Anda di halaman 1dari 12

KUTIPAN, CATATAN, DAN BIBLIOGRAFI

Kutipan terbagi atas kutipan langsung dan tak langsung.

Kutipan langsung adalah kutipan persis apa adanya, tidak diubah, sama seperti
yang dibicarakan/ditulis oleh pembicara/penulis yang dikutip. Kutipan langsung ini
biasanya digunakan jika kita menukilkan sesuatu yang riskan atau salah penafsiran
jika dilakukan dengan kutipan tak langsung, misalnya: mengutip ayat suci atau pasal
dalam undang-undang dan lain-lain yang membutuhkan keautentikan kutipan.

Kutipan tak langsung adalah kutipan yang sudah diubah redaksinya (kalimatnya).
Dalam kutipan tak langsung yang dikutip hanya inti atau maksud pembicara/penulis
yang dikutip. Redaksi diganti dan dibuat sendiri oleh penulis yang mengutip.

Kutipan langsung terbagi atas kutipan panjang dan kutipan pendek.

Kutipan panjang biasanya terdiri dari lima baris atau lebih. Penulisan biasanya
berbentuk alinea baru, spasi tunggal, margin kiri masuk ke dalam teks lima spasi dan
tidak menggunakan tanda petik.

Kutipan pendek biasanya kurang dari lima baris. Penulisannya diintegrasikan


dengan tulisan inti (teks), dua spasi, dan diberi tanda kutip.

Kutipan tak langsung terbagi atas parafrase dan rangkuman.


Parafrase adalah pengungkapan kembali maksud penulis dengan kalimat (redaksi)
sendiri.

Rangkuman adalah pengungkapan maksud penulis dengan kalimat (redaksi) sendiri


dalam bentuk yang lebih pendek dari aslinya, misalnya aslinya ada sepuluh halaman
dirangkum menjadi hanya dua kalimat. Semua kutipan tak langsung tidak
menggunakan tanda petik.

Catatan-catatan (Notes) biasanya digunakan untuk menunjukkan sumber rujukan


(marâji’) kutipan.

Ada tiga macam catatan: catatan kaki (footnotes), catatan akhir (endnotes), dan
catatan dalam (innotes, bodynotes). Di samping untuk kutipan, baik catatan kaki
maupun catatan akhir biasanya digunakan untuk menjelaskan sesuatu yang berada
di luar konteks pembicaraan, misalnya: penjelasan yang akan mengganggu jika
ditulis dalam teks. Catatan kaki biasanya terletak di bawah teks, sedangkan catatan
akhir terletak di akhir teks atau sebelum daftar pustaka. Catatan dalam biasanya
terletak langsung sebelum atau sesudah kutipan dengan menggunakan tanda kurung.
Perlu dinyatakan di sini, bahwa susunan nama pada catatan tidak dibalik.

Kutipan dengan Catatan


Contoh catatan kaki dan catatan akhir
1
Donald Eugene Smith. Religion and Political Development. (Canada: Little
Brown & Co. 1970). p. 76

2
Pardoyo. Sekularisasi dalam Polemik. (Jakarta: Pustaka Grafiti, 1993). h. 243
3
Donald Eugene Smith. Religion and Political, p. 76
4
Shabbir Akhtar. A Faith for All Seasons. (Chicago: Ivan R. Dee Publisher.
1991), p. 124
5
Pardoyo, Sekuralisasi dalam Polemik, h. 245

6
Harun Nasution. Islam Rasional. (Bandung: Mizan. 1996). h. 123

7
Nurcholish Madjid. Islam, Doktrin, dan Peradaban. (Jakarta: Paramadina,
1992). h. 56

Contoh catatan dalam (innotes)

1. Nurcholish Madjid (1992: 56) menyatakan bahwa… .


2. Allah swt. berfirman yang artinya:
Allah mengunci mati hati dan pendengaran mereka dan menutup penglihatan
mereka. Dan bagi mereka azab yang amat pedih. (al-Baqarah:7)
3. Sabda Rasulullah Saw.:
..…………………………………………………………………………………
…………………………………………………………………………………
(Hadis Riwayat Bukhari dan Muslim)

