Humanisme sebagai suatu gerakan intelektual dan kesusastraan yang pada prinsipnya
merupakan aspek dasar dari gerakan Renaisans pada abad ke-14 sampai ke-16 M. Gerakan ini
berawal di Italia, kemudian tersebar ke seluruh Eropa untuk menggerakan manusia yang
selama abad pertengahan dikuasai oleh dogma-dogma agamis-gerejani. Pada abad
pertengahan ini, otonomi, kreativitas, dan kebebasan berpikir manusia terikat oleh kekuasaan
gereja. Dengan adanya gerakan ini, para ilmuwan dapat berpikir bebas tanpa takut dengan
batasan-batasannya. Pada abad ke-18 sektor industri berevolusi di Inggris menggantikan
tenaga manusia menjadi tenaga uap. Pada masa ini dikenal sebagai peristiwa Revolusi.
Akibatnya, dunia mengalami kemajuan pada segala sektor. Namun, pada masa ini
kesejahteraan hidup masyarakat berkurang.
Menurut Zainal Abidin, Humanisme artinya pendidikan yang didukung oleh semua
manusia yang ingin menempatkan seni liberal sebagai materi atau sarana utamanya. Alasan
mengapa liberal diangkat sebagai sarana utama adalah karena hanya liberal yang dapat
menggugah manusia untuk menjadi manusia yaitu makhluk bebas yang tidak tekungkung
oleh kekuatan apapun yang berasal dari luar dirinya. Pada prinsipnya, manusia merupakan
pusat dari realitas. Karl Max, menempatkan materi sebagai hakikat manusia yang melihat
alat-alat produksi serta hubungan-hubungan produksi sebagai kekuatan yang menentukan
kesadaran dan perilaku manusia. Kemudian, disepsifikasikan lagi oleh Edmund Husserl,
segala aktivitas kesadaran manusia sebagai sumber dari kegiatan manusia dan pemaknaan
dunia. Bertrand Russe mengatakan didalam ketidakpastian atau ketidakniscayaan itu terletak
nilai filsafat manusia.
Dalam pembahasan ini terdapat juga relasi spirit humanisme dengan marxisme,
pargmatisme, dan eksistensialisme. Prinsip ajaran marxisme memiliki tujuan utama, yaitu
menempatkan manusia pada pusat kehidupan. Marxisme mengadakan revolusi untuk
mencapai tujuannya. Pada akhirnya tujuan utama dari Marxisme tercapai, keadilan dan
kesejahteraan sosial dapat tercapai. Pada pandangan antroposentrisnya yang dikemukakan
oleh Protagoras, Pragmatisme yang menjadikan manusia sebagai tolak ukur bagi segalanya.
Segala bidang dari aspek manapun tidak dipandang sebagai sesuatu yang berdiri sendiri,
maleinkan selalu dihubungkan dengan kegunaannya bagi manusia dalam kehidupan.
Kemudian, aliran eksistensialisme menganut paham tidak ada dunia lain di luar dunia
manusia, artinya bahwa dunia adalah dunia manusia, dan kedudukan manusia dalam dunia
yang paling sentral. Dengan adanya kebebasan yang dimiliki setipa individu, menjadikan
manusia bisa melawan kekuatan-kekuatan yang ada di luar manusia yang membuat manusia
dapat mempertegaskan kedudukannya sebagai pusat dari dunia.
Dari segi fisik, manusia mempunyai indra, dapat merasakan lapar, bertumbuh
kembang, dan lainnya. Abraham H. Maslow (1908-1970) berpendapat bahwa manusia yang
sehat jiwanya adalah manusia yang mengembangkan dirinya sendiri. Salah satu teori Malow
yang sangat terkenal adalah teori hirarki kebutuhan. Pengertian manusia menurut Erich
Fromm (1900-1980) adalah optimistik. Dalam karyanya yang berjudul “To Have or To Be”
membedakan dua modus eksistensi manusia yaitu memiliki (having) dan menjadi (being).
Untuk mengembangka diri sebagai “being” maka harus melepaskan diri dari ketamakan,
egoisme, dan yang terpenting melepaskan modus memiliki (having). Carl R. Rogers (1902-
1987) mengubah orientasi rogers dalam metode psikoterapi. Teknik ini dikenal sebagai
psikoterapi non-direktif, karena dalam psikoterapinya selalu menghindari pengarahan
(direktif). Yang menarik dari metode rogers ini selain teknik dan prosedurnya adalah juga
keberanian rogers untuk merekam proses wawancara dalam psikoterapi.