Kasus ini ditulis oleh Dr Hesti Maheswari dan Dr Safriyana; dan direview oleh Dr Wahyu Tri
Setyobudi dari Sekolah Tinggi Manajemen PPM Jakarta, sebagai bahan diskusi di dalam
kelas, dan tidak dirancang untuk menggambarkan penanganan dari situasi manajerial yang
efektif atau tidak efektif.
Dilarang menggandakan dan menyebarluaskan tanpa izin tertulis dari Universitas Prasetiya
Mulya. Untuk pemesanan dan izin penggandaan harap menghubungi Research Centre
Sekolah Bisnis dan Ekonomi Universitas Prasetiya Mulya, BSD City Kavling Edutown I.1,
Jl. BSD Raya Utama No.1, BSD City, Kec. Pagedangan, Kabupaten Tangerang, Banten
15339
Pagi itu, waktu belum menunjukkan pukul 8 pagi, tetapi Pak Mulyadi, pemilik Mulya
Jamur Desa Pandan, Kecamatan Slogohimo - Kabupaten Wonogiri, telah lebih dari 5 kali
memandangi beberapa pesan yang masuk melalui WhatsApp-nya. Pikirannya gamang, ia
terlihat berpikir sangat keras sambil duduk di kursi rotan tua yang sudah 16 tahun
menemaninya. “Bagaimana caranya aku memenuhi semua permintaan ini. Haruskah kutolak
lagi?” Tiba-tiba Jemangat, salah satu orang kepercayaannya melintas. Dengan suara lemah
yang nyaris tidak terdengar ia memanggilnya. “Jemangat, berapa produksi kita hari ini?” Pak
Jemangat tidak segera menjawab, ia terlihat berusaha mencari-cari kalimat yang tidak
membuat pimpinan dan sekaligus kakak iparnya ini semakin susah. “Kita pasti bisa
memproduksi lebih banyak jika cuaca mendukung”, jawabnya dengan pelan sambil
menunggu reaksi kakak iparnya itu. Pak Mul tahu, adik iparnya sedang berusaha menjaga
suasana hatinya.
Karena tidak ada reaksi apapun, ia kemudian menambahkan, “Lahan kita besar Mas,
banyak orang yang masih mau bekerja pada kita, dan kita masih punya harapan besar dengan
cuaca yang mendukung”. Pak Mul tidak menggubrisnya, Ia tahu itu sulit dan hanya kalimat
penghibur saja yang keluar dari mulut adik. Pak Jemangat lalu berkata lagi “Padahal,
jamurnya dibikin keripik juga laku keras, bisa jadi desa pengusaha jamur sukses kita”. Jamur
bisa diolah secara sederhana dan dijual dengan keuntungan yang lebih besar. Namun,
jangankan diolah menjadi produk turunan, permintaan produk jamur segar saja paling hanya
terpenuhi 70-80%.
Pak Mul kemudian hanyut kembali dalam khayalannya. Ia berandai-andai dapat
mempekerjakan paling sedikit 3 orang, sehingga bisnis Mulya Jamurnya bukan usaha
sambilan yang sering dibayang-bayangi oleh kegagalan panen karena tidak fokus
pengelolaannya. Lagipula, pendapatan dari bekerja di Mulya Jamur, bisa lebih besar
dibanding bekerja di kota. Ia terlihat tidak mau menyudahi mimpinya. Ia membayangkan
mempunyai modal yang cukup untuk menambah pekerja dan bahan baku untuk menjaga
konsistensi jumlah produksinya. Namun apa daya, walau lahan luas dan permintaan tinggi,
produksi masih rendah dan tenaga kerja tidak memadai.
A. Profil Bisnis Berkah Mulya Jamur
Terdapat 9 UMKM yang bergerak dibidang budidaya jamur, dan Berkah Mulya Jamur
merupakan salah satu yang terbesar dan paling awal didirikan di Kabupaten Wonogiri.
