Menghukumi sesuatu tidak bisa dilakukan hanya dengan satu ayat atau hadits saja. Demikian juga menetapkan
hukum apakah itu wajib ataukah haram. Bahkan, tidak semua perintah atau larangan didalam Al-Qur’an maupun
Hadits hanya jatuh pada hukum wajib dan haram, ada kalanya dihukumi sunnah atau hanya makruh.
Salah satu faidah dalam mengetahui hukum ini adalah berkaitan dengan dakwah itu sendiri, adakalanya harus
bertindak tegas, ada kalanya harus bisa bersikap tolerir. Faidah lainnya terkait dengan bagaimana menyikapi sesuatu
baru. Sesuatu yang baru, yang belum ditetapkan hukumnya maka harus kaji dahulu hukumnya, tidak serta merta
dikatakan haram. Didalam syari’at, setidaknya ada 5 hukum syara’ yang disepakati oleh Jumhur Ulama yakni :
1. Wajib, kadang disebut Fardlu. Keduanya sinonim. Yakni sebuah tuntutan yang pasti (thalab jazm) untuk
mengerjakan perbutan, apabila dikerjakan mendapatkan pahala, sedangkan bila ditinggalkan maka berdosa
(mendapatkan siksa). Contohnya, shalat fardlu, bila mengerjakannya maka mendapatkan pahala, bila ditinggalkan
akan diadzab di neraka, demikian juga dengan kewajiban-kewajiban yang lainnya.
Wajib terbagi menjadi dua yakni : Pertama, wajib ‘Ainiy : kewajiban bagi setiap individu. Kedua, wajib Kifayah :
kewajiban yang apabila sudah ada yang mengerjakannya maka yang lainnya gugur (tidak mendapatkan dosa),
contohnya seperti shalat jenazah, tajhiz jenazah (mengurus jenazah), menjawab salam dan sebagainya.
Istilah Wajib juga ada yang mensinonimkan dengan Lazim. Sebagian ulama ada yang membedakan antara Fardlu
dan Wajib hanya pada beberapa permasalahan di Bab Haji.
Ada juga yang membedakan antara Fardlu dan Wajib, seperti Hanafiyah. Menurut mereka, Fardlu adalah sesuatu
yang telah ditetapkan dengan dalil syar’i (maqthu’ bih) dan tidak ada keraguan didalamnya, seperti shalat 5 waktu,
zakat, puasa, haji, iman kepada Allah. Hukum Fardlu adalah lazim (wajib) baik secara keyakinan maupun perbuatan
sehingga apabila mengingkari (secara keyakinan) pada salah satu kefardluan itu maka kafir, namun bila
meninggalkan saja (tidak mengerjakannya, seperti shalat 5 waktu dan semacamnya) maka fasiq. Sedangkan Wajib
adalah kewajiban yang ghairul fardl (selain fardlu), sesuatu yang ditetapkan dengan dalil namun masih ada
kemungkinan ketidak pastian (hasil ijtihad), hukumnya lazim secara perbuatan saja, tidak secara keyakinan. Apabila
mengingkarinya, tidak sampai kafir namun terjatuh dalam syubhat. Sedangkan bila meninggalkannya maka berdosa
dengan dosa yang kadarnya lebih sedikit daripada meninggalkan perbuatan yang sifatnya Fardlu, sebab kalau
meninggalkan yang bersifat Fardlu maka disiksa dineraka, sedangkan meninggalkan yang sifatnya Wajib, tidak
disiksa di neraka, namun ia terhalang dari syafa’at Nabi Muhammad Shallallahu ‘Alayhi wa Sallam.
Jumhur ulama tidak membedakan antara Fardlu dan Wajib, bahkan ada yang menyatakan bahwa pembedaan
seperti itu tidak tepat dan tidak berarti apa-apa.
2. Sunnah, disebut juga Mandub, Mustahabb, Tathawwu, Al-Nafl, Hasan dan Muragghab fih. Semuanya bersinonim.
Yakni sebuah anjuran mengerjakan yang sifatnya tidak jazm (pasti), apabila dikerjakan mendapat pahala, namun
apabila ditinggalkan tidak berdosa.
Sunnah juga terbagi menjadi 2, yaitu : Pertama, sunnah ‘Ain : sesuatu yang disunnahkan pada setiap orang (individu)
yang mukallaf, seperti shalat-shalat sunnah ratibah dan lainnya. Kedua, sunnah Kifayah : sesuatu yang disunnahkan,
apabila ada sebagian yang telah mengerjakannya, maka yang lain gugur, seperti seseorang memulai salam ketika
bersama jama’ah (memulai bukan menjawab, penj), dan lain sebagainya. Sehingga bila sudah ada yang
mengerjakannya, maka hilang (gugur) tuntutan terhadap yang lainnya, namun pahalanya bagi yang mengerjakan
saja.
Sebagian ulama seperti Malikiyah membedakan antara istilah sunnah dan mandub. Sunnah menurut mereka adalah
sebuah tuntutan syara’, bentuk perintahnya sangat ditekankan, namun tidak ada dalil yang mewajibkannya, apabila
dikerjakan mendapat pahala, namun apabila ditinggalkan tidak disiksa, seperti shalat witir dan shalat hari raya.
Sedangkan mandub adalah sebuah tuntutan syara’ yang tidak jazm (tidak pasti), bentuk perintahnya tidak terlalu
ditekankan, apabila dikerjakan mendapat pahala, namun bila tidak dikerjakan tidak disiksa, contohnya didalam
Malikiyah adalah shalat sunnah 4 raka’at sebelum dzuhur.
Selain itu, sunnah dari sisi tuntutannya, terbagi menjadi 2 yakni : sunnah Muakkad (sunnah yang sangat ditekankan)
dan sunnah ghairu Muakkad (anjuran tidak terlalu ditekankan).
Sedangkan menurut Hanafiyah, ada perbedaan terkait sunnah Muakkad. Menurut mereka, sunnah Muakkad,
bentuknya kewajiban yang sempurna, jika meninggalkannya maka tetap berdosa, namun dosanya lebih sedikit
daripada meninggalkan Fardlu (dibawah tingkatan Fardlu). Sedangkan sunnah ghairu Muakkad, menurut mereka
adalah sejajar dengan Mandub dan Mustahab.
3. Mubah, bila dikerjakan atau ditinggalkan tidak apa-apa, tidak mendapatkan pahala atau pun disiksa (sebuah
pilihan antara mengerjakan atau tidak). Misalnya, memilih menu makanan dan sebagainya.
4. Makruh, yakni sebuah tuntutan yang tidak pasti (tidak jazm) untuk meninggalkan perbuatan tertentu (larangan
mengerjakan yang sifatnya tidak pasti), apabila dikerjakan tidak apa-apa, namun bila ditinggalkan akan mendapatkan
pahala dan dipuji.
Menurut sebagian ulama, istilah Makruh ini ada yang menyatakan dengan Khilaful Aula (menyelisihi yang lebih
utama).
5. Haram, yakni tututan yang pasti untuk meninggalkan sesuatu, apabila dikerjakan oleh seorang mukallaf maka
mendapatkan dosa, namun bila ditinggalkan mendapatkan pahala. Contohnya seperti minum khamr, berzina dan lain
sebagainya. Istilah haram juga kadang menggunakan istilah Mahdzur (terlarang), Maksiat dan al-danb (berdosa).
Menurut Hanafiyah, istilah Haram adalah antonim dari Fardlu (mereka membedakan antara Fardlu dan Wajib). Ada
juga istilah makruh Tahrim dan makruh Tanzih. Makruh Tahrim adalah sebuah istilah yang lebih dekat dengan
Haram, serta merupakan kebalikan dari Wajib dan Sunnah Mu’akkad. Sedangkan istilah makruh Tanzih, tidak disiksa
bila mengerjakannya dan mendapatkan pahala bila meninggalkannya. Istilah makruh Tanzih menurut Hanafiyah
adalah kebalikan dari sunnah ghairu Muakkad.
Ulama juga ada yang kadang menyatakan dengan istilah Halal, itu adalah kebalikan dari Haram, namun masih
ambigu, yaitu bisa hukum wajib, hukum mandub dan makruh. Bila meninggalkan perbuatan yang hukum wajib, maka
berdosa. Adapun yang lainnya (mandub dan makruh) bila ditinggalkan ataupun dikerjakan tidaklah berdosa.
Hukum Islam disebut juga Hukum Syara'.
Hukum Islam adalah peraturan-peraturan yang harus ditaati oleh umat islam yang bersifat mengikat dan harus di
patuhi.
WAJIB
Wajib adalah suatu perkara yang apabila dikerjakan mendapat pahala dan apabila di tinggalkan mendapat dosa.
Wajib di sebut juga fardhu.
Contoh perkara yang wajib antara lain adalah :
» 6 Rukun Islam (Syahadat, sholat, zakat, puasa ramadhan, dan pergi haji),
» Mandi Junub, Mandi Haid, Mandi Nifas, dll.
SUNNAH
Sunnah adalah suatu perkara yang apabila dikerjakan mendapat pahala dan apabila di tinggalakan tidak berdosa.
Contoh perkara yang sunnah antara lain adalah :
» Puasa senin-kamis
» Sholat sunnah, sebelum dan sesudah sholat fardhu,
» Sholat hari raya, dll.
HARAM
Haram adalah suatu perkara yang apabila di tinggalkan mendapat pahala dan apabila dikerjakan mendapat dosa.
Contoh perkara yang haram adalah :
» Minum minuman keras,
» Berzina,
» Berdusta,
» Memfitnah,
» Menganiaya anak yatim, dll.
MAKRUH
Makruh adalah suatu perkara yang apabila dikerjakan tidak berdosa dan apabila di tinggalkan mendapat pahala.
Contoh perkara yang makhruh antara lain adalah :
» Merokok,
» Memakan pete dan jengkol,
» Memakan bawang mentah, dll.
MUBAH
Mubah adalah suatu perkara yang jika dikerjakan atau di tinggalakan tidak masalah (tidak ada perintah dan
larangan).
Contoh perkara yang mubah antara lain adalah :
» Minum air putih sebelum makan,
» Berdo'a menggunakan bahasa daerah,
» Makan dan minum sambil bicara, dll.
SUBHAD
Subhad adalah suatu perkara yang tidak jelas halal dan haramnya (halalnya 25% dan haramnya 75%).
Banyak sebagian besar orang-orang yang ada di dunia ini menganggap remeh Hukum Subhad ini, bahkan ada pula
yang menghilang-hilangkan Hukum Syara' Subhad ini.
Contoh perkara subhad antara lain adalah :
» Menemukan barang di tempat umum.
» Menemukan buah yang jatuh dari pohonnya, dll.
.
Pengertian Hukum Islam (Syara') - Wajib, Sunat, Makruh, Mubah/Harus,
Haram
Di dalam ajaran agama islam terdapat hukum atau aturan undang-undang yang harus dipatuhi oleh setiap umat
berdasarkan Al-Qur'an dan Hadis. Hukum islam yang disebut juga sebagai hukum syara' terdiri atas lima komponen
iaitu antara lain wajib, sunath, haram, makruh dan mubah :
Penjelasan dan Pengertian/Erti Definisi Hukum-Hukum Islam :
1. Wajib (Fardu)
Wajib adalah suatu perkara yang mesti dilakukan oleh muslim yang dewasa dan waras (mukallaf), di mana jika
dikerjakan mendapat pahala dan apabila ditinggalkan akan mendapat dosa. Contoh : solat lima waktu, tunai haji (jika
telah mampu), membayar zakat, dan lain-lain.
Wajib terdiri atas dua jenis/macam :
- Fardu/Wajib 'ain adalah suatu hal yang harus dilakukan oleh semua muslim mukalaf seperti solat fardu, puasa
ramadhan, zakat, haji bila telah mampu dan lain-lain.
- Fardu/Wajib Kifayah adalah perkara yang harus dilakukan oleh muslim mukallaff. Namun jika sudah ada yang
melakukannya maka menjadi tidak wajib lagi bagi yang lain seperti mengurus jenazah.
2. Sunat
Sunat adalah suatu perkara yang bila dilakukan umat islam akan mendapat pahala dan jika tidak dilaksanakan tidak
berdosa. Contoh : solat sunat, puasa Isnin/khamis, solat tahajud, memelihara dan sebagainya.
Sunat terbahagi kepada dua jenis/macam:
- Sunat Mu'akkad adalah sunat yang sangat dituntut/anjurkan oleh Nabi Muhammad SAW seperti solat eid/raya dan
solat terawih.
- Sunat Ghairu Mu'akkad iaitu perkara yang diputuskan oleh hukum fiqh sebagai sunat ghairu mu'akkad atau kerana
ia kurang dilakukan oleh Nabi Muhammad SAW seperti puasa Isnin/khamis, dan lain-lain.
3. Haram
Haram adalah suatu perkara yang mana tidak boleh sama sekali dilakukan oleh umat islam di mana sekalipun
mereka berada kerana jika dilakukan akan mendapat dosa dan siksa di neraka kelak. Contohnya : main judi, minum
minuman keras, zina, durhaka pada orang tua, riba, membunuh, fitnah, dan lain-lain.
4. Makruh
Makruh adalah suatu perkara yang digallakan supaya tidak dilakukan akan tetapi jika dilakukan ia tidak pula berdosa
dan malah jika ia ditinggalkan akan mendapat pahala dari Allah SWT. Contoh : makan minum berdiri, makan
bawang/makanan yang berbau kurang enak sebelum solat berjemaah dll.
5. Mubah/harus
Mubah adalah suatu perkara yang jika dikerjakan oleh seorang muslim mukallaf dia tidak akan mendapat dosa dan
tidak pula akan mendapat pahala. Contoh : makan dan minum, berziarah dan belanja, berhibur, dan sebagainya.
DASAR - DASAR PENGERTIAN HUKUM ISLAM
Syariat menurut bahasa berarti jalan. Syariat menurut istilah berarti hukum-hukum yang diadakan oleh Allah
untuk umatNya yang dibawa oleh seorang Nabi, baik hukum yang berhubungan dengan kepercayaan (aqidah)
maupun hukum-hukum yang berhubungan dengan amaliyah.
Menurut Prof. Mahmud Syaltout, syariat adalah peraturan yang diciptakan oleh Allah supaya manusia
berpegang teguh kepadaNya di dalam perhubungan dengan Tuhan dengan saudaranya sesama Muslim dengan
saudaranya sesama manusia, beserta hubungannya dengan alam seluruhnya dan hubungannya dengan kehidupan.
Menurut Muhammad ‘Ali At-Tahanawi dalam kitabnya Kisyaaf Ishthilaahaat al-Funun memberikan pengertian
syari’ah mencakup seluruh ajaran Islam, meliputi bidang aqidah, ibadah, akhlaq dan muamallah (kemasyarakatan).
Syari’ah / syara’, millah dandiin.
Hukum Islam berarti keseluruhan ketentuan-ketentuan perintah Allah yang wajib diturut (ditaati) oleh seorang
muslim.
2.Fiqih
4. Ijtihad
1. Menurut etimologi adalah:
بذل غاية الجهد في الوصول الي امر من االمور او فعل من االفعال
Artinya : “Pencurahan segenap kesanggupan untuk mendapatkan sesuatu urusan atau sesuatu perbuatan.”
2. Secara terminologi adalah:
استفراغ الجهد وبذل غاية الوسع في ادراك االحكام الشرعية
Artinya : “Pengerahan kesungguhan dengan usaha yang optimal dalam menggali hukum syara’.”
3. Ijtihad dalam arti luas meliputi:
1. Pencurahan segenap kemampuan untuk mendapatkan hukum syara’ yang dikehendaki oleh nash yang zhanni
dilalahnya.
2.Pencurahan segenap kemampuan untuk mendapatkan hukum syara, yang amali dengan menetapkan Qaidah Syariah
Kulliyah.
3. Pencurahan segenap kesanggupan untuk mendapatkan hukum syara’ yang amali tentang masalah yang tidak
ditunjuki hukumnya oleh suatu nash dengan menggunakan sarana-sarana yang direstui oleh syara’ untuk digunakan
mengenai masalah tersebut untuk ditetapkan hukumnya.
Al-qur`an menjadi sumber hukum pokok agama islam dikarnakan eksistensinya sebagai wahyu yang konkrit dari
allah SWT kepada para hambanya yang di turunkannya kepada nabi muhammad SAW.
Al-qur`an ibarat sebuah pelita yang menerangi jalan yang gelap, dikala banyak pertanyaan yang datang, dan tak
ada yang mampu memuaskan penannyanya al-qur`an datang dengan berbagai jawaban yang terang di dalam
menjawab segala pertanyaan yang menggelapkan.
Al-qur`an yang hadir yang keabsahanya tak dapat di ragukan, di karnakan jalur penyampainya yang secara
muttwatir, menjadikan al-qur`an sebagai sumber hukum yang tak dapat di sangkal akan kebenaranya.
2.al-hadits, hadits adalah sesuatu atau apa – apa yang yang di sandarkan kepada nabi muhammad SAW, baik dari
segi perbuatan perkataan dan penentuan, bahkan beberapa ulama menambahkan sifat dan angan rasul
didalamnya.
Al-hadits menjadi sumber hukum ke – 2 yang konkrit, yang telah terjamin ke absahanya, kenapa ? karna
penyandaranya di sandarkan kepada manusia yang terjamin akan amanahanya.
Nabi muhammad SAW di dalam menggeluarkan hadits yang berkaitan dengan hukum pasti ada sebab yang
mendasari dari terucapnya hadits tersebut.
dan juga karna fungsi haddits sebagai al-bayan dan at-tafsir ayat –ayat al-qur`an, yang menambah kuat ke
absahannya sebagai salah satu dari sumber hukum islam.
3.Ijma, yakni sebuah kesepakatan para ulama yang terkenal keshalehanya, yang terjaga dirinya dari hal-hal yang
merusak ke murruahanya pada suatu hukum yang di ambil intisarinya dari al-qur`an dan hadits, yang di sepakati
oleh oleh semua ulama pada zaman tersebut dan dilakukan setelah nabi muhammad SAW meninggal dunia.