Contoh kutipan langsung lebih dati lima baris


Dalam kehidupan di dunia ini kita memang dituntut untuk senantiasa mengingat
kematian. Dengan mengingat kematian, kita akan senantiasa mengingat Allah Swt.
dan tidak hanya mengumpulkan harta dan melupakan akhirat. Dalam hal ini, Al-
Harits Ibn Asad al-Muhasibi dalam bukunya Introspeksi Ala Sufi menyatakan cara
introspeksi seorang sufi untuk senantiasa lebih baik mengingat mati daripada
menumpuk harta. Beliau menyatakan:
Apakah engkau tidak takut jika nafasmu telah sampai ke kerongkongan akan
terlihat olehmu utusan Tuhan yang turun menujumu dengan berbagai warna gelap,
muka yang masam, dan berita buruk berupa ancaman siksaan. Akankah saat itu
berguna lagi bagimu penyesalan; akankah diterima darimu kesedihan; akankah
tangsanmu dikasihani?
Hal yang paling mengherankan darimu wahai diriku bahwa meskipun
keadaanmu seperti itu, kamu tetap mengaku memiliki pandangan batin dan
kecerdasan spiritual. Di antara kecerdasan itu adalah setiap hari engkau selalu
bergembira atas bertambahnya hartamu, tetapi tidak merasa sedih atas
berkurangnya umurmu. Lalu, apa gunanya harta yang bertambah, sedangkan umur
semakin berkurang?1

Introspeksi sufi di atas mencerminkan bahwa…………………………


______________
1
Al-Harits Ibn Asad al-Muhasibi. Introspeksi ala Sufi. Terjemahan Muhammad
al-Mighwar. (Jakarta: Qisthi Press, Cet. I., 2006). h. 116

Contoh kutipan langsung pendek (kurang dari lima baris)


Hakikatnya, aurat adalah sesuatu yang memalukan jika dilihat. Aurat bisa
menimbulkan malapetaka bila ditampakkan kepada orang lain. Ingat, kasus karier
politik seorang oknum pejabat DPR yang hancur karena mengumbar aurat dengan
kasus video mesumnya. Ini disebabkan aurat sering dijadikan oleh setan untuk
memalingkan manusia dari kebenaran. Di antara yang paling sering menjatuhkan
laki-laki ke lembah kehinaan adalah aurat perempuan. Abu al-Ghifari menyatakan,
“Perempuan itu aurat, seluruh tubuh perempuan mulai dari ujung rambut hingga
ujung kaki mempunyai daya tarik, gerak-gerik perempuan sering dijadikan santapan
nafsu hewani karena saking menariknya.”1
______________
1
Abu al-Ghifari. Kudung Gaul Berjilbab tapi Telanjang. (Bandung: Al-
Mujahid. Cet. XVI, 2005). h. 82

Beberapa Contoh Kutipan Tak Langsung


Di bawah ini ditulis dulu teks asli yang akan dijadikan sumber kutipan tak
langsung. Di bawahnya adalah contoh kutipan tak langsung.
Contoh kutipan tak langsung menggunakan footnotes atau endnotes dengan cara
merangkum sumber di atas

Dalam bukunya Islam Doktrin dan Peradaban, Nurcholish Madjid menyatakan


bahwa ibadah yang sering disebut ritual adalah pengabdian hamba kepada
Tuhannya. Ibadah tersebut secara umum adalah segala aktivitas yang dilakukan di
dunia ini dan dilakukan dengan niat karena Allah Swt. Ibadah secara khusus harus
bersumber dari Quran dan Sunnah. Tidak ada seorang pun yang boleh mengubah
atau menambah ritual tersebut tanpa adanya rujukan dari Allah dan Rasul-Nya.1
Pelanggaran terhadap ini disebut bid’ah. Yusuf al-Qardhawiy menyatakan bahwa
ibadah hanya boleh dilakukan semata-mata karena Sang Khalik.2 Artinya, jika
dilakukan bukan semata-mata karena Allah Swt., penghambaan diri itu tidak akan
diterima dan tidak sah. Inilah dalam Islam yang disebut dengan musyrik. Senada
dengan itu, Nasaruddin Razak menyatakan bahwa semua ibadah harus semata-mata
karena Allah Swt. Jika diniatkan bukan karena Allah, salat pun –misalnya jika
karena ingin dilihat orang—tidak bernilai ibadah.3 Dengan demikian,
…………………...
________________
1
Nurcholish Madjid, Islam, Doktrin, dan Peradaban, (Jakarta: Yayasan
Wakaf Paramadina, 1995), Cet. VII, h. 57
2
Yusuf al-Qardhawiy, Pengantar Kajian Islam, Terjemahan (Jakarta:
Pustaka al-Kautsar, 1996), Cet. I, 1997, h. 85
3
Nasruddin Umar, Dienul Islam, (Bandung: PT al-Ma’arif, Cet. XIII, 1996),
h. 44
Menggunakan innotes dengan Cara Merangkum sumber di atas