UMKM Berkah Mulya Jamur terletak di Kelurahan Tanjung Desa Pandan dan sudah
didirikan sejak bulan Februari tahun 1986 silam yang kemudian secara lebih serius
dikembangkan pada tahun 2009 oleh Pak Mul. Awalnya bisnis ini merupakan bisnis rumahan
yang dikelola oleh sebuah keluarga. Pada skala yang sangat kecil, bisnis ini berhasil mencuri
perhatian masyarakat sekitar dengan menghasilkan produk jamur segar. Masyarakat di
Kabupaten Wonogori paham benar dengan khasiat produk jamur baik jamur kancing putih
(agaricus bisporus), Jerami padi (volvariella volvacea), shiitake (lentinus edodes), dan
tiram (species pleurotus). Jamur dipercaya masyarakat sebagai bahan makanan yang sangat
berkhasiat, sumber vitamin dan mineral yang sangat baik karena mengandung asam amino
esensial, lisin, dan leusin (Li dan Chang, 2008). Selain itu, Minz (2013) mengatakan bahwa
jamur memiliki kandungan gizi yang tinggi, kaya akan kalori dan vitamin yang setara dengan
daging, serta menunjukkan aktivitas anti tumor, anti-inflamasi, dan anti virus.
Usaha ini merupakan usaha turun-temurun yang dirintis ketika ibu dan nenek Pak Mul,
pemilik bisnis, selalu mengkonsumsi produk jamur pada saat menderita radang, flu, dan
panas. Dengan semangkuk sup jamur dan istirahat yang cukup, sakit yang diderita akan
berangsur pulih tanpa mengkonsumsi obat-obat kimia bebas.
Sebelum tahun 2013, UMKM Berkah Mulya Jamur memiliki 12 orang tenaga kerja.
Namun karena sejak tahun 2014 animo masyarakat muda semakin turun untuk bekerja pada
industri jamur, Pak Mul memutuskan membeli beberapa mesin dan peralatan untuk
membantu proses produksinya. Berdasarkan observasi yang dilakukan, saat ini Berkah Mulya
jamur hanya memiliki 3 orang tenaga kerja yang semuanya adalah anggota keluarga. Untuk
kegiatan pengambilan bahan baku dari supplier serta penjualan ke pengepul dilakukan
langsung oleh pemilik, 2 orang tenaga kerja laki-laki yang salah satunya adalah adik ipar Pak
Mul, yaitu Pak Jemangat, bertanggung jawab atas kegiatan atau proses utama dalam
memproduksi baglog jamur, dan 1 orang lagi yang tidak lain adalah istri dari Pak Mul
membantu dalam proses pengawasan dan pemanenan jamur. Pada saat ini, para karyawan
yang juga merupakan keluarga Pak Mul, memperoleh pendapatan yang lumayan yaitu
mendekati upah minimum regional yang berlaku. Walaupun sistem kompensasi pada
Berkah Mulya Jamur tergantung pada jumlah penjualan baglog dan hasil panen jamur,
kompensasi rata-rata yang diterima para pegawai saat ini (Pak Mul, istri dan Pak Jemangat)
berada di kisaran Rp 1.800.000 – Rp 2.200.000 perbulan atau Rp 72.000 per hari (1 hari = 5
jam beroperasi karena Pak Mul adalah Sekretaris Desa dan Ibu Windy adalah Ibu rumah
tangga yang harus mengurus anak)
2 Pencampuran sekam B
3 Pengepakan sekam C
6 Inokulasi (pembibitan) F
7 Inkubasi 1 G
8 Inkubasi 2 H
9 Kumbung jamur 1 I
10 Kumbung jamur 2 J
Gudang bahan baku (A) merupakan area atau tempat yang memiliki luas sebesar 15m².