4.Qiyas, yakni pengambilan hukum dengan cara menyamakan sesuatu yang belum ada hukumnya kepada sesuatu
yang telah ada hukumnya
Pembagian Hukum:
A. hukum Wadhi : sebuah hukum yang menjadikan sesuatu sebagai sebab adanya sesuatu yang lain.
Hukum wadhi terbagi 3 :
1. Sebab : sesuatu yang mendasar dan terang dan tertentu yang menjadi pangkal adanya sesuatu.
Contoh : Adanya Hukum Potong Tangan DI karenakan Adanaya Sebab mencuri
2.syarat : Sesuatu yang karenya ada hukum dan ketidak adanya tidak ada hukum
Contoh : Haul Adalah Sebuah Syarat adanya Kewajiban zakat
Syarat Terbagi dua :
1. Syarat Haqiqi dan
2. Syarat Jali,
Syarat haqiqi adalah sebuah syarat yang diperintahkan syariat sebelum mengerjakan pekerjaan yang lain, dan
pekerjaan yang lain tidak akan di terima atau tidak syah jika pekerjaan yang pertama tidak dilakukan
Contohnya : Kewajiban Wudhu Sebelum Mengerjakan Sholat
Syarat Jali adalah segala sesuatu yang dijadikan syarat oleh perbuatanya untuk mewujudkan perbuantan yang
lain.
Contohnya : syarat sah wudhu ketika membasuh tangan sampai Kesiku
3.Man`i adalah suatu hal yang karna adanya menyebabkan tidak adanya hukum atau tidak adanya sebab bagi
adanya hukum.
Contohnya : adanya najis pada pakaian menjadikan Pengahalang dari syarat shalat.
B. Hukum Taklif, yakni Sesuatu yang menuntut suatu pekerjaan dari mukallaf, atau menuntut untuk berbuat dan
menentukan pilihan kepadanya antara melakukan dan meninggalkanya
Bab Makhorijul huruf adalah salah satu bab yang sangat penting dalam ilmu tajwid.
Al-Huruf ()الحروف, Kata ini adalah jama’ dari al-harfu ()الحرف yang berarti huruf.Jadi menurut bahasa yang dimaksud dengan
makharijul huruf itu ialah tempat-tempat keluarnya huruf. Sedangkan menurut istilah dalam ilmu tajwid, yang dimaksud
dengan makharijul huruf yaitu tempat-tempat atau letak keluarnya huruf-huruf hijaiyah ketika membunyikannya.Sebagai
seorang muslim, mempelajari ilmu tentang makharijul huruf ini sangatlah penting. Dengan mempelajari ilmu ini, akan dapat
membunyikan huruf-huruf Arab dengan tepat sesuai dengan tempat keluarnya (makhraj-nya), sehingga dapat membaca al-
Quran dengan fasih dan benar. Hal ini karena al-Quran diturunkan dalam bahasa Arab.Tempat bunyi suatu huruf itu keluar,
dapat kita ketahui dengan cara mematikan atau mensukunkan huruf tersebut yang sebelumnya didahului dengan huruf
hidup.Contoh : untuk mengetahuimakhraj “kaf(”)ك, maka huruf “kaf” tersebut disukun / dimatikan dengan didahului huruf
hidup.
Tempat-tempat keluarnya huruf ini dibagi secara umum dan secara khusus.
Tempat-tempat keluarnya huruf hijaiyah (29) itu memang banyak yang berpendapat, namun dari sekian pendapat yang paling
banyak diikuti oleh ulama qurro’ dan ahlul ada’ adalah pendapat Syekh Kholil bin Ahmad an-Nahwiy (Guru Imam Sibaweh).
Adapun menurut beliau Makhorijul Huruf Hujaiyah itu ada 17 tempat, diantaranya :
Alif dan sebelumnya ada huruf yang difathah Contoh : َمااَل غ ََوى
Wawu mati dan sebelumnya ada huruf yang didhommah Contoh :قُوْ لُوْ ا
Ya’ mati dan sebelumnya ada huruf yang dikasrah Contoh : ََحا ِم ِديْن
B. Al-Halqu ()الحلق, Tenggorokan/Kerongkongan
Yaitu tempat keluar bunyi huruf hijaiyah yang terletak pada kerongkongan / tenggorokan. Dan berdasarkan perbedaan teknis
pelafalannya, huruf-huruf halqiyah (huruf-huruf yang keluar dari tenggorokan) dibagi menjadi tiga bagian yaitu ;
C. Al-Lisan ()اللسان, lidah
Bunyi huruf hijaiyah dengan tempat keluarnya dari lidah ada 18 huruf, yaitu : Berdasarkan delapan belas huruf itu dapat
dikelompokkan menjadi 10 makhraj, yaitu sebagai berikut :
1. Pangkal lidah dan langit-langit mulut bagian belakang, yaitu huruf Qof ()ق. Maksudnya bunyi hurufqof ini keluar dari
pangkal lidah dekat dengan kerongkongan yang dihimpitkan ke langit-langit mulut bagian belakang.
2. Pangkal lidah bagian tengah dan langit-langit mulut bagian tengah, yaitu huruf Kaf ()ك. Maksudnya bunyi huruf kaf ini keluar
dari pangkal lidah di depan makhraj huruf qof, yang dihimpitkan ke langit-langit bagian mulut bagian tengah.
“Dua huruf tersebut ( ) ق dan ( ) ك, lazimnya disebut huruf LAHAWIYAH ( ) لهويّة, artinya huruf-huruf sebangsa anak mulut atau
sebangsa telak lidah.”
3. Tengah-tengah lidah, yaitu huruf Jim ( ) ج, Syin ( ) ش dan Ya’ ( ) ي. Maksudnya bunyi huruf-huruf tersebut keluar dari tengah-
tengah lidah tepat, serta menepati langit-langit mulut yang tepat di atasnya.
“Tiga huruf ini lazimnya disebut huruf SYAJARIYAH ( ) شجريّة, artinya huruf-huruf sebangsa tengah lidah.”
4. Pangkat tepi lidah, yaitu huruf Dlod ( ) ض. Maksudnya bunyi huruf Dlod ( ) ض keluar dari tepi lidah (boleh tepi lidah kanan
atau kiri) hingga sambung dengan makhrojnya huruf lam, serta menepati graham.
“Huruf Dlod ( ) ض ini lazimnya disebut huruf JAMBIYAH ()حنبيّة, artinya huruf sebangsa tepi lidah.”
5. Ujung tepi lidah, yaitu huruf Lam ()ل.
Maksudnya bunyi huruf Lam ()ل keluar dari tepi lidah (sebelah kiri/kanan) hingga penghabisan ujung lidah, serta menepati
dengan langit-langit mulut atas.
“Tiga huruf tersebut di atas (Lam, Nun dan Ro’), lazimnya disebut huruf DZALQIYAH ()ذلقية, artinya huruf-huruf sebangsa ujung
lidah.”
“Tiga huruf tersebut lazimnya disebut NATH’IYAH ()نطغية, artinya huruf-huruf sebangsa kulit gusi atas.“
“Tiga huruf tersebut lazimnya disebut huruf ASALIYAH ()أسلية, artinya huruf-huruf sebangsa runcing lidah.”
“Tiga huruf ini lazimnya disebut huruf LITSAWIYAH ()لثوية, artinyahuruf sebangsa gusi.”
1. Fa’ ()ف keluar dari dalamnya bibir yang bawah, serta menepati dengan ujung dua gigi seri yang atas.
2. Wawu, Ba, Mim ( م, ب, )و keluar dari antara dua bibir (antara bibir atas dan bawah). Hanya saja untukWawu bibir membuka,
sedangkan untuk Ba dan Mim bibir membungkam.
“Empat huruf tersebut di atas lazimnya disebut huruf SYAFAWIYAH, artinya huruf-huruf sebangsa bibir.”
Yaitu tempat keluarnya huruf hijaiyah yang terletak pada janur hidung. Dan jika kita menutup hidung ketika membunyikan
huruf tersebut, maka tidak dapat terdengar. Adapun huruf-hurufnya yaitu huruf-huruf ghunnah mim dan nun dengan
ketentuan sebagai berikut
Atau secara singkatnya, ke 17 macam tersebut dapat dilihat seperti dibawah ini untuk lebih ringkasnya:
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia defenisi Puasa adalah tindakan sukarela dengan berpantang dari
makanan, minuman, atau keduanya, perbuatan buruk dan dari segala hal yang membatalkan puasa
untuk periode waktu tertentu, Sedangkan menurut bahasa arab Puasa atau Sauwm ( صوم ) artinya
mencegah atau menahan dan dalam pengertian syariahnya berarti menahan diri dari makan dan minum
serta segala perbuatan yang bisa membatalkan puasa, mulai dari terbit fajar hinggalah terbenam
matahari, dengan syarat tertentu, untuk meningkatkan ketakwaan seorang muslim.
Jenis-Jenis Puasa
Puasa Ramadhan adalah suatu aktifitas ibadah yang dilaksanakan pada bulan ramadhan sesuai dengan
kalender Islam (Hijriah).
Puasa Kifarat adalah puasa yang dilaksanakan karena melakukan pelanggaran atau hal-hal yang dilarang
oleh agama dengan tujuan sebagai penebus dosa (membayar denda).
Puasa Syawal
Puasa Syawal adalah puasa sunnah yang dilaksanakan pada bulan syawal (berakhirnya bulan ramadhan)
selama 6 hari berturut-turut setelah hari raya Idul Fitri
Puasa Arafah
Puasa Arafah adalah puasa sunnah yang dilaksanakan pada tanggal 1-9 Dzulhijjah yang dimana
keutamaannya ada pada tanggal 9 Dzulhijjah dikarenakan pada tanggal tersebut jemaah Haji Berkumpul
untuk wukuf di Arafah atau disebut hari Arafah, Ibadah ini diperuntukkan untuk orang yang tidak
melaksanakan ibadah Haji
Puasa Tarwiyah
Puasa Tarwiyah adalah puasa sunnah yang dilaksanakan pada tanggal 8 Dzulhijjah yakni pada hari
tarwiyah, Ibadah ini diperuntukkan untuk orang yang tidak melaksanakan ibadah Haji.
Puasa Senin Kamis adalah Puasa sunnah yang dilaksanakan setiap hari Senin dan Kamis, hari senin dan
kamis adalah hari-hari yang utama dalam Islam, Keduanya merupakan hari di mana amal-amal hamba
diangkat dan diperlihatkan kepada Allah subhanahu wata'ala
Puasa Daud
Puasa Daud adalah Puasa sunnah yang dilaksanakan selang-seling (bergantian sehari puasa sehari
berbuka), dikatakan sebagai puasa daud karena ini merupakan salah satu jenis puasa sunnah yang
diamalkan oleh Nabi Daud Alaihi Salam dan Allah sangat menyukai puasa sunnah yang satu ini.
Puasa 'Asyura
Puasa 'Asyura adalah puasa sunnah yang dilaksanakan pada hari 'Asyura yakni pada hari ke 10 bulan
Muharram, Rasulullah memerintahkan ummatnya untuk mengiring puasa pada tanggal ini sehari
sebelum dan sesudahnya dengan tujuan agar tidak seperti puasa yang dilaksanakan oleh umat Nasrani
dan Yahudi yang berpuasa juga saat itu.
Puasa 3 Hari Tengah bulan adalah puasa yang dilaksanakan pada tanggal-tanggal putih (Yaumul Bidh)
yakni pada tanggal 13,14 dan 15 tiap bulannya.
Puasa Sya`ban adalah puasa sunnah yang dilaksanakan pada bulan sya`ban, dikatakan bulan sya`ban
karena ini adalah bulan dimana orang-orang arab dahulu berpencar mencari air.
Puasa bulan haram adalah puasa yang dilaksanakan pada bulan-bulan haram yaitu bulan Dzulqa’dah,
Dzulhijjah, Muharrom, dan Rajab, dikatakan haram karena bulan bulan tersebut dimaksudkan untuk
melepas sesuatu yang haram (meninggalkan sesuatu perbuatan yang haram) dan mengamalkan puasa
dan ibadah-ibadah lain pada bulan-bulan tersebut
Macam-macam Makhorijul Huruf
Tempat-tempat keluarnya huruf hijaiyah (29) itu memang banyak yang berpendapat, namun dari sekian
pendapat yang paling banyak diikuti oleh ulama qurro’ dan ahlul ada’ adalah pendapat Syekh Kholil bin
Ahmad an-Nahwiy (Guru Imam Sibaweh). Adapun menurut beliau Makhorijul Huruf Hujaiyah itu ada 17
tempat, dan bila diringkas ada 5 tempat, yatu; Al-Jauf (lubang /rongga mulut), Al-Halqu (tenggorokan /
kerongkongan), Al-Lisanu (lidah), Asy-Syafatain (dua bibir) dan Al-Khoisyum (janur hidung).
Penjelasan dari masing-masing makhorijul huruf tersebut adalah sebagai berikut :
a. Al-Jauf ()الجوف, artinya rongga mulut dan rongga tenggorokan.
Yaitu tempat keluarnya huruf hijaiyah yang terletak pada rongga mulut dan rongga tenggorokan. Bunyi
huruf yang keluar dari rongga mulut dan rongga tenggorokan ada tiga macam, yaitu ; alif ( ا ), wawu mati
( و )ْ dan ya’ mati ( ي )
ْ dengan penjelasan sebagai berikut :
1) Alif dan sebelumnya ada huruf yang difathah Contoh : َمااَل َغ َوى
2) Wawu mati dan sebelumnya ada huruf yang didhommah Contoh :قُ ْولُ ْوا
3) Ya’ mati dan sebelumnya ada huruf yang dikasrah Contoh :
ََحا ِم ِديْن
b. Al-Halqu ()الحلق, artinya tenggorokan / kerongkongan
Yaitu tempat keluar bunyi huruf hijaiyah yang terletak pada kerongkongan / tenggorokan. Dan berdasarkan
perbedaan teknis pelafalannya, huruf-huruf halqiyah (huruf-huruf yang keluar dari tenggorokan) dibagi
menjadi tiga bagian yaitu ;
1) Aqshal halqiy (pangkal tenggorokan), yaitu huruf hamzah ( ء )dan ha’ ( ) ه
2) Wasthul halqiy (pertengahan tenggorokan), yaitu huruf ha’ ( ح ) dan ’ain ( ع )
3) Adnal halqiy (ujung tenggorokan), yaitu huruf ghoin ( غ ) dan kho’ ( خ )
c. Al-Lisan ()اللسان, artinya lidah
Bunyi huruf hijaiyah dengan tempat keluarnya dari lidah ada 18 huruf, yaitu : Berdasarkan delapan belas
huruf itu dapat dikelompokkan menjadi 10 makhraj, yaitu sebagai berikut :
1) Pangkal lidah dan langit-langit mulut bagian belakang, yaitu huruf Qof ()ق. Maksudnya bunyi hurufqof ini
keluar dari pangkal lidah dekat dengan kerongkongan yang dihimpitkan ke langit-langit mulut bagian
belakang.
2) Pangkal lidah bagian tengah dan langit-langit mulut bagian tengah, yaitu huruf Kaf ()ك. Maksudnya bunyi
huruf kaf ini keluar dari pangkal lidah di depan makhraj huruf qof, yang dihimpitkan ke langit-langit bagian
mulut bagian tengah.
“Dua huruf tersebut ( ق ) dan ( ك ), lazimnya disebut huruf LAHAWIYAH ( ) لهويّة, artinya huruf-huruf sebangsa
anak mulut atau sebangsa telak lidah.”
3) Tengah-tengah lidah, yaitu huruf Jim ( ج ), Syin ( ش ) dan Ya’ ( ي ). Maksudnya bunyi huruf-huruf
tersebut keluar dari tengah-tengah lidah tepat, serta menepati langit-langit mulut yang tepat di atasnya.
“Tiga huruf ini lazimnya disebut huruf SYAJARIYAH ( ) شجريّة, artinya huruf-huruf sebangsa tengah lidah.”
4) Pangkat tepi lidah, yaitu huruf Dlod ( ض ).
Maksudnya bunyi huruf Dlod ( ض ) keluar dari tepi lidah (boleh tepi lidah kanan atau kiri) hingga sambung
dengan makhrojnya huruf lam, serta menepati graham.
“Huruf Dlod ( ض ) ini lazimnya disebut huruf JAMBIYAH ()حنبيّة, artinya huruf sebangsa tepi lidah.”
5) Ujung tepi lidah, yaitu huruf Lam ()ل.
Maksudnya bunyi huruf Lam ( )لkeluar dari tepi lidah (sebelah kiri/kanan) hingga penghabisan ujung lidah,
serta menepati dengan langit-langit mulut atas.
6) Ujung lidah, yaitu huruf Nun ()ن.
Maksudnya bunyi huruf Nun ( )نkeluar dari ujung lidah (setelah makhrojnya Lam ()ل, lebih masuk sedikit
ke dasar lidah dari pada Lam ())ل, serta menepati dengan langit-langit mulut atas.
7) Ujung lidah tepat, yaitu huruf Ro’ ()ر.
Maksudnya bunyi huruf Ro’ ( )رkeluar dari ujung lidah tepat (setelah makhrojnya Nun dan lebih masuk ke
dasar lidah dari pda Nun), serta menepati dengan langit-langit mulut atas.
“Tiga huruf tersebut di atas (Lam, Nun dan Ro’), lazimnya disebut huruf DZALQIYAH ()ذلقية, artinya huruf-
huruf sebangsa ujung lidah.”
8). Kulit gusi atas, yaitu Dal ()د, Ta’ ( )تdan Tho’ ()ط.
Maksudnya bunyi huruf-huruf tersebut keluar dari ujung lidah, serta menepat i dengan pangkal dua gigi seri
yang atas.
“Tiga huruf tersebut lazimnya disebut NATH’IYAH ()نطغية, artinya huruf-huruf sebangsa kulit gusi atas.“
9) Runcing lidah, yaitu huruf Shod ()ص, Sin ( )سdan Za’ ()ز.
Maksudnya bunyi huruf-huruf tersebut keluar dari ujung lidah, serta menepati ujung dua gigi seri yang
bawah.
“Tiga huruf tersebut lazimnya disebut huruf ASALIYAH ()أسلية, artinya huruf-huruf sebangsa runcing lidah.”
Ayat-ayat Al-Qur’an tidak terlepas dengan namanya huruf-huruf hijaiyah. Di dalam membaca
Al-Qur’an kita harus fasih dan benar dalam hal pelafalan dan tajwidnya. Berbicara mengenai
pelafalan huruf hijaiyah sudah tentu kita harus mengetahui apa itu yang dimaksud “Makhorijul
Huruf”.