Nurcholish Madjid (1995:97-98) menyatakan bahwa ibadah terbagi atas ibadah


umum dan ibadah khusus. Ibadah umum adalah segala aktivitas manusia di dunia
dengan niat karena Allah Swt. Ibadah khusus adalah segala bentuk ibadah yang
ditentukan pelaksanaannya. Tata cara pelaksanaan ibadah khusus tersebut terdapat
dalam Quran dan Sunnah Rasul. Tidak ada seorang pun yang boleh menambah atau
menguranginya. Di samping tidak boleh ditambah dan dikurangi tanpa adanya
tuntunan Allah dan Rasul-Nya, ibadah juga harus diniatkan semata-mata karena
Allah (lihat Yusuf Qardhawy, 1997: 85). Nasruddin Razak (1996: 44) menyatakan
bahwa sekecil apa pun sedekah yang kita berikan jika niat karena Allah akan bernilai
ibadah. Sebaliknya, jika dikerjakan bukan karena-Nya, salat pun tidak bernilai
ibadah.

Daftar Pustaka
Istilah daftar pustaka, sering dianggap sama dengan bibliografi (biblioghraphy),
referensi (referency), atau kepustakaan. Pada dasarnya, semua istilah tersebut
digunakan untuk menyebutkan sumber (marâji’) yang digunakan penulis dalam
menyusun karya ilmiah. Tentu saja, sedapat mungkin yang dimuat dalam daftar
pustaka adalah sumber yang sudah dikutip, bukan hanya untuk memperbanyak
referensi secara formalitas.
Andi Hakim Nasution dibalik menjadi Nasution, Andi Hakim bukan Nasution,
Hakim Andi.
Harun Nasution dibalik menjadi Nasution, Harun bukan Nasution Harun.
Berdasarkan cara ini dapat disimpulkan bahwa yang didahulukan adalah nama
belakangnya dan nama lainnya tidak dibalik. Jadi rumusannya adalah sebagai
berikut:
Jika terdiri dari dua kata, nama tersebut dibalik menjadi 2,1.
Jika terdiri dari tiga kata, nama tersebut dibalik menjadi 3, 1 2.
Jika terdiri dari empat kata, nama tersebut dibalik menjadi 4, 1 2 3.
Jika terdiri dari lima kata, nama tersebut dibalik menjadi 5, 1 2 3 4.
Demikian seterusnya.
Yang menjadi pedoman urutan penyusunan adalah nama penyusun setelah dibalik
susunannya, misalnya:
Nasution, Abdul Haris
Nasution, Andi Hakim
Nasution, Harun
Jika kebetulan nama penulisnya mengandung kata sandang (artikel atau alif lam
ma’rifah), kata tersebut tidak dibalik, namun yang dialfabetiskan adalah namanya
bukan kata sandangnya, misalnya: al-Farabi di urutan F, al-Kindi di urutan K, al-
Qardhawiy di urutan Q.
Awal setiap kata pada judul buku ditulis menggunakan huruf kapital (kecuali kata
tugas dan partikel yang tidak menduduki posisi awal judul) dan menggunakan huruf
miring (italic), misalnya: Dari Ave Maria ke Jalan Lain ke Roma, Islam Ditinjau
dari Berbagai Aspeknya.

Data publikasinya adalah nama kota: dan nama penerbit (tanpa tanda kurung),
misalnya: Jakarta: PT Bulan Bintang, Bandung: PT Al-Ma’arif.

Jika sebuah buku sudah lebih dari satu kali dicetak dan direvisi, urutan cetakannya
harus dinyatakan, misalnya: Cet. II.