Tempat ini digunakan untuk menyimpan bahan baku utama dalam pembuatan baglog jamur,
yaitu sebagai tempat penyimpanan sekam dan media tanam lainnya. Departemen
pencampuran sekam (B) merupakan area yang digunakan sebagai tempat dalam proses
pencampuran sekam. Dalam departemen ini, terdapat mesin khusus pengaduk sekam. Mesin
ini berfungsi untuk mencampur sekam secara merata dengan media tanam. Tempat ini cukup
besar yaitu memiliki luas 35m². Area departemen packaging (C) memiliki luas 20m². Dalam
departemen ini terdapat mesin packaging otomatis yang membantu dalam proses pengemasan
baglog jamur, sehingga proses pengemasannya menjadi lebih pas, cepat, dan mudah. Gudang
penyimpanan bahan bakar (D) merupakan tempat yang digunakan untuk penyimpanan kayu-
kayu sebagai bahan bakar utama pada proses steam atau sterilisasi dengan luas 25m².
Bagian sterilisasi/steam (E) difungsikan untuk proses
sterilisasi yaitu menonaktifkan mikroba, baik itu bakteri dan khamir yang dapat menghambat
atau mengganggu proses pertumbuhan jamur. Pada tempat ini, pemilik UMKM memiliki alat
yang digunakan sebagai tempat sterilisasi yang mampu menampung 450 baglog dalam sekali
proses. Departemen Pembibitan/Inokulasi (F) merupakan tempat/area dimana terjadi proses
pemindahan miselia jamur dari tempat biakan induk kedalam media tanam jamur yang telah
disediakan. Departemen Inkubasi (G) merupakan tempat penyimpanan baglog jamur yang
telah diinokulasikan pada kondisi ruang tertentu, hal ini bertujuan agar miselium jamur
tumbuh. Proses inkubasi ini dilakukan sampai seluruh permukaan media tanam dalam baglog
jamur berwarna putih dan ada penebalan. Kumbung jamur (H, I, J) merupakan area yang
digunakan sebagai tempat perawatan baglog jamur sehingga siap untuk dipanen. Baglog
jamur yang telah dibuka cincinnya dirawat dengan melakukan penyiraman secara kabut dan
dengan suhu serta kelembaban tertentu.
Area pabrik yang berada di lereng gunung memberikan dampak positif dan negatif
kepada bisnis. Sebenarnya iklim di area pegunungan memberikan dampak positif karena
sangat cocok dengan bisnis budidaya jamur. Namun, posisinya yang di lereng gunung, sangat
menyulitkan para pekerja dalam memindahkan material dari satu stasiun ke stasiun lainnya.
Ironisnya, kebanyakan pekerja justru sudah separuh baya yang tidak mungkin diharapkan
untuk bekerja cepat dengan membawa beban berat dipundaknya. Pemuda Desa Pandan lebih
senang turun gunung pergi ke kota untuk sebuah pekerjaan yang tidak memberikan
penghasilan lebih besar dari yang diberikan Berkah Mulya Jamur.
Pak Mul menghela nafas panjang sambil menggeleng-gelengkan kepalanya. Sudah
bertahun-tahun masalah ini tidak terselesaikan. Ia membayangkan sudah berapa banyak
permintaan baik produk jamur segar maupun produk turunannya yang tidak dapat terpenuhi
karena kondisi-kondisi tersebut. Produk turunan yang sudah mampu merebut hati konsumen
tidak dapat dipasok secara konsisten oleh bisnisnya. Ia sangat khawatir jika kondisi ini sering
terjadi akan merusak kepercayaan masyarakat terhadap produknya dan mereka beralih ke
produk lain. Maka suatu hari Pak Mul mengajak diskusi orang kepercayaannya Pak
Jemangat. Mereka mencoba mempelajari aliran proses dalam membuat baglog hingga
memanen jamur sambil berharap ada bagian yang dapat diringkasnya (Gambar 2 & 3).