Makhorijul Huruf adalah tempat-tempat keluarnya huruf pada waktu huruf itu dibunyikan. Di
dalam membaca Al-Qur’an kita harus membunyikan huruf sesuai dengan makhrajnya. Karena
jika terjadi suatu kesalahan dalam pelafalan huruf, itu bisa menimbulkan arti baru. Dalam hal
ini jika dilakukan dengan sengaja akan menimbulkan kekafiran. Maka dari itu belajar
makhorijul huruf ini sangat penting bagi kita.
a. Fa’ ( ف ) keluar dari dalamnya bibir yang bawah serta menepati dengan ujung dua gigi
seri yang atas.
b. Wawu ( و ), ba’ ( ب ), mim ( م ) keluar di antara dua bibir (antara bibir atas dan bawah).
Hanya saja untuk wawu bibir membuka, sedangkan untuk ba’ dan mim bibir membungkam.
2. Halaq (tenggorokan) 6 Huruf
a. Asyqal Halqi (pangkal tenggorokan), yaitu hamzah ( ء ) dan ha’) هـ )
b. Wasthul Halqi (pertengahan tenggorokan), yaitu ha’( ح ) dan ‘ain ( ع )
c. Adnal Halqi (ujung tenggorokan), yaitu ghoin ( غ ) dan kho’ ( خ )
3. Lisan (lidah)
Bunyi huruf hijaiyah dengan tempat keluarnya lidah ada 18. Dikelompokkan menjadi 10
makhraj, yaitu
Seseorang tidak dikatakan beriman kepada Allah hingga dia mengimani 4 hal:
Mengimani adanya Allah. Mengimani rububiah Allah, bahwa tidak ada yang mencipta, menguasai,
dan mengatur alam semesta kecuali Allah. Mengimani uluhiah Allah, bahwa tidak ada sembahan
yang berhak disembah selain Allah dan mengingkari semua sembahan selain Allah Ta’ala. Mengimani
semua nama dan sifat Allah (al-Asma'ul Husna) yang Allah telah tetapkan untuk diri-Nya dan yang
Nabi-Nya tetapkan untuk Allah, serta menjauhi sikap menghilangkan makna, memalingkan makna,
mempertanyakan, dan menyerupakanNya.
Mengimani adanya, setiap amalan dan tugas yang diberikan Allah kepada mereka.
Mengimani bahwa seluruh kitab Allah adalah ucapan-Nya dan bukanlah ciptaanNya. karena kalam
(ucapan) merupakan sifat Allah dan sifat Allah bukanlah makhluk. Muslim wajib mengimani bahwa Al-
Qur`an merupakan penghapus hukum dari semua kitab suci yang turun sebelumnya.
Mengimani bahwa ada di antara laki-laki dari kalangan manusia yang Allah Ta’ala pilih sebagai
perantara antara diri-Nya dengan para makhluknya. Akan tetapi mereka semua tetaplah merupakan
manusia biasa yang sama sekali tidak mempunyai sifat-sifat dan hak-hak ketuhanan, karenanya
menyembah para nabi dan rasul adalah kebatilan yang nyata. Wajib mengimani bahwa semua wahyu
kepada nabi dan rasul itu adalah benar dan bersumber dari Allah Ta’ala. Juga wajib mengakui setiap
nabi dan rasul yang kita ketahui namanya dan yang tidak kita ketahui namanya.
Mengimani semua yang terjadi di alam barzakh (di antara dunia dan akhirat) berupa fitnah kubur
(nikmat kubur atau siksa kubur). Mengimani tanda-tanda hari kiamat. Mengimani hari kebangkitan di
padang mahsyar hingga berakhir di Surga atau Neraka.
Iman kepada Qada dan Qadar, yaitu takdir yang baik dan buruk
Mengimani kejadian yang baik maupun yang buruk, semua itu berasal dari Allah Ta’ala. Karena
seluruh makhluk tanpa terkecuali, zat dan sifat mereka begitupula perbuatan mereka adalah ciptaan
Allah.
6 Rukun Iman dalam Islam - Rukun Iman dalam islam itu terdiri atas 6 perkara
yaitu:
1. Iman kepada Allah.
Patuh dan taat kepada ajaran dan hukum-hukum Allah.
2. Iman kepada malaikat-malaikat Allah.
Mengetahui dan percaya akan keberadaan kekuasaan dan kebesaran Allah di
alam semesta.
3. Iman kepada kitab-kitab Allah.
Melaksanakan ajaran kitab-kitab Allah hanif. Salah satu kitab Allah adalah Al-
Qur'an. Al-Qur'an memuat tiga kitab Allah sebelumnya, yaitu kitab-kitab Zabur,
Taurat, dan Injil.
4. Iman kepada rasul-rasul Allah.
Mencontoh perjuangan para Nabi dan Rasul dalam menyebarkan dan
menjalankan kebenaran yang disertai kesabaran.
5. Iman kepada hari kiamat.
Faham bahwa setiap perbuatan akan ada pembalasan.
6. Iman kepada Qada dan Qadar.
Paham pada keputusan serta kepastian yang ditentukan Allah pada alam
semesta.
RUKUN IMAN
Iman adalah keyakinan kita pada 6 rukun iman. Tanpa iman semua amal perbuatan baik kita akan sia-
sia. Tidak ada pahalanya di akhirat nanti
”Dan orang-orang kafir amal-amal mereka adalah laksana fatamorgana di tanah yang datar, yang
disangka air oleh orang-orang yang dahaga, tetapi bila didatanginya air itu dia tidak mendapatinya
sesuatu apapun…” [An Nuur:39]
”Orang-orang yang kafir kepada Tuhannya, amalan-amalan mereka adalah seperti abu yang ditiup
angin dengan keras pada suatu hari yang berangin kencang. Mereka tidak dapat mengambil
manfaat sedikitpun dari apa yang telah mereka usahakan (di dunia). Yang demikian itu adalah
kesesatan yang jauh.” [Ibrahim:18]
Iman ini harus dilandasi ilmu yang mantap sehingga kita bisa menjelaskannya kepada orang lain. Bukan
sekedar taqlid atau ikut-ikutan.
Rukun Iman terdiri dari:
1. Beriman kepada Allah
2. Beriman kepada Malaikat-Malaikat
3. Beriman kepada Kitab-Kitab Allah
4. Beriman kepada Nabi-Nabi dan Rasul-Rasul
5. Beriman kepada Hari Akhirat
6. Beriman kepada Qada’ dan Qadar
Pada suatu hari kami (Umar Ra dan para sahabat Ra) duduk-duduk bersama Rasulullah Saw. Lalu
muncul di hadapan kami seorang yang berpakaian putih. Rambutnya hitam sekali dan tidak tampak
tanda-tanda perjalanan. Tidak seorangpun dari kami yang mengenalnya. Dia langsung duduk
menghadap Rasulullah Saw. Kedua kakinya menghempit kedua kaki Rasulullah, dari kedua telapak
tangannya diletakkan di atas paha Rasulullah Saw, seraya berkata, “Ya Muhammad, beritahu aku
tentang Islam.” Lalu Rasulullah Saw menjawab, “Islam ialah bersyahadat bahwa tidak ada tuhan kecuali
Allah dan Muhammad Rasulullah, mendirikan shalat, menunaikan zakat, puasa Ramadhan, dan
mengerjakan haji apabila mampu.” Kemudian dia bertanya lagi, “Kini beritahu aku tentang iman.”
Rasulullah Saw menjawab, “Beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-
Nya, hari akhir dan beriman kepada Qodar baik dan buruknya.” Orang itu lantas berkata, “Benar. Kini
beritahu aku tentang ihsan.” Rasulullah berkata, “Beribadah kepada Allah seolah-olah anda melihat-Nya
walaupun anda tidak melihat-Nya, karena sesungguhnya Allah melihat anda. Dia bertanya lagi, “Beritahu
aku tentang Assa’ah (azab kiamat).” Rasulullah menjawab, “Yang ditanya tidak lebih tahu dari yang
bertanya.” Kemudian dia bertanya lagi, “Beritahu aku tentang tanda-tandanya.” Rasulullah menjawab,
“Seorang budak wanita melahirkan nyonya besarnya. Orang-orang tanpa sandal, setengah telanjang,
melarat dan penggembala unta masing-masing berlomba membangun gedung-gedung bertingkat.”
Kemudian orang itu pergi menghilang dari pandangan mata. Lalu Rasulullah Saw bertanya kepada Umar,
“Hai Umar, tahukah kamu siapa orang yang bertanya tadi?” Lalu aku (Umar) menjawab, “Allah dan rasul-
Nya lebih mengetahui.” Rasulullah Saw lantas berkata, “Itulah Jibril datang untuk mengajarkan agama
kepada kalian.” (HR. Muslim)
Sebagaimana hadits di atas, rukun Iman ada 6. Pertama Iman kepada Allah. Artinya kita meyakini
adanya Allah dan tidak ada Tuhan selain Allah. Di bab-bab berikutnya akan dijelaskan secara rinci
tentang hal ini.
Rukun Iman yang kedua adalah iman kepada Malaikat-malaikat Allah. Kita yakin bahwa Malaikat adalah
hamba Allah yang selalu patuh pada perintah Allah.
Rukun Iman yang ketiga adalah beriman kepada Kitab-kitabNya. Kita yakin bahwa Allah telah
menurunkan Taurat kepada Musa, Zabur kepada Daud, Injil kepada Isa, dan Al Qur’an kepada Nabi
Muhammad. Namun kita harus yakin juga bahwa semua kitab-kitab suci di atas telah dirubah oleh
manusia sehingga Allah kembali menurunkan Al Qur’an yang dijaga kesuciannya sebagai pedoman
hingga hari kiamat nanti.
”Maka kecelakaan yng besar bagi orang-orang yang menulis Al Kitab dengan tangan mereka
sendiri, lalu dikatakannya; “Ini dari Allah”, dengan maksud untuk memperoleh keuntungan yang
sedikit dengan perbuatan itu. Maka kecelakaan yang besarlah bagi mereka, akibat apa yang ditulis
oleh tangan mereka sendiri, dan kecelakaan yang besarlah bagi mereka, akibat apa yang mereka
kerjakan.” [Al Baqarah:79]
Kita harus meyakini kebenaran Al Qur’an dan mengamalkannya:
”Kitab Al Quran ini tidak ada keraguan padanya; petunjuk bagi mereka yang bertaqwa” [Al
Baqarah:2]
Rukun Iman yang keempat adalah beriman kepada Rasul-rasul (Utusan) Allah. Rasul/Nabi merupakan
manusia yang terbaik yang pantas dijadikan suri teladan yang diutus Allah untuk menyeru manusia ke
jalan Allah. Ada 25 Nabi yang disebut dalam Al Qur’an yang wajib kita imani di antaranya Adam, Nuh,
Ibrahim, Musa, Isa, dan Muhammad.
Karena ajaran Nabi-Nabi sebelumnya telah dirubah ummatnya, kita harus meyakini bahwa Nabi
Muhammad adalah Nabi terakhir yang harus kita ikuti ajarannya.
” Muhammad bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah
dan penutup nabi-nabi…” [Al Ahzab:40]
Rukun Iman yang kelima adalah beriman kepada Hari Akhir (Kiamat/Akhirat). Kita harus yakin bahwa
dunia ini fana. Suatu saat akan tiba hari Kiamat. Pada saat itu manusia akan dihisab. Orang yang
beriman dan beramal saleh masuk ke surga. Orang yang kafir masuk neraka.
“Mereka menanyakan kepadamu tentang kiamat: “Bilakah terjadinya?” Katakanlah: “Sesungguhnya
pengetahuan tentang kiamat itu adalah pada sisi Tuhanku; tidak seorangpun yang dapat menjelaskan
waktu kedatangannya selain Dia. Kiamat itu amat berat (huru haranya bagi makhluk) yang di langit dan di
bumi. Kiamat itu tidak akan datang kepadamu melainkan dengan tiba-tiba.” Mereka bertanya kepadamu
seakan-akan kamu benar-benar mengetahuinya. Katakanlah: “Sesungguhnya pengetahuan tentang bari
kiamat itu adalah di sisi Allah, tetapi kebanyakan manusia tidak mengetahui.” [Al A’raaf 187]
Selain kiamat besar kita juga harus yakin akan kiamat kecil yaitu mati. Setiap orang pasti mati. Untuk itu
kita harus selalu hati-hati dalam bertindak.
Rukun Iman yang keenam adalah percaya kepada Takdir/qadar yang baik atau pun yang buruk. Meski
manusia wajib berusaha dan berdoa, namun apa pun hasilnya kita harus menerima dan mensyukurinya
sebagai takdir dari Allah.
Rukun Iman tentang Takdir ada disebut Allah dalam Al Qur’an:
“Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah
tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu
adalah mudah bagi Allah.
(Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu,
dan supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak
menyukai setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri” [Al Hadiid 22-23]
“Katakanlah: “Siapakah yang dapat melindungi kamu dari (takdir) Allah jika Dia menghendaki bencana
atasmu atau menghendaki rahmat untuk dirimu?” [Al Ahzab 17]
Rukun Iman
Iman adalah keyakinan kita pada 6 rukun iman. Tanpa iman semua amal perbuatan baik kita akan sia-sia.
Tidak ada pahalanya di akhirat nanti:
”Dan orang-orang kafir amal-amal mereka adalah laksana fatamorgana di tanah yang datar, yang disangka air
oleh orang-orang yang dahaga, tetapi bila didatanginya air itu dia tidak mendapatinya sesuatu apapun…” [An
Nuur:39]
”Orang-orang yang kafir kepada Tuhannya, amalan-amalan mereka adalah seperti abu yang ditiup angin dengan
keras pada suatu hari yang berangin kencang. Mereka tidak dapat mengambil manfaat sedikitpun dari apa yang
telah mereka usahakan (di dunia). Yang demikian itu adalah kesesatan yang jauh.” [Ibrahim:18]
Iman ini harus dilandasi ilmu yang mantap sehingga kita bisa menjelaskannya kepada orang lain. Bukan
sekedar taqlid atau ikut-ikutan.
2. Beriman kepada Malaikat-Malaikat
Pada suatu hari kami (Umar Ra dan para sahabat Ra) duduk-duduk bersama Rasulullah Saw. Lalu muncul di
hadapan kami seorang yang berpakaian putih. Rambutnya hitam sekali dan tidak tampak tanda-tanda
perjalanan. Tidak seorangpun dari kami yang mengenalnya. Dia langsung duduk menghadap Rasulullah Saw.
Kedua kakinya menghempit kedua kaki Rasulullah, dari kedua telapak tangannya diletakkan di atas paha
Rasulullah Saw, seraya berkata, “Ya Muhammad, beritahu aku tentang Islam.” Lalu Rasulullah Saw menjawab,
“Islam ialah bersyahadat bahwa tidak ada tuhan kecuali Allah dan Muhammad Rasulullah, mendirikan shalat,
menunaikan zakat, puasa Ramadhan, dan mengerjakan haji apabila mampu.” Kemudian dia bertanya lagi,
“Kini beritahu aku tentang iman.” Rasulullah Saw menjawab, “Beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya,
kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya, hari akhir dan beriman kepada Qodar baik dan buruknya.” Orang itu lantas
berkata, “Benar. Kini beritahu aku tentang ihsan.” Rasulullah berkata, “Beribadah kepada Allah seolah-olah
anda melihat-Nya walaupun anda tidak melihat-Nya, karena sesungguhnya Allah melihat anda. Dia bertanya
lagi, “Beritahu aku tentang Assa’ah (azab kiamat).” Rasulullah menjawab, “Yang ditanya tidak lebih tahu dari
yang bertanya.” Kemudian dia bertanya lagi, “Beritahu aku tentang tanda-tandanya.” Rasulullah menjawab,
“Seorang budak wanita melahirkan nyonya besarnya. Orang-orang tanpa sandal, setengah telanjang, melarat
dan penggembala unta masing-masing berlomba membangun gedung-gedung bertingkat.” Kemudian orang itu
pergi menghilang dari pandangan mata. Lalu Rasulullah Saw bertanya kepada Umar, “Hai Umar, tahukah
kamu siapa orang yang bertanya tadi?” Lalu aku (Umar) menjawab, “Allah dan rasul-Nya lebih mengetahui.”
Rasulullah Saw lantas berkata, “Itulah Jibril datang untuk mengajarkan agama kepada kalian.” (HR. Muslim)
Sebagaimana hadits di atas, rukun Iman ada 6. Pertama Iman kepada Allah. Artinya kita meyakini adanya
Allah dan tidak ada Tuhan selain Allah. Di bab-bab berikutnya akan dijelaskan secara rinci tentang hal ini.
Rukun Iman yang kedua adalah iman kepada Malaikat-malaikat Allah. Kita yakin bahwa Malaikat adalah
hamba Allah yang selalu patuh pada perintah Allah.
Rukun Iman yang ketiga adalah beriman kepada Kitab-kitabNya. Kita yakin bahwa Allah telah menurunkan
Taurat kepada Musa, Zabur kepada Daud, Injil kepada Isa, dan Al Qur’an kepada Nabi Muhammad. Namun
kita harus yakin juga bahwa semua kitab-kitab suci di atas telah dirubah oleh manusia sehingga Allah kembali
menurunkan Al Qur’an yang dijaga kesuciannya sebagai pedoman hingga hari kiamat nanti.
”Maka kecelakaan yng besar bagi orang-orang yang menulis Al Kitab dengan tangan mereka sendiri, lalu
dikatakannya; “Ini dari Allah”, dengan maksud untuk memperoleh keuntungan yang sedikit dengan perbuatan
itu. Maka kecelakaan yang besarlah bagi mereka, akibat apa yang ditulis oleh tangan mereka sendiri, dan
kecelakaan yang besarlah bagi mereka, akibat apa yang mereka kerjakan.” [Al Baqarah:79]
Rukun Iman yang keempat adalah beriman kepada Rasul-rasul (Utusan) Allah. Rasul/Nabi merupakan
manusia yang terbaik yang pantas dijadikan suri teladan yang diutus Allah untuk menyeru manusia ke jalan
Allah. Ada 25 Nabi yang disebut dalam Al Qur’an yang wajib kita imani di antaranya Adam, Nuh, Ibrahim,
Musa, Isa, dan Muhammad.