Tahun terbit harus dinyatakan pada akhir data buku. Pada karya tulis yang tidak
menggunakan catatan kaki (footnotes), namun menggunakan catatan dalam/catatan
badan (innotes/bodynotes), tahun terbit pada daftar pustaka disarankan dinyatakan
langsung setelah nama penulisnya.

Akhir setiap entri tidak menggunakan tanda titik

Bentuk-Bentuk Entri Daftar Pustaka


Jika menggunakan catatan kaki (footnotes), bentuk entri daftar pustaka lazim sebagai
berikut:
a. Buku yang ditulis oleh satu orang ditulis dengan urutan seperti di bawah ini.
Nama Penulis. Judul Buku. Kota: Nama penerbit. Cetakan. Tahun Terbit

al-‘Ầrid, Ali Hasan. Târîkh ‘ilm al-Tafsîr wa Manâhij al-Mufassirîn. Bairût: Dâr
al-‘I’tisâm, t.t.

Shihab, M. Quraisy. Membumikan Al-Qur’an: Peran dan Fungsi Wahyu dalam


Kehidupan Masyarakat. Bandung: Mizan. 1992

b. Buku yang ditulis oleh dua atau tiga orang seperti di bawah ini.

Nama Penulis (Nama penulis kedua dan ketiga tidak dibalik). Judul Buku. Kota:
Penerbit. Tahun

Arifin, E. Zainal dan Amran Tasai. Cermat Berbahasa Indonesia. Jakarta:


Akademika Pressindo. Cet. IV. 1989

S. Hud dan M. Zainal Falah. Tata Bahasa Indonesia. Yogyakarta: Karyono.1988

c. Buku ditulis oleh banyak pengarang seperti contoh di bawah ini.


Nama Penulis (Hanya nama penulis pertama yang ditulis. Yang kedua dan
seterusnya diganti dengan dkk., dll., atau et al.). Judul Buku. Kota: Penerbit.
Tahun
Abdullah, Taufik dkk. Sejarah Lokal di Indonesia. Yogyakarta: Gajah Mada
University Press. 1985

Sartuni, Rasyid et al. Bahasa Indonesia untuk Perguruan Tinggi. Jakarta: Nina
Dina Dinamika. 1991

d. Buku terjemahan ditulis seperti di bawah ini.


Nama Penulisnya (Bukan nama penerjemahnya). Judul Buku (Judul Terjemahan,
bukan judul asli). Penerjemah. Kota: Nama Penerbit. Tahun

al-Aflaki, Syamsuddin Ahmad. Hikayat-Hikayat Sufistik Rumi. Terjemahan Ilyas


Hasan. Jakarta: Hikmah. Cet. II. 2000

al-Qarni, ‘Aidh Abdullah. Jangan Putus Asa, Pintu Tobat Selalu Terbuka.
Terjemahan M. Misbach. Jakarta: Robbani Press. 2005

el-Qussiy, Abdul Aziz. Pokok-Pokok Kesehatan Jiwa/Mental. Alihbasa Zakiah


Daradjat. Jakarta: Bulan Bintang. 1986

e. Buku yang lebih dari satu jilid ditulis seperti di bawah ini.
Nama Penulis. Judul Buku. Jilid. Kota: Penerbit. Tahun
Al-Bilali, Abdul Hamid. Taujih Ruhiyah: Pesan-Pesan Spiritual Penjernih Hati.
Jilid 1, Terjemahan Fadhli Bahri, Lc. Jakarta: An-Nadwah. 2004

f. Buku yang menggunakan edisi karya seorang pengarang atau lebih ditulis seperti
di bawah ini.
Nama Editor. (Editor). Judul Buku. Kota: Penerbit. Tahun
Ali, Lukman (Ed.). Bahasa dan Kesusastraan Indonesia sebagai Tjermin
Indonenesia Baru. Jakarta: Gunung Agung. 1967

Halim, Amran (Ed.). Politik Bahasa Nasional 2. Jakarta: Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa. 1976
g. Entri dari dalam Ensiklopedi ditulis sebagai berikut:
Nama Penulis Entry. “Judul Entry”. dalam ______ (tulis nama editornya jika
ada). Judul Ensiklopedi. Kota: Penerbit. Tahun. Halaman