Proses produksi jamur segar dan produk olahannya dimulai dengan menyediakan media
tanam yaitu serbuk kayu, dedak, dan kapur. Media tanam ini disimpan di gudang sebelum
dilakukan proses pencampuran. Jika jumlah media tanam dirasa sudah cukup untuk satu kali
pemrosesan, tiga media ini dicampur ditambah dengan dolomit, bekatul, dan air). Sekam
yang telah dicampur dikemas menggunakan plastik log dan kemudian dibawa ke departemen
sterilisasi. Proses sterilisasi dilakukan dengan cara dipanaskan (steam). Setelah proses
sterilisasi selesai baglog jamur didiamkan terlebih dahulu hingga suhunya sesuai dengan suhu
ruangan. Tahap selanjutnya adalah proses inokulasi atau pembibitan dan kemudian masuk ke
proses inkubasi dengan memindahkan baglog jamur ke kumbung jamur. Pada tahap ini, para
pekerja hanya perlu merawat baglog hingga jamur tumbuh dan masuk masa panen. Setelah
dipanen Berkah Mulya Jamur menjual langsung jamur segar dan sebagian lagi diolah menjadi
keripik jamur.
17 Pengemasan jamur
18 Distribusi jamur
Penempatan fasilitas produksi seperti mesin serta peralatan utama lainnya juga belum
tertata dengan baik. Peralatan-peralatan ini ditempatkan tanpa mempertimbangkan alur kerja
(Gambar 3) yang memberikan kesan sangat berantakan (Gambar 4).
Susunan stasiun-stasiun kerja juga tidak mempertimbangkan keterkaitan kerja yang sering
mengakibatkan penumpukan bahan baku (Gambar 5) yang seharusnya dapat cepat dikerjakan
dan perpindahan beberapa kali pada unit yang sama.
Gambar 5 Penumpukan bahan baku
Jarak antara lokasi pembibitan dengan Kumbung Jamur atau tempat untuk merawat dan
menumbuhkan jamur juga sangat jauh, yaitu berjarak 40 m. Dengan jarak yang cukup jauh
dan dalam proses perpindahannya hanya menggunakan angkong atau gerobak tenaga manusia
mengakibatkan perpindahan baglog jamur membutuhkan waktu lama. Tidak hanya itu, rumah
produksi Mulya Jamur yang berada di area pegunungan, menyebabkan posisi antara ruang
produksi utama dan pengepakan baglog dengan kumbung jamur berbeda ketinggian, sehingga
membutuhkan usaha yang sangat berat jika gerobak sorong yang dijalankan manusia semakin
lambat untuk mengejar target produksi. Pekerja yang biasa bekerja pada Mulya Jamur pun
kebanyakan ibu-ibu rumah tangga yang secara langsung mempengaruhi rendahnya kinerja
Mulya Jamur secara keseluruhan.
Pak Mul mengamati Pak Jemangat yang sedang mengatur beberapa pekerja yang
sedang memuat jamur pada sebuah kumbung. Berkah Mulya Jamur sebenarnya memiliki 2
kumbung yang cukup besar yaitu masing-masing berukuran 7,5 m x 11 m. Kumbung jamur
ini sebenarnya mampu memuat sampai dengan 45.000 baglog. Namun, kumbung ini hanya
terisi setengahnya, yaitu 22.000 baglog, yang artinya hanya sekitar 50% nya saja yang
dimanfaatkan dari total lahan yang ada walapun mereka sudah bekerja 298 hari atau 50
minggu per tahun . Tempatnya yang lumayan jauh dari tempat pembibitan, dan lamanya
perpindahan barang mengakibatkan sebagian lahan kumbung jamur kosong dan tidak terpakai
(Gambar 6).
Gambar 6. Kondisi kumbung jamur yang kosong dan tidak dimanfaatkan
Perpindahan barang dari satu stasiun kerja ke stasiun kerja yang lain disajikan pada
Tabel 2, sedangkan luas setiap fasilitas disajikan pada Tabel 3. Dari 11 perpindahan barang
yang setiap hari dilakukan, hanya 3 jarak perpindahan yang berdekatan. Kondisi ini belum
mempertimbangkan kontur tanah di lereng gunung yang naik turun dan kondisi jalan yang
tidak terlalu rata sehingga sulit menjalankan gerobak sorong.
2. Departemen Pencampuran B 7 5 35
Sekam
6. Departemen Pembibitan F 4 5 20
(Inokulasi)
7. Departemen Inkubasi 1 G 3 5 15
8. Departemen Inkubasi 2 H 4 5 20
Dalam kegiatan proses produksi jamur tiram pada Berkah Mulya Jamur sudah
dipastikan terjadi perpindahan antara satu stasiun ke stasiun kerja lainnya. Karena terbatasnya
kapasitas fasilitas produksi yang dimiliki dan minimnya ketersediaan alat angkut yang
digunakan, maka proses perpindahan seringkali dilakukan beberapa kali. Hasil observasi
mencatat perhitungan total waktu yang dibutuhkan untuk penanganan material dan
perpindahannya pada Tabel 4.
Tabel 4 Frekuensi dan durasi perpindahan material
Jamur Tiram (Kg) 12.000 2940 1754 2250 3300 2852 2340 2232 2449 1350 1936 2880 3446
Sate Jamur (10 tusuk) 10.000 1976 1976 1924 2028 1976 1768 1872 1872 1612 1820 2080 2236
Nugget Jamur (pax) 4.000 180 144 78 200 184 152 188 128 152 78 178 192
Crispy Jamur Orginal (pcs) 12.000 132 152 136 180 84 104 108 120 88 125 153 180
Crispy Jamur Balado (pcs) 12.000 144 104 124 84 72 120 112 144 60 109 117 148
Crispy Jamur Sapi Panggang (pcs) 10.000 128 104 112 104 80 100 76 100 56 68 40 72
Permintaan jamur tiram per hari adalah antara 50 – 100 kg, sedangkan crispy jamur
khusus rasa original dan balado mencapai 200 pcs per minggu. Untuk jumlah permintaan per
bulan masing-masing jenis produk pada tahun 2021 disajikan pada Tabel 5. Pada saat ini
restaurant Spesial Sambal adalah pelanggan tetap Mulya Jamur untuk jamur tiram dengan
permintaan yang paling besar. Sebenarnya, produk jamur kuping dengan harga jual yang
lebih tinggi memberikan kesempatan kepada Mulya Jamur untuk mendapat margin yang lebih
besar dari pada produk jamur tiram. Namun perawatan untuk jamur kuping cukup sulit.
Dalam sehari baglog jamur kuping harus disirami sebanyak 5 kali, sehingga membutuhkan
tenaga kerja lebih banyak. Pak Mul sering kali memutuskan tidak memproduksi kembali
jamur kuping.
Biaya simpan:
Penerangan dan
800 300 300 300 300 300 300 300
pemeliharaan
kumbung
Biaya pemesan:
Bahan baku,
bahan pelengkap, 1200 1200 1200 1200 1200 1200 1200 1200
dan overhead
Bahan baku budi daya jamur tiram terdiri dari sekam, dedak (bekatul), kapur dolomit,
dan bibit jamur. Untuk pengemasan dibutuhkan plastik ukuran 2 kg dan cincin penutup. Pak
Mul memprediksi biaya bahan baku dan bahan pelengkap untuk setiap baglog adalah Rp
1.300. Biaya overhead yang ditanggungnya adalah biaya yang dikeluarkan untuk mencari
kayu bakar dan membeli bahan bakar untuk mengusir hama dan mengoperasikan mixer.
Biaya produksi crispy jamur untuk seluruh rasa rata-rata Rp 7.500 sudah termasuk biaya
pengemasan plastik clip dan sticker. Sedangkan rata-rata biaya produksi setiap pax nugget isi
8 pcs adalah Rp 4.500. Bahan baku yang dibutuhkan untuk membuat nugget adalah jamur,
tepung terigu, wortel, telur, daun sledri, merica, garam, dan minyak goreng.
Gambar 10. Nugget Jamur
Produk yang memberikan keuntungan paling banyak adalah Sate Jamur. Biaya
produksinya paling murah yaitu dengan modal Rp 25.000 untuk 1 kg jamur, tusuk sate,
bumbu kacang, cabe, dan bawang serta kemasan plastik, Mulya Jamur dapat membuat 80 –
100 tusuk dengan harga Rp 1.000 per tusuk.
Lampiran 2:
RENCANA ANGGARAN BIAYA
NUGGET JAMUR