI PUSKESMAS
KLAMPIS NGASEM

Petunjuk
1. Baca dengan teliti pertanyaan sebelum memberikan jawaban
2. Pilihlah jawaban yang sesuai dengan pendapat anda mengenai web kader hebat
dalam peningkatan kapasitas kader
3. Keterangan:
1) = sangat tidak sesuai
2) = tidak sesuai
3) = sesuai
4) = sangat sesuai
Nilai
No Pertanyaan
1 2 3 4
1 Web kader hebat ini sesuai dengan fungsinya
sebagai media pendidikan kesehatan tentang
diabetes mellitus dan pemeriksaannya
2 Menu Edukasi membantu saya mendapatkan
informasi umum tentang diabetes mellitus
3 Menu Pemeriksaan Tekanan Darah membantu
saya mengetahui cara pemeriksaan tekanan darah
dengan tensi digital dengan benar
4 Menu Pemeriksaan Gula Darah membantu saya
mengetahui cara pemeriksaan gula darah dengan
glukometer dengan benar
5 Web kader hebat ini dapat diakses dengan
mudah, serta dijalankan dengan mudah
6 Cara kerja dan prosedur penggunaan web kader
hebat ini mudah dipahami
7 Web dan fiturnya membantu saya untuk
mendapatkan informasi kesehatan dengan
mudah
8 Kerahasiaan pengguna web dijamin dengan
keamanan masing-masing telepon genggam
sehingga tidak sembarangan orang dapat
mengakesnya
9 Web kader hebat ini tidak mengalami penurunan
performa (lambat) atau error ketika digunakan
10 Web kader hebat ini dapat dijalankan pada
beberapa jenis telpon genggam yang berbeda
46

SATUAN ACARA KEGIATAN (SAK)


SOSIALISASI DAN UJI COBA WEB KADER HEBAT

Bidang Studi : Keperawatan


Topik : Sosialisasi dan Uji coba Web Kader Hebat
Sasaran : Kader kesehatan wilayah kerja Puskesmas Klampis
Ngasem
Tempat : Puskesmas Klampis Ngasem
Hari/tanggal :
A. ANALISA SITUASIONAL
1. Pengembang : Mahasiswa Program Studi Magister Keperawatan Peminatan
Komunitas
2. Peserta : Kader kesehatan wilayah kerja Puskesmas Klampis Ngasem
B. TUJUAN INSTRUKSIONAL
1. Tujuan Instruksional Umum
Setelah diberikan sosialisasi, peserta dalam hal ini sebagai pengguna dapat
menggunakan web kader hebat sebagai alat bantu untuk meningkatkan
pengetahuan dan keterampilan tentang diabetes mellitus
2. Tujuan Instruksional Khusus
Setelah kegiatan dilakukan, peserta dapat:
1) Mengetahui maksud dan tujuan intervensi pengembangan web kader hebat
2) Mampu menggunakan web kader hebat dengan baik
3) Mengevaluasi manfaat intervensi terhadap pengetahuan dan keterampilan
tentang diabetes mellitus
C. METODE
Penyampaian materi dan diskusi
D. ALAT DAN MEDIA
1. Smartphone
2. Lembar observasi
3. Modul Panduan Penggunaan Web Kader Hebat
4. Alat Tulis
E. SUSUNAN ACARA KEGIATAN
47

Kegiatan
No Tahap
Peneliti Peserta
1 Persiapan 1. Menyampaikan salam 1. Menjawab salam
2. Memperkenalkan diri 2. Mendengarkan
3. Meyampaikan tujuan 3. Memperhatikan
4.Memberikan lembar persetujuan 4. Tanda tangan persetujuan
2 Pelaksanaan 1. Memberikan penjelasan 1. Mendengarkan
pentingnya pengetahuan tentang 2. Memperhatikan
diabetes mellitus
2. Melakukan simulasi
penggunaan web kader hebat
3 Penutup 1. Mengevaluasi kembali 1. Bertanya
pemahaman peserta terhadap 2. Mendengarkan
materi yang disampaikan 3. Menjawab salam
2. Menutup pertemuan
3. Mengucapkan salam

F. PENGORGANISASIAN
Penanggungjawab : Mahasiswa Magister Keperawatan Peminatan Komunitas
G. DESKRIPSI PENGORAGANISASIAN
Pengembang:
1. Menjelaskan maksud dan tujuan kegiatan
2. Menjelaskan kegiatan yang akan dilakukan
3. Memberikan kuisioner pengetahuan tentang diabetes mellitus dan
feasibilitas web
48

REFERENSI

Kemenkes RI. (2019). Buku Pintar Kader Posbindu. Buku Pintar Kader Posbindu,

1–65.

http://p2ptm.kemkes.go.id/uploads/VHcrbkVobjRzUDN3UCs4eUJ0dVBndz

09/2019/03/Buku_Pintar_Kader_POSBINDU.pdf

Kemkes RI. (2014). Infodatin- Situasi dan Analisis Diabetes.

Kemkes RI. (2019). Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 8

Tahun 2019 Pemberdayaan Masyarakat Bidang Kesehatan. In Kementerian

Kesehatan RI.

Pangribowo, S. (2020). Infodatin: Tetap Produktif Cegah Dan Atasi Diabetes

Melitus. P2PTM, Kementerian Kesehatan RI.

Sulistyowati, L. (2017). Kebijakan Pengendalian DM di Indonesia. In Simposium

WDD (pp. 121–130).

Tandra. (2017). Segala Sesuatu Yang Harus Anda Ketahui Mengenai Diabetes

Meitus. PT Gramedia Pustaka Utama.

Anda mungkin juga menyukai