Holman, C. Hugh. “Romanticism” dalam Ruth N. Anshen (ed.). Encyclopedia


Americana. Vol. IX. New York: Harper & Bros. 1952. h. 663-669

Wright, J.T. “Language Varieties: Language and Dialect” in Encyclopaedia of


Linguistics, Information and Control. Oxford: Pergamon Press Ltd. 1969. p.
243-251

h. Artikel Majalah, Jurnal, atau Koran ditulis sebagai berikut:


Penulis Artikel. “Judul Artikel” dalam Nama Majalah, Jurnal, atau Koran.
Nomor Edisi (Tanggal). Halaman.

Ramlan. “Problematika Remaja Dewasa Ini dan Solusinya” dalam Mimbar


Agama dan Budaya Vol. XVIII No. 2, 2001. h. 189-206

Roham, Abujamin. “Alim Ulama”. dalam Tabloid Jumat. Edisi No. 786. (8 Juni
2007). h. 11

i. Skripsi, Tesis, atau Disertasi ditulis seperti


Nama Penulis. “Judul” Skripsi Fakultas….. Jurusan…….. tahun …
Rahmah, Neni Khalyatur. “Korelasi Rasm ‘Usmânî dengan Qirâat” Skripsi S-1
Jurusan Tafsir-Hadis Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. 2006

j. Website atau internet


Nama penulis (jika ada), “Judul artikel” Diakses pada …… (tanggal), dari
Alamat website

Usman, Abu. “Keutamaan Menuntut Ilmu Agama” Diakses pada 20 Oktober


2013 dari http://shirotholmustaqim.wordpress.com/2013/07/21/keutamaan-
menuntut-ilmu-agama-2/
Di samping sistem tersebut, ada juga penulis yang menggunakan sistem kedua.
Sistem ini terutama digunakan untuk menulis karya ilmiah yang menggunakan
catatan dalam/catatan badan (innotes/bodynotes), bukan menggunakan catatan kaki
atau catatan akhir (footenotes/endnotes) Bedanya dengan sistem di atas adalah
bahwa tahun terbit diletakkan setelah nama penulisnya seperti contoh di bawah ini.

Ali, Lukman (Ed.). 1967. Bahasa dan Kesusastraan Indonesia sebagai Tjermin
Indonenesia Baru. Jakarta: Gunung Agung
Halim, Amran (Ed.). 1976. Politik Bahasa Nasional 2. Jakarta: Pusat Pembinaan dan
Pengembangan Bahasa

Tugas
1. Nama Tugas: KUTIPAN, CATATAN, BIBLIOGRAFI

2. Bentuk : PDF

3. Bacalah teks di atas secara keseluruhan, kemudian buatlah


ringkasan (resume) berupa butir-butir menyangkut: kutipan
langsung, kutipan tak langsung, ringkasan, parafrase, dsb.

4. Susunlah Daftar Pustaka di bawah ini secara alfabetis!

Holman, C. Hugh. “Romanticism” dalam Ruth N. Anshen (ed.). Encyclopedia


Americana. Vol. IX. New York: Harper & Bros. 1952

Wright, J.T. “Language Varieties: Language and Dialect” in Encyclopaedia of


Linguistics, Information and Control. Oxford: Pergamon Press Ltd. 1969

Ali, Lukman (Ed.). 1967. Bahasa dan Kesusastraan Indonesia sebagai Tjermin
Indonenesia Baru. Jakarta: Gunung Agung

Halim, Amran (Ed.). 1976. Politik Bahasa Nasional 2. Jakarta: Pusat Pembinaan
dan Pengembangan Bahasa
Ramlan. “Problematika Remaja Dewasa Ini dan Solusinya” dalam Mimbar
Agama dan Budaya Vol. XVIII No. 2, 2001

Roham, Abujamin. “Alim Ulama”. dalam Tabloid Jumat. Edisi No. 786. Juni
2007

Rahmah, Neni Khalyatur. “Korelasi Rasm ‘Usmânî dengan Qirâat” Skripsi S-1
Jurusan Tafsir-Hadis Fakultas Ushuluddin dan Filsafat UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta. 2006

Anda mungkin juga menyukai