TATA LAKSANA
3. Tata Laksana
a. Pendaftaran pasien di Unit Rawat Jalan
1) Pasien melaksanakan pendaftaran di loket pendaftaran
2) Petugas mengucapkan salam dan menanyakan informasi mengenai tujuan
kedatangan pasien.
3) Pasien diberi informasi oleh bagian pendaftaran mengenai kelengkapan
fasilitas Rumah Sakit, Sumber Daya Rumah Sakit dan perkiraan biaya rumah
sakit
4) Petugas mencatat data pasien yang akan berobat.
5) Pasien Baru mengisi formulir pendaftaran dan mengisi formulir data yang
diperlukan untuk keperluan identifikasi pasien dan pembuatan Rekam Medis
6) Pasien Baru mendapat penjelasan tentang prosedur rawat jalan untuk pasien
Umum maupun BPJS
7) Pasien Baru dipersilahkan membaca Hak dan Kewajiban Pasien dan
menanyakan informasi lain yang diperlukan
8) Petugas mengarahkan seluruh pasien BPJS ke BPJS center untuk pengurusan
SEP.
9) Petugas mengarahkan pasien baru untuk menunggu di ruang tunggu klinik
oral diagnose dan pasien lama diarahkan untuk menunggu di ruang tunggu
klinik yang dituju.
10) Pasien dipanggil untuk mendapatkan pelayanan sesuai nomor antrian yang
diberikan di klinik tujuan masing-masing.
11) Setelah selesai perawatan, pasien umum membayar administrasi pelayanan di
kasir.
b. Pendaftaran pasien di IGD Gigi dan Mulut
1) Pasien datan ke IGD Gigi dan Mulut.
2) Pasien dengan keadaan gawat darurat dilaksanakan tindakan terlebih dahulu.
3) Petugas IGD Gigi dan Mulut mencatat data pasien pada buku register pasien
IGD Gigi dan Mulut.
4) Keluarga pasien atau pasien sendiri jika memungkinkan mendaftar ke bagian
pendaftaran.
5) Pasien baru atau keluarganya diberi informasi oleh bagian pendaftaran
mengenai kelengkapan fasilitas rumah sakit, sumber daya rumah sakit dan
perkiraan biaya rumah sakit.
6) Pasien baru atau keluarganya mengisi formulir pendaftaran dan mengisi
formulir data yang diperlukan untuk keperluan identifikasi pasien dan
pembuatan rekam medis.
7) Pasien baru atau keluarganya dipersilahakan membaca hak dan kewajiban
pasien dan menanyakan informasi lain yang diperlukan.
8) Setelah selesai tindakan, pasien umum membayar administrasi pelayanan
pada kasir yang disediakan.
BAB IV
DOKUMENTASI
4. Dokumentasi
BAB V
PENUTUP
Dokumentasi panduan pendaftaran pasien rawat jalan dan IGD Gigi dan Mulut
di buat sebagai acuan dalam pelaksanaan asuhan dan pelayanan bagi petugas dan pemberi
layanan pada pasien dan keluarga di lingkungan RSGM GUSTI HASAN AMAN.
RSGM
Jl.Simpang Ulin
A. Yani 28
Telp. 0511 674 2553 Banjarmasin
Tanggal Terbit Ditetapkan
Direktur RSGM Gusti Hasan Aman
STANDAR OPERASIONAL Banjarmasin
PROSEDUR
drg.SAPTA RIANTA HUTASOIT,
Sp.Ort
Pembina Tk I
NIP.19710924 200003 2 006
PENGERTIAN Penerimaan pasien rawat jalan adalah proses yang perlu disampaikan
oleh petugas kesehatan kepada pasien ataupun keluarganya yang dapat
mencerminkan profesionalisme dalam pelayanan kesehatan dengan
mengoptimalkan peran dan fungsi tenaga kesehatan.
TUJUAN Tenaga kesehatan/petugas administrasi memberikan informasi kepada
pasien dan keluarga dengan tujuan memberikan kenyamanan kepada
pasien, meminimalisir komplen, sebagai alat komunikasi efektif,
sebagai bukti pemberian pelayanan kesehatan yang komperhensif serta
sebagai asfek legal dan terstandarisasi.