Karena ajaran Nabi-Nabi sebelumnya telah dirubah ummatnya, kita harus meyakini bahwa Nabi Muhammad
adalah Nabi terakhir yang harus kita ikuti ajarannya.
” Muhammad bukanlah bapak dari seorang laki-laki di antara kamu, tetapi dia adalah Rasulullah dan penutup
nabi-nabi…” [Al Ahzab:40]
Rukun Iman yang kelima adalah beriman kepada Hari Akhir (Kiamat/Akhirat). Kita harus yakin bahwa dunia ini
fana. Suatu saat akan tiba hari Kiamat. Pada saat itu manusia akan dihisab. Orang yang beriman dan beramal
saleh masuk ke surga. Orang yang kafir masuk neraka.
Selain kiamat besar kita juga harus yakin akan kiamat kecil yaitu mati. Setiap orang pasti mati. Untuk itu kita
harus selalu hati-hati dalam bertindak.
Rukun Iman yang keenam adalah percaya kepada Takdir/qadar yang baik atau pun yang buruk. Meski
manusia wajib berusaha dan berdoa, namun apa pun hasilnya kita harus menerima dan mensyukurinya
sebagai takdir dari Allah.
“Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis
dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah
bagi Allah.
(Kami jelaskan yang demikian itu) supaya kamu jangan berduka cita terhadap apa yang luput dari kamu, dan
supaya kamu jangan terlalu gembira terhadap apa yang diberikan-Nya kepadamu. Dan Allah tidak menyukai
setiap orang yang sombong lagi membanggakan diri” [Al Hadiid 22-23]
“Katakanlah: “Siapakah yang dapat melindungi kamu dari (takdir) Allah jika Dia menghendaki bencana atasmu
atau menghendaki rahmat untuk dirimu?” [Al Ahzab 17]
RUKUN ISLAM
Berikut adalah rincian dari ke-lima rukun dalam rukun islam tersebut
Rasulullah Sholallahu ‘Alaihi Wassallam bersabda (yang artinya), "Islam
dibangun atas 5 perkara".
1. "Syahadat (persaksian) bahwa tiada sesembahan yang berhak disembah selain
Allah dan Muhammad adalah utusan Allah."
Yaitu kita mengikrarkan dengan penuh keimanan juga diwujudkan dalam
tindakan kehidupan kita bahwa tiada sesembahan yang berhak dan benar selain
Allah dan kita bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan Allah serta kita wajib
menaati Rasulullah Shollallahu ‘Alaihi Wasallam dalam agama Allah ini.
2. "Dan menegakkan Sholat."
Yaitu menegakkan Sholat terutama sholat 5 waktu, dengan menunaikan rukun-
rukun, kewajiban-kewajiban, dan khusu’ di dalamnya serta bersungguh
sungguh dalam mempelajari ibadah sholat sehingga dalam pelaksanaanya sesuai
dengan tuntunan Rasulullah Shollallahu ‘Alaihi Wasallam
3. "Memberikan Zakat."
Zakat fitrah adalah zakat yang wajib bagi setiap muslim yang termasuk
kedalam golongan wajib zalat, selain itu wajib bagi seorang muslim bila ia
memiliki 85 gram emas atau uang yang senilai dengannya dalam masa
kepemilikan 1 tahun. Besar zakat ini adalah 2,5 %.Adapun zakat selain dalam
bentuk uang mempunyai ukuran tertentu
4. "Dan haji ke Baitullah."
Menjalankan Haji ini bagi orang yang mampu menunaikannya. Mampu dalam
hal ilmu, harta dan fisik, hukumnya menjadi yang mampu.
5. "Berpuasa di bulan Ramadhan."
Puasa di bulan radmadhan adalah termasuk puasa yang wajib, berdosa besar
bagi muslim yang tidak melaksanakannya, puasa adalah mencegah diri dari
makan minum dan seluruh perkara yang membatalkannya dari fajar sampai
tenggelam matahari disertai dengan niat puasa.
RUKUN ISLAM SERTA PENJELASANNYA
Berikut Rukun Islam berserta penjelasannya.
Artinya: Aku besaksi Tiada Tuhan yang berhak disembah selain Allah dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah Utusan Allah.
Syahadat (Bahasa Arab: الشهادةasy-syahādah ) merupakan asas dan dasar dari lima rukun Islam dan merupakan ruh, inti dan landasan
seluruh ajaran Islam. Syahadat berasal dari kata bahasa Arab yaitu syahida ()شهد, yang artinya ia telah menyaksikan. Kalimat itu dalam
syariat Islam adalah sebuah pernyataan kepercayaan dalam keesaan Tuhan (Allah) dan Nabi Muhammad sebagai RasulNya. Kalimat
inilah yang harus diikrarkan pertama kali ketika seseorang memeluk agama Islam.
Sebagai ummat Islam kita diwajibkan mendirikan Sholat sehari semalam 5 waktu, mulai dari Sholat Subuh, Zuhur, Ashar, Magrib dan
I’sya. Sholat memeliki kedudukan agung dalam Islam, hal ini bisa kita lihat dari keutamaan sholat tersebut seperti berikut:
a) Shalat adalah kewajiban paling utama setelah dua kalimat syahadat dan merupakan salah satu rukun islam.
Rasulullah shallallahu alaihi wa salam bersabda, “Sesungguhnya batasan antara seseorang dengan kekafiran dan kesyirikan adalah
c) Shalat adalah tiang agama dan agama seseorang tidak tegak kecuali dengan menegakkan shalat.
Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Sesungguhnya amal hamba yang pertama kali akan dihisab pada hari kiamat adalah
shalatnya. Apabila shalatnya baik, dia akan mendapatkan keberuntungan dan keselamatan. Apabila shalatnya rusak, dia akan menyesal
dan merugi. Jika ada yang kurang dari shalat wajibnya, Allah Tabaroka wa Ta’ala mengatakan,’Lihatlah apakah pada hamba tersebut
memiliki amalan shalat sunnah?’ Maka shalat sunnah tersebut akan menyempurnakan shalat wajibnya yang kurang. Begitu juga amalan
lainnya seperti itu.” Dalam riwayat lainnya, ”Kemudian zakat akan (diperhitungkan) seperti itu. Kemudian amalan lainnya akan dihisab
Dilihat dari segi bahasa, kata zakat berasal dari kata zaka (bentuk mashdar), yang mempunyai arti: berkah,tumbuh,bersih,suci dan baik.
Zakat menurut istilah (syara’) artinya sesuatu yang hukumnya wajib diberikan dari sekumpulan harta benda tertentu, menurut sifat dan
ukuran tertentu kepada golongan tertentu yang berhak menerimanya dengan syarat tertentu pula.
Allah telah memerintahkan setiap muslim yang memilki harta mencapai nisab untuk mengeluarkan zakat hartanya setiap tahun. Ia
berikan kepada yang berhak menerima dari kalangan fakir serta selain mereka yang zakat boleh diserahkan kepada mereka sebagaimana
Allah SWT berfiman: “Ambillah zakat dari sebagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan mensucikan mereka,” (At
Taubah: 103)
Menurut syariat agama Islam, puasa ramadhan artinya menahan diri dari makan dan minum serta segala perbuatan yang bisa
membatalkan puasa, mulai dari terbit fajar hinggalah terbenam matahari, dengan syarat tertentu, untuk meningkatkan ketakwaan seorang
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu
bertakwa”
Untuk rukun Islam yg kelima ini, Allah mewajibkan setiap hambanya untuk Haji ke Baitullah Mekkah sekali seumur hidup.
Pengertian Haji adalah berkunjung ke Baitullah Mekkah untuk melakukan tawaf, Sa’i, Wukuf di arafah dan melakukan amalan-amalan
yang lain dalam waktu tertentu untuk mendapatkan keridhaan Allah SWT.
Adapun syarat-syarat Haji ada 5 perkara yaitu, Islam, Baligh, Berakal Sehat, Merdeka dan Mampu.
RUKUN ISLAM.
Ada 5 perkara
yaitu:
1. Mengucapkan "Dua Kalimat Shahadat".
Syahadat (Bahasa Arab: الشهادةasy-syahādah ) merupakan asas dan dasar dari lima rukun Islam dan
merupakan ruh, inti dan landasan seluruh ajaran Islam. Syahadat berasal dari kata bahasa Arab yaitu
syahida ()شهد, yang artinya ia telah menyaksikan. Kalimat itu dalam syariat Islam adalah sebuah
pernyataan kepercayaan dalam keesaan Tuhan (Allah) dan Nabi Muhammad sebagai RasulNya. Kalimat
inilah yang harus diikrarkan pertama kali ketika seseorang memeluk agama Islam.
2. Mengerjakan Sholat Wajib Lima waktu sehari semalam.
Selain sebagai sarana penjaga hubungan spiritual dengan Allah SWT, Sholat juga dapat mencegah
seorang muslim dari perbuatan yang dilarang agama. Tidaklah heran jika Sholat disebut sebagai Tiang
Agama dalam Islam.
3. Membayar Zakat.
Zakat adalah salah satu rukun Islam dan salah satu kewajibanya. Dari Ibnu ‘Umar Radhiyallahu anhuma,
ia berkata bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
“Islam didirikan di atas lima dasar, yaitu bersaksi bahwasanya tidak ada ilah yang berhak diibadahi
dengan benar selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah, mendirikan shalat, mengeluarkan zakat,
berhaji ke Baitullah, dan puasa pada bulan Ramadhan.”
Dan telah disebutkan secara bergandengan dengan shalat dalam delapan puluh dua ayat.
4. Berpuasa pada bulan Ramadhan.
Puasa Ramadhan merupakan salah satu rukun dari rukun-rukun Islam dan juga merupakan salah satu
kewajibannya.
5. Menunaikan Haji bagi yang mampu.
Haji (Bahasa Arab: ;حجtransliterasi: Hajj) adalah rukun (tiang agama) Islam yang kelima setelah
syahadat, sholat, zakat dan puasa. Menunaikan ibadah haji adalah bentuk ritual tahunan yang
dilaksanakan kaum muslim sedunia yang mampu (material, fisik, dan keilmuan) dengan berkunjung dan
melaksanakan beberapa kegiatan di beberapa tempat di Arab Saudi pada suatu waktu yang dikenal
sebagai musim haji (bulan Zulhijah). Hal ini berbeda dengan ibadah umrah yang bisa dilaksanakan
sewaktu-waktu.
Kegiatan inti ibadah haji dimulai pada tanggal 8 Zulhijah ketika umat Islam bermalam di Mina, wukuf
(berdiam diri) di Padang Arafah pada tanggal 9 Zulhijah, dan berakhir setelah melempar jumrah
(melempar batu simbolisasi setan) pada tanggal 10 Zulhijah. Masyarakat Indonesia lazim juga menyebut
hari raya Idul Adha sebagai Hari Raya Haji karena bersamaan dengan perayaan ibadah haji ini.
Hukum nun mati dan tanwin
Hukum nun mati dan tanwin adalah salah satu tajwid yang terdapat dalam Al-Qur'an. Hukum ini berlaku jika nun
mati atau tanwin bertemu huruf-huruf tertentu.
Hukum ini terdiri dari 4 jenis, yaitu:
1 Idh-har Halqi
2 Idgham
o 2.1 Idgham Ma'alghunnah
o 2.2 Idgham Bilaghunnah
o 2.3 Pengecualian
3 Ikhfa' haqiqi
Idh-har Halqi
Jika nun mati atau tanwin bertemu dengan salah satu huruf halqy yaitu ھ,أ,غ,ع,خ,ح
maka cara membacanya harus dengan jelas di kerongkongan, terang tidak diperbolehkan
untuk didengungkan.
Idgham
Contoh:==ni terjadi apabila nun mati atau tanwin bertemu dengan huruf ba' ()ب. Dalam bacaan ini, bacaan
َن
َّ ۢبَذ
ليُن
َ harus dibaca Layumbażanna
Ikhfa' haqiqi
Jika nun mati atau tanwin bertemu dengan huruf-huruf seperti ta ()ت, tsa ()ث, jim ()ج, dal ()د, dzal ()ذ, zai
()ز, sin ()س, syin ()ش, shad ()ص, dhad ()ض, tha ()ط, zha ()ظ, fa ()ﻑ, qof ()ق, dan kaf ()ك, maka ia harus
dibaca samar-samar (antara Izhar dan Idgham)
يمِ ِ
ٌ َغ ُف ْوٌر َحل, ُ مْنه, من َأم َن
2. Idghom bighunnah
Apabila ada nun sukun atau tanwin bertemu dengan salah satu huruf ya’, nun, mimi, dan wawu (ي ن م
)و maka hukum bacaannya disebut idghom bighunnah) (إدغام ِب ُغ َّنة yang berarti harus dibaca dengan
dimasukkan atau ditasydidkan kedalam salah satu huruf yang empat itu dengan suara mendengung. Seperti
contoh dibawah ini :
3. Idghom Bilaghunnah
Apabila ada nun sukun dan tanwin bertemu dengan salah satu huruf lam )ل ) dan ra' ()رmaka hukum
bacaannya adalah idghom bila ghunnah ()إدغام بالغ ًنة yang membacanya dengan cara memasukkan
dengan tanpa mendengung. Seperti contoh dibawah ini :
تثجدذزسشصضطظفقك
Contoh Ikhfa’ :
Nun sukun ()ن atau tanwin ( -ً–ٍ– ٌ ) jika bertemu huruf hijaiyah yang 28 terbagi 4 hukum.
1. Izhar
Artinya jelas, jika Nun sukun ()ن atau tanwin ( -ً–ٍ–)ٌ bertemu dengan salah satu dari 6 huruf izhar,
yaitu هـ ع ح غ خ أ
Contoh :
4. Iqlab
Artinya berganti bunyi mim, yaitu jika Nun sukun ( )نatau tanwin ( -ً–ٍ– ٌ ) bertemu dengan huruf iqlab yang hanya 1
yaitu ب
Contoh :
7) Mad Lazim Musaqqal Kalimi, Yaitu bila ada mad thobi’i yang bertemu dengan huruf yang bertasydid. Cara
membacanya tiga alif atau 6 ketukan.
8) Mad Lazim Mukhafaf Harfi, yaitu huruf-huruf yang ada pada permulaan surat dalam Al-Qur’an (Fawatihus
Suwar) yang cara membacanya tidak berakhiran dengan huruf konsonan. Huruf huruf itu adalah: ha, ya’, ra, tha, dan
ha. Cara membacanya dua ketukan.
9) Mad lazim Musaqqal Harfi, yaitu huruf-huruf yang ada pada permulaan surat dalam Al-Qur’an (Fawatihus
Suwar) yang cara membacanya berakhiran dengan huruf konsonan. Huruf huruf itu adalah: kaf, mim lam, shad, ’ain,
qaf, nundan sin. Cara membacanya tiga alif atau enam ketukan.
10) Mad Liin, artinya lunak, yaitu huruf mad wau sukun dan ya’ sukun yang sebelumnya berharakat fathah. Cara
membacanya lunak/lemas tidak boleh dipanjangkan.
11) Mad Silah Qoshirah, yaitu huruf ha yang berfungsi sebagai pengganti orang/benda ke tiga (dhomir). Cara
membacanya dua ketukan seperti mad thobi’i.
12) Mad Silah Thowilah, Yaitu mad silah qoshirah yang bertemu dengan huruf hamzah. Cara membacanya seperti
mad jaiz munfashil (5 ketukan).
13) Mad Farq,
(dalam Q.A. Al-An’aam 143)
14) Man Tamkin.
MAD DALAM ILMU TAJWID
disyaratkan agar huruf itu harus terdapat di antara 2 huruf yang berharakat
ii. Huruf Ya Kecil yang terdapat setelah Ha Dhamir yang berbaris Kasrah.
disyaratkan agar huruf itu harus terdapat di antara 2 huruf yang berharakat
ii. Ya Kecil yang terdapat setelah Ha Dhamir yang berbaris Kasrah bertemu dengan Hamzah pada 2 kalimah
* Cara bacaannya adalah sama dengan Mad Shilah ketika Washal, sedangkan ketika Wakaf tidak dibaca panjang.
Makna = Apabila Huruf Mad bertemu huruf hidup dalam 1 kalimah dan bacaan diwaqafkan (berhenti).
Dinamakan Aridh karena Mad Asli yang terdapat di akhir ayat dibaca sukun karena wakaf. Jika di washal,
hukumnay kembali seperti Mad Asli.
2.14 Mad Farq
Makna = Apabila Mad Badal bertemu dengan huruf yang bertasydid sabdu dan untuk membezakan antara
kalimat istifham (pertanyaan) dengan sebutan/berita.
Hukum = Panjang bacannya ialah 6 harakah
Thaharah
Thaharah menurut bahasa berarti bersuci. Menurut syara’ adalah membersihkan diri, pakaian,
tempat, dan benda-benda lain dari najis dan hadas menurut cara-cara yang ditentukan oleh
syariat islam.
Thaharah (bersuci) merupakan persyaratan dari beberapa macam ibadah. Oleh karna itu
bersuci menjadi masalah penting dalam ajaran islam.Tata cara bersuci yang diajarkan islam
dimaksudkan agar manusia menjadi suci dan bersi,baik lahir maupun batin.
Thaharah menempati kedudukan yang penting dalam ibadah.Misalnya,setiap orang yang akan
mengerjakan salat dan tawaf diwajibkan terlebih dahulu berThaharah,sepertih
berwudhu,tayamum,atau mandi.
َ م َتطَ ِّه ِر
)٢٢٢( ين ُ ين َو ُيحِبُّ ا ْل
َ ِِإنَّ اللَّ َه ُيحِبُّ ال َّت َّواب
Artinya : Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang bertaubat dan menyukai orang-
orang yang mensucikan diri.
Apabila badan, tempat, atau perlengkapan lain terkena najis, hendaknya dibersihkan
amendapat kesehatan dan akan disenangi oleh sesamanya.Allah SWT mencintai orang-orang
yang membersihkan diri serta lingkungannya.
Orang-orang yang suci adalah orang yang membersihkan dirinya dari segala najis, hadas, dan
kotoran. Secara garis besar, bersuci ada dua macam, yaitu bersuci dari najis dan hadas.
Jika dilihat dari sifat dan pembagiannya, thaharah (bersuci) dapat dibedakan menjadi dua
bagian, yaitu bersuci lahiriah dan batiniah.
a. Bersuci Lahiriah
Beberapa contoh thaharah / bersuci yang bersifat lahiriah adalah membersihkan badan, tempat
tinggal, dan lingkungan darisegala bentuk kotoran atau najis. Bersuci lahiriah meliputi kegiatan
bersuci dari najis dan bersuci dari hadas.
1) Bersuci dari najis adalah berusaha untuk membersihkan segala bentuk kotoran yang
melekat pada badan atau tempat yang didiami. Cara membersihkannya disesuaikan dengan
bentuk atau jenis kotoran yang akan dihilangkan, seperti dibasuh sampai hlang rasa, bau, dan
warna.
2) Bersuci dari hadas adlah menghilangkan atau membersihkan hadas dengan cara
berwudu atau mandi. Cara membersihkannya disesuaikan dengan jenis hadas yang akan di
bersihkan.
b. Bersuci batiniah
Thaharah batiniah adalah membersihkan jiwa dari kotoran batin berupa dosa dan perbuatan
maksiat, seprti syirik, takabur, dan ria. Cara membersihkan sifat atau perbuatan tercela ini
adalah dengan bertobat kepada Allah SWT tidak mengulangi perbuatan tercela tersebut, serta
menggantinya dengan perbuatan terpuji.
Macam-Macam Alat Thaharah
Hanya airkah yang dapat digunakan thaharah ? Bagaimanakah jika disuatu tempat
bagaimanakah jika disuatu tempat sulit ditemukan air ? Dalam hal ini, Islam tetap memberi
kemudahan. Alat atau benda yang dapat digunakan untuk bersuci menurut Islam ada dua
macam, yakni benda padat dan benda cair.
Benda padat yang dimaksud adalah batu, pecahan genting, batu merah, kertas, daun, dan
kayu. Semua benda tersebut harus dalam keadaan bersih dan tidak terpakai. Islam melarang
pemakaian benda-benda tersebut apabila masih dipakai, misalnya buku yang masih digunakan,
kertas yang akan dipakai, dan batu merah yang akan dipasang.
Benda cair yang boleh digunakan untuk bersuci adalah air.air ada yang boleh digunakan untuk
bersuci, ada pula yang tidak boleh atau tidak sah untuk bersuci. Air yang dapat dipakai untuk
bersuci, diantaranya air mutlak. Air mutlak adalah air yang tidak tercampuri oleh suatu apa pun
dari najis, misalnya air sumur,air mata air,air sungai,air laut,dan air salju.
Macam-Macam Air
Macam-macam air tersebut adalah:
a. air yang suci dan mensucikan,yaitu air yang halal untuk di minum dan sah digunakan untuk
bersuci, misalnya air hujan,air sumur,air laut, air salju,air embun,dan air sungaiselama
semuanya itu belum berubah warna,bau,dan rasa;
b. air suci,tetapi tidak menyucikan, yaitu air yang halal untuk diminum,tetapi tidak sah untuk
bersuci, misalnya air kelapa,air teh,air kopi, dan air yang di keluarkan dari pepohonan;
c. air mutanajis (air yang terkena najis), air yang tidak halal untuk diminum dan tidak sah
untuk bersuci, seperti
1) air yang sudah berubah warna, bau, dan rasanya karena terkena najis serta.
2) air yang belum berubah warna, bau, dan rasanya, tetapi sudah terkena najis dan air
tersebut dalam jumlah sedikit (kurang dari dua kulah).
d. air yang makruh di pakai bersuci , seperti air yang terjemur atau terkena panas matahari
dalam bejana, selain bejana dari emas atau perak.
e. air mustakmal, yaitu air yang telah digunakan untuk bersuci walaupun tidak berubah
warnanya. Air ini tidak boleh digunakan bersuci karena dikhawatirkan telah terkena najis
sehingga dapat mengganggu kesehatan.
Macam-Macam Najis dan Tata Cara Thaharah
Dalam ajaran Islam, najis dibagi menjadi tiga macam, yaitu najis mugallazah, mukhaffafah, dan
mutawassitah.
Sementara kata “akhlak” juga berasal dari bahasa Arab, yaitu [ ]خلقjamaknya []أخالق yang artinya tingkah laku,
perangai tabi’at, watak, moral atau budi pekerti. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, akhlak dapat diartikan budi
pekerti, kelakuan. Jadi, akhlak merupakan sikap yang telah melekat pada diri seseorang dan secara spontan
diwujudkan dalam tingkah laku atau perbuatan. Jika tindakan spontan itu baik menurut pandangan akal
dan agama, maka disebut akhlak yang baik atau akhlaqul karimah, atau akhlak mahmudah. Akan tetapi apabila
tindakan spontan itu berupa perbuatan-perbuatan yang jelek, maka disebut akhlak tercela atau akhlakul
madzmumah.
Islam mengajarkan agar umatnya melakukan perbuatan baik dan menjauhi perbuatan buruk. Ukuran baik dan
buruk tersebut dikatakan dalam Al Qur’an. Karena Al Qur’an merupakan firman Allah, maka kebenarannya harus
diyakini oleh setiap muslim. Dasar aqidah akhlak yang kedua bagi seorang muslim adalah AlHadits atau Sunnah
Rasul. Untuk memahami Al Qur’an lebih terinci, umat Islam diperintahkan untuk mengikuti ajaran Rasulullah SAW,
karena perilaku Rasulullah adalah contoh nyata yang dapat dilihat dan dimengerti oleh setiap umat Islam (orang
muslim).
b) Aqidah akhlak bertujuan pula membentuk pribadi muslim yang luhur dan mulia. Seseorang muslim yang
berakhlak mulia senantiasa bertingkah laku terpuji, baik ketika berhubungan dengan Allah SWT, dengan sesama
manusia, makhluk lainnya serta dengan alam lingkungan. Oleh karena itu, perwujudan dari pribadi muslim
yang luhur berupa tindakan nyata menjadi tujuan dalam aqidah akhlak.
c) Menghindari diri dari pengaruh akal pikiran yang menyesatkan. Manusia diberi kelebihan oleh Allah dari
makhluk lainnya berupa akal pikiran. Pendapat-pendapat atau pikiran-pikiran yang semata-mata didasarkan atas
akal manusia, kadang-kadang menyesatkan manusia itu sendiri. Oleh karena itu, akal pikiran perlu dibimbing oleh
aqidah akhlak agar manusia terbebas atau terhindar dari kehidupan yang sesat.
Pengertian Akidah dan akhlak
Aqidah adalah ilmu yang mengajarkan manusia mengenai kepercayaan yang pasti wajib dimiliki oleh setiap
orang di dunia. Alquran mengajarkan akidah tauhid kepada kita yaitu menanamkan keyakinan terhadap Allah
SWT yang satu yang tidak pernah tidur dan tidak beranak-pinak. Percaya kepada Allah SWT adalah salah satu
butir rukun iman yang pertama. Orang yang tidak percaya terhadap rukun iman disebut sebagai orang-orang
kafir.
Akhlak adalah perilaku yang dimiliki oleh manusia, baik akhlak yang terpuji atau akhlakul karimah maupun
yang tercela atau akhlakul madzmumah. Allah SWT mengutus Nabi Muhammd SAW tidak lain dan tidak bukan
adalah untuk memperbaiki akhlaq. Setiap manusia harus mengikuti apa yang diperintahkanNya dan menjauhi
laranganNya. Akidah adalah gudang akhlak yang kokoh. Ia mampu menciptakan kesadaran diri bagi manusia
untuk berpegang teguh kepada norma dan nilai-nilai akhlak yang luhur. Akan tetapi sebaliknya, akidah-akidah
hasil rekayasa manusia berjalan sesuai dengan langkah hawa nafsu manusia dan menanamkan akar-akar
egoisme dalam sanubarinya.
Akhlak mendapatkan perhatian istimewa dalam akidah Islam.
Rasulullah saww bersabda:
ار َ‚م ْاَأل ْخالَ ِق ُبع ِْث ُ ُأل
ِ ت ِ َت ِّم َم َم َك
(Aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang mulia).
Dalam hadis lain beliau bersabda: “Akhlak yang mulia adalah setengah dari agama”.
Salah seorang sahabat bertanya kepada belaiu: “Anugerah apakah yang paling utama yang diberikan kepada
seorang muslim?” Beliau menjawab: “Akhlak yang mulia”.
Islam menggabungkan antara agama yang hak dan akhlak. Menurut teori ini, agama menganjurkan setiap
individu untuk berakhlak mulia dan menjadikannya sebagai kewajiban (taklif) di atas pundaknya yang dapat
mendatangkan pahala atau siksa baginya. Atas dasar ini, agama tidak mengutarakan wejangan-wejangan
akhlaknya semata tanpa dibebani oleh rasa tanggung jawab. Bahkan agama menganggap akhlak sebagai
penyempurna ajaran-ajarannya. Karena agama tersusun dari keyakinan (akidah) dan perilaku. Dan akhlak
mencerminkan sisi perilaku tersebut.
Imam Baqir a.s. berkata:
ِإنَّ َأ ْك َم َل ْالمُْؤ ِم ِن ْينَ ِإ ْيمَا ًنا َأحْ سَ ُن ُه ْم ُخل ُ ًقا
(Mukminin yang paling sempurna imannya adalah yang paling mulia akhlaknya).
Seseorang datang kepada Rasulullah saww dari arah muka dan bertanya: “Wahai Rasulullah, apakah agama
itu?” Rasulullah saww menjawab: ”Akhlak yang mulai”. Kemudian laki-laki itu mendatangi beliau dari arah kiri
dan bertanya: “Apakah agama itu?” Beliau menjawab: “Akhlak yang mulia”. Lalu laki-laki itu mendatangi beliau
dari arah kanan dan bertanya: “Apakah agama itu?” “Akhlak yang mulia”, jawab beliau untuk yang ketiga
kalinya. Akhirnya lali-laki itu mendatangi beliau dari arah belakang dan bertanya: “Apakah agama itu?”
Rasulullah saww menoleh kepadanya dan bersabda: “Apakah kau tidak memahami agama? Agama adalah
hendaknya engkau jangan suka marah”..
Akhlak adalah satu kebutuhan vital masyarakat. Akhlak adalah pengaman dari berkobarnya api kejahatan yang
sudah lama tersimpan dalam diri manusia. Atas dasar ini, membangun sebuah masyarakat tanpa didukung
oleh tuntunan-tuntunan akhlak bagaikan membangun sebuah bangunan di atas tumpukan pasir.
Amirul Mukminin a.s. berkata:
َأل ْ َأ
ِ لَ َكانَ َي ْن َبغِيْ لَ َنا نْ َنطلُبَ َم َك،َل ْو ُك َّنا الَ َنرْ ج ُْو جَ َّن ًة َوالَ َن ْخ َشى َنارً ا َوالَ َث َوابًا َوالَ عِ َقابًا
ِ َ َفِإ َّنهَا ِممَّا َت ُد ُّل عَ لَى سَ ِبي ِْل ال َّنج،ار َم ْا ْخالَ ِق
اح
(Apabila kita tidak mengharap surga dan tidak takut neraka, dan tidak mengharap pahala dan siksa, maka
sepatutnya kita mencari akhlak yang mulia. Karena akhlak mulia dapat menunjukkan kepada kita jalan
keselamatan).
M Tri Hadi prasetyo
2. Definisi Aqidah • Dalam bahasa Arab akidah berasal dari kata al- ’aqdu ( ) yang berarti ikatan, at-tautsiiqu ( ) yang
berarti kepercayaan atau keyakinan yang kuat, al-ihkaamu ( ) yang artinya mengokohkan (menetapkan), dan ar- rabthu
biquw-wah ( ) yang berarti mengikat dengan kuat. • Sedangkan menurut istilah (terminologi): ‘akidah adalah iman yang
teguh dan pasti, yang tidak ada keraguan sedikit pun bagi orang yang meyakininya.
3. Pembagian Aqidah Tauhid • Tauhid Al-Uluhiyyah, artinya mengesakan Allah dalam ibadah, yakni beribadah hanya
kepada Allah dan karenaNya semata. • Tauhid Ar-Rububiyyah, artinya mengesakan Allah dalam perbuatan-Nya, yakni
mengimani dan meyakini bahwa hanya Allah yang mencipta, menguasai dan mengatur alam semesta ini.
4. • Tauhid Al-Asma’ was-Sifat, artinya mengesakan Allah dalam asma dan sifat- Nya, artinya mengimani bahwa tidak
ada makhluk yang serupa dengan Allah, dalam dzat, asma maupun sifat
5. Hubungan Antara Aqidah dan Akhlak Dasar pendidikan akhlak bagi seorang muslim adalah aqidah yang benar
terhadap alamdan kehidupan, karena akhlak tersarikan dari akidah dan pancaran dirinya. Oleh karenaitu, jika seseorang
beraqidah dengan benar, niscaya akhlaknya pun akan benar, baik danlurus. Begitu pula sebaliknya, jika aqidah salah
dan melenceng maka akhlaknya puntidak akan benar.Aqidah seseorang benar dan lurus jika kepercayaan dan
keyakinannya terhadap Allah juga lurus dan benar
6. Adapun yang dapat menyempurnakan aqidah yang benar terhadap Allah adalah beraqidah dengan benar terhadap
malaikat-malaikat- Nya, kitab-kitab-Nya yang diturunkan kepada para Rasul dan percaya kepada Rasul-rasul utusan-
Nya yangmempunyai sifat jujur dan amanah dalam menyampaikan risalah Tuhan Mereka. Keyakinan terhadap Allah,
Malaikat, Kitab, dan para Rasul-rasul-Nya berserta syariat yang mereka bawa tidak akan dapat mencapai kesempurnaan
kecuali jika disertai dengankeyakinan akan adanya hari Ahkir
7. Akhlak yang Mulia • Nabi s.a.w. bersabda yang maksudnya adalah : "Sesungguhnya aku diutus adalah untuk
menyempurnakan budipekerti (akhlak) yang mulia." (H.R.Ahmad) • Akhlak ataupun budipekerti memegang peranan
penting dalam kehidupan manusia. Akhlak yang baik akan membedakan antara manusia dengan hewan. Manusia yang
berakhlak mulia, dapat menjaga kemuliaan dan kesucian jiwanya, dapat mengalahkantekanan hawa nafsu syahwat
syaitoniah, berpegang teguh kepada sendi-sendikeutamaan. Menghindarkan diri dari sifat-sifat kecurangan, kerakusan
dan kezaliman.Manusia yang berakhlak mulia, suka tolong menolong sesama insan dan makhluk lainnya
8. • Akhlak yang buruk akan membinasakan seseorang insan dan juga akan membinasakan ummatmanusia. Manusia
yang mempunyai akhlak yang buruk senang melakukan sesuatu yangmerugikan orang lain. Senang melakukan
kekacauan, senang melakukan perbuatan yangtercela, yang akan membinasakan diri dan masyarakat seluruhnya. • Nabi
s.a.w. bersabda yang bermaksud: "Orang Mukmin yang paling sempurna imannya, ialah yang paling baik akhlaknya."
(H.R.Ahmad)
9. Akhlak Islam Cerminan Aqidah Islam • “Sesungguhnya engkau (Muhammad) benar- benar berakhlak yang
agung”(Al qalam :4) • Adakah orang yang tidak menyukai perhiasan? Jawaban pertanyaan ini jelas, bahwatidak ada
seorangpun melainkan ia menyukai perhiasan dan senang untuk tampil berhiasdi hadapan siapa saja. Karena itu kita
lihat banyak orang berlomba- lomba untuk memperbaiki penampilan dirinya. Ada yang lebih mementingkan perhiasan
dhahir (luar)dengan penambahan aksesoris seperti pakaian yang bagus, make up yang mewah danemas permata,
sehingga
10. mengundang decak kagum orang yang melihat. Adapula yang berupaya memperbaiki kualitas akhlak, memperbaiki
dengan akhlak islami.Yang disebut terakhir ini tentunya bukan decak kagum manusia yang dicari, namunkarena
kesadaran agamanya menghendaki demikian dengan disertai harapanmendapatkan pahala dari Allah subhanahu wa
ta’ala. Kalaupun penampilannyamengundang pujian orang, ia segera mengembalikannya kepada Allah
karenakepunyaan-Nyalah segala pujian dan hanya Dialah yang berhak untuk dipuji.
DOA SEBELUM DAN SESUDAH WUDHU
1. DOA SEBELUM BERWUDHU
اركْ لِي فِي ِر ْزقِي ِ اغ ِفرْ لِي َذ ْن ِبيْ َو َوسِّعْ فِي
ِ دَاريْ َو َب ْ اللُ ُه َّم
Artinya: “Wahai Tuhanku ampunilah dosaku dan lapangkanlah rumahtanggaku dan
berkahkanlah rizqiku”
Adapun tata cara dan urutan mengerjakan wudhu adalah sebagai berikut :
Membaca kalimat basmallah yaitu Bismillahirrohmanirrohim sambil mencuci kedua belah tangan sampai dengan
pergelangan tangan hingga bersih.
Setelah selesai membersihkan tangan, dilanjutkan dengan berkumur-kumur tiga kali sambil membersihkan gigi.
Setelah mencuci lubang hidung, selanjutnya adalah mencuci muka tiga kali mulai dari tempat dimana tumbuhnya
rambut kepala hingga bawah dagu dan dari telinga kanan ke telinga kiri sambil membaca doa niat wudhu yaitu sebagai
berikut :
Setelah membasuh muka [mencuci muka dengan bagian-bagiannya seperti yang tersebut pada nomer 4], kemudian
mencuci kedua belah tangan hingga sampai pada siku-siku tangan dalam tiga kali.
Setelah mencucui kedua belah tangan hingga siku-siku tangan, kemudian menyapu sebagian rambut kepala tiga kali.
Selesai menyapu sebagian rambut kepada,kemudian dilanjutkan dengan menyapu kedua belah telinga tiga kali.
Dan urutan yang terakhir yaitu mencuci kedua belah kaki tiga kali dari/sampai mata kaki.
Itulah rangkaian urutan cara wudhu. Dalam melaksanakan pekerjaan-pekerjaan urutan tata cara wudhu di atas, wajib
dikerjakan dengan berturut-turut yang artinya yang harus dahulu maka didahulukan dan yang harus akhir maka di
akhirkan [seperti urutan tata cara wudhu di atas]
Berikut ini adalah gambar-gambar ilustrasi tata cara wudhu yang sudah runtut/berurutan.
Setelah urutan tata cara di atas selesai, maka di akhiri dengan membaca bacaan doa setelah wudhu yaitu sebagai
berikut :
اللّه ّم اجعلنى.اَ ْش َه ُد اَنْ اَل اِله ااّل هللا وحده الشريك له واشهد انّ محمّد عبده ورسول
من ال ّتوّ ابين واجعلنى من المتطهّرين واجعلنى من عبادك الصّالحين
Asy-hadu allaa ilaaha illallaah wahdahu laa syariikalahu wa asy-hadu anna Muhammad ‘abduhu wara-suuluhu.
Allaahummaj ‘alnii minat tawwaabiina, waj ‘alnii minal mutathahhiriina waj ‘alni min ‘ibadikash shaalihina.
Artinya : Aku bersaksi tiada tuhan melainkan Allah dan tidak ada yang menyekutukan bagi-Nya. Dan aku bersaksi
bahwa Muhammad adalah hamba-Nya dan utusan-Nya. Ya Allah jadikanlah orang yang ahli tobatdan jadikanlah aku
orang yang suci dan jadikanlah aku dari golongan orang-orang yang shole
ADZAN
ُهَ ِإالَّ هللاŸŸŸŸŸŸŸŸŸŸŸŸŸŸŸŸهَ ُد َأ ْن الَ ِإلŸŸŸŸŸŸŸŸŸŸŸŸŸŸŸŸهَ ِإالَّ هللاُ َأ ْشŸŸŸŸŸŸŸŸŸŸŸŸŸŸŸŸهَ ُد َأ ْن الَ ِإلŸŸŸŸŸŸŸŸŸŸŸŸŸŸŸŸَأ ْش.
ِ ْو ُل هللاŸŸŸŸŸŸŸŸŸŸŸŸهَ ُد َأ َّن ُم َح َّمداً َر ُسŸŸŸŸŸŸŸŸŸŸŸŸ َأ ْش.ِ ْو ُل هللاŸŸŸŸŸŸŸŸŸŸŸŸهَ ُد َأ َّن ُم َح َّمداً َر ُسŸŸŸŸŸŸŸŸŸŸŸŸَأ ْش.
َّ ي َعلَى
الَ ِةŸŸŸŸŸŸŸŸŸŸŸŸŸŸŸŸŸŸŸŸŸŸŸŸŸŸŸŸŸŸŸŸŸŸŸŸŸŸالص َّ ي َعلَى
َّ الَ ِة َحŸŸŸŸŸŸŸŸŸŸŸŸŸŸŸŸŸŸŸŸŸŸŸŸŸŸŸŸŸŸŸŸŸŸŸŸŸŸالص َّ َح
Artinya :
Allah Maha Besar, Allah Maha Besar.
Aku menyaksikan bahawa Tiada Tuhan melainkan Allah.
Aku menyaksikan bahawa Muhammad itu pesuruh Allah.
Marilah Sembahyang.
Marilah kepada kejayaan.
Allah Maha Besar, Allah Maha Besar.
Tiada Tuhan melainkan Allah.
1. Berwudhu’
2. Menghadap ke arah Kiblat
3. Berdiri sewaktu menyeru Adzan atau Qamat
4. Dilakukan di tempat yang tinggi.
5. Muadzin hendaklah menyaring dan mengeluarkan suaranya.
6. Mengulang-ulang lafadz syahadatain
7. Muadzin menutup kedua telinganya dengan jari telunjuk ketika mengucapkan “Haiyaalas
solah” sambil memalingkan muka kearah kanan, dan ketika mengucapkan “Haiyaalal
falah” berpaling ke arah kiri.
Jika kita mendengar seruan Adzan, hendaklah kita menyahut, mengikut atau menjawab apa
yang diucapkan dalam Adzan yang diserukan oleh muadzin dengan perlahan-lahan, cuma pada
bacaan :
Bagi orang muslim yang mendengar suara adzan dan iqamah, maka hukum menjawab adzan dan
menjawab iqamah yang dikumandangkan adalah sunnah. Bagaimana cara menjawab adzan dan iqamah
dengan benar?
Cara menjawab adzan adalah dengan jawaban yang sama seperti apa yang tersebut dalam kalimat bacaan
adzan kecuali pada bacaan adzan yang bunyinya “ Hayya ‘alash shalaah ” dan “Hayya ‘alal falah”,
maka cara menjawabnya adalah dengan bacaan:
Artinya : tidak ada daya upaya dan kekuatan, kecuali dengan pertolongan Allah”
Namun, ketika kita mendengat suara adzan subuh, maka cara menjawab adzan subuh pada saat muadzin
mengucapkan bacaan kalimat :
Artinya : benar dan baguslah ucapanmu itu dan akupun atas yang demikian termasuk orang-orang yang
menyaksikan.
Bagaimana cara menjawab ketika kita mendengar iqamah dikumandangkan?
Ketika dikumandangkan suara iqamah oleh muadzin, maka sunnah bagi kita menjawab iqamah
dengan cara; kalimat-kalimat yang terdengar dijawab sama persis seperti yang diucapkan oleh muadzin,
kecuali pada kalimat : “Qad Qaamatish Shalaah”, maka di jawab dengan lafadz atau bacaan sebagai
berikut :
Artinya : Semoga Allah mendirikan shalat itu dengan kekalnya, dan semoga Allah menjadikan aku ini,
dari golongan orang-orang yang sebaik-baiknya ahli shalat”
Dan setelah mendengar suara iqamah, kita menjawabnya dengan membaca doa setelah iqamah yaitu
sebagai berikut :
الّله ّم ربّ هذه ال ّدعوة ال ّتامّة والصّالة القائمة ص ّل وسلّم على سيّدنا محمّد واته سؤله
يوم القيامة
“Allaahumma rabba hadzihid da’watit taammati wash-shalaatil qaa-imati, shalli wasallim ‘alaa sayyidinaa
muhammadin, wa aatihi su’lahu yaumal qiyaamati”
Artinya : Ya allah Tuhan yang memiliki panggilan yang sempurna, dan memiliki shalat yang ditegakkan,
curahkan rahmat dan salam atas junjungan kita Nabi Muhammad, dan berilah/kabulkan segala
permohonannya pada hari kiamat.
"Apabila kalian mendengar panggilan shalat, maka tirukanlah apa yang dikatakan muadzin".
Hadis serupa juga diriwayatkan oleh imam al-Bukhari dari Shahabat Mu'awiyah r.a.
Juga Imam Muslim meriwayatkan hadis tentang fadhilahnya menirukan suara azan ini dari
Shahabat Umar. Di sana dijelaskan pula caranya: menirukan kata perkata, kecuali ketika
muadzdzin mengucapkan: Hayya 'alashshalaah dan Hayya 'alalfalaah, di sini kita tidak menirukan,
tapi menyambutnya dengan mengucapkan : La hawla walaa quwwata illaa billahi l-'Aliyyi l-Azhiim.
Lafadz هللا اكبر هللا اكبر maka menjawabnya "Allahu Akbar,Allahu Akbar"
Lafadz اشهد ان الاله اال هللا menjawabnya "Asyhadu An Laa Ilaaha Illallaah"
Lafadz حي علي الصالة menjawabnya "La hawla walaa quwwata illaa billahi l-'Aliyyi l-Azhiim"
Lafadz حي علي الفالحmenjawabnya "La hawla walaa quwwata illaa billahi l-'Aliyyi l-Azhiim"
“Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-
bapakmu.” (An-Nisa [4]: 36).
Pada ayat yang lain juga Allah Ta’alategaskan. “Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain
Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya” (Al-Isra` [17]: 23).
Dari dua ayat di atas, kita dapat pahami bahwa birrul walidain (berbakti kepada ibu dan bapak) adalah perkara utama. Berbakti
kepada kedua orangtua bisa diwujudkan dengan cara senantiasa mengasihi, menyayangi, mendoakan, taat dan patuh, melakukan
hal-hal yang membahagiakan hati serta menjauhi hal-hal yang tidak disukai oleh mereka. Inilah yang dimaksud dengan birrul
walidain.
Karena berbakti kepada ibu dan bapak adalah perintah utama, maka hukumnya jelas, berbaktinya seorang anak kepada
Orangtuanya adalah hak yang Allah berikan kepada ibu dan bapaknya. Jadi, manakala ada seorang anak yang tidak berbakti
kepada ibu bapaknya, maka baginyaadalah dosa besar, meskipun alasan tidak berbaktinya itu karena dalam rangka taat kepada
Allah Ta’ala.
Suatu ketika datang seseorang lalu berkata kepada Rasulullah, “Ya Rasulullah, saya ingin ikut berjihad, tapi saya tidak mampu!”
Rasulullah bertanya, “Apakah orangtuamu masih hidup?” Orang itu menjawab,“Ibu saya masih hidup.”
Maka Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallammenjelaskan: “Temuilah Allah dengan berbakti kepada kedua orangtuamu (birrul
walidain). Jika engkau melakukannya, samalah dengan engkau berhaji, berumrah dan berjihad.” (HR. Thabrani).
Dalam hadits lain disebutkan, “Bersimpuhlah kau di kakinya (orangtuamu), di sana terdapat surga.”
Allah Ta’ala dan Rasul-Nya hanya membolehkan seorang anak tidak taat kepada ibu bapaknya dalam hal kemusyrikan dan
kemaksiatan. Tetapi perintah berbakti kepada ibu bapak ini tetap berlaku sekalipun orangtua dalam kondisi musyrik. Sekalipun
Allah Ta’ala memberikan ketetapan bahwa tidak wajib hukumnya taat kepada Orangtua dalam hal kemusyrikan. Tetapi, berbakti
kepada keduanya, tetap sebuah kewajiban yang tak bisa ditawar-tawar.
ََاب ِإلَ َّي ثُ َّم ِإلَ َّي َمرْ ِج ُع ُك ْم فَُأنَبُِّئ ُكم بِ َما ُكنتُ ْم تَ ْع َملُون
َ يل َم ْن َأن َ ك بِ ِه ِع ْل ٌم فَاَل تُ ِط ْعهُ َما َو
َ ِصا ِح ْبهُ َما فِي ال ُّد ْنيَا َم ْعرُوفا ً َواتَّبِ ْع َسب َ َوِإن َجاهَدَاكَ عَلى َأن تُ ْش ِركَ بِي َما لَي
َ َْس ل
“Dan jika keduanya memaksamu untuk mempersekutukan-Ku dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka
janganlah kamu menaati keduanya dan pergaulilah keduanya di dunia dengan baik.” (QS: Lukman [31]: 15).
Suatu riwayat menyebutkan bahwa ayat tersebut turun berkaitan dengan peristiwa yang dialami seorang sahabat bernama Sa’ad
bin Abi Waqashradhiyallahu ‘anhu. Ketika Sa’ad masuk Islam, ibunya tidak setuju, bahkan mengancam untuk tidak makan tidak
minum hingga Sa’ad melepaskan keimanannya. Ancaman itu ternyata benar-benar dilakukan oleh sang ibu, hingga kesehatan
ibunya menurun dan berada dalam kondisi kritis..
Bukhari dan Muslim meriwayatkan, Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhupernahbertanya kepada Rasulullah tentang
perbuatan apa yang paling disenangi oleh Allah.
Artinya, siapa berbakti kepada Orangtuanya dengan sebaik-baiknya, maka jelas surga ada di hadapannya. Betapa tidak?
Lihatlah, hadits ini menunjukkan berbakti kepada orangtua lebih utama nilainya daripada jihad fii sabilillah (berjihad/berperang
di jalan Allah). Sementara kita tahu, jihad fii sabilillahadalah jalan pintas menuju surga-Nya. Maka tentu saja berbakti kepada
orangtua akan mendapat balasan surga yang lebih baik.
Uwais belum pernah berjumpa dengan Rasulullah, namun karena begitu berbaktinya dia kepada orangtuanya, sehingga Allah
mencintai dia, dan kecintaan kemuliaan Uwais sampai ke telinga Rasulullah. Tapi suatu saat Umar bin Khaththab radhiyallahu
‘anhu bertutur bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda, “Telah datang ke negeri ini Uwais Al-Qarni, dari desa
atau kabilah Murad dan Qaran. Semula ia terkena penyakit belang, lalu sembuh. Ia sangat mencintai dan berbakti kepada
ibunya. Kalau bersumpah dan berdoa kepada Allah pasti dikabulkan. Jika kalian mau, mohonlah kepadanya, agar ia
memintakan ampun buat kalian.” (HR. Muslim).
Akhlak Anak terhadap Orang Tua
Orang tua adalah penyebab perwujudan kita. Kalaulah mereka itu tidak ada, kitapun tidak akan
pernah ada. Kita tahu bahwa perwujudan itu disertai dengan kebaikan dan kenikmatan yang tak
terhingga banyaknya., plus berbagi rizki yang kita peroleh dan kedudukan yang kita raih. Orang tua
sering kali mengerahkan segenap jerih paya mereka untuk menghindarkan bahaya dari diri kita.
Mereka bersedia kurang tidur agar kita bisa beristirahat. Mereka memberikan kesenangan-
kesenangan kepada kita yang tidak bisa kita raih sendiri. Mereka memikul berbagai penderitaan dan
mesti berkorban dalam bentuk yang sulit kita bayangkan.
Dengan demikian, menghardik kedua orang tua dan berbuat buruk kepada mereka tidak mungkin
terjadi kecuali dari jiwa yang bengis dan kotor, berkurang dosa, dan tidak bisa diharap menjadi baik.
Sebab, seandainya seseorang tahu bahwa kebaikan dan petunjuk allah mempunyai peranan yang
sangat besar, tentunya siapa tahu pula bagaimana harus berbuat baik kepada orang yang
semestinya diperlakukan dengan baik., bersikap mulia terhadap orang yang telah membimbing,
berterima kasih kepada orang yang telah memberikan kenikmatan sebelum dia sendiri bisa
mendapatkannya, dan yang telah melimpahinya dengan berbagai kebaikan yang tak mungkin bisa
di balas. Orang tua adalah orang\orang yang bersedia berkorban demi anaknya, tanpa
memperdulikan apa balasan yang akan diterimanya.
Kalau ibu merawat jasmani dan rohaninya sejak kecil secara langsung, maka bapak pun
merawatnya, mencari nafkahnya, membesarkannya, mendidiknya dan menyekolahkannya,
disanping dusaha ibu. Kalau mulai menganduna sampai masa muhariq (masa dapat membedakan
mana yang baik dan buruk), seorang ibu sangat berperan, maka setelah mulai memasuki masa
belajar, ayah lebih tampak kewajibannya, mendidiknya dan mempertumbuhkannya menjadi dewasa,
namun apabila dibandingkan antara berat tugas ibu dengan ayah, mulai mengandung sampai
dewasa dan sebagaimana perasaan ibu dan ayah terhadap putranya, maka secara perbandingan,
tidaklah keliru apabila dikatakan lebih berat tugas ibu dari pada tugas ayah. Coba bandingkan,
banyak sekali yang tidak bisa dilakukan oleh seorang ayah terhadap anaknya, yang hanya seorang
ibu saja yang dapat mengatasinya tetapi sebaliknya banyak tugas ayah yang bisa dikerjakan oleh
seorang ibu. Barangkali karena demikian inilah maka penghargaan kepada ibunya. Walaupun bukan
berarti ayahnya tidak dimuliakan, melainkan hendaknya mendahulukan ibu daripada mendahulukan
ayahnya dalam cara memuliakan orang tua.
Seorang anak menusut ajaran islam diwajibkan berbuat baik kepada ibu dan ayahnya, dalam
keadaan bagaimanapun. Artinya jangan sampai si anak menyinggung perasaan orang tuanya,
walaupun seandainya orang tua berbuat lalim kepada anaknya, dengan melakukan yang tidak
semestinya, maka jangan sekali-kali si anak berbuat tidak baik, atau membalas, mengimbangi
ketidakbaikan orang tua kepada anaknya, allah tidak meridhainya sehingga orang tua itu
meridhainya.
Menurut ukuran secara umum, si orang tua tidak sampai akan aniaya kepada ananya. Kalaulah itu
terjadi penaniayaan kepada orang tua kepada anaknya adalah disebakan perbuatan si anak itu
sendiri yang menyebabkan marah dan aniayanya orang tua kepada anaknya. Didalam kasus
demikian seandainya si orang tua marh kepada anaknya dan berbuat aniaya sehingga ia tiada ridha
kepada anaknya, allah pun tidak meridhai si anak tersebut lantaran orang tua.
4. Berbuat baik kepada ibu dan ayah yang sudah meninggal dunia
Bagaimana berbuat baik seorang anak kepada ibu dan ayahnya yang sudah tiada. Dalam hal ini
menurut tuntunan ajaran islam sebagaimana yang disiarkan oleh rasulullah dari Abu usaid :
Hadist ini menunjukkan cara kita berbuat baik kepada ibu dan ayah kita, apabila beliau-beliau itu
sudah tiada yaitu:
Mendoakan ayah ibu yang telah tiada itu dan meminta ampun kepada allah dari segala dosa
orang tua kita.
Menepati janji kedua ibu bapak. Kalau sewaktu hidup orang tua mempunyai janji kepada
seseorang, maka anaknya harus berusaha menunaikan menepati janji tersebut. Umpamanya beliau
akan naik haj, yang belum sampai melaksanakannya. Maka kewajiban anaknya menunaikan haji
orang tua tersebut.
Memuliakan teman-teman kedua orang tua. Diwaktu hidupnya ibu atau ayah mempunyai
teman akrab, ibu atau ayah saling tolong-menolong dengan temannya dalam bermasyarakat. Maka
untuk berbuat kebajikan kepada kedua orang tua kita yang telah tiada, selain tersebut di atas, kita
harus memuliakan teman ayah dan ibu semasa ia masih hidup.
Bersilalaturrahmi kepada orang yang kita mempunyai hubungan karena kedua orang tua.
Maka terhadap orang yang dipertemukan oleh ayah atau ibu sewaktu masih hidup, maka hal itu
termasuk berbuat baik kepada ibu dan bapak kita yang sudah meninggal dunia.
Tetapi bagaimana jikalau kita ingin berbuat baik kepada ibu dan ayah serta patuh terhadapnya,
terkadang perintah yang di berikannya tidak sesuai dengan ketentuan islam.
Adapun cara menghadapi perintah kedua orang tua yang bertentanga dengan ajaran islam:
Jika suatu saat kamu disuruh berbohong oleh ibu atau ayah, sebaiknya katakan kepada
keduanya bahwasanya allah melihat kita.
Jangan sekali-kali membantah perintah orang tua dengan nada kesal dan ngotot, sebab
tidak akan mambuahkan hasil. Akan tetapi hadapi dengan tenang dan penuh keyakinan dan
percaya diri.
Ayah dan ibu itu manusia biasa yang tak luput dari kesalaha dan kekurangan. Jangan
posisikan kedua orang tua seperti nabi yang tak pernah berbuat salah. Maafkan mereka, bila kita
anggap cara dan perintah orang tua bertentangan dari hati nurani atau nilai-nilai yang kamu yakini
kebenarannya.
Akhlak anak terhadap orang tua
“Orang tua adalah penyebab perwujudan kita”, mungkin ini bisa menjadi suatu ungkapan
yang menyatakan pengorbanan orang tua dalam mendidik dan membesarkan diri
kita. Coba ikhwah fillah bayangkan, bagaimana repotnya ibu ketika mengandung selama kurang
lebih 9 bulan. Kerepotan ibu, dan bapak, semakin bertambah ketika kita terlahir ke
dunia, kerepotan itu mulai dari merawat, memelihara, dan memberinya makan dan minum
dengan penuh kasih anang. Bagi orang tua tidak ada yang lebih berarti daripada sang jabang bayi
yang baru saja dilahirkannya. Mereka sangat bahagia dengan tangisan dan kotorannya, akan
tetapi mereka akan sedih ketika harus melihatnya sakit.
Ikhwah fillah, dalam konteks berbuat baik kepada kedua orang tua, Al-Qur’an
menganjurkan agar kita melakukannya dengan cara “ihsān”. Ihsan artinya kita melakukan
sesuatu lebih dari sekedar kewajiban. Berbuat baik kepada kedua orang tua harus diupayakan
secara maksimal, secara ihsan, lebih dari sekedar kewajiban kita terhadapnya. Jika sang anak
ingin memberikan sesuatu kepada orang tua, berikanlah yang maksimal. Karena yang maksimal
saja belum tentu dapat sebanding dengan jerih payah dan pengorbanan keduanya selama ini
dalam mengasuh dan membesarkannya. Seseorang anak bisa mencapai cita-citanya, tentu
berkat jerih payah dari kedua orang tuanya.
Jadi menurut Al-Qur’an ibu mengandung, melahirkan dan menyusui adalah suatu
pengorbanan yang luhur, yang menuntut adanya balasan terimakasih dari anaknya. Hal ini sangat
berbeda dengan Genesis dalam Perjanjian Lama yang mengatakan bahwa wanita mengandung,
melahirkan dan menyusui adalah akibat dosanya (melalui Hawa, istri Adam) yang telah
melanggar larangan Tuhan di Surga.
Ada pula sebuah hadits yang menceritakan pentingnya menghormati orang tua
(khususnya ibu) yang berbeda akidah dengan kita, yaitu:
Dari Asma binti Abu Bakar ia berkata: “Ibuku mendatangiku, sedangkan ia seorang wanita
musyrik di zaman Rasulullah . Maka aku meminta fatwa kepada Rasulullah dengan mengatakan:
“Ibuku mendatangiku dan dia menginginkan aku (berbuat baik kepadanya), apakah aku (boleh)
menyambung (persaudaraan dengan) ibuku” beliau bersabda: “ya, sambunglah ibumu”. (HR. Al-
Bukhari dan Mus lim).
Dalam rangka berbuat baik kepada kedua orang tua tersebut, Al-Qur’an mengajarkan
agar kita berdo’a:
Ya Tuhanku, berilah rahmat kepada kedua orang tuaku, sebagaimana mereka berdua
telah mendidikku di waktu kecil. (Q, s. al-Isra’/17:24)
Adapun akhlak anak terhadap orang tua adalah sebagai berikut : Anangilah, cintailah,
hormatilah, patuhlah kepadanya rendahkan dirimu, sopanlah kepadanya. Ketahuilah bahwa kita
hidup bersama orang tua merupakan nikmat yang luar biasa, kalau orang tua kita meninggal
alangkah sedihnya hati kita karena tidak ada yang dipandang lagi. Dalam hal ini rasulullah
bersabda :Tidaklah seseorang melihat kepada orang tuanya dengan pandangan kasih anang
melainkan Allah menetapkan baginya akibat pandangannya itu adalah haji yang diterima dan
mabrur.
Bacaan Sholat Wajib 5 Waktu
Agar lebih mudah dalam menghafalkan bacan sholat wajib 5 waktu, terutama bagi yang sedang belajar
fiqih sholat wajib, berikut ini Saya tuliskan kembali bacaan sholat secara umum yang biasanya dibaca
dalam sholat wajib 5 waktu.
ْح َر ْك َعتَ ْي ِن ُم ْستَ ْقبِ َل ْالقِ ْبلَ ِة اَدَا ًء هَّلِل ِ تَ َعالَى َ ُا
َ ْصلِّ ْي فَر
ِ ض الصُّ ب
Aku niat melakukan shalat fardu subuh 2 rakaat, sambil menghadap qiblat, saat ini, karena Allah ta'ala.
Untuk bacaan niat sholat wajib lainnya, silahkan baca artikel berjudul Bacaan Niat Shalat Fardhu.
اكبر ه الل
Allaahu akbar.
Bacaan iftitah.
ي َو َم َماتِي هَّلِل ِ َربِّ ال َعالَ ِميْن َ ِإ َّن. ض َحنِ ْيفًا ُم ْسلِ ًما َو َما َأنَا ِمنَ ال ُم ْش ِر ِكيْن
َ صالَتِي َونُ ُس ِك ْي َو َمحْ يَا َ ْت َواَألر
ِ ْت َوجْ ِه َي لِلَّ ِذيْ فَطَ َر ال َّس َم َوا
ُ ِإنِّي َو َّجه
ُ ْك ُأ ِمر
ت َوَأنَا ِمنَ ال ُم ْسلِ ِميًن ل َ
ذ
َ ِ َِ بو ُ هَ ل ْ
ي
َِ كَر ش َ ال
Innii wajjahtu wajhiya lilladzii fatharas samaawaati wal-ardha, haniifam muslimaw wamaa ana minal
musyrikiin. Inna shalaati wanusukii wamahyaaya wamamaatii lillaahi rabbil ‘alaamiina. Laa syariika lahu
wabidzaalika umirtu wa ana minal muslimiina.”
Sesungguhnya aku menghadapkan mukaku kepada Dzat yang menciptakan langit dan bumi dengan
keadaan lurus dan berserah diri, dan bukannya aku termasuk dalam golongan musyrik. Sesungguhnya
sembahyangku, ibadatku, hidupku dan matiku hanya untuk Allah semesta alam. Tiada sekutu bagi-Nya,
karena itu aku rela diperintah dan aku ini adalah golongan orang Islam.
Bacaan ruku.
Bacaan i'tidal.
Allah mendengar akan sesiapa yang memuji-Nya. Hai Tuhan kami, kepada Engkaulah segala pujian.
Bacaan sujud.
ُس ْبحَانَ َرب َِّي اَْأل ْعلَى َوبِ َح ْم ِد ِه
Subhaana rabbiyal a'laa wabihamdih
ْ ِب ّاِ ْغفِرْ لِ ِي َوارْ َح ْمنِ ْي َوارْ فَ ْعنِ ْي َواجْ بُرْ نِ ْي َوارْ ُز ْقنِ ْي َوا ْه ِدنِ ْي َو َعاِف
ني َواعْفُ َعنِّ ْي ِ َر
Rabbighfirlii warhamnii warfa'nii wajburnii warzuqnii wahdinii wa 'aafinii wa'fu 'annii
Ya Allah ! ampunilah dosaku, belas kasihanilah aku, dan angkatlah darjatku dan cukuplah segala
kekuranganku dan berilah rezeki kepadaku, dan berilah aku petunjuk dan sejahterakanlah aku dan
berilah keampunan padaku.
َ َأ ْشهَ ُد َأ ْن ال. َ ال َّسالَ ُم َعلَ ْيكَ َأيُّهَا النَّبِ ُّي َو َرحْ َمةُ هللاِ َوبَ َركاَتُهُ ال َّسالَ ُم َعلَ ْينَا َو َعلَى ِعبَا ِد هللاِ الصَّالِ ِح ْين، ِات ِهلل
ُ َات الطَّيِّب
ُ صلَ َو َ ََّات ْال ُمب
ُ ارك
َّ َات ال ُ التَّ ِحي
َ
ُم َح َّمد ص ِّل َعلى َّ َّ َأ ُ ْ َأ
َ اللهُ َّم.ِإلهَ ِإال هللا َو شهَد ن ُم َح َّمدًا َرسُوْ ُل هللا َّ َ
Attahiyyaatul mubaarakaatush sholawaatuth thayyibatul lillaah, Assalaamu’alaika ayyuhan nabiyyu
warahmatullaahi wabarakaatuh, Assalaamu’alainaa wa’alaa ‘ibaadillaahish shaalihiin. Asyhadu allaa
ilaaha illallaah, Waasyhadu anna Muhammadar rasuulullaah. Allahhumma sholli ‘alaa Muhammad.
Segala kehormatan, keberkahan, kebahagiaan dan kebaikan bagi Allah, salam, rahmat, dan berkahNya
kupanjatkan kepadamu wahai Nabi (Muhammad). Salam keselamatan semoga tetap untuk kami seluruh
hamba yang shaleh-shaleh. Ya Allah aku bersumpah dan berjanji bahwa tiada ada Tuhan yang berhak
disembah kecuali Engkau ya Allah, dan aku bersumpah dan berjanji sesungguhnya Nabi Muhammad
adalah utusan-Mu Ya Allah. Ya Allah, limpahkan shalawat-Mu kepada Nabi Muhammad.
Segala kehormatan, keberkahan, kebahagiaan dan kebaikan bagi Allah, salam, rahmat, dan berkahNya
kupanjatkan kepadamu wahai Nabi (Muhammad). Salam keselamatan semoga tetap untuk kami seluruh
hamba yang shaleh-shaleh. Aku bersaksi bahwa tiada Tuhan melainkan Allah. Dan aku bersaksi bahwa
Nabi Muhammad adalah utusan Allah. Ya Allah! Limpahkanlah rahmat kepada Nabi Muhammad. “
Sebagimana pernah Engkau beri rahmat kepada Nabi Ibrahim dan keluarganya. Dan limpahilah berkah
atas Nabi Muhammad beserta para keluarganya. Sebagaimana Engkau memberi berkah kepada Nabi
Ibrahim dan keluarganya. “ Diseluruh alam semesta Engkaulah yang terpuji, dan Maha Mulia.” Ya
Allah, aku berlindung kepada-Mu dari siksa jahanam dan siksa kubur serta dari fitnah kehidupan dan
kematian dan dari kejahatan fitnahnya dajal.
Bacaan salam.
Bismi llahi-r-rahmani-r-rahim
Sura An-Nas
Bismi llahi-r-rahmani-r-rahim
Sura Al-Falaq
Bismi llahi-r-rahmani-r-rahim
2 Kapur
ٌط ْب ُش ْو َرة َ Thobsyuurotun
ٌَم ْكتَب
4 Meja Maktabun
ُكرْ ِس ٌّي
5 Kursi Kursiyyun
ٌبَاب
6 Pintu Baabun
7 Jendela
ٌنَافِ َذة Naafidzatun
قَلَ ٌم
8 Pena Qolamun
قَلَ ٌم
9 Pensil Qolamur Rososi
اص
ِ ص َ ال َّر
10 Penghapus pensil
ٌِم ْم َحة Mimhatun
ٌُمدَرِّ س
11 Guru Mudarrisun
12 Murid
ٌطالِب َ Thoolibun
13 Sekolah
ٌَم ْد َر َسة Madrosatun
ٌَج َرس
14 Bel Jarosun
ٌِكتَاب
15 Buku cetak Kitaabun
16 Buku tulis
ٌك َّر َسة Kurrosatun
كشف ُ
17 Buku absen
Kasyful Hudzuuri
Banyak sekali rincian yang dikemukakan Al-Quran berkaitan dengan perlakuan terhadap sesama manusia.
Perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih baik daripada sedekah yang disertai dengan sesuatu
yang menyakitkan (perasaan si penerima) (QS Al-Baqarah [2]: 263).
Di sisi lain Al-Quran menekankan bahwa setiap orang hendaknya didudukkan secara wajar. Nabi Muhammad
saw --misalnya-- dinyatakan sebagai manusia seperti manusia yang lain.
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah yang bukan rumahmu sebelum kamu
meminta izin dan memberi salam kepada penghuninya (QS An-Nur [24]: 27).
Salam yang diucapkan itu wajib dijawab dengan salam yang serupa, bahkan juga dianjurkan agar dijawab
dengan salam yang lebih baik (QS An-Nisa' [4]: 86).
Ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia (QS Al-Baqarah [2]: 83).
Bahkan lebih tepat jika kita berbicara sesuai dengan keadaan dan kedudukan mitra bicara, serta harus berisi
perkataan yang benar,
Tidak wajar seseorang mengucilkan seseorang atau kelompok lain, tidak wajar pula berprasangka
buruk tanpa alasan, atau menceritakan keburukan seseorang, dan menyapa atau memanggilnya
dengan sebutan buruk
(baca Al-Hujurat [49]: 11-12).
Yang melakukan kesalahan hendaknya dimaafkan. Pemaafan ini hendaknya disertai dengan kesadaran
bahwa yang memaafkan berpotensi pula melakukan kesalahan.Karena itu, ketika Misthah --seorang yang
selalu dibantu oleh Abu Bakar r.a.-- menyebarkan berita palsu tentang Aisyah, putrinya, Abu Bakar dan banyak
orang lain bersumpah untuk tidak lagi membantu Misthah. Tetapi Al-Quran turun menyatakan:
Janganlah orang-orang yang mempunyai kelebihan dan kelapangan di antara kamu bersumpah bahwa mereka
tidak akan memberi bantuan kepada kaum kerabat(-nya), orang-orang miskin dan orang-orang yang berhijrah
dijalan Allah, dan hendaklah mereka memaafkan, serta berlapang dada. Apakah kamu tidak ingin Allah
mengampuni kamu? Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (QS An-Nur [24]: 22).
Sebagian dari ciri orang bertakwa dijelaskan dalam Quran surat Ali Imran (3): 134, yaitu: Maksudnya mereka
mampu menahan amarahnya, dan memaafkan, (bahkan) berbuat baik (terhadap mereka yang pernah
melakukan kesalahan terhadapnya), sesungguhnya Allah senang terhadap orang yang berbuat baik.
Dalam Al-Quran ditemukan anjuran, "Anda hendaknya mendahulukan kepentingan orang lain daripada
kepentingan Anda sendiri."
"Mereka mengutamakan orang lain daripada diri mereka sendiri, walaupun mereka amat
membutuhkan"
(QS Al-Hasyr [59]: 9).
Jika ada orang yang digelari gentleman --yakni yang memiliki harga diri, berucap benar, dan bersikap lemah
lembut (terutama kepada wanita)-- seorang Muslim yang mengikuti petunjuk-petunjuk akhlak Al-Quran tidak
hanya pantas bergelar demikian, melainkan lebih dari itu, dan orang demikian dalam bahasa Al-Quran
disebut al-muhsin.
Akhlak Muslim kepada Sesama Manusia
Jika kita benar-benar ingin menjadi mukmin yang mempunyai sifat kasih sayang, maka kita harus
meneladaninya dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sebab, beliaulah satu-satunya hamba Allah yang telah
mengisi seluruh kehidupan dengan limpahan kasih sayang. Allah yang membersihkan hati beliau dari
kebencian dan kedengkian, lalu menggantinya dengan sifat kasih sayang dan kebaikan.
1. Menyebarkan salam
Rasulullah SAW bersabda :
“ Kalian tidak masuk surga sehingga kalian beriman, dan kalian tidak beriman sehingga kalian saling mencintai.
Maukah kuberitahukan sesuatu kepada kalian, jika mengerjakannya kalian saling mencintai ? Sebarkanlah salam.”
(HR. Muslim)
Karna dengan menyebarkan salam maka akan menimbulkan adanya rasa saling mengenal di dalam diri setiap insan.
2. Memberi bantuan harta dan memenuhi kebutuhan-kebutuhannya.
Rasulullah SAW bersabda :
“ Barangsiapa berada dalam kebutuhan saudaranya, maka Allah berada dalam kebutuhannya, dan barangsiapa
menghilangkan satu kesusahan dari oarng Muslim dari berbagai kesusahan dunia, maka Allah menghilangkan
darinya satu kesusahan dari berbagai kesusahan pada hari kiamat.”
Salah satu dari sekian kewajiban seseorang terhadap orang lain adalah kewajiban saling membantu terhadap
persoalan yang dihadapi oleh orang lain, sehingga dapat menimbulkan adanya kepedulian sosial yang berujung
timbulnya keselarasan hidup
3. Menjenguknya jika ia sakit
Rasulullah SAW bersabda :
“ Jenguklah orang yang sakit, berikanlah makanan kepada orang yang kelaparan serta bebaskanlah kesukaran orang
yang mengalami kesukaran.” (Diriwayatkan Bukhari)
Sebagai makhluk sosial tentunya perasaan peduli terhadap apa yang sedang menimpa orang lain merupakan
tindakan yang sangat penting, tak terkecuali ketika orang lain itu sedang sakit, dengan kita menjenguknya berarti
kita telah menunjukkan adanya rasa empati dan simpati dalam diri kita.
4. Mengunjunginya karena Allah
Rasulullah SAW bersabda :
“ Barangsiapa menjenguk orang sakit atau mengunjungi saudaranya karena Allah, maka ada penyeru yang
menyerunya, ‘Semoga engkau bagus dan bagus pula perjalananmu, serta engkau mendiami suatu tempat tinggal di
surga’.” (HR. Ibnu Majah dan At-Tirmidzi)
Yang dimaksud dengan mengunjungi karena Allah adalah; seorang manusia dengan orang lain itu saling
mengingatkan agar tetap selalu berjalan dijalan yang benar, yakni jalan Allah.
5. Memenuhi undangannya jika dia mengundangmu
Rasulullah SAW bersabda :
” Hak orang Muslim atas Muslim lainnya ada lima : Menjawab salam, mengunjungi yang sakit, mengiring jenazah,
memenuhi undangan, dan menjawab orang yang bersin.” (HR. Asy-Syaikhani)
Tambahan dari HR. Muslim “apabila ia minta nasihat, maka berilah dia nasihat”
Dengan adanya seorang manusi itu memenuhi undangan saudaranay atau tetangganya, maka dia sudah
menunjukkan rasa tanggung jawab dan dapat dipercaya kepada orang lain.
6. Tidak menyebut-nyebut aibnya dan menggunjingnya, secara terang-terangan atau sembunyi-sembunyi.
Rasulullah SAW bersabda :
“ Setiap Muslim atsa Muslim lainnya haram darahnya, hartanya, dan kehormatannya.”
Karna dengan seseorang itu melakukan perbuatan-perbuatan diatas, maka dapat dipastikan akan timbul adanya
permusuhan diantara keduanya.
Selain hal-hal diatas, seorang muslim juga dilarang untuk menjauhi akahlak tercela. Yaitu peringai atau tingkah
laku pada tutur kata yang tercerminkan pada diri manusia, cenderung melekat dalam bentuk yang tidak
menyenangkan orang lain.
Akhlak manusia secara fitrah itu baik namun dapat berubah menjadi akhlak yang tercela apabila manusia itu lahir
dari keluarga yang tabiatnya kurang baik, lingkungannya buruk, pendidikan tidak baik, dan kebiasaan-kebiasaan
yang tidak baik sehinggan menghasilkan akhlak yang buruk.
Seauatu dikatakan buruk apabila membuat orang lain menjadi tidak senang dengan apa yang diperbuatnya, tidak
memberi kepuasan dan kenikmatan terhadap sesuatu yang dibuatnya, juga tidak sesuai dengan yang diharapkan,
sesuatu yang dinilai negativ oleh orang lain. Imam ghazali pernah berkata sifat-0sifat tercela debngan sifat-sifat
mukhikat ini yakni segala tingkah laku manusia yang dapat membawanya kepada ke binasaan.
Akhlak ialah salah satu faktor yang menentukan derajat ke-islaman dan keimanan seseorang. Akhlak yang baik
adalah cerminan baiknya akidah dan syariah yang diyakini seseorang. Buruknya akhlak merupakan indikasi
buruknya pemahaman seseorang terhadap akidah dan syariah.” Paling sempurna orang mukmin imannya adalah
yang paling luhur akidahnya.”(H.R. Tirmidzi)
“Sesungguhnya kekejian dan perbuatan keji itu sedikitpun bukan dari Islam dan sesungguhnya sebaik-baik
keislaman manusia adalah yang paling baik akhlaknya.” (H.R. Thabrani, Ahmad dan Abu Ya’la)
“Hai Abu Dzar, maukah kutunjukkan dua perkara yang sangat ringan dipikul dan lebih berat timbangan daripada
perkara-perkara lainnya?”Abu Dzar menjawab,”Mau ya Rasulullah.” Rasulullah berkata,”Engkau harus berakhlak
luhur dan banyak berdiam mulut (tidak banyak bicara). Maka demi Allah yang jiwaku berada pada kekuasaan-Nya,
tidak ada yang lebih indah dari manusia-manusia ciptaan-Nya daripada mereka yang mengerjakan kedua perkara
tersebut.”(H.R. Tabrani dan Abu Ya’la)
Akhlak adalah buah dari ibadah.
“Sesungguhnya shalat itu mencegah orang melakukan perbuatan keji dan mungkar.” (Q.S. 29:45)
Adapun akhlak yang berhubungan dengan sesama muslim diajarkan oleh syariat Islam sebagai berikut:
Memenuhi janji ( al Isra : 34, an Nahl : 91, Al Maidah :1, As Shaff : 2-3)
Menghubungkan tali persaudaraan (An Nisa : 36, )
Dari Anas ra. bahwa Rasulullah bersabda: “Siapa yang ingin dilapangkan untuknya rizkinya dan diakhirkan untuknya
dalam ajalnya maka hendaklah menyambung tali silaturahimnya.” ( HR.Bukhari-Muslim)
Dari ‘Aisyah ra. dia berkata “Rahim itu digantung diatas ‘Arsy, dia berkata: “Siapa yang menyambungku maka Allah
akan menyambungnya dan siapa yang memutusku maka Allah akan memutusnya.” (HR.Bukhari-Muslim)
Waspada dan menjaga keselamatan bersama (Al Maidah : 2, Al Asr:1-3)
Berlomba mencapai kebaikan (Al Baqoroh: 148, Ali Imron : 133)
Bersikap adil (an Nahl : 90, Al Hujurut : 9)
Tidak boleh mencela dan menghina (Al Hujurat : 11, Al Humazah : 1 )
Dari Abu Hurairah ra, sesungguhnya Rasulullah berkata:”Cukuplah kejelekan seseorang jika menghina saudaranya
sesama.” (HR.Muslim)
Tidak bolaeh bermarahan (Al Qalam : 4, Ali ‘Imron : 134)
Menjaga rahasia (Al Isra : 34)
Mengutamakan orang lain (Al Hasyr : 9, Al Insan : 8)
Saling memberi hadiah.
“ Hendaklah kalian saling memberi hadiah pasti kalian saling mencintai.” (HR.Al Baihaqi).
Banyak sekali rincian yang dikemukakan Al-Qur'an berkaitan dengan perlakuan sesama manusia. Petunjuk dalam
hal ini bukan hanya dalam bentuk larangan melakukan hal-hal negative seperti membunuh, menyakiti badan, atau
mengambil harta tanpa alasan yang benar, tetapi juga sampai kepada menyakiti hati dengan cara menceritakan aib
sesorang dibelakangnya, tidak perduli aib itu benar atau salah. Dalam hal ini Allah berfiman dalam Al-Qur'an surat Al-
Baqarah ayat 263 yakni:
)٢٦٣ : وهللا غني حليم (البقر ة قول معروف ومغفرة خير من صدقة يتبعها اذى
Artinya: "Perkataan yang baik dan pemberian ma'af, lebih baik dari sedekah yang diiringi dengan sesuatu yang
menyakitkan (perasaan penerimanya), Allah Maha Kaya Lagi Maha Penyantun.(al-Baqarah :263)
Di sisi lain Al-Qur'an menekankan bahwa setiap orang hendaknya didudukan secara wajar. Tidak masuk kerumah
orang lain tanpa izin, jika bertemu saling mengucapkan salam, dan ucapan yang dikeluarkan adalah ucapan yang
baik, hal ini dijelaskan dalam surat an-Nur ayat 24 yakni :
)٢٤ : يوم تشهد عليهم السنتهم وايديهم وارجلهم بما كانو يعملون (النور
Artinya: "Pada hari (ketika), lidah, tangan dan kaki mereka menjadi saksi atas mereka terhadap apa yang dahulu
mereka kerjaka (An-Nur : 24).
Rincian yang dikemukakan Al-Quran berkaitan dengan perlakuan terhadap sesama
manusia.
Perkataan yang baik dan pemberian maaf lebih baik daripada sedekah yang disertai dengan sesuatu yang
menyakitkan (perasaan si penerima) (QS Al-Baqarah [2]: 263).
Di sisi lain Al-Quran menekankan bahwa setiap orang hendaknya didudukkan secara wajar. Nabi Muhammad saw --
misalnya-- dinyatakan sebagai manusia seperti manusia yang lain.
Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu memasuki rumah yang bukan rumahmu sebelum kamu meminta izin
dan memberi salam kepada penghuninya (QS An-Nur [24]: 27).
Salam yang diucapkan itu wajib dijawab dengan salam yang serupa, bahkan juga dianjurkan agar dijawab dengan
salam yang lebih baik (QS An-Nisa' [4]: 86).
Ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia (QS Al-Baqarah [2]: 83).
Bahkan lebih tepat jika kita berbicara sesuai dengan keadaan dan kedudukan mitra bicara, serta harus berisi
perkataan yang benar,
Tidak wajar seseorang mengucilkan seseorang atau kelompok lain, tidak wajar pula berprasangka buruk tanpa
alasan, atau menceritakan keburukan seseorang, dan menyapa atau memanggilnya dengan sebutan buruk
(baca Al-Hujurat [49]: 11-12).
Janganlah orang-orang yang mempunyai kelebihan dan kelapangan di antara kamu bersumpah bahwa mereka tidak
akan memberi bantuan kepada kaum kerabat(-nya), orang-orang miskin dan orang-orang yang berhijrah dijalan
Allah, dan hendaklah mereka memaafkan, serta berlapang dada. Apakah kamu tidak ingin Allah mengampuni kamu?
Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang (QS An-Nur [24]: 22).
Sebagian dari ciri orang bertakwa dijelaskan dalam Quran surat Ali Imran (3): 134, yaitu: Maksudnya mereka mampu
menahan amarahnya, dan memaafkan, (bahkan) berbuat baik (terhadap mereka yang pernah melakukan kesalahan
terhadapnya), sesungguhnya Allah senang terhadap orang yang berbuat baik.
Dalam Al-Quran ditemukan anjuran, "Anda hendaknya mendahulukan kepentingan orang lain daripada kepentingan
Anda sendiri."
"Mereka mengutamakan orang lain daripada diri mereka sendiri, walaupun mereka amat membutuhkan"
(QS Al-Hasyr [59]: 9).
Jika ada orang yang digelari gentleman --yakni yang memiliki harga diri, berucap benar, dan bersikap lemah lembut
(terutama kepada wanita)-- seorang Muslim yang mengikuti petunjuk-petunjuk akhlak Al-Quran tidak hanya pantas
bergelar demikian, melainkan lebih dari itu, dan orang demikian dalam bahasa Al-Quran disebut al-muhsin.
Doa Sebelum Belajar
ِ ِ
اب الـنَّا ِر ُ َّال
َ له َّم بَا ِر ْك لَنَا ف
َ َوقنَا َع َذ،يما َر َزقْتَـنَا
“Bismillaahi rahmaani rahiim.
"Allahumma baarik llanaa fiima razaqtanaa waqinaa adzaa ban-naar"
Artinya : “Dengan nama Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Ya Allah, berkahilah kami dalam rezeki yang telah Engkau berikan kepada kami dan
peliharalah kami dari siksa api neraka.”
ِِ َّ ِ
َ ْح ْمـ ُد هلل الذي َأط َْع َمنـي َو َس َقانَا َو َج َعلْنَا ُم ْسلم
ين َ ال
"Alhamdu lillahhil-ladzi ath-amanaa wa saqaana waja'alanaa muslimiin"
Artinya : Segala puji bagi Allah yang memberi kami makan dan minum serta menjadikan
kami memeluk agama Islam
Doa masuk masjid dan doa keluar masjid
Artinya :
“Wahai Tuhanku, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu akan segala keutamaan-Mu”.
Doa Sebelum Belajar
Ghufraanaka
Artinya: Aku mohon ampunan-Mu, Ya Allah.
Mengucap dua kalimat syahadatdan menerima bahwa Allah SWT itu esa dan Nabi
Muhammad SAW itu rasul Allah.
Menunaikan salat lima kali sehari.
Mengeluarkan zakat.
Berpuasa pada bulan Ramadan.
Menunaikan Haji bagi mereka yang mampu.
Syahadat
Rukun pertama : Bersaksi tidak ada ilah yang berhak disembah secara hak melainkan Allah dan
Muhammad adalah utusan Allah.
Syahadat merupakan pintu masuk menuju Islam; syarat sahnya iman adalah bersaksi dengan dua kalimat
syahadah.Syahadat (persaksian) ini memiliki makna mengucapkan dengan lisan, membenarkan dengan
hati lalu mengamalkannya melalui perbuatan. Adapun orang yang mengucapkannya secara lisan namun
tidak mengetahui maknanya dan tidak mengamalkannya maka tidak ada manfaat sama sekali dengan
syahadatnya
Shalat
Shalat lima waktu sehari semalam merupakan perintah Allah Swt yang disyariatkan untuk menjadi sarana
interaksi antara Allah dengan seorang muslim dimana ia bermunajat dan berdoa kepada-Nya. Juga untuk
menjadi sarana pencegah bagi seorang muslim dari perbuatan keji dan mungkar sehingga ia memperoleh
kedamaian jiwa dan badan yang dapat membahagiakannya di dunia dan akhirat.
Allah mensyariatkan dalam Shalat, suci badan, pakaian, dan tempat yang digunakan untuk Shalat. Maka
seorang muslim membersihkan diri dengan air suci dari semua barang najis seperti air kecil dan besar
dalam rangka menyucikan badannya dari najis lahir dan hatinya dari najis batin.
Penjelasan selengkapnya baca pada artikel pembahasan tentang shalat
Puasa Ramadhan
Rukun yang selanjutnya yaitu puasa pada bulan Ramadan yaitu bulan kesembilan dari bulan
hijriyah.Seorang muslim berniat puasa sebelum waktu shubuh (fajar) terang. Kemudian menahan dari
makan, minum dan jima’ (mendatangi istri) dan segala hawa nafsu hingga terbenamnya matahari selama
sebulan penuh di bulan Ramadhan.
Penjelasan selengkapnya baca pada artikel pembahasan tentang Puasa
Zakat
Rukun islam yang selanjutnya adalah mengeluarkan zakat.Allah telah memerintahkan setiap muslim yang
memilki harta mencapai nisab untuk mengeluarkan zakat hartanya setiap tahun. Ia berikan kepada yang
berhak menerimanya yaitu 8 asnaf atau golongan sebagaimana yang diterangkan dalam Al Qur’an
Penjelasan selengkapnya baca pada artikel pembahasan tentang Zakat
Haji
Rukun Islam kelima adalah menunaikan ibadah haji ke baitullah Mekkah sekali seumur hidup bagi yang
mampu. Adapun lebihnya maka merupakan sunnah.Kewajiban sekali seumur hidup dan bagi yang
mampu ini merupakan kasih sayang Allah kepada umatnya yang tidak memiliki kemampun untuk
berhaji.Namun sekurang kurangnya bagi yang tidak mampu pun harus memiliki niat dan keinginan untuk
melaksanakannya.
Rukun Islam
Dalam Islam, ada 5 tiang yang menjadi fondasi sehingga Islam ini tetap kokoh. Kelima hal ini disebut juga al arkaan al Islam.
Dalam Bahasa Indonesia kita lebih mengenal dengan Rukun Islam. Kelima Rukun Islam tersebut adalah:
َضان
َ صوْ ِم َر َم ِ صالَ ِة َوِإيتَا ِء ال َّزكَا ِة َو َح ِّج ْالبَ ْي
َ ت َو َّ س َشهَا َد ِة َأ ْن الَ ِإلَهَ ِإالَّ هَّللا ُ َوَأنَّ ُم َح َّمدًا َع ْب ُدهُ َو َرسُولُهُ َوِإقَ ِام ال
ٍ بُنِ َى اِإل ْسالَ ُم َعلَى َخ ْم
“Islam dibangun atas lima perkara, yaitu : (1) bersaksi bahwa tidak ada sesembahan yang benar untuk diibadahi kecuali Allah dan
bersaksi bahwa Muhammad adalah utusan- Nya, (2) mendirikan shalat, (3) menunaikan zakat, (4) naik haji ke Baitullah -bagi
yang mampu-, (5) berpuasa di bulan Ramadhan.” (HR. Bukhari no. 8 dan Muslim no. 16)
Artinya: “aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan Selain Allah dan aku bersaksi bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah.”
Rukun Islam yang kedua adalah mendirikan shalat 5 waktu. Artinya, shalat 5 waktu (shubuh, dhuhur, ‘ashar, magrib dan ‘isya)
wajib kita lakukan setiap hari. Mengenai berbagai tata cara pelaksanaan shalat wajib 5 waktu ini sudah banyak dijelaskan oleh
para ulama dalam kitab-kitabnya. Tidak mungkin dijelaskan di tulisan ini karena
akan sangat panjang.
Rukun Islam yang ketiga adalah membayar zakat. Begitu pentingnya zakat dalam Islam, perintah zakat sering diiringkan dengan
perintah shalat dalam Alquran. Misalnya dalam surat Albaqarah ayat 43:
Artinya: “Dan dirikanlah sholat, tunaikanlah zakat dan rukuklah beserta orang-orang yang rukuk.”
Secara umum, zakat terbagi menjadi dua macam yaitu zakat fitrah dan zakat mal. Zakat fitrah adalah zakat yang wajib
dikeluarkan oleh setiap manusia setahun sekali di bulan Ramadhan hingga sebelum shalat ied. Kadar dan jenis zakat ini tertentu
dan terdapat perbedaan pendapat di antara para ulama.
Sedangkan zakat mal adalah zakat yang wajib dikeluarkan karena kepemilikan atas harta tertentu. Zakat mal hanya wajib dibayar
jika sudah sampai nisab dan sudah sampai haul. Zakat mal ada beberapa macam yaitu zakat emas dan perak, zakar perniagaan,
zakat hewan dan zakat pertanian.
Seluruh umat muslim diwajibkan berpuasa pada Bulan Ramadhan, kecuali yang memiliki udzur syar’i. Jika kita meninggalkan
puasa Ramadhan baik karena uzdur syar’i atau sengaja, maka kita wajib mengqadha di lain waktu.
Lama berpuasa Ramadhan adalah satu bulan, yang berarti bisa jadi 29 hari atau 30 hari. Tata cara pelaksanaan puasa ramadhan
juga tidak mungkin dibahas di sini karena ada banyak sekali penjelasan mengenai puasa ramadhan.
َب َعلَى الَّ ِذينَ ِم ْن قَ ْب ِل ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم تَتَّقُون َ يَا َأيُّهَا الَّ ِذينَ َآ َمنُوا ُك ِت
َ ب َعلَ ْي ُك ُم الصِّ يَا ُم َك َما ُك ِت
“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar
kamu bertakwa.” (QS. Al Baqarah : 183)
Ibadah haji hanya diwajibkan satu kali seumur hidup. Kewajiban inipun tidak berlaku untuk semua. Kewajiban haji hanya bagi
orang-orang yang mampu. Orang yang memiliki harta yang cukup untuk perjalanan haji, memiliki kesehatan yang baik dan
memiliki harta untuk keluarga yang ditinggalkan, maka orang tersebut sudah wajib melakukan haji.