KEBIJAKAN Surat keputusan kepala RSGM GUSTI HASAN AMAN No.Kep
/74/I/2016 tentang pendaftaran pasien dan pemberian informasi yang
meliputi biaya, fasilitas pelayanan, pengobatan atau penundaan
pelayanan dilakukan oleh petugas informasi.
1. Pasien melaksanakan pendaftaran diloket pendaftaran atau loket
PROSEDUR informasi
2. Petugas mengucapkan salam
3. Petugas memberikan informasi dan mencatat data pasien yang akan
berobat.
4. Pasien mendapat penjelasan proses administrasi rawat jalan dan
mengarahkan ke bagian loket pendaftaran sesuai dengan status rawat
jalan ( pasien umum, pasien dinas, BPJS )
5. Pasien didata dan diberi informasi oleh bagian pendaftaran tentang
poliklinik, dokter penyedia layanan kesehatan, fasilitas penunjang,
serta informasi perkiraan biaya rumah sakit.
6. Untuk pasien umum/non-BPJS, petugas memberikan informasi
mengenai administrasi rumah sakit.
7. Setelah pasien didata selanjutnya petugas memberikan informasi ke
bagian loket poliklinik yang dituju untuk mendapatkan nomor antrian.
1. Instalasi rawat jalan
UNIT TERKAIT 2. Instalasi IGD
3. Komite Medik
4. Bagian pendaftaran dan administrasi.
KEPUTUSAN KEPALA RSGM GUSTI HASAN AMAN
Nomor Kep / / / / PP
Tentang
Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal , 2016
TAHUN 2017
NOMOR : KEP/75/I/2016
TANGGAL :
PANDUAN PELAKSANAAN TRIASE KEDOKTERAN GIGI
BAB I
DEFINISI
1. PENGERTIAN
Rumah sakit Gigi dan Mulut GUSTI HASAN AMAN merupakan rumah sakit tipe
B, sekaligus sebagai pusat rujukan yang struktur organisasi dan tata kerjanya ditetapkan
dalam SOP.
Rumah sakit Gigi dan Mulut GUSTI HASAN AMAN memiliki tugas dan fungsi,
salah satunya adalah mengembangkatan peningkatan kualitas pelayanan di instalasi Gawat
Darurat sesuai dengan visi dan misinya. Salah satu upaya untuk meningkatakan kualitas
pelayanan dapat ditempuh melalui pelaksanaan Triase, yaitu kegiatan yang dilakukan
untuk menyeleksi pasien sesuai tingkat kegawat daruratan sehingga pasien terseleksi dalam
mendapatkan pertolongan sesuai dengan tingkat kegawat daruratannya. Maksud dan tujuan
dalam melaksanakan triase adalah :
a) Meningkatkan kualitas dan profesionalisme layanan yang cepat, tepat dan akurat
sesuai dengan standard pelayanan gawat darurat pada umumnya.
b) Memberikan kemudahan dan kelancaran dalam memberikan pelayanan kepada setiap
kasus-kasus sesuai dengan tingkat kegawat daruratannya.
c) Menyediakan sarana, prasarana dan fasilitas pelayanan penanggulangan kegawat
daruratan sesuai dengan tingkat kedaruratannya.
BAB II
RUANG LINGKUP
2. RUANG LINGKUP
a) Instalasi Gawat Darurat Kedokteran Gigi
Instalasi Gawat Darurat Gigi dan Mulut RSGM GUSTI HASAN AMAN merupakan
suatu unit pelayanan yang menangani kasus-kasus kegawat daruratan gigi dan mulut
sesuai dengan standard dan prosedur pelayanan yang berlaku. Pelayanan IGD Gigi dan
Mulut ini sudah sesuai dengan visi dan misi yang ditetapkan oleh Kepala RSGM
GUSTI HASAN AMAN. Ruangan instalasi gawat darurat terdiri dari ruangan
pemeriksaan dan ruangan tindakan, yang dilengkapi dengan sarana dan prasarana serta
fasilitas peralatan yang sesuai dengan standard pelayanan gawat darurat rumah sakit
gigi dan mulut.
Pelayanan instalasi gawat darurat Gigi dan Mulut dilakukan selaa 24jam, sesuai
dengan tuntutan dan kebutuhan setiap pasien.
b) Unit Rawat Jalan
Unit rawat jalan RSGM GUSTI HASAN AMAN merupakan unit pelayanan yang
menangani kasus-kasus spesialistik kedokteran gigi. Pelayanan unit rawat jalan sudan
sesuai dengan visi dan misi yang telah ditetapkan oleh kepala RSGM GUSTI HASAN
AMAN.
Poliklinik rawat jalan dilengkapi dengan sarana dan prasarana serta fasilitas peralatan
yang sesuai dengan standar pelayanan, namun tidak menyediakan fasilitas pelengkap
untuk keadaan gawat darurat.
Sebagian besar kasus kedokteran gigi berhubungan dengan rasa sakit. Tidak menutup
kemungkinan adanya pasien dengan rasa sakit yang tidak tertahankan datang untuk
mendapatkan perawatan di unit rawat jalan. Dalam hal ini, pelaksanaan triase juga
diperlukan untuk menyeleksi kasus-kasus kedokteran gigi yang penatalaksanaannya
tidak dapat ditunda karena berlakunya sisten antrian di unit Rawat Jalan.
BAB III
TATA LAKSANA
4. PENATALAKSAAN TRIASE
Kategori triase ditentukan sesuai dengan kondisi pasien, agar dapat dipastikan
bahwa pasien ditangani berdasarkan tingkat kegawatannya. Sebelum ditentukan kategori
triase terlebih dahulu dilakukan anamnesa terhadap :
a. Gambaran Riwayat Pasien dan Masalah/Keluhan yang dirasakan
1) Identifikasi masalah yang diarasakan pasien saat ini :
a. Catat alasan utama pasien untuk berobat, masalah apa yang muncul
sehingga pasien segera berobat
b. Apakah keluhan baru saja dirasakan atu pernah dialami sebelumnya dan
apa yang sangat dikhawatirkan oleh pasien
b. Pemeriksaan
1) Untuk mendapatkan petunjuk lebih banyak untuk mendukung diagnose
sementara.
2) Mendapatkan bukti yang tidak mendukung diagnose sementara.
d. Kesehatan Umum
1) Kondisi sistematik-terutama yang berkaitan dengan cardiovascular,
inflammatory/radang, serta keadaan infeksi baik lokal maupun general.
2) Medikasi / pengobatan : antikoagulan, termasuk semua suplementasi herbal,
vitamin, anti malari
5. EVALUASI TRIASE
Dari hasil anamnesa dapat ditentukan penatalaksanaan trise berdasarkan
kategorinya, Kategori triase kedokteran gigi terdiri dari 3 tingkatan, yaitu :
a. Triase 1 (Emergency Care atau Perawatan Gawat Darurat)
Kasus yang harus dikaji dan ditangani dalam waktu 60 menit, termasuk
perawatan lanjutan yang dapat mempengaruhi tingkat keparahannya.
Kasus yang termasuk dalam Triase 1 :
Trauma melibatkan laserasi fasial/oral dan atau luka dentoalveolar
Pembengkakan orofasial yang sangat terlihat atau bertambah parah
Perdarahan post ektraksi yang tidak terkontrol
Keadaan yang menghasilkan keadaan sistemik akut atau peningkatan
temperature tubuh sebagai akibat dari infeksi gigi
Trismus yang parah
Keadaan oro dental yang menyebabkan kondisi eksaserbasi sistemik
b. Triase 2 (Urgent Care atau Perawatan Segera)
Kasus yang harus dikaji dan ditangani dalam waktu 24 jam namun perlu
kerjasama pasien untuk segera melapor bila keadaan memburuk.
Kasus yang termasuk dalam Triase 2 :
Infeksi gigi dan jaringan lunak tanpa efek sistemik
Rasa sakit yang parah pada gigi dan fasial yang tidak dapat diatasi
sendiri oleh pasien
Fraktur gigi satu atau lebih dengan terbukanya pulpa.
c. Triase 3 (Kasus rutin kedokteran gigi)
Kasus yang dapat diatasi sendiri oleh pasien setelah mendapat instruksi
dari petugas kesehatan. Pasien dianjurkan untuk mendatangi pelayanan
kesehatan dalam batas waktu 7 hari.
Kasus yang termasuk dalam Triase 3 :
Rasa sakit ringan sampai sedang yang tidak berhubungan dengan
kondisi mendesak
Trauma dental minor
Perdarahan Post extraksi yang dapat dikontrol sendiri oleh pasien
Kehilangan mahkota tiruan, bridges atau veneer
Patah atau kehilangan gigi tiruan
Patah Posts
Patah atau lepasnya tambalan
Perawatan rutin
Gusi berdarah
BAB IV
DOKUMENTASI
6. DOKUMENTASI
Dokumentasi dalam proses triase dicatat dalam Rekam Medis, dimulai dari
tahapan :
a. Identifikasi pasien (nama, tanggal lahir, alamat, tanggal berobat)
b. Riwayat pasien (apa, kapan, di mana, dan bagaimana terjadinya
gejala/cedera, gejala-gejala akibat cedera serta keterangan lain yang
didapat dari anamnesa)
c. Hasil pemeriksaan
d. Penanganan pertama yang diberikan
e. Rencana penanganan selanjutnya.
Tentang
Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal , 2016
Kebijakan Umum :
1. Setiap pasien yang merasa nyeri harus diberi penatalaksanaan dengan benar sesuai
dengan derajat nyerinya.
2. Sesuai dengan Kebijakan dari the Veteran’s Health Administration tahun 1999 untuk
memasukkan nyeri sebagai tanda vital ke V, maka setiap pasien harus ditanya
tentang ada/tidaknya rasa nyeri.
3. Pasien yang merasa nyeri harus dilakukan asesmen awal derajat nyerinya oleh Dokter
gigi atau dokter umum / perawat gigi atau perawat umum dengan melibatkan
pasien/keluarganya.
4. Penatalaksanaan / Manajemen Nyeri ini harus disesuaikan dengan asesmen awal
derajat nyeinya, sehingga dokter gigi atau dokter umum dapat memberikan perawatan
yang efektif serta pengobatan yang tepat.
5. Kebijakan dan prosedur ini dipakai untuk mengupayakan tercapainya konsistensi
dalam segala situasi dan lokasi.
Kebijakan Khusus :
1. Penatalaksanaan nyeri dimulai dengan pengkajian nyeri termasuk menentukan skala
intensitas nyeri dan evaluasinya.
2. Asesmen nyeri dilakukan pada pasien kunjungan pertama, ditulis dalam kolom
anamnesa di lembar asesmen awal dan didokumentasikan dalam rekam medic.
3. Asesmen nyeri dilakukan pada pasien kunjungan berulang, dituliskan pada formulir
asesmen lanjutan terintegritasi dan didokumentasikan dalam rekam medic.
4. Asesmen nyeri pada pasien IGD, dituliskan pada formulir asesmen IGD dan
didokumentasikan dalam rekam medik.
5. Tata laksana nyeri berpedoman pada WHO analgesic stepped ledder, dimana analgesic
diberikan dengan memperhatikan prinsip by Oral (bila memungkinkan, pemilihan obat
oral merupakan pilihan utama), by Clock (untuk mempertahankan keadaan bebas
nyeri, obat-obatan diberikan dengan interval regular tiap 3-6 jam, BUKAN on
demand) dan by Ladder (pemberian jenis obat bergantung pada intensitas nyeri).
6. Terapi symptomatic meliputi Terapi Farmakologis ( analgetik opioid, non-opioid dan
analgetik adjuvant ) dan Terapi Non farmakologis ( tindakan rehabilitasi, terapi
psikologis dan terapi intensitas nyeri )
7. Terapi simptomatik sesuai skala Wong Baker Faces Pain
a. Tidak Nyeri ( 0 ) Tidak dilakukan terapi nyeri
b. Nyeri Ringan ( 1-3 )
Nyeri seperti ini dimulai diatasi dengan edukasi dan tindakan-tindakan non-
farmakologis yang dapat mengurangi rasa nyeri, seperti :
- Menenangkan pikiran ( menghilangkan kecemasan )
- Mengatur pola napas
- Merubah posisi sampai nyeri berkurang dan sebagainya
Juga diberikan analgetik non-opioid bila diperlukan, TANPA memberikan
adjuvant.
c. Nyeri Sedang ( 4-6 )
Selain tindakan seperti pada nyeri ringan juga diberikan analgetik dari golongan
opioid ringan dan atau adjuvant
d. Nyeri Berat ( 7-10 )
Dimulai dengan pemberian analgetik oioid kuat dan tambahan analgetik non-
opioid, dengan atau tanda adjuvant sesuai dengan tipe nyeri.
Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal , 2016
Tentang
Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal , 2016
1. Kebijakan Umum
a. Pemberian perintah adalah salah satu aktifitas asuhan pasien, baik lisan maupun
tertulis.
b. Pemberian perintah adalah DPJP atau dokter konsulen atau tim dokter yang sedang
bertugas.
c. Penerima perintah adalah petugas di ruang perawatan atau unit kerja penunjang
lainnya.
2. Kebijakan Khusus
a. Perintah Tertulis
1) Semua perintah asuhan harus diberikan secara tertulis dan tercatat rapi di rekam
medis pasien, kecuali pada kondisi tertentu sesuai kebijakan rumah sakit.
2) Permintaan pemeriksaan diagnostic imaging dan laboratorium klinis harus
menyertakan indikasi klinis dan alasan pemeriksaan yang rasional agar
mendapatkan interpretasi yang diperlukan.
3) Hanya mereka yang berwewenang sesuai kompetensinya yang boleh menuliskan
perintah.
4) Permintaan tertulis dilokasi yang seragam di rekam medis pasien.
b. Perintah Lisan
1) Perintah pengobatan atau peresepan dan penyampaian hasil test secara lisan
hanya terbatas pada kondisi emergensi yang tidak memungkinkan dilakukan
komunikasi tertulis.
2) Perintah lisan ataupun penyampaian hasil test secara lisan tidak diijinkan apabila
dokter berada di tempat dan rekam medis pasien tersedia, kecuali pada prosedur
steril atau situasi emergensi.
3) Perintah lisan tidak diijinkan untuk obat-obatan non-formularium, kecuali pada
prosedur steril atau situasi emergensi.
4) Perintah lisan untuk menyampaikan hasil test tidak diijinkan melalui fax kecuali
pada situasi emergensi.
5) Perintah lisan dan penyampaian hasil test tidak diijinkan melalui email.
6) Perintah lisan tidak diijinkan untuk prosedur kemoterapi.
7) Perintah lisan dan penyampaian hasil test tidak diijinkan disampaikan melalui
voice mail.
8) Yang berhak memberikan perintah lisan pada situasi tertentu :
a) DPJP yang menerima laporan perkembangan aktifitas asuhan pasien pada
saat ybs tidak sedang berada ditempat.
b) Dokter konsulen yang menerima konsultasi dari IGD atau ruang perawatan
lain dalam kondisi emergensi.
9) Yang bisa menerima perintah lisan pada situasi tertentu :
a) Dokter jaga IGD yang sedang bertugas.
b) Perawat di ruang operasi.
c) Perawat yang sedang bertugas di klinik perawatan.
d) Petugas di laboratorium atau petugas radiologi untuk pemeriksaan yang
sifatnya cito.
Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal , 2016
Tentang
Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal , 2016
1. Kebijakan Umum
a. Peralatan di unit harus selalu dilakukan pemeliharaan dan klibrasi sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
b. Pelayanan di unit harus selalu berorientasi kepada mutu dan keselamatan pasien.
c. Semua petugas unit wajib memiliki izin sesuai dengan ketentuan yang berlaku.
d. Dalam melaksanakan tugasnya setiap petugas wajib mematuhi ketentuan dalam K3
(Keselamatan dan Kesehatan Kerja).
e. Setiap petugas harus bekerja sesuai dengan standard profesi, standard prosedur
operasional yang berlaku, etika profesi, etika dan menghormati hak pasien.
f. Setiap bulan wajib membuat laporan.
2. Kebijakan Khusus
a. Peresepan atau permintaan obat untuk pasien yang menjalani kemoterapi hanya dapat
dilakukan oleh dokter.
b. Pelayanan gigi dan mulut terhadap pasien kemoterapi dilakukan oleh dokter spesialis
gigi dan mulut, dan prosedur yang diberlakukan disesuaikan dengan keluhan pasien.
c. Pelayanan gigi dan mulut terhadap pasien kemoterapi dilaksanakan diklinik dan tidak
dibedakan dengan pasien lainnya. Hanya diperlukan perlakuan khusus dalam hal
pelayanan pasien dimana dokter DPJP harus lebih teliti dalam mendiagnosa dan
terapi yang akan diberikan.
Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal , 2016
Tentang
Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal , 2016
1. Kebijakan Umum
2. Kebijakan Khusus
a. Pasien Lansia
b. Pasien Anak-anak
1) Pasien yang berusia di bawah 12 tahun yang datang ke RSGM GUSTI HASAN
AMAN untuk mendapat pelayanan kesehatan gigi dan mulut akan
mendapatkan pelayanan kesehatan diruang klinik khusus untuk pasien anak-
anak.
2) RSGM GUSTI HASAN AMAN menyediakan fasilitas dan tenaga terlatih
untuk memberikan pelayanan kesehatan sesuai dengan kemampuan RSGM
GUSTI HASAN AMAN.
3) Pelayanan yang diberikan terintegritasi dan terkoordinasi.
c. Pasien dengan kebutuhan khusus
1) Pasien yang dimasukkan dalam daftar dengan kebutuhan khusus adalah pasien
dengan cacat fisik, gangguan komunikasi, dan gangguan mental.
2) RSGM GUSTI HASAN AMAN menyediakan fasilitas dan tenaga kesehatan
kepada pasien kelompok ini sesuai dengan kemampuan RSGM GUSTI
HASAN AMAN.
3) Pelayanan kelompok ini dilakukan secara terintegritasi dan terkoordinasi
dengan beberapa petugas kesehatan sesuai dengan kebutuhan pasien.
1) Pasien yang dimasukkan dalam kelompok pasien yang berisiko antara lain :
pasien korban penganiayaa/ kekerasan fisik dan seksual, KDRT, pasien yang
ditinggal oleh keluarganya (terbengkalai).
2) Pasien yang masuk dalam kelompok ini akan menerima pelayanan kesehatan
gigi dan mulut sesuai dengan fasilitas yang ada di RSGM GUSTI HASAN
AMAN.
3) RSGM GUSTI HASAN AMAN menyediakan fasilitas dan sumber daya yang
dapat mempermudah pasien lansia mendapatkan pelayanan kesehatan yang
dibutuhkan.
4) Semua petugas kesehatan yang berhubungan dengan pelayanan kesehatan
lansia harus member perlakuan khusus dalam melakukan tindakan pada pasien
lansia.
5) Pelayanan pasien lansia termasuk di dalamnya pengkajian, konsultasi
kesehatan, pengobatan penyakit, pengecekan kesehatan, rehabilitasi, dan
pendidikan kesehatan.
Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal , 2016
Tentang
Ditetapkan di Jakarta
Pada tanggal , 2016
1. Pelayanan Instalasi :
3. Skrining :
a. Skrining dilakukan pada kontak pertama untuk menetapkan apakah pasien dapat
dilayani oleh RS.
b. Skrining dilaksanakan melalui criteria triase, visual atau pengamatan, pemeriksaan
fisik, psikologik, laboratorium klinik atau diagnostic imajing sebelumnya.
c. Kebutuhan darurat, mendesak, atau segera diidentifikasi dengan proses triase
berbasis bukti untuk memprioritaskan pasien dengan kebutuhan emergensi.
4. Pendaftaran :
a. Pendaftaran dilakukan saat kontak pertama pada proses penerimaan pasien.
b. Dilaksanakan oleh petugas informasi baik Rawat Jalan maupun Rawat Inap
c. Informasi meliputi biaya, fasilitas pelayanan, pengobatan atau penundaan
pelayanan dilakukan oleh petugas informasi.
5. Identifikasi :
a. Prosedur identifikasi menggunakan NAMA dan TANGGAL LAHIR, disesuaikan
dengan tanda pengenal resmi pasien.
b. Pasien diidentifikasi sebelum pemberian obat, radiologi, rujukan laboratorium serta
sebelum tindakan/prosedur.
6. Penanganan Kendala Fisik, Bahasa dan Budaya dalam pelayanan pasien Rumah Sakit
menyediakan blankar, kursi roda yang ditempatkan di IGD Gigi dan Mulut dan
informasi rawat jalan khusus untuk pasien yang memiliki keterbatasan fisik, orang tua
lanjut usia dan menyediakan ahli bahasa baik bahasa daerah ataupun bahasa asing sesuai
kebutuhan pasien.
12. Transportasi :
a. Transportasi milik rumah sakit, harus sesuai dengan hukum dan peraturan yang
berlaku berkenaan dengan pengoperasian, kondisi dan pemeliharaan.
b. Prosedur operasional penggunaan dan pemeliharaan ambulance dalam rangka
menunjang operasional pelayanan di IGD Gigi dan Mulut.
13. Hak pasien dan keluarga : Hak Pasien menurut UU Kesehatan no. 44 tahun 2009 pasal
32 meliputi :
a. Memperoleh informasi mengenai tata tertib dan peraturan yang berlaku di RSGM
GUSTI HASAN AMAN.
b. Memperoleh informasi tentang hak dan kewajiban pasien selama rawat jalan.
c. Memperoleh layanan yang manusiawi, adil, jujur dan tanpa diskriminasi.
d. Memperoleh layanan kesehatan yang bermutu sesuai dengan standar profesi dan
standar prosedur operasional.
e. Memperoleh layanan efektif dan efisien sehingga pasien terhindar dari kerugian
fisik dan materi.
f. Mengajukan pengaduan atas kualitas pelayanan yang didapatkan.
g. Memilih dokter dan perawatan sesuai dengan keinginannya dan peraturan yang
berlaku di Rumah Sakit.
h. Memilih konsultasi tentang penyakit yang dideritanya kepada dokter lain yang
mempunyai Surat Ijin Praktek (SIP) baik di dalam maupun di luar Rumah Sakit.
i. Mendapatkan privasi dan kerahasiaan penyakit yang diderita termasuk data-data
medisnya.
j. Mendapatkan informasi yang meliputi diagnosis dan tata cara tindakan medis,
tujuan tindakan medis, alternative tindakan, resiko dan komplikasi yang mungkin
terjadi dan prognosis terhadap tindakan yang dilakukan beserta biaya pengobatan.
k. Memberikan persetujuan atau menolak atas tindakan yang akan di lakukan oleh
tenaga kesehatan terhadap penyakit yang dideritanya.
l. Menjalankan ibadah sesuai agama dan kepercayaan yang dianutnya selama hal ini
tidak mengganggu pasien lainnya.
m. Memperoleh keamanan dan keselamatan dirinya selama dalam perawatan di Rumah
Sakit.
n. Mengajukan usul, saran, perbaikkan atas perlakuan Rumah Sakit terhadap dirinya.
o. Menggugat dan/atau menuntut Rumah Sakit apabila Rumah Sakit diduga
memberikan pelayanan yang tidak sesuai dengan standar baik secara perdata-
perdata ataupun pidana.
p. Mengeluhkan pelayanan Rumah Sakit yang tidak sesuai dengan standar pelayanan
melalui media cetak dan elektronik sